audit atas aktiva tetap

41
Audit Atas Aktiva Tetap Tugas Auding 2 Oleh : Ahmad Tarmizi Antivah Dwiningsih Dona Mariana Meilya Yessy Taufik Handoko Yoyon Apriadi Jurusan Akuntansi

Upload: izulham-hidayat

Post on 26-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Audit Atas Aktiva Tetap

TRANSCRIPT

Page 1: Audit Atas Aktiva Tetap

Audit Atas Aktiva Tetap

Tugas Auding 2

Oleh :

Ahmad Tarmizi

Antivah Dwiningsih

Dona Mariana

Meilya Yessy

Taufik Handoko

Yoyon Apriadi

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Riau

2014

Page 2: Audit Atas Aktiva Tetap

Kata Pengantar

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah

memberikan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang

berjudul “ Audit atas Aktiva Tetap “.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 2. yang dibimbing

oleh ibu Arumega Zarefar SE. Mak. Akt. Untuk itu dari penulis berharap semoga makalah ini

bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kritik dan saran penulis harapkan untuk

kesempurnaan makalah ini.

WASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Pekanbaru, 04 April 2014

Penulis

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

Page 3: Audit Atas Aktiva Tetap

1.1 Latar Belakang

Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh

laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat mempertahankan

kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu investasi tersebut adalah

aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai

umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang

efektif dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.

Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat

dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode

penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang telah diterapkan oleh

perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun yang disebabkan

karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tersebut.

Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam jumlah

keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva tetap

menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya pada

penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup

perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan

pengungkapannya dalam laporan keuangan.

Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva

tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu

mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan. Namun

untuk mendapatkan rincian yang baik terhadap aktiva tetap, diperlukan pengendalian

terhadap aktiva berupa pengujian substantif.

1.2 Rumusan Masalah

Page 4: Audit Atas Aktiva Tetap

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari penulisan makalah ini sebagai

berikut:

         Apakah yang dimaksud dengan aktiva tetap dan bagaimana penggolongan aktiva tetap?

         Apa saja transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap?

         Apa perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar?

         Apa perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva lancar ?

         Bagaimana prosedur audit aktiva tetap?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut :

         Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan penggolongan aktiva tetap.

         Untuk mengetahui dan memahami bentuk transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap.

         Untuk mengetahui dan memahami perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar.

         Untuk mengetahui dan memahami perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva

lancar.

         Untuk mengetahui dan memahami prosedur audit aktiva tetap.

BAB II

LANDASAN TEORY

2.1 Definisi Aktiva Tetap

Page 5: Audit Atas Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual

belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umumnya lebih dari

satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.

Sifat pertama dari aktiva tetap adalah bahwa maksud perolehannya bukan untuk dijual

belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Sifat ini lah yang

membedakannya dari persediaan barang ( inventory ). Contoh : mobil yang diperdagangkan

oleh dealer mobil merupakan persediaan barang sedangkan mobil yang dipakainya untuk

antar jemput pegawai merupakan aktiva tetap.

Sifat kedua dari aktiva tetap adalah umurnya yang lebih dari satu tahun. Karena sifat

inilah maka kita mengenal unsur penyusutan dalam aktiva tetap. Penyusutan tidak lain dari

pada alokasi biaya tetap tersebut dalam masa umur aktiva tetap yang bersangkutan.

Didalam literatur dan peraktik akuntansi, aktiva yang mempunyai sifat pertama dan

kedua tersebut diatas sudah dianggap sebagai aktiva tetap. Akibatnya, semua aktiva yang

digunakan dalam kegiatan perusahaan dan berumur lebih dari satu tahun langsung dijadikan

aktiva tetap ( istilahnya adalah : dikapitalisasi ). Contoh : sapu dan gelas minum yang dipakai

dikantor ikut dikapitalisasi.

Mengkapitalisasi aktiva yang tidak besar jumlahnya sebenarnya tidaklah bijaksana.

Setiap aktiva harus diadministrasikan dengan cara tertentu, misalnya harus ada kartu aktiva

tetap, penyusutan harus dihitung secara berkala misalnya satu bulan sekali, dan harus ada

inventarisasi atas aktiva tetap, misalnya setahun sekali. Penatausahaan aktiva tetap ini

memakan waktu dan biaya sedangkan biaya ini mungkin melebihi biaya “ ativa tetap “ yang

kecil.

Oleh karena itu untuk digolongkan sebagai aktiva tetap, suatu aktiva juga harus

mempunyai sifat ketiga yaitu : yakni bahwa pengeluaran tersebut harus merupakan

pengeluaran yang besar bagi perusahaan tersebut. Dengan kata lain, suatu perusahaan harus

Page 6: Audit Atas Aktiva Tetap

mempunyai kebijakan kapitalisasi yang menetapkan jumlah minimum pengeluaran yang

dapat dikapitalisasi. Ini berarti bahwa pengeluaran dibawah jumlah minimum tersebut harus

dibebankan kerugi laba tahun yang berjalan.

Setiapa perusahaan tentunya mempunyai kebijaksanaan kapitalisasi tersendiri, karena

material untuk suatu perusahaan belum tentu material untuk perusahaan yang lain. Contoh :

sebuah mesin tik dalam suatu biro perjalanan yang kecil mungkin sangat material jumlah nya

sedangkan mesin tik yang sama langsung harus dibebankan kerugi-laba dalamsuatu

perusahaan tambang.

Disamping pengertian aktiva tetap, didalam pembicaraan sehari-hari sering dikenal

istilah barang/ harta tak bergerak yang merupakan lawan dari barang/harta tak bergerak.

Harta tak gerak tidak sama dengan aktiva tetap. Istilah barang gerak dan barang tak gerak

merupakan istilah hukum.

Dari uraian diatas jelas bahwa barang tak gerak mungkin merupakan aktiva tetap tapi

mungkin juga tidak. Contoh : tanah tempat usaha merupakan barang tak gerak dan aktiva

tetap, sedangkan kalau tanah tersebut diperjual belikan, maka ia merupakan barang tak gerak

tapi bukan aktiva tetap.

Aktiva tetap dapat dibagi atas tiga kelompok, yakni :

1.      Aktiva tetap yang dicantumkan berdasarkan harga perolehannya, tanpa disusutkan atau

dideplesi, misalnya : tanah dimana gedung kantor atau suatu pabrik terletak.

2.      Aktiva tetap yang disusutkan, misalnya gedung, mesin-mesin, perabot kantor, dll.

3.      Aktiva tetap yang dideplesi misalnya tanah-tanah pertambangan.

2.2 Tujuan Pemeriksaan Aktiva Tetap

Dalam suatu pemeriksaan umum, pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai tujuan

sebagai berikut :

Page 7: Audit Atas Aktiva Tetap

1.      Untuk menentukan bahwa aktiva tersebut memang ada.

2.      Untuk menetapkan hak milik atas aktiva tetap dan apakah aktiva tersebut dijadikan jaminan.

3.      Untuk menentukan apakah penilaian aktiva tersebut adalah sesuai dengan prinsip akuntansi

indonesia.

4.      Untuk menentukan apakah penyusutan telah sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia dan

apakah ia telah diterapkan secara konsisten.

2.3 Pengendalian Intern

Unsur-unsur utama dari sistem pengendalian intern atas aktiva tetap adalah :

1.      Adanya budget untuk pengeluaran bagi aktiva tetap yang disetujui oleh pejabat yang

berwenang. Persetujuan ini biasanya dilakukan dalam berbagai tingkat tergantung dari jenis

dan harga aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh : pembelian mesin pabrik yang baru harus

mendapat persetujuan dari dewan komisaris terlebih dahulu sedangkan pembelian mesin tik

atau mesin hitung cukup dengan persetujuan kepala bagian yang membutuhkan perlengkapan

tersebut dan direktur keuangan, dst.

2.      Adanya kebijaksanaan kapitalisasi secara tertulis, yakni yang membedakan antara

pengeluaran yang dianggap sebagai aktiva tetap dan pengeluaran bukan aktiva tetap.

3.      Kebijaksanaan mengenai penjualan aktiva tetap, prosedur pem-besi-tuan aktiva tetap, dan

pemindahan suatu aktiva tetap dari suatu bagian kebagian yang lain, atau dari suatu lokasi

kelokasi yang lain atau dari suatu anak perusahaan keanak perusahaan lain.

4.      Adanya kartu-kartu aktiva tetap dan inventarisasi atas aktiva tetap secara berkala

5.      Adanya pengendalian dan pengawasan atas aktiva-aktiva kecil dibawah tanggung jawab

pejabat tertentu.

6.      Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena kabakaran atau bencana

lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri.

Page 8: Audit Atas Aktiva Tetap

2.4 Program Pemeriksaan

1.      Minta dari langganan suatu daftar utama mengenai aktiva tetapnya dengan informasi yang

berikut :

Perubahan dalam tahun bertajan

Harga perolehan

31 des sebelumnya

Penambahan Pengurangan 31 des tahun berjalan

Tanah Gedung Mesin

XxxXxxxxx

XxxXxxxxx

XxxXxxxxx

XxxXxxXxx

Total A B C DAkumulasi Penusutan Tanah Gedung Mesin

XxxXxxxxx

XxxXxxxxx

XxxXxxxxx

XxxXxxXxx

Total E F G H

Bandingkan total A dan E dengan angka dalam kertas kerja tahun yang lalu dan lakukan

footing dan crossfooting.

2.      Periksa tambahan-tambahan atas aktiva tetap dalam tahun berjalan( yang jumlahnya dalah

B ) mengenai hal-hal yang berikut :

a.       Apakah tambahan aktiva tersebut benar ada. Ini dapat dilakukan dengan melihat sendiri

adanya tambahan tersebut.

b.      Adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang dan melalui prosedur yang telah

ditetapkan.

c.       Bahwa tambahan tersebut dicatat dengan harga perolehan dan kalau dibeli dengan mencicil,

seluruh harga aktiva tersebut telah dicatat dan bagian yang belum dilunasi dicatat sebagai

hutang.

d.      Kelengkapan surat-surat atau dokumen pemilikan, misalnya sertifikat tanah dan akte jual beli

tanah, BPKB, dan lain-lain.

Page 9: Audit Atas Aktiva Tetap

3.      Periksa pengurangan-pengurangan aktiva tetap dalam tahun berjalan ( yang berjumlah total C

), khususnya mengenai :

a.       Persetujuan atau otorisasi atas pengurangan aktiva tetap tersebut misalnya persetujuan untuk

menjual aktiva tetap itu atau untuk menjadikan aktiva tersebut sebagai besi tua.

b.      Kebenaran perlakuan akuntansi, misalnya dalam penetapan untung atau rugi karena

penjualan aktiva tersebut dan penyusutan sampai saat penjualan. Ini juga meliputi

pemeriksaaan atas total G.

4.      Periksa tambahan atas cadangan penyusutan ( yang berjumlah total F ). Ini tidak lain

merupakan pemeriksaan perhitungan penyusutan. Yang harus diperhatikan disini adalah

konsistensi pemakaian metode penyusutan, misalnya kalau tahun lalu menggunakan metode

penyusutan dengan presentase tetap atau metode garis lurus, maka metode ini pula yang harus

ditetapkan tahun ini. Juga taksiran umur yang sama harus digunakan untuk aktiva yang

bersangkutan.

5.      Seperti penjelasan no 1, akuntansi dapat juga meminta perincian dari masing-masing jenis

aktiva tetap. Ini dapat berupa daftar lengkap aktiva yang bersangkutan atau suatu daftar/

perincian tambahan dan pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang berjalan, jika

digabungkan dengan kertas kerja tahun lalu dapat merupakan daftar lengkap aktiva tetap

sampai dengan akhir tahun berjalan. Jika daftar ini sudah diperoleh, bandingkan informasi

dalam daftar ini dengan kartu-kartu aktiva tetap yang bersangkutan. Bandingkan angka total

dalam perincian aktiva tetap tersebut dengan angka dalam buku besar yang bersangkutan.

6.      Periksa asuransi atas aktiva yang bersangkutan, khususnya mengenai nilai pertanggungan,

premi asuransi, orang atau badan yang mendapatkan ganti kerugian, jenis asuransi, dan

apakah polis asuransi masih dalam masa berlakunya. Badan yang akan mendapatkan ganti

rugi belum tentu langganan yang mempunyai aktiva tersebut, misalnya jika aktiva tersebut

Page 10: Audit Atas Aktiva Tetap

juga dijadikan barang jaminan pada bank. Dalam hal ini biasanya bank meminta agar bank

yang menjadi badan yang akan menerima ganti rugi.

7.      Pada pemeriksaan aktiva tetap sebenarnya sekaligus kita dapat memeriksa perkiraan rugi laba

yang bersangkutan, misalnya :

a.       Biaya penyusutan dan akumulasi penyusutan

b.      Untun g atau rugi karena penjualan aktiva tetap

c.       Kerugian karena pem-besi-tuan aktiva tetap

d.      Kerugian karena bencana yang memusnakan aktiva tetap dan ganti rugi dari perusahaan

asuransi

e.       Biaya reparasi mesin-mesi.

8.      Kalau perusahaan juga mempunyai hutang terutama hutang jangka panjang, ada

kemungkinan sebagian atau seluruh aktiva tetap dijadikan jaminan. Hal ini dapat diketahui

misalnya dari perjanjian kredit atau pada waktu pemeriksaan dokumen hak milik, ternyata

dokumen ini tidak ada dan katanya disimpan oleh pemberi kredit. Jika aktiva tetap dijadikan

jaminan maka prosedur yang berikut harus dijalankan :

a.       Pengiriman permintaan pengukuhan saldo (permintaan konfirmasi ) kepada pemberi kredit,

lengkap dengan permintaan daftar barang jaminan yang ditahan oleh pemberi kredit.

b.      Pinjam polis asuransi dan lihat ada atau tidaknya banker’s clause yang menetapkan bahwa

bank menjadi badan yang akan menerima ganti rugi.

c.       Catat syarat barang jaminan untuk dicantumkan dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan

sebagai disclosure dan dalam surat pernyataan pelanggan.

d.      Kalau aktiva tetap itu dihipotekkan, lakukan pemeriksaan kadaster, yaitu dengan meminta

keterangan tertulis tentang status aktiva tersebut dari kantor pendaftaran tanah.

2.5 Penyajian Aktiva Tetap Dalam Ikhtisar Keuangan

Page 11: Audit Atas Aktiva Tetap

1)      Sebaiknya digunakan istilah akumulasi penyusutan dan biaya penyusutan daripada

menggunakan istilah penyusutan saja baik untuk pos neraca maupun pos rugi laba.

2)      Akumulasi penyusutan hendaknya disajikan sebagai pengurangan atas harga perolehan,

sehingga nilai buku dapat dilihat langsung dari neraca. Ada beberapa perusahaan yang

mencantumkan akumulasi penyusutan disebelah kredit neraca dan bukan sebagai

pengurangan dari biaya perolehan aktiva tetap tersebut. Kalau hal ini dilakukan, hendaknya :

a.       Neraca sebelah kiri jangan disebut aktiva dan yang disebelah kanan jangan disebut pasiva

melainkan disebut debet dan kredit. Hal ini disebabkan karena dalam sisi debet dari nerac,

aktiva tetap dinyatakan dalam bentuk harga perolehan tanpa dikurangi akumulasi penyusutan,

sehingga untuk disebut aktiva sisi debet neraca sebenarnya terlalu tinggi ( Overstated ). Juga

akumulasi penyusutan yang diletakkan disebelah kredit neraca bukanlah merupakan hutang

atau modal, meskipun bersaldo kredit.

b.      Cadangan penyusutan hendaknya jangan ditaruh dibawah modal atau laba yang ditahan. Hal

ini mungkin akan menimbulkan salah pengertian seolah-olah direksi menyisihkan pendapatan

atau laba yang ditahan ( seolah-olah merupakan appropriation dari retained earning ).

3)      Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca atau dalam catatan mengenai

ikhtisar keuangan. Dasar penelitian yang dapat diterima adalah dasar harga perolehan.

Penilaian kembali tidak sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia.

4)      Metode penyusutan yang digunakan juga harus dicantumkan dalam neraca atau catatan

ikhtisar keuangan.

5)      Kebijaksanaan kapitalisasi harus dicantumkan dalam ikhtisar keuangan atau catatan

mengenai ikhtisar keuangan.

6)      Barang-barang yang dijadikan jaminan harus dicantumkan dalam catatan mengenai ikhtisar

keuangan.

Page 12: Audit Atas Aktiva Tetap

7)      Aktiva tetap yang sudah tidak dipakai karena sudah tua atau secara ekonomis tidak dapat lagi

digunakan, tidak boleh dicatat sebagai aktiva tetap dan harus dicatat sebagai aktiva lain

dengan harga besi tua ( salvage value ).

2.6 Masalah-masalah Khusus

1)      Sering terjadi bahwa aktiva tetap dibeli dari atau dibuat oleh perusahaan yang masih

berafiliasi dengan perusahaan/ pelanggan yang diperiksa. Contoh: PT. ABC yang mendapat

kredit investasi dari suatu bank untuk mendirikan hotel, kemudian membuat suatu perusahaan

pemborong bangunan ( PT. DEF ) atau PT. PQR yang merupakan suatu usaha patungan

( Joint venture ) antara sebuah perusahaan indonesia dengan suatu perusahaan asing.

Perusahaan asing ini mensupply aktiva tetap dan aktiva tersebut mungkin barang bekas pakai

yang diperbaiki kemudian dikirim ke Indonesia.

Dalam kedua contoh ini ada masalah penetapan harga perolehan yang wajar karena pihak

yang mensupply aktiva tetap tersebut masih berafiliasi dengan perusahaan yang diperiksa.

Dalam bahas inggris transaksi ini disebut related party transaction atau transaksi yang tidak

at arm’s length.

Dalam hal ini harus ada penjelasan ( disclosure ) dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan

tentang jenis dan besarnya transaksi tersebut.

2)      Didalam pembahasan prosedur pemeriksaan, disebutkan bahwa akuntan harus melihat

adanya aktiva yang bersangkutan untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa aktiva tersebut

memang ada. Kalau aktiva ini hanya sekedar gedung, mesin tik atau suatu kendaraan

bermotor, hal ini masih mudah, kesukaran sering timbul karena aktiva yang ingin dilihat

merupakan suatu perlengkapan yang tidak begitu dikenal oleh akuntan, sehingga kita tidak

dapat memastikan bahwa barang yang kita lihat memang sungguh-sungguh barang yang

hendak dilihat.

Page 13: Audit Atas Aktiva Tetap

Kalau barang tersebut mempunyai catatan teknis yang juga tercetak pada perlengkapan yang

bersangkutan maka ia dapat membandingkan catatan yang ada pada dokumen pembelian

dengan catatan pada perlengkapan. Kalau sistem pengendalian intern dapat dipercaya,

akuntan dapat mencocokkan nomor aktiva tetap berdasarkan register atau kartu aktiva

langganan. Kalau akuntan masih tidak puas ia dapat menggunakan tenaga ahli dalam

lapangan yang bersangkutan.

3)      Selain transaksi pembelian yang tidak at arm’s length seperti kasus no 1, mungkin juga ada

transaksi penjualan aktiva tetap yang dilakukan tidak at arm’s length , misalnya penjualan

rumah instansi pada seorang direktur.

Dalam hal ini akuntan harus melihat prosedur dan kebijakansanaan intern dalam menjual

aktiva pada direkturnya. Akuntan harus sangat berhati-hati kalau peristiwa tersebut terjadi

pada perusahaan yang dijalankan oleh orang-orang yang bukan menjadi pemilik modal,

karena transaksi seperti itu mungkin hanya menguntungkan pribadi direktur tersebut.

Kenyataan yang dapat lebih mencurigakan akuntan dalam hal prosedur intern tidak jelas ialah

kalau sebelum rumah tersebut dijual, rumah tersebut diperbaiki lebih dulu dan biaya

perbaikan dibebankan pada perusahaan sedang harga jual dilakukan dengan nilai buku yang

sudah rendah.

4)      Sering dilihat bahwa aktiva tetap dibeli dengan harga yang terlalu tinggi dibandingkan

dengan harga yang umum berlaku untuk barang tersebut pada waktu itu dan ditempat yang

sama. Kesulitannya disini adalah bahwa unsur komisi atau kick back yang telah menambah

harga aktiva tetap tersebut tidak dapat dibuktikan oleh akuntan.

Pimpinan perusahaan atau dewan komisaris seharusnya diberi tahu mengenai keadaan ini,

tetapi bukan dengan pemberitahuan bahwa ada unsur komisi atau kick back melainkan

adanya barang yang dibeli dengan harga yang lebih tinggi. Disini harga pasaran umumnya

dan sumber harga tersebut sebaiknya juga dicantumkan. Kalau barang-barang tersebut dapat

Page 14: Audit Atas Aktiva Tetap

ditenderkan dan pembelian tersebut dilakukan tanpa tender hal ini juga harus dicantumkan

dalam surat komentar akuntan.

5)      Didalam salah satu prosedur pemeriksaan diatas disebutkan bahwa akuntan harus menelaah

jumlah pertanggungan asuransi untuk menentukan apakah jumlah pertanggungan itu cukup,

kurang atau bahkan lebih. Hal ini bukanlah hal yang mudah, dan sangatlah tidak bijaksana

untuk menentukan kecukupan jumlah pertanggungan asuransi dengan sekedar

membandingkan nilai buku aktiva tetap itu dengan jumlah pertanggungannya atau dengan

membandingkan jumlah pinjaman ( misalnya dari bank ) dengan jumlah pertanggungannya.

Membandingkan nilai buku dengan jumlah pertanggungan mempunyai kelemahan sebagai

berikut :

a.       Nilai buku tidak mencerminkan harga atau nilai aktiva yang bersangkutan. Misalnya, jika

aktiva tetap tersebut sudah disusutkan penuh, nilai bukanya nol. Perbandingan antara jumlah

pertanggungan dengan nilai buku dapat memberi kesan seolah-olah jumlah pertanggungan

terlalu besar.

b.      Misalkan aktiva tetapnya masih baru sehingga nilai buku masih menggambarkan nilai aktiva

tetap. Membandingkan nilai buku dengan jumlah pertanggungan belum tentu memberikan

gambaran mengenai kecukupan jumlah pertanggungan. Contoh : dalam industri tekstil, harga

bangunan yang sangat tinggi disebabkan karena perlunya fondasi bangunan yang khusus.

Kalau terjadi kebakaran ditaksir fondasi ini masih tetap dapat dipertahankan sehingga tidak

perlu jumlah pertanggungannya sama dengan nilai buku aktiva baru.

Membandingkan nilai buku dengan persyaratan kredit bank juga tidak selalu tepat. Bank

misalnya dapat mensyaratkan jumlah barangg jaminan 150% dari jumlah debetstand hutang

dan karenanya jumlah pertanggungan juga dibuat 150% dari debetstand. Jumlah

pertanggungan ini mungkin cukup, mungkin kurang atau mungkin juga berlebihan, karena

Page 15: Audit Atas Aktiva Tetap

jumlah pertanggungan yang cukup tidaklah mempunyai hubungan langsung dengan

persyaratan kredit bank.

6)      Dimuka disebutkan bahwa nilai aktiva tetap yang sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia

adalah harga perolehan atau harga historis. Kalau pemegang saham mempunyai gedung yang

mempunyai harga historis Rp. 2.500.000 tapi bernilai Rp. 25.000.000 pada saat ini, gedung

tersebut dujadikannya sebagai penyetoran modal, ia tentu saja dapat mengatakan bahwa

penyetoran modal nya bernilai Rp. 25.000.000 dan bukan Rp. 2.500.000. dalam hal ini dari

segi si pemegang saham harga Rp. 25.000.000 adalah harga penilaian kembali ( appraised

value ) tapi untuk PT harga Rp. 25.000.000 dalah harga perolehan. Sehingga kalau kita

memeriksa PT tadi, penilaian aktiva tetapnya adalah sesuai dengan prinsip akuntansi

indonesi. Tapi disini perlu ada catatan mengenai related Party transaction tersebut.

7)      Penyusutan aktiva tetap berdasarkan prinsip akuntansi belum tentu sama dengan umur aktiva

yang disebutkan dalam peraturan perpajakan. Akuntan atau pembantunya harus menyusun

suatu kertas kerja yang merekonsiliasi penyusutan menurut prinsip akuntansi dan penyusutan

untuk keperluan pajak.

2.7 Pengujian Subtantif Atas Saldo Aktiva Tetap

Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan atas aktiva

perusahaan atau organisasi yang mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun. Aktiva-

aktiva yang termasuk dalam katagori ini antara lain, tanah, bangunan, jalan, jembatan,

bangunan air, instalasi dan jaringan, mesin, peralatan, kendaraan, serta mebel. Aktiva tersebut

tidak akan habis dalam waktu satu tahun. Rekening nominal yang berkaitan erat dengan

aktiva tetap adalah biaya depresiasi, perbaikan, dan sewa gedung atau aktiva lainnya.

Aktiva tetap sering kali merupakan komponen terbesar dari total aktiva dalam neraca

perusahaan atu organisasi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap merupakan

Page 16: Audit Atas Aktiva Tetap

faktor yang material dalam laporan rugi laba. Pemeriksaan terhadap aktiva tetap memakan

waktu dan biaya yang relatif labih sedikit dibandingkan dengan pemeriksaan aktiva lancar.

Dalam audit atas aktiva tetap , auditor harus memisahkan pengujian kedalam katagori

berikut :

1)      Melaksanakan prosedur analitis

Jenis prosedur analitis tergantung pada sifat operasi klien. Prosedur analitis untuk aktiva tetap

:

Prosedur analitis Salah saji yang mungkin Membandingkan beban penyusutan yang dibagi dengan biaya aktiva tetap kotor dengan tahun sebelumnya

Salah saji beban penyusutan dan akumulasi penyusutan

Membandingkan akumulasi penyusutan yang dibagi dengan biaya aktiva tetap kotor dengan tahun sebelumnya

Salah saji akumulasi penyusutan

Membandingkan reparasi dan pemeliharaan bulanan atau tahunan, beban perlengkapan, beban peralatan kecil, dan akun-akun serupa dengan tahun sebelumnya

Membebankan jumlah yang harus dikapitalisasi

Membandingkan biaya manufaktur kotor yang dibagi dengan beberapa ukuran produksi dengan tahun sebelumnya

Peralatan yang menganggur atau peralatan yang disingkirkan tetapi belum dihapus

2)      Memverifikasi akuisisi tahun berjalan

Perusahaan harus mencatat penambahan selama tahun berjalan dengan benar karena aktiva

memiliki pengaruh jangka panjang terhadap laporan keuangan. Kegagalan untuk

mengkapitalisasi aktiva tetap, atau mencatat akuisisi pada jumlah yang salah, akan

mempengaruhi neraca sehingga perusahaan melepas atau membuang aktiva itu. Laporan laba

rugi juga akan terpengaruh hingga aktiva itu telah sepenuhnya disusutkan.

Karena pentingnya akuisis periode berjalan dalam audit aktiva tetap, auditor menggunakan

tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sebagai kerangka referensi bagi

pengujian atas rincian saldo: (1) eksistensi (2) kelengkapan (3) keakuratan (4) klasifikasi (5)

pisah batas (6) detail tie-in (7) serta hak dan kewajiban.

Page 17: Audit Atas Aktiva Tetap

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan pengujian audit yang umum ditunjukkan

pada tabel dibawah ini :

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo

Pengujian atas rincian saldo yang umum

Komentar

Akuisisi tahun berjalan dalam skedul akuisisi sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya sama dengan buku besar umum (detail tie-in)

Memfooting skedul akuisisi. Menelusuri setiap akuisisi ke file induk untuk melihat jumlah an deskripsinya.Menelusuri total kebuku besar umum.

Memfooting skedul akuisisi dan menelusuri setiap akuisisi yang harus dibatasi kecuali pengendaliannya lemah.Semua kenaikan saldo buku besar umum selama tahun tersebut harus direkonsiliasi dengan skedul

Akuisisi tahun lalu berjalan seperti yang tercantum dalam daftar memang ada (eksistensi)

Memeriksa faktur vendor dan laporan penerimaan.Memeriksa aktiva secara fisik.

Bukanlah hal yang umum untuk memeriksa secara fisik aktiva yang diperoleh kecuali pengendaliannya lemah atau jumlahnya meterial

Akuisisi yang ada telah dicatat (kelengkapan)

Memeriksa faktur vendor yang berhubungan erat dengan akun seperti reparasi dan pemeliharaan untuk mengungkapkan item-item yang akan menjadi aktiva tetap.Mereview perjanjian lease dan sewa.

Tujuan ini merupakan salah satu yang paling penting untuk aktiva tetap

Akuisisi tahun berjalan yang ada dalam daftar sudah akurat. (keakuratan)

Memeriksa vendor Luasnya tergantung pada resiko inheren dan efektifitas pengendalian internal.

Akuisisi tahun berjalan yang ada dalam daftar telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)

Memeriksa faktur vendor dalam akun aktiva tetap untuk mengungkapkan item-item yang harus diklasifikasikan sebagai aktiva tetap kantor, pabrik, dll.Memeriksa faktur vendor yang berhubungan erat dengan akun seperti reparasi untuk mengungkapkan item-

Tujuannya berkaitan erat dengan pengujian untuk kelengkapan. Hal ini dilakukan dalam kaitannya dengan tujuan tersebut dan pengujian untuk keakuratan.

Page 18: Audit Atas Aktiva Tetap

item yang akan menjadi aktiva tetap. Memeriksa beban sewa dan lease untuk lease yang dapat dikapitalisasi.

Akuisis tahun berjalan dicatat pada periode yang benar (pisah batas).

Mereview transaksi yang mendekati tanggal neraca pada periode yang benar.

Biasanya dilakukan sebagai bagian dari pengujian pisah batas utang usaha.

Klien memiliki hak atas akuisisi tahun berjalan (hak)

Memeriksa faktur vendor

Biasanya tidak ada masalah untuk aktiva tetap.Akte properti, aktiva tidak berwujud, dan tagihan pajak sering kali diperiksa untuk tanah dan bangunan utama.

Titik awal untuk memverifikasi akuisisi tahun berjalan umumnya merupakan sebuah skedul

yang diperoleh dari klien menyangkut semua akuisisi yang dicatat pada akun aktiva tetap

dibuku besar umum selama tahun tersebut. Klien memperoleh informasi ini dari file induk

aktiva tetap. Skedul yang tipikal memuat deskripsi, notasi apakah barang tersebut baru atau

bekas, umur aktiva untuk tujuan penyusutan, metode penyusutan, dan biaya atau harga

perolehannya.

3)      Memverifikasi pelepasan tahun berjalan

Transaksi yang melibatkan pelepasan aktiva tetap sering kali disalahsajikan apabila

pengendalian internal perusahaan tidak memiliki metode formal untuk memberi tahu

manajemen tentang penjualan, tukar tambah, pengabaian, atau pencurian mesin dan peralatan

yang tercatat. Jika klien lalai mencatatpelepasan, biaya awal akun aktiva tetap akan

dinyatakan terlalu tinggi, dan nilai buku bersih akan dinyatakan terlalu tinggi hingga aktiva

telah disusutkan sepenuhnya. Metode formal untuk menelusuri pelepasan dan provisi

menyangkut otorisasi yang tepat atas penjualan atau pelepasan aktiva akan membantu

mengurangi resiko salah saji. Juga harus ada verifikasi internal yang memadai atas pelepasan

Page 19: Audit Atas Aktiva Tetap

yang tercatat untuk memastikan bahwa aktiva telah dihapus dengan benar dari catatan

akuntansi.

Tujuan utama auditor dalam memverifikasi penjualan, tukar tambah, atau pengabaian

aktiva tetap adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup bahwa semua pelepasan telah

dicatat dan pada jumlah yang benar. Titik awal untuk memverifikasi pelepasan adalah skedul

klien yang berisi catatan tentang pelepasan itu. Skedul tersebut umumnya mencantumkan

tanggal kapan aktiva dilepas atau dibuang, nama orang atau perusahaan yang mengakuisisi

aktiva, harga jual, biaya awal, tanggal akuisis dan akumulasi penyusutan.

Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar dengan aktiva pengganti,

keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur penjualan terkait dan file

induk aktiva tetap. Auditor harus membandingkan biaya dan akumulasi penyusutan yang ada

dalam file induk dengan ayat jurnal yang tercatat dalam jurnal umum serta menghitung

kembali keuntungan atau kerugian atas pelepasan aktiv a sebagai perbandingan dengan

catatan akuntansi. Jika terjadi tukar tambah aktiva dengan aktiva pengganti, auditor harus

memastikan bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang digantikan dihapus secara

layak dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai buku aktiva yang ditukar tambah dan

biaya tambahan aktiva yang baru.

4)      Memverifikasi saldo akhir akun aktiva

Dua tujuan auditor ketika mengaudit aktiva tetap termasuk menentukan bahwa :

a.       Semua aktiva tetap yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca

b.      Semua aktiva tetap yang dimiliki telah dicatat.

Ketika merancang pengujian audit untuk memenuhi tujuan tersebut, pertama auditor

mempertimbangkan sifat pengendaliaqn internal terhadap aktiva tetap. Idealnya, auditor

mampu menyimpulkan bahwa pengendalian cukup kuat untuk memungkinkannya bergantung

pada saldo yang dicatat dari tahun sebelumnya. Pengendalian yang penting meliputi

Page 20: Audit Atas Aktiva Tetap

penggunaan file induk untuk setiap aktiva tetap, pengendalian fisik yang memadai terhadap

aktiva yang mudah dipindahkan ( seperti, komputer, perkakas, dan kendaraan ), penulisan

nomor identifikasi kesetiap aktiva tetap, serta perhitungan fisik periodik atas aktiva tetap dan

rekonsiliasinya oleh personil akuntansi. Metode formal untuk memberi tahu departemen

akuntansi tentang semua pelepasan aktiva tetap juga merupakan pengendalian yang penting

terhadap saldo aktiva yang dicatatketahun berjalan.

5)      Memverifikasi beban penyusutan

Beban penyusutan merupakan salah satu dari beberapa akun beban yang tidak diverifikasi

sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi. Jumlah

yang tercatat ditentukan dengan alokasi internal dan bukan oleh transaksi pertukaran dengan

pihak luar. Jika beban penyusutan berjumlah material, akan diperlukan lebih banyak

pengujian yang terinci atas beban penyusutan ketimbang untuk akun yang telah diverifikasi

melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi.

Tujuan audit Yng berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk beban penyusutan

adalah keakuratan. Auditor harus berfokus pada penentuan apakah klien mengikuti kebijakan

penyusutan yang konsisiten dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah

benar.

Dalam menentukan hal yang pertama, auditor harus mempertimbangkan empat aspek:

1.      Umur manfaat akuisisi periode berjalan

2.      Metode penyusutan

3.      Estimasi nilai sisa

4.      Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi

Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan personil yang berwenang dan

membandingkan responnya dengan informasi yang ada dalam file permanen auditor. Dalam

memutuskan kelayakan umur manfaat yang dibebankan ke aktiva yang baru saja diakuisisi,

Page 21: Audit Atas Aktiva Tetap

auditor harus mempertimbangkan umur fisik aktiva, umur yang diharapkan, ( dengan

memperhatikan keusangan atau kebijakan normal perusahaan untuk meningkatkan mutu

aktiva tetap ), dan kebijakan perusahaan yang ditetapkan menyangkut pertukaran peralatan.

6)      Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan

Pendebetan ke akumulasi penyusutan biasanya diuji sebagai bagian dari audit atas

pelepasan aktiva, sementara kredit diverifikasi sebagai bagian dari beban penyusutan. Jika

auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva

tetap sebbagai bagian dari pengujian tersebut, maka hanya diperlukan sedikit pengujian

tambahan atas saldo akhir akumulasi penyusutan.

Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo akhir akumulasi penyusutan

adalah :

1.      Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk aktiva tetap sama dengan buku besar

umum. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan menguji footing akumulasi penyusutan dalam file

induk aktiva tetap dan menelusuri totalnya kebuku besar umum.

2.      Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat.

Dalam beberapa kasus, umur aktiva tetap khusunya properti pabrik mungkin saja berkurang

secara signifikan kerena umumnya permintaan pelanggan atas produk, kerusakan fisik yang

tidak terduga, modifikasi operasi, atau perubahan lainnya. Berdasarkan kemungkinan-

kemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi kememadaian penyisihan untuk

akumulasi penyusutan setiap tahun guna memastikan bahwa nilai buku bersih tidak

melampaui nila realisasi aktiva.

2.8 Penetapan Resiko Deteksi

Jenis aktiva tetap yang berbeda mempunyai resiko bawaan dan resiko pengendalian

yang juga berbeda. Resiko bawaan untuk tanah adalah lebih rendah dibandingkan resiko

Page 22: Audit Atas Aktiva Tetap

bawaan untuk kendaraan maupun bangunan. Hal ini diakibatkan oleh kerentanan dalam

pengendalian dan kerumitan dalam perhitungan dari estimasi umur ekonomis dan nilai

residualnya. Variasi dalam resiko bawaan dan resiko pengendalian antar berbagai aktiva

tersebut perlu diperhatikan oleh auditor dengan menentukan tingkat resiko deteksi yang tepat

untuk masing-masing pernyataan. Disamping itu, terdapat berbagai faktor lain yang

mempengaruhi tinggi rendahnya resiko bawaan. Resiko bawaan pada pernyataan penilaian

atau pengalokasian adalah relatif tinggi pada pembelian aktiva tetap dengan menggunakan

kredit jangka panjang.

Resiko pengendalian aktiva tetap pada umumnya relatif rendah karena transaksi ini

jarang terjadi dan terdapat otorisasi pimpinan atas pembelian aktiva tetap yang penting.

Meskipun resiko pengendaliannya rendah sehingga resiko deteksinya ditetapkan pada tingkat

yang tinggi, auditor perlu menggunakan pendekatan pengutamaan pengujian subtantif. Hal ini

disebabkan karena transaksi pembelian aktiva tetap secara individual memiliki pengaruh yang

material terhadap laporan keuangan. 

2.9 Sebuah Kasus Audit Asset Tetap

Pada Desember 2006 Indonesia Corruptin Watch (ICW) melaporkan kasus dugaan

korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam ruislaag (tukar guling) antara asset

PT. Industri Sandang Nusantara (ISN), sebuah BUMN yang bergerak di bidang tekstil,

dengan asset PT. GDC, sebuah perusahaan swasta.

Dalam ruislaag tersebut PT. ISN menukarkan tanah seluas 178.497 meter persegi di

kawasan Senayan dengan Tanah seluas 47 hektar beserta Pabrik dan mesin di karawang.

Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) semester II Tahun

Anggaran 1998/1999, menyatakan ruislaag itu berpotensi merugikan keuangan Negara

sebesar Rp. 121,628 miliar.

Page 23: Audit Atas Aktiva Tetap

Kerugian itu terdiri dari kekurangan luas bangunan pabrik dan mesin milik PT. GDC

senilai Rp. 63,954 miliar, berdasarkan penilaian aktiva tetap oleh PT. Sucofindo pada 1999;

penyusutan nilai asset pabrik milik PT. GDC senilai Rp. 31,546 miliar; dan kelebihan

perhitungan harga tanah senilai Rp. 0,127 miliar. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat

nilai saham yang belum dibayarkan oleh PT. GDC sebesar Rp. 26 miliar.

Telaah Kasus

Dalam kasus Ruislaag di atas, karena ketidakjelasan prosedur dan syarat-syarat tukar

guling asset, sehingga sangat rawan untuk diselewengkan.

Seharusnya keputusan Tukar Guling tidak hanya menjadi wewenang salah satu

pejabat saja, melainkan melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang

baik. Selain itu juga diperlukan sebuah aturan baku oleh perusahaan mengenai tukar guling,

sehingga kemungkinan penyelewengan menjadi berkurang.

Diperlukan juga control dari lembaga bersangkutan terhadap penelitian tim penilik

yang meneliti kelengkapan mengenai status asset, dokumen kelengkapan asset, sehingga

tidak ada manipulasi dari nilai asset tersebut serta proses tukar menukar.

Walaupun menggunakan jasa Appraisal, penilaian asset tetap juga tetap harus diawasi

untuk mencegah kecurangan-kecurangan.

Dari kasus diatas dapat dibuktikan bahwa PT. ISN memiliki pengendalian intern yang

sangat buruk. Sehingga PT. ISN rawan dicurangi oleh rekanan-rekanan bisnisnya maupun

oleh oknum-oknum pejabat perusahaan yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu

hal pertama yang harus dibenahi oleh PT. ISN adalah soal Pengendalian Internnya

BAB III

Page 24: Audit Atas Aktiva Tetap

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

1)      Aktiva Tetap merupakan aset suatu perusahaan yang berwujud, yang digunakan untuk

kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu periode.

2)      Dari sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi menjadi:

a)      Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan.

b)      Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti Goodwill, hak paten, hak cipta,

dan lain-lain.

Dari sudut disusutkan atau Tidak dapat dibagi menjadi :

a)          Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang dapat disusutkan seperti bangunan,

peralatan, mesin, inventaris, dan lain-lain.

b)          Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah.

Berdasarkan jenis dapat dibagi menjadi:

a.          Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai

lapangan, halaman, tempat parkir dan lain sebagainya.

b.          Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik;

c.            Mesin;

d.          Inventaris;

e.            Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.

3)          Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap:

         Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang berkaitan dengan aktiva

tetap

Page 25: Audit Atas Aktiva Tetap

         Membuktikan kebenaran aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva

tetap yang dicantumkan dineraca.

         Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.

         Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan dineraca.

         Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap dineraca.

4)          Prosedur audit atas aktiva tetap

         Prosedur audit awal

         Pengujian analitik

         Pengujian terhadap transaksi rinci

         Pengujian terhadap saldo akun rinci

         Verifikasi penyajian dan pengungkap.

3.2 Saran

        I.            Mahasiswa dan masyarakat luas harus lebih memahami bagaimana ketentuan-ketentuan

mengenai aktiva tetap agar tidak terjadi kesalahan pada pemahaman terhadap aktiva tetap.

      II.              Auditor harus mengaudit sesuai dengan prosedur audit agar tidak terjadi kesalahan

dalam pengauditan.

III.            Akuntan harus memahami dengan baik bagaimana pencatatan aktiva tetap yang baik dan

benar agar tidak terjadi salah pencatatan dalam transaksi keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: Audit Atas Aktiva Tetap

AlvinA.Arens, RandalJ.Elder, & MarkS.Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta:

Erlangga.

IndraBastian. (2006). Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

TheodorusM.TuanaKotta. (1982). Auditing petunjuk pemeriksaan akuntan publik. Jakarta: Lembaga

penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia .

http://iipsaja.blogspot.com/2009/04/contoh-kasus-audit-fixed-asset.

  Daftar Isi

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan PenulisanBAB IILANDASAN TEORY2.1 Definisi Aktiva Tetap2.2 Tujuan Pemeriksaan Aktiva Tetap2.3 Pengendalian Intern2.4 Program Pemeriksaan2.5 Penyajian Aktiva Tetap Dalam Ikhtisar Keuangan2.6 Masalah-masalah Khusus2.7 Pengujian Subtantif Atas Saldo Aktiva Tetap2.8 Penetapan Resiko Deteksi2.9 Sebuah Kasus Audit Asset Tetap BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan3.2 SaranDAFTAR PUSTAKA