aturan mill

4
ATURAN MILL (THE CANON OF MILL) dirumuskan oleh John Stuart Mill. Merupakan metode logika yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Ada beberapa aturan dalam Canon mill: 1. Metode kesesuaian: Jika ada dua atau lebih kasus/kejadian mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang sama, maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab dari kasus/kejadian tersebut . 2. Metode perbedaan: Jika ada dua atau lebih kasus/kejadian yang berbeda yang di dalamnya terdapat unsur-unsur serupa kecuali ada suatu kondisi yang berbeda, maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab dari perbedaan kasus/kejadian tersebut. 3. Gabungan metode kesesuaian dan perbedaan: Jika ada dua atau lebih kasus/kejadian mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang sama, yang menghasilkan kesamaan kasus/kejadian tersebut: dan kondisi yang berbeda dari kasus/kejadian tersebut menyebabkan tidak terjadinya kasus/kejadian tersebut, maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab atau setidaknya bagian dari penyebab kasus/kejadian tersebut 4. Metode pertinggal: Jika faktor spesifik yang menyebabkan satu bagian tertentu dari suatu fenomena telah diketahui, maka bagian selebihnya dari fenomena tersebut boleh jadi disebabkan oleh faktor lain yang tersisa 5. Metode variasi seiring: Jika dua kasus/kejadian bervariasi atau berubah secara beraturan, maka variasi

Upload: meiwook

Post on 29-Jun-2015

365 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

ATURAN MILL (THE CANON OF MILL) dirumuskan oleh John Stuart Mill. Merupakan metode

logika yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Ada beberapa aturan dalam Canon mill:

1. Metode kesesuaian: Jika ada dua atau lebih kasus/kejadian mempunyai satu dan

hanya satu kondisi yang sama, maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab

dari kasus/kejadian tersebut .

2. Metode perbedaan: Jika ada dua atau lebih kasus/kejadian yang berbeda yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur serupa kecuali ada suatu kondisi yang berbeda,

maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab dari perbedaan kasus/kejadian

tersebut.

3. Gabungan metode kesesuaian dan perbedaan: Jika ada dua atau lebih

kasus/kejadian mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang sama, yang

menghasilkan kesamaan kasus/kejadian tersebut: dan kondisi yang berbeda dari

kasus/kejadian tersebut menyebabkan tidak terjadinya kasus/kejadian tersebut,

maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab atau setidaknya bagian dari

penyebab kasus/kejadian tersebut

4. Metode pertinggal: Jika faktor spesifik yang menyebabkan satu bagian tertentu dari

suatu fenomena telah diketahui, maka bagian selebihnya dari fenomena tersebut

boleh jadi disebabkan oleh faktor lain yang tersisa

5. Metode variasi seiring: Jika dua kasus/kejadian bervariasi atau berubah secara

beraturan, maka variasi dari satu kasus/kejadian disebabkan oleh variasi pada

kasus/kejadian yang lain atau dua kasus/kejadian tersebut dipengaruhi oleh satu

atau beberapa penyebab yang sama

(sumber: persentase Irfan D. Prijambada Lab. Mikrobiologi Tanah dan Lingkungan

Jurusan mikrobiologi Pertanian Fakultas Pertanian UGM )

Hukum Logika (John Stuart Mill)

Ada empat hukum dasar dalam logika (Aristotoles, ;G.W. Leibniz, 1646-1716; John Stuart

Mill, 1806-1873.

1. Hukum Identitas (Principium Identitatis/Law of Identity) yang menegaskan bahwa

sesuatu itu adalah sama dengan dirinya sendiri. Hukum ini adalah hukum kesamaan

yang artinya bahwa jika a=b dan b=c, maka a=c atau a terjadi maka c juga terjadi.

2. Hukum Kontradiksi (Principium Contradictionis/Law of Contradiction) atau hukum

perbedaan, yang menyatakan bahwa sesuatu itu pada saat yang sama tidak dapat

sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Jika a

tidak sama dengan b, dan b tidak sama dengan c, maka tidak mungkin a dan c

terjadi bersamaan pada waktu yang sama.

3. Hukum Tiada Jalan Tengah (Principium Exclusi Tertii/Law of Excluded Middle) yang

mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak

memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain. Jika a diketahui dan b

diketahui, maka adanya kejadian tersebut (c) mesti karena sebab lain.

4. Hukum Cukup Alasan (Principium Rationis Sufficientis/Law of Sufficinet Reason)

yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu

haruslah berdasarkan alasan yang cukup. Artinya tidak ada perubahan yang tiba tiba

tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Hukum ini

merupakan hukum pelengkap hukum identitas.

Metode induksi menurut filosof John Stuart Mill dari Inggris.

a. Metode persetujuan. Hukum Identitas (Principium Identitatis atau Law of Identity)

atau hukum persamaan

b. Metode perbedaan. Hukum Kontradiksi (Principium Contradictionis atau Law of

Contradiction) atau hukum perbedaan

c. Metode persamaan variasi. Hukum Cukup Alasan (Principium Rationis Sufficientis

atau Law of Sufficinet Reason)

d. Metode sisa-sisihan (residu). Hukum Tiada Jalan Tengah (Principium Exclusi Tertii

atau Law of Excluded Middle)