autumn leaf...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. tapi yang...

49
AUTUMN LEAF By Delis

Upload: others

Post on 25-Aug-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

AUTUMN LEAF

By Delis

Page 2: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

THANKS TO

Semua yang telah berada selalu disampingku dan mendukungku sepenuhnya.

-DELIS

Page 3: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Ya Tuhan aku baru inget kalo hari ini aku ultah,” bisik Dinda sambil tersenyum

kemudian.

Di suatu tempat yang indah dan penuh dengan hiasan lilin-lilin kecil yang tertata rapih

dan terhias cantik, mengelilingi kedua insan yang duduk berdua di meja yang berhiaskan lilin

yang menerangi malam yang temaram.

Terlihat laki-laki itu menyematkan sebuah cincin perak yang bermata berlian.Wanita

istimewa bagi laki-laki itu terlihat tak percaya dan matanya terlihat berkilau karena tetes haru air

mata.

“Dinda.Maukah kamu jadi istriku? Dalam segala keadaanku, baik susah maupun senang?

Will you marry me? I love you,” ucap lelaki itu sambil tak mengalihkan matanya yang menjurus

ke titik focus mata wanita itu. Tatapan yang membuktikan kesungguhannya meminang wanita di

hadapannya.

Ding dong ding dong….

Wanita itu begitu terkejut mendengar suara jam yang berdentang, tanda waktu telah

berhenti tepat di angka 00.00, sehingga wanita itu menjadi panik dan ia pun menjatuhkan cincin

berlian itu dan pergi berlari darinya.

Lelaki itu pun merasa bingung, lalu ia pun mengejarnya.

BLUKKK…..

“Dinda !!!” seru seorang laki-laki ketika Dinda terjatuh.

Suara laki-laki itu semakin lekat di telinga Dinda.

Page 4: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Dinda….. kamu anak gadis tapi jam segini belum bangun. Cepet bangun !Raufa udah

nungguin kamu di luar,” ucap ayah Dinda sambil membangunkan Dinda yang terjatuh dari kasur.

Dinda pun mengucek-ngucek matanya dan menyesal itu semua hanya mimpi. Tapi ia

senang ketika mendengar pangerannya telah datang menjemputnya.

Di luar, pangeran berkuda putih itu sudah menunggu dengan wajah yang terlihat bosan.

“Sayaaaaang….,” ucap Dinda manja sambil mendekati laki-laki itu.

Namun tak ada jawaban dari laki-laki itu, hingga membuat Dinda merasa heran dengan

perubahan yang begitu drastis dari Raufa.

Daun-daun berjatuhan memenuhi seluruh sudut taman, sebuah daun hinggap di atas kursi

taman. Sebuah tangan putih mengambil daun yang telah kering itu.

Semakin ke sini sikap Raufa beda banget sama aku. Tadi pagi aja mukanya keliatan bete

banget, sama kayak tahun lalu pas pura-pura jutek pas ultah…….

“Ya Tuhan aku baru inget kalo hari ini aku ultah,” bisik Dinda sambil tersenyum

kemudian.

Raufa….Raufa, selalu aja bikin kejutan konyol buat ngerayain ultah aku.Tapi sayang

sekarang rencana kamu udah ketahuan.Ucap hati Dinda senang.Ia pun menaruh daun kering itu

dan berlalu di kala mentari telah tepat terbenam.

Daun kering itu pun terbawa angin hingga terbang melayang entah kemana.

Page 5: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Apa?Jadi sekarang kamu bikin kejutan ini buat kado ultah aku?” ucap Dinda

sambil tersenyum heran.

Di suatu tempat yang indah dan penuh dengan hiasan lilin-lilin kecil yang tertata rapih

dan terhias cantik, mengelilingi kedua insan yang duduk berdua di meja yang berhiaskan lilin

yang menerangi malam yang temaram.

Terlihat laki-laki itu menyematkan sebuah cincin perak yang bermata berlian.Wanita

istimewa bagi laki-laki itu terlihat tak percaya dan matanya terlihat berkilau karena tetes haru air

mata.

“Mega.Maukah kamu jadi istriku? Dalam segala keadaanku, baik susah maupun senang?

Will you marry me? I love you,” ucap lelaki itu sambil tak mengalihkan matanya yang menjurus

ke titik fokus mata wanita itu. Tatapan yang membuktikan kesungguhannya meminang wanita di

hadapannya.

Tak jauh dari meja itu, Dinda berdiri sambil menutup mulutnya yang menganga karena

apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang

berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

sendiri.

Dinda pun menghampiri mereka dengan kesalnya.

“Raufa ! Kalo kamu suka sama Mega kenapa gak bilang dari dulu sama aku? Kenapa

mesti bohong sih kalo kamu gak bisa dateng ke acara ultah aku gara-gara temenin mama kamu di

rumah sakit?Pantes aja aku gak bolah dateng ngejenguk. Oh, rupanya malah berduaan di sini

sama Mega,” ucap Dinda sambil menahan emosinya. Tapi itu bukan Dinda yang

sesungguhnya.Wanita berpakaian merah itu hanyalah Red Evil dari emosi Dinda.

Page 6: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Yang sebenarnya Dinda masih mematung di sana tanpa kata, hanyalah air mata yang

berbicara.

Dinda merasa puas sudah melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri.Ia pun menarik

gaun putihnya yang terkena permukaan tanah agar bisa berlari kembali ke acara ulang tahunnya

Namun sebuah tangan menahannya berlalu.

“Din..” suaranya terdengar pilu.

“Aku tahu kamu paling sebel kalo ada orang yang banyak tanya kenapa kenapa dan

kenapa sama kamu. Jadi aku gak akan tanya kenapa sama kamu. Aku tahu kamu jenuh sama

hubungan kita yang udah hampir lima tahun,” ucap Dinda tenang dan tak ingin memalingkan

wajahnya pada laki-laki itu.

Raufa menarik tangan Dinda hingga gadis itu menatap wajahnya.

“Kado buat kamu,” ucapnya sambil tersenyum.

“Apa?Jadi sekarang kamu bikin kejutan ini buat kado ultah aku?” ucap Dinda sambil

tersenyum heran.”Hahaha aku bodoh banget bisa ketipu lagi ketipu lagi sama rencana bodoh

kamu,” lanjutnya sambil tak berhenti tertawa.

“Din !Dinda !Dengerin aku dulu. Maksud aku, kado buat kamu adalah kita gak akan bisa

sama-sama lagi. Aku udah milih Mega untuk jadi istri aku dan seperti yang kamu dengar tadi,”

ucap Raufa lebih serius dibandingkan saat ia melamar Mega.

“Sayang, mentang-mentang kamu anak seni, kamu jago banget akting buat ngibulin aku

kayak gitu,”

Page 7: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Dinda.Aku serius!”

“Heh?”

“Maaf,” ucap Raufa pelan sambil tertunduk.

“Tega banget kamu ngasih aku kado ini. Eh bukan, maksud aku makasih banget kado

yang teristimewa selama lima tahun ini. Ini kado yang paling aku suka dari semua kado yang

pernah kamu kasih ke aku, Raufa Farhan Aditya,” ucap Dinda yang masih bisa menahan

emosinya, bahkan ia sembunyikan dengan senyumnya yang getir.

Saat berlalu pergi, baru air mata itu sesuka hati menetes.

Di Kamar….

Semua kosmetik dan photo-photo disapukan oleh tangan putih itu hingga berserakan di

lantai.Hela nafas yang lelah begitu memburu dan mengembun di permukaan sebuah kaca

rias.Mata gadis itu memperhatikan satu titik fokus yang membuat amarahnya kembali

membuncah.Terbias sebuah photo Dinda dan Raufa dulu yang disimpan di atas meja dekat

tempat tidurnya.

Dinda pun berjalan memburu dan melemparkan photo itu ke kaca rias hingga kaca itu

hancur dan potongan-potongan kecilnya bertebaran ke seluruh ruangan.Dinda pun duduk lemas

sambil tak berhenti menangisi kejadian masa lalu dan hari ini.

Sebuah tangan menggenggam sebuah alat yang seperti ponsel tablet berukuran mini, tapi

bukanlah ponsel melainkan seperti alat pengukur emosi yang terformat di dalamnya seperti

pengisian baterai.

Page 8: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Fullll…..hahaha. Akhirnya sebentar lagi aku akan abadi membisiki gadis itu dan terus

akan menemani kamu sayang. Percaya padaku kalo tak ada yang setia selain aku, Red Evilmu,”

ucap gadis yang menyerupai Dinda dan berpakaian gaun merah menyala.Ia terlihat bahagia

ketika baterai itu terisi penuh dan berubah menjadi format berbentuk tabung yang menyerupai

pot bunga.

Sedangkan Dinda mulai meringis kesakitan ketika tangannya yang menempel di lantai

terkena pecahan kaca itu.

CLLLAAAK…

Tabung itu berubah menjadi merah menyala dan Red Evil menggenggam tabletnya

dengan erat.

Dinda merasa bekas pecahan kaca itu membakar telapak tangannya dan ia menjerit

kasakitan hingga tak sadarkan diri.

***

“Dinda! Dinda sayang….,”

Mata yang telah sembab itu mulai terbuka perlahan, tapi semuanya belum terlihat

jelas.BURAM

Tatapan nanar sang ayah begitu lekat memandangi wajah suram anaknya itu.

Kenapa semua ini harus terjadi kepada anak tunggal yang sangat aku sayangi

Tuhan?Lebih baik anakku menunggu orang yang tepat, dibandingkan membuang waktu dengan

orang yang salah.Jerit batin ayah Dinda.

Page 9: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Ayaaah…,” ucap Dinda lirih ketika penglihatannya sudah terlihat jelas.

“Iya sayang.Ada apa?”

“Aku ingin pindah ke Bandung,” ucap Dinda terbata-bata.

“Iya sayang, ayah akan segera beli tiket pesawatnya,” ucap Teno sambil menggenggam

erat tangan anak semata wayangnya itu.

***

Page 10: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Emang, gue emang selalu bener. Karena gue bisa menerawang ke masa depan,”

2 Tahun kemudian…..

Dinda belum juga mempunyai pengganti Raufa, karena hatinya selalu dipenuhi emosi dan

akhirnya termakan bisikan si setan merah.

Di kampus baru nya yang sudah ia duduki selama 2 tahun terakhir ini, semua teman-

temannya tak ada yang ingin berteman dengannya, karena menurut mereka Dinda itu aneh,

tekadang ia bicara sendiri entah dengan siapa.

***

“Din, loe bodoh banget kalo percaya sama tuh cowok, dia itu playboy.Gue tahu hati loe

masih sakit gara-gara cowok yang namanya Raufa Raufa itu.Udah deh mending loe simpen lagi

gaun itu.Jangan mau di ajak ke pesta ultah temennya.Yang ada nanti dia malu-maluin loe di

hadapan temen-temennya karena udah berhasil ngibulin loe,” bisik si setan merah yang duduk di

dekat Dinda.

“Kenapa ya di dunia ini gak ada yang bener-bener tulus?Mungkin kamu bener, harusnya

aku udah tau dari awal. Dan gak seharusnya aku dateng sama dia,”

“Emang, gue emang selalu bener. Karena gue bisa menerawang ke masa depan,”

Dinda pun menyimpan gaun itu ke tempatnya semula. Dan ia pun tertidur lelap di tempat

tidurnya.

Di Luar….

Page 11: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Dinda mana sih?Udah hampir telat ke acaranya. Gak apa-apalah aku nunggu dia bentar,”

Seseorang yang dinanti laki-laki itu pun ke luar menghampirinya.

“Din. Akhirnya kamu ke luar juga.Aku udah satu jam nungguin kamu,” ucap Esa sembari

tersenyum.

“Sorry, Sa. Kayaknya gue gak bisa ikut,”

“Hehehe tumben ngomongnya gue-elo,”

“Ya terus masalah loe?Salah ortu gue atau salah temen-temen gue gitu? Suka-suka gue

dong mau kayak gimana. Mending sekarang loe pergi karena gue mau tidur. Dan satu hal lagi,

gue setuju loe sama Cecil. Kalian cocok,” ucap Dinda, lalu ia menutup gerbang rumahnya dan

berlalu.

Esa hanya memandang kosong dan menelan mentah-mentah ludahnya.Ia tak percaya

seorang Dinda yang ia rasa wanita lembut, ternyata begitu kasar kepadanya.

BRRAAAKKK

Esa memukul gerbang itu dengan keras hingga tangannya berdarah.

Di Kampus..

“Esa!” panggil Dinda, namun Esa tak mau menahan langkahnya berlalu.

Saat Dinda mulai mendekati Esa, tiba-tiba Cecil menggaet tangan Esa dan terlihat akrab.

“Makasih ya waktu malem dateng ke pesta ultah aku, sayang,” ucap Cecil sambil berlalu

dengan laki-laki itu tapi obrolan mereka masih dapat didengar oleh Dinda.

Page 12: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Dinda kembali mematung seperti saat dulu ia memergoki Raufa dengan sahabatnya,

Mega.

Tiba-tiba sosok Dinda yang memakai baju merah datang di antara asap yang mengepul,

dan itu hanya bisa dilihat oleh Dinda.

“Apa kan yang gue bilang? That’s true. P-L-A-Y-B-O-Y,” ucap si setan merah sambil

mengeja kata PLAYBOY.” Karena nurut sama perintah gue, loe aman sekarang. Tapi kalo waktu

malem loe gak nurutin perintah gue, sekarang loe mungkin udah nangis malu and dimusuhin

sama Cecil karena udah ngerebut cowok dia. Heeemppp, asmara memang pelik,hahaha,”

lanjutnya, lalu ia pun berlalu di kepulan asap yang pekat.

Di ujung pintu Perpus, Dinda berpapasan dengan Esa.Kali ini Esa menerima ajakan

Dinda untuk bicara.

“Ada apa?Bukannya loe gak mau kenal lagi sama gue?”

“Sa?Kamu kok jadi ngomong kasar gitu sama aku?”

“Lho?Bukannya loe sendiri yang kasar waktu malem. Gue udah bela-belain nungguin

loe, tapi loe malah ngusir gue,”

“Sa, kamu ini aneh, aku…..,”

“Elo yang aneh.Sebentar baik sebentar kasar. Udahlah gue cape ngomong sama loe,”

Dinda kembali membisu, sedangkan Esa pergi berlalu masih dengan emosinya yang

menggebu.

Ya Tuhan apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak mengerti ini.Keluh hati Dinda.

Page 13: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Dinda tak bisa menahan emosinya ketika melihat Esa dan Cecil berduaan, terkadang ia

tega melukai tangannya sendiri dengan meninju dinding tanpa merasa sakit, bahkan rasa sakit di

hati lebih sakit dibanding di tangan.

Tapi bagi Red Evil, charger keabadiannya bertambah dan jika darah Dinda ke luar,

tabung yang telah habis darah itu kembali terisi.

“Ya.Teruslah begitu Dinda.Dengan begitu aku akan tetap bisa berbentuk nyata dan

abadi,” ucap Red Evil tanpa terdengar oleh Dinda.

Hari semakin cepat berganti, dan umurku pun semakin menua.Sudah berkali-kali juga

aku mencari seseorang yang tulus menyayangiku, tapi belum sedikitpun aku temukan batang

hidungnya.Tak terasa kuliahku pun sudah menginjak di semester terakhir, dimana aku lebih

memfokuskan dulu untuk pembuatan skripsi.Ayah juga sepertinya sudah merindukan kampung

halamannya di Bali.Sehingga aku memilih ikut untuk pulang ke Bali, mungkin saja aku dapat

menemukan sesuatu yang hebat tentang skripsiku.

Dua tahun rupanya sudah merubah Ubud sedikit demi sedikit.Aku hanya bisa menelan

ludah menta-mentah, ketika aku menatap pantai penuh kenangan bersama Raufa. Ayah hanya

bisa menenangkanku lewat belaian lembutnya di kepalaku. Aku pun membalas senyum agar

ayah tak khawatir dan berkata aku baik-baik saja.

Rumah ini pun tak tertata indah, sehingga hal pertama yang aku dan ayah lakukan adalah

membereskan rumah.Sungguh melelahkan tapi aku senang memiliki ayah yang tulus seperti dia.

Entah Ibu memungut ayah darimana. Meskipun ibu sudah meninggalkan kami saat aku duduk di

kelas lima sekolah dasar. Ayah tak berniat memberiku ibu baru dan aku pun tak ingin, dan ayah

mengerti bahwa aku ingin segala perhatian ayah hanya untukku.

Page 14: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Mengganti darah yang ada di tabung emosi dengan setetes air bening yang

tulus,”

Dinda merasa kalut ketika ia dikelilingi api yang menggebu. Panasnya terasa ke ulu

hati.Ia pun melihat sosok yang mirip dengannya, tapi dia memakai gaun merah menyala. Dinda

semakin akan jatuh ke lubang yang penuh dengan bara api, sehingga ia mengulurkan tangannya

kepada sosok itu. Dinda tersenyum ketika sosok itu menolongnya, tapi kemudian sosok itu

melepaskan genggaman tangannya dan Dinda pun terjatuh.

Dinda berteriak sekencang mungkin, tapi ia merasa teriakannya tak terdengar sedikitpun.

Tiba-tiba api itu menghilang dan berubah menjadi lautan yang airnya bening sekali.

“Dinda.Berhentilah berteman dengan Red Evil. Dia tidak akan membantumu

menghilangkan rasa sakit, malah rasa sakit itu akan semakin sakit,” ucap wanita yang Dinda

kenali betul.

“Mama?Jadi apa yang harus Dinda lakukan ma?”

“Mengganti darah yang ada di tabung emosi dengan setetes air bening yang tulus,”

“Maksudnya apa ma?”

Ding dong..

Jam pun berbunyi, Dinda terbangun dari mimpinya.

Ayah mengajakku menengok kakek di selatan Ubud, jarak yang berlawanan dengan arah

rumahku yang bertengger di utara Ubud. Meski hati ini masih gundah memikirkan mimpi

semalam, tapi aku mencoba bahagia dengan kembalinya kami ke kampung halaman.Terbesit

Page 15: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

difikiranku kenapa saat di Ubud selalu aku bermimpi aneh, namun semua itu terjadi menjadi

nyata. Ucap Dinda dibenak hatinya

Setengah jam berlalu di perjalanan, mobil berwarna merah kecoklatan itu terparkir di

sebuah halaman rumah yang terukir khas Bali. Terlihat sosok laki-laki tua yang sedang

menggoreskan cat warna ke kanvas, matanya yang mengecil terbingkai oleh kacamata yang

berbingkaikan warna emas.

Kakek begitu terkejut melihatku dan ia terdiam saat tanganku meraih tangannya untuk ku

cium.

“Kakek?” tanyaku membuyarkan lamunannya.

Kakek pun tersenyum kemudian dan terlihat menyembunyikan apa yang ia rasakan

kepadaku.

“Ayo nak masuk! Kakek kangen sekali sama kalian,” ucap sang kakek kemudian.

Dan pada pagi hari, kakek mengajakku ke suatu tempat.Ke suatu bukit tertinggi di selatan

Ubud. Entah mengapa kakek mengajakku ke sini, ah aku fikir untuk melihat mentari terbit,

ya..mentari terbit. Pikir Dinda damai dan merasakan deburan angin yang menerbangkan sebagian

rambutnya.

“Kamu bisa merasakan damainya pagi ini kan? Damainya angin yang menanti sang

mentari tiba,” ucap kakek memecahkan kebisingan dan tentu saja membuat Dinda bertanya-

tanya.

“Ya, kek. Dua tahun berlalu begitu saja, dan suasana damai ini masih sama,” ucapku

masih memejamkan mata untuk merasakan hawa pagi yang damai ini.

Page 16: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Dua tahun memang tidak terasa telah merangkak pergi, bahkan lima tahun pun

seharusnya sudah merangkak pergi,”

Lagi-lagi kakek membuatku bertanya-tanya, kali ini aku begitu serius mendengarkannya

hingga aku tak mampu untuk memejamkan mata lagi.

Melihat Dinda menatap dalam ke arahnya, sang kakek pun menoleh dan memasang

wajahnya yang begitu tenang dan damai.

“Berdamailah dengan hatimu,nak. Jangan sampai setan di dalam hatimu yang menjadi

pengontrol apa yang harus kamu lakukan,”

Mata Dinda terbelalak dan kemudian terpejam hingga akhirnya menetes bulir air di

pelupuk matanya.

“Apa yang harus Dinda lakukan,kek? Tolong bantu Dinda kek !”

“Yang bisa membantumu adalah dirimu sendiri, nak. Satu pesan kakek, setan itu akan

binasa jika darahmu yang ada dalam tabung emosinya, diganti oleh air mata bening, orang yang

tulus mencintaimu. Dan setan itu tak akan kembali lagi jika hatimu telah berdamai dan sesegar

aroma embun pagi ini,”

Usai berkata, sang kakek menutup matanya dan menghirup dalam-dalam aroma embun

yang mulai berjatuhan dari dedaunan.

Mentari telah tiba di ufuk timur, menggeliat manja dengan berkas cahayanya yang telah

di curi biasan sang mega di atas langit terlebih dulu.

Page 17: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Rupanya ini yang kakek rasakan dariku, mungkin Tuhan manakdirkan untuk aku bertemu

kakek. Hingga aku tahu apa yang mama maksud. Ya,kenapa aku tidak terpikir kakek, karena

kakek bisa merasakan hal ganjil apapun. Terima kasih kek, tapi adakah orang yang mau

menangis tulus karena mencintaiku?Ku pikir itu hanya di negri dongeng saja atau di drama serial

televisi.

****

Rumah kakek tua itu begitu penuh dengan lukisannya.Terlihat beberapa muridnya yang

sedang menggoreskan karya mereka yang begitu menakjubkan.Dinda berkeliling melihat

lukisan-lukisan itu sambil berpikir.Suara dentangan sepatu mengarah kearah Dinda.Wanita itu

memalingkan wajahnya untuk melihat pemilik sepatu itu dan mengagetkannya.

“Lukisan hanya bisa dimengerti oleh seorang yang mengerti seni,” ucap seorang lelaki

yang terlihat lebih muda dari Dinda.

Dinda mendengus kesal dalam hati dan mimik mukanya berubah dongkol mendapat kata-

kata yang kurang sopan dari laki-laki itu.

“Ya, dan seorang seniman akan menciptakan lukisan yang biasa padahal yang ia pikirkan

begitu rumit.Mengecoh orang-orang yang tidak mengerti seni, seakan lukisan biasa itu

bermakna, padahal hanya symbol biasa,” ucap Dinda tak kalah pedas.

Laki-laki itu mendekati Dinda lebih dekat, bahkan sampai tak ada batas, hingga membuat

jantung wanita itu lebih bekerja keras.

Page 18: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Anda hanya bicara menurut logika anda, bukan dengan hati.Jadi sampe kapan pun, anda

tidak akan mengerti karya dan seni,” ucapnya sambil mengambil lukisan yang sejak tadi Dinda

perhatikan.

Laki-laki itu pergi dengan membawa lukisan itu. Dinda pun terdiam dengan memandangi

langkah kaki laki-laki itu yang mengarah ke luar halaman sang kakek.

Apa sebegitu parahnya hatiku? Sehingga apapun yang aku lakukan kini tak dirasakan

dengan hati. Ucap hati Dinda

Dinda tak menyadari di sampingnya sang kakek memperhatikan apa yang dituju oleh

mata Dinda, hingga tatapannya terlihat begitu kosong. Kakek pun tersenyum.

“Kata-katanya memang selalu pedas, jadi jangan di ambil hati.Meskipun begitu, dia salah

satu murid kakek yang berbeda. Apapun yang ia kerjakan tidak pernah yang namanya setengah-

setengah. Selalu sepenuh hati, tapi dia orangnya tertutup, lebih suka sendiri,”

Dinda terbangun dari titik fokus yang menjadi perhatiannya. Dan tersenyum melihat

kakeknya yang sudah mengetahui apa yang ia pikirkan.

“Ini !” ucap sang kakek sambil memberikan sebuah kotak kecil berwarna putih kepada

gadis itu.

“Apa ini, kek?” ucap Dinda sambil menerima kotak putih itu.

“Bukalah dan coba pakai,”

Dinda membuka kotak itu perlahan dan ia terhentak kaget.

Page 19: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Apakah dengan kacamata, aku terlihat jelek, kek?” ucap Dinda setelah ia melihat

softlens yang terdapat dalam kotak itu.

“Hahahaha, itu bukan softlens biasa, nak.Pakailah!”

****

Gelindingan roda dari kasur dorong terdengar semakin berteriak di lorong rumah sakit,

karena didorong begitu cepat.Rupanya seseorang yang ada di atas kasur itu dalam keadaan

gawat.Dan orang-orang di sampingnya mengucurkan air mata.

Di kejauhan, tampak Dinda dan kakeknya yang memperhatikan tetesan air mata itu.

“Kamu tahu kenapa air mata itu berharga? Karena sebenarnya, jika dilihat dengan mata

batin, air mata itu dapat berbentuk berlian, mutiara hitam, dan batu ruby,” Ucap sang kakek.

“Kek, kenapa air mata gadis itu berubah menjadi mutiara yangberwarna hitam?”

“Itu tandanya adalah air mata buaya. Dalam pikirannya, ia justru senang kakeknya dalam

keadaan gawat, karena sebentar lagi seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangannya,”

“Lalu, air mata laki-laki itu berubah menjadi seperti batu ruby, apa artinya kek?”

“Itu artinya, dia menangis karena alasan bukan tulus menyayangi kakek tua itu,”

“Maksudnya, kek?”

“Dalam pikirannya, jika si kakek meninggal, maka tidak ada lagi yang akan membelanya

dari kakaknya. Sehingga pasti semua harta kekayaan akan jatuh ke tangan kakaknya dan ia akan

jatuh miskin,”

Page 20: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Sungguh indah air mata itu kek,” ucap Dinda ketika melihat air mata yang begitu bening

bersinar seperti berlian.

“Ya, itu adalah istri si kakek tua yang setia sampai detik ia akan kehilangan nyawa.

Dalam pikirannya, ia sangat pasrah jika Tuhan akan memanggilnya, dia berdoa semoga

kebahagiaan akan bersamanya selalu di alam sana,”

Cahaya mentari dalam hitungan detik akan menghilang bersama kicauan merdu burung-

burung jalak. Gerak sayapnya memenuhi langit pantai Ubud selatan.Terdengar deru ombak yang

menenang, angin menghembuskan nafasnya dengan lembut hingga ke dalam rongga nafas.

“Jadi, air mata yang bening seperti berlian itulah yang harus kamu cari. Ingat! Jika

amarah mulai menguasai hatimu, tekanlah kuat-kuat dadamu agar setan itu tidak ke luar dan

membisikimu, nak,”

“Iya, kek,”

“Oh, iya. Besok hari pertamamu membantu kakek kan?”

“Bukan aku yang membantu kakek, tapi kakek yang membantu aku untuk menyelesaikan

skripsiku, hehe,”

“Ya ya, kamu harus bersabar dengan anak seni, karena menurut kakek anak seni itu

istimewa,”

Ya, istimewa.Ucap hati Dinda yang teringat cinta pertamanya Raufa yang merupakan

anak seni juga.

Page 21: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Raufa menangis sambil berkata mencintaiku ? Ya Tuhaaan, tak pernah aku

merasa sedamai ini.Izinkan aku melihat air matanya yang tulus itu.

Di kampus…..

Ribuan mata memandangi setiap langkah cepat wanita itu. Matanya yang bersinar

berwarna biru safir menjadi daya tarik yang membuatnya berbeda dengan orang lain.

Dinda akhirnya memasuki sebuah kelas, dimana ia tak perlu lagi berjalan cepat untuk

menghindari tatapan-tatapan liar para mahasiswa yang selalu gatal terhadap dosen-dosen baru

yang ber-KKN di kampus.

Dinda pun menghela nafasnya dalam-dalam karena saat berjalan ia tak sanggup terlihat

santai dan biasa.

Seorang dosen yang akan di asisteni oleh dirinya pun hanya tersenyum melihat tingkah

asisten barunya itu.

“Rekan-rekan sekalian ini adalah asisten saya yang baru, namanya adalah Dinda Bening

Wihardjo. Dia akan menggantikan saya sementara, kebetulan dia anak pendidikan sastra yang

akan membuat skripsi. Entah apa yang akan dia sidangkan, hingga ia dari anak satra tapi ber-

KKN di fakultas seni,” ucap sang kakek yang ternyata dosen di fakultas seni terkenal di Bali itu.

Terdengar suara tawa dari seluruh mahasiswa ketika merepon cerita kakek.

“Tapi saya yakin, apa yang akan dia tampilkan nanti adalah yang akan membuat dia lulus

dari kuliahnya,” lanjut sang kakek.

Kemudian yang terdengar kali ini adalah suara tepuk tangan.

Page 22: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Di tengah para mahasiswa itu, Dinda melihat laki-laki yang kemarin berkata pedas

kepadanya.Ia terlihat fokus pada laptopnya, mungkin tak sadar bahwa dosennya nanti adalah

wanita yang ia marahi kemarin.

Mulut Dinda kembali meruncing jika mengingat perkataannya kemarin.

****

Kali ini panorama pantai Ubud dipilih menjadi objek studi lukisan kelas itu, setelah

kemarin rumah dosennya yang menjadi sasaran.

Dinda merasa sakit di hatinya dan setan itu muncul kembali. Ketika ia melihat Mega dan

Raufa bersama seorang anak kecil yang berusia dua tahun terlihat berjalan-jalan di pantai itu.

Ia mencoba melindungi dirinya di balik kerumunan para murid-muridnya, ketika Raufa

melihat ke arahnya.

Tak sengaja Dinda menyenggol peralatan seorang mahasiswanya.Ia pun meminta maaf

dan kemudian pergi ke toilet umum sambil memegangi dadanya kuat.

“Aku gak kuat lagi, rasanya sakit….,” ucap Dinda sambil menangis tersedu-sedu hingga

ia tak bisa mengontrolnya.

“Bu… ibu baik-baik aja kan?” ucap seorang laki-laki di luar toilet.

Dinda pun menghapus air matanya dan ke luar.

Ternyata orang itu adalah Raufa, spontan Dinda menjauhinya.

Page 23: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Tapi tangan Raufa menahan Dinda berlalu, kali ini Dinda tak mampu berdamai dengan

Raufa.Hingga emosi yang terpendam bertahun-tahun itu meronta ke luar.

“Dinda, kamu Dinda kan?”

“BUKAN, aku bukan Dinda, Dinda udah mati,” ucap Dinda sambil berusaha melepaskan

tangannya yang digenggam oleh Raufa.Air matanya sudah tak bisa terbendung lagi.

“Dinda,” ucapnya sambil memeluk Dinda erat.

Setan merah itu tertahan ke luar dan Dinda pun mereda, namun ia masih menangis

tersedu-sedu.

“Dinda maafin aku. Tolong maafin aku, aku sayang sama kamu, tolong jangan benci

sama aku. Di hati aku selamanya yang aku cintai cuman kamu, Din,” ucap Raufa, dan terasa

basah di pundak Dinda.

Raufa menangis sambil berkata mencintaiku ? Ya Tuhaaan, tak pernah aku merasa

sedamai ini.Izinkan aku melihat air matanya yang tulus itu.

Dinda pun melepas pelukan itu dan memperhatikan air mata yang berjatuhan di pelupuk

mata laki-laki yang ia cintai.

PLLLLLLAAAAKKKK

“Kamu masih sama seperti dulu, akting!Simpan air mata yang penuh alasan itu, Fa. Aku

gak butuh!” ucap Dinda, lalu ia pergi sambil menekan dadanya kuat-kuat.

Raufa mengusap pipinya yang merah bekas tamparan itu.

Page 24: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Rupanya Dinda tau kalo aku menangis cuman karena aku ingin dia memaafkan aku dan

relakan aku dengan Mega. Ucap hati Raufa

Ya, kamu nggak tulus mencintai aku, Fa. Kata-kata cinta buat kamu hanyalah sebuah

cover penipuan. Aku pikIr air mata kamulah air mata ketulusan itu, ternyata yang aku lihat, air

mata kamu berubah menjadi butiran-butiran batu ruby. Ucap hati Dinda

****

“Calon guru yang payah.Harusnya kamu gak usah ikut sidang kalo KKN aja setengah-

setengah,” ucap Ragas sambil membereskan peralatannya.

Mahasiswa yang lain sudah pergi, jadi hanya tinggal mereka berdua. Sehingga Dinda

tahu siapa yang Ragas maksud, dan itu adalah dirinya.

“Setidaknya saya tidak seperti anda, mahasiswa yang baru saja di semester kedua tapi

sudah bisa bicara tidak sopan seperti itu kepada orang yang lebih tua dari anda,” ucap Dinda

emosi.

“Hehhe, dari cara kamu ngomong juga udah ketuan kalo kamu udah tua. Ibuuu,” ucapnya

sembari tersenyum, kemudian ia pergi.

“Euuuuuuhhhhhh!” kesal Dinda, lalu ia menekan dadanya kuat-kuat kembali.

Tapi kali ini dia bicara gak kayak kemaren. Kemaren dia bicara sambil emosi dan bener-

bener pedas.Tapi sekarang dia meledekku sambil tersenyum.Hehehe dasar bocah ingusan.

****

Page 25: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Ada seorang dosen yang menemukan tempat yang aku lukis,” terdengar suara

Ragas yang begitu angkuh.

“Umurnya masih 20 tahun, tapi cara berpikirnya sudah bisa dikatakan dewasa. Meskipun

dia tipe orang yang melankolis, dan hobi dengan kesendiriannya itu.Tapi jangan ragukan

prestasinya di bidang melukis.Kakek akui dia itu ganteng, keluarganya adalah kalangan keluarga

baik-baik dan terpandang, dia pandai, tapi kakek belum mendengar dia mencintai seorang

wanita. Mungkin kecintaanya terhadap melukis membuat hatinya hanya tertarik pada lukisan,

bukan pada wanita,hehehe,” ungkap si kakek tentang Ragas, salah satu murid yang ia kenal

betul.

Dinda mendengar cerita sang kakek sambil memperhatikan lukisan Ragas. Lagi-lagi

kakek sudah tahu apa yang aku pikirkan. Ucap hati Dinda sambil matanya tak berpaling

memperhatikan lukisan itu.

Tiba-tiba aku ingin pergi menghirup udara malam Ubud, entah mengapa aku pergi ke

tempat yang ada di lukisan Ragas itu.Ya, ke tebing tertinggi di selatan pantai Ubud.

Sepertinya Ragas melukis salah satu tempat yang selalu ia datangi saat ingin sendiri. Ya,

tempat ini cocok untuk tempat ia sendiri. Ketenangan di sini dapat aku rasakan.Ucap batin Dinda

sambil memejamkan mata.

“Ada seorang dosen yang menemukan tempat yang aku lukis,” terdengar suara Ragas

yang begitu angkuh.

Dinda pun membuka matanya dan menatap wajah orang yang begitu bicara tinggi

padanya.

Page 26: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Apa kamu selalu bicara seperti itu sama dosen yang lain? Kepribadian melankolis

memang selalu begitu, merasa mampu sendiri, gak butuh orang lain. Makanya gak pernah bisa

ngehargain orang lain,” Ucap Dinda mulai terbakar emosi, tapi ia menahan dengan memegangi

dadanya kembali.

“Hanya pada ibu aku seperti ini,”

“Kenapa?Apa kamu benci sama saya? Apa karena perkataan saya waktu itu?”

“Ibu tidak memanfaatkan ilmu yang ibu punya,”

“Apa maksud kamu berani berkata itu? Saya berusaha berbagi ilmu saya kepada murid-

murid saya, saya berusaha melawan tantangan untuk mengajar mahasiswa, itu karena saya ingin

ilmu yang saya punya bermanfaat,”

“Ibu selalu memakai otak ibu, tapi ibu lupa satu indra yang menjadi dasar ilmu itu

bermanfaat,”

“Tanpa hati, tanpa perasaan apalah artinya. Ilmu itu tidak akan pernah bermanfaat jika di

dalam hati ibu masih tersimpan dendam dan tidak ada keikhlasan. Bukankah ibu berniat

mengajar di kampus karena untuk menyelesaikan skripsi? Sepertinya itu yang masih saya ingat,”

Dinda tak mampu berkata apapun lagi, ia hanya bisa terdiam dan tiba-tiba air mata

terjatuh di pelupuk matanya yang mulai terlihat kantung hitam.

Dia tahu apa masalahku dengan hatiku ini, bahkan dia bisa mengetahui itu dari sikapku.

Tapi bukankah saat pertama ke kelas dia mengacuhkanku?Tapi kenapa dia bisa mengingat dan

menilaiku secepat itu?”

Page 27: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Ternyata seorang melankolis lebih baik daripada seseorang yang tak bisa mengenali

dirinya sendiri dan berbuat apa yang dia inginkan,” Ucap Ragas sambil kembali ke tempat

motornya terparkir.

Di kelas…..

Setelah berpikir semalaman dan bahkan ia tidak tidur, Dinda mencoba menjadi Dinda

yang baru dan mulai melakukan segala hal dengan hatinya.

Di luar kelas, kakek memperhatikan perubahan itu pada Dinda.Kini Dinda lebih bersabar

menghadapi apapun dan ikhlas, bahkan kakek tahu kalau Dinda tak memperdulikan skripsinya.

Setiap malam kakek masuk ke kamar Dinda, tapi akhir-akhir ini Dinda sering tertidur di

meja belajar dengan setumpuk buku tentang seni, sedangkan kakek tak melihat coretan-coretan

skripsi dan buku sastra yang biasa di utamakn Dinda saat mempunyai waktu luang. Kakek pun

tersenyum melihat perubahan itu.

“Perubahan mendasar memang dari hati.Pelan-pelan saja, nak. Kakek yakin sebentar lagi

kamu mendapat air mata ketulusan itu, air mata yang bersimbol berlian,” Ucap sang kakek pelan

di luar kelas.

****

Page 28: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“AUTUMN LEAF”

“Bukankah mencintai wanita lebih membutuhkan ketulusan hati dibanding

melukis?”Ucap Dinda tiba-tiba sambil tak berpaling dari ciptaan Tuhan di atas bukit itu.

Hal itu membuat Ragas berhenti melukis.Ia pun berdiri dan memperhatikan

pemandangan atas bukit di hadapan matanya.

Pemandangan tenggelamnya mentari di lautan, tapi di atas bukit ini terlihat mentari masih

setengah tenggelam dan membentuk busur yang begitu besar dan memancar cahaya oranye yang

indah.

“Hehehh..mencintai wanita? Apa dinyatakan dengan ini disebut dengan mencintai wanita

dengan tulus?”Ucap Ragas sambil memalingkan wajahnya pada Dinda.

“Dengan apa?” Ucap Dinda tak mengerti

Ragas mendekatkan wajahnya pada wajah Dinda, semakin dekat.Dan terdengar suara

jantung Dinda yang berdebar.

Cahaya mentari terbiaskan dan membuat semua yang terlihat menjadi silau

oranye.Mentari pun hilang ditelan lautan, bintang timur mulai terlihat bersama jutaan bintang

kecil lainnya.

“Itu hanya symbol, Ragas,” Ucap Dinda sambil menatap mata Ragas dalam.

“Haha, symbol apa? Symbol yang tidak punya arti apa-apa seperti lukisan? Seperti yang

ibu bilang sama lukisan saya,”

Page 29: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Mencintai dengan tulus itu gak perlu symbol, gak perlu kata-kata yang sebenarnya

hanya ambigu, dan ternyata yang benar adalah sebuah alasan.Cukup dengan kata hati, tapi itu

abstrak. Dan realnya adalah dengan air mata ketulusan,”

“Hhaha, lama-lama ibu aku kirim ke Opera Van Java ya? Ibu lebih lucu dibandingkan

Sule, hahaha,”

“Air mata ketulusan, air mata ketulusan, hahaha,” ucap Ragas sambil membereskan

peralatan lukisnya dan kemudian pergi.

Dinda hanya dongkol dalam hati, ia merasa kesal diperlakukan seperti itu oleh muridnya

yang terpaut umur 3 tahun dengannya.

Malam ini begitu terang, berjuta cahaya rasi bintang menerangi jagat raya.Angin

berhembus lepas menggoyangkan dedaunan yang kering.

Sebuah tangan mengambil daun yang terhempas hingga menyelusup masuk ke sebuah

kamar yang penuh dengan lukisan.

“Daun kering yang kedua,” Ucap Ragas sambil tersenyum.

Ia pun menghampiri sebuah kanvas yang ditutupi oleh kain putih. Lalu ia membukanya

dan terlihat lukisan daun yang sama persis seperti daun yang sedang ia genggam.

Terlihat coretan kalimat di bawah lukisan daun itu.

“AUTUMN LEAF”

Musim gugur daun ini terulang kembali di tahun kedua.Di tahun kedua dia pergi. Ucap

batin Ragas

Page 30: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Otaknya pun memutar kembali memori saat itu.Dua tahun yang lalu, di mana seorang

yang sangat aku cintai pergi tanpa mengetahui perasaanku sebenarnya padanya.Dulu aku

menyia-nyiakan waktu hanya untuk melukis dan menghabiskan waktu sendiri, tanpa

memperdulikan kata hatiku. Hingga ia pergi tanpa aku tahu.

“Ragas.Datang ke acara ulang tahun aku ya?”Ucap wanita yang memakai pakaian putih

abu-abu sambil memberikan selembar kertas undangan.”Sesekali kamu harus terbiasa dengan

keramaian, itu lebih menarik dari melukis di tempat sepi,” Lanjutnya sambil tersenyum.

Aku selalu tak bisa berkata apapun jika sudah melihatnya tersenyum begitu manis.

Sehingga aku hanya mengambil undangan itu lalu berlalu pergi.Aku tahu sikapku yang dingin

kepadanya membuat dia benci.

Saat malam itu sebenarnya aku datang dengan membawa sesuatu yang ia suka.

Saat di taman aku melukis daun kering ini dan ia memperhatikanku tanpa aku tahu.

“Aku suka,” Ucapnya sambil tersenyum.

Sontak aku salah tingkah dan tak sengaja aku membuat coretan aneh di wajahku.Hingga

Radisa tertawa begitu lepas.Dan aku tersenyum bodoh saat itu.

Tapi aku dulu begitu pengecut, aku tahu dia cantik dan banyak lelaki yang memberinya

hadiah yang sama cantik dan berharganya seperti dia. Sehingga aku kembali pulang dengan

membawa lukisan itu.

Setiap kali aku melihat keramaian tentu aku akan mengingat dia, sehingga aku pergi ke

bukit tertinggi di selatan Ubud dan aku terbiasa dengan suasana di sana hingga membuatku

nyaman melukis.

Page 31: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Pilihanku untuk pergi dari pesta itu ternyata pilihan yang salah. Ternyata di akhir acara

ulang tahunnya ia memohon pamit untuk pergi melanjutkan studi di Boston kepada teman-

temannya.

Di Sekolah aku sudah tidak melihatnya lagi dan di rumahnya hanya tinggal sepi yang ku

rasa. Dan aku pun hanya bisa pergi ke bukit untuk berteriak “aku menyesal”

Daun kering yang masih ada di saku baju putihku pun aku terbangkan bersama angin

yang berhembus ke arah utara Ubud. Entah kemana daun itu pergi, yang jelas aku harap orang

yang mendapatinya tak bernasib sama sepertiku, ditinggal pergi orang terkasih.

****

Seperti biasa kini Dinda sudah selesai mengisi mata kuliah di kelas seni. Tapi sampai

pembelajaran selesai, ia tak melihat Ragas masuk kelasnya.

Entah mengapa semua itu membuatnya penasaran dan ia pun pergi ke bukit itu lagi. Tapi

nihil, Ragas tak ada di sana. Dinda pun pergi ke pantai Ubud, tapi ia mengurungkan niatnya dan

kembali seperti orang bodoh.

Dinda berjalan pelan di atas jalan hitam yang terpanggang cahaya matahari siang ini.

Ia rindu berjalan kaki di jalan ini, jalan yang lengang dari riuh kendaraan. Yang ia dapati hanya

orang-orang yang berjalan kaki sepulang dari kebun atau sawah. Dan panorama yang terlihat

hanya hektaran sawah dan pohon kelapa.

Ukiran sawah yang berundak-undak di jelajahi oleh wanita itu.Ia tak menyangka langkah

kakinya menuju tempat sejauh ini, jauh dari kota.

Page 32: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Terlihat seorang laki-laki yang sedang memotret pemandangan sawah dengan kamera

hitamnya.

Ketika fokus kameranya memperlihatkan objek seorang wanita yang ia kenal, laki-laki itu

menurunkan kameranya.

Wanita itu menghampiri Ragas dan terlihat senyum di bibirnya.

“Akhirnya ketemu juga,” Ucap Dinda tak menyangka.

“Memangnya ibu mencari saya?Heh, ada perlu apa bu?” Ucap Ragas sambil memutarkan

badannya dan mengambil kembali fokus objek yang akan ia potret.

“S-s-siapa juga yang mencari kamu,” Ucap Dinda terbata-bata karena salah tingkah.

“Saya cuman mau mengingatkan, lain kali kamu harus ikut kelas saya. Sebenci-bencinya

kamu sama saya, jangan sampai kamu membenci mata kuliah saya. Saya cuman sementara di

sini, kamu tenang aja, satu bulan lagi saya akan pergi dari kampus kamu tercinta,”

Mendengar penuturan itu, Ragas berhenti memotret dan ia pun terdiam.

Dinda pun ikut terdiam melihat itu. Kenapa dia diam mendengar aku akan pergi?

Apaaaa?

“Hahaha….hahahaha,” Tawa Ragas membangunkan keseriusan itu.

“Kenapa ketawa?Saya bukan lelucon, Ragas. Setiap kali saya bicara, kamu selalu tertawa

seperti itu,”

Page 33: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Hahaha, ibu adalah dosen yang aneh.Harusnya ibu mengajar di Sekolah Dasar, bukan di

kampus.Hanya karena saya gak ikut kelas ibu, ibu menyusul saya ke sini.Hhahha,” Ucap Ragas

sambil memperhatikan wajah Dinda yang terlihat bodoh karena ditertawakan olehnya.

“Itu…Itu karena saya peduli sama kamu,” Ucap Dinda yang kembali membuat Ragas

terdiam.

Heemmp, pasti dia ngetawain aku lagi.Ucap batin Dinda dan terlihat wajahnya yang

menyesal berkata seperti itu dan siap untuk ditertawakan Ragas.

Ragas mendekati Dinda perlahan.Dinda masih mematung dengan penyesalannya yang

berkata seperti itu.Tanpa Dinda tahu, Ragas telah dekat dengan tubuhnya.

Tuhan, mengapa saat aku melihat wajah wanita ini aku merasa dia mempunyai

magnet?Sehingga saat aku melihat wajahnya, tubuhku seakan ingin mendekatinya.Benak Ragas.

Dinda terbangun dari penyesalannya ketika ia merasakan tangan Ragas menyentuh pipi

kirinya dengan lembut.

Tuhan, mengapa saat aku melihat matanya yang begitu teduh, aku merasa nyaman dan

tenang? Ini sesuatu yang gak wajar, mana mungkin aku jatuh cinta sama orang di bawah

umurku? Tapi aku merasa red evil di hatiku tak berkutik dengan perlakuan yang selalu dia

lakukan padaku.Perlakuan seorang melankolis yang sesuka hatinya.

“Kenapa kamu melakukan ini? Seakan aku boneka bodoh yang selalu kamu perlakukan

sesuka hati,” Ucap Dinda tenang, seakan ia tak mengenal Ragas sebagai muridnya, tapi sebagai

seorang pria.

Page 34: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Ragas masih menyentuh wajah wanita itu dan terlihat matanya yang sendu.Ia pun juga

merasa tak mengenal Dinda sebagai dosennya, tapi sebagai seorang wanita.

“Aku gak bermaksud melakukan itu, aku gak punya niat ngebuat kamu kayak boneka

bodoh, Din. Lalu kenapa kamu peduli sama aku?”

“Yaaa harusnya aku gak peduli, karena aku tahu seorang melankolis kayak kamu pasti

bisa melakukan hal apapun sendiri dan aku………,” Ucap Dinda sambil menunduk, ia tak

sanggup melihat mata sendu itu yang semakin dalam menatapnya.

“Aku minta maaf atas semua perkataanku, aku terlalu sensitive jika mendengar seseorang

menilai lukisanku tanpa memakai hatinya,”

“Ya, aku salah.Karena lukisan kamu yang pertama aku lihat itu. Mengingatkan aku

dengan rasa sakit yang tak pernah termaafkan,”

“Autumn leaf?”

“Iya, sepertinya itu yang aku baca di bawah lukisan daun itu. Daun itu sama seperti daun

yang aku genggam saat dua tahun yang lalu, saat aku kehilangan orang yang aku cintai,”

Ragas pun melepaskan tangannya dari wajah Dinda,ia mundur satu langkah dari Dinda.

“Apa dulu kamu berada di utara Ubud?”

“I-iya,” Ucap Dinda tak mengerti mengapa Ragas bisa tahu hal itu.

Ini mungkin hanya suatu kebetulan, tapi mengapa ia juga kehilangan seseorang yang ia

kasihi dan pernah menggenggam daun itu di tahun dan musim yang sama? Benak Ragas.

Page 35: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Dan yang aku tahu daun itu terbang mengikuti angin ke arah utara Ubud.Masih dalam

benak Ragas.

****

“Din, apa kamu masih harus menyelesaikan skripsi?” Tanya sang ayah.

“Memang kenapa, yah?”

“Ayah harus kembali ke Bandung, ada pekerjaan yang harus ayah selesaikan,”

“Sepertinya aku ikut, yah. Skripsiku belum selesai, tapi aku udah tahu apa yang akan aku

sidangkan, dan untuk penyelesaian sepertinya di Bandung juga bisa,”

“Oh, ya sudah, kalo begitu ayah tunggu sore ini ya. Ayah tahu kamu pasti ingin

berpamitan dulu dengan kenangan bersama Raufa,” Ucap Teno ketika ia melihat kardus yang

sudah dipersiapkan oleh Dinda.

“Iya, ayah selalu saja tahu dan mengerti,” Ucap Dinda sambil tersenyum.

Di kelas…

Ragas gak masuk kelasku lagi. Aaaah apa yang aku pikirkan, Ragas pasti gak peduli aku

akan pergi atau tidak.

“Terimakasih atas bantuan rekan sekalian, dan saya mohon maaf apabila selama ini

perkataan atau perbuatan saya ada yang tidak berkenan,” Ucap Dinda di akhir kalimat

perpisahannya.

****

Page 36: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Sepertinya aku akan mendapat air mata ketulusan itu agak lama, kek,” Ucap Dinda

sambil menahan tangisnya.

“Ya, kakek tahu Tuhan sudah menakdirkan semuanya indah pada waktunya. Dan

waktumu pun akan mempertemukan dengan keindahan itu, entah hari ini atau esok. Tapi kakek

senang red evil itu tak menguasaimu lagi, meskipun charger emosi itu belum terganti dengan air

mata ketulusan, setidaknya kamu bisa berdamai dengan hatimu dulu, dan berjuang bersama

mengusir setan merah itu,”

Setelah Dinda dan ayahnya beranjak pergi. Ragas datang ke kediaman sang kakek.

“Aku tahu hatimu kini memilih seseorang, dan kamu bermaksud menanyakannya

padaku kan?” Ucap dosennya itu.

“Tapi, pak aku masih ragu,”

“Keragu-raguan akan membuatmu seperti orang bodoh dan menyesal. Dinda sudah pergi

untuk pulang ke Bandung, baru saja dia pergi, rasanya belum terlambat seperti dua tahun yang

lalu,”

Tanpa berpikir apa-apa lagi Ragas segera melajukan motornya.Ia melihat mobil merah

kecoklatan itu jauh di hadapannya, tapi tiba-tiba motornya berhenti di tengah jalan.

“Sialan mogok lagi,” Ketus Ragas.

Ia pun segera meninggalkan motornya, dan berlari sekencang mungkin. Di jalan ini

begitu lengang kendaraan umum, sehingga ia tak pikir panjang dan terus berlari hingga melewati

pantai Ubud.

Page 37: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

****

“Siapa orang itu?Kenapa dia diam di tengah jalan?”Ucap Teno

Tak terasa, aku sudah hampir dua bulan di Ubud. Dan baru kali ini aku berani kembali ke

pantai Ubud sendiri dengan membawa kenangan selama lima tahun.

Dinda mulai beranjak pergi setelah puas ia memandangi seluruh sudut pantai Ubud.

Dengan membawa sekotak barang-barang dari Raufa yang ia tinggalkan dulu di Ubud. Dinda

kini membawanya dan membuangnya ke tempat sampah yang berukuran besar.

Terlihat Teno menunggu anaknya di mobil, ia pun mulai melajukan mobil ketika Dinda

beranjak naik.

Ini saatnya aku harus meninggalkan Ubud untuk kedua kalinya.Dimana saat aku ke sini

selalu ada orang-orang yang membuatku bahagia.Terutama kamu Ragas, melankolis berlidah

pedas.

Air mata berjatuhan tanpa diinginkan Dinda.Ia menghapus air matanya dan mencoba

tersenyum ketika ayah menggenggam tangan kanannya.

Mobil itu telah jauh pergi, tak terlihat lagi olehku.Begitu pula dengan wanita itu, dia telah

pergi tanpa mengetahui sesuatu yang ingin aku katakan.

Nafas Ragas masih memburu setelah berlari mengejar mobil itu. Tak terasa air matanya

mengucur, ia pikir itu hanya keringatnya, sehingga ia membiarkannya meluncur sesuka hati di

wajahnya yang memerah.

Dinda melihat orang yang menghalangi jalan mereka.

Page 38: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Siapa orang itu?Kenapa dia diam di tengah jalan?”Ucap Teno yang hampir

membunyikan klakson. Tapi Dinda menahannya, dan ia merasa mengenali orang itu, ia pun ke

luar.

“Ragas!”

Mendengar orang yang memanggilnya, Ragas pun menoleh dan menghampiri orang itu.

Tiba-tiba ia memeluk wanita itu.

“Ragas?” ucapnya tak menyangka.”Jangan perlakukan aku kayak orang bodoh la…..,”

lanjutnya namun terhenti ketika Ragas melepasnya dan memperlihatkan wajahnya.

Dinda menutup mulutnya yang menganga, ia tak percaya melihat tetesan air mata Ragas.

Air mata yang berubah menjadi butiran-butiran berlian yang bersinar menakjubkan, seperti

berlian yang ia lihat pada wanita tua itu, wanita tua yang menyayangi tulus suaminya.

Dinda memeluk Ragas dan akhirnya kini ia yang menangis. Tanpa terdengar sepatah kata

apapun, tanpa terdengar kata seperti di drama televisi. Keduanya hanya bisa merasakan apa kata

hati mereka berdua.

Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya, sehingga aku gak bisa ungkapin kata

cinta seperti biasa orang-orang ungkapkan kepada seorang wanita.Tapi saat ini aku merasa

tenang di pelukan kamu dan mencintaimu adalah suatu hal baru yang berbeda.Ucap hati Ragas.

Bagiku air mata itu sudah cukup membuatku percaya tulusnya kamu mencintaiku.Ucap

hati Dinda.

CLLLLLAAKKK

Page 39: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Tetes air mata ketulusan itu telah mengganti darah yang terisi dalam tabung emosi

di genggaman red evil. Akhirnya tabung itu pecah dan Red evil hilang selama-lamanya dalam

kepulan asap yang imagi.

****

“Saat kamu dan pak Wihardjo ke sini pertama kali, aku ada di balik pohon

kelapa itu, dan jujur aku mendengarkan pembicaraan kalian,”

“Ayah sepertinya aku akan masih di Ubud,” Ucap Dinda via telpon.

“Iya ayah ngerti, asalkan kamu bahagia ayah bahagia, nak,”

Di bukit tertinggi itu….

“Bukannya kamu bilang kalo kamu pulang satu bulan lagi?”Tanya Ragas.

“Iya, tapi aku rasa aku sudah menyelesaikan skripsiku.Jadi, untuk apalagi aku di

Ubud.Iya kan?”

“Hehe, masih tentang skripsi, ya ya skripsi,”

Dinda pun mendekati Ragas, sangat dekat hingga tak ada batas di antara mereka.

“Gak Ragas ini bener, satu minggu lagi aku sidang.Dan… dan mungkin….,”

Ucap Dinda sambil menunduk.

“Mungkin apa?”

“Aku gak akan kembali ke Ubud lagi. Mungkin, aku akan ke sini lagi. Tapi aku

gak tahu pasti itu kapan,” Ucap wanita itu sambil menatap mata penuh tanya itu lekat.

Page 40: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Heyyy jarak Ubud-Bandung bagi aku gak jauh, Din. Aku bisa saat libur semester

pergi ke Bandung, untuk ketemu kamu,”

“Ragas!”Ucap Dinda sedikit meninggi dan kembali menunduk.”Kamu masih

muda, kamu berbakat. Kamu pasti akan mendapat seseorang yang sebaya dan cinta sama kamu,”

“Maksud kamu ngomong kayak gitu?”

“Aku udah tua, Gas.Aku sadar umurku, seharusnya aku sudah menikah.Dan jika

aku masih sama kamu, aku tahu bagi kamu pernikahan itu bukan prioritas,” Ucap Dinda, terlihat

tetes bening yang menumpuk di kelopak matanya.

“Bukan itu kan alasan kamu, Din,”

Dinda terhentak kaget mendengar kata itu. Lalu ia menatap dalam mata teduh

yang kini berjatuhan berlian.

“Saat kamu dan pak Wihardjo ke sini pertama kali, aku ada di balik pohon kelapa

itu, dan jujur aku mendengarkan pembicaraan kalian,”

“Pelukan kamu kemarin hanya ucapan terimakasih, aku tahu.Ucapan terimakasih

karena air mata akulah yang kamu cari, air mata ketulusan itu. Dan yang sebenarnya masih kamu

cintai itu adalah mantan kamu kan? Setelah setan merah itu pergi, kamu hanya mengucapakan

terimakasih dan akhirnya pergi ninggalin……,” Ucap Ragas yang terhenti.

Dinda tak sanggup mendengar apa yang dilontarkan Ragas, karena semua itu

benar. Sehingga wanita itu memeluknya erat.

Page 41: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Dan keduanya hanya menangis tertahan, namun air mata itu tak mau berhenti

malah semakin deras dan membuat keduanya memerah.

Pagi ini berlalu begitu saja dengan cepat dan merangkak tak beraturan.Langit di

angkasa begitu terang tanpa sehelai awan yang menghalanginya.

Kakek melihat air mata kalian berdua berubah menjadi bongkahan berlian.Tapi

hati Dinda masih beku, dengan perginya red evil belum tentu merubah kebekuan itu. Dinda

masih ditahap awal pemulihan, ia belum merasakan cinta putih. Dan kamu Ragas, kakek tahu

hatimu bisa membawa cinta putih itu dan menormalkan kembali hati Dinda.

****

Akhirnya aku harus meninggalkan Ragas.Aku tahu aku egois, aku lebih fokus terhadap

sidangku. Puluhan pesan dan miscall dari Ragas terlihat membanjiri pemberitahuan di ponselku,

setiap hari. Tapi aku tak pernah membalasnya satu pun.Aku sadar aku keterlaluan, aku hanya

memanfaatkan air mata ketulusannya dan membuat dia mencintaiku, lalu aku pergi

meninggalkannya.Aku pikir hatiku yang beku ini lebih kejam dibandingkan hatiku yang

termakan Red Evil.

Dan kakek gak bisa kasih aku jalan ke luar lagi kali ini, seperti saat aku harus

memusnahkan Red Evil. Kakek hanya bilang, waktu yang akan mencairkan hatiku tapi cinta

putih akan meninggalkanmu.

Saat akan sidang berdegup jantungku lebih bergoncang dari saat Ragas mencium

keningku senja itu.

Dan skripsi yang akan aku sidangkan pun mengingatkan aku padanya.

Page 42: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Menurut saya, seni lukis dan karya sastra berupa novel akan sempurna jika dipadukan.

Meski lukisan justru tidak menggambarkan apa yang tertulis dalam novel. Tapi jika kita

balikkan, dari sebuah lukisan akan tercipta sebuah inspirasi pembuatan novel. Maka skripsi saya

kali ini adalah penggambaran lukisan yang kemudian diikuti judul dan cerita novel mengenai

penggambaran dari lukisan tersebut.Terimakasih,” Ucap Dinda tenang di hadapan para dosen

penguji.

Di luar, yang lainnya begitu terlihat senang ketika dinyatakan nilai yang baik.Mereka

memeluk ayah, ibu, dan orang yang spesial baginya.

Aku pun melihat ayah sedang menungguku, ketika aku ke luar, ayah tersenyum

melihatku.Aku mendekatinya dan memeluknya erat, merasakan ketenangan yang selama ini aku

butuhkan setelah ketegangan menyelimuti atmosfer ruangan sidang.

Tak terasa masa kuliah di S1 telah aku jalani hingga kini hari kebanggaan pun

tiba.Dengan memakai pakaian wisuda, aku dan yang lainnya saling bercanda tawa dan

menceritakan semua hal yang telah terjadi sejak ospek hingga kini.Aku pun kini memiliki teman

yang mau berbagi segalanya denganku.

Tapi hatiku merasa aneh, aku harusnya bahagia.Tapi hatiku rasanya telah menipuku

dengan pura-pura gak pernah kenal dan bertemu Ragas.Aku merasa aku merindukannya.

Dan yang membuatku sedih adalah, apakah Ragas masih menyayangiku atau dia telah

membenciku dan seperti yang dikatakan kakek, waktu akan melelehkan hatiku tapi aku akan

kehilangan cinta putihku. Semua itu masih di benakku dan membuatku takut, takut kehilangan

dia. Ragas

Page 43: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

****

“Sayang, kamu udah siap?”Ucap Esa sambil melilitkan seatbelt di kursi mobil

yang Dinda duduki.

“Dua bulan gak ketemu, kamu keliatan beda, Din,” Ucap Esa di acara perpisahan kampus

yang di adakan dua hari setelah wisuda.

“Iya, Sa. Oh, iya aku minta maaf ya dulu aku kadang kasar, kadang baik sama kamu,”

“Iya gak apa-apa.Semua itu udah masa lalu, dan sekarang semuanya mesti berubah. Tapi

satu yang gak akan pernah berubah, Din,”

“Apa yang gak akan berubah?” Tanya Dinda sambil tersenyum, lalu ia menyeruput

minumannya.

“Rasa sayang aku sama kamu, Din,” Ucap Esa sambil mendekap tangan kanan Dinda di

atas meja kantin itu.

Dinda menelan minumannya dan terdiam tanpa ada senyum lagi di bibirnya yang tipis.

Jujur aku juga menyayanginya, karena dulu saat aku pindah universitas, Esa lah yang

membuatku perlahan melupakan Raufa. Aku yang dulu selalu cemburu melihat Esa dengan

wanita lain, menyadarkan aku kalo aku menyukainya.

Entah apa yang terjadi dengan hatiku, hingga aku hanya membalas senyum Esa dengan

senyum termanisku dan membalas dekap tangannya dengan erat.

Hari berlalu terus seiring berjalannya waktu, hingga membuat musim gugur daun-daun di

taman kampus ini kembali. Tak terasa satu tahun sudah aku menjadi asisten dosen di kampusku

Page 44: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

ini.Menjadi asisten seorang dosen yang dulu meremehkanku di bidang sastra. Mungkin memang

benar, roda itu berputar, gak akan selamanya berada di bawah, pasti roda itu akan menggelinding

ke atas. Tapi saat di atas, kita harus sesekali melihat ke bawah, melihat dimana kita pernah di

sana dan mengalaminya. Dan seberapa besar usaha kita melewati fase itu, jika alami kegagalan

ataupun keberhasilan, kita harus berbagi pelajaran berharga itu pada orang lain. Hal itulah yang

coba aku berikan disela-sela aku mengajar, karena aku tahu, ilmu yang bermanfaat itu bukan

hanya membuat orang lain cerdas otak, tapi cerdas hatinya. Terkadang memberikan motivasi

kepada orang lain lebih sulit dibanding mengguruinya.

Ya, keikhlasan, membuang rasa dendam telah aku coba.Dan semua itu aku ambil dari

seorang yang lebih muda dariku. Dia Ragas

Kini dia sedang apa dan keadaannya bagaimana aku tidak tahu. Setelah pesannya tak

pernah aku balas, Ragas tak pernah mengaktifkan lagi nomor handphonenya.

Dan kini aku sadar, aku telah punya sebuah cincin pertunangan di jari manisku.

“Sayang, kamu udah siap?”Ucap Esa sambil melilitkan seatbelt di kursi mobil yang

Dinda duduki.

Ya, Esa tahu kalo aku punya kenangan di Ubud, sehingga ia tahu aku merasa belum siap

memberitahu kakek tentang pernikahanku dengannya.

Tapi ini takdir yang harus aku jalani.

“Ya, aku siap,” Ucapku dengan mantap dan membuatnya tertawa.

****

Page 45: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

“Kamu akan menikah dengannya?” Tanya sang kakek.

“Iya, kek,” Jawab Dinda

“Saya mohon restunya, kek,” Ucap Esa.

Di bukit tertinggi itu, kakek mengajak Dinda mengobrol.Dan kakek meminta Esa untuk

membereskan rumahnya dan jangan menyusul mereka.

“Kakek tahu semua ini akan terjadi. Sekarang hatimu telah mencair karena Esa,”

“Dinda siap, kek kehilangan cinta putih Dinda itu. Yang kakek bilang dulu,” Ucap Dinda

menahan tangis, karena ia mengingat kenangan bersama Ragas di sini.

“Kita manusia hanya bisa menjalani takdir. Seberapa besar cintamu kepada Esa ataupun

Ragas, jika Tuhan sudah punya takdirnya sendiri, semua itu akan terjadi di luar batas rencana

manusia,”

“Setidaknya temuilah dulu Ragas.Esa pasti akan mengerti, kelihatannya dia anak yang

baik,” Ucap kakek, kemudian berbalik untuk pergi, tapi ia ingat sesuatu dan kembali melanjutkan

perkataannya.”Ragas sudah lulus S1, dia bekeja keras agar bisa lulus di tahun kedua.Dia

memang hebat. Sudah satu tahun juga dia mempunyai galeri sendiri dan bekerja sama dengan

seniman kolektor Amerika. Terakhir dia bilang, motivasinya adalah dirimu, mana mungkin dia

menikah denganmu tanpa menafkahimu. Dan selama ini dia berjuang untuk itu,”

Kata-kata kakek membayang-bayangiku dan semua itu membuatku terharu.Sampai saat

aku melihat Galerinya yang cukup besar dan aku tak sanggup melihatnya, tapi dia ada

memperhatikanku dengan matanya yang teduh.

Page 46: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Di sebuah rumah makan, Ragas mengajakku untuk makan siang.

“Aku minta maaf,” kalimat pertama yang aku lontarkan padanya membuat keheningan itu

pudar.

“Hehehehe,” Jawabnya hanya dengan tawa kecil yang selalu membuat Dinda menjadi

orang bodoh.

“Ragas, aku akan menikah,” Ucap Dinda mantap meski disela rasa bersalahnya.Ia pikir

Ragas harus segera tahu.

Mendengar kalimat itu Ragas terdiam dan mulai mengambil segelas jusnya yang akan ia

minum.

“Ragas, aku akan menikah dengan Esa.Aku harap kamu bahagia dengan kesuksesan

kamu. Selamat,” Ucap Dinda, kemudian ia pergi.

Tapi Ragas menahannya berlalu dengan memeluknya.Dinda meronta ingin ke luar dari

dekapan itu.Tapi akhirnya berlian yang terlihat oleh Dinda ke luar dari matanya, membuat Dinda

ikut menangis dan melemah.

“Dulu kamu ucapin makasih sama aku dengan ini kan? Dan kali ini, aku lakukan ini

untuk ucapin makasih sama kamu. Makasih udah pernah jadi cita-cita aku, dan makasih udah

bahagia dengan dia,” Bisik Ragas disela sedunya, lalu ia pun pergi.

Dinda semakin tak bisa mengontrol tangisnya, hingga ia menangis tersedu, tak bisa lagi

ia tahan.

Page 47: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Aku udah pernah bilang aku siap kehilangan cinta putihku.Meski sampai saat ini cinta

putihku itu tulus mencintaiku.Jujur aku gak sanggup kamu berpisah denganku dengan kata-kata

itu.Kata-kata yang justru membuat aku menyesal.Menyesal melewatkanmu Ragas. Benak Dinda

sambil matanya tak berhenti memperhatikan langkah Ragas yang berlalu dengan

mobilnya,hingga tak terlihat lagi dari kaca Restaurant itu.

****

Daun kering itu berguguran pada musimnya.Gugur selalu bersama

kesedihanku.Gugur di atas tempat peristirahatan terakhirnya.

BRRRRRUUUUUKKKKK

Orang-orang diseluruh sudut jalan berlari untuk melihat apa yang terjadi, bahkan

pengunjung Restaurant ke luar ketika mendengar terjadi kecelakaan dan pengemudi meninggal

di tempat.

“Ragas!!” Hentak Dinda was-was sambil berlalu ke luar untuk melihat kejadian itu.

Mobil yang dikenali Dinda hancur tak berbentuk lagi, dan truk yang bertabrakkan pun

hancur dan jatuh ke jurang.Ia pun masuk di antara kerumunan orang-orang itu. Dan begitu

terkejut melihat sosok mayat yang tergeletak penuh darah dan di antara serpihan kaca.

Air mata ku gak sanggup lagi ke luar, lututku melemas hingga aku gak sanggup

berdiri.Roboh sudah badanku di antara serpihan kaca itu.Wajahnya yang selama ini aku

rindukan, tertutup dengan balutan darah.Tangannya yang selama ini memelukku, terlentang tak

berdaya.Dan semuanya gelap.

Page 48: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya

Daun kering itu berguguran pada musimnya.Gugur selalu bersama kesedihanku.Gugur di

atas tempat peristirahatan terakhirnya.

Terlihat Dinda yang mulai belajar kembali ikhlas merelakan kepergian orang yang selalu

ada di hatinya.

Kakek, ayah, dan yang lain telah pergi meninggalkan Dinda sendiri. Ia mengelus batu

nisan itu lembut di antara reruntuhan daun-daun yang berguguran.

Seorang laki-laki duduk di dekat Dinda yang masih membersihkan batu nisan itu dari

daun-daun kering.

“Ini cincin milik Esa, Din.Polisi sudah memperbolehkan kamu membawa barang-barang

Esa, termasuk cincin ini,” Ucap Ragas sambil memberikan cincin itu.

Dinda yang mulai mereda kembali menangis di pelukan Ragas tanpa mengambil cincin

itu.

Ragas pun mengelus rambut Dinda lembut dan tangan kanannya menggenggam cincin itu

dengan kuat.

Esa, semoga kamu tenang di alam sana. Jangan khawatirkan Dinda, aku berjanji akan

selalu menjaganya hingga aku dan Dinda menyusulmu di keabadian. Benak Ragas

Kakek benar, kita manusia hanya bisa merencanakan dan menjalani takdir yang sudah

digoreskan Tuhan.Entah itu cinta ataupun kehidupan. Seperti daun-daun kering yang sudah

pasrah menjalani takdirnya untuk gugur di musim yang sama setiap tahunnya.

THE END…

Page 49: AUTUMN LEAF...apa yang dilihatnya malam ini begitu sama dengan mimpinya malam kemarin. Tapi yang berbeda adalah wanita yang disematkan cincin oleh Raufa.Ternyata dia Mega, sahabatnya