al-qur’an dalam peradaban multikultural · pdf filewujud islam rahmatan lil...

17
AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL (Menghadirkan Nilai-Nilai Kemanusiaan Universal) KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Milad II JQH Al-Wustho Disusun Oleh: Imam Muttaqin Kholid NIM. 12.11.12.021 JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2014

Upload: ngomien

Post on 02-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL

(Menghadirkan Nilai-Nilai Kemanusiaan Universal)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah

Milad II JQH Al-Wustho

Disusun Oleh:

Imam Muttaqin Kholid

NIM. 12.11.12.021

JURUSAN TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2014

Page 2: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Qur‟an adalah kitab yang meletakkan amal sebagai sentral bagi makna

keberadaan manusia,1 amal perbuatan adalah sebagai wujud eksistensi kehidupan

manusia, pada tahap itulah manusia dikenali dan dikenang melalui perbuatanya,

sehingga manusia menempati posisi yang dinamis sebagai mahluk yang

berbudaya.2 Di sinilah posisi Al-Qur‟an sebagai petunjuk manusia,

3 untuk

menjawab segala problematika yang muncul ke permukaan selaras dengan kondisi

dan keadaan di mana pun dan kapan pun (sholih fi kulli zaman wa makan). Al-

Qur‟an sebagai sumber utama dalam Islam memiliki dua sisi, pertama;

menunjukan Islam sebagai ajaran yang normatif dan doktriner, kedua;Islam

sebagai produk sejarah yang yang bergumul antara Islam dan sosial budaya

sehingga menghasilkan Islam-Islam lokal dengan keragaman masing-masing.4

Keterkaitan dengan Indonesia ditinjau dari sosio-history mempunyai

beragam budaya, etnis, suku dan agama. Keragaman ini justru berpotensi terhadap

berbagai konflik karena perbedaan cara pandang dan ideologi. Perbedaan

interpretasi yang seharusnya membentuk keragaman dan menciptakan kearifan,

tetapi malah menimbulkan kesenjangan sosial-politik-ekonomi, hal tersebut

dikarenakan fanatisme golongan atau ideologi madzhab tertentu dan kurangnya

toleransi dalam keragaman dan keberagamaan.

Dekade terakhir ini, di Indonesia sering terjadi berbagai macam konflik

yang dilatar belakangi atas nama agama seperti Sunni-Syi‟i, NU-MTA-

Muhammadiyyah. Bahkan aksi-aksi terorisme-bom bunuh diri- dan munculnya

1 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peraban, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

1992), hlm 61 2 Kebudayaan yang dimaksud adalah merupakan segala aspek yang mencakup kehidupan

manusia baik yang bersifat material seperti peralatan-peralatan pekerjaan dan teknologi, maupun

yang bersifat non-material seperti nilai-nilai kehidupan dan kesenian tertentu. Dalam maslah

budaya ini E.B. Tylor mengemukakan bahwa; kebudayaan adalah pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum adat-istiadat, serta kebiasaan-kebiasaan yan didiapatkan manusia sebagai

anggota masyarakat. Selengkapnya lihat Achmad Muchji, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta:

Gunadarma, 1994), hlm 20-21. 3 Q.S: Al-Baqoroh; 185

4 Kedua sisi tersebut merupakan peletakan Islam sebagai sasaran studi-studi penelitian.

Lihat H.M. Atho Mudzhor, Pendekatan studi Islam dalam Teori dan Praktek. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), hlm 37-44.

Page 3: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

2

kelompok-kelompok sparatis yang merongrong keutuhan NKRI timbul karena

doktrin keagamaan. Konflik-konflik yang terjadi merambah ke institusi

pemerintah dan institusi pendidikan, bahkan media5 sebagai institusi yang netral

dan independen ikut terseret ke ranah konflik sehingga opini dan pemberitaan

menjadi perbincangan nasional yang menimbulkan kecurigaan, fitnah dan isu-isu

berbasis SARA.

Istilah bhineka tunggal ika sebenarnya sudah menjadi konsep kerukunan

yang ditawarkan oleh kebudayaan lokal jauh sebelum Islam masuk di Indonesia.

Tetapi pada zaman modern ini mencuatnya arus globalisasi dan perkembangan

teknologi menyeret kehidupan masyarakat ke arah materialistis-pragmatis-

kapitalis, kebodohan-kemiskinan menjadi problematika yang harus dihadapi dan

diatasi.

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, tentunya Al-

Qur‟an mempunyai peran yang begitu besar untuk menjawab berbagai kasus

konflik yang terjadi, baik konflik internal maupun eksternal.6 makna-makna yang

terkandung dalam Al-Qur‟an perlu diulas kembali untuk membentuk Ukhuwah

(persaudaraan) baik antar agama maupun antara umat beragama dari latar

belakang etnis yang berbeda-beda. Hal ini menjadi sarat akan timbulnya

kerukunan dan terbentuknya persatuan umat.

Istilah Sholih fi kulli zaman wa makan menunjukan relevansi Al-Qur‟an

terhadap berbagai macam persoalan dalam ruang maupun waktu. Tentunya dalam

Al-Qur‟an sendiri mempunyai konsep-konsep untuk menjawab problematika yang

terjadi. Konsep tentang nilai-nilai universalitas dalam Al-Qur‟an inilah yang perlu

diulas lebih mendalam sehingga membentuk Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

5 Media memiliki posisi sentral yang sangat kuat untuk mengembangkan dan

menciptakan opini publik. Media juga mempunyai pengaruh yang besar dalam menopang

kekuasaan dan hegemoni. Lihat Akbar S. Ahmed, Posmodernisme dan Harapan Bagi Islam,

(Bandung: Mizan, 1993), hlm 27. 6 Konflik internal yang dimaksud adalah konflik antar sekte dan golongan atau lembaga

umat Islam sendiri (NU, MTA, Muhammadiytah,dll). Sedangkan konflik eksternal adalah antara

umat beragama (Islam, Kristen, dll)

Page 4: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam Agama Universal

Islam berasal dari bahasa Arab aslama-yuslimu-islaman (berserah

diri, keselamatan, kesejahteraan). Rasyid Ridha mengemukakan;

اإلسالو يصدر "أسهى" ويأتي بًعني خضع واستسهى: وبًعني أدّى .

“Kata „Islam‟ adalah bentuk mashdar (kata dasar) dari „Aslama‟ yang

memiliki makna tunduk, patuh dan makna menunaikan / menyampaikan.”7

Definisi Islam sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur‟an adalah;

Q.S. An-Nisa‟: 123;

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas

menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan,

dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil

Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”

Q.S. Al-Anfal: 61;

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah

kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang

Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa Islam adalah agama

yang menunjukan pemasrahan diri terhadap Allah dan cinta terhadap

perdamaian melakukan hal-hal kebajikan dengan menunaikan apa yang

menjadi tujuan disyari‟atkannya Islam (maqoshidus syari’ah) yaitu untuk

mewujudkan kemaslahatan hamba dunia dan akhirat. Menurut Ibn

Qoyyim; “seluruh hukum itu mengandung keadilan, rahmat, kemaslahatan

7 Selengkapnya baca M. Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Beirut: Dar al-Fikr, tt) cet II,

Juz 3, hlm 257.

Page 5: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

4

dan hikmah, jika keluar dari ke-empat nilai yang dikandungnya, maka

hukum tersebut tidak dapat dinamakan syari‟at.”8

Pada sisi yang lain Islam sebagai agama yang universal. Universal

di sini tidak langsung dinisbatkan kepada Islam, melainkan kepada sumber

utama Islam yakni Al-Qur‟an dan kepada pembawa risalah Islam yaitu

Nabi Muhammad SAW.

Q.S Al-Anbiya‟: 107;

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam.”

Allah SWT telah mengabarkan bahwa Dia menjadikan Muhammad

SAW sebgai rahmat bagi semesta alam, yaitu Allah mengutus sebagai

rahmat bagi kalian semua. Barangsiapa yang menerima nikmat dan

mensyukurinya niscaya akan bahagia di dunia dan akhirat. Sedangkan

yang menolak dan menentangnya niscaya akan merugi dunia dan akhirat.9

Lafadz رحًة pada ayat tersebut bermakna terhindar dari siksa,10

dan

juga merupakan bentuk ism nakirah yang berarti li ta’dzim wa al-taktsir

(mengagungkan dan banyak),11

artinya yang dimaksud dengan rahmat

pada ayat tersebut adalah rahmat (kasih sayang) yang amat agung dan

besar, rahmat tersebut merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah dan

tidak terhitung jumlahnya.

8 Ibn Qayyim, I’lam al-Muaqi’in Rabb al- ‘Alamin, (Beirut: Dar al-Jayl, tt), Jilid 3, hlm 3.

9 Ibn Katsir al-Dimasyqy, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr, 2009), Juz 3,

hlm 1234. 10

Abi Thohir Muhammad bin Ya‟qub al-Faruzabadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir ibn

‘Abbas, (Surabaya: al-Hidayah, tt), hlm 205. 11

Kaedah mengenai nakirah ini bisa dilihat dalam buku/kitab-kitab Ulum al-Qur‟an.

Lihat Muhammad bin „Alawi al-Maliki, Zubdat al-Itqon fi Ulum al-Qur’an, (Jeddah: Dar al-

Syuruq, 1986), cet III, hlm 63.

Page 6: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

5

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat

menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Selanjutnya pada lafadz نهعهًين adalah menunjukan bahwa nikmat

Allah diberikan kepada seluruh alam semesta. Ulama‟ berbeda pendapat

mengenai makna ‘alamin ada yang mengatakan bahwa ‘alamin adalah

golongan jin dan manusia, juga ada yang mengatakan bahwa ‘alamin

adalah semua mahluk Allah.12

Terlepas dari perbedaan ulama‟

sesunggunhnya lafadz ‘alamin tersebut menunjukan universalitas Islam

terhadap seluruh mahluk Allah. Pada ayat yang lain Allah menggunakan

lafadz kaffah;

Q.S. Saba‟: 28;

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

Lafadz كافّة merupakan bentuk hal (menerangkan keadaan) yang

menunjukan arti keseluruhan umat manusia, sedangkan pada susunannya

lafadz كافّة mendahului lafadz نهناس artinya menunjukan sebagai ihtimam

(perhatian), dengan demikian yang dimaksud كافّة نهناس adalah kepada

manusia seluruhnya atau pada umumnya. Pengertian dalam penggunaan

redaksi „alamin dan kaffah pada kedua ayat tersebut menjelaskan dua hal:

1. Universalitas Islam terlihat dari segi muatan ajarannya, dalam

artian ajaran Islam bersifat lengkap dan sempurna, mencakup

segala aspek kehidupan.

2. Unversalitas Islam terlihat dari segi yang menjadi sasaran

berlakunya ajaran Islam yaitu seluruh umat manusia.

12

Pendapat yang pertama sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn „Abbas, sedangkan

pendapat yang kedua sebagaimana yang dikatakan oleh Qotadah, Hasan dan Mujahid. Lihat Imam

Taqiyyuddin Abi Bakr bin Muhammad, Kifayat al-Akhyar, (tp, tt) )juz 1, hlm 4.

Page 7: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

6

Kedua ayat diatas juga menjelaskan bahwa sesungguhnya Islam

merupakan agama yang universal dengan mengutamakan kemaslahatan

dan menghindari kemadharatan, selalu berbuat kebajikan, mengedepankan

kasih sayang dan kerukunan demi terciptanya perdamaian. Selaras dengan

maqohidus syari’ah yaitu; 1) Memelihara tegaknya agama (hifdzu al-din).

2) Perlindungan jiwa (hifdzu al-nafs). 3) Perlindungan akal (hifdzu al-

‘aql). 4) Pemeliharaan keturunan (hifdzu al-nasl). 5) Perlindungan harta

benda (hifdzu al-mal).13

Lima prinsip tersebut menunjukan universalitas

ajaran Islam, bahwa adanya syari’at bukan semata-mata untuk kehidupan

orang Islam saja, akan tetapi lebih dari itu adalah membentuk tatanan

masyarakat yang dinamis, menjaga kerukunan dan perdamaian sebagai

wujud Islam rahmatan lil ‘alamin.

B. Islam dan Toleransi

Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

mewujudkan kerukunan dalam peradaban multikultural;

Q.S. Al-Hujurat: 13;

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

As-Suyuthi mengemukakan asbabun nuzul ayat di atas: Ibn Hatim

meriwayatkan dari Ibn Abi Mulaikah bahwa ketika Fathu Makkah Sahabat

Nabi yang bernama Bilal bin Rabah naik ke atas Ka‟bah untuk

mengumandangkan adzan, kemudian beberapa orang berkata; “Apakah

13

Al- Syatiby, al-Muwafaqat fi Ushul al- Syari’ah, (Kairo: Mustafa Muhammad, tt), Jilid

2, hlm 5.

Page 8: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

7

pantas budak hitam ini mengumandangkan adzan di atas Ka‟bah?”

sebagian yang lain pun berkata; “Sekiranya Allah tidak menyukai orang

ini pasti Allah akan menggantinya.”14

Ayat tersebut ditujukan kepada seluruh umat manusia, bukan

hanya kaum muslim. Manusia diciptakan dari pasangan laki-laki dan

perempuan. Kemudian dari pasangan itu manusia berkembang sehingga

terkelompok menjadi berbagai bangsa dan suku yang masing-masing

mempunyai sifat, ciri, dan karakteristik yang berbeda. Dengan begitu kita

dapat mengenali satu sama lain, itulah tujuan dibeda-bedakanya manusia.

Namun semua perbedaan itu tidak mempengaruhi kemuliaan dan

kehormatan seseorang, karena semua manusia posisinya sama di hadapan

Allah, hanya ketakwaan yang membedakan mereka.15

Lafadz نتعارفوا di atas menggunakan khitob bil fi’li atau dalam

kaedah tafsir biasa disebut dengan kalimat verbal (jumlah fi’liyyah) yang

menunjukan makna tajaddud wal huduts.16

Sedang dalam fi’il-nya berupa

fi’il madhi yang mengikuti wacan تفاعم dalam ilmu shorof wazan tersebut

mempunyai faedah musyarokah baina al-itsnain aw aktsar (hubungan dua

orang atau golongan).17

Artinya makna saling mengenal yang dimaksud

adalah bukan saling mengenal saja, tetapi harus saling toleransi,

menghormati dan berbuat baik kepada setiap orang, golongan, kelompok,

tanpa mempertimbangkan kesukuan dan latar belakang keagamaan. Makna

tajaddud wal huduts berarti menyatakan bahwa saling mengenal yang

dimaksud dalam lafadz نتعارفوا harus selalu diperbaiki dan diulang secara

terus-menerus untuk selalu berbuat baik pada siapapun. An-Nawawi dalam

tafsirnya menjelaskan; bahwa yang dimaksud saling mengenal adalah

14

Jalaluddin As-Suyuthi, Lubab an-Nuqul fi Asbabi an-Nuzul, (Bairut: Dar al-Fikr, 2002),

hlm 256. 15

Abdullah Yusuf Ali, The Holy Quran: Text and Translation, Islamic Book Trust. Edisi

terjemah oleh Ali Audah, Al-Qur’am, Terjemah dan Tafsirnya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993),

hlm 1332. 16

Kalimat verbal (jumlah fi’liyyah) menunjkuan arti tajaddud (timbul tenggelam) dan

Huduts (temporal). Lihat Nor Ichwan, Memahami Bahasa Al-Qur’an; Refleksi Atas Persoalan

Linguistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002) cet I, hlm 69. 17

Imam Mala „Abdullah, Matn al-Bina’ wa al-Asas, (Surabaya: Maktabah Al-Hikmah,tt)

hlm 5.

Page 9: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

8

untuk saling memahami dan berbuat baik antara sebagian kelompok

dengan sebagian kelompok yang lain karena pada hakikatnya semua

manusia berasal dari sesuatu yang satu.18

Jika ditarik dalam ke-Indonesia-an maka jelas sekali, bahwa ayat

tersebut memberikan model alternatif untuk memberikan pandangan

tentang pentingnya toleransi terhadap keragaman serta perlunya

membangun komunakasi dan sinergi di antara keragaman tersebut. Semua

warga negara dan seluruh institusi pemerintah serta lapisan masyarakat

baik sipil maupun militer harus saling mengerti dan memahami segala

perbedaan yang ada di Indonesia, sikap toleransi dan saling memahami

menjadi patokan persatuan dan keutuhan NKRI (Negara Kesatuan

Republik Indonesia). Hal ini menjadi tanggung jawab umat Islam dalam

menegakkan sendi-sendi persatuan umat dengan jalan perdamain dan

toleransi tanpa konfrontasi. Islam memberikan jawaban bahwa semua

manusia dari golongan pejabat, konglomerat, kaya, miskin. Suku Jawa,

Madura, Batak, Dayak, dll. Semua derajatnya sama di hadapan Allah,

tidak ada jurang pemisah untuk menjalin kebersamaan apalagi hanya

dalam ranah strata sosial. Karena hanya ketaqwaan yang yang

menunjukkan seseorang itu mulia di sisi Allah.

Hal demikian sebenarnya sudah dipraktekan Nabi ketika

membentuk masyarakat Madinah, Nabi membuat perjanjian di antara

suku-suku yang ada di sana yang menghasilkan konstitusi tertulis. Nabi

membentuk ummah wahidah (persatuan umat) dari berbagai macam

komunitas (Yahudi, Nasrani, Muhajirin, Anshar). Di sisi lain kendati

masyarakat Madinah berbeda-beda, tetapi sama dalam hak dan kewajiban

mereka. Kepastian hukum harus ditegakkan dan menghidari

penganiayaan.19

Menjunjung tinggi sikap toleransi dalam keberagaman,

bersikap dinamis-humanis dan memperuncing masalah ideologis

18

Imam Nawawi, Marah Labid al-Nawawi,(Surabaya: Dar Al-Ilm,tt) hlm 316. 19

Selengkapnya M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam

sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), cet III, hlm 517-

520.

Page 10: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

9

keagamaan-kesukuan-kebudayaan, menjadi faktor dalam meraih

kerukunan. Karena pada realitasnya Al-Qur‟an juga menjelaskan tentang

masalah perbedaan tidak menggunakan pemaksaan dalam kehendak

apalagi yang berdasar fanatisme ideologi suatu golongan tertentu.

C. Islam dan Kebebasan Beragama

Q.S. Al-Baqoroh: 256;

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa

yang ingkar kepada Thaghut, dan beriman kepada Allah, Maka

Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang

tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada pemaksaan dalam

beragama. Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya; tidak ada paksaan

dalam agama adalah ال تكرهوا احدا عهي اندخول في دين اإلسالو (janganlah kamu

memaksa seseorang untuk memasuki/ beragama Islam). 20

Selaras dengan

UUD 1945 bab Agama pasal 29 ayat 2, yang menyatakan;21

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu.”

Artinya setiap kelompok-kelompok keagamaan berhak

menjalankan peribadatanya masing-masing dengan aman, tanpa ada

20

Ibn Katsir al-Dimasyqi, Tafsir Al-Qur’an al-Adzim, (Bairut: Dar al-Fikr, 2011) juz 1,

hlm 285. Wahbah Zuhaili juga mengemukakan; “Janganlah kamu memaksa seseorang untuk

masuk Islam. Sesungguhnya dalil-dalil Islam tidak butuh-sesudah adanya dalil-dalil itu- tidak

butuh kepada pemaksaan. Dan karena sesungguhnya iman itu berdiri di atas penerimaan dengan

sukarela, argumentasi dan bukt, maka tidaklah berguna adanya pemaksaan, kekerasan atau

pengharusan dalam masalah iman tersebut. Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa

al-Syari’ah wa al-MAnhaj, (Beirut: Dar al-Fikr al-Muashir, 1991), juz 3, cet I, hlm 325. 21

Majelis Permuyawaratan Rakyat, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 dan Ketetapan MPR RI, (Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI,

2012) cet XI, hlm 183.

Page 11: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

10

gangguan-gangguan dari pihak lain. Ketika terjadi banyak konflik yang

dilatar belakangi atas nama agama sebenarnya itu adalah perbuatan yang

kurang benar.

Melalui ayat di atas, jelaslah bahwa Islam secara eksplisit melarang

segala bentuk pemaksaan dan penekanan, karena tidak sesuai dengan

kehendak Allah yang memberikan kebebasan dalam iman. Islam juga

memperkuat dan meneguhkan larangan terhadap penyiksaan dan

pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak mau beragama Islam. Inilah

dasar ajaran Islam untuk bersikap tasamuh (toleransi), umat Islam harus

hidup damai dan berdampingan dengan umat beragama lain, bekerja sama

dengan mereka dalam al-mashalih al-ummah (kepentingan umat), saling

menghormati tanpa adanya sikap menekan, memaksa, meneror, apalagi

saling membunuh, karena pada hakikatnya perbedaan adalah rahmat dan

karunia Allah, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan untuk saling

berbagi rasa, pengetahuan dan wawasan sehingga mampu merajut

kebersamaan dalam bingkai keagamaan-kemanusiaan-keduniawian. Agar

tercipta kerukunan dan perdamaian serta persatuan umat sebagai bentuk

Islam rahmatan lil ‘alamin,

D. Islam dan Dakwah

Sikap toleransi dan kebebasan Beragama sebagaimana yang di

jelaskan di atas bukan berarti menggugurkan kewajiban Islam dalam

mendakwahkan ajaranya. Islam justru memberikan alternatif dan prinsip-

prinsip dalam berdakwah dengan bersikap dinamis-humanis tanpa

menggunakan pemaksaan dan kekerasan, intimidasi atau bentuk-bentuk

penekanan lainnya.

Q.S An-Nahl: 125;

Page 12: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

11

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.”

Metodologi dakwah dalam Islam sebagaimana yang dijelaskan

pada ayat tersebut adalah menggunakan hikmah22

yang lebih menekankan

pada argumentasi yang kuat, yakni perkataan yang tegas dan benar,

materi-materi yang bisa dijustifikasi secara ilmiah, data-data yang shohih

dan akurat serta menggunakan langkah-langkah yang bijaksana. Dalam hal

ini dakwah pada hakikatnya merupakan peran yang semestinya

dilakukakan oleh mereka yang mempunyai pengetahuan mendalam,

karena dakwah dengan hikmah merupakan ajaran Islam yang ditandai

dengan pemikiran kreatif untuk menjawab problematika yang muncul di

masyarakat.

Bil maudzot al-hasanah yaitu يواعظه او انقول انرفيق (pelajaran atau

perkataan yang lembut).23

Islam dalam berdakwah harus dilakukan dengan

cara yang santun, memberikan nasihat, pesan dan pelajaran yang baik yang

mampu menyejukkan jiwa, menggugah dan menumbuhkan kesadaran.

Karena penyampaian yang baik akan menjadikan dakwah bisa diterima

dikalangan masyarakat, tetapi penyampaian dalam dakwah jika tidak

menggunakan penyampaian yang santun dan baik, maka akan

menimbulkan dampak yang negatif, walaupun apa yang disampaikan

berupa materi-materi pokok dan penting.

Selanjutnya wa jadilhum bi allati hiya ahsan (bantahlah mereka

dengan cara yang baik). Islam mempunyai pandangan mengenai masalah

debat dengan cara yang konstruktif dan inovatif, ini merupakan cara

perdebatan yang baik untuk mencapai tujuan yang baik. Al-Razi

22

Hikmah yang dimaksud dalam berdakwah adalah mengemukakan dalil-dalil yang

digunakan untuk menjelaskan tentang kebenaran kiatab suci (Al-Qur‟an). Al-Zamakhsyari

menafsirkan al-hikmah dengan pendapat yang arif dan argumentatif. Lihat al-Zamakhsyari, Tafsir

al-Kasyaf, (Beirut: Dr al-kutub al-„Ilmiyyah, tt) jilid 2, hlm 617. 23

Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalin, (Beirut: Dar Ihya‟ al-

Turots al-„Arobi, 1999), cet I, hlm 281.

Page 13: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

12

mengemukakan debat yang konstruktif sangat diperlukan karena debat

mempunyai karakter untuk menundukkan lawan debat, 24

sementara al-

Zamakhsyari memaknai debat yang kreatif dan inovatif adalah memilih

cara terbaik dalam debat, yang diantara cirinya identik dengan apresiasi

terhadap pendapat orang lain, lemah-lembut, tidak menggunakan kata-kata

kasar, terutama yang bisa memancing kemarahan dan tindakan kekeraan.25

Artinya berdialog, berdiskusi atau berbantah-bantahan harus menggunakan

argumen yang kuat, didasarkan dengan prinsip keilmuan, pengendalian

diri dan emosi dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan pendapat atau

kehendaknya sendiri, bersikap toleran dan menghargai pendapat orang

lain. Melalui pemahaman inilah, akhirnya muncul rasa saling menghormati

dan menghargai, mendorong seseorang untuk bersikap bijaksana dan

berlaku adil.

E. Islam dan Perdamaian

Jika ditanya. “Apakah Islam adalah agama perdamaian?” Maka

jawabanya adalah “Ya”. Ini bisa di lihat dari definisi Islam itu sendiri

yang berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman (berserah diri,

keselamatan, kesejahteraan). Kata tersebut bisa berarti perdamaian seperti

yang diartikan Al-Qur‟an dengan menggunakan kata al-silm.

Q.S. Al-Anfal: 61;

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah

kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang

Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Lafadz انسهى yang dimaksud adalah انصهح yakni bermakna damai.26

yang dimaksud damai disini tentu bukan sekedar damai begitu saja. tetapi

24

Al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), jilid 10 hlm

142. 25

al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasyaf, (Beirut: Dr al-kutub al-„Ilmiyyah, tt) jilid 2, hlm 619. 26

Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalin, (Beirut: Dar Ihya‟ al-

Turots al-„Arobi, 1999), cet I, hlm 184.

Page 14: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

13

Islam memberikan penjelasan makna perdamaian dalam konteks

keberagamaan dan kehidupan sosial secara umum, baik secara individual

maupun golongan, baik antara internal Islam maupun non-Muslim.

Islam menekankan hubungan yang baik kepada sesama manusia,

Menurut Ibn Khaldun; setiap manusia harus menjalin hubungan yang

harmonis dengan yang lain. Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang

senantiasa melakukan interaksi sosial.27

hal ini merupakan langkah awal

menuju perdamaian, karena perdamaian merupakan salah satu bentuk

ukuran tertinggi dalam peradaban manusia. Islam juga menyeru kepada

umat manusia untuk hidup rukun saling tolong menolong dalam

melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk saling bahu

membahu menumpas kedzaliman, saling bertoleransi atas segala

perbedaan yang ada dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang

dapat merugikan semua pihak dengan harapan menciptakan kehidupan

yang damai dan sejahtera sebagai wujud Islam rahmatan lil ‘alamin.

27

Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, (Kairo: Dar ibn Haytsam, 2005), hlm 34.

Page 15: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

14

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraian di atas menyatakan secara tegas bahwa Islam bukan

hanya sebagai agama yang berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar

atau pilar-pilarnya secara detail dan komprehensif. Tetapi Islam juga

merupakan peradaban yang memberikan rumusan tegas terhadap nilai-

nilai kemanusiaan secara universal.

Islam merupakan paham keagamaan yang moderat, toleran,

harmonis, mengedepankan kasih sayang, perdamaian dunia, persaudaraan

dan persatuan, menjelaskan kebebasan beragama dan kerukunan. Hal

tersebut merupakan tujuan disyari‟atkannya Islam yaitu sebagai agama

yang terbaik dalam mengayomi seluruh lapisan masyarakat sehingga

terwujudlah Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta

alam).

B. Saran

Sebagai seorang muslim hendaknya kita berusaha untuk terus

memahami al-Qur'an, yang telah Allah berusaha mengamalkan perintah

dan menjauhi larangan-larangannya dengan sebaik-baiknya, sehingga kita

selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Sebagai mahluk dibekali dengan jiwa dan akal pikiran. Hendaklah

kita gunakan untuk memperluas wawasan dan memperdalam ketakwaan

dengan mendalami isi al-Qur'an. Dan selanjutnya diamalkan dalam

kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara dengan satu tujuan yaitu

menyembah hanya kepada Allah.

Page 16: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Yusuf Ali, 1993, The Holy Quran: Text and Translation, Islamic Book

Trust. Edisi terjemah oleh Ali Audah, Al-Qur’am, Terjemah dan

Tafsirnya, (Jakarta: Pustaka Firdaus).

Abi Thohir Muhammad bin Ya‟qub al-Faruzabadi, tt, Tanwir al-Miqbas min

Tafsir ibn ‘Abbas, (Surabaya: al-Hidayah).

Achmad Muchji, 1994, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Gunadarma).

Akbar S. Ahmed, 1993, Posmodernisme dan Harapan Bagi Islam, (Bandung:

Mizan)

Al-Razi, 1993, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Fikr), jilid

10.

Al-Syatiby, tt, al-Muwafaqat fi Ushul al- Syari’ah, (Kairo: Mustafa Muhammad),

Jilid 2.

Al-Zamakhsyari, tt, Tafsir al-Kasyaf, (Beirut: Dr al-kutub al-„Ilmiyyah) jilid 2.

H.M. Atho Mudzhor, 2007, Pendekatan studi Islam dalam Teori dan Praktek.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Ibn Katsir al-Dimasyqi, 2011, Tafsir Al-Qur’an al-Adzim, (Bairut: Dar al-Fikr) juz

1.

Ibn Katsir al-Dimayqy, 2009, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr) Juz

3.

Ibn Khaldun, 2005, Muqaddimah Ibn Khaldun, (Kairo: Dar ibn Haytsam).

Ibn Qayyim, tt, I’lam al-Muaqi’in Rabb al- ‘Alamin, (Beirut: Dar al-Jayl) Jilid 3.

Imam Mala „Abdullah, tt, Matn al-Bina’ wa al-Asas, (Surabaya: Maktabah Al-

Hikmah).

Imam Nawawi, tt, Marah Labid al-Nawawi,(Surabaya: Dar Al-Ilm).

Imam Taqiyyuddin Abi Bakr bin Muhammad, tt, Kifayat al-Akhyar, (tp) juz 1.

Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, 1999, Tafsir al-Jalalin, (Beirut:

Dar Ihya‟ al-Turots al-„Arobi), cet I.

Jalaluddin As-Suyuthi, 2002, Lubab an-Nuqul fi Asbabi an-Nuzul, (Bairut: Dar al-

Fikr).

Page 17: AL-QUR’AN DALAM PERADABAN MULTIKULTURAL · PDF filewujud Islam rahmatan lil ‘alamin. B. Islam dan Toleransi Al-Qur‟an menawarkan ayat-ayat mengenai makna toleransi untuk

16

Majelis Permuyawaratan Rakyat, 2012, Panduan Pemasyarakatan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Ketetapan MPR RI,

(Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI) cet XI.

Muhammad bin „Alawi al-Maliki, 1986, Zubdat al-Itqon fi Ulum al-Qur’an,

(Jeddah: Dar al-Syuruq), cet III.

M. Quraish Shihab, 2012, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan

Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih, (Tangerang: Lentera Hati), cet III.

M. Rasyid Ridha, tt, Tafsir al-Manar, (Beirut: Dar al-Fikr) cet II, Juz 3.

Nurcholis Madjid, 1992, Islam Doktrin dan Peraban, (Jakarta: Yayasan Wakaf

Paramadina).

Nor Ichwan, 2002, Memahami Bahasa Al-Qur’an; Refleksi Atas Persoalan

Linguistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) cet I.

Wahbah Zuhaili, 1991, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al-

MAnhaj, (Beirut: Dar al-Fikr al-Muashir), juz 3, cet I.