majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

76
Edisi 20 | Desember 2013 | Shaffar 1435 H Kiprah Zakat Indonesia INFOZ AKUNTABEL Mendulang Kepercayaan

Upload: amin-sudarsono

Post on 07-Apr-2016

248 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Edisi 20 | Desember 2013 | Shaffar 1435 H

Kiprah Zakat IndonesiaINFOZ

AKUNTABELMendulang Kepercayaan

Page 2: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

“Memilih untuk Berbagi dan Peduli”

Salurkan bantuan anda ke rek :

BCA 600.034.7777Mandiri 126.000.1005.114

“Memilih untuk Berbagi dan Peduli”

Salurkan bantuan anda ke rek :

BCA 600.034.7777Mandiri 126.000.1005.114

“Memilih untuk Berbagi dan Peduli”

Salurkan bantuan anda ke rek :

BCA 600.034.7777Mandiri 126.000.1005.114

Page 3: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

FOTO BICARA

GERAKAN EKONOMI SYARIAH --Presiden SBY

meluncurkan Gerakan Ekonomi Syariah (GRES) pada Ahad, 17 November

2013 di Monas. Seluruh stakeholders ekonomi syariah hadir di acara

itu. Lembaga keuangan, lembaga zakat, dan

pemberdayaan Islam meramaikan dengan memajang berbagai

produk masing-masing.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

3INFOZ

Page 4: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

FOTO BICARA

SIDANG -- Suasana sidang uji materi UU No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Panel majelis hakim dipimpin oleh Hamdan Zoelva--saat ini menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi--memutuskan mengabulkan permohonan, yaitu pasal 18. MK memberi tafsir yang lebih memudahkan pengelolaan zakat: yayasan boleh mengelola zakat, amil personal boleh asal mendapat izin, dan LAZ tetap bebas beroperasi. Meski, tetap saja, UU ini mengukuhkan posisi Baznas sebagai operator negara memungut dan mengelola zakat.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

4INFOZ

Page 5: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

5INFOZ

Page 6: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

DAFTARISI

15 LAPORAN UTAMA

Standar Akuntabilitas Organisasi Pengelola Zakat

67 KOLOM

Jalan Terjal Zakat Nasional

62 MOMEN FOZ 51

42BAHTSUL MASAILZakat Pengurang Pajak Penghasilan

34KATA MEREKA“Jadikan FOZ sebagai Majelis Etik Amil”

26 LAPORAN UTAMA

Pejuang Sedekah di Jagat Twitter, Gerakan Derma yang Tak Melembaga

20 LAPORAN UTAMA

Bila Amil Zakat Bersengketa Informasi

Pasal yang Diuji dan Keputusan Penjelasan Mahkamah Konstitusi

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

6INFOZ

Page 7: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KOLOM

Jalan Terjal Zakat Nasional

62 MOMEN FOZ

SmartSyariah di Smart FM

52 73 IBHAR

Semangat Tahun Baru Kebangkitan

38KATA MEREKA“Semua OPZ Harus Siap Diaudit”

53Pemotongan Gaji PNS untuk Zakat Dikecam

54 KIPRAH OPZ•Bencana Gunung Sinabung Puluhan LAZ Terjun ke Lapangan•YDSF Peduli Muzaki Putus Kerja•PPPA Daarul Quran Tanam Seribu Cendana di Tanah Oe Ue•Laznas Bank Syariah Mandiri Gelar Pelatihan Mengemudi Kendaraan•LAZ Pondok Pesantren Assalam Arya Kemuning Menyiapkan Si Kecil Beribadah Haji

60

Ketika Nanggroe Aceh Memonopoli Zakat

ARSIP LAMA

10

Jejak Regulasi Zakat

12 TAUJIH

Waspada Penyakit Wahn!

BUKU PILIHAN 71

Berguru pada Semesta Bencana

LIPUTAN KHUSUS 44

Usai Iddah Penggantungan Tata

Kelola Zakat

FILANTROPI•Topan Haiyan Filipina, Lembaga Kemanusiaan Indonesia Kirim Sukarelawan•Pemerintah Jakarta, CSR untuk Busway Diesel•Sinergi Swasta dan Pemerintah•Kalimantan Timur Tertarik Inventarisasi CSR Swasta•Bank Mandiri Salurkan Peralatan Medis Kesehatan Gigi

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

7INFOZ

Page 8: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

TWIT ZAKAT

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

8INFOZ

Page 9: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

redistribusi dari si kaya kepada si miskin.

Sementara itu, zakat secara sosiologis bermakna sebuah kekuatan masyarakat untuk melakukan partisipasi pendanaan pembangunan bangsa. Kontribusi muzaki untuk entaskan mustahik. Di tengah mereka ada amil, petugas perantara, yang melakukan penerimaan, penghitungan, pemilahan, dan pendistribusian. Maka posisi amil harus jujur, terbuka, dan berdaya.

Berikutnya, topik menarik di edisi ini adalah tentang hasil uji materi UU Zakat. Ulasan panjang lebar dan geliat yang terjadi setelahnya, bisa dinikmati dan disikapi. Perbedaan memang ada, maka mari kita bijak menyikapinya.

Pembaca yang budiman, edisi ke-20 ini, masih edisi yang full free. Gratis tanpa biaya. Akan dikirim ke jejaring Forum Zakat. Bagi yang kesulitan pengiriman edisi cetak, maka edisi PDF akan Anda terima dengan baik, setelah alamat email ada di kami.

Edisi kali ini, logo majalah kembali berubah, menjadi INFOZplus. Ini adalah evolusi ke-4. Pada awal terbit, nama majalah adalah INFO ZAKAT. Selanjutnya menjadi InfoZ, dimana huruf Z ditonjolkan. Lalu, setelah memuat berita non-zakat, yaitu infak, sedekah, corporate social responsibility dan filantropi, ditambahi (+), jadilah INFOZ+.

Pada momen pergantian tahun 2013 ke 2014 ini, kami sangat bersyukur. Di usia FOZ yang sudah 16 tahun, sejak didirikan pada 1997, Majalah INFOZplus telah terbit 20 edisi. Semoga menjadi amal saleh bagi dunia zakat. Sebagai mekanisme manajemen pengetahuan para amil, mustahik, dan muzaki, serta seluruh pegiat zakat dan filantropi. Selamat membaca.[]

DARI REDAKSI

Jujur, Terbuka, Berdaya

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1435. Memaknai hijrah sebagai sebuah revolusi besar yang diawali dengan perubahan area perjuangan. Apa yang terbayang ketika Rasul membangun imperium baru di jarak 400 kilometer dari lokasi pertama? Ya, jarak Madinah ke Mekkah adalah 400 kilometer. Mereka berjalan beriringan, dan membawa perbekalan yang tidak banyak. Jauh lebih banyak meninggalkan harta, tahta dan keluarga di Mekkah.

Hanya yang kuat tekadnya, ikhlas hatinya, bersih sanubarinya, yang berani hijrah. Ada pula yang tak jujur bersih, meniatkan demi seorang wanita. Dia pula yang disindir Allah dalam sebuah ayat, bahwa barang siapa berhijrah karena selain Allah, dia akan mendapatkan bagian sesuai niatnya.

Refleksi itu membuka pengantar redaksi. Kali ini Majalah INFOZplus akan mengulas tentang akuntabilitas pengelolaan zakat. Akuntabel, jika boleh kami artikan, sama dengan jujur dan terbuka. sifatnya mudah dilihat, bisa dihitung, dipahami dengan mudah, dan menekan prasangka buruk dari khalayak ramai. Jiwa muhajir (orang yang berhijrah) adalah jiwa akuntabel di mata Allah. Capaian tingginya adalah integritas kesalehan hakiki.

Zakat adalah dana publik, uang yang terkumpul itu harus di-tasarruf-kan sesuai peruntukan. Pengelolaan zakat yang akuntabel, tak pelak, akan meningkatkan jumlah penghimpunan. Makin orang percaya dan diyakinkan dengan laporan distribusi yang baik, tentu berbondong-bondong menunaikan kewajiban zakat pada muzaki.

Zakat oleh ahli fikih dimaknai sebagai sebuah kebijakan pengumpulan dana masyarakat, untuk kemudian disalurkan kembali pada masyarakat sebagai bentuk pemerataan pendapatan—jalur

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PENANGGUNG JAWAB: Sri Adi Bramasetia PEMIMPIN REDAKSI: Bambang Suherman REDAKTUR PELAKSANA: Amin Sudarsono REDAKSI: Muhammad Kamaludin, Soffan Islam, A Hasan LAYOUT: Sri Alusiani Rosario DISTRIBUSI: Ifan ALAMAT REDAKSI: Jl. Raya Lenteng Agung – Pasar Minggu No. 60 Jagakarsa – Jakarta Selatan 12610 Telp/Faks: 021-78883889 Website: www.forumzakat.net/www.forumzakat.org. Email: [email protected], [email protected]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

9INFOZ

Page 10: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

ARSIP LAMA

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

10INFOZ

Page 11: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Jejak Regulasi Zakat

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

11INFOZ

Optimisme muncul di benak para penggerak zakat yang berhimpun di Forum Zakat saat UU No 38 tahun 1999 diundangkan. Kala

itu, masuknya zakat dalam aturan negara dianggap sebagai sebuah kemenangan bagi gerakan. Paling tidak, negara tidak memicingkan mata lagi terhadap dunia zakat. Namun, takdir kegamangan menyertai, ada yang berpendapat zakat tidak usah diatur negara, ada yang kukuh bahwa zakat harus menjadi urusan negara.

Arus besar yang hadir dalam tubuh FOZ pada 1999 adalah semangat mengisi dan membentuk. Kala itu belum ada institusi atau komunitas yang gencar mengampanyekan ibadah zakat, sebagaimana Forum Zakat. Banyak pengurus FOZ bersepakat untuk masuk dan mengelola BAZ Nasional. Lembaga pemerintah yang sekarang bernama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), saat itu belum ditubuhkan. Komando FOZ di bawah Erie Sudewo dan Iskandar Zulkarnaen.

Akhirnya dilakukanlah rangkaian kegiatan menyongsong lahirnya UU tentang zakat. Usai lahirnya UU No. 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat, ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama No. 581/1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38/1999 dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D/291/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Lahirnya serangkaian aturan tersebut, dinilai sebagai titik kulminasi atas proses taqnin dan tanzhim (legislasi) hukum Islam bidang zakat menjadi hukum positif dengan tujuan sebagai upaya penguatan kelembagaan pengelola zakat serta optimalisasi pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat yang berorientasi kemaslahatan umat.

Saat itu, BAZ dan LAZ berada dalam level relasi sejajar, tidak menempatkan salah satunya sebagai leading sector. Hal ini diperjelas oleh Keputusan Menteri Sosial No. 19/1998 yang memberi wewenang kepada masyarakat penyelenggara pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan zakat infak dan sedekah.

Namun kini agaknya tafsir itu membias. Regulasi kedua, UU No 23 tahun 2011 telah dikukuhkan oleh Mahkamah Konstitusi. Ada kata “membantu” bagi LAZ terhadap BAZ. Benar, Mahkamah Konstitusi menafsirkan bahwa membantu berarti kerjasama yang sejajar sinergi. Semoga demikian pula tafsir punggawa zakat baik di pemerintah dan swasta.[]

Page 12: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KH Syuhada BahriKetua UmumDewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII)

Penyakit Wahn!Waspada

TAUJIH

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

12INFOZ

Secara garis besar, di hadapan kita terdapat dua realitas besar, yang pertama kecenderungan hubbud dunya (cinta pada dunia) dan kedua adalah cenderung berbuat dosa. Banyak kejahatan dan kemaksiatan terjadi. Di sisi lain, para penegak keadilan justru yang melakukan kenistaan.

Page 13: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

perbedaan aulia bagi mukmin adalah loyalitas mukmin utuh, tetapi loyalitas

orang munafik berdasarkan kepentingan. Kalau kepentingan sudah tidak ada lagi,

maka ia sudah tidak loyal, dia dibatasi oleh hitungan kepentingan.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

13INFOZ

Cinta dunia ini selalu menjadi kekhawatiran Rasulullah yang disebut sebagai penyakit wahn, saat ini tumbuh sumbur di kehidupan

kita. Cinta dunia yang menjadikan orang-orang mengejar kebahagiaan dunia sebagai tujuan hidup. Kebahagiaan dunia itu sering dikaitkan dengan harta dan tahta.

Saya melihat faktor pendorong ada dua, yang pertama gencarnya serangan dari gerakan yang tidak suka terhadap Islam. Saat melihat potensi yang sekiranya membahayakan mereka, maka tidak segan mereka hancurkan. Yang kedua disebabkan oleh ‘gagalnya’ gerakan dakwah, saya menggunakan kata ekstrim ini, walaupun sebenarnya yang namanya dakwah tidak pernah mengenal kata gagal.

Saya menilai, kesadaran berinfak belum muncul dalam kehidupan kita. Kalau kita kaji secara jauh, Indonesia saat ini persis seperti Allah gambarkan dalam Al-Quran, “wa kuntum ‘alaa syafaa hufratin min naari.” Kita di ambang kehancuran, maka oleh karena itu, Allah mengatakan, “fa ’ankodza min ha,” yang artinya, “Maka Aku selamatkan manusia dari kehancuran manakala manusia itu melakukan sebuah kebajikan.”

Ramadan kemarin, Dewan Da’wah mencoba menayangkan kiprah dai pedalaman selama satu bulan. Di setiap akhir episode, kita sampaikan bagi yang ingin membantu dakwah pedalaman untuk mengirim ke nomor rekening Dewan Da’wah. Kami mengirim SMS kepada 50 ribu orang untuk menonton acara ini.

Kemudian di akhir Ramadan ketika kita buka rekening itu, ternyata isinya tidak sampai Rp 200 juta. Padahal, bila ada 10 ribu penonton dan menyumbang Rp 100 ribu saja, akan terkumpul Rp 1 triliun. Artinya apa? Ini bukan menyesal kita hanya mendapat sedikit. Tetapi ada suatu pekerjaan yang harus kita lakukan dalam kebersamaan. Intinya adalah keharusan sinergi.

Saya mengandaikan, jika penduduk Indonesia sebanyak 100 juta orang saja berinfak Rp 100 ribu, dalam sebulan dapat terkumpul Rp 10 triliun. Kalau dalam satu tahun bisa Rp 120 triliun, maka negeri ini milik kita, karena saham kita lebih banyak.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh

(mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” demikian dalam At-Taubah ayat 71.

Namun, membaca ayat itu harusnya kita cermati dulu ayat 67 yang artinya, “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.”

Kenapa Allah menyebutkan, “mu’minuuna wal mu’minaati ba’dluhum auliyaau ba’dl,”? Berbeda dengan, “al-munaafiquuna wal munafaqaati ba’dluhum min baidl?” Ketika ada seorang ahli tafsir dari Saudi bertamu ke kantor Dewan Da’wah di Jl Kramat 45, beliau mengatakan, perbedaan aulia bagi mukmin adalah loyalitas mukmin utuh, tetapi loyalitas orang munafik berdasarkan kepentingan. Kalau kepentingan sudah tidak ada lagi, maka ia sudah tidak loyal, dia dibatasi oleh hitungan kepentingan.

Oleh sebab itu, telah banyak dikemukakan, memang kita harus membangun kepercayaan. Kita juga harus melakukan pendidikan kepada umat, oleh karena itu saya sangat setuju dengan agenda sosialisasi dan edukasi zakat yang kita sepakati di forum ini.

Kemudian terkait dengan kemanfaatan, saya ingin mengajak kita semua bahwa setiap kemanfaatan zakat harus dilandaskan pada dua, yaitu membangun kualitas agama orang itu, dan membangun fasilitas yang diperlukan orang itu. Sebab kesejahteraan itu baru akan tercapai kalau antara keyakinan keimanan dengan fasilitas hidupnya seimbang.

Ada dai kita yang mendapat tugas di pedalaman. Saat saya kunjungi, dia berkata, “Ustad, di tempat ini saya pernah 10 hari hanya makan dedaunan. Beras tidak punya, jagung tidak punya dan uang tidak ada.” Dia memiliki jamaah yang miskin. Saya merasa berdosa karena sebagai pihak yang mengirim dia ke sana.

Akhirnya saya katakan, “Kalau begitu, mulai bulan depan antum pindah tugasnya agak ke pinggir jalan raya.” Tetapi dia menjawab, “Ustad, jangan jauhkan saya dari Allah. Ustad jangan risau karena saya makan dedaunan, karena justru dengan itulah saya dekat dengan Allah. Saya merasa Allah selalu menyertai di mana pun saya pergi, dan pertolongan Allah selalu menyertai jalan dakwah saya.” Artinya, dia sejahtera juga karena kualitas imannya yang

Page 14: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

14INFOZ

padi di sana. Sebelumnya, tidak pernah ada menanam padi, biasanya beras diperoleh dari seberang. Dai membawa perubahan yang drastis.

Jika kita membuat program semacam itu selama lima tahun saja, maka kepercayaan terhadap lembaga zakat akan bertambah. Ada seorang pengusaha yang mengaku ke saya, dia sudah membantu beberapa lembaga tapi tidak puas. Kenapa tidak puas? Karena apa yang diinginkan oleh pengusaha tadi belum terjadi, tetapi hak amilin-nya sudah diambil dahulu.

Nah, barangkali perlu pembinaan pula kepada pengelola zakat untuk membangun integritasnya. Kalau mungkin, dalam membangun integritas kita itu menggandeng Abdullah Hehamahua, yang pernah menjadi penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi. Pak Abdullah ini baru menyelesaikan doktornya di Universitas Negeri Jakarta dengan disertasi lebih dari 1.500 halaman. Itu berisi pengalaman beliau dalam melakukan pembinaan di KPK, dari waktu asar sampai dengan magrib, hampir di semua lantai gedung KPK. Pembinaannya dengan membaca Kitab Bulughul Maram dan Riyadlus Shalihin.

Bahkan, di saat akan melakukan tugas keluar kantor, pegawai KPK diupayakan melakukan salat tahajud. Ini sesuatu yang menarik, yang Dewan Da’wah sendiri tidak sampai seperti itu.[]

*) Taujih ini disampaikan oleh KH Syuhada Bahri di hadapan para amil dalam acara Silaturahim Baznas dan Laznas di Hotel Gren Alia Prapatan, Rabu 27 November 2013.

tinggi. Untuk itu, perlu suatu program yang dikoordinir

oleh Baznas kemudian ditopang bersama. Jika ada program Desa Sejahtera misalnya, coba kita pikirkan berapa ratus jiwa yang akan kita bina? Polanya, menurut saya, dengan memilih daerah yang strategis untuk pengembangan dakwah. Dan ini tidak diserahkan kepada lembaga pihak ketiga, tetapi kita keroyok bersama. Agar upaya alur pembinaan itu benar-benar berjalan serempak, sehingga produknya juga akan bersatu.

Jika ada 100 desa, maka terdapat warna, corak, dan gerak yang sama. Tinggal membagi tugas kepada orang yang melakukan pembinaan. Kami pernah mengirim dai ke Pulau Seram untuk menghadapi 3.000 mualaf. Banyak di antara penduduk yang pemalas, kerjanya cuma merokok dan ngobrol. Setelah dilakukan pembinaan, sekarang ini pendapatan mereka mencapai Rp 1 juta dalam satu bulan. Awalnya, saat dai mencangkul dan yang lain mencangkul sebentar, terus istirahat dan merokok. Walaupun diterpa hujan gede pun si dai terus saja mencangkul, akhirnya penduduk tergerak juga hatinya.

Akhirnya saat panen raya dengan pemerintah daerah, Bupati Seram rupanya malu juga karena dia tidak turun ke masyarakat itu sebelumnya. Daerah-daerah semacam itu masih banyak dan butuh sentuhan kita. Memang kualitas dai yang kita kirim memiliki integritas yang tinggi. Misalnya di Mentawai, dai kita membuat sejarah. Dia menanam

Page 15: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

LAPORAN UTAMA

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

15INFOZ

Kantor Akuntan Publik, selain menjadi bentuk keterbukaan atau akuntabilitas, memang bisa menjadi penguat citra lembaga agar lebih mendapat kepercayaan dari masyarakat. Tak hanya di situs web, beberapa organisasi pengelola zakat (OPZ) lainnya bahkan ada yang memasang iklan seperempat halaman surat kabar nasional, atau satu halaman majalah berita nasional, untuk mengumumkan hasil laporan keuangan “WTP” mereka.

Saat ini, hampir semua organisasi pengelola zakat telah menyadari pentingnya transparansi dan akuntabilitas. Bahkan, lembaga-lembaga setingkat daerah pun sudah menerapkan prinsip-prinsip ini. “Akuntabilitas hingga transparansi menjadi suatu hal yang mutlak diberikan, sebagai sebuah lembaga

Standar AkuntabilitasORGANISASI PENGELOLA ZAKATIKON segi empat berwarna oranye itu begitu

kentara menyambut kita, saat membuka laman situs www.rumah-yatim.org. Terletak di bawah slide banner utama, ikon bertajuk “Laporan Keuangan” itu berisi laporan keuangan Rumah Yatim selama lima tahun terakhir yang sudah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Semua laporan itu sudah memiliki opini “Wajar Tanpa Pengecualian”.

Serupa tapi tak sama, situs web Dompet Dhuafa juga menampilkan tabel yang berisi perolehan dana penghimpunan masyarakat dalam tahun berjalan. Angka-angka yang tertera di tabel itu terus berubah seiring pertambahan dana yang masuk setiap jamnya.

Laporan Keuangan yang sudah diaudit oleh

Page 16: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

milik publik,” ungkap Direktur Eksekutif Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU DT), Asep Hikmat.

Namun di sisi lain, tak jarang dijumpai laporan nama-nama donatur yang dirilis oleh lembaga zakat, masih ditulis dengan nama “hamba Allah.” Ini terutama untuk infak dan sedekah. Tentu nama yang anonim seperti itu jauh dari asa akuntabel dan transparan. Apa hendak dikata, beralasan menjaga keikhlasan, sementara lembaga pengelola zakat infak sungkan jika mempublikasikan nama donatur.

Dibutuhkan ketegasan dari regulator untuk mengatur pencantuman nama sumber dana ini, untuk menghindari peluang money laundry dari sumber yang tidak halal atau melawan hukum. Forum Zakat juga telah mengeluarkan beberapa panduan akuntabilitas, baik keuangan, manajemen lembaga dan program.

PSAK 109 dan Sertifikat ISOSaat ini, untuk menyeragamkan laporan

keuangan, sudah ada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109: Akuntansi Zakat dan Infak Sedekah yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2010, dan resmi digunakan pada September 2011.

Berlakunya PSAK 109 menjadi babak baru dalam perkembangan zakat di Indonesia. Semua OPZ dapat menjadikannya sebagai pedoman pengelolaan keuangan dan akuntansi, sekaligus menyajikan laporan keuangan. Para akuntan publik juga menjadikan PSAK 109 untuk melakukan audit atas laporan keungan OPZ.

PSAK 109 setidaknya menjadi acuan dan patokan yang baku bagi organisasi pengelola zakat. Sebelumnya, laporan keuangan yang diterbitkan OPZ kerap kali berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan sulit dipahami oleh pemakai laporan. Jika semua OPZ merujuk PSAK 109 dalam menyajikan laporan keuangan, akan menjadi lebih mudah apabila hendak dilakukan perbandingan kinerja keuangan antar OPZ.

Dengan terbitnya PSAK 109, semakin lengkaplah pedoman pengelolaan zakat di Indonesia. Sebelumnya Forum Zakat telah mengesahkan Kode Etik Amil (2009) sebagai pedoman nilai, etika dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat di Indonesia. Juga telah diterbitkan Zakah Criteria for Performance Excellence (pedoman untuk manajemen zakat unggul) sebagai pedoman manajemen mutu bagi OPZ.

Agustus 2011, Majelis Ulama Indonesia bersama Baznas juga telah menerbitkan buku kumpulan fatwa zakat yang dikeluarkan MUI sebagai pedoman fikih zakat Indonesia. Jadi, saat ini di Indonesia sudah ada pedoman fikih, pedoman etika

dan perilaku, pedoman manajemen mutu dan pedoman akuntansi dan keuangan.

Tentu saja, masing-masing pedoman itu juga masih memiliki kekurangan atau kele-mahan, akan tetapi seba-gai sebuah proses untuk membentuk panduan dan standar pengelolaan zakat yang berkualitas, sudah mulai menam-pakkan sosoknya. Setiap OPZ tidak perlu lagi membangun lembagan-ya secara seadanya dan serampangan, akan teta-pi telah dipandu dengan banyak rujukan.

“Kesalahan fa-tal dan penyimpangan yang dapat menurunkan kredibilitas kepercayaan masyarakat dapat dicegah atau dimini-malisir,” ujar Soffan Is-lam, Manajer Keuangan Forum Zakat, yang juga mengawal proses expo-sure PSAK 109 dan ang-gota tim penyusun buku Zakah Criteria for Perfor-mance Exellence.

Selain audit keuangan, beberapa OPZ, juga telah menerapkan sertifikasi ISO sebagai acuan manajemen mutu lembaga dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah. DPU DT menjadi contoh baik dari organisasi pengelola zakat. Bukan hanya melakukan audit keuangan, DPU DT sudah menerapkan ISO dalam manajemen lembaganya. DPU DT meraih ISO 9001:2008 dalam pengelolaan dana ZIS.

September tahun lalu, dilakukan assessment oleh auditor PT Mutu Agung Lestari kepada Tim ISO DPU DT Pusat. Sebelumnya telah dilakukan beberapa proses oleh DPU DT, yaitu pengisian aplikasi ISO, penandatanganan perjanjian kesepahaman dengan lembaga sertifikasi, dan penyerahan dokumen ISO.

Direktur Eksekutif DPU DT, Asep Hikmat, mengatakan, tujuan adanya ISO 9001:2008 supaya DPU DT memiliki performance yang sesuai dengan standar manajemen internasional. Konsistensi dan komitmen terhadap mutu pelayanan pun dimiliki DPU DT.

“Tak hanya itu, dengan ISO ini, DPU punya peran

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

16INFOZ

ISO berasal dari kata Yunani

Isos yang berarti ‘sama’. Kata ISO

bukan diambil dari singkatan nama

sebuah organisasi, walau banyak orang mengira ISO berasal dari International

Standard of Organization. ISO 9001 merupakan

standar internasional yang mengatur tentang sistem manajemen

mutu (Quality Management System), oleh

karena itu seringkali disebut sebagai “ISO 9001, QMS.”

Adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun

revisi. Maka ISO 9001:2008 bermakna “sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008.

Page 17: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

dan fungsi sesuai dengan visi lembaga yaitu menjadi model LAZNAS yang amanah, profesional, akuntabel, dan terkemuka dengan daerah operasi yang merata,” ujar Asep.

Pada waktu hampir bersamaan, Rumah Zakat juga mendapat sertifikat ISO tersebut. “Kita mendapat ISO 9001:2008 untuk kategori provision of distribution of zakat services. Keberhasilan ini menjadi pendorong manajemen untuk meningkatkan profesionalisme implementasi penyelenggaraan program,” ujar CEO Rumah Zakat, Nur Efendi.

Untuk akuntabilitas lembaga, selain ISO, Rumah Zakat cukup rajin dan paling tepat waktu dalam penyusunan Annual Report (Laporan Tahunan).

ISO itu juga dipegang oleh beberapa LAZ lain, seperti PKPU dan Dompet Dhuafa. Sertifikasi ini merupakan kelanjutan dari initial registration yang diperoleh pada 2009 yang dikeluarkan oleh MUTU CERTIFICATION-KAN (Certificate No 175) dan BM TRADA CERTIFICATION-UKAS tertanggal 4 Desember 2009 (Certification No 7314).

Saat ini, sertifikasi sistem manajemen mutu Dompet Dhuafa telah mencakup seluruh aktivitas operasional lembaga yakni fundraising, finance dan program. Meski baru beroleh sertifikat tahun 2009, manajemen DD telah menerapkan sistem ini sejak 2001 dengan niat mengembangkan sistem manajemen yang berorientasi kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) lembaga, baik mustahik, muzaki, mitra kerja dan masyarakat luas.

Yang cukup menarik adalah adanya LAZ Daerah

yang mampu mendapatkan ISO. Misalnya adalah LAZ Zakat Center Cirebon. Zakat Center mendapat ISO 9001:2008, melalui rangkaian assesment dari lembaga serifikasi IAMPO RT berupa pemeriksaan dan internal audit terhadap semua ssitem kerja dan administrasi Zakat Center, yang dilakukan secara rutin dan transparan.

Zakat Center merupakan organisasi nirlaba yang didirikan oleh Yayasan Thoriqotul Jannah. Lembaga zakat daerah ini berkantor pusat di Cirebon dan memiliki cabang di Kuningan, Indramayu, dan Majalengka.

Dengan adanya sertifikat ISO 9001:2008, menjadikan Zakat Center sebagai organisasi yang mengimplementasikan pengelolaan lembaga berstandar kelas dunia, guna meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menjadi muzaki. “Sasaran akhir dari diterimanya sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 adalah kepuasan pelanggan, dalam hal ini pemberi dan penerima zakat, infak, sedekah,” jelas Tasino, founder Zakat Center.

Selain LAZ, BAZ juga mengandalkan pengelolaan organisasi dengan ISO. Tahun 2008 Baznas mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000. Pada 2009, 2010 dan 2011 lembaga zakat plat merah ini berhasil memperoleh sertifikat ISO, yaitu seri terbarunya, ISO 9001:2008. Baznas menjadi lembaga pertama yang memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 untuk kategori unit kerja pemerintahan pada 2009.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

17INFOZ

Page 18: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Kinerja Unggul Organisasi Pengelola ZakatSebagaimana manajemen organisasi pada

umumnya, organisasi zakat juga memiliki panduan kriteria agar menjadi organisasi dengan kinerja yang baik. Pedoman standardisasi yang diberi nama Pedoman Aplikasi Kriteria Manajemen Zakat Unggul (Zakah Management Criteria for Performance Excellent) ini berfungsi sebagai panduan bagi organisasi zakat agar bekerja lebih profesional dan lebih amanah. Sebab mereka mengemban amanah dana zakat, infak, sedekah dan wakaf dari masyarakat yang harus dikelola dengan baik dan sesuai aturan agama.

Menurut ketua tim penyusun, Moch Surjani Ichsan, pedoman ini telah dilatihkan oleh Forum Zakat di beberapa daerah dengan peserta Baznas dan LAZ. Metodenya adalah dengan mengadakan Training of Trainers (ToT). Acara itu sekaligus sebagai sosialisasi dan ajang mencetak trainer-trainer handal.

“Para trainer yang berasal dari perwakilan lembaga dan Fozwil (Forum Zakat Wilayah) di seluruh Indonesia menjadi garda depan bagi penerapan standardisasi di lembaga dan wilayah masing-masing,” kata Surjani, yang juga Ketua Baznas Jawa Barat.

Wujud pakemnya adalah dalam bentuk buku Zakah Criteria for Performance Excellent, yang diterbitkan FOZ tiga tahun lalu. Di sana ada tujuh kriteria untuk mengukur keunggulan manajemen organisasi, yaitu kepemimpinan; perencanaan strategis; fokus pada costumer; pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan; fokus pada amilin; manajemen proses; dan hasil-hasil aktivitas zakat. Kriteria turunan yang detil menjamin lengkapnya pedoman itu.

Akuntabilitas Bantuan BencanaMenurut Sabeth Abilawa, General Manager

Social Development Dompet Dhuafa, setidaknya ada empat proses akuntabilitas yang harus dilakukan oleh lembaga yang terlibat dalam penggalangan dana masyarakat. Proses pertama dimulai dari alur penerimaan dana tersebut. Di sini semua dana harus jelas aliran penerimaannya dari siapa dan berapa jumlahnya. Selain itu lembaga harus transparan agar publik bisa mengakses data-data untuk memastikan sumbangannya telah diterima dan sesuai jumlahnya. Untuk proses ini sebagian besar lembaga penggalang dana masyarakat telah melakukannya.

Selanjutnya ukuran yang kedua untuk menguji akuntabilitas sebuah lembaga adalah dari sisi penyaluran dana bantuan. Di sini lembaga penggalang dana dituntut untuk melaporkan kepada publik. Pelaporan tidak hanya sebatas pengeluaran dana tapi juga kegiatan yang sudah dan yang akan

dilakukan, apa saja program yang digulirkan lembaga, di daerah mana saja program dijalankan serta, yang tak kalah pentingnya, berapa perkiraan jumlah penerima manfaatnya.

Tidak hanya itu, sebaiknya masyarakat juga bisa mengetahui berapa persen bantuan yang disalurkan langsung untuk penerima manfaat dan berapa alokasi untuk operasional (overhead). Hal ini penting diketahui untuk mengukur seberapa efektif dan efisien lembaga tersebut berkiprah.

“Semua proses ini bisa dilakukan melalui penyajian informasi kepada publik serta diuji validasinya melalui pernyataan hasil audit oleh akuntan publik,” ujar pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah ini.

Jika ditinjau secara konvensional, dua proses tersebut sudah mencukupi untuk mengukur transparansi dan akuntabilitas lembaga yang menggalang dana bantuan bencana. Tapi, dua hal tersebut baru standar minimal, beberapa lembaga sudah melakukannya.

Dalam konteks dana bencana seharusnya perlu ditingkatkan derajat akuntabilitasnya pada dua tataran lagi. Pertama, pelibatan perwakilan donatur dalam memutuskan program apa yang akan digulirkan. Selama ini lembaga penerima lebih sering secara sepihak memutuskan program-program yang paling pantas digulirkan tanpa keterlibatan elemen donatur.

Ukurannya jelas, yaitu kepuasan donatur atas kinerja dan program-program yang digulirkan oleh lembaga tersebut di daerah bencana. Ini jarang sekali diukur baik oleh lembaga itu sendiri maupun pihak ketiga.

Di sisi ini muncul problem, karakter donatur Indonesia yang tidak kritis menyebabkan tuntutan pemenuhan pertanggungjawaban publik tersebut juga sulit tercapai. Tidak kritis, atau lebih tepatnya, kepercayaan penuh para donatur, bisa dilihat dari banyaknya penyumbang yang tidak mencantumkan nama ketika memberikan donasi. Dengan alasan keagamaan, mereka seringkali anonim. Sehingga kita bisa melihat banyaknya ‘hamba Allah’ dalam daftar penyumbang.

Alangkah baiknya jika dua hal ini bisa dijembatani agar tidak menafikan kewajiban lembaga dalam mengakomodasi partisipasi para pemangku kepentingan. Harus dijelaskan juga kepada masyarakat bahwa urusan keikhlasan janganlah menimbulkan kesulitan bagi pihak lain untuk membangun sistem yang transparan dan akuntabel.

Tak salah ada yang berseloroh, rentetan bencana memunculkan banyak “malaikat-malaikat” baik hati di negeri ini, namun jangan sampai kemunculannya justru diikuti oleh terbukanya

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

18INFOZ

Page 19: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

pintu-pintu manipulasi di sisi sebaliknya, yang tergoda memanfaatkan kebaikan itu.

Yang kedua, dari sisi penerima manfaat (beneficiaries) atau korban bencana. Di sisi ini lembaga perlu membuat kajian mendalam atas dampak bantuan yang telah disalurkan. Kaji dampak ini bisa dilakukan secara reguler dan diinformasikan kepada publik.

Untuk lebih meningkatkan akuntabilitas dana bantuan bencana, tidak berlebihan apabila ada pihak ketiga yang membantu memastikan kualitas akuntabilitas tersebut. Tujuannya untuk melindungi donatur dan penerima manfaat, agar hak-haknya terpenuhi.

Tidak salah, jika pemerintah pusat membentuk lembaga khusus yang berperan sebagai regulator dan pengawas untuk memastikan dana-dana bantuan tersebut terdistribusikan dengan baik dan tepat sasaran. Untuk bantuan kebencanaan, sebaiknya tidak masuk kewenangan Baznas juga.

Sebagai regulator, pemerintah bisa saja memberikan sanksi terhadap lembaga yang

dinilai tidak kredibel dalam mengelola dana-dana tersebut. Tapi harus juga dipastikan komitmen dan konsistensinya, ketika peran regulator itu diambil, pemerintah juga harus rela tidak terjun langsung dalam penggalangan dana bantuan masyarakat. “Karena tidak mungkin wasit memberikan kartu merah pada dirinya sendiri,” ujar Sabeth.

Selanjutnya, dari sisi civil society juga diperlukan lembaga pemeringkat independen yang bertugas menyusun peringkat kredibilitas lembaga-lembaga penggalang dana bantuan bencana masyarakat. Lembaga ini nantinya menjadi rujukan donatur dalam menyalurkan bantuannya.

Sebagaimana fungsi lembaga rating atas beberapa instrumen investasi, dia hanya sekedar memberi informasi kepada masyarakat luas dan menunjukkan bahwa mana-mana lembaga yang kredibel dan mana yang kurang terpercaya berdasarkan metodologi yang akurat. “Setelah reposisi, Forum Zakat bisa memerankan fungsi ini,” katanya.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

19INFOZ

Page 20: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

LAPORAN UTAMA

Bila Amil Zakat Bersengketa Informasi

SUATU hari di bulan Agustus 2010, Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) Kota Bekasi kedatangan sepucuk surat. Dengan seksama, Ketua Bazda Kota Bekasi, Fuad Noor Yusuf, membaca surat yang teronggok di meja kerjanya itu.

Yang pertama dipastikan adalah pengirim surat. Kop surat menunjukkan, si pengirim adalah LSM Sahabat Muslim. Di sisi kanan bawah, tertera nama ketua LSM, Muhammad HS, dibubuhi tanda tangan yang bersangkutan.

Lalu Fuad beralih ke badan surat. Isinya, LSM Sahabat Muslim mengajukan permintaan informasi

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

20INFOZ

UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menjadi kunci pembuka transparansi dana yang dikelola lembaga amil zakat. Tahun 2010-2012 banyak permintaan informasi dilayangkan kepada BAZ maupun LAZ oleh masyarakat. Bagaimana alur pemberian informasi di lembaga zakat? Bagaimana pula jika harus sidang sengketa? Ini kisahnya.

Page 21: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

setiap permohonan informasi publik yang diajukan oleh setiap orang perorangan dan atau organisasi yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum.

“Memang dalam UU, permintaan semacam itu dibenarkan. Tapi, menurut saya perlu ada klarifikasi siapa yang meminta dan untuk keperluan apa. Misalnya untuk keperluan survei atau apa. Sebab jika tidak, bagaimana jika tukang becak meminta data tersebut, apakah perlu diberikan?” ujar Fuad saat ditemui di kantornya beberapa waktu lalu.

Jika alasan permintaan tersebut adalah untuk keterbukaan publik sebagai bagian dari akuntabilitas Bazda Kota Bekasi, Fuad merasa lembaganya sudah memenuhinya. Berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Bazda berkewajiban melaporkan segala kegiatannya ke pemerintah daerah setempat selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir tahun. “Ini pedoman kami dan selalu kami patuhi,” katanya.

Sebetulnya apa yang diminta Muhammad HS bisa saja diberikan. Namun, karena tidak terperinci, dokumen yang dimaksud berarti semua dokumen yang dimiliki Bazda Bekasi dan itu jumlahnya sangat banyak. Akhirnya, karena padat pekerjaannya, Fuad tidak langsung merespons surat tersebut dan kembali terselip di antara dokumen lain hingga berbulan-bulan.

Di lain pihak, rupanya Muhammad HS serius dengan permintaannya. Merasa tidak mendapat respons, ia pun menghubungi Fuad melalui telepon untuk meminta konfirmasi. Komunikasi pun terjalin antara Fuad dan Muhammad HS.

“Saya katakan, jika memang perlu dokumen tersebut, silahkan datang ke kantor. Sebab, jumlahnya sangat banyak, akan sangat merepotkan jika dikirim lewat pos dan pegawai saya sedikit sehingga tidak bisa mengurus itu,” ucap Fuad pada Muhammad.

Hingga berbulan-bulan, ‘sengketa’ Bazda Kota Bekasi dengan LSM Sahabat Muslim tidak menemui kesepakatan. Sahabat Muslim tetap enggan mengambil data yang diperlukan ke kantor Bazda Kota Bekasi meski sudah dipersilahkan. Sebaliknya, Bazda Kota Bekasi pun tetap tidak bisa memenuhi keinginan Sahabat Muslim.

Hingga di pertengahan 2012, Bazda Kota Bekasi mendapat undangan dari Komisi Informasi Pusat

(KIP) untuk hadir dalam mediasi terkait permintaan keterbukaan informasi dari

LSM Sahabat Muslim yang tak kunjung dipenuhi.

“Saya jadi bingung, terus terang saat itu saya belum paham betul

mengenai apa itu Komisi Informasi Pusat,” ungkap Fuad.

Maka, Fuad mengerahkan pegawainya

dari Bazda Kota Bekasi. Setidaknya ada tiga poin yang diminta LSM yang bermarkas di Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi itu. Informasi pertama yang diminta adalah data struktur organisasi dan personalia Bazda Kota Bekasi tahun 2010.

Sahabat Muslim juga meminta informasi berupa salinan data rincian laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan Bazda Kota Bekasi tahun anggaran 2009. Sementara dalam poin ketiga, LSM tersebut meminta informasi salinan data rincian laporan penerimaan dan penyaluran dana Bazda Kota Bekasi pada Januari sampai Juli 2010.

Fuad mengeryitkan dahi, berusaha mencerna permintaan yang diajukan LSM Sahabat Muslim. Bukan berarti tidak memiliki apa yang diminta, tapi ia menimbang apakah perlu memberikannya. Sebab, Muhammad HS tidak menjelaskan untuk apa dokumen itu ia minta.

Memang, dalam poin pertama surat, Muhammad HS menukil pernyataan dari undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi Pusat Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik. Intinya, setiap badan publik yang kegiatannya dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan atau diperoleh dari sumbangan masyarakat dan atau diperoleh dari bantuan luar negeri, maka badan publik dimaksud memiliki kewajiban untuk memenuhi

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

21INFOZ

Page 22: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

untuk mengumpulkan semua dokumen yang ada untuk dibawa ke sidang mediasi. Setelah dikumpulkan, dokumen itu memenuhi hampir seluruh ruang kosong mobil Toyota Avanza milik Bazda Kota Bekasi dan siap diangkut ke Gedung Dewan Perwakilan Daerah Kota Bekasi, tempat mediasi digelar. Fuad masih ingat tanggalnya, 26 November 2012.

Selama dua jam mediasi, Fuad menjelaskan alasannya tidak memberikan data yang diminta LSM Sahabat Muslim. Sebaliknya, Muhammad HS mengungkapkan haknya sebagai lembaga untuk

mendapat informasi dari Bazda Kota Bekasi, hingga akhirnya mediasi pun menemui kesepakatan.

Kesimpulannya, Bazda Kota Bekasi tetap harus memberikan salinan data laporan keuangan secara terperinci dan lengkap, memberikan salinan data rekapitulasi nama pemberi dan penerima zakat, infak dan sedekah pada tahun 2009 dan 2010, lengkap dengan keterangan nama perorangan, organisasi, instansi dan alamat pemberi dan penerima zakat, infak dan sedekah, jumlah dan tanggal pemberian atau penerimaan, jenis pemberian atau penerimaan dan keterangan lainnya.

Karena sebelumnya sudah menyiapkan data yang dimaksud, Fuad pun mempersilahkan pihak LSM

Sahabat Muslim memilih data yang dimaksud. “Tapi, mereka repot sendiri memilahnya karena

terlalu banyak. Lalu saya beri pilihan agar mereka datang ke kantor saja untuk mengambil data yang diperlukan. Akhirnya mereka datang dan mengambil beberapa sampel data,” katanya.

Dengan putusan KIP tanggal 27 November 2012 dan kedatangan Muhammad HS ke kantornya untuk mengambil data, Fuad mengira urusannya dengan LSM Sahabat Muslim sudah selesai. Namun, dua bulan setelah lahirnya kesepakatan mediasi bersama KIP, Bazda Kota Bekasi kembali mendapat kiriman surat dari LSM Sahabat Muslim. Kali ini, Muhammad HS mempermasalahkan legalitas Bazda Kota Bekasi dalam mengelola dana zakat, infak dan sedekah.

Pasalnya, menurut Muhammad HS dalam surat bertanggal 7 Desember 2012 itu, periode kepengurusan Bazda Kota Bekasi masa bakti 2008-2011 pimpinan Fuad, sudah berakhir pada 27 Agustus 2011. Sahabat Muslim menganggap Walikota Bekasi belum menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang pembentukan kepengurusan masa bakti Bazda Kota Bekasi periode 2011-2014 atau memperpanjang masa bakti pengurus saat itu hingga terbentuk kepengurusan baru.

Yang tidak diketahui Muhammad HS, bahwa ternyata sebelum surat tersebut sampai ke tangan Fuad, SK yang dari Walikota Bekasi yang memberi mandat kepada Bazda Kota Bekasi untuk tetap menjalankan perannya, sudah terbit. Maka, kembali memeti-es-kan surat tersebut dan memilih tidak meresponsnya dengan segera.

Tapi rupanya Muhammad HS pantang menyerah. Ia kembali mengirim surat tertanggal 15 Maret 2013 dengan perihal yang masih senada: Permintaan Informasi dan Penghentian Operasi Bazda Kota Bekasi. Melalui surat tersebut Muhammad HS meminta dokumen yang menunjukkan aspek legal kepengurusan Bazda Kota Bekasi yang sah dan berlaku yang dikeluarkan oleh pejabat atau instansi yang berwenang.

Ia meminta agar kegiatan Bazda Kota Bekasi dihentikan sementara waktu jika aspek legal kepengurusan Bazda Kota Bekasi ternyata belum diterbitkan.

Hal kedua yang diminta Sahabat Muslim adalah agar Bazda Kota Bekasi memasang papan pengumuman yang mudah diakses publik, yang memuat berbagai informasi terkait operasional Bazda Kota Bekasi selaku badan publik.

Fuad hanya bisa geleng-geleng kepala saat membaca surat ketiga yang dikirim Sahabat Muslim kepada instansinya itu. Kedua permintaan Muhammad HS sebetulnya dapat dipenuhi Fuad. Selain SK dari Walikota Bekasi Nomor: 451.5/kep.519-kessos/XII/2012 tentang pembentukan

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

22INFOZ

Page 23: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Karena ulahnya, Sahabat Muslim mendapat guyonan dari berbagai badan publik sebagai LSM yang hobi menggugat. Bahkan ada pula yang tidak simpatik terhadap upaya yang sering dilakukan Muhammad HS ini.

Mantan Ketua Komisi Informasi Publik, Ahmad Alamsyah Saragih mengatakan, pada awalnya upaya advokasi yang dilakukan Muhammad HS cukup mengundang simpati masyarakat, terutama dirinya sendiri. Namun, ‘kegemaran’ menggugat yang ditujukan ke berbagai lembaga publik telah menggeser penilaian itu. “Lama-kelamaan saya melihat ada disorientasi dengan melayangkan gugatan kepada sejumlah badan publik dan itu menunjukkan dia tidak fokus,” tutur Alamsyah.

Selain itu, dia menganggap statement yang dilontarkan Muhammad HS sering kali menunjukkan sikap arogan, yang seolah-olah dapat memahami segala hal. Dia khawatir pernyataan-pernyataan itu justru akan mengancam keberadaan UU KIP itu sendiri. Potensi akan pelanggaran UU Informasi dan Transaksi Elektronik

(ITE), juga diingatkan Ahmad. Hal ini terkait tindakan LSM Sahabat Muslim yang sering mempublikasikan tuduhan melalui internet dan belum mendapat putusan dari pengadilan.

Sementara, Muhammad HS mengatakan, pihaknya hanya menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang berhak atas akses informasi dari badan publik seperti lembaga zakat. Yang dilakukan adalah untuk menguji akses informasi

pengurus Bazda Kota Bekasi masa bakti 2011-2014, pihaknya juga sudah punya media yang menginformasikan setiap kegiatan Bazda Bekasi dan bisa diakses oleh seluruh masyarakat. Bukan hanya sekadar papan pengumuman yang sudah terpampang di dalam gedung Bazda Kota Bekasi, tapi juga website www.bazdakotabekasi.or.id.

“Yang saya bingung, untuk apa semua informasi itu diminta, padahal dengan mudah bisa diakses di situs resmi Bazda Kota Bekasi,” kata Fuad.

Belakangan, Fuad mengetahui bahwa bukan hanya instansinya yang dimintai berbagai informasi oleh LSM Sahabat Muslim. Menurut Fuad, beberapa lembaga seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah cabang Kota Bekasi juga menjadi sasaran Muhammad HS. Namun, permohonan itu ditolak KIP karena permintaan yang diajukan dinilai tidak urgen.

Seluruh lembaga zakat juga pernah diminta informasi oleh Sahabat Muslim, yaitu Baznas, Dompet Dhuafa, PKPU, dan lembaga lainnya. Pada 2011, mereka yang bergabung di Forum Zakat di bawah komando Ahmad Juwaini sebagai Ketua FOZ melakukan diskusi khusus tentang UU KIP ini. Akhirnya, setelah konsultasi dengan Komisi Informasi Pusat, disepakati untuk tidak memberikan seluruhnya dokumen tersebut kepada Sahabat Muslim.

Dari namanya, LSM Sahabat Muslim—yang kini bernama Perkumpulan Sahabat Muslim Indonesia (PSMI)—sangat identik dengan Islam. Organisasi ini dibentuk pada 2010 atau dua tahun sejak UU KIP berlaku. Sudah ratusan permohonan informasi yang dilayangkan Muhammad HS terhadap sejumlah lembaga atau badan publik melalui organisasi ini. Dari jumlah itu, sebagian besar masuk proses sengketa di KIP, baik di tingkat Pusat maupun Provinsi.

Lembaga zakat ‘plat merah’ justru

belum sebagus lembaga zakat non pemerintah dalam pelayanan informasi publik”

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

23INFOZ

Page 24: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

badan publik apakah mudah diakses atau justru dipersulit.

Menurutnya, setiap masyarakat berhak atas akses informasi dari badan publik, tidak terbatas hanya organisasi yang berhak mendapatkan informasi, tapi juga setiap individu selama mengikuti prosedur yang berlaku. Dan tidak ada kewajiban untuk menjelaskan untuk apa informasi itu akan digunakan.

“Jadi bukan hanya organisasi seperti kami yang bisa mendapat akses informasi. Bahkan tukang becak pun seharusnya memiliki hak yang sama. Sebab, meski penggunaan informasi itu mungkin tidak jelas, setidak-tidaknya akan menambah pengetahuan setiap orang yang mengaksesnya. Ini sudah diatur dalam Pasal 3 UU KIP,” katanya.

Ia menilai, keterbukaan informasi badan publik harus dilakukan untuk menjaga akuntabilitas pengelolaan dana publik. Menurutnya, Sahabat Muslim tidak hanya meminta informasi ke Bazda Kota Bekasi saja, tapi juga kepada lembaga-lembaga zakat swasta seperti PPPA Darul Qur’an, Dompet

Dhuafa, Rumah Zakat, lembaga zakat yang berada di bawah naungan bank hingga Baznas.

Sejumlah lembaga zakat swasta dinilai Sahabat Muslim cukup terbuka dalam memberikan setiap informasi yang dibutuhkan. Lembaga-lembaga zakat tersebut juga sudah mengikuti mekanisme pelayanan informasi publik.

“Yang disayangkan, lembaga pengelolaan zakat ‘plat merah’ justru belum sebagus lembaga zakat non pemerintah dalam pelayanan informasi publik. Maka, Baznas dan Bazda harus dikritisi karena kinerjanya terkesan mengikuti alur budaya birokrasi pemerintah yang mengadaptasi praktek-praktek tidak jujur,” ungkap Muhammad HS.

Ia mengisahkan pengalaman organisasinya saat meminta akses informasi kepada Bazda Kota Bekasi. Menurutnya, Sahabat Muslim sudah menjalankan prosedur permintaan akses informasi dengan terlebih dahulu mengirimkan surat resmi. Namun, Bazda Kota Bekasi tidak menanggapi surat tersebut. Padahal seusai prosedur, instansi wajib memberikan jawaban paling lambat 10 hari kerja setelah surat diterima.

Merasa tidak ditanggapi, Sahabat Muslim pun melakukan tahapan prosedur selanjutnya, yaitu mengirimkan surat keberatan ke Bazda Kota Bekasi. Surat keberatan ini harus ditanggapi Bazda Kota Bekasi paling lambat 30 hari kerja. Namun, lagi-lagi Bazda Kota Bekasi tidak memberikan tanggapan.

“Jika memang ada informasi yang tidak bisa kami ketahui karena bersifat rahasia, misalnya, sesuai prosedur, instansi juga harus menginformasikannya secara tertulis dan kami pasti mengerti,” jelasnya.

Namun, karena tidak mendapat tanggapan sama sekali, akhirnya Sahabat Muslim menempuh jalur hukum dengan melaporkannya ke Komisi Informasi Pusat. Selanjutnya, proses mediasi pun dilaksanakan yang berakhir pada pengungkapan dokumen-dokumen Bazda Kota Bekasi kepada LSM yang berkantor di Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi itu.

Badan PublikPosisi lembaga zakat dan badan amil zakat

yang mengelola dana umat untuk disalurkan kepada muzaki menunjukkan bahwa mereka adalah badan publik. Hal ini ditegaskan mantan Ketua Komisi Informasi Pusat, Ahmad Alamsyah Saragih.

Maka sebagai lembaga publik, ada konsekuensi yang harus ditanggung LAZ dan BAZ untuk memastikan akuntabilitasnya, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

“Maka, dalam seluruh aspek pengelolaan sumbangan, LAZ dan BAZ harus terbuka manajemennya. Itu diatur dalam undang-undang tentang keterbukaan informasi publik tentang organisasi non pemerintah.

TRANSPARANSI--Laporan Keuangan Masjid Baiturrahman di Jln. Siaga Raya Komp. LAN Pejaten, Jakarta Selatan.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

24INFOZ

Page 25: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Hal-hal yang perlu dibuka, harus dibuka ke publik,” ujar Alamsyah.

Seperti yang tercantum dalam Pasal 9, UU Nomor 14 Tahun 2008, setiap badan publik wajib mengumumkan secara berkala informasi publik yang meliputi, informasi yang berkaitan dengan badan publik, mengenai kinerja dan kegiatan badan publik terkait, informasi mengenai laporan keuangan dan informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Maka, untuk mempermudah kinerjanya dalam menyediakan informasi yang diperlukan publik, menurut Alamsyah, LAZ dan BAZ juga perlu memiliki Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) seperti badan publik lainnya. Hal ini juga diatur di Pasal 9 UU tersebut.

“Akan tetapi lembaga zakat tidak perlu

membentuk posisi baru. Tugas PPID bisa dilakukan oleh petugas LAZ maupun BAZ yang sudah ada yang membidangi masalah informasi dan komunikasi, seperti humas,” tambahnya.

PPID memiliki tugas penting untuk mengkoordinir pelayanan informasi di dalam tubuh LAZ dan BAZ meski tidak perlu sebesar kementerian. Sebab, setiap badan publik harus memerhatikan standar dokumentasi sebagai dasar penerapan akuntabilitas lembaganya.

Dalam penelusuran INFOZ+ organisasi pengelola zakat yang sudah membentuk PPID dalam struktur organisasinya adalah Baitul Mal Aceh (BMA). Pengelola zakat milik Pemerintah Provinsi Aceh ini layak diacungi jempol, mereka cepat merespon dan mengadopsi regulasi keterbukaan informasi itu.[]

INFOGRAFISALUR_PERMOHONAN_INFORMASI

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

25INFOZ

Page 26: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Pejuang Sedekah di Jagat Twitter

Gerakan Derma yang

Tak MelembagaMenghimpun dana oleh perorangan rawan penyelewengan. Selebritas yang kebanjiran kepercayaan menyalurkan dana sedekah sebaiknya melembagakan diri. Sebaliknya masyarakat lebih selektif menyalurkan sedekahnya.

Di beberapa lokasi pengambilan uang tunai, kerap ditemui orang berdiri di bibir pintu mesin anjungan tunai mandiri (ATM).

Mereka membawa belasan amplop kosong, lalu memberikannya kepada setiap orang yang menggunakan jasa ATM. Orang itu berharap amplop kembali dalam keadan terisi uang sumbangan. Strategi jemput bola itu entah berhasil atau tidak.

Beberapa orang yang enggan merogoh koceknya beralasan cara itu mencurigakan. Mulai dari motif meminta sumbangan hingga profil lembaga sosial yang diwakili. Kenyataannya, memang banyak pembawa amplop itu tidak dapat menginformasikan detail profil lembaganya.

Kendati cara seperti itu masih kerap ditemui namun strategi menggalang dana makin berkembang. Penggalangan dana itu merambah media sosial. Alasannya akun pengguna media sosial seperti Facebook dan Twitter bak cendawan di musin hujan.

Pengguna media sosial yang makin banyak mendorong perubahan tujuan memanfaatkan jejaring dunia maya itu. Awal mulanya orang membuat akun media sosial hanya untuk kepentingan privasi atau pribadi. Belakangan

banyak lembaga dan perorangan bertujuan untuk kepentingan beragam, salah satunya program sosial.

Seperti pembawa amplop di bibir ATM, beberapa akun di Twitter memasang biografi: menerima sumbangan. Bagi akun yang pengikutnya (follower) sedikit, mati-matian menghimpun dana. Mereka akan mencuri perhatian untuk sekadar mendongkrak jumlah pengikut.

Tapi bagi selebritas di dunia nyata, amat mudah menjadi selebritas di jagat Twitter. Ada keterkaitan antara popularitas di dunia nyata dan media sosial. Tetapi sebaliknya itu tidak berlaku. Selebritas itu bukan hanya monopoli, artis, penyanyi, tetapi juga tokoh politik, pejabat, hingga pengusaha.

Nah, akun-akun para selebritas ini akan dibanjiri follower. Sebut saja akun @yusuf_mansur milik pendakwah Yusuf Mansur, dan @masmonoO8 milik pengusaha kuliner Agus Pramono. Sudah dipastikan mereka memiliki pengikut yang banyak karena ketenarannya di dunia nyata.

Beruntungnya, mereka adalah orang yang dikenal baik. Orang-orang yang berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka juga dipastikan untuk hal-hal yang baik. Seperti ketika banyak orang yang percaya dengan Yusuf Mansur lalu menitip dana

LAPORAN UTAMA

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

26INFOZ

Page 27: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

sedekah. Kepercayaan orang tumbuh karena sang ustadz konsisten mengajarkan manfaat sedekah.

Yusuf Mansur lalu merambah ke sektor lain. Kali ini tidak sekadar sedekah, ia menggalang patungan untuk berbisnis. Bisnis itu untuk menunjukkan muslim bisa tampil berjaya dalam perekonomian.

Ketenaran Yusuf Mansur yang makin tak terbendung berimbas pada derasnya dana patungan investasi. Dana yang terkumpul mencapai ratusan miliar. Dana itu dibelanjakan untuk membeli hotel, kebun sawit, dan beberapa aset bisnis lain. Dari bisnis itu, keuntungan akan dibagi bersama.

Masalah mulai datang ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyemprit Yusuf. Lembaga baru yang beroperasi pada 2013 itu bertugas menjadi pengawas semua lembaga bisnis keuangan: perbankan, jasa investasi, dan asuransi. OJK meminta Yusuf mengurus perizinan bisnisnya. Alasannya pengelolaan dana ratusan miliar tanpa legalitas rawan merugikan konsumen atau masyarakat. Terhadap teguran ini, Yusuf meresponnya dengan mengubah bisnisnya menjadi berbadan hukum koperasi.

Cara Ustad Yusuf Mansur menyelaraskan ketenaran dan penggalangan, telah menginspirasi Agus Pramono, pengusaha kuliner ayam bakar. Mas Mono, begitu ia biasa disapa, menggerakkan masyarakat bersedekah. Penghimpunan itu melalui akun @MakelarSedekah. Dalam profil akun itu, dicantumkan nomor rekening atas nama Agus

Pramono.Agus mengatakan ide @MakelarSedekah lahir

dari keisengannya mencuit. Ide itu tercetus ketika Agus menggelar acara buka puasa bersama untuk anak-anak di Pondok Pesantren Tahfidz Darul Qur’an

di Ketapang pada 2011. Melalui akun pribadinya ia mengajak pengikutnya menyumbang untuk

acara itu. “Peminatnya banyak dan akhirnya saya share nomer rekening,” katanya pada November lalu.

Belakangan gerakan Agus membesar. Banyak sumbangan yang mengalir ke

rekeningnya. Untuk memudahkan akses informasi, Agus membuatkan sistus resmi

gerakannya. Di laman situs itu masyarakat dapat mengetahui banyak hal tentang nama donatur, distribusi dana sedekah, dan transparansi penggunaan.

Distribusi dana itu seperti memberi sumbangan, membantu pengobatan hingga ongkos pendidikan kaum dhuafa. Menyadari gerakannya bermanfaat, Agus mengajak sukarelawan untuk melakukan gerakan serupa.

Reputasi Agus di bisnis kuliner berbanding lurus dalam program ini. Belum genap dua tahun mengelola Makelar Sedekah, ia mampu menghimpun dana Rp 5 miliar. Artinya, dalam setahun dana yang dikelola rata-rata Rp 2,5 miliar. Dana yang terkumpul berupa uang tunai, jam tangan, sepeda, kamera, perhiasan emas, sepeda motor hingga mobil. “Kalau barang kami lelang sehingga uangnya bisa dimanfaatkan untuk membantu dhuafa,” ucapnya.

Untuk menghindarkan gerakan dari fitnah, Agus

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

27INFOZ

Page 28: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

mengatakan, operasional gerakan tidak dipungut dari dana sedekah. Kendati tidak mengambil, Agus menyadari gerakannya itu sudah bisa disebut amil, sehingga berhak atas 10 persen hingga 12 persen dari dana yang terhimpun.

Adapun sebagai bentuk pertanggungjawaban, Makelar Sedekah selalu mendokumentasikan kegiatan, mengunggah foto di laman gerakan, dan mencuitnya di Twitter. Setiap bulan, buku rekening pribadi Agus dicetak, dipindai, lalu diunggah melalui Twitter. Cara ini diyakini Agus sebagai bentuk transparansi gerakannya. Laporan keuangan juga disampaikan setiap tahun di acara silaturahmi para donatur.

Kepercayaan donatur kepada gerakan ini, men-urut Agus, karena cara kerjanya efektif. Menurut dia pendistribusiannya diawali dengan survei, meng-

hindari menyumbang dana tunai kecuali bantuan sosial, menerapkan prosedur ketat dan selektif terhadap calon penerima, dan memastikan si penerima tidak menjadi penerima sumbangan lem-baga sosial.

Selain informasi dari Twitter, para sukarelawan itu mencari dhuafa yang membutuhkan pertolongan baik di bidang sosial, kes-ehatan maupun pendidikan. Mereka juga yang menda-tangi dhuafa yang dijadi-

kan target bantuan untuk disurvei kondisinya. Jika memenuhi syarat, para relawan itu akan mengawal penerima bantuan menjalani pengobatan atau pen-didikannya.

“Penerima bantuan betul-betul dikawal karena kami tidak memberikan uang tunai kepada mereka untuk menjalani pengobatan atau pendidikan, kecuali untuk bantuan sosial. Relawan kami yang akan mengantar ke rumah sakit, membayar administrasinya di rumah sakit, juga dalam membeli obat. Demikian juga untuk bantuan pendidikan, relawan akan langsung ke sekolah penerima bantuan untuk membayarkan biaya pendidikannya,” ungkap Agus di markas Makelar Sedekah di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.

Agus menerapkan prosedur tertentu dalam menentukan target yang akan diberikan bantuan sehingga tidak semua permohonan bantuan disetujui untuk dibantu. Makelar Sedekah baru bisa membantu masyarakat dhuafa yang membutuhkan pengobatan darurat jangka pendek. Sementara,

pengobatan penyakit seperti stroke, misalnya, belum bisa dilayani karena penyembuhannya membutuhkan waktu lama dan biaya yang sangat besar.

Survei juga dilakukan untuk mengetahui apakah dhuafa yang dituju sudah menerima bantuan dari lembaga lain atau belum. Jika sudah, Makelar Sedekah akan mundur agar tidak terjadi tumpang tindih penanganan bantuan dan hanya akan memberi santunan sekadarnya saja.

Tapi, jika belum menerima bantuan dari lembaga lain dan dinilai memenuhi syarat, maka dhuafa tersebut akan dikawal, mulai dari pengurusan dokumen atau surat keterangan yang dibutuhkan untuk berobat, diantar ke rumah sakit, hingga dibelikan obat. Relawan juga akan terus mengawal penerima manfaat setiap kali kembali ke rumah sakit untuk berobat jalan ataupun check up hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.

Agus menyadari membesarnya gerakan mengundang sorotan. Kendati sudah melakukan upaya transparansi ia tak bisa membendung kecurigaan gerakannya. Bukan khawatir terhadap penyelewengan, namun mulai bermunculan akun yang mengklaim bagian dari @MakelarSedekah atau terinspirasi dari gerakannya memanfaatkan antusiasme warga bersedekah melalui media sosial.

Agus mencontohkan penipuan oleh mahasiswi asal Makassar bernama Resqy pada Agustus 2013. Gadis 19 tahun itu meniru pola pengumpulan dana yang dilakukan Makelar Sedekah, dengan mengunggah foto dhuafa yang membutuhkan bantuan melalui melalui akun @Pejuang_Sedekah. Rupanya Resqy menggunakan uang sedekah di rekeningnya untuk menonton konser grup vokal asal Korea pujaannya.

Menurut Agus, fenomena Resqy merupakan sisi negatif yang bisa terjadi dari pengumpulan dana sedekah melalui perorangan. “Karena tidak ada yang mengontrol. Tapi, itu kembali ke kepercayaan

kepada pengelola. Donatur pasti melihat siapa pengelolanya,” katanya.

Menyadari itu, Agus menilai gerakannya perlu dikuatkan secara kelembagaan. Caranya dengan mengurus perizinan dan legalitasnya. “Kami sudah

dalam proses membuat sebuah yayasan dan rencananya juga akan diaudit oleh akuntan

publik,” tuturnya.

Tak berniat jadi lembagaBerbeda dengan Makelar Sedekah, gerakan

filantropi lain bernama Sedekah Rombongan memilih tidak melembagakan diri. Saptuari Sugiharto, penggagas @SedekahRombongan mengatakan pelembagaan gerakan akan berimbas

“Kami sudah dalam proses

membuat sebuah

yayasan, dan rencananya juga akan

diaudit oleh akuntan publik”

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

28INFOZ

Page 29: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

pada penggunaan dana yang terhimpun. Ini menyalahi aturan yang dibuat Saptuari ,yaitu para sukarelawannya tidak pernah memungut dana operasional dari dana yang terhimpun.

Saptuari khawatir jika membentuk lembaga maka akan membutuhkan banyak biaya untuk operasional. Misalnya ongkos menyewa kantor sekretariat, pengadaan barang untuk kantor, biaya komunikasi seperti telepon, internet, pajak dan pengeluaran lainnya.

Namun, bukan berarti Saptuari tidak memikirkan akuntabilitas gerakannya untuk menjaga kepercayaan publik. Sebagai pengumpul dana yang mampu mengoleksi Rp 15 miliar selama dua setengah tahun beroperasi, tentu tidak sedikit pihak yang menyoroti kegiatannya itu. “Takut dituduh menyelewengkan dana itu tentu saja perasaan itu ada. Bahkan ketika ingin beli mobil baru saya harus berpikir berulang-ulang karena khawatir dinilai menggunakan dana masyarakat untuk beli mobil,” katanya.

Maka, meski tidak mengubah gerakannya menjadi sebuah lembaga, Saptuari berinisiatif mendaftarkan gerakannya itu untuk mendapatkan ijin Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dari Kementerian Sosial. Izin itu diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang dan Barang. Ia juga tidak menggunakan rekening pribadi dalam mengumpulkan uang sedekah, tapi membuat rekening khusus Sedekah Rombongan.

Belakangan, Kementerian Sosial memang merespons fenomena maraknya gerakan filantropi ini dengan mempermudah pemberian ijin PUB. Tujuannya mencegah banyaknya penyimpangan. “Kami menerapkan sistem online untuk memotong birokrasi perijinan dan menekan korupsi,” kata Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri saat meluncurkan sistem online pelaksanaan undian dan pengumpulan uang dan barang di Hotel Golden Butique, Jakarta, September lalu.

Sama seperti Agus Pramono, Saptuari memilih calon dhuafa dengan ketat agar gerakannya efektif

menolong. Sebagai bentuk transparansi mereka mengunggah foto ke media sosial. Saptuari

menilai cara itu lebih efektif dan murah ketimbang cara lembaga sosial yang melaporkan kegiatannya di buku tahunan. “Membutuhkan biaya yang besar,” katanya.

Nah, untuk soal audit keuangan, Saptuari mengakui dana yang terhimpun

dan terdistribusi belum diaudit akuntan publik. Alasannya dana yang terkumpul belum

mencapai Rp 1 miliar per bulan. Saptuari mengacu pada aturan Kementerian Sosial yang menyebut pengumpulan dana yang besarannya Rp 1 miliar per bulan harus diaudit akuntan publik. “Yang kami kumpulkan tidak mencapai jumlah itu,” katanya. Namun Saptuari terbuka bagi pihak yang ingin mengaudit keuangan @Sedekah Rombongan. “Silahkan.”

Dalam diskusi bulanan yang diselenggarakan Forum Zakat, akhir Oktober lalu, mantan Ketua Komisi Informasi Alamsyah Saragih menilai bahwa gerakan penghimpunan sedekah perorangan memang belum kuat legalitas. Tapi, mereka akuntabel karena selalu melaporkan via media sosial. “Memang legalitas tidak selalu sama dengan akuntabilitas,” ujar Alamsyah.

Senada dengan Alamsyah, Direktur PPPA Darul Quran, M Anwar Sani memuji gerakan derma perorangan itu. Mereka bergerak tanpa gaji dan manajemen kantor yang rumit, namun bisa menghimpun dan menyalurkan miliaran rupiah kepada yang membutuhkan. “Tapi saya mendorong mereka untuk segera melembaga,” ujar Sani.

Ia menyarankan agar segera dibuat lembaga dan membuat rekening bank yang dipayungi legalitas institusi. Ia khawatir jika misalnya sang pemilik rekening donasi itu meninggal dunia, ahli waris akan mengklaim. “Maka lebih aman dan akuntabel jika rekeningnya bukan personal. Atau buatlah rekening yang mengharuskan beberapa orang menyetujui baru cair,” tambah Sani.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

29INFOZ

Page 30: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435
Page 31: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Lebih Baik ke Lembaga Amil atau Filantropi

Hampir setiap hari kita mendapati banyak pengemis berkeliaran di perempatan. Mendatangi mobil yang berhenti satu persatu,

mengais rasa belas kasih dari sang pemilik, untuk kemudian menerima beberapa keping receh yang telah disiapkan sang pemilik mobil. Bisa jadi saya dan Anda termasuk mereka yang sering memberikan uang kepada para pengemis jalanan. Namun, di balik tampilan lusuh, dekil dan tatapan mata sayu mereka, ada rahasia besar yang mengejutkan.

Berita terbaru pekan lalu, pengemis bernama Walang bin Klion yang berasal dari Subang, berhasil mengumpulkan recehan sebanyak Rp 25 juta dalam waktu 15 hari. Dia dan satu temannya yang tuna rungu cukup membawa gerobak dan beredar di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

Pemerintah DKI Jakarta sendiri sudah mengeluarkan Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum agar tidak memberikan sedekah pada pengemis. Pada Pasal 40 huruf c disebutkan setiap orang atau badan dilarang memberikan sejumlah uang atau barang kepada pengemis, pengamen, dan pengelap mobil. Bagi yang melanggar pasal tersebut dikenai ancaman kurungan paling singkat 10 hari dan paling lama 60 hari atau denda paling sedikit Rp100 ribu dan paling banyak Rp20 juta.

Tapi masih banyak di antara kita memberi uang kepada pengemis jalanan. Ini terjadi karena sebagian masyarakat belum banyak mengenal lembaga amil zakat, infak dan sedekah atau organisasi filantropi. Kalaupun ada yang mengenal, mungkin serba tanggung dalam memahami urgensinya. Lebih parah lagi, terkadang malah menuduh lembaga zakat kurang amanah dalam menyalurkan dana dari penyumbangnya.

Tapi, tenang. Sekarang lembaga amil zakat banyak yang sudah membuat laporan keuangan, kegiatan dan program secara ruti. Mereka memuatnya di website lembaga, atau direlai melalui akun sosial. Selain lembaga zakat, gerakan derma seperti @makelarsedekah dan @sedekahrombongan cukup akuntabel dalam laporannya.

Dalam pandangan Hatta Syamsuddin, penulis

dan staf pengajar Pesantren Mahasiswa Arroyan Solo, ada delapan hikmah dan keuntungan berzakat lewat lembaga amil.

Pertama, menjaga perasaan mereka yang berhak menerima (mustahik). Akan terasa berbeda antara orang miskin yang meminta-minta atau mendatangi orang kaya, dengan yang mendatangi adalah petugas lembaga zakat tersebut. Orang miskin tersebut akan merasa lebih dihargai kemanusiaannya.

Sangat berbeda dengan kejadian yang sering terulang di negeri ini, yaitu antrean menerima zakat yang terasa sangat mengganggu rasa keadilan dan kemanusiaan kita. Orang miskin yang hidupnya sudah menderita, masih dipaksa untuk menanggung

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

31INFOZ

Page 32: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

malu dan rasa lelah saat berpanas-panasan dalam antrean yang penuh sesak. Hal ini bisa masuk kategori menyakiti penerima sedekah yang dilarang dalam Al-Quran, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (Al-Baqarah 264).

Kedua, lebih menjaga kesucian hati dan niat sang penderma (muzaki). Hati manusia memang lemah, sehingga mudah goyah niatnya dalam melakukan amal kebaikan.Ketika seorang yang bersedekah memberikan hartanya secara langsung, bisa jadi muncul dalam dirinya perasaan riya dan tinggi hati. Merasa telah berjasa dan lebih buruk lagi, merasa menjadi malaikat penolong atau pahlawan bagi sang fakir tersebut, maka muncullah sedikit riya dalam hatinya.

“Seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). “ (Al-Baqarah 264)

Ketiga, lebih selektif dan merata. Sebagaimana kasus pengemis di atas, saat kita memberikan sedekah kita tidak pernah tahu kondisi sesungguhnya pengemis tersebut. Kita hanya melihat tampilan luarnya, atau bahkan lebih sempit dari sisi pakaiannya saja yang lusuh. Berbeda dengan lembaga zakat, sejak awal mereka mempunyai data yang cukup lengkap dan valid tentang kondisi mustahik di sebuah daerah. Perkembangan dan update kondisi terbaru senantiasa dijaga dan disimpan rapi. Sehingga harta Anda pun benar-benar hanya akan sampai pada mereka yang berhak, dan juga lebih merata.

Sebuah ilustrasi sederhana, di kampung jika kita memberikan zakat kita secara sendiri-sendiri, biasanya hanya bertumpuk pada nenek fulanah saja yang terlihat paling miskin, meskipun sebenarnya ada fulanah lain terkadang terlewat begitu saja karena pengetahuan muzaki yang terbatas.

Keempat, bisa dievaluasi dan diarahkan untuk pemberdayaan ekonomi. Bersedekah di perempatan jalan sama sekali tidak mendidik mental sang pengemis. Bahkan sangat mungkin mereka akan menjadi ketagihan mengemis karena merasakan betapa mudahnya mencari uang. Bisa juga penghasilan yang ada tidak pernah jelas juntrungnya, habis begitu saja setiap hari untuk konsumsi dan kebutuhan keluarga saja.

Sebaliknya, dengan melalui lembaga zakat, pemberian kepada mustahik bukan hanya uang keperluan konsumsi sehari-hari atau berobat dan bantuan pendidikan, tetapi bisa juga diwujudkan

dalam bentuk modal kerja atau modal usaha setelah sebelumnya diberikan pelatihan untuk itu. Tentu saja ini berlaku bagi mereka yang masih dalam usia produktif pada khususnya. Sehingga, pemberian melalui lembaga zakat diharapkan bukan saja tepat sasaran, tetapi lebih dari itu mampu mengubah masa depan mustahik dengan diarahkan menuju pemberdayaan.

Kelima, pemerataan pos zakat sesuai tuntunan syariat. Khusus untuk distribusi zakat, dengan melalui lembaga zakat maka akan terkumpul dana dan potensi yang lebih besar untuk disalurkan pada delapan golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana diamanahkan oleh syariat. Dengan terpenuhinya kebutuhan delapan golongan tersebut, maka otomatis ketimpangan ekonomi umat menjadi bisa diminimalisir dengan baik.

Namun sebaliknya, apabila seorang mendistribusikan zakat secara pribadi, maka kemungkinan besar hanya pos fakir dan miskin saja yang terpenuhi. Pos penyaluran lainnya akan dengan mudah terabaikan, padahal hal tersebut adalah amanat syariat kita yang adil. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah 60)

Ketujuh, lebih menjaga kedisiplinan dan komitmen muzaki dalam berzakat. Manusia diciptakan dalam kondisi lemah dan mudah lalai. Lemah semangatnya dan juga lalai dalam beberapa kewajiban. Apabila zakat masih bersifat sukarela dan pengeluarannya pun tergantung mood atau suasana hati muzaki, maka bisa dibayangkan akan terjadinya banyaknya keterlambatan bahkan penunggakan zakat yang wajib dalam syariat kita.

Maka pada saat yang sama akan muncul kembali ketimpangan ekonomi umat saat pos penerimaan zakat (mustahik) tidak mendapatkan haknya dengan baik. Sebaliknya,melalui lembaga zakat pada muzaki yang terdaftar bisa senantiasa terkontrol, diingatkan dan dimotivasi dalam membayar zakat sehingga lebih istiqamah dalam menjalankan kewajibannya.

Kedelapan, sebagai syiar dan lambang soliditas umat Islam. Adanya amil zakat dan lembaga zakat merupakan bukti nyata soliditas dan ukhuwah umat, serta kepedulian mereka dalam menuntaskan permasalahan ekonomi umat. Ia bukanlah sekedar lembaga, tetapi menjadi simbol dan syiar bahwa syariat Islam adalah syariat yang sangat menganjurkan adanya sikap dan sifat berbagi antar saudara sesama muslim.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

32INFOZ

Page 33: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

SPACE AVAILABLE

Page 34: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Transparansi dan akuntabilitas menjadi isu penting dalam aktivitas penghimpunan dana sosial, termasuk pengelolaan dana zakat. Apa sebetulnya akuntabilitas itu dan bagaimana pandangannya dalam Islam? Lalu apa saja yang menjadi bagian akuntabilitas dalam pengelolaan dana masyarakat yang dilakukan lembaga zakat? Masalah ini akan dikupas dalam wawancara dengan mantan Ketua Komisi Informasi Pusat Ahmad Alamsyah Saragih berikut.

Apa sebetulnya akuntabilitas itu?

Kalau kita telusuri dari sejarahnya, saya melihat ada dua hal. Pertama, dari sisi perdebatan awal apakah akuntabilitas itu merupakan suatu keharusan atau kebajikan belaka (accountability by virtue). Mark Bovens, seorang akademisi yang mendalami isu tentang akuntabilitas melakukan penelitian. Diteliti dari sejarah, istilah accountibility itu ditemukan di Inggris ketika zaman dibentuknya Doomsday Book di mana raja mensyaratkan para penggarap lahan untuk mencatat hasil garapannya dan

KATA MEREKA

“Jadikan FOZ sebagai Majelis Etik Amil”

MANTAN KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT,AHMAD ALAMSYAH SARAGIH:

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

34INFOZ

Page 35: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

biayanya kemudian disetorkan ke raja didasarkan pada laporan buku itu. Di situlah kemudian disebut to account, tapi bukan menghitung jumlah semata. Maka akuntabilitas mulai dilihat dari konsep itu, ada pemberi mandat dan ada pelaksana. Belakangan, berkembang teori-teori akuntabilitas ini dalam bentuk hubungan sosial antara pemberi mandat dengan pelaksana.

Bagaimana Islam memandang akuntabilitas?

Dalam sejarah Islam, akuntabilitas merupakan suatu konsepsi yang kita kenal dengan nama amanah. Ada pemberi amanah dan ada yang menjalankan. Dalam sejarah, pelopor akuntabilitas adalah Umar bin Abdul Azis. Jika Abu Bakar ash-Shiddiq adalah bapak demokrasi Islam, maka Umar adalah bapak akuntabilitasnya Islam. Umar mulai menerapkan akuntabilitas dengan memberi contoh, bahwa ketika urusan-urusan yang menyangkut urusan publik, dia akan menggunakan semua fasilitas negara. Tapi ketika urusannya pribadi, bahkan di malam hari lampu dia matikan.

Jadi, di satu sisi, akuntabilitas adalah sebuah tindakan, pemanfaatan sumber daya publik secara tepat. Artinya, sumber daya publik itu yang berasal dari publik. Dalam konteks itu kemudian berkembanglah teori-teori administratif baik di Barat maupun dalam Islam dalam rangka melihat apakah penyelenggara negara itu menjalankan mandatnya secara tepat atau tidak dalam memanfaatkan sumber daya publik.

Dalam hal Umar, sumber daya publik itu dikenal dengan Baitul Maal yang pembentukannya dipelopori oleh Rasulullah SAW. Di Barat, itu kita sebut dengan government budget atau anggaran negara. Baitul Maal bersumber dari beberapa hal. Pertama memang hak orang yang diwajibkan untuk dikembalikan haknya. Itulah yang disebut dengan zakat, bagian dari harta kita yang harus diserahkan kepada orang yang memang kebetulan memiliki hak atas harta itu.

Jadi, apakah pengumpulan zakat itu sebetulnya harus dilakukan oleh pemerintah?

Selain zakat, sumber pendapatan Baitul Maal berasal dari jizyah atau semacam bayaran yang harus dikeluarkan non-muslim kepada pemerintah atas servis yang diberikan kepada mereka dan harta rampasan perang.

Pada saat kemudian Islam mulai menaklukkan negara-negara besar, sitaan perang yang begitu banyak membuat salah satu sahabat di zaman Utsman bin Affan, mulai berinisiatif meliberalisasi zakat. Pengumpulan zakat dalam jumlah kecil yang sebelumnya dipungut oleh negara, lalu dikelola sendiri. Ini terjadi karena pajak yang menjadi sumber pendapatan Baitul Maal dan harta sitaan perang yang melimpah, membuat anggaran negara menjadi besar. Zakat yang kecil ini dinilai cukup merepotkan untuk diurus.

Dari situlah terjadi liberalisasi Baitul Maal sehingga dipisahkan antara urusan zakat dengan urusan penyelenggaraan negara. Di satu sisi, bagi negara-negara yang ditaklukkan cukup menguntungkan karena mereka sudah memiliki sistem yang memisahkan urusan negara dengan kewajiban-kewajiban individu tadi. Itu jalan terus sampai kita lupa bahwa sebetulnya zakat itu adalah instrumen kenegaraan.

Tapi menurut saya itu tidak ada masalah, karena situasinya, kita belum pernah berhasil menstrukturkan APBN kita dengan logika seperti Baitul Maal yang struktur alokasi anggarannya mendekatkan diri ke delapan asnaf penerima zakat.

Hampir semua ekonom Islam lebih konsentrasi pada persoalan-persoalan riba. Padahal riba itu adalah lebih dekat kepada moneter. Namun dalam konteks zakat, itu lebih kepada persoalan fiskal. Jadi di Indonesia, ekonomi Islam masih timpang,

masih lebih banyak ke aspek moneter seperti munculnya bank-bank muamalah dan sebagainya. Tapi aspek fiskal ini masih belum diperhatikan.

Bagaimana seharusnya akuntabilitas di lembaga zakat?

Di dalam pembahasan Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik, Menkominfo saat itu, Sofyan Djalil pernah mengatakan bahwa mahasiswa yang dibimbingnya menyusun tesis tentang akuntabilitas lembaga-lembaga zakat. Ternyata yang paling akuntabel memiliki pertumbuhan cukup besar. Yang akuntabilitasnya rendah tidak tumbuh. Artinya,

akuntabilitas itu juga lebih dari sekadar gugat menggugat. Akuntabilitas itu adalah sebuah trust, semakin dia akuntabel, trust semakin tinggi. Kepercayaan itu adalah modal sosial. Jadi sebetulnya, akuntabilitas itu mutlak, karena zakat itu adalah milik muzaki yang jumlahnya diatur.

Kedua, dia tentunya harus dipertanggung-

“Tugas FOZ sekarang adalah membuat kode etik atau

ketentuan tentang para amil. Nanti FOZ bisa menjadi semacam majelis

etiknya. Sebab, jika semua ditentukan oleh Baznas maka dikhawatirkan akan

mengarah ke praktek korupsi.”

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

35INFOZ

Page 36: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

jawabkan supaya sampai pada yang punya hak. Kalau akuntabilitas tidak terjadi, maka trust rendah dan kekuatan Baitul Maal ini tidak hidup. Dalam konteks zakat, lembaga amil tidak bisa menciptakan kesejahteraan.

Dan ketiga, akuntabilitas dalam zakat ini punya histori tersendiri untuk UU Keterbukaan Informasi Publik. Sebab, UU itu memasukkan organisasi non pemerintah ke dalam salah satu subyek sebagai badan publik, dengan tujuan agar akuntabilitasnya terpelihara, dan itu diilhami dari lembaga-lembaga pengelola zakat.

Seperti apa model ideal akuntabilitas lembaga zakat?

Pertama, akuntabilitas administratif kepada induknya yaitu Baznas, dan kedua akuntabilitas sosial terhadap pembayar zakat dan muzaki. Ini harus didorong agar ada laporan ke muzaki dan pemberi zakat selain kepada Baznas secara administratif. Dengan demikian lembaga ini bisa dilindungi jika terjadi suatu hal.

Maka harus ada juga kode etik tentang amil. Forum Zakat (FOZ) harus meinitikberatkan tugasnya ke arah itu. Tugas FOZ untuk membentuk sebuah badan yang bisa mengoordinasi zakat secara nasional sudah selesai dengan lahirnya Baznas. Tugas FOZ sekarang adalah membuat sebuah kode etik atau ketentuan tentang para amil. Nanti FOZ bisa menjadi semacam majelis etiknya. Sebab, jika semua ditentukan oleh Baznas maka dikhawatirkan akan mengarah ke praktek korupsi.

Laporan seperti apa yang harus diberikan lembaga zakat kepada BAZNAS?

Laporan yang harus jelas sumber dan pemanfaatannya. Dalam hal pemanfaatan ini, yang harus diperhatikan adalah akuntabilitasnya harus naik. Bahwa ketika orang menerima, harusnya lembaga zakat juga mulai memerhatikan apakah ada perubahan dari sisi individu. Misalnya, yang tadinya tidak ada pemasukan menjadi ada pemasukan.

Kedua, untuk alokasi-alokasi yang lain itu adalah ukurannya dampak sosial. Misalnya, untuk guru-guru di daerah terpencil, ukurannya adalah berapa orang yang terdidik. Itu harus dilaporkan. Menurut saya harus ada standar laporan bersama meski tidak diseragamkan, namun ada standar minimumnya dari akuntabilitas itu. Bukan hanya sekadar laporan keuangan, tapi juga kinerja yang mengacu pada tujuan zakat itu.

Jika itu dilaporkan, dikonsolidasikan di

Baznas, dibahas bersama dengan semua lembaga amil zakat dalam pengambilan keputusan, maka sebetulnya Baznas sedang melakukan pengelolaan sebuah kebijakan sosial mengenai program-program kesejahteraan. Di situ juga kita akan mendapat banyak pengetahuan dan pengelolaan zakat dapat lebih progresif. Satu LAZ dengan yang lain bisa saling bertukar informasi. Maka di sinilah diperlukan standar akuntabilitas bersama.

Bagaimana seharusnya akuntabilitas lembaga zakat dalam hal keterbukaan informasi?

Menurut saya bukan masalah besar. Sebetulnya tinggal disiapkan informasi yang ada, lalu diberikan dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dalam Islam itu semua terbuka, bahkan di setiap majelis salat Jumat, semua sumbangan hingga nilai terkecil disebutkan dan bisa dilihat pencatatannya. Di zaman Umar semua dicatat dan bisa dilihat oleh publik. Sebab, Umar berprinsip semua kegiatan yang dibiayai oleh Baitul Maal dan umat, maka umat berhak tahu apapun.

Hanya saja, dalam membuka informasi harus ada asas-asas tertentu. Jika informasi yang dibuka justru menciptakan mudarat maka tidak perlu, misalnya identitas muzaki yang sedemikian detil

hingga latar belakang keluarganya, saya pikir itu sudah menyentuh hal-hal pribadi yang mungkin di dalam agama juga dilarang.

Maka, harus ditetapkan standar informasi apa yang perlu diberikan dan apa yang tidak perlu. Ini harus dibahas oleh semua LAZ dalam suatu forum kemudian disepakati di Baznas menjadi suatu code of conduct sehingga bisa diadopsi oleh semua

LAZ. Tapi, sebagai bentuk akuntabilitas, semua orang boleh tahu laporan kegiatan LAZ.

Dokumen apa saja yang harus dimiliki lembaga amil zakat?

Pertama, laporan keuangan harus mengikuti standar akutansi tertentu. Kedua, informasi mengenai kinerjanya juga harus distandardisasi. Kinerja ini yang belum distandardisasi. Kalau laporan akuntasi keuangan, saya pikir mereka sudah punya standar, bahkan sudah ada yang diaudit oleh akuntan publik.

Namun untuk kinerja ini yang belum. Misalnya, jika memberikan zakat kepada suatu komunitas, harus ada dampak positif seperti apa sebagai ukuran kinerja. Ini perlu suatu perencanaan. Sebuah laporan kinerja tidak hanya melaporkan pengalokasian tapi juga perkembangan muzaki.

“Maka, LAZ harus diberi tempat secara rutin dalam setiap perumusan alokasi anggaran di DPR.”

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

36INFOZ

Page 37: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Tips agar lembaga amil zakat tidak mengalami sengketa informasi?

Sebetulnya sederhana. Informasi itu kita sudah tetapkan di UU KIP dan sudah jelas disebutkan seperti profil, laporan kinerja, sebatas laporan keuangan yang sudah diaudit. Jika itu yang diminta, diserahkan saja. Masalahnya nanti akan terjadi persoalan hukum, ketika orang yang tidak membayar zakat menanyakan, zakat dari para pembayar diserahkan ke siapa saja? Apakah dia berhak mengetahuinya? Itu perlu kajian menurut saya.

Kalau dalam sistem hukum yang berlaku sekarang ini adalah hak privat karena hubungannya antara pemberi zakat dan amil. Keduanya melakukan ijab kabul atau kontrak perdata. Itu dalam Islam hanya berlaku pada dua belah pihak dan tidak berlaku pada pihak lain. Dalam hukum perdata kita orang lain yang ingin mengetahui ke mana aliran zakat diberikan sebetulnya tidak berhak, kecuali diijinkan oleh para pihak ini.

Namun, untuk akuntabilitas perlu dikaji lebih lanjut oleh forum. Jika boleh, sebatas apa dan jika tidak boleh, dalam hal apa harus beralasan. Saya yakin hal ini sudah ada pengalaman dari masa-masa yang lalu.

Apakah lembaga amil zakat perlu membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi?

Saya pikir perlu, sebab tugas penting PPID

adalah mengoordinasi pelayanan informasi di lembaga zakat. Strukturnya tidak sebesar PPID di kementerian tapi tugasnya sangat diperlukan untuk mengumpulkan dokumen dan standardisasi dokumen sebagai dasar akuntabilitas. Lembaga zakat juga tidak perlu membentuk posisi baru untuk PPID, cukup memberdayakan petugas-petugas yang sudah yang membidangi masalah informasi dan komunikasi.

Bagaimana dengan keputusan Mahkamah Konstitusi tentang judicial review UU No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat?

Saya cukup puas karena pasal-pasal yang mengancam hilang. Tapi, saya belum puas secara pribadi terhadap undang-undangnya yang menurut saya kurang progresif. Harusnya dalam UU menempatkan LAZ untuk turut serta merumuskan struktur alokasi kesejahteraan di negara. Lembaga amil zakat harus diberi peran strategis, bukan hanya mengelola zakatnya tapi juga harus diajak berbicara untuk menentukan nasib kesejahteraan bangsa. Maka, LAZ harus diberi tempat secara rutin dalam setiap perumusan alokasi anggaran di DPR.

Saya ingin gerakan zakat di Indonesia berhasil mengubah struktur alokasi anggaran agar lebih mendekati ke asnaf zakat. Sebetulnya kita harus melahirkan pemikir-pemikir yang bertarung di tingkat konsepsi. Partai-partai Islam itu harus kita minta akuntabilitas politiknya.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

37INFOZ

Page 38: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KETUA BAZNAS JAWA BARATMOCH. SURJANI ICHSAN:

KATA MEREKA

SEBAGAI lembaga yang menghimpun dana milik publik, keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas mutlak dilakukan bagi organisasi pengelola zakat (OPZ). Oleh karenanya, semua OPZ harus diaudit oleh auditor eksternal. Selain audit keuangan, OPZ juga perlu diaudit kinerjanya, termasuk apakah pengelaan dana yang dilakukan sudah sesuai syariah atau tidak.

Di sela-sela kesibukannya, Ketua Baznas Provinsi Jawa Barat, yang juga salah satu pengurus Forum Zakat (FOZ) Nasional, Moch. Surjani Ichsan mengutarakan pendapatnya terkait audit terhadap OPZ di Indonesia. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana model assesment bagi lembaga zakat, dikaitkan dengan peran Baznas dan Kementerian Agama?

Jadi manajemen kinerja prima itu juga mau diatur oleh Kementerian Agama untuk assesment. Pak Fuad (Fuad Nasar, Wakil Sekretaris Baznas—red) sudah minta ditraining. Jadi nanti kita bisa mengadakan self-assesment.

Saya bilang, nanti kita bantu dengan teman-teman yang pernah dididik untuk jadi assesor. Karena ini mau diaudit, maka siapa saja harus siap. Tetapi dalam jangka pertama, misalkan Kementerian Agama bersama tim, atau mungkin bisa dengan tim FOZ guna mengaudit Baznas maupun LAZ. Karena itu untuk kemajuan bersama perzakatan di Indonesia. Apakah mengelolanya dengan keilmuan yang benar atau tidak. Kalau belum, harus digiring ke sana.

Saya pernah cerita ke Dirjen Pemberdayaan Zakat, kalau perzakatan Indonesia ingin maju, maka yang pertama kita harus berani menerapkan PSAK 109 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Yang kedua, mau membuat laporan yang sesuai dengan manajemen kinerja unggul. Dengan dua ini sudah cukup. Artinya, kita akan mengelola perzakatan, perwakafan, dan sebetulnya buntutnya perbankan Islam. Itu dahsyat.

Kalau sekarang, jika seluruh penghimpunan LAZ dikumpulkan, hanya mampu mengelola Rp 2,5- Rp 3 triliun. Itu jauh. Padahal targetnya adalah Rp 223 triliun. Jadi, masih ada duit umat Islam Rp 220 triliun itu dari zakat. Tapi, kita ini, baru menggali Rp 3 triliun saja, sudah ribut tidak keruan.

Bagaiman peluang menggali potensi zakat itu?

Terus terang saja, perzakatan itu peluangnya ada di Indonesia. Jadi berdasarkan tren ke depan, yang masuk akal itu perekonomian syariah. Saat ini, perekonomian itu didikte sama perekonomian kapitalis. Oleh karena itu, kita memainkan peran

“Semua OPZ Harus Siap Diaudit”

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

38INFOZ

Page 39: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

misalkan CSR, sekian untuk event organizer. Nah, itu diambil besar untuk operasional. Jadi ini namanya pos dana amil.

Kalau BAZ dapat operasional dari pemerintah. Jadi itu yang dipakai untuk pendampingan. Jadi tidak mengurangi dana untuk zakat itu. Tapi ada pendapat, misalkan untuk mualaf. Ada seorang yang baru masuk Islam. Lalu ada seorang ustad yang membimbing untuk mengajarkan Al-Quran. Yang benar, ini pakai dana amil atau dana mualaf? Dana mualaf itu boleh dibayarkan kepada ustadnya. Jadi untuk fakir miskin, dana pendampingan diambil dari dana amil.

Jadi yang penting sesungguhnya, bagaimana memberdayakan seluruh amil zakat agar profesional. Itu yang tidak mudah. Kalau LAZ-LAZ itu masih memungkinkan untuk mencari sarjana baru. Tapi kalau BAZ, itu ribet. Kenapa? Masalahnya, banyak ormas-ormas, yang dikirim banyak yang kurang bagus. Bos-bos-nya sibuk di sana.

Dan yang kedua, memang dukungan pemerintah belum sepenuhnya kepada BAZ. Jadi, BAZ ini kan sulit, misalkan BAZ disuruh mencari dana, dan kantor harus mengurusi sendiri. Padahal di tempat-tempat tertentu, seperti di Bali dan Indonesia Timur, dana itu

tidak diberikan. Oleh sebab itu, jika Undang-Undang ini jadi diputuskan (wawancara dilakukan sebelum pengukuhan UU Zakat oleh Mahkamah Konstitusi—red), anggaran APBD bisa membantu.

Sebenarnya BAZ itu punya peluang untuk tasaruf secara bagus, karena lebih tahu keadaan daerah. Misalkan, di sana ada orang Muhammadiyah, dia punya cabang di Kecamatan. NU punya sampai Anak Ranting. Jadi, orang yang fakir miskin itu kita akan tahu. Hikmahnya, tidak ada salahnya merangkul orang Muhammadiyah dan NU, untuk menanyakan mana daerah yang bisa diberdayakan.

Sama juga, kita di Jawa Barat ini kita rangkul semua enam ormas yang ada. Di Jawa Barat kita kompak. Jadi pada dasarnya, saya inginnya semua itu maju. Artinya apa? Umat masing-masing itu banyak. Umumnya, mereka bagi sendiri ke anggota ormasnya. Jadi, data saya, ada 50 % dibagi sendiri, 35 % lewat masjid-masjid. Sementara, yang melalui

zakat dan wakaf ini secara pelan-pelan. Perekonomian syariah berbasis zakat dan

wakaf harus dimulai pelan-pelan. Peluang pasarnya ini masih banyak. Makanya FOZ harus terus giat. Kita ini cenderung chauvinisme. Kadang kita merasa diri kita paling hebat. Ini yang menyebabkan kita lalai dan tidak bisa mengembangkan dengan baik.

Sekarang kita menghadapi liberalisasi. Ini berat sekali. Jadi untuk bisa maju, memang pendidikan agama ini harus dicarikan solusi. LAZ dan BAZ harus bisa mengembangkan bagaimana dakwah zakat ini. Karena ekonomi syariah itu luar biasa. Itu bisa mendongkrak. Sekarang masalahnya, masjid mengelola sendiri-sendiri. Dan tidak diberikan ilmu bagaimana cara mengelolanya.

Sekarang banyak amil zakat, yang mengambil dana operasional, kalau dikumpulkan, bisa 50 % itu dananya. Ini tidak ada yang tahu kecuali orang keuangan. Artinya ada sesuatu yang belum balance antara strategi perhimpunan dan pemberdayaan.

Nah, kalau untuk fuqara masakin, uang zakat harus bersifat ekonomi produktif. Kalau ekonomi konsumtif, dapat duit habis lalu hilang. Itu lebih tepatnya memakai duit infak. Dana negara untuk menjamin kehidupan sosial, sandang, pangan dan papan itu tugas negara.

Jadi, sekarang ini, dana untuk fakir miskin dari zakat yang cuma Rp 3 triliun, tidak akan sanggup mendongkrak kemiskinan. Apalagi semua sendiri-sendiri. Itu ibarat orang menghilangkan sampah dengan satu batang lidi, pasti tidak akan bersih. LAZ A bilang, kami bisa membersihkan masalah ini.

Coba tanya, siapa yang berani membuktikan dia sudah merubah mustahik menjadi muzaki? Dari LAZ besar ke LAZ kecil. Dari BAZ besar ke BAZ kecil. Karena semua permainan di ekonomi konsumtif, kesehatan, rumah sakit gratis, pendidikan gratis, itu tugasnya negara. Lembaga zakat menggunakan infak untuk itu.

Jadi dana operasional itu diambil dari pos mana?

Kalau bisa dari pos amilin. Dalam akuntansi itu ada dana zakat, itu berarti ada dana amil kan? Sekian pasti ada dana amil. Kemudian ada dana hibah,

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

39INFOZ

Page 40: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Baznas ada 8 %, dan yang ke LAZ sekitar 6 %, itu untuk seluruh LAZ.

Menurut bapak, bagaimana akuntablitas pengelola zakat di daerah-daerah?

Makanya saya ingin memulai apa yang bisa diaplikasikan dari PSAK 109. Dari 26 kabupaten/kota (di Jawa Barat), sebanyak 19 sudah mau mengaplikasikan. Artinya mereka sudah mau dilihat, berapa pendapatannya dan disalurkan kemana saja, itu semua bisa dilihat. Tasaruf untuk fakir miskin berapa, ada semua. Sebenarnya mudah, tinggal lihat saja.

Sedangkan ke Baznas, namanya SIMBA (Sistem Informasi Manajemen Berbasis Zakat). Jadi misalkan sekarang ada orang yang bayar, itu bisa langsung di-edit secara real time. Nah, sekarang masalahnya, LAZ sudah punya sendiri-sendiri sistem informasinya. Mau apa tidak berkumpul bareng untuk penerapan PSAK 109?

Makanya undang-undang zakat sekarang untuk menertibkan ya?

Itu hanya menertibkan. Misalnya kalau BAZNAS mau lapor. Dari BAZ sudah oke. Dari LAZ belum ada yang laporan. Mestinya FOZ yang bisa menerobos.

Kementerian Agama memberikan lisensi ke Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan lain-lain. Ketika kita minta laporan, mereka tidak mau. Ini bagaimana?

Ingat, definisi zakat dimana-mana adalah dikuasai negara. Ya, seperti bank, ada swasta dan milik pemerintah, silahkan berlomba. Pasarnya luas. Pasarnya Rp 223 triliun. Jadi, yang diatur tasaruf-nya. Misalnya, Sukabumi dipecah jadi lima. RZ dikasih 5 kecamatan, lalu BAZ dikasih 5 kecamatan, DD juga dapat 5 kecamatan, itu beres kan. Dikeroyok bareng. Perkara orang mau memberi duit itu kan serelanya kepada siapa.

Jadi kalau semua bisa dibantu dakwahnya bersama, yang penting semua orang bayar lewat amil zakat yang sah, yaitu amil zakat yang direkomendasikan (Baznas). Jadi nanti di akhirat yang ditanya itu presiden, dan menteri agama. Jadi apa yang diributkan? Kan semua sudah dapat lisensi.

Yang tidak benar itu adalah, tiba-tiba LAZ atau BAZ diminta dibubarin. Itu kan tidak benar. Nah, sekarang kan diminta semuanya di bawah koordinasi BAZ. Itu kenapa? Ini kan merasa diri paling hebat. Di situ bahayanya chauvinisme itu.

Jadi, mari kita belajar bersama, bagaimana ilmu zakat berkembang. Zakat bisa manfaat, lalu 40 juta orang miskin bisa diangkat. Jadi masalahnya itu saja. Jadi memang, perjalanan untuk sinergi itu memang tidak mudah. Sulit.

Karena umat ISLAM di Indonesia saja, antar partai sikat-sikatan. Lalu antar orang dalam partai saja, sikut-sikutan.

Bagaimana membagi pasar dakwah zakat antar lembaga?

Kita baru bisa mengerjakan itu, ada tujuh macam alat—ada dalam buku Zakah Criteria. Jadi bagaimana kepemimpinan organisasi pengelola zakat. Lalu yang kedua, bagaimana perencanaan strategi zakat ke depan, 10 tahun ke depan. Harus jelas masing-masing. Disinilah isinya rencana dan tindakan-tindakan. Baru setelah itu, fokus kepada muzaki. Ini juga diartikan di pasar ZIS.

Nah, orang yang bayar ZIS ini, ada yang bayar ke BAZ, ada yang bayar ke LAZ. Jadi nantinya, ada perhitungan market share. Katakanlah, misalkan di Kota Bandung, DD dapat sekian, BAZ dapat sekian miliar. Artinya, peluangnya ada sekian. Nah, ini ada berapa persen. Jadi artinya semua terbuka. Mungkin kalau nama okelah rahasia. Tapi kalau jumlah? Ya, (terbuka) tidak apa-apa. Jadi, diketahui market share di Bandung dapat sekian. Ini semacam peta. Peta potensi zakat, potensi sedekah dan potensi wakaf itu sekian.

Nah, zakat ini macam banyak. Ada zakat profesi,

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

40INFOZ

Page 41: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

zakat pertanian, zakat obligasi dan saham. Nah, ini belum ada yang garap. Makanya, siapa saja bisa kita ajari untuk bisa menggarap ini. Orang nantinya akan berlomba-lomba, siapa yang pelayanannya bagus akan mendapat.

Nah, syukur-syukur kalau pendapatan ini ditampung dulu. Saya bermimpi kita punya bank, namanya Bank Zakat Indonesia. Jadi duit-nya ditaruh di sana semua, itu luar biasa. Jadi, seluruh zakat terkumpul di bank itu. Oh, ini punyanya BAZ, oh ini punya LAZ ini. Sehingga bank ini tahu seluruh pergerakan zakat. Jadi memungkinkan, membantu perbankan untuk perzakatan dan perwakafannya.

Memang belum ada bank zakat itu, yang ada Baitul Maal. Baitul Maal itu sejatinya adalah bank Islam. Nah, ini katakanlah yang punya bisa BAZ atau FOZ semua berkumpul di situ. Atau oleh instansi pemerintah resmi, jadi harus di sini menyimpan uang, seperti zakat, infak dan sedekah.

Kalau tidak seperti itu, dewan syariah yang bingung, mereka tidak tahu tentang operasional zakat, namanya saja yang menampang. Tapi dalam praktek, diaudit oleh akuntan publik. Dia kan tidak mengerti syariah.

Untuk audit syariah, poin-poinnya apa saja?

Sebetulnya di kita itu sudah ada. Jadi konsepnya syariah itu dimana-mana harus melindungi agama, jiwa dan harta. Nah dari sini bisa dijabarkan, jika seseorang yang tidak membayar zakat itu, seperti ada yang hitam di hatinya, bakhil. Kalau tidak lekas dibuang, orang itu konyol. Hartanya itu, akan menjadi tongkat besi yang menghajar dia. Nah, ini dakwah kita tidak mencapai kesana. Apa tidak ngeri itu?

Malah, dakwah di Malaysia itu dijelaskan, orang yang tidak bayar zakat itu kafir. Mirip seperti pada masa Abu Bakar, yang tidak membayar zakat akan diperangi. Fatwa ulama juga mengatakan itu. Di Indonesia ini hanya tidak berani. Maka untuk itu, kita perlu memasukkan ke kurikulum di sekolah, jika kaya tidak bayar zakat, maka statusnya kafir. Memang tidak mudah, tapi harus dimulai dari anak-anak.

Kufur terhadap perintah Allah lebih halus. Seperti orang punya Al-Quran dan dia tidak menyelami, maka ia kafir kitabi. Kalau itu ditanamkan sejak kecil, orang akan takut. Lihat saja sekarang, jika orang yang tidak bisa mengaji, biasa saja.[]

Page 42: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

42INFOZ

ZAKAT PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN

Di sudut gedung perkantoran, di selatan Jakarta, seorang pria berkemeja biru muda menatap lembaran terakhir sebuah majalah mingguan

nasional. “Zakat Ditunaikan, Pajak Makin Ringan” demikian kalimat yang tertulis di halaman belakang majalah itu. Terprovokasi dengan lembar pariwara itu, ia menunjukkannya kepada rekan di sebelahnya.

“Kok bisa ya, zakat mengurangi pajak?” tanyanya. “Apa dasar hukumnya?” “Enak dong kita, bagaimana dengan umat agama lain?” ucapnya.

Diskursus tentang pajak dan zakat menarik dibahas. Sebenarnya ada pertanyaan-pertanyaan lain terkait kedua hal ini, seperti “Apakah boleh kita hanya membayar zakat tanpa membayar pajak,” atau sebaliknya “Kan kita sudah bayar pajak, untuk apa kita bayar zakat? Toh tujuannya sama.”

Di awal abad hijriyah, selain zakat, ummat Islam juga tidak asing dengan term pajak, seperti usyur (pajak perdagangan), kharaj (pajak bumi dan tumbuh-tumuhan), serta jizyah (pajak khusus untuk orang non-muslim yang tinggal di negara yang dikuasai oleh pemerintah Islam). Artinya, meski syariat zakat ini datang belakangan, tidak serta merta Islam menghapus kewajiban pajak yang sudah diterapkan berabad-abad lamanya.

Sebagai seorang muslim, kita disyariatkan untuk membayar zakat sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan pelaksanaan rukun Islam. Sementara sebagai warga negara yang baik, kita dituntut membayar pajak untuk pembangunan negara sesuai ketentuan perundang-

BAHTSUL MASAIL

undangan yang berlaku. Tidak ada yang menegasikan antara satu dengan yang lainnya.

Bagaimana dengan “kompromi” zakat dapat mengurangi pajak?

Mari kita tengok dari sisi aturan terlebih dahulu. Ketentuan yang dapat dirujuk dalam melihat masalah ini adalah UU No 38 Tahun 1999 tentang Zakat yang kemudian diamandemen dengan UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, UU No 17 Tahun 2000 tetang Perubahan Ketiga atas UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Pasal 4, Ayat 3, huruf a nomor 1), dan UU No 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No 7 Tahun 1983 yang berbunyi:

“Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.”

Sekedar diketahui, pada UU No 17 Tahun 2000, yang dikecualikan dari objek pajak hanya zakat, sementara untuk sumbangan keagamaan lainnya belum diatur ketika itu, baru kemudian UU No 36 Tahun 2008

Page 43: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

43INFOZ

mengakomodir sumbangan keagamaan lainnya sebagai objek pengecualian zakat.

Selain peraturan perundang-undangan di atas, ada pula PP No. 60 Tahun 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 yang berlaku sejak tanggal 11 Juni 2012, tentang Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-33/PJ/2011 tentang Badan/Lembaga yang Dibentuk atau Disahkan oleh Pemerintah yang Ditetapkan Sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.

Lalu bagaimana mekanismenya?

Berdasar Peraturan Dirjen Pajak No. PER-6/PJ/2011 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto mekanisme pengurangan zakat atas penghasilan kena pajak ini adalah berikut.

Pasal 2: Wajib Pajak yang melakukan pengurangan

zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, wajib melampirkan fotokopi bukti pembayaran pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak dilakukannya pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib.

Bukti pembayaran itu dapat berupa kuitansi dari lembaga penerima zakat, bukti transfer, maupun struk ATM. Dalam bukti itu setidaknya tercantum tanggal pembayaran, jumlah pembayaran, nama lembaga zakat yang diakui dan disahkan pemerintah. Saat ini, selain Baznas yang dibentuk pemerintah, ada 18 lembaga lainnya yang diakui pemerintah melalui Peraturan Dirjen Pajak No PER-15/PJ/2012.

Pasal 3:Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya

wajib tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila :

a. tidak dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan, yang dibentuk atau disahkan Pemerintah; dan/atau

b. bukti pembayarannya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

Pasal 4(1). Pengurangan zakat atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang bersangkutan dalam Tahun Pajak dibayarkan zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib tersebut.

(2). Dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan, zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib sebagaimana ayat (1) dilaporkan untuk menentukan penghasilan neto.

Setelah mengetahui dasar hukumnya, lantas bagaimana kita menghitungnya? Apakah zakat yang kita keluarkan benar-benar dapat mengurangi pajak yang kita setorkan?

Untuk memudahkan, mari kita ilustrasikan. Pak Muzaki, seorang muslim dengan satu istri dan dua orang anak bekerja di PT Sukses Selalu dengan penghasilan per tahun Rp 80.000.000. Pak Muzaki selalu mengeluarkan zakatnya setiap bulan karena penghasilannya telah mencapai nishab, kepada lembaga zakat resmi yang diakui dan disahkan oleh pemerintah. Total zakat yang dibayarkan Pak Muzaki adalah 2,5 % x Rp 80.000.000 = Rp2.000.000.

Secara sederhana dapat dilihat dari tabel berikut :Sedikit memang, selisih antara orang yang

membayar zakat, lalu kemudian melaporkannya dalam SPT, daripada orang yang tidak membayar zakat, atau membayar tapi tidak melaporkannya dalam SPT. Dari tabel simulasi di atas, untuk penghasilan yang sama, selisihnya hanya Rp 100.000. Oleh karenanya, masih sedikit yang memanfaatkan keringanan restitusi pajak ini karena jumlahnya memang tidak signifikan.

Lebih dari itu, masyarakat kita masih menganggap penunaian zakat itu voluntary dan privasi, sehingga mereka merasa segan jika harus melaporkan berapa zakat yang dikeluarkannya, bahkan masih banyak pula yang enggan menyebutkan namanya, atau cukup dengan “hamba Allah” ketika menyerahkan dana zakat mereka. Wallahu a’lam.[]

*Redaksi menerima ruang diskusi dalam kolom ini. Bagi pembaca yang hendak mengirimkan pertanyaan, silahkan dikirimkan melalui email redaksi: forumzakat@

gmail.com Pertanyaan yang masuk akan dibahas secara mendalam oleh para ahli untuk disajikan dalam kolom ini.

Page 44: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

LIPUTAN KHUSUS

Usai Masa IddahPenggantungan Tata Kelola Zakat

Page 45: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Kesimpulan Hasil Uji Materi UU Zakat

1. Dikuatkannya peran BAZNAS sebagai pemain utama pengelolaan zakat di Indonesia.

2. Masyarakat diperkenankan mengelola zakat selama mendapatkan izin atau pengukuhan dari pemerintah (dalam bentuk LAZ), atau kalau di daerah yang belum terjamah operasi Baznas dan LAZ, maka pengelola zakat lainnya (seperti masjid, pesantren dan kyai) diharuskan memberitahu kepada pejabat terkait.

3. Pengukuhan LAZ tidak mensyaratkan badan hukumnya harus ormas atau perkumpulan, tapi dapat juga berbentuk yayasan.

4. Masyarakat lainnya dianjurkan untuk menjadi Unit Pengelola Zakat (UPZ), baik UPZ Baznas maupun UPZ LAZ.

5. Menegaskan BAZNAS sebagai “koordinator administratif” pengelolaan zakat di Indonesia.

6. Pelaksanaan sanksi pidana terhadap pengelola zakat masih ada, tapi dilakukan secara bertahap dan persuasif.

7. Semua pengelola zakat yang telah berizin/dikukuhkan sebagaimana poin (2) dan menjadi UPZ sebagaimana poin (4) tidak akan mendapatkan sanksi pidana.

KAMIS, 31 Oktober 2013 pukul 14. 40 WIB, Hakim Konstitusi Hamdan Zoelva membuka persidangan di aula sidang utama gedung Mahkamah Konstitusi. Agenda persidangan adalah pengucapan amar putusan atas uji materi UU No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Hamdan, yang saat itu masih menjadi Wakil Ketua MK, memimpin sidang didampingi panel hakim konstitusi. Tujuh hakim MK yang lain, yaitu Harjono, Maria Farida Indrati, Anwar Usman, Arief Hidayat, Muhammad Alim, Ahmad Fadlil Sumadi, dan Patrialis Akbar, duduk berderet. Bergantian mereka membacakan putusan setebal 110 halaman itu.

Di hadapan majelis hakim, kursi pengunjung penuh terisi. Beberapa pengunjung berdiri, termasuk para pewarta. Satuan pengamanan MK berdiri di pintu ruang sidang, mereka melarang orang masuk setelah kursi terisi semua. Hanya wartawan yang diizinkan masuk dengan menunjukkan kartu pers.

Sore itu ada tiga agenda sidang, yaitu uji materi UU Zakat, uji materi UU Ketenagakerjaan dan sidang sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Uji materi UU Zakat mendapat jatah pertama. Sejak sidang dibuka, pengunjung yang tidak bisa masuk harus duduk di depan ruang sidang menonton layar televisi yang dipasang di luar ruang. Puluhan alat perekam ditaruh di depan pengeras suara, beberapa menggunakan telepon seluler yang difungsikan sebagai perekam.

Pengunjung yang mayoritas adalah amil zakat itu, tampak sangat antusias. Maklum, persidangan ini sudah lama ditunggu. Sudah satu tahun lamanya, putusan tidak keluar, sejak diajukan pada September 2012.

Penantian selama hampir satu tahun para pegiat zakat, khususnya pemohon yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Zakat (KOMAZ), akhirnya terjawab sudah.

“Munculnya keputusan ini tentu sangat melegakan, agar masa iddah penggantungan status tata kelola zakat menjadi jelas,” tulis Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, dalam situs pribadinya.

Padahal, dalam amar putusan tertulis bahwa putusan telah dijatuhkan pada 28 Februari 2013. Jarak waktu putusan dan pengucapan adalah delapan bulan. “Saya nggak habis pikir, kenapa waktunya sangat lama untuk diucapkan. Kita nggak tahu apa saja yang terjadi selama 8 bulan itu,” kata kuasa hukum pemohon, Nasrulloh Nasution.

Tapi, Nasrulloh tidak mau berandai-andai, karena tidak ada investigasi dan bukti apapun untuk mendukung dugaannya itu. Meski mantan Ketua MK Akil Mochtar yang sekarang menjadi tersangka korupsi, adalah salah satu hakim panel pada masa

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

45INFOZ

Page 46: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

sidang di akhir tahun 2012. Saat itu Ketua MK masih Moh Mahfud MD.

Nasrulloh hadir di persidangan itu bersama para pemohon. Arif Haryono, salah satu pemohon, datang terlambat, dia hanya bisa di luar menonton televisi. Selain itu, tampak pula wajah-wajah pimpinan lembaga amil zakat, seperti Ahmad Juwaini (Dompet Dhuafa), Nur Efendi (Rumah Zakat), Kiagus M Tohir (Laznas Bank Syariah Mandiri).

Di sisi kursi yang lain, duduk para pegawai Baznas. Direktur Eksekutif Baznas Teten Kustiawan, tampak pula Naharus Surur, dan puluhan karyawan Baznas. Kementerian Agama juga hadir, kebanyakan dari Ditjen Pemberdayaan Zakat. Mereka khusyuk mendengarkan kata per kata yang keluar dari mulut majelis hakim.

Wajah Nasrulloh bermimik serius saat pembacaan putusan. Halaman satu hingga 87, hanya pembacaan pertimbangan yang banyak mengutip ucapan saksi dan proses persidangan sebelumnya.

Sampai pada halaman 88, Nasrulloh memasang pendengaran lebih seksama. “Itu adalah halaman pendapat mahkamah dan amar putusan, kita lebih serius mendengarkan,” kata Nasrulloh, saat diskusi di Rumah Zakat awal November.

MK mengabulkan sebagian permohonan pengujian UU No 23 Tahun 2011. Para pemohon menguji Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 38 dan Pasal 41 UU Pengelolaan Zakat yang mengatur keberadaan lembaga pengelolaan zakat dinilai bertentangan dengan UUD 1945.

Namun MK hanya mengabulkan pengujian Pasal 18 UU Pengelolaan zakat tersebut, dalam arti mengubah redaksinya. Sementara pasal lainnya hanya mendapat keterangan penjelas yang dimuat dalam amar putusan.

MK menyatakan, pengurus atau takmir masjid dan musola di suatu komunitas dan wilayah yang belum terjangkau oleh Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) cukup dengan memberitahukan kegiatan pengelolaan zakat dimaksud kepada pejabat yang berwenang.

Pasal 18 ayat (2) huruf a dan b yang mensyaratkan lembaga zakat harus ormas dibatalkan oleh MK. Terlebih sudah ada UU No 17 tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat, yang di dalamnya menyebutkan yayasan juga termasuk dalam katagori ormas.

Dalam putusan ini, MK juga menyatakan, frasa “Setiap orang” dalam Pasal 38 dan Pasal 41 UU Pengelolaan Zakat bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan “mengecualikan perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), atau pengurus/takmir masjid/musholla di suatu komunitas dan wilayah yang belum terjangkau oleh BAZ dan LAZ, dan telah memberitahukan kegiatan

pengelolaan zakat dimaksud kepada pejabat yang berwenang.”

Dalam pertimbangan, MK menilai, belum tersedianya BAZ dan LAZ dalam penyaluran zakat dimaksud, sementara pada saat yang sama amil zakat yang tidak memiliki izin dari pejabat berwenang

telah dilarang memberikan pelayanan, tentu mengakibatkan terhalanginya hak

warga negara untuk membayarkan/menyalurkan zakat sebagai bagian dari ibadah mereka.

“Terhalangnya warga negara untuk menunaikan kewajiban maupun tuntunan agamanya inilah yang menurut Mahkamah bertentangan dengan UUD 1945,” ucap Hakim Konstitusi Fadlil Sumadi yang membacakan putusan. Artinya, amil perseorangan masih boleh asal tidak ada BAZ dan LAZ di area kerjanya.

Menurut MK, pengorganisasian pelaksanaan zakat oleh negara bukanlah hal yang bertentangan dengan UUD 1945, namun terhalangnya hak-hak

warga negara dalam membayarkan atau menunaikan zakat akibat belum terjangkaunya pelayanan pemerintah dalam pelaksanaan ketentuan UU Pengelolalaan Zakat sesuai waktu yang diatur dalam UU itu sendiri, adalah akibat perumusan norma Pasal 38 dan Pasal 41 UU a quo yang tidak tepat secara sosiologis.

“Karena tidak memperhitungkan realitas sosial di lapangan, sehingga berakibat terjadinya pelanggaran terhadap UUD 1945,” katanya. Apalagi UU 23/2011 ini, nyata-nyata

mengabaikan eksistensi amil zakat yang telah melayani umat sejak lama sebelum UU tersebut diberlakukan.

Uji materi itu diajukan oleh sembilan LAZ dan 11 perorangan. Di antaranya, Yayasan Dompet Dhuafa, Yayasan Dana Sosial Al Falah Malang, Yayasan Yatim Mandiri, Yayasan Rumah Zakat Indonesia, LPP Ziswaf Harum, Yayasan Portal Infaq, Yayasan Harapan Dhuafa Banten, KSUP Sabua Ade Bima NTB dan Koperasi Serba Usaha Kembang Makmur Situbondo.

“Perizinan LAZ sedikit dipermudah dengan hanya merujuk pada 4 hal, yaitu bidang keagamaan Islam, nirlaba, memiliki

program kerja, dan memiliki kemampuan

bekerja.”

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

46INFOZ

Page 47: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Geliat Usai Ketok PaluSORE yang hujan di Wisma Makara Universitas

Indonesia. Di salah satu ruangan wisma yang berada di lingkungan kampus UI Depok itu, Jumat, 15 November 2013, berkumpul para pemohon uji materi UU Zakat, saksi ahli, dan beberapa lembaga zakat yang diundang.

Duduk di forum berbentuk U itu, dua saksi ahli yaitu Yusuf Wibisono (Ketua Program Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Fakultas Ekonomi UI) dan Amelia Fauzia (doktor filantropi Islam dari UIN Syarif Hidayatullah).

Pemohon yang hadir adalah Rini Suprihartanti, pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, dan Arif Haryono. Lembaga zakat yang turut adalah Rumah Zakat, Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar—yang lebih sering disebut dengan Al-Azhar Peduli Ummat—dan Yayasan Panti Asuhan Arrahman.

Mereka yang berkumpul di ruangan itu adalah yang bergabung dalam Koalisi Masyarakat Zakat (KOMAZ). Koordinator KOMAZ, Muh Sabeth Abilawa membuka acara, lalu rapat dipandu oleh Arif Haryono—salah satu pemohon yang juga pegawai di IMZ (Indonesia Magnificient Zakat).

Diskusi diawali dengan evaluasi atas hasil uji materi di MK. Yusuf Wibisono mengawali analisisnya bahwa MK secara jelas gagal memahami gugatan utama terhadap UU No. 23/2011 ini adalah perubahan sistem pengelolaan zakat nasional, dari semula sistem desentralisasi di bawah UU No. 38/1999, menjadi sistem sentralisasi di bawah UU No. 23/2011.

Sinergi yang setara antara BAZ dan LAZ, menurut Yusuf, justru menjadi hilang. UU Zakat tetap membuat tidak setara, karena ada frasa ‘membantu.’ Makna yang muncul adalah subordinasi. “Keputusan MK ini tidak sahih dan ahistoris,” kata Yusuf.

Sementara itu, Amelia Fauzia bilang ada yang harus disyukuri. Dia menyatakan bahwa bagi

LAZ, bentuk badan hukum yayasan tidak menjadi penghalang untuk mendapat izin. Perizinan LAZ sedikit dipermudah dengan hanya merujuk pada 4 hal, yaitu bidang keagamaan Islam, nirlaba, memiliki program kerja, dan memiliki kemampuan bekerja.

Namun, bagi LAZ daerah dan LAZ baru yang belum berizin, untuk mendapatkan izin sebagai LAZ sepertinya akan tetap sulit. “Kapasitas kelembagaan Kementerian Agama dan Baznas Propinsi masih lemah,” kata Amelia.

Dalam diskusi itu, muncul pernyataan untuk memperjelas posisi Forum Zakat agar menjadi lembaga payung LAZ swasta saja. Sebab dalam BAZ sudah berkumpul dalam Baznas. Ada 33 Baznas Provinsi dan 500 Baznas kabupaten/kota yang jelas akan berada dalam koordinasi struktural Baznas Pusat.

Namun usul itu mendapat tanggapan beragam. Beberapa pihak menyayangkan keinginan membuat FOZ menjadi payung swasta saja. Mempertimbangkan masa depan pengurusan administrasi LAZ yang membutuhkan rekomendasi Baznas untuk pengukuhan, akan mudah bila ada Baznas di dalam FOZ.

Sabeth Abilawa menegaskan, meski tidak ada surat resmi, sebagai koordinator KOMAZ tetap mengembalikan mandat ke FOZ usai uji materi diputuskan. “Tugas saya sudah berakhir. Selanjutnya silakan FOZ melanjutkan agenda sesuai program kerja,” ujarnya.

Di akhir acara, konsolidasi KOMAZ menelurkan sikap menerima sementara keputusan MK dengan dua syarat. Pertama, mengamanahkan kepada FOZ Nasional melalui Ketua dan Sekjen untuk mengawal perumusan Rancangan Peraturan Pemerintah UU Pengelolaan Zakat dengan cara menjadi bagian dari tim perumus RPP.

Kedua, membuka peluang dan pilihan melakukan judicial review UU Zakat kedua kali, bagi

pihak-pihak yang masih merasa kurang puas dengan keputusan Mahkamah Konstitusi. Tim pengacara beserta para pemohon judicial review jilid satu siap mendukung.

Konsolidasi itu juga menghasilkan kesepakatan akan melakukan rangkaian kegiatan seminar daerah, roadshow media, dan konsolidasi stakeholder zakat (LAZ, masjid, pesantren, akademisi) di daerah. Mereka siap

SYUKUR--Rini Suprihartanti menyerahkan tumpeng kepada Heru Susetyo, kuasa hukum KOMAZ, sebagai rasa syukur atas hasil uji materi di MK.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

47INFOZ

Page 48: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

melakukan sosialisasi secara masif kepada daerah-daerah terkait implikasi hukum, kelembagaan, serta opsi sikap lembaga atas keputusan MK.

Selain itu juga melakukan sosialisasi strategi kebijakan kepada lembaga zakat yang belum memiliki izin. “Intinya lembaga zakat tidak harus menjadi UPZ Baznas atau LAZ. Mereka boleh berdiri sendiri dengan legal statusnya asal terpenuhi,” kata Arif.

Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, menyarankan agar lembaga zakat melakukan sosialisasi hasil keputusan Mahkamah Konstitusi dengan penjelasan yang benar dan seluas-luasnya. Selanjutnya, merapatkan kembali hubungan Baznas dengan LAZ, termasuk dengan pengelola zakat lainnya (masjid, pesantren dan kyai) untuk mengobati dampak psikologis polarisasi sikap Baznas dan LAZ selama proses judicial review.

Ahmad mengusulkan agar dibuat mekanisme komunikasi periodik tahunan untuk menjembatani berlangsungnya koordinasi administratif berjalan baik, sehingga mendorong pengelolaan zakat yang kuat dan sinergis. Dia juga mendorong kelahiran institusi pengawas pelaksanaan implementasi hasil keputusan judicial review UU Zakat yang cukup kuat, khususnya dari perwakilan masyarakat.

“Institusi pengawas ini bisa dimunculkan dari lembaga baru, atau dengan melakukan perubahan bentuk dan peran dari lembaga yang sudah ada, semisal Zakat Watch, IMZ atau Forum Zakat,” usul Ahmad.

Akhirnya BersepakatRABU pagi, 27 November 2013, Badan Amil

Zakat Nasional (Baznas) berinisiatif mengumpulkan lembaga amil zakat besar. Hampir seluruh LAZNAS berizin, yaitu lembaga amil zakat non-pemerintah yang telah diakui sebagai operator zakat level nasional, mengirim perwakilan dalam forum itu.

Hotel Gren Alia Prapatan, dipilih menjadi lokasi pertemuan penting. Penting, karena di forum itu pertama kali para operator zakat berkumpul resmi, usai ketok palu Mahkamah Konstitusi pada 31 Oktober lalu, yang meneguhkan posisi Baznas sebagai operator zakat negara. “Hasil pertemuan ini ada kerinduan bersama antar LAZ nasional dan Baznas bekerja sama dalam satu proyek pemberdayaan zakat,” ujar Ketua Baznas Prof. Didin

Hafidhuddin, membuka acara.Didin lalu mengutip tujuan

pengelolaan zakat berdasar UU No 23/2011, yaitu meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Untuk sampai tujuan itu, prasyaratnya adalah penguatan kelembagaan yang meliputi SDM, manajemen, sistem IT yang kuat, database muzaki dan mustahik, pelaporan per lembaga secara nasional, dan pola koordinasi yang efektif antar pengelola zakat.

Pendayagunaan harus berbasis database mustahik yang menggambarkan asnaf, menyeluruh, terintergrasi, mutakhir, dan berbasis kebutuhan dasar mustahik. Dengan pendayagunaan yang sistematis dan berkesinambungan, diharapkan setiap pengelola zakat berperan dalam kebersamaan dan kesetaraan.

Didin lalu bercerita bahwa Presiden SBY, beberapa menteri, Kapolri dan Gubernur Jokowi datang ke Baznas pada Senin, 5 Agustus 2013. Bagi Baznas, kedatangan banyak petinggi negara itu menunjukkan semakin diterimanya zakat sebagai bagian kebijakan negara.

Saat itu, Didin mengusulkan tanggal 27 Ramadan dijadikan Hari Zakat Nasional. “Kita pilih tanggal itu karena diyakini oleh umat Islam turunnya lailatul qadar.

Lima agenda kerja sama zakat nasional yang disepakati itu adalah sosialisasi

dan edukasi zakat, penguatan

kelembagaan pengelolaan amil

zakat, optimalisasi pendayagunaan

zakat, penguatan regulasi pengelolaan

zakat, dan sinergisitas antara LAZ dan

Baznas

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

48INFOZ

Page 49: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Semoga berkah karena selalu diingatkan,” ucap Didin.

Selanjutnya, guru besar Institut Pertanian Bogor itu

meminta agar BAZ dan LAZ kompak serta saling percaya satu

sama lain, sehingga dapat berperan secara signifikan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. “Memang sangat berat, karena sarat dengan

kepentingan,” ujarnya. “Justru ini saatnya untuk saling menguatkan dan mengisi, karena ini adalah wajah umat Islam yang gampang terlihat dan perlu kita jaga.”

Ia menyadari, hingga revisi UU Pengelolaan Zakat, Baznas dan LAZ berjalan sendiri-sendiri dan belum terkoordinasi dalam suatu program yang baik. Akibatnya, manfaat pemberdayaan zakat pun belum dirasakan masyarakat secara utuh.

Lima agenda kerja sama zakat nasional yang disepakati itu adalah sosialisasi dan edukasi zakat, penguatan kelembagaan pengelolaan amil zakat, optimalisasi pendayagunaan zakat, penguatan regulasi pengelolaan zakat, dan sinergisitas antara LAZ dan Baznas.

Menurut Didin, sosialisasi dan edukasi ini penting. Sebab, masih ada orang yang memandang salah tentang zakat. Dicontohkan, ada orang yang memandang zakat sebatas bantuan sukarela. Dan, masih ada yang menyalurkan zakat langsung ke orang yang berhak (mustahik) tanpa melalui amil.

“Padahal, dalam tuntunan agama dan yang dicontohkan Rasul, zakat harus disalurkan ke lembaga dan dikelola amil,” jelas dia. “Karenanya, perlu edukasi dari LAZ dan Baznas termasuk memanfaatkan peran memberi pemahaman ke masyarakat.”

Dalam sesi diskusi, Direktur Eksekutif Baitul Maal Muamalat, Isnaini Mufti Azis, menegaskan bahwa LAZ adalah mitra sejajar dengan pemerintah. Dia mengatakan, pendayagunaan dana zakat akan lebih efektif dan efesien jika Baznas merangkul kementerian.

Pembiayaan proyek database mustahik diusulkan ditanggung oleh pemerintah karena membutuhkan biaya yang besar. Dia meminta ada simulator yang memiliki impact terhadap data mustahik. “Ada 28 juta atau 10% dari populasi kita masih miskin. Kita harus punya simulator yang menjadi alat ukur untuk program periodik menekan angka kemiskinan secara bertahap,” ujar Isnaini.

Jauhari Sani, Direktur Yayasan Dana Ssosial Al-Falah Surabaya, menyampaikan bahwa kampanye dan sosialisasi itu akan mengangkat lembaga kecil

sedikit eksis di tingkat propinsi dan kabupaten. Oleh karena itu perlu tim advertising yang bagus agar terpublikasi dengan baik.

Deputi Direktur LAZ Dompet Dhuafa, Ahmad Sonhaji menggarisbawahi, kampanye zakat hendaknya menggandeng pemerintah yang memiliki alokasi khusus dari APBN, karena biaya marketing yang dikeluarkan tidak sedikit. Dia juga mengeluhkan spanduk ajakan zakat yang dipasangnya, belum genap sehari sudah ditertibkan oleh Satpol PP.

“Belum lagi kecurigaan dari masyarakat atas penggunaan belanja iklan LAZ yang mengambil hak mustahik. Lebih baik dari dana pemerintah yang ada

alokasi APBN,” ujar Sonhaji.Untuk agenda penguatan

regulasi dan pengelolaan zakat, Didin mengungkapkan, Baznas dan LAZ akan mendorong program zakat bisa bersinergi dengan

program perberdayaan yang ada di pemerintah. Dan, yang

tidak kalah penting adalah agenda sinergi antarpemangku kepentingan zakat, Baznas, LAZ, Kementerian Agama, dan ormas Islam.

Terkait penguatan regulasi ini, Ketua Badan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh (Bazis) DKI, Ale Abdullah, meminta agar Baznas memberikan catatan setiap pasal yang krusial dari UU Zakat. Selain itu, Ale mendesak agar Rancangan Peraturan Pemerintah segera dibagi. “Ini agar kami bisa mempelajari hubungan antara Baznas Propinsi dengan Baznas Pusat,” ujar Ale.

Bazis DKI adalah lembaga zakat pemerintah paling tua di Indonesia. Diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin pada 5 Desember 1968 sebagai BAZ

dan dikuatkan pada 22 Desember 1973 sebagai Bazis DKI, dan nama itu yang masih

dipakainya secara resmi hingga sekarang. Bazis DKI menjadi kiblat bagi pengelola zakat plat merah.

Tahun 2012, penghimpunan Bazis DKI mencapai Rp 81,4 miliar, lebih besar

dibandingkan penghimpunan Baznas Pusat yang mencapai Rp 50,2 miliar. Ale

mengakui, efek dari surat imbauan Gubernur DKI mengenai pemotongan gaji PNS DKI Jakarta cukup sigifikan terhadap perolehan.

Uniknya, Bazis DKI juga menerima penyaluran dari non-muslim. “Jika terdapat penghimpunan dari non-muslim maka Bazis DKI mengkategorikan pada dana sosial,” papar Ale.

Direktur Laznas Bank Syariah Mandiri (BSM) Kiagus M Tohir mengungkapkan, dari kelima agenda zakat nasional itu, yang paling penting adalah

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

49INFOZ

Page 50: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

sinergisitas. “LAZ dan Baz harus memiliki kesamaan langkah. Sebab, selama ini tingkat kepercayaan masyarakat belum sepenuhnya diberikan ke LAZ dan Baznas,” ujarnya.

Menurut Kiagus, masing-masing LAZ harus melepaskan ego bendera dan programnya dan bisa bekerja sama menyinergikan program dan potensi zakat. Dengan demikian, semua agenda itu akan tercapai dan kemanfaatan zakat bisa dirasakan.

Pernyataan itu didukung Naharus Surur, Ketua Bidang Jaringan Baznas, penghimpunan zakat secara total—yaitu Baznas Pusat, Provinsi, dan Kabupaten ditambah LAZ Nasional dan anggota Forum Zakat—pada 2011 sebesar Rp 2,2 triliun dan 2012 tembus di angka Rp 2,6 triliun. Dia percaya tren penghimpunan akan terus naik, sehingga memerlukan kerjasama LAZ-BAZ.

“Kalau dulu 2004 FOZ mencetuskan Arsitektur Zakat Nasional maka sekarang ada Sistem Zakat Nasional. Ini ditopang dengan IT yang mumpuni agar memudahkan kerja kita semua,” papar Naharus yang pernah menjadi Ketua Umum FOZ periode 2003-2005.

Sedangkan, Ketua Forum Zakat (FOZ) Sri Adi Bramasetia menekankan, ke depan

bukan hanya konten program kerja sama yang harus disinergikan. Akan tetapi, juga perlunya advokasi dari klausul UU Pengelolaan Zakat yang berpotensi mengkriminalisasikan amil.

Menurut Bram—panggilan akrabnya—ruh dari hasil revisi di MK kemarin memungkinkan perlunya kerja sama antara LAZ dan Baznas. Tapi, perlu rincian jelas dalam peraturan perundang-undangan. “Agar tidak ada aturan yang terlalu memberatkan, seperti ancaman pidana, sehingga menutup partisipasi masyarakat mendirikan LAZ dan membuka ruang penyelewengan dari amil,” kata Bram.

Bram menyampaikan, FOZ sebagai rumah bersama mempersilahkan anggota yang melakukan konfirmasi hukum kepada Mahkamah Konstitusi. FOZ juga siap membantu membuatan rancangan PP dari undang-undang itu ke Kementerian Agama.

Perbedaan UU No 23/2011 dibandingkan dengan UU No 38/1999 adalah UU ini

mensyaratkan lembaga dibuat legal dulu, baru melakukan pengelolaan zakat. “Maka dari itu, kami minta hendaknya Baznas selaku pemberi rekomendasi

agar memberikan kemudahan,” pungkas Bram.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

50INFOZ

Page 51: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Pasal 17 UUPZ menyatakan: “Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendis-tribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat da-pat membentuk LAZ.”

=== Kata “membantu” dalam Pasal 17 UU 23/2011 yang menurut para Pemohon mengakibat-kan subordinasi posisi LAZ di bawah BAZNAS menu-rut Mahkamah tidak tepat jika dimaknai dalam kon-teks diskriminasi. Hal demikian adalah suatu bentuk opened legal policy dari pembentuk undang-undang yang menurut Mahkamah dapat dibenarkan oleh UUD 1945.

Dari konstruksi Pasal 17 Undang-Undang a quo Mahkamah menilai para Pemohon tidak terhalang haknya untuk tetap melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat seba-gaimana yang telah dilaksanakan oleh para Pemo-hon selama ini. Lagipula, kata “membantu” dalam pasal tersebut haruslah dimaknai membantu BAZ-NAS dalam membantu negara melakukan pengelo-laan zakat secara transparan dan akuntabel. ===

Pasal 18 UUPZ menyatakan: “(1) Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. (2) Izin sebagaimana dimak-sud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit: a) terdaftar sebagai organ-isasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial; b) berbentuk lemba-ga berbadan hukum; c) mendapat rekomendasi dari BAZNAS; d) memiliki pengawas syariat; e) memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan un-tuk melaksanakan kegiatannya; f) bersifat nirlaba; g) memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan h) bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.”

=== Menurut Mahkamah beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh lembaga yang bergerak di bidang penyaluran dan/atau pendayagunaan zakat adalah i) bergerak di bidang keagamaan Islam; ii) bersifat nir-laba; iii) memiliki rencana/program kerja pendayagu-naan zakat

....terlepas dari keberadaan UU 17/2013, menu-rut Mahkamah syarat pemberian izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 ayat (2) huruf a dan huruf b UU 23/2011 tidak harus berbentuk ormas.....

Dengan perkataan lain, lembaga yang berke-inginan menjadi LAZ boleh memilih salah satu status, yaitu apakah berbentuk a) organisasi kemasyaraka-tan Islam; atau b) lembaga berbadan hukum.....

Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa hanya Menteri dan atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri yang dapat menentukan apakah suatu lembaga da-pat menjadi LAZ atau tidak. Oleh karena itu menu-rut Mahkamah syarat “mendapat rekomendasi dari BAZNAS” yang diatur dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c

Pasal yang Diuji dan Kutipan Keputusan Mahkamah Konstitusi

UU 23/2011 bukan dalam konteks BAZNAS menjadi pihak yang menentukan dapat atau tidak dapatnya suatu lembaga menjadi LAZ. BAZNAS dalam konteks pemberian rekomendasi ini adalah sebagai lembaga yang ditunjuk oleh negara (Pemerintah) untuk mem-bantu memberikan pertimbangan terkait izin pendi-rian LAZ, sehingga terhadap masyarakat, BAZNAS menjadi pihak yang memberikan konsultasi dalam pendirian LAZ dan selanjutnya terhadap Pemerintah menjadi pemberi rekomendasi dan pertimbangan.....

Mahkamah berpendapat bahwa Pasal 18 ayat (2) huruf d UU 23/2011 yang menyatakan, “... d. me-miliki pengawas syariat” tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang Pasal 18 ayat (2) huruf d UU 23/2011 dimaknai memiliki pengawas syariat, baik in-ternal atau eksternal... ===

Pasal 19 UUPZ menyatakan: “LAZ wajib mel-aporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.”

===Menurut Mahkamah, kewajiban melapor-kan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat tidak merugikan hak konstitu-sional para Pemohon. Pasal 19 Undang-Undang a quo tidak mencampuri hak LAZ dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, melain-kan hanya mewajibkan tindakan administratif tertentu berupa laporan. Kewajiban yang diatur Pasal 19 Un-dang-Undang a quo adalah kewajiban administratif yang tujuannya tidak dapat diartikan lain selain untuk memastikan bahwa semua LAZ sedang atau telah mengumpulkan, mendistribusikan, serta mendayagu-nakan zakat sesuai dengan norma dan peraturan pe-rundang-undangan yang berlaku di masyarakat.===

Pasal 38 UUPZ menyatakan: “Setiap orang di-larang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang ber-wenang”

Pasal 41 UUPZ menyatakan: Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melang-gar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”

=== Frasa “Setiap orang” dalam Pasal 38 dan Pasal 41 UU Pengelolaan Zakat bertentangan den-gan UUD 1945 dan tidak memiliki hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan “mengecualikan perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), atau pengurus/takmir masjid/musholla di suatu komunitas dan wilayah yang belum terjang-kau oleh BAZ dan LAZ, dan telah memberitahukan kegiatan pengelolaan zakat dimaksud kepada pejabat yang berwenang.”===

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

51INFOZ

Page 52: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

PASCA keputusan Mahkamah Konstitusi yang tetap mengizinkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) swasta menghimpun dan mengelola zakat mendorong beberapa lembaga zakat partikelir itu mengukuhkan perannya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Lembaga zakat swasta di Aceh seperti Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU, Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Rumah Yatim, Baitul Maal Muamalat, Lazis Muhammadiyah, dan Qatar Charity melobi pemerintah Aceh agar mengizinkan operasi mereka.

Negosiasi itu berlangsung antara perwakilan LAZ dengan Baitul Maal Aceh (BMA) pada Jumat 29 November 2013. BMA merupakan lembaga amil milik pemerintah Aceh. Perwakilan PKPU, Rohandi, mengatakan dialog yang mengambil lokasi di kantor BMA itu berlangsung seru. Mayoritas pihak LAZ meminta BMA membuka pintu bagi aktivitas LAZ. Payung hukum bagi LAZ adalah keputusan MK tentang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. LAZ diizinkan menghimpun dan mengelola zakat.

Pimpinan BMA, Armiadi Musa, mengatakan pemerintah Aceh sulit menerima argumentasi LAZ. Pasalnya penghimpunan dan pengelolaan zakat diatur dalam peraturan daerah yang mendasarkan pada syariat Islam. Peraturan itu kerap dikenal dengan istilah qanun. Menurut dia status Aceh sebagai wilayah otonomi khusus berhak mengedepankan aturannya. Aturan itu kerap berbeda dengan undang-undang di

Lembaga amil swasta dilarang menghimpun dan mengelola zakat. Boleh mengelola dana sedekah dan infak.

Ketika Nanggroe Aceh Memonopoli Zakat

pemerintah pusat. Salah satunya tentang zakat.Soal zakat, Armiadi menambahkan,

pemerintah Nanggroe Aceh melarang lembaga swasta menghimpun dan mengelola zakat. Aturan itu ditegaskan dalam Qanun Nomor 10 Tahun 2010. Dalam beleid itu zakat merupakan sumber pendapatan asli daerah. “Penghimpunan dan pengelolaan zakat menjadi kewenangan BMA,” katanya. Aturan BMA juga sampai pada larangan berdirinya perwakilan Forum Zakat (FOZ), organisasi berkumpulnya LAZ, di Aceh.

Rohandi mengatakan mayoritas LAZ di Aceh memahami qanun dan kewenangan BMA. Namun larangan beroperasi tidak bisa diterima. “Kami minta bersinergi,” katanya.

Perwakilan LAZ yang hadir dalam negosiasi satu jam setengah itu menawarkan wadah silaturahmi antara LAZ dan BMA. Aspirasi lainnya yaitu sinergi penyaluran zakat di kedua pihak.

Armiadi berkukuh qanun tidak bisa ditawar. Atas dasar itu, aktivitas apapun yang berhubungan dengan penghimpunan dan pengelolaan zakat hanya boleh dilakukan pemerintah Nanggroe Aceh.

Armiadi menawarkan jika LAZ ngotot menghimpun dana maka yang diperbolehkan adalah menghimpun dana infak dan sedekah. “Saran saya ajakannya berupa bersedekah atau dalam lingkup penghimpunan dana kemanusiaan,” ucapnya.

Rohandi menilai pihak BMA juga memahami aspirasi LAZ. Sinergi yang diminta LAZ akan ditimang terlebih dulu oleh BMA. Menurut Rohandi komitmen BMA untuk bersinergi akan didorong dalam review qanun tentang zakat. “Insya Allah bakal ada rencana me-review qanun oleh BMA dengan berbagai pihak,” katanya.

Bentuk sinergi yang disinggu kedua pihak, menurut Rohandi, berupa program untuk anak yatim. Catatan LAZ mayoritas lembaga amil swasta maupun milik negara banyak mengelola anak yatim. “Jumlah yatim yang dikelola LAZ sekitar 6.000 anak,” katanya. Besarnya jumlah anak yatim yang ditangani berpeluang ada kerja sama antara LAZ dan BMA. “Agar tidak terjadi penerimaan dana ganda dan khawatir kurang optimal.”

Rohandi berharap benturan yang sifatnya perdebatan aturan dapat dibantu negosiasi dari FOZ Pusat. Ia meminta FOZ Pusat berkunjungan ke Aceh dan berdialog dengan BMA. Negosiasi yang diharapkan adalah FOZ membantu menelaah ulang qanun pengelolaan zakat disesuaikan dengan undang-undang zakat pasca keputusan MK.

“FOZ Pusat harus meyakinkan pentingnya keberadaan perwakilan FOZ untuk kemaslahatan bersama,” katanya.[]

SILATURAHIM--Perwakilan lembaga amil zakat di Aceh silaturahim penuh keakraban dengan Ketua Baitul Mal Aceh. Mereka sepakat bersinergi.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

52INFOZ

Page 53: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

PENOLAKAN kebijakan pemerintah daerah memotong gaji pegawai negeri sipil untuk zakat kembali mencuat. Di Pekanbaru Riau, kelompok pemuda dan mahasiswa menggelar demonstrasi mengecam kebijakan Pemerintah Kota Pekanbaru memotong gaji aparatur negara sebesar 2,5 persen untuk zakat. Pemotongan itu menyasar pegawai senior.

Belasan pemuda yang mengatasnamakan organisasi Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila berorasi di depan kantor Walikota Pekanbaru pada Rabu 20 November 2013. “Pemotongan itu sepihak tanpa konfirmasi. Kebijakan itu juga tidak ada payung hukum, bahkan peraturannya belum dibahas DPRD,” kata salah satu pendemo, Afith Abdallah. Menurut Afith, langkah pemerintah kota juga dinilai menyalahi peraturan Kementerian Dalam Negeri.

Wali Kota Pekanbaru, Firdaus MT, mengatakan latar belakang kebijakannya bersumber pada ajaran Islam yang mewajibkan setiap muslim membayar zakat. Ia menjelaskan bahwa kebijakan pemotongan tidak bersifat memaksa. Bagi pegawai yang tidak mau gajinya dipotong akan diberikan kebebasan. “Kalau tidak mau, buat surat dikirim ke dinas,” katanya.

Penolakan terhadap kebijakan pemotongan gaji untuk zakat mengingatkan kembali maraknya protes lembaga swadaya masyarakat (LSM) dua tahun lalu. Malang Corruption Watch (MCW) di Kota Malang, Jawa Timur, pernah menggelar aksi penolakan terhadap kebijakan pemotongan gaji PNS untuk zakat oleh Pemerintah Kota Malang. Besaran pemotongan sesuai besaran zakat yang diatur syariat Islam yaitu 2,5 persen. Kebijakan Wali Kota Malang itu diatur dalam bentuk surat edaran yang sifatnya berupa imbauan dan tidak memaksa.

Aktivis MCW, Umarul Faruk, menilai surat edaran Wali Kota Malang yang terbit 31 Maret 2011 tidak sesuai Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, yang masih berlaku kala itu. Ia mengatakan pemerintah kota tidak bisa mengambil alih peran lembaga zakat bentukan pemerintah yang berwenang mengumpulkan zakat.

Kebijakan pemotongan gaji juga menjadi perhatian Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin Hafidhudin. Kendati tidak menegaskan mendukung kebijakan pemotongan gaji, Didin menilai tidak adanya kebijakan yang mewajibkan pemotongan gaji pegawai negeri sipil sebagai penyebab belum optimalnya pengumpulan

Pemotongan Gaji PNS untuk Zakat Dikecam

zakat secara nasional. Didin menghitung potensi zakat mencapai ratusan triliun. Karena tidak tersinergi, pengumpulan zakat hanya Rp 2 triliun pada 2012 dan diprediksi akan terkumpul Rp 3 triliun hingga akhir 2013.

Didin tidak mengomentari satu per satu peraturan daerah yang mengatur ini. Ia lebih berfokus pada kebijakan nasional. Menurut dia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perlu menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) yang bertujuan mengoptimalkan pengelolaan zakat di instansi birokrasi. Dia meyakini inpres mampu mendongkrak perolehan zakat. “Target Rp 5 triliun bisa tercapai tahun ini,” katanya dalam peluncuran Gerakan Ekonomi Syariah di Tugu Monas, Jakarta, Ahad, 17 November 2013.

Wakil Sekretaris Baznas, M Fuad Nasar, mengatakan pengumpulan zakat yang kecil akibat tidak sinerginya kesadaran berzakat dengan sentralisasi penghimpunan zakat. Ia meyakini jika zakat tersentral yaitu dibayarkan melalui Baznas, penghimpunan zakat bakal terdongkrak. Sebaliknya jika zakat tidak dibayarkan lewat Baznas, penerimaan zakat jalan di tempat.

Fuad menilai faktor belum optimalnya penghimpunan zakat, salah satunya disebabkan kuatnya kecenderungan membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) secara mandiri terutama di lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Data yang dikumpulkan Forum Zakat (FOZ), penghimpunan zakat pada 2012 oleh LAZ tujuh BUMN dan Bank Indonesia mencapai Rp 129,9 miliar. Jumlah itu melebihi penghimpunan Baznas Pusat sebesar Rp 50,2 miliar. Penghimpunan Baznas Pusat bahkan kalah dengan Baznas Jakarta (BAZIS DKI) sebesar Rp 81,4 miliar.

Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Amelia Fauzia, mengatakan kebijakan mewajibkan PNS dan pegawai BUMN membayar zakat melalui Baznas bukan solusi pengoptimalan zakat. Aturan itu dinilai kontraproduktif dengan tujuan mendongkrak penghimpunan zakat. Ia mengacu pada pengalaman Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mewajibkan aparaturnya membayar zakat melalui pemerintah. “Pegawai lebih memilih membayar zakat di lembaga lain,” katanya.

Menurut Amelia, cara jitu mendongkrak penghimpunan zakat yaitu menguatkan kinerja lembaga zakat dengan lebih transparan, bekerja profesional, dan inovatif dalam program. Menggugah kesadaran berzakat harus dirangsang melalui kinerja apik lembaga zakat, bukan aturan yang mengekang. Amelia mengatakan regulasi yang mengekang PNS dan pegawai BUMN dalam menyalurkan zakatnya bakal menuai kritik keras. “Masyarakat ke depan semakin kritis,” ujarnya.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

53INFOZ

Page 54: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

SURABAYA—Tak selamanya lembaga zakat hanya berfokus pada mustahik atau penerima zakat. Pada satu waktu muzaki juga membutuhkan bantuan lembaga zakat. YDSF mempraktikkan peran itu pada donaturnya yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Caranya dengan memberikan pelatihan motivasi untuk bangkit kembali.

“Inilah esensi bersaudara dalam Islam,” kata Abdul Kadir Baraja, Ketua Dewan Pengurus YDSF saat memberi sambutan Pelatihan Motivasi Usaha Donatur di Balai Pelatihan Kesehatan Surabaya, Selasa, 12 November 2013. Pelatihan kali ini merupakan tindak lanjut pertemuan donatur September lalu.

Pelatihan ini bentuk kepedulian YDSF bagi donaturnya. Sepanjang 2012, jumlah donatur yang terkena PHK mencapai seribu orang. Akibat PHK itu, statusnya tidak lagi sebagai donatur. Kondisi ini

TIMOR TENGAH SELATAN—Melestarikan lingkungan semakin mendesak belakangan ini. Gerakan ini dipilih oleh Program Pembibitan Penghafal Al Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an dengan menanam seribu pohon cendana di Kampung Qur’an Oe Ue Desa Mauleum, Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu 9 November 2013. Penanaman ini sebagai langkah penghijauan yang bertujuan melestarikan mata air di kampung itu.

Cendana juga kesohor sebagai ikon NTT. Kayu ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu kegunaannya sebagai bahan pembuat parfum untuk kosmetik. Penanaman seribu bibit cendana ini dikelola dengan model pemberdayaan ekonomi. Bilal dari PPPA Daarul Qur’an berharap masyarakat setempat mampu mempertahankan pohon ini sehingga dapat diwariskan kepada anak dan cucu. “Harapan kami pohon ini dijaga dengan baik,” katanya.

KIPRAH OPZ

Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Peduli Muzaki Putus Kerja

PPPA Daarul Qur’an

Tanam Seribu Cendana di Tanah Oe Ue

menjadi perhatian serius pengurus dan manajemen YDSF. Abdul Kadir berharap kendati tak lagi menjadi donatur, hubungan dengan YDSF tetap terjalin erat. “Kami akan usahakan Majalah Al Falah YDSF tetap terkirim kepada mereka,” ujarnya.

Ada tiga sesi pelatihan yaitu menjadi muslim tangguh, optimalisasi peluang usaha, dan cerita sukses membuka usaha. Rahman Cahyadi, salah satu pemberi materi mengatakan peluang usaha bisa datang dari mana saja. Ia mencontohkan, salah satu peluang itu ada di sekitar kita yaitu orang-orang yang dikenal. “Coba dihitung berapa jumlah nomor teman di ponsel, kelompokkan kebutuhan mereka, dari sini kita bisa melihat peluang,” katanya.

Ia menambahkan kunci utama berusaha adalah sifat jujur dan nama baik. Dengan dua bekal itu, akan lebih mudah menawarkan jasa atau produk. “Jadi tidak sekadar uang,” ucapnya.[]

Warga Oe Ue antusias mengikuti program ini. Sejak pagi warga sudah berduyun-duyun mendatangi lokasi penanaman. Mereka bergotong royong membersihkan dan melubangi tanah dengan jarak antar lubang sekitar 3 meter. Salah satu warga, Herman (42 tahun), mengatakan banyak warga yang enggan menanam pohon cendana karena penebangannya dilarang pemerintah. Karena ketakutan itu, warga menyebut cendana dengan istilah Hau Lasi atau pohon bermasalah. “Jika salah tebang kami bisa didenda atau masuk penjara,” katanya.

Gerakan penanaman PPPA Daarul Qur’an membawa angin segar bagi penduduk di NTT. Gerakan ini dinilai sebagai titik balik bahwa tidak akan ada kriminalisasi menyoal pohon cendana. Pasalnya pohon yang ditanam di atas lahan satu hektare itu berstatus tanah wakaf. “Kami berterima kasih dan mendoakan bagi semua para donatur,” kata Bilal.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

54INFOZ

Page 55: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KIPRAH OPZ

KARO—Dua bulan terakhir Gunung Sibanung terus menunjukkan intensitas erupsi magmanya. Kepulan asap masih membumbung belasan kilometer di atas puncak kawah. Gelap gulita menyelimuti kawasan gunung berapi yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Hingga Sabtu 30 November 2013, magma di perut Sinabung terus menyundul ke permukaan bumi.

Tak ingin jatuh banyak korban, Pemerintah mengosongkan 21 desa dari penduduk dan memindahkan ke lokasi lebih aman. Kepada Kantor Berita Antara, Ketua Media Center Penanggulangan Bencana Gunung Sinabung Posko Kabanjahe, Jhonson Tarigan, mengatakan penduduk yang tinggal dalam radius lima kilometer dari kaki Sinabung wajib direlokasi.

Total penduduk yang mengungsi itu mencapai 17 ribu atau 5.813 kepala keluarga. Para pengungsi ditempatkan di 31 lokasi penampungan Kabanjahe, di antaranya Losd Tiga Binanga, GBKP Payung, Masjid Agung Kabanjahe, Asrama Kodim Kabanjahe, Jambur Natolu, Islamik Center, Losd Tanjung Mbelang, Losd Tanjung Pulo.

Sejak status Sinabung naik menjadi Awas pada November lalu, intensitas bantuan kemanusiaan makin deras. Kabar Sinabung telah menyedot bantuan kemanusiaan beragam lembaga zakat. Bantuan itu datang dalam beragam bentuk dan model.

Puluhan LAZ Terjun ke Lapangan

Kepala Divisi Pendayagunaan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Medan, Sumatera Utara, Asdar, mengatakan Tim Relawan BMH menyiapkan kebutuhan Mandi Cuci Kakus bagi warga pengungsi. Selain itu bantuan logistik berupa makanan dan selimut juga disalurkan BMH.

Pada September, ketika Sinabung berstatus siaga, Lembaga Zakat Infaq dan Sedekah (Lazis) Muhammadiyah Pekanbaru Riau mengirim personil relawan. Tim membawa bantuan berupa beras, minyak goreng, susu, mie instan, sarden, dan buku tulis.

Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU tak kalah cepat mengirim bantuan. Mereka mengirimkan empat orang terdiri satu tenaga medis dan tiga relawan. Tim ini bertugas menyisir kebutuhan pengungsi saat Sinabung belum berstatus awas. Sebagai antisipasi erupsi debu, Tim PKPU mendistribusikan masker kepada 750 orang warga terdampak bencana.

Pasca pendataan, tim mulai membangun posko dapur di Jambur Taras Brastagi. Agar komunikasi warga tak terputus, tim menyediakan layanan jasa pengisian energi baterei telepon seluler. Tujuannya agar pengungsi tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga untuk mengabarkan kondisinya. Masih banyak lagi lembaga zakat swasta yang mengirim bantuan ke Sinabung. Beragam bantuan itu diharapkan tidak tumpang tindih.[]

Bencana Gunung Sinabung,

sum

utpo

s.co

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

55INFOZ

Page 56: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KIPRAH OPZ

CILACAP—Saban bulan lembaga zakat Baituzzakah Pertamina (Bazma) Cilacap menyalurkan dana sebesar Rp 35 juta ke sejumlah lembaga pendidikan di Cilacap, Jawa Tengah. Bazma Cilacap rutin menyalurkan bantuan ke 153 lembaga pendidikan seperti Taman Pendidikan Al-Quran, Madrasah Diniyyah, dan Sekolah Dasar Islam. Selain dana tunai, bantuan berupa fasilitas pendidikan juga diberikan.

Untuk menampung aspirasi pengelola lembaga pendidikan, Bazma menggelar silaturahmi dengan para pengelola yang digelar sekali setiap tahun. Pada 2013 silaturahmi digelar pada 13 September. Dalam sambutannya, Ketua Harian Bazma Haeruman,

KUTAI BARAT—Manasik haji kerap menyasar calon jamaah haji. Kali ini Pondok Pesantren Assalam di Kutai Barat, Kalimantan Timur, menggelar bimbingan haji untuk anak-anak. Acara yang bernama Manasik Haji For Kids itu diikuti 18 Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Anak Usis Dini (PAUD) Islam se-Kutai Barat pada Kamis, 31 Oktober 2013. Jumlah peserta mencapai 470 anak, lebih besar ketimbang manasik 2012 yang diikuti 370 peserta.

Para jamaah haji kecil itu disambut dan diarak Grub Rebana Safarina Salamah dari Pesantren Assalam saat masuk ke lokasi acara. Pembukaan acara ini diisi dengan doa yang dipimpin pimpinan pondok KH Arief Heri Setiawan. Kegiatan ini mendapatkan dukungan Tim SPA (Silaturahim Pecinta Anak) Jogjakarta, dan Dinas Pendidikan.

Baituzzakah Pertamina

Salurkan Dana untuk Lembaga Pendidikan

LAZ Pondok Pesantren Assalam Arya Kemuning

Menyiapkan Si Kecil Beribadah Haji

mengajak seluruh pengelola lembaga pendidikan Islam terus meningkatkan kurikulum lembaga dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi para santrinya. Pada kesempatan ini Bazma menyerahkan bantuan operasional secara simbolis kepada perwakilan lembaga.

Dalam silaturahmi itu Haeruman menyampaikan data potensi zakat secara nasional yang mencapai ratusan triliun. Informasi Haeruman itu untuk menggugah pengelola pendidikan pro-aktif dalam mendorong masyarakat membayar zakatnya. “Rasa kepedulian diharapkan mengoptimalkan potensi zakat,” katanya.[]

Anak-anak mengikuti even ini dengan semangat dan antusias. Mereka berlari-lari saat ketika melaksanakan tawaf dan sai. Saling bercanda di antara mereka tak bisa terhindarkan. Membludaknya peserta membuat kawasan Pondok Assalam bak lautan berbuih putih. Acara ini menyedot perhatian warga sekitar pondok. Mereka melihat langsung calon haji kecil itu berputar-putar.

Acarapun bertambah meriah ketika pendongeng kondang Yogyakarta, Wuntat Wawan Sembodo, bercerita lincah dan memukau. Kak Wuntat—demikian biasa disapa—bercerita tentang asal mula ibadah haji. Mendengar dan melihat gaya Kak Wuntat bercerita dengan beragam ekspresi, peserta manasik sangat terpukau.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

56INFOZ

Page 57: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KIPRAH OPZ

JAKARTA—Kaum dhuafa banyak yang tidak memiliki keterampilan mengemudi kendaraan roda empat. Ketidakmampuan ini membatasi mereka dalam memilih lapangan kerja. Agar kaum dhuafa dapat memiliki keterampilan mengemudi, harus ada pihak yang berperan membantu mereka melalui pelatihan. Atas dasar pemikiran itu Lembaga Zakat Nasional Bank Syariah Mandiri menggelar pelatihan mengemudi.

Kaum dhuafa yang belum bisa mengendarai kendaraan roda empat dan belum mahir, menjadi sasaran Laznas BSM. Pelatihan keterampilan mengendarai kendaraan digelar di kawasan Cempaka Mas, Jakarta Utara pada Senin, 11 November 2013. Keterampilan ini tidak menutup bagi mereka yang mengantongi SIM A namun merasa belum mahir berkendaraan.

Pelatihan dibimbing oleh instruktur dari Sekolah Menyetir Puspita Jaya. Peserta yang berjumlah 24 mendapatkan pembekalan teori terlebih dulu yang digelar di Ruko Mega Grosir Cempaka Mas. Jamaluddin, Staf Bagian Program BSM Umat, berharap pelatihan ini dapat mengatrol

JAKARTA—Dua lembaga zakat: Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Yayasan Baitul Mal Umat Islam (Bamuis) BNI menyalurkan dana zakatnya untuk operasional membantu penderita katarak. Baznas menyalurkan dana Rp 100 juta yang mampu membantu 100 orang penderita katarak menjalani operasi pemulihan. Adapun Bamuis BNI tidak diketahui berapa besar dana zakat yang dikeluarkan untuk operasi ini.

Menggelar acara ini, Baznas menggandeng MetroTV, Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami), RSCM Kirana dan PT Pelindo II. Sebanyak 100 mustahik menjalani pemeriksaan dalam dua tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada Sabtu 23 November 2013. Adapun tahap selanjutnya akan

Laznas Bank Syariah Mandiri

Gelar Pelatihan Mengemudi Kendaraan

BAZNAS dan Bamuis BNI

Zakat untuk Penderita Katarak

keterampilan kaum dhuafa. “Dengan kemampuan menyetir pilihan mencari nafkah yang halal bertambah,” katanya.

Pelatihan yang bertajuk Keterampilan untuk Mandiri ini bakal digelar beberapa kali. Sasarannya akan diperluas di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Bekasi, Depok, Tangerang, dan Bogor. Selain mengajarkan teknik mengemudi, instruktur juga menggeber peserta mengenai etika di jalan raya. Jamak diketahui gaya berkendaraan di Jakarta dan sekitarnya kerap ugal-ugalan.

Dalam pelatihan yang digelar selama delapan hari ini, Jamaludin mengatakan, peserta dibantu untuk mendapatkan SIM A. Adapun peserta yang bolos latihan tidak diikutsertakan. Salah satu peserta, Hadian (31 tahun) berharap dapat memperoleh pekerjaan dari kemahirannya menyetir. “Punya SIM A biar mudah dapat pekerjaan,” katanya. Ia berencana melamar ke perusahaan penyewaan mobil. Hal senada juga disampaikan Muhammad Azis yang baru lulus SMK jurusan otomotif. “Saya ingin menjadi sopir,” ujar pemuda 19 tahun ini.[]

digelar di Departemen Mata, RSCM Kirana pada Desember mendatang.

Salah satu mustahik, Mustafa (61 tahun), menderita katarak sejak tiga tahun lalu. Penyakit ini mengganggu konsentrasi Mustafa yang bekerja sebagai pengemudi suatu proyek bangunan.

“Dulu saya bisa kerja di siang dan malam hari tetapi sejak katarak, saya tidak bisa mencari tambahan penghasilan di malam hari karena pandangan bena-benar kabur,” katanya.

Direktur Pelaksana BAZNAS, Teten Kustiawan, mengatakan membantu penderita katarak bagian dari manfaat zakat. Kegiatan ini sejalan dengan Indonesia Sehat, program BAZNAS di bidang kesehatan.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

57INFOZ

Page 58: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KIPRAH OPZ

JENEPONTO—Direktur Eksekutif Lembaga Amil Zakat, Infak, Sedekah Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (Lazis DDII), Ade Salamun, mengatakan kecilnya dana berdakwah tidak boleh menyurutkan dai menyiarkan ajaran Islam. Sikap mudah mengeluh harus dibuang jauh-jauh oleh dai. Seorang dai harus menyadari kehadirannya di tengah masyarakat tidak sebagai penambah masalah baru. “Harus mampu menjadi problem solver bagi masyarakat,” katanya saat mengisi pelatihan dai di Masjid Agung Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu 23 November 2013. Pelatihan ini juga bekerjasama dengan Bamuis BNI, lembaga zakat milik BNI.

Daurah Duat itu diikuti 48 peserta dari beragam Organisasi Masyarakat dan Lembaga Pendidikan Islam. Acara yang berlangsung tiga hari itu dibuka oleh Bupati Jeneponto, Radjamilo. Para peserta digeber dengan materi-materi sosial yang bertujuan menguatkan kiprah dai, misalnya materi problematika umat. Tema ini mengupas persoalan sosial ekonomi bahkan politik yang berkembang. Selain itu penguatan materi seperti akidah, kepribadian diri, dan fikih.

Terkait penguatan kepribadian, Ade Salamun memfokuskan pada kemandirian ekonomi para dai. Ia mengatakan seorang dai dituntut mandiri dalam pendapatan ekonomi. Dalam menyampaikan materi ini Ade membawakan materi social entrepreneurship dan bercerita pengalaman dai mandiri di kawasan terpencil.

Cerita dai muda di Pulau Nias, Sumatera Utara, yang membiayai sendiri kegiatan dakwahnya menjadi contoh pertama Ade. Dai muda itu sempat kebingungan dengan impitan kondisi ekonomi. Ia termenung di pantai. Saat melihat ombak laut yang rata-rata besar di Pulau Nias, ia mendapatkan inspirasi. “Dai itu mencoba menjadi pemandu wisata,” katanya.

Potensi ombak yang besar sangat menarik bagi wisatawan yang mencari lokasi surfing atau berselancar. Dai itu mengunggah penawarannya di internet untuk menjaring turis. Upayanya menuai hasil, ia mendapatkan banyak turis yang memintanya dipandu berwisata. Dari usahanya itu, sang dai mengantongi pendapatan.

Cerita lain datang dari Jawa Timur. Menurut Ade, ada seorang dai yang pendapatan ekonominya berasal dari tulang sapi. Tulang itu merupakan sampah dari rumah pemotongan hewan atau jagal yang dibuang di kebun miliknya. Sang dai membiarkan tulang sapi itu hingga menjadi rumah bagi semut rangrang. Aktivitas semut itu menghasilkan larva dan pupa semut rangrang (kroto) yang biasa dijadikan umpan memancing dan pakan burung.

Dari ceritanya, Dosen Kewirausahaan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir Jakarta itu berharap dai di Jeneponto mampu mengkapitalisasi potensi alam di daerahnya. “Dai harus berwirausaha dengan potensi lokal,” katanya.[]

Memacu Dai BerwirausahaLAZIS Dewan Da’wah

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

58INFOZ

Page 59: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KIPRAH OPZ

BANDUNG—Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid mengadakan program pelatihan Baby Sitter Mitra Ibu Angkatan X. Bertempat di Aula Gedung Pemberdayaan Ummat, Kompleks Yayasan Pesantren Daarut Tauhiid, Rabu 6 November.

Ada 18 peserta yang dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti pembukaan pendidikan dan

LAZ Dana Peduli Ummat Kalimantan Timur

Pelatihan Internet Sehat untuk Guru

LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut TauhiidPembukaan Program Pengasuh Bayi

SAMARINDA—Perkembangan zaman mengenalkan anak-anak lebih cepat kepada dunia maya. Banyak remaja dengan mudah mengakses internet. Kondisi ini berdampak baik dan buruk. Imbas negatif yaitu maraknya berita-berita kekerasan, pelecehan seksual anak-anak dipicu oleh informasi yang mereka dapat dari dunia online.

Agar anak-anak berselancar sehat di dunia

pelatihan, sekaligus penandatanganan perjanjian kesepahaman. Program ini hasil kerja sama DPU Daarut Tauhiid dengan CIMB Foundation.

Selama dua bulan, 18 peserta akan mendapatkan pelatihan gratis untuk menjadi baby sitter dan langsung disalurkan bekerja melalui mitra DPU Daarut Tauhiid. Pembinaan akhlak dan agama dilakukan dalam pelatihan. Para peserta ditempatkan dalam lingkungan pesantren dan menjadi poin plus bagi para peserta.

Menurut Oha Hoer, penanggung jawab program, tujuan dari program ini adalah melahirkan atau mencetak para pengasuh bayi yang betul-betul bisa mengurus, mengasuh dan membantu peran dan tugas seorang ibu. Program ini bisa memberdayakan perempuan yang tidak bekerja menjadi punya pekerjaan. “Yang tadinya tidak berpenghasilan menjadi punya penghasilan,” ujar Oha Hoer.[]

maya, perlu bimbingan dari guru. Masalahnya banyak guru yang tidak bisa mengakses internet. Kondisi ini disadari oleh Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat (DPU) Kalimantan Timur menggelar pelatihan internet sehat bagi guru taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Pelatihan selama dua pekan itu digelar di ruang Broadband Learning Centre PT Telkom wilayah Kalimantan Timur dan Tengah di Samarinda pada 15 November 2013. Peserta yang berjumlah 250 guru itu mengikuti acara ini dengan semangat.

Mayoritas guru itu mengaku tidak mengerti dan jarang mengakses internet. Terhadap peserta yang sama sekali baru mengenal internet, panitia pelatihan mengenalkan teknik internet dasar. Materi lain yang disampaikan berupa cara mengoperasikan MS Office, membuat surat elektronik, dan blog. Di akhir pelatihan, panitia melombakan pembuatan blog terbaik. Pemenangnya mendapatkan hadiah dari LAZ DPU Kaltim.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

59INFOZ

Page 60: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

FILANTROPI

SAMARINDA—Pemerintah Provinsi dan Kota Gorontalo mendorong terciptanya sinergi program pemerintah dan swasta dalam pembangunan sosial. Kerja sama itu ditujukan untuk mengurangi jumlah orang miskin di provinsi itu. Bentuk strategi kerja sama digodok oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Strategi pemerintah Gorontalo ini diganjar dengan prestasi yaitu lima kali berturut-turut menjadi nominasi tingkat nasional dalam penanggulangan kemiskinan.

Prestasi Pemerintah Gorontalo menginspirasi Pemerintah Kalimantan Timur untuk menyelenggarakan program dan strategi serupa. Ketua TKPK Samarinda, Kalimantan Timur, Nusyirwan Ismail mengundang TKPK Gorontalo untuk beraudiensi di Samarinda. “Kami harapkan ada transfer ilmu,” katanya seperti dikutip dari Kaltim Post.

Nusyirwan menyadari potensi besar Kalimantan Timur adalah menyebarkan perusahaan swasta. Dari strategi yang diterapkan Pemerintah Gorontalo, Nusyirwan tertarik dengan program inventarisasi dana CSR perusahaan swasta. “Kalau CSR bisa sejalan, makin bisa memaksimalkan sasaran kami,” katanya. Dana CSR bisa diarahkan untuk mendukung program pemerintah mengurangi tingkat kemiskinan.[]

MEDAN—Perusahaan negara, Bank Mandiri menyalurkan dana corporate social responsibility sebesar Rp 500 juta di wilayah Sumatera Utara. Bantuan ini dikhususkan untuk mendukung kemajuan pelayanan kesehatan gigi masyarakat. Khusus untuk pelayanan kesehatan dialokasikan Rp 150 juta. “Untuk pengadaan alat dan sarana pendukung kesehatan gigi di Puskesmas,” kata Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho, yang ikut menyalurkan bantuan pada Ahad, 3 November 2013.

Adapun sisa alokasi sebesar Rp 350 juta difokuskan untuk pengadaan fasilitas kesehatan di daerah yang terkena bencana di Sumatera Utara seperti bencana erupsi Gunung Sinabung, banjir di Asahan, Tebing Tinggi, dan Langkat.

Dalam seremoni pemberian bantuan, Gatot mendorong Wali Kota Medan Dzulmi Edin untuk membudayakan perilaku hidup sehat di ibu kota Sumatera Utara itu. Gatot mengaku terinspirasi dengan acara Jakarta Maraton yang digelar Gubernur Jakarta Joko Widodo. “Kalau ada Medan Maraton itu lebih baik,” katanya seperti dikutip dari media Waspada Online. Gatot meminta dukungan Bank Mandiri untuk even internasional itu.

Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Fransisca N. MOK mengatakan rencana yang dilontarkan Gubernur Gatot sudah diawali Bank Mandiri yang menggelar even olahraga “Mandiri Run Medan.” Acara ini diikuti 750 peserta terdiri dari masyarakat umum dan nasabah.[]

Sinergi Swasta dan Pemerintah

KALIMANTAN TIMUR TERTARIK INVENTARISASI CSR SWASTA

Bank Mandiri

SALURKAN PERALATAN MEDIS KESEHATAN GIGI

CITIZEN JOURNALISM

Kami menawarkan kepada pembaca dan khalayak ramai, bagi Anda yang memiliki informasi dan berita menarik tentang dunia zakat, infak, sedekah, wakaf, CSR, filantropi, dan aktivitas sosial di sekitar Anda, silakan kirim berita dan foto melalui email [email protected]. Berita itu akan dimuat di Majalah INFOZplus dan ditayangkan melalui website www.forumzakat.org dan www.forumzakat.net (transisi).Kirimkan Surat Pembaca Anda!

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

60INFOZ

Page 61: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

FILANTROPI

FILIPINA—Besarnya kerusakan dan korban akibat topan Haiyan di Filipina menyedot bantuan kemanusiaan dari berbagai negara dan beragam lembaga kemanusiaan. Selasa, 12 November 2013, dua sukarelawan kemanusiaan dari lembaga zakat swasta, Dompet Dhuafa, telah tiba di Kota Tacloban, pesisir timur Filipina. “Sukarelawan membawa dana setara Rp 300 juta,” kata Sabeth Abilawa, General Manager Social Development Dompet Dhuafa kepada Tempo.co. Tim Dompet Dhuafa merupakan sukarelawan pertama dari Indonesia yang datang ke Filipina.

Dua sukarelawan itu, menurut Sabeth, akan bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan lokal untuk menyusun daftar kebutuhan. Bekal dana ratusan juta rupiah dari Indonesia akan digunakan untuk mengadakan obat-obatan, makanan dan minuman, hingga peralatan untuk air bersih. “Fokus pada kebutuhan vital,” ujarnya.

Salah seorang sukarelawan, Asep Beny, yang tiba di Tacloban melaporkan bahwa ibu kota Provinsi Leyte itu mengalami krisis listrik dan bahan bakar. Tacloban merupakan salah satu kota dengan tingkat kerusakan terparah akibat topan Haiyan yang melanda Filipina pada Jumat, 8 November lalu.

Langkah mengirim sukarelawan juga dilakukan Rumah Zakat dan Tim Bedah Mer-C. Rumah Zakat mengirim empat orang. Adapun Mer-C yang dipimpin dokter Abdul Mughni berangkat ke Filipina pada 22 November lalu. Tim MER-C terdiri sembilan orang sukarelawan medis dengan keahlian bedah umum, bedah syaraf, bedah tulang dan traumatologi, dokter umum serta perawat bedah dan logistik. Tim memprioritaskan bantuan medis di tempat yang memerlukan bantuan fase emergency pasca bencana.

Bantuan dana juga dikirim oleh Indomart. Koran Rakyat Merdeka mengabarkan Direktur Utama PT Indomarco Prismatama, Sinarman Jonathan,

Topan Haiyan FilipinaLEMBAGA KEMANUSIAANINDONESIA KIRIMSUKARELAWAN

JAKARTA—Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mendapatkan sumbangan puluhan bus Transjakarta dari program CSR berbagai perusahaan. Bus Transjakarta itu tidak menggunakan bahan bakar gas (BBG) melainkan solar. Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui pilihan ini tidak sejalan dengan program nasional penghematan bahan bakar minyak (BBM).

Ahok, begitu dia biasa disapa, mengatakan pilihan bus bermesin diesel terpaksa diambil karena pemerintah pusat lamban menyediakan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Jakarta. “Pemerintah pusat tidak membantu kami menyediakan BBG,” katanya seperti disiarkan media televisi Berita Satu, Selasa, 26 November 2013. Menurut Ahok, bus baru itu akan tiba pada 2014. Mengenai jumlahnya Ahok belum bisa memastikan.

Ahok menegaskan pembelian bus transjakarta di Euro 2 dan Euro 3 tidak menggunakan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD). Jadi dari sisi anggaran pembelian termasuk hemat. Kendati menggunkan BBM, bus mesin diesel ini dianggap lebih ramah lingkungan. Karena pengadaan bus oleh pemerintah, bukan kontraktor seperti sistem sebelumnya, bus transjakarta baru ini akan dipasang nomor polisi berplat merah.

Pilihan menggunakan dana CSR bukan sekadar hemat. Ini terakit peraturan daerah yang melarang pengadaan bus transjakarta menggunakan BBM melainkan wajib BBG. Karena terimpit persoalan ketersediaan SPBG dan kemacetan yang terus mendera, pilihan pengadaan bus solar dengan anggaran bersumber dari CSR perusahaan terpaksa dipakai pemerintah DKI.[]

CSR UNTUK BUSWAY DIESEL

Pemerintah Jakarta

menyerahkan donasi sebesar Rp 6,8 miliar. Bantuan itu disalurkan melalui Palang Merah Indonesia.

Selain dari Indomart, PMI juga menyalurkan bantuan dana milik Bank Rakyat Indonesia. Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali mengatakan perseroan menyerahkan bantuan uang senilai Rp 2 miliar dan tenda. Dana sebesar itu setengahnya terkumpul dari BRI Peduli, dan sisanya dari zakat karyawan BRI yang dihimpun Yayasan Baitul Maal BRI.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

61INFOZ

Page 62: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

MOMEN FOZ

JAKARTA—Delapan orang amil Lazis Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) berkunjung ke kantor Forum Zakat, Jl Lenteng Agung Raya No 60, Jagakarsa, Selasa (12/11) sore. Anjangsana itu dipimpin oleh Direktur Eksekutif Lazis Dewan Dakwah, Ade Salamun. Tujuan kunjungan itu, menurut Ade, adalah untuk memperkenalkan jaringan baru kepada para amil. “Maklum, mereka sebelumnya adalah para dai yang baru kembali setelah ditugaskan di pedalaman,” kata Ade. Sekretaris Jenderal FOZ, Bambang Suherman, menemui mereka bersama staf sekretariat. “Dakwah ini membentuk peradaban. Gerakan zakat harus sinergi membiayainya,” kata Bambang.

JAKARTA—Usai uji materi UU Zakat diketok palu oleh Mahkamah Konstitusi, Forum Zakat melakukan beberapa pertemuan. Baik pertemuan inti pengurus maupun dengan stakeholders zakat. Pertemuan dilaksanakan dalam beberapa sesi. Ketua, Sekjen dan Ketua Bidang bertemu pada Rabu, 6 November di Rumah Makan Steak and Shake Ciputat. Disepakati akan bersilaturahim dengan seluruh pegiat zakat.

Konsolidasi ini untuk mengukuhkan peran dan fungsi Forum Zakat ke depan. “Banyak tantangan baru, FOZ harus menyiapkan diri untuk menghadapinya. Ini artinya kita harus makin banyak bertemu dengan para jejaring zakat di Indonesia,” ujar Sri Adi Bramasetia, Ktua Umum FOZ.

Karena posisi FOZ yang menaungi seluruh lembaga dan badan zakat, maka prinsip ukhuwah harus menjadi dasar dalam manajemen perkumpulan tang telah berusia 16 tahun ini.

JAKARTA—Pada Rabu (6/11), Ketua Umum FOZ Sri Adi Bramasetia berbicara di Radio Smart FM dalam rubrik SmartSyariah. Selain Bram, demikian sapaanya, hadir pula Irfan Syauqi Beik, Staf Ahli Badan Amil Zakat Nasional. Mereka berdua berbicara tentang hasil uji materi UU Zakat yang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi.

Keputusan MK tentang UU Pengelolaan Zakat memberi kepastian hukum bagi pengelolaan zakat. Sebagai koordinator pengelolaan zakat, Baznas diharapkan bisa mengoordinasikan pengelolaan zakat dengan baik, karena dinamika di lapangan sangat kompleks sehingga bisa tumpang tindih. “Pasca keputusan MK ini, yang perlu untuk dilakukan adalah konsolidasi pengelola zakat. Semua pihak harus duduk bersama untuk membuat visi dan tujuan bersama agar dapat menjalankan perannya dengan baik,” ujar Bram yang diamini oleh Irfan Syauqi Beik.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

62INFOZ

Page 63: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

BANDUNG—Rumah Zakat menggelar diskusi tentang UU Zakat pada Jumat (8/11) di kantor mereka, Jl Turangga Bandung. Narasumber acara itu adalah Nasrulloh Nasution, kuasa hukum Koalisi Masyarakat Zakat yang mengajukan gugatan beberapa pasal dalam UU Zakat. Seluruh board of director Rumah Zakat hadir. Forum Zakat mengirim Kepala Sekretariat, Amin Sudarsono dan Manajer Keuangan, Soffan Islam untuk turut dalam acara itu. “Baru seminggu yang lalu diketok palu, jadi kami ingin mendapatkan perspektif hukum yang jelas atas hasil uji materi ini,” ujar CEO RZ, Nur Efendi.

BOGOR—Majalah INFOZ-plus hadir sebagai peserta dalam acara Penyegaran Keterampilan Berbahasa Indonesia yang digelar oleh Badan Bahasa Kemente-rian Pendidikan dan Ke-budayaan. Acara diadakan pada 20-21 November 2013 di Hotel Salak Bogor. Peser-ta sebanyak 30 orang beras-al dari berbagai media, baik majalah, koran, media on-line, maupun penerbit buku.“Secara diam-diam me-dia massa memainkan peran penting dalam me-mainkan peran penting pemasyarakat bahasa In-donesia,” kata narasumber, Drs. Mustakim, M.Hum. Dia mengatakan, bahasa yang digunakan oleh me-dia masssa sering diguna-kan masyarakat, termasuk kalangan pendidik. Karena dijadikan acuan, maka ba-hasa yang digunakan media harus bermutu. “Karena itu perlu diprioritaskan pembi-naan bahasa Indonesia bagi jurnalis,” kata Mustakim.

MOMEN FOZ

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

63INFOZ

Page 64: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

MOMENT FOZ

DISKUSI AKUNTABILITAS DAN RAKORBU FOZ

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

64INFOZ

JAKARTA—Kisah Resqy yang menangguk uang Rp 11 juta dari aksi penipuannya di dunia maya membuat pegiat zakat sedekah merasa prihatin. Model pengumpulan dana via Twitter ini membuat donatur tidak bisa mengontrol sampai tidaknya bantuan ke penerima. “Bahkan, aksi Resqy yang memasang foto penderita hydrochepallus, itu dusta belaka,” ujar Sekjend FOZ, Bambang Suherman.

Ucapan itu membuka diskusi bertema “Akuntabilitas, Jantung Gerakan Zakat” yang diadakan sekretariat FOZ, bertempat di Rumah Makan Mbok Berek Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (10/10). Hadir sebagai narasumber, mantan Ketua Komisi Informasi Pusat, Ahmad Alamsyah Saragih. Peserta memenuhi kursi yang disediakan, tampak sekitar 40 orang hadir di ruangan itu. Mereka terdiri dari pengurus Forum Zakat dan pimpinan atau perwakilan organisasi pengelola zakat.

Alamsyah memaparkan materi tentang sejarah, konsep, dan praktek akuntabilitas. Peserta antusias menanggapi topik legalitas dan akuntabilitas penghimpun dana perseorangan. “Fenomena menariknya adalah, penghimpun personal dan

memakai rekening pribadi ini dipercaya masyarakat, meski tanpa badan hukum,” ujar Anwar Sani, Direktur PPPA Daarul Qur’an yang juga Wasekjen FOZ.

Ditegaskan Alamsyah, bahwa legalitas tidak selalu sejalan akuntabilitas. Siapa yang terbuka dan bagus programnya, tentu donasi lancar mengalir.

Pada sesi kedua, setelah salat Zuhur, acara dilanjutkan dengan rapat koordinasi bulanan. Update perkembangan jaringan disampaikan oleh Purwanto Barna dan Nana Sudiana. Purwanto pada akhir September ke Pekanbaru dan mengawali pembentukan FOZ Wilayah Riau. “Mereka sudah siap secara keanggotaan, tinggal kita sahkan saja,” ujar Purwanto. Sementara Nana melaporkan aktivitasnya di Semarang membersamai kegiatan FOZ Wilayah Jateng.

Rapat memutuskan beberapa agenda strategis, yaitu pelaksanaan training dan penguatan kapasitas anggota FOZ. Bentuknya adalah training akuntabilitas kebencanaan, training media broadcasting dan akuntansi zakat. Waktunya akan ditentukan kemudian setelah rapat tim inti.[]

Page 65: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

MOMENT FOZ

DEPOK—Bertempat di Wisma Makara UI, Koalisi Masyarakat Zakat yang mengawal uji materi UU Zakat, berkumpul pada Jumat (15/11). Kuasa hukum, pemohon dan jejaring lembaga zakat hadir di acara yang diinisiasi Dompet Dhuafa itu. Kesepakatan yang diambil adalah KOMAZ menerima hasil uji materi, namun mempersilakan jika ada lembaga yang akan melakukan uji materi kembali. Selanjutnya mereka bersepaham untuk melakukan sosialisasi secara masal ke seluruh Indonesia menggunakan skema program yang telah dirancang.

RAKER LAZIS DEWAN DAKWAH

JAKARTA—Lazis Dewan Dakwah menggelar Rapat Kerja Tahunan pada Rabu (4/12) di Gedung Dewan Dakwah. Seluruh amil—yang mayoritas adalah dai pedalaman—hadir dalam acara itu. Forum Zakat didaulat untuk memberi materi pengantar Raker tersebut.

Ketua FOZ Bidang Keanggotaan dan Jaringan, Nur Efendi, tampil sebagai narasumber. Nur menyampaikan materi tentang hasil uji materi UU Zakat, peluang dan implikasinya bagi gerakan zakat. “Secara umum kita harus bersyukur atas hasil uji materi ini. Paling utama adalah kebebasan zakat tidak terlalu dibatasi, dan kriminalisasi amil tidak seketika berlaku,” ujarnya.

Selain materi UU Zakat, Nur, CEO Rumah Zakat itu, juga memberi pembekalan dengan materi kode etik amil. Dia menceritakan tentang perubahan dari pola tradisional ke profesional yang turut mendongkrak kepercayaan diri amil. “Saya di Rumah Zakat saat pertama pakai dasi. Dengan begini, kita disegani calon donatur.”

Kunci utama amil yang baik adalah amanah, terbuka, profesional, mengerti masalah zakat, memiliki data muzaki-mustahik, memiliki program kerja, memiliki badan hukum, dan bersedia diaudit secara terbuka.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

65INFOZ

Page 66: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

SPACE AVAILABLE

Page 67: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

KOLOM

Terkait gugatan Koalisi Masyarakat Zakat (KOMAZ) terhadap Pasal 5, 6, 7, 17, 18, 19, 38 dan 41 dari UU No. 23/2011, MK hanya mengabulkan sebagian gugatan yaitu terkait syarat LAZ harus berbentuk ormas Islam, berbadan hukum dan memiliki pengawas syariah dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a, b, dan d, dan frasa “setiap orang” dalam Pasal 38 dan 41, dan menyatakannya bertentangan dengan UUD 1945.

Meski tetap harus diapresiasi, namun putusan MK ini tak pelak menghapus asa tersisa untuk mengurai permasalahan besar di dunia zakat nasional. MK secara jelas gagal memahami bahwa gugatan utama terhadap UU No. 23/2011 ini adalah perubahan sistem pengelolaan zakat nasional, dari semula sistem desentralisasi di bawah UU No. 38/1999, menjadi sistem sentralisasi di bawah UU No. 23/2011.

Dalam memandang Pasal 5, 6 dan 7 UU No. 23/2011, MK menilai bahwa “… pembentukan lembaga pengelola zakat, infak dan sedekah yang bersifat nasional oleh Pemerintah yang dipadukan (bersinergi) dengan lembaga amil yang telah ada dan/atau yang akan ada, tidak menghalangi hak warga negara untuk, antara lain, membangun masyarakat, bangsa, dan negara; meyakini kepercayaan; bebas dalam berserikat dan berkumpul; maupun mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.”

Pemahaman MK ini tidak sahih dan ahistoris. Sejak awal, pembentukan lembaga pengelola zakat,

TEPAT 2 tahun setelah penulis menulis opini di Republika berjudul “Ironi UU Zakat,” pada 31 Oktober 2011, Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusannya terhadap judicial review UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

infak dan sedekah (ZIS) oleh pemerintah (BAZ), dari yang bersifat lokal antara lain BAZIS DKI Jakarta (1968) hingga yang bersifat nasional, yaitu BAZNAS (2001), tidak pernah mendapat penolakan dari masyarakat sipil.

Ketika lembaga pengelola ZIS bentukan masyarakat sipil (LAZ) muncul pada akhir 1980-an, keduanya kemudian bersinergi, berjalan beriringan mengelola zakat nasional. UU No. 38/1999 sebagai produk reformasi, secara bijak mengukuhkan sinergi ini, mengatur keduanya berdampingan sebagai operator zakat nasional, setara dan sejajar. Pasal 8 UU No. 38/1999 menetapkan BAZ dan LAZ memiliki kewenangan yang sama dalam pengelolaan zakat nasional.

Praktek sinergi yang telah berjalan baik 3 dekade terakhir dan dikukuhkan oleh UU No. 38/1999 inilah yang justru dirubah total oleh UU No. 23/2011. Pasal 6 UU No. 23/2011 secara eksplisit menetapkan bahwa “lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional” hanya BAZNAS. Ketentuan ini secara vulgar menghapus LAZ yang dalam Pasal 8 UU No. 38/1999 diakui sejajar dengan BAZ sebagai operator zakat nasional.

Karena itu, kehadiran Pasal 5, 6 dan 7 UU No. 23/2011 merupakan upaya sentralisasi oleh pemerintah sekaligus upaya kasar memonopoli pengelolaan zakat nasional. UU No. 23/2011 secara jelas berpotensi merugikan hak konstitusional LAZ yang dijamin Pasal 28 C ayat (2) UUD 1945: “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

67INFOZ

JALAN TERJALZAKAT NASIONAL

Page 68: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya”.

Partisipasi masyarakat sipil sejak 1990-an dalam pengelolaan dana sosial keagamaan telah berkontribusi positif dan signifikan dalam merevitalisasi pranata keagamaan, khususnya zakat, untuk kesejahteraan sosial. Pertama, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana sosial keagamaan. Kedua, menurunkan tingkat penyalahgunaan dana sosial keagamaan sekaligus meningkatkan efektivitasnya. Ketiga, memperkenalkan iklim persaingan di tubuh birokrasi dalam pengelolaan dana sosial keagamaan.

LAZ yang dibentuk atas prakarsa murni masyarakat sipil, sejak kemunculannya pada akhir era 1980-an, segera menjadi pemain utama zakat nasional melalui inisiasi kampanye sadar zakat secara masif, pengelolaan zakat secara kolektif dan transparan, serta pengelolaan zakat untuk kegiatan produktif. Disiplin pasar mendorong inovasi dalam pengelolaan zakat nasional dan perilaku transparan dan akuntabel oleh sebagian besar LAZ.

Kompetisi sehat ini berdampak positif pada kinerja dunia zakat nasional: melonjaknya kapasitas dan legitimasi sosial pengelola zakat nasional. Bahkan kinerja BAZ yang kini telah banyak meningkat, justru merupakan akibat terpapar persaingan langsung dengan LAZ.

Secara umum, pada 2010, LAZ (18 LAZ nasional dan 22 LAZ daerah) rata-rata menghimpun Rp 15,9 milyar per tahun, hampir 9 kali lipat dari BAZ (1 BAZNAS, 33 BAZ Provinsi dan 447 BAZ Kabupaten/Kota) yang rata-rata hanya menghimpun Rp 1,8 milyar per tahun. Namun jika kita melihat 10 LAZ terbesar, di tahun yang sama, 8 LAZ terbesar rata-rata menghimpun Rp 59,9 milyar per tahun, tidak banyak berbeda dari 2 BAZ terbesar (BAZNAS dan BAZIS DKI Jakarta) yang rata-rata menghimpun Rp 39,9 milyar per tahun.

Arus besar pengelolaan zakat modern pasca reformasi ini kemudian bertemu dengan kebangkitan kelas menengah (middle class) muslim di tengah menguatnya pemulihan ekonomi nasional. Jumlah masyarakat dengan pengeluaran per kapita $2-20 per hari, melonjak dari 81 juta orang (37,7%)

pada 2003 menjadi 131 juta orang (56,5%) pada 2010.

Pada kurun waktu ini, penghimpunan dana zakat nasional tumbuh di kisaran 40% per tahun. Tarik menarik pengelolaan dana zakat nasional membesar seiring meningkatnya dana yang dikelola ini. Kelas menengah Indonesia diperkirakan akan mencapai 171 juta orang (63%) pada 2020 dan 244 juta orang (78%) pada 2030.

Karena itu ketidakmampuan MK memahami UU No. 23/2011 sebagai upaya sentralisasi pengelolaan zakat nasional, dan bahkan memandangnya sebagai upaya “… memperkuat dan/atau mensinergikan pelayanan zakat, infak, dan sedekah yang telah dilakukan oleh lembaga pengelola zakat bentukan masyarakat maupun oleh amil perorangan,” menjadi sebuah hal yang amat memprihatinkan.

Ketidakmampuan ini membawa MK gagal memahami bahwa reformasi terpenting yang dibutuhkan dunia zakat nasional adalah pembentukan regulator yang kuat dan kredibel.

Di bawah UU No. 38/1999, BAZ dan LAZ sama-sama menjadi operator zakat nasional, yang menghimpun, mendistribusikan dan mendayagunakan dana zakat. Kelemahan terbesar adalah tidak adanya regulator yang menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan untuk menjamin tata kelola yang baik (good governance). Yang dibutuhkan dunia zakat nasional saat ini adalah regulator yang kuat untuk menjaga transparansi, integritas dan kredibilitas operator zakat, sekaligus menyelamatkannya dari “penumpang-penumpang gelap”, baik LAZ maupun BAZ.

UU No. 23/2011 datang dengan memilih bentuk intervensi yang ekstrim: BAZNAS sebagai operator (Pasal 7 ayat (1) huruf b) sekaligus regulator (Pasal 7 ayat (1) huruf a, c dan d, serta Pasal 29 ayat (2)). Hal ini berpotensi melanggar Pasal 28 H angka 2 UUD 1945: “Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.”

Namun terhadap conflict of interest yang vulgar di pasal 7 UU No. 23/2011 ini, MK bahkan memandangnya sebagai: “… syarat mutlak bagi

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

68INFOZ

Page 69: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

terselenggaranya pelayanan zakat yang efektif dan efisien, yang selanjutnya akan memberikan jaminan terlaksananya ibadah zakat masyarakat”. Betapa menyedihkannya pemahaman ini.

***Kegagalan memahami upaya sentralisasi di

Pasal 6 UU No. 23/201 kemudian membawa MK gagal memahami upaya subordinasi dan marjinalisasi LAZ oleh UU No. 23/2011. Sebagai implikasi paradigma sentralisasi, maka status LAZ kemudian diturunkan, dari “sejajar” dengan BAZ sebagaimana di Pasal 8 UU No. 38/1999, menjadi sekedar “membantu” BAZNAS di Pasal 17 UU No. 23/2011.

Namun, karena tidak mampu memahami upaya sentralisasi Pasal 6 UU No. 23/2011 ini, maka MK hanya memandang bahwa Pasal 17 UU No. 23/2011 ini sebagai “… suatu bentuk opened legal policy dari pembentuk undang-undang …” dan frasa “membantu” BAZNAS harus dimaknai “… membantu negara melakukan pengelolaan zakat secara transparan dan akuntabel”.

MK tidak mampu melihat bahwa Pasal 17 UU No. 23/2011 ini merupakan implikasi logis dari Pasal 6 UU No. 23/2011, mereka merupakan satu rangkaian. Karena kewenangan melakukan pengelolaan zakat nasional kini milik BAZNAS (Pasal 6 UU No. 23/2011), maka Pasal 17 UU No. 23/2011 menetapkan bahwa LAZ yang kini hendak ikut berpartisipasi dalam pengelolaan zakat nasional hanyalah sekedar “membantu” BAZNAS. Dalam konteks inilah frasa “membantu” BAZNAS secara jelas bermakna subordinat BAZNAS. Bahwa subordinasi LAZ ini bukan sekedar konotasi belaka sebagaimana pemahaman MK, dibuktikan dengan berbagai ketentuan lanjutan dalam UU No. 23/2011: LAZ harus mendapat rekomendasi BAZNAS untuk mendapat perizinan (Pasal 18 ayat 2 huruf c) dan harus membuat pelaporan atas pengelolaan zakat ke BAZNAS (Pasal 19 dan Pasal 29 ayat 3).

Karena logika subordinasi pulalah maka LAZ tidak berhak mendapat fasilitas dari pemerintah sebagaimana halnya BAZNAS, meski menyandang tugas yang sama sebagai operator zakat, seperti misalnya pembiayaan dari APBN dan APBD (Pasal 30, 31 dan 32).

Dengan ketidakmampuan memahami kaitan Pasal 17 dan Pasal 6 dari UU No. 23/2011 ini, maka MK kemudian tidak mampu memahami bahwa Pasal 19 UU No. 23/2011

merupakan bentuk diskriminasi dan conflict of interest yang parah, yang berpotensi melanggar Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

BAZNAS dan LAZ menyandang tugas yang sama sebagai operator zakat nasional, namun BAZNAS mendapat keistimewaan luar biasa dari UU: menjadi

operator sekaligus regulator. Seluruh LAZ wajib melaporkan pelaksanaan tugas mereka sebagai operator zakat ke BAZNAS yang merupakan operator zakat juga (Pasal 7 ayat (1) huruf b).

Tidak ada yang menyangkal pemahaman MK bahwa kewajiban pelaporan di Pasal 19 UU No. 23/2011 ini adalah “… kewajiban administratif yang tujuannya tidak dapat diartikan lain selain untuk memastikan bahwa semua LAZ sedang atau telah mengumpulkan, mendistribusikan, serta mendayagunakan zakat sesuai dengan norma dan peraturan

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

69INFOZ

Setiap orang mendapat

kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan

manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan

keadilan.

Page 70: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

perundang-undangan yang berlaku di masyarakat.” Yang digugat dari ketentuan ini adalah logika sentralisasi dan subordinasi yang dikandungnya.

Di bawah UU No. 38/1999, dunia zakat nasional tidak memiliki regulator sehingga semua operator zakat berjalan tanpa koordinasi dan sinergi. Regulator yang menjalankan fungsi perencanaan, regulasi dan pengawasan akan membutuhkan laporan dari setiap operator zakat. Maka kehadiran Pasal 19 UU No. 23/2011 ini mendapatkan dukungan yang kuat. Operator zakat yang jumlahnya semakin banyak dengan ukuran yang semakin membesar, perlu didorong untuk efisiensi dan efektivitas pendayagunaan zakat dari tercapainya economies of scale dan menguatnya kapasitas lembaga. Yang harus dijaga dan dipastikan adalah transparansi, integritas dan kredibilitas operator zakat, serta kepatuhan syariahnya.

Jika pasal 19 UU No. 23/2011 ini dilekatkan dengan ketentuan bahwa BAZNAS adalah regulator saja, dan semua operator (baik BAZ maupun LAZ) wajib menyampaikan laporan ke BAZNAS, tentu tidak akan ada yang menolak ketentuan Pasal 19 UU No. 23/2011 ini.

Lebih jauh lagi, regulator zakat nasional juga sangat dibutuhkan agar gerak operator zakat terarah dalam sebuah perencanaan zakat nasional sehingga tercipta koordinasi dan sinergi. Dalam konteks ini maka berbagai ketentuan tentang peran dan fungsi regulator dalam UU No. 23/2011 mendapat pijakan yang kuat, seperti fungsi perencanaan, pengendalian dan pelaporan (Pasal 7 ayat 1 huruf a, c dan d) dan menerima laporan dari LAZ dan BAZNAS provinsi (Pasal 29 ayat 2). Namun semua ketentuan yang positif ini menjadi bermasalah ketika dilekatkan dengan logika sentralisasi dan penggabungan kekuasaan di tangan BAZNAS.

UU No. 23/2011 merupakan satu kesatuan yang saling terimplikasi: satu ketentuan berimplikasi pada ketentuan berikutnya. Maka, sebagaimana sebelumnya, pengujian terhadap Pasal 18 UU No. 23/2011 semestinya tidak dilakukan secara parsial karena ia juga merupakan produk turunan dari logika sentralisasi di Pasal 6 UU No. 23/2011 ini.

Dengan logika sentralisasi dan subordinasi di Pasal 6 dan 17 UU No. 23/2011, maka UU sama sekali tidak memberi insentif bagi perkembangan LAZ. Bahkan sebaliknya, UU No. 23/2011 menerapkan berbagai restriksi yang sangat ketat terhadap LAZ yang secara jelas bersifat marjinalisasi dan berpotensi mematikan, yaitu di

Pasal 18 UU No. 23/2011 ini.LAZ yang telah diakui pemerintah sebelum

UU No. 23/2011 tetap diakui, namun harus menyesuaikan diri paling lambat 5 tahun (Pasal 43 ayat 3 dan 4). Namun ketika harus mengajukan perizinan baru, LAZ dihadapkan pada restriksi yang ketat (Pasal 18), khususnya keharusan LAZ didirikan oleh ormas Islam (Pasal 18 ayat 2 huruf a). MK secara jernih melihat hal ini akan “…mengakibatkan ketidakadilan sebab menafikan keberadaan lembaga atau perorangan yang selama ini telah bertindak sebagai amil zakat”. LAZ tentu harus mensyukuri dibatalkannya ketentuan paling mematikan ini oleh MK.

Terkait syarat “mendapat rekomendasi dari BAZNAS” (Pasal 18 ayat 2 huruf c), pemahaman MK memang benar bahwa ketentuan ini “…bukan dalam konteks BAZNAS menjadi pihak yang menentukan dapat atau tidak dapatnya suatu lembaga menjadi LAZ”. Namun ketentuan ini menjadi bermasalah dan bahkan berpotensi mematikan karena BAZNAS adalah regulator sekaligus operator: BAZNAS memiliki motif, insentif dan kewenangan untuk menjegal perizinan LAZ yang berpotensi menjadi pesaingnya.

Kewajiban LAZ memberi laporan ke BAZNAS semakin memperparah conflict of interest ini. Jika LAZ tak berizin tetap beroperasi, ia akan menghadapi ketentuan pamungkas: kriminalisasi terhadap amil ilegal (Pasal 38) dengan ancaman pidana penjara maksimal 1 tahun dan/atau pidana denda maksimal Rp 50 juta (Pasal 41).

MK gagal menangkap upaya pelemahan secara sistematis terhadap LAZ yang merupakan pemain utama zakat nasional ini, ini berpotensi melanggar Pasal 28 E angka 3 UUD 1945: ”Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat” dan Pasal 28 H angka 3

UUD 1945: “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.

UU No. 23/2011 adalah “dosa kolektif” pemerintah dan DPR periode 2009-2014, yang sayangnya tidak mendapat koreksi yang memadai dari MK. Dengan “gagalnya” judicial review terhadap UU No. 23/2011 ini maka harapan mengoptimalkan dana sosial keagamaan Islam menjadi amat berat. UU ini juga menjadi preseden buruk karena mematahkan gerakan masyarakat sipil yang independen dan berkhidmat pada kesejahteraan umat. Semoga masih ada

secercah cahaya pasca Pemilu 2014.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

70INFOZ

Regulator zakat nasional juga

sangat dibutuhkan agar gerak operator

zakat terarah dalam sebuah

perencanaan zakat nasional sehingga tercipta koordinasi

dan sinergi.

Page 71: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

BUKU PILIHAN

BERGURU PADA SEMESTA BENCANA

Kalimat alam takambang jadi guru adalah sebuah peribahasa yang berasal dari kebudayaan Minangkabau, Sumatera Barat.

Artinya, alam berkembang menjadi guru. Filosofi ini bermakna, salah satu sumber pendidikan dalam hidup manusia adalah berasal dari fenomena-fenomena alam semesta. Alam bersifat dinamis, tidak statis, sehingga selalu ada kemungkinan untuk

Judul : Alam Takambang Jadi Guru, Merajut Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Bencana di SumateraPenulis : Forina LestariPenerbit : Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPUUkuran : 17,5 x 24 cm, 108 halaman.ISBN : 978-602-97345-3-9

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

71INFOZ

Page 72: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

terjadi perubahan. Filosofi ini merupakan salah satu kearifan lokal terkait pengelolaan lingkungan hidup yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Judul itu diambil dengan semangat belajar kepada alam Sumatera yang rawan bencana. Korban telah banyak, tentu pengalaman juga mengajarkan banyak hal. Buku ini berkisah tentang refleksi pengalaman PKPU mendampingi komunitas dan sekolah di tiga daerah rawan bencana di wilayah Sumatra, yaitu Kota Bengkulu (Provinsi Bengkulu), Kabupaten Solok (Provinsi Sumatera Barat) dan Kabupaten Aceh Besar (Provinsi Aceh).

Sebagai pembuka, PKPU menyajikan data UN-ISDR, Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Resiko Bencana. Indonesia merupakan negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia karena memiliki rangking pertama dalam ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi. Dalam rentang sepuluh tahun terakhir, terdapat lebih dari 6.000 kejadian bencana di tanah air. Bencana yang ada di Indonesia tidak dapat dihindarkan, namun dampak dan kerugiannya dapat diminimalisir melalui strategi mitigasi dan adaptasi penanggulangan bencana.

Paradigma penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran dari yang semula berorientasi penanganan ketika kejadian bencana yang bersifat kedaruratan dan pemulihan, menjadi penanggulangan sejak dini melalui upaya integrasi pengurangan resiko bencana (PRB). Di Indonesia ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menempatkan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam penanggulangan bencana terutama melalui upaya PRB.

Buku ini dibagi dalam lima bab pokok, selain kata pengantar yang berentetan dari lima orang yang berbeda. Maksudnya tentu adalah memberi space bagi donatur yang bekerja sama menerbitkan buku penting ini.

Bab pertama bertajuk ‘Sumatera, pulau elok yang akrab dengan bencana.’ Data yang ditampilkan lebih banyak mengutip dari terbitan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pada bagian kedua

bab pertama ini, peran PKPU dalam penanggulangan bencana secara umum diungkap. Yang menarik adalah analisis bahwa berdasarkan pengalaman bencana yang terjadi selama ini di Indonesia, belum banyak yang menyebutkan bencana terjadi pada saat jam sekolah. Itulah pentingnya mengedukasi siswa untuk tanggap bencana.

Pada periode 2009 sampai 2011, PKPU mendapat kepercayaaan dari UNDP untuk menjalankan dua pilot project Safer Communities-Disaster Risk Reduction (SCDRR) di Kota Bengkulu dan Kabupaten Solok. Setahun kemudian, komunitas sekolah di Provinsi NAD menjadi binaan PKPU melalui program School Based Disaster Risk Reduction (SBDRR) kerjasama dengan Islamic Relief Indonesia (IRI).

Hal menarik dari buku ini adalah upaya memahami bencana dari sisi kapasitas manusia, tulis Victor Rembeth, Manajer Disaster Resource Partnership (DRP) dalam sambutannya. Dari awal, semangat yang diangkat dalam kisah pelaksanaan program yang dilakukan adalah komunitas masih memiliki kapasitas untuk dapat menghadapi bencana.

Satu hal yang tersirat dalam buku ini adalah, bukan sekedar exit strategy yang dilakukan setelah program berakhir, tetapi lebih kepada sustainability strategy yang membuat masyarakat memiliki, melanjutkan dan kemudian mengembangkan kapasitasnya dalam konteks kerentanan dan bahaya yang dimilikinya.

Buku yang terbit dalam rangka proses edukasi dan sosialisasi kearifan lokal praktek Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Indonesia ini diluncurkan pada rangkaian puncak Peringatan Bulan PRB di Indonesia pada Selasa, 8 Oktober di Aula Perpustakaan Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Peluncurannya dilakukan oleh Deputi 1 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Dody Ruswandi. Perwakilan UNDP, Islamic Relief Indonesia (IRI), Platform Nasional (Planas) PRB, BPBD seluruh Indonesia, lembaga donor, akademisi, dan perwakilan Forum PRB Daerah seluruh Indonesia, hadir dalam forum itu.[]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

72INFOZ

Page 73: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

SEMANGATTahun Baru Kebangkitan

Sri Adi BramasetiaKetua Umum Forum Zakat

IBHAR

Setiap memasuki tahun baru hijriyah, kita diingatkan peristiwa bersejarah, yakni hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke

Madinah, 1435 tahun qomariyah yang lalu.Dalam konteks historis Islam, peristiwa

hijrah merupakan momentum paling penting dan monumental. Hijrah telah membawa perubahan dan pembaharuan besar dalam pengembangan Islam dan masyarakatnya kepada sebuah peradaban yang maju dan berwawasan keadilan, persaudaraan, persamaan, penghargaan HAM, demokratis, inklusif, kejujuran, menjunjung supremasi hukum. Semuanya dilandasi dan dibingkai dalam koridor nilai-nilai syariah.

Ismail Raji al-Faruqi menyebut hijrah sebagai langkah awal paling menentukan untuk menata masyarakat muslim yang berperadaban. Jadi, hijrah bukanlah pelarian untuk mencari suaka politik atau aksi peretasan keprihatinan karena kegagalan mengembangkan Islam di Mekkah, melainkan sebuah praktek reformasi yang penuh strategi dan taktik jitu yang terencana dan sistematis.

Tegasnya, substansi hijrah merupakan strategi besar (grand strategy) dalam membangun peradaban Islam. Tepatlah apa yang dikatakan Hunston Smith dalam bukunya The Religion Man, bahwa peristiwa hijrah merupakan titik balik dari sejarah dunia. Berdasarkan kenyataan itulah Sayyidina Umar bin Khattab menetapkannya sebagai awal tahun hijriyah. Dalam konteks ini ia menuturkan, “al- hijrah farragat bainal haq wal bathil” (hijrah telah memisahkan antara yang hak dan yang batil).

Oleh sebab itu, energi hijrah harus dimiliki umat Islam sampai kapan pun. Tanpa energi hijrah, kehidupan umat akan statis, jumud, konservatif, serta tidak mengalami perubahan, perkembangan dan kemajuan kepada yang lebih baik.

Energi hijrah adalah perpindahan dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, menciptakan kemaslahatan, serta menyingkirkan segala keburukan dan kerusakan. Energi hijrah sangat relevan untuk mengatasi masalah kemiskinan pada umat Islam.

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

73INFOZ

Page 74: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Apabila kita cermati makna filosofis hijrah secara mendalam, hijrah sesungguhnya mengandung makna reformasi yang yang luar biasa. Terlihat dari langkah-langkah strategis yang dilakukan Nabi Muhammad ketika beliau menetap di Madinah, baik dalam bidang sosial keagamaan, politik, hukum maupun ekonomi.

Mari kita lihat reformasi ekonomi usai hijrah dilakukan. Di bidang moneter, fiskal, mekanisme pasar (harga), peranan negara dalam menciptakan pasar yang adil (hisbah), membangun etos entrepreneurship, penegakan etika bisnis, pemberantasan kemiskinan, pencatatan transaksi (akuntansi), dan pendirian Baitul Mal.

Nabi juga mereformasi akad dan praktek bisnis yang fasid (rusak), seperti gharar, ihtikar, talaqqi rukban, ba’i najasy, ba’i al-‘inah, bai’ munabazah, mulamasah dan berbagai bentuk bisnis maysir atau spekulasi lain.

Untuk melahirkan kekuatan ekonomi umat di Madinah, Nabi melakukan sinergi dan integrasi potensi umat Islam. Nabi mengintegrasikan Suku ‘Aus dan Khazraj, serta Muhajirin dan Ansar dalam bingkai ukhuwah yang kokoh untuk membangun kekuatan ekonomi umat.

Muhajirin yang “jatuh miskin” karena hijrah dari Mekkah, mendapat bantuan yang signifikan dari kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang piawai dalam perdagangan, bersatu dan bersinergi dengan kaum Anshar yang memiliki modal dan produktif dalam pertanian. Kaum Ansar yang sebelumnya merupakan produsen yang lemah menghadapi konglomerat Yahudi, kini mendapatkan hak yang wajar dan kehidupan yang lebih baik. Kerjasama ekonomi tersebut membuahkan hasil gemilang dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi umat. Akhirnya banyak kaum muslimin yang membayar zakat, berwakaf dan berinfak untuk kemajuan Islam.

Memetik pelajaran dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW, bahwa pasca-hijrah, yang dibangun oleh Rasul di Madinah, setelah mendirikan masjid, adalah membuka akses pasar. Program pembangunan umat pasca hijrah itu menunjukkan bahwa menata perekonomian termasuk tugas dakwah umat Islam. Penataan perekonomian dipandang penting, terutama untuk menjamin tegaknya keadilan, terpenuhinya barang-barang konsumsi dengan harga yang wajar, serta membebaskan umat dari jerat ekonomi riba.

Pasar dan perekonomian yang sehat, bebas dari riba, monopoli, oligopoli dan kartel adalah cerminan dari masyarakat yang sehat dan memegang prinsip etika. Pasar dan perekonomian

yang sehat akan menghasilkan pertumbuhan kesejahteraan yang merata. Sementara itu potensi zakat dari sektor perdagangan juga akan mengalami laju peningkatan dalam iklim pasar dan perekonomian yang kondusif.

Dengan kata lain, “ekonomi zakat” harus diupayakan supaya bisa menggeser “ekonomi riba” yang hanya menguntungkan segelintir orang saja, tapi di saat yang sama menyengsarakan sekian banyak orang yang tidak memiliki sumber-sumber ekonomi dan akses terhadap modal.

Menggerakkan energi hijrah dalam rangka mengatasi masalah kemiskinan adalah langkah yang tepat bagi umat Islam dewasa ini. Sebab, energi hijrah memancarkan harapan masa depan. Sama seperti halnya dengan upaya mengatasi kemiskinan melalui sumber pendanaan dari keuangan negara maupun sumber pendanaan dari zakat, infak dan sedekah, berorientasi untuk menjadikan hari esok lebih baik daripada hari ini dan hari kemarin.

Spirit reformasi yang dipraktekkan Nabi Muhammad bersama para sahabatnya dalam berhijrah, harus kita tangkap dan aktualisasikan dalam konteks kekinian, suatu konteks zaman yang penuh ketidakadilan ekonomi, rawan krisis moneter, kemiskinan dan pengangguran yang masih menggurita. Mari, bangkit, bergerak dan bersinergi![]

| Edisi 20 | Desember 2013 | Shafar 1435H

74INFOZ

Page 75: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435
Page 76: Majalah infoz desember 2013 shaffar 1435

Masa Depannya Tanggung Jawab Kita

Tarikh anyar akan datang. Saatnya mengingat kewajiban yang belum tertunai dan amal baik yang belum terlaksana. Mari bersegera tunaikan niat mulia kita. Selamat Tahun Baru.