audio metri
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
AUDIOMETRI
Konsulen :dr. Suherman, Sp. THT-KL,
MScOLEH
KELOMPOK 3
PENDAHULUAN Audiometri yaitu suatu pemeriksaan
pendengaran menggunakan Audiometer(Asroel,2009)
Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas dan frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ambang pendengaran seseorang.
Suatu alat elektro kaustik yang mampu menghasilkan suara yang memenuhi syarat sebagai bahan pemeriksaan yaitu (Asroel,2009); Frekwensi ( 125 – 8000 Hz ) Intensitas suara yang dapat diukur ( - 10 s/d 110 dB )
KLASIFIKASI
1. Audiometri Nada Murni ( Tone Audiometri)
2. Audiometri Tutur ( Speech Audiometri)3. Audiometri nada diatas batas
minimum pendengaran ( Supra-Threshold Audiometri )
(Asroel,2009)
AUDIOMETRI NADA MURNI Audiometri nada murni/ pure tune audiometry (PTA)
adalah salah satu jenis uji pendengaran untuk menilai fungsi pendengaran
Pada Audiogram batas minimum hantaran tulang selamanya sama atau lebih baik dari pada hantaran udara. Bila didapati hantaran tulang lebih buruk dari hantaran udara kemungkinan: Audiometer ( baik /rusak} Ruang pemeriksaan ( Sunyi /ribut) Prosedur pemeriksaan ( ada kesalahan / tidak ) Penempatan oscilator Hasil pengukuran batas minimum hantaran tulang Pemeriksa sendiri ( menguasai cara pemeriksaan / tidak )
(Asroel,2009)
ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN
Oksilator Amplifier Pemutus (interrupter) Attenuator sumber suara pengganggu
(masking)
Earphone Bone vibrators (Anggarita,2014)
PROSEDUR Pasien duduk di kursi dengan sudut 300 dari posisi
pemeriksa Pemeriksaan liang telinga untuk memastikan liang
telinga bebas sumbatan Memberikan instruksi kepada pasien agar
mengangkat tangan jika mendengar serangkaian bunyi selemah apapun
Nada harus diberikan selama 1 – 3 detik dan ireguler(pasien tidak boleh melihat kepemeriks
Memasang earphone atau bone conductor Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu
(Anggarita,2014)
PROSEDUR Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah, a) dimulai dengan signal
nada yang sering didengar (familiarization), b) pengukuran ambang pendengaran. Dua cara menentukan nada familiarization:1,6
1. Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu secara bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.
2. Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan pemeriksaan ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal di tinggkatkan intensitas bunyi hingga 50 dB, dengan menaikkan tiap 10 dB hingga tedengar.
Familiarization tidak selalu dilakukan pada setiap kasus. Terutama pada kasus forensic atau pasien dengan riwayat ketulian.6
Lakukan Masking yaitu pemberian bunyi melalui hantaran udara pada telinga yang tidak diperiksa
(Anggarita,2014)
PERHITUNGAN DERAJAT KETULIANDerajat Ketulian dihitung dengan menggunakan
indeks Fletcer yaituAD 500 Hz + AD 1000 Hz+ AD 2000 Hz
3Menurut kepustakaan terbaru ,frekuensi 4000
Hz berperan penting untuk pendengaran ,sehingga Rumus Ambang Dengar (AD) menjadi:
AD 500 Hz +Ad 1000 Hz+ Ad 2000 Hz+ 4000 Hz4
INTERPRETASI Secara teoritis, bila
pendengaran normal, ambang dengar untuk hantaran udara maupun hantaran tulang tercatat sebesar 0 dB. Pada keadaan tes yang baik, audiogram dengan ambang dengar 10 dB pada 250, 500 Hz 0 dB pada 1000, 2000,4000, 10000 Hz pada 8000 Hz dapat dianggap normal. (Anggarita,20
14)
INTERPRETASI Pada keadaan tuli
konduktif murni, keadaan koklea yang baik (intak) menyebabkan hantaran tulang normal, yaitu 0 dB pada audiogram. Pada tuli konduktif karena fiksasi tulang stapes (misalnya pada otosklerosis). Disini terdapat ambang hantaran tulang turun menjadi 15 dB pada 2000Hz.
(Anggarita,2014)
INTERPRETASI Tuli sensorineural terjadi bila
didapatkan ambang pendengaran hantaran tulang dan udara lebih dari 25 dB.
Tuli campuran bila Level konduksi tulang menunjukkan gangguan fungsi koklea ditambah dengan penurunan pendengaran karena sumbatan konduksi udara mengambarkan tingkat ketulian
(Anggarita,2014)
DERAJAT KETULIANTABEL DERAJAT KETULIAN-------------------------------------------------------------------------------------------------
Hearing loss Hearing loss
ASA 1951 (dB) ISO 1964 ( dB)- Normal - 10 s/d 15 - 10 s/d 25- Tuli ringan 16 s/d 29 26 s/d 40- Tuli menengah 30 s/d 44 41 s/d 55- Tuli menengah berat 45 s/d 55 56 s/d 70- Tuli berat 56 s/d 79 71 s/d 90-------------------------------------------------------------------------------------------------ASA : America Standart AssociationISO : International Standart Organization
(Asroel,2009)
AUDIOGRAM Keadaan patologis lain (hantaran tulang
lebih buruk dari hantaran udara ) : Anomali tulang tengkorak Bornero Phenomenon
CROSS HEARING =bila suatu bunyi disajikan pada telinga yang sedang diperiksa, kadang-kadang dapat pula didengar oleh telinga disebelahnya
(Asroel,2009)
AUDIOMETRI NADA MURNIMANFAAT, dapat mengetahui:
Fungsi pendengaran masing-masing telinga secara kualitatif
Derajat gangguan pendengaran (kuantitatif)
Kelemahan Audiometri Nada Murni : Penderita yang sama , dibuat Audiogram oleh 2 orang
berbeda hasil berbeda, mungkin karena : faktor teknis faktor psikis
Tidak dapat menentukan dengan tepat validitas sosial penderita
(Asroel,2009)
AUDIOMETRI TUTURDapat diperoleh informasi : Jenis ketulian dan derajat ketulian Lokalisasi kerusakan rantai
pendengaran Kenaikan batas minimum pendengaran
penderita setelah operasi timpanoplasti Pemilihan alat bantu pendengaran
(APM) yang cocok(Asroel,2009)
TITIK PENTING AUDIOMETRI TUTURSpeech Reception Threshold (SRT) = merupakan batas
minimum penerimaan percakapan dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan pendengaran penderita dalam mengikuti percakapan sehari-hari atau disebut Validitas Sosial. Titik SRT ini diperoleh bila penderita telah dapat menirukan secara betul 50% dari kata-kata yang disajikan. Dengan SRT kita dapat memperoleh gambaran ketulian secara Kuantitatif.
Speech Discrimination Score (SDS) = untuk mengetahui kemampuan pendengaran penderiata dalam membedakan macam-macam kata yang didengar. Dengan SDS dapat diperoleh gambaran ketulian secara Kualitatif
(Asroel,2009)
MATERIAL TESTMATERIAL TEST berupa deretan kata-kata yang jumlahnya
tertentu pada setiap deret, dapat berupa : Bilangan, Spondee kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata, dimana tiap-tiap
suku kata mendapat tekanan yang sama dan mempunyai arti sendiri Kata-kata yang tidak berarti (Non sens words) terdiri dari kata-kata
yang tidak mempunyai arti Phonetically Balanced Test terdiri dari sederetan kata-kata yang
merupakan kumpulan kata-kata sehari-hari (PB List)Material test PBL inilah yang dianggap paling baik, oleh karena :
faktor terka tidak atau kurang berperan menggunakan kata-kata percakapan sehari-hari
Untuk SRT dipakai kata-kata Spondee, untuk SDS dipakai kata-kata PBL
(Asroel,2009)
INTERPRETASI HASIL1. Normal SDS = 90 – 100% pada intensitas ±
60 Db2. Tuli Konduktif (CHL) SDS < 90%3. Tuli persepsi (SNHL) SDS < 80%4. Tuli campur, Bila intensitas suara dinaikkan
akan terjadi perbaikan score SDS-nya, namun tidak mencapai score yang memuaskan
5. Seseorang dengan SDS 40%, disebut Critical Level. Sukar mengikuti percakapan sehari-hari, contoh : Acustic Neuroma
(Asroel,2009)
INTERPRETASI HASILMenurut Hopkinson dan Thompson
(1967): SDS 90 – 100% = Normal atau tuli
konduktif SDS 50 – 80% = Tuli campuran,
Presbiakusis SDS 22 – 40% = Kelainan koklea SDS < 22 = Kelainan retrokoklea
(Asroel,2009)
AUDIOMETRI NADA DIATAS BATAS MINIMUM PENDENGARANSNHL bisa disebabkan oleh
kerusakan :1. Auris interna2. N. akustikus3. Pusat pendengaran di otak
(Asroel,2009)
DAFTAR PUSTAKA Anggarita,Nova (2014) Referat Audiometri
Murni. Makasar:Universitas Hasauddin Asroel,Herry.A(2009)Audiologi.Medan:Fakul
tas Kedokteran Universitas Sumatra Utara