awal shofar 1435 h

19
HISAB AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H. D. Metode Ephemeris Metode Hisab Awal Bulan “Ephemeris” merupakan salah satu metode hisab awal bulan yang paling popular di kalangan ahli Hisab, terutama di lingkungan Departemen Agama RI saat ini. Metode ini dimuat dalam buku Ephemeris Hisab dan Rukyat yang diterbitkan setiap tahun sejak tahun 1993 oleh Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama RI. Ephemeris Hisab dan Rukuyat berisi data bulan dan matahari yang dipersiapkan khusus untuk kepentingan Hisab dan Rukyat. 1. Isi Kandungan Almanak Ephemeris Buku Ephemeris Hisab Rukyat yang dikeluarkan Departemen Agama RI, misalnya untuk tahun 2004, berisi data sebagai berikut : 1 a. Kalender Masehi b. Taqwim awal bulan Qamariyah, yang berisi hasil perhitungan ijtima dan ketinggian hilal pada awal bulan Qamariyah c. Fase-fase bulan dan saat gerhana bulan dan matahari d. Ketinggian hilal pada saat matahari terbenam di wilayah dunia. e. Data posisi bulan dan matahari setiap jam, selama tahun yang bersangkutan. Data yang dibutuhkan untuk hisab awal bulan Qamaraiah adalah data posisi bulan dan matahari setiap jam, selama satu tahun yang bersangkutan. Data matahari dan bulan tersebut telah disosialisasikan Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI melalui progran Hisab by Windows atau Winhisab. Adapun data matahari dan bulan tersebut meliputi sebagai berikut : 1 Departemen Agama RI, Epemeris Hisab Rukyat 2004, Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama.

Upload: ardiansyah-muhammad

Post on 12-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cerita safar

TRANSCRIPT

Page 1: Awal Shofar 1435 h

HISAB AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H.

D. Metode Ephemeris

Metode Hisab Awal Bulan “Ephemeris” merupakan salah satu metode hisab awal bulan yang paling popular di kalangan ahli Hisab, terutama di lingkungan Departemen Agama RI saat ini. Metode ini dimuat dalam buku Ephemeris Hisab dan Rukyat yang diterbitkan setiap tahun sejak tahun 1993 oleh Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama RI. Ephemeris Hisab dan Rukuyat berisi data bulan dan matahari yang dipersiapkan khusus untuk kepentingan Hisab dan Rukyat.

1. Isi Kandungan Almanak Ephemeris Buku Ephemeris Hisab Rukyat yang dikeluarkan Departemen Agama

RI, misalnya untuk tahun 2004, berisi data sebagai berikut : 1

a. Kalender Masehib. Taqwim awal bulan Qamariyah, yang berisi hasil perhitungan ijtima

dan ketinggian hilal pada awal bulan Qamariyahc. Fase-fase bulan dan saat gerhana bulan dan mataharid. Ketinggian hilal pada saat matahari terbenam di wilayah dunia.e. Data posisi bulan dan matahari setiap jam, selama tahun yang

bersangkutan.Data yang dibutuhkan untuk hisab awal bulan Qamaraiah adalah data

posisi bulan dan matahari setiap jam, selama satu tahun yang bersangkutan. Data matahari dan bulan tersebut telah disosialisasikan Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI melalui progran Hisab by Windows atau Winhisab.

Adapun data matahari dan bulan tersebut meliputi sebagai berikut :

a. Data matahari dan bulan terdiri dari : 1) Ecliptic Longitude atau Bujur Astronomis Matahari / bulan atau

Taqwimussyam / qamar atau thulus Syams / Qamar, yaitu jarak titik pusat matahari dari titik Aries (vernal Equinox = Haml), diukur sepanjang lingkaran ekliptika ( dairatul buruj). Jika nilai bujur Astronomis Matahari sama dengan nilai Bujur Astronomis Bulan maka terjadi Ijtima’. Data ini diperlukan antara lain dalam ijtima’ dan gerhana.

2) Ecliptic Latitude atau lintang Astronomis matahari / bulan atau ‘ardhusy syams / qamar yaitu jarak titik pusat matahari/bulan dari lingkaran ekliptika (da’iratul buruj). Karena jalannya matahari itu tidak rata, selalu ada pergeseran ke utara atau ke selatan sedikit dari ekliptka, maka besarannya selalu mendekati nol. Sedangkan nilai maksimum lintang astronomi bulan adalah 5 8’. Lintang astronomi positif (+) berarti matahari/bulan berada di utara, nilai negatif berarti berada disebelah selatan. Jika saat ijtima’ nilai lintang astronomis bulan sama / hampir sama

1 Departemen Agama RI, Epemeris Hisab Rukyat 2004, Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama.

Page 2: Awal Shofar 1435 h

persis dengan nilai lintang astronomis matahari, maka akan terjadi gerhana matahari. Data ini diperlukan antara lain ijtima dan gerhana.

3) Apparent Right Ascention atau Asensio Rekta Matahari / bulan atau panjatan tegak atau As Shu’udul Mustaqim atau mathali’ul Baladiyah, yaitu jarak antara suatu benda langit dari titik Aries, diukur sepanjang lingkaran equator (da’iratul muaddalin nahar). Data ini diperlukan antara lain dalam perhitungan ijtima’, ketinggian hilal dan gerhana.

4) Apparent Declination atau deklinasi matahari/bulan (mailus Syam / Qamar) adalah jarak antara matahari / bulan dari equator diukur sepanjang lingkaran deklinasi, yaitu lingkaran besar yang mengelilingi bola langit dan melalui titik kutub langit (KU-KS). Nilai deklinasi positif berarti matahari / bulan di utara garis Equator, sebaliknya nilai negatif berarti matahari/bulan berada di selatan garis Equator. Data ini diperlukan untuk penentuan waktu shalat, bayang-bayang kiblat, ketinggian hilal, ijtima, gerhana.

5) Semi diameter atau jari-jari matahari/bulan (Nisfu Quthr), yaitu jarak antara titik pusat matahari/bulan dengan piringan luarnya. Nilai semi diameter bulan rata-rata 15’ sebab piringan bulatan bulan penuh adalah sekitar 30’ (0,5 derajat). Data ini diperlukan untuk perhitungan ketinggian piringan atas (upper limb) hilal, menghitung secara tepat saat matahari atau bulan terbenam atau terbit.

b. Data Matahari :1) True Geocentric (jarak geocentric), yaitu jarak antara bumi dan matahari,

Nilai pada data ini merupakan jarak rata-rata bumi dan matahari, sekitar 150 juta km. Karena bumi mengelilingi matahari dalam bentuk ellips, maka jarak bumi-matahari tidak selalu sama. Jarak terdekat (perigee/hadlidl) sedangkan jarak terjauh disebut (apogee/al-Auj). Data ini untuk menghitung gerhana.

2) True Obliquity atau kemiringan ekliptika (mail kully hakiki), yaitu besarnya sudut kemiringan antara equator (mu’addalun nahar ) dan ekliptika (da’iratul buruj). Data ini untuk menghitung ijtima’ dan gerhana.

3) Equation of time (perata waktu), yaitu selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari rata-rata. Bumi berputar pada sumbunya rata-rata 24 jam sekali putaran, tetapi ternyata kecepatan perputaran ini tidak selalu sama, sehingga saat kulminasinyapun selalu berubah-ubah. Perubahan-perubahan ini disebut perata waktu (ta’dil al-waqt). Data ini diperlukan dalam menghisab waktu shalat.

c. Data Bulan.

1) Parallax (ikhtilaful manzhar), yaitu sudut antara garis yang ditarik dari titik pusat bulan ke titik pusat bumi dengan garis dari titik pusat bulan ke mata pengamat, atau paralax adalah sudut yang memisahkan titik pusat bumi dengan mata pengamat. Sedangkan Horizontal parallax (Hp) adalah Parallax dari bulan yang sedang berada persis di garis ufuq. Semakin mendekati titik zenith (sumtul-ra’s) nilai parallax suatu benda semakin kecil, dan pada posisi zenith nilainya nol, pada posisi ufuq nilainya paling besar. Di samping itu nilai parallax tergantung pula pada jarak benda langit

86

Page 3: Awal Shofar 1435 h

dengan mata pengamat (bumi). Semakin jauh, makin kecil nilainya. Nilai parallax matahari sangat kecil, bahkan dapat diabaikan sebab jarak matahari - bulan sangat jauh, berbeda dengan jarak antara bulan – bumi. Data Horizontal Parallax ini diperlukan untuk mengkoreksi perhitungan ketinggian hilal, dari ketinggian hakiki menjadi ketinggian mar’i (visible altitude).

2) Angle bright limb atau sudut kemiringan hilal yaitu sudut kemiringan sinar hilal yang tampak, akibat kemiringan terhadap matahari. Sudut waktu ini diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik zenith (sumtul-ra’s) ke garis yang dihubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat matahari dengan arah yang sesuai dengan perputaran jarum jam.

3) Fraction Illumination yaitu besarnya piringan hilal yang menerima sinar matahari dan menghadap ke bumi. Jika seluruh piringan bulan menerima sinar terlihat di bumi, yaitu Bulan Purnama (al-Badr), nilai Fraction Illumnya adalah satu. Apabila bumi, bulan dan matahari berada pada satu garis lurus, maka akan terjadi Gerhana Matahari Total, nilainya nol. Setelah bulan purnama nilai Fraction Illumnya (cahaya bulan) semakin mengecil sampai yang paling kecil bahkan sampai habis, yaitu saat terjadi ijtima’ akhir bulan.

Disamping data matahari dan bulan sebagaimana keterangan di atas, yang juga dibutuhkan untuk menghitung awal bulan adalah data refraksi dan kerendahan ufuk. 1) Refraksi adalah pembiasan cahaya besarnya penampakan cahaya

bulan-hilal karena melalui atmosfir bumi, sehingga penampakan hilal dari bumi menjadi bergeser sebesar refraksi tersebut.

2) Harga kerendahan ufuk ini dapat dicari dengan rumus D’ = 1.76 ketinggian tempat / 60. Dengan demikian kerendahan ufuk tergantung pada pengaruh ketinggian tempat observasi.

2. Cara Mengambil Data dari Ephemeris

a. Waktu yang dipergunakan.

Data matahari dan bulan tersebut diatas disajikan berdasarkan waktu Greenwich atau yang terkenal dengan waktu GMT (Greenwich Mean Time). Untuk merubah GMT menjadi waktu-waktu daerah di Indonesia:WIB = GMT + 7 jam atau sebaliknya GMT = WIB - 7 jamWITA = GMT + 8 jam atau GMT = WITA - 8 jamWIT = GMT + 9 jam atau GMT = WIT - 9 jam

Berdasarkan keputuan Presiden RI No. 41 / 1987 tentang pembagian wilayah RI menjadi tiga wilayah, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB) dengan titik pusat meridian (bujur) 105º BT; sedangkan Waktu Indonesia Tengah (WITA) dengan titik pusat meridian (bujur) 120º BT, dan Waktu Indonesia Timur (WIT) dengan titik pusat meridian (bujur) 135º BT.

Sedangkan yang termasuk wilayah WIB adalah seluruh Provinsi Sumatra, seluruh Provinsi Jawa dan Madura, seluruh Provinsi Kalimantan Barat, seluruh Provinsi Kalimantan Tengah. WITA meliputi: seluruh Provinsi

87

Page 4: Awal Shofar 1435 h

Kalimantan Timur, seluruh Provinsi Kalimantan Selatan, seluruh Provinsi Bali, seluruh Provinsi Nusatenggara Barat, Seluruh Provinsi Nusatenggara Timur, seluruh Provinsi Timut-Timur, seluruh Provinsi Sulawesi. dan WIT adalah seluruh Provinsi Maluku, seluruh Provinsi Papua.

Untuk mencari data matahari / bulan bagi wilayah Indonesia, waktu-waktu daerah di Indonesia, terlebih dahulu harus diubah menjadi GMT. Waktu standar 105o (WIB), 120o (WITA) dan 135o (WIT).

Contoh : Mencari deklinasi matahari dan bulan pada jam 18.00 WIB tanggal 11 Oktober 2007 M.

Langkah 1 : Merubah WIB menjadi GMT, dengan rumus :

GMT = WIB - 7 jam, maka : GMT = 18.00 - 7 jam = 11.00.Jadi jam 18.00 WIB = jam 11.00 GMT.

Langkah 2 : Mencari data deklinasi matahari dan bulan tanggal 11 Oktober 2007, jam 11.00 GMT.

Hasilnya : Deklinasi matahari = - 6o 57’ 57” Deklinasi bulan = - 11o 18’ 28”

3. Penyisipan / Interpolasi

Data Matahari dan Bulan dalam Almanak ini disajikan pada setiap jam, untuk memperoleh data pecahan jam, diperlukan langkah-langkah penyisipan/ interpolasi. Dengan rumus :

Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I

Contoh : Mencari Asensio Rekta Matahari jam 17.26 WIB tanggal 11 Oktober 2007Langkah 1 : Merubah WIB menjadi GMT, yakni :

GMT = WIB - 7 jam, maka : GMT = 17.26 WIB - 7 jam = 10.26 GMT. Jadi jam 17.26 WIB = 10.26 GMT.

Langkah 2 : Mencari Asensio Rekta Matahari jam 10.26 GMT berikut :

Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I

A = Data pada jam 10 GMT = 196 o 19’ 42"B = Data pada jam 11 GMT = 196 o 22’ 00"C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26I = Interval dari jam 10.00 – 11.00 = 1

Maka hasil interpolasi adalah : 196 o 19’ 42" – (196 o 19’ 42" - 196 o 22’ 00") x 0 o 26 ' : 1

88

Page 5: Awal Shofar 1435 h

= 196 o 19’ 49.8"

Contoh : Mencari Deklinasi Bulan pada jam 17.26 WIB tanggal 11 Oktober 2007Mencari Deklinasi Bulan pada jam 10:26 GMT berikut :

Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I

A = Data pada jam 10 GMT = - 11 o 05’ 23”B = Data pada jam 11 GMT = - 11 o 18’ 28”C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26 I = Interval dari jam 10.00 – 11.00 = 1

Maka hasil interpolasi adalah : - 11 o 05’ 23”– ((- 11 o 05’ 23”) - (- 11 o 18’ 28”)) x 0 o 26’ / 1 = - 11 o 11’ 3.17”

Catatan : 1. Perhitungan bisa dibulatkan sampai satuan detik. 2. Hati-hati dengan tanda (+) atau (–) pada setiap perubahan data.

Hisab Awal Bulan dengan Metode Hisab Rukyat Ephemeris

Perhitungan Awal bulan Qomariah misalnya Awal Bulan SHOFAR 1435 H. dengan metode Hisab Ephemeris, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memperkirakan terjadi ijtima' Awal bulan SHOFAR 1435 H. dengan menggunakan perbandingan tarikh. Perkiraan yang dilakukan ini berguna untuk mendapatkan data matahari dan bulan yang dibutuhkan untuk konteks menghitung awal bulan SHOFAR 1435 H. (BERTEPATAN PADA TANGGAL BERAPA 29 MUHARAM 1435 H ?)

2. Mencari saat terjadi ijtima' awal bulan SHOFAR 1435 H. Saat ijtima' ini sangat penting untuk mengetahui kapan kemungkinan akan terjadi pergantian bulan baru.

3. Mencari situasi dan kondisi hilal awal bulan SHOFAR 1435 H, termasuk untuk mengetahui kemungkinan hilal dapat dirukyat atau tidak. Sekaligus situasi dan kondisi hilai awal bulan ini sangat penting untuk menarik kesimpulan tentang akan terjadinya bulan baru.

Contoh Hisab Awal Bulan MUHARRAM 1435 H : 1. Memperkirakan ijtima’ awal bulan MUHARRAM 1435 H,

dengan menggunakan Perbandingan Tarikh. Sebagai berikut :

29 DZULHIJJAH 1434 H = berapa Masehinya ?

89

Page 6: Awal Shofar 1435 h

1434 – 1 = 1433 Tahun 1433 / 30 = 47 siklus + 23 tahun 29 Dzulhijjah 1434 = 47 siklus + 23 tahun + 0 bulan + 29 hari

47 siklus = 47 x 10631 = 499657 hari23 tahun = 23 x 354 + 8 (8 tahun kabisat) = 8150 hari0 bulan = ( 6 x 30 ) + ( 5 x 29 ) = 325 hari29 hari = 29 hari +

508161 hariSelisih Hijriyah dan Masehi = 227016 hari + 735177 hariAnggaran Gregrorius XIII = 13 hari + 735190 hari

735190 / 1461 = 503 daur + 307 hari503 x 4 Tahun = 2012 tahun307 hari / 365 = 0 tahun + 307 hari307 hari = 0 tahun + 1 0 bulan + 3 hari Jumlah = 2012 tahun + 10 bulan + 3 hari

Dibaca = tanggal 3 November 2013 M.

735177 : 7 = 105025 sisa 2 hari = Ahad735177 : 5 = 147035 sisa 2 hari = Legi

29 Dzulhijjah 1435 H = Ahad Legi, tanggal 3 November 2013 M.

2. Mencari saat ijtima’ dengan data Ephemeris, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mencari FIB. terkecil pada bulan Desember 2013b. Mencari ELM. dan ALB sesuai dengan jam FIB terkecilc. Mencari Sabak Matahari (SM), dan Sabak Bulan (SB) perjam d. Mencari Saat Ijtima’ dengan rumus sebagai berikut :

Jam FIB + (( ELM – ALB ) / ( SB – SM )) + 7 Jam WIB

Jam FIB + ((ELM1– ALB1 ) / ((ALB2 - ALB1) – (ELM2-ELM1))) + 7 Jam

Keterangan : FIB = Fraction Illuimination Bulan ELM = Ecliptic Longitude Matahari ALB = Apparent Longitude Bulan

a) FIB terkecil yaitu 0,00001 yang terjadi pada jam 13 GMT tgl 3 November 2013

b) ELM pada jam 13 GMT adalah 221 13’ 24”

90

Page 7: Awal Shofar 1435 h

ALB pada jam 13 GMT adalah 221 20’ 58”c) SM = ELM jam 14 GMT = 221 18’ 54”

jam 13 GMT = 221 13 ’ 24 ” - Sabak Matahari (SM) = 0 05’ 30”

SB = ALB jam 14 GMT = 221 56’ 24” jam 13 GMT = 2 21 20 ’ 5 8 ” - Sabak Bulan (SB) = 0 35’ 26”

d) Jam 13 +((221 13’ 24” - 221 20’ 58”) / (0 05’ 30”- 0 35’ 26”)) +7 Jam (WIB)

= 20 j 15 m 10,02 d WIB

Operasional kalkulator tipe casio fx 4500 (dan sejenisnya), tekan secara berurutan :

13 + ( ( 221 13’ 24” - 221 20’ 58”

) / ( 0 05’ 30” - 0 35’ 26”

) ) + 7 Shift ’ ” Tampil di layar 20 : 15 : 10,02 WIB

Jadi : Ijtima al-hilal awal bulan MUHARRAM 1435 H. terjadi jam 20 : 15 : 10,02 WIB, tanggal 3 NOVEMBER 2013.

3. Mencari Posisi dan Situasi Hilal Awal Bulan MUHARRAM H., dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Menetapkan markas hisab dan rukyat, serta data astronominya.(2) Mencari sudut waktu Matahari saat matahari terbenam.(3) Mencari Saat Matahari Terbenam.(4) Mencari sudut waktu Bulan, saat Matahari terbenam.(5) Mencari ketinggian Hilal Mar’i saat Matahari terbenam.(6) Mencari Mukuts Hilal.(7) Mencari Besarnya Nurul Hilal(8) Mencari Azimut Matahari dan Bulan.(9) Mencari Letak dan Keadaan Hilal.

Proses Perhitungan(1)Menetapkan markas hisab / rukyat, serta data astronominya.

Markas hisab ditetapkan berdasarkan pilihan tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan rukyatul hilal. Misalnya lokasi rukyat CONDRODIPO, GRESIK, dengan data :Lintang tempat ( = phi ) = - 7o 10’ 11,1” (LS)Bujur tempat ( = lamda ) = 112o 37’ 2,5” (BT)Tinggi tempat ( h ) = 120 meter di atas air laut.

(2) Menetapkan sudut Matahari, saat Matahari terbenam,

91

Page 8: Awal Shofar 1435 h

tanggal 3 NOVEMBER 2013, dengan cara :

a) Mencari data matahari saat terbenam, yaitu sekitar jam 18.00 WIB atau 11.00 GMT, yakni data yang dibutuhkan meliputi :Deklinasi (d’) matahari jam 11.00 GMT = - 15o 10’ 59”Equation of time (e) matahari = 0 j 16m 29d D’ (Dip) = (1.76 120) / 60 = 0 19’ 16,79”Refraksi (ref) untuk 0 = 0 34’ 30”Semi diameter ( s.d ) = 0 16’ 07,40”

b) Mencari tinggi matahari saat terbenam (h) dengan rumus :

h = 0o - S.d - Refr - Dip

h = 0 o - 0 16’ 07,40” - 0 34’ 30” - 0 19’ 16,79”h = - 1 9’ 54,19”

c) Mencari sudut waktu saat matahari terbenam, dengan rumus :

Cos t = - tan p x tan d + sin h / cos p / cos d

t = sudut waktu matahari p = Lintang tempat d = Deklinasi Matahari h = Tinggi Matahari saat terbenam

Data : p = - 7o 10’ 11,1”

d = - 15o 10’ 59”h = - 1 9’ 54,19”

Operasional kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan :

Shift cos ( - tan - 7o 10’ 11,1” x

tan - 15o 10’ 59” + Sin - 1 9’ 54,19”

/ cos - 7o 10’ 11,1” / cos

- 15o 10’ 59” ) Exe shift ’ ” 93o 10’ 27”

t = 93o 10’ 27”

(3) Mencari Saat Matahari Terbenam, dengan Rumus :

( t / 15 ) + ( 12 - e ) + KWD

93o 10’ 27” / 15 = 6 j 12 m 41,8 d Kulminasi = 12 j 00 m 0.0 d + 18j 12m 41,8d

92

Page 9: Awal Shofar 1435 h

Eq. of time ( e ) = 00 16 29 - L M T (Local Mean Time) = 17 56 12,8KWD = ((105-112 37’ 2,5” ) / 15 ) = - 0 30 2 8,17 + WIB = 17 25 44,63Koreksi bujur GMT = 7 00 00 -Jam GMT = 10 25 44,63

Jadi Matahari terbenam tgl 3 November 2013 di Condrodipo Gresik pada :jam 17 : 25 : 44,63 WIB. atau jam 10 : 25 : 44,63 GMT

(4) Menetapkan sudut waktu Bulan, saat Matahari terbenam (yaitu :

jam 10 : 25 : 44,63 GMT), dengan langkah-langkah :

a) Mencari Asensio Rekta Matahari (AR):

Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I

A = AR jam 10 GMT = 218o 43’ 04”B = AR jam 11 GMT = 218o 45’ 32”C = kelebihan menit pada jam 10.00 = 00 : 25 : 44,63 I = Interval antara 10.00 dan 11.00 = 1

Maka hasil interpolasi adalah : 218o 43’ 04” - (218o 43’ 04”- 218o 45’ 32”) x 00 : 25 : 44,63 / 1 = 218o 44’ 7,5”

b)Asensio Rekta Bulan (AR):

Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I

A = ARjam 10 GMT = 217o 14’ 09”B = ARjam 11 GMT = 217o 49’ 52”C = kelebihan menit pada jam 10.00 = 00 : 25 : 44,63 I = Interval antara 10.00 dan 11.00 = 1

Maka hasil interpolasi adalah : 217o 14’ 09” - (217o 14’ 09” - 217o 49’ 52”) x 00 : 25 : 44,63 / 1= 217o 29’ 28,4”

c) Mencari Sudut Waktu Bulan ( t) saat Matahari terbenam.

t = Ar - Ar + t

t = 218o 44’ 7,5” - 217o 29’ 28,4” + 93o 10’ 27” = 94o 25’ 6.1”

93

Page 10: Awal Shofar 1435 h

(5) Menetapkan Tinggi Hilal Mar’i (h). dengan langkah-langkah :

a) Mencari deklinasi bulan (d) :

Interpolasi : A - ( A – B ) x C / I

A = d Jam 10.00 GMT = - 14 31’ 17”B = d Jam 11.00 GMT = - 14o 39’ 20” C = kelebihan menit pada jam 10.00 = 00 : 25 : 44,63 I = Interval antara 10.00 dan 11.00 = 1

Maka hasil interpolasi adalah : - 14o 39’ 20” - ((- 14o 39’ 20”) – (- 14o 39’ 20”)) x 00 : 25 : 44,63 / 1= - 14o 39’ 20”

b) Mencari tinggi hakiki bulan (h). Rumus :

Sin h= Sin p x Sin d + Cos p x Cos dx Cos t

Data : P = - 7o 10’ 11,1” d = - 14o 39’ 20” t = 94o 25’ 6.1”

Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan :

Shift Sin ( Sin - 7o 10’ 11,1” x sin

- 14o 39’ 20” + Cos - 7o 10’ 11,1” x cos

- 14o 39’ 20” X cos 94o 25’ 6.1” ) exe

shift ’ ” Tampil pada layar - 2o 25’ 42,37”

h = - 2o 25’ 42,37”

c) Mencari tinggi mar’i ( lihat ) bulan (h’), dengan rumus :

h’ = h- Parallax - s.d + Ref + Dip

Parallax = Hp (Horizontal parallax) X Cos h = 00o 59’ 07” x Cos - 2o 25’ 42,37”= 0o 59’ 3,81”

h(tinggi hakiki) = - 2o 25’ 42,37”Parallax = 00 o 59 ’ 07 ” - 3 24’ 49,37” Sd (semi diameter) = 0 1 6’ 07,40 ” - 3 8’ 41,97” Refraksi 3 26’ 00,74” = 0 12’ 30” Dip ( kerendahan ufuq ) = 0 19 ’ 16,79 ” +

94

Page 11: Awal Shofar 1435 h

h’( tinggi mar’i ) = 4o 18’ 59,5”

6) Menetapkan Mukuts ( lama hilal di atas ufuq ), dengan rumus :

H’/ 15 atau h’ x 4 menit

Mukuts = 4o 18’ 59,5” / 15 = 17 menit 15,97 detik

7) Mencari Besarnya Cahaya

Besarnya cahaya hilal dapat dicari dengan melakukakan interpolasi FIB (friction illuminision bulan) saat matahari terbenam di kalikan ( x ) 100 % sebagai berikut :

Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I

A = FIB jam 10 GMT = 0.00019B = FIB jam 11 GMT = 0.00008C = kelebihan menit pada jam 10.00 = 00 : 25 : 44,63I = Interval antara 10.00 dan 11.00 = 1

Maka hasil interpolasi adalah : 0.00019 - (0.00019 – 0.00008) x 00 : 25 : 44,63 / 1 = 1.428 %

8) Menetapkan azimut ( Az ) Matahari dan Bulan, dengan rumus :

Tan A = - Sin p / tan t + Cos p . tan d / Sin t

1) Azimut Matahari Data Matahari : p = - 7o 10’ 11.1”

d = - 15o 10’ 59” t = 93o 10’ 27”

Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan :

Shift tan ) - sin - 7o 10’ 11.1 ” /

Tan 93o 10’ 27” + cos - 7o 10’ 11.1” x

Tan - 15o 10’ 59” / sin 93o 10’ 27” (

Exe shift o ‘ ” Tampil pada layar -15o 27 ’ 39.22”

Ao = -15o 27 ’ 39.22” (diukur dari titik barat ke titik selatan)

2) Azimut Bulan Data Bulan : p = - 7o 10’ 11.1”

d = - 14o 39’ 20”

95

Page 12: Awal Shofar 1435 h

t = 94o 25’ 6.1”

Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan:

Shift tan ( - sin - 7o 10’ 11.1” /

tan 94o 25’ 6.1” + cos - 7o 10’ 11.1” x

tan - 14o 39’ 20” / sin 94o 25’ 6.1” )

exe shift o ‘ ” Tampil pada layar - 11 o 12 ’ 9.4”

A = -15o 6’ 13,04” (diukur dari titik barat ke titik selatan)

9) Letak dan posisi hilal :

A = -15o 27’ 39.22” A = -15 o 6’ 13,04”- Selisih = 0o 21’ 26.18”

Letak dan posisi hilal berada di belahan bumi selatan dan di atas matahari sedikit di sebelah selatan matahari sejauh 0o 21’ 26.18” dengan keadaan miring ke selatan.

10. K e s i m p u l a n :

a. Ijtima al-hilal awal bulan Muharram 1435 H. terjadi:jam 20:15:10,02 WIB, Hari Minggu Legi, 03 November 2013

b. Matahari terbenam = 17 : 25 : 44,63 WIBc. Tinggi hilal hakiki = - 2o 25’ 42,37”d. Tinggi hilal mar’i = 4o 18’ 59,5”e. Lama hilal di atas ufuq = 17 menit 15.97 detik.f. Deklinasi Matahari = - 15o 10’ 59”g. Deklinasi Bulan = - 14o 39’ 20”h. Azimut matahari = -15o 27’ 39.22” ( B - S ) i. Azimut bulan = -15o 6’ 13,04” ( B - S ) j. Letak dan posisi Hilal berada di Selatan titik barat dan 0o 21’

26.18” di sebelah Selatan Matahari dengan keadaan miring ke Selatan.

k. Kesimpulan berdasarkan Hisab, karena ketinggian hilal awal Muharram 1435 H mencapai 0o 21’ 26.18” ketinggian tersebut belum / tidak memenuhi had imkan ar-rukyah konteks Indonesia, maka 1 Muharram 1435 Hijriyah. menurut Hisab Kontemporer (metode Ephemeris) jatuh pada hari Selasa Pon, 05 November 2013.

96