aturan mill
TRANSCRIPT
ATURAN MILL (THE CANON OF MILL) dirumuskan oleh John Stuart Mill. Merupakan metode
logika yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Ada beberapa aturan dalam Canon mill:
1. Metode kesesuaian: Jika ada dua atau lebih kasus/kejadian mempunyai satu dan
hanya satu kondisi yang sama, maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab
dari kasus/kejadian tersebut .
2. Metode perbedaan: Jika ada dua atau lebih kasus/kejadian yang berbeda yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur serupa kecuali ada suatu kondisi yang berbeda,
maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab dari perbedaan kasus/kejadian
tersebut.
3. Gabungan metode kesesuaian dan perbedaan: Jika ada dua atau lebih
kasus/kejadian mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang sama, yang
menghasilkan kesamaan kasus/kejadian tersebut: dan kondisi yang berbeda dari
kasus/kejadian tersebut menyebabkan tidak terjadinya kasus/kejadian tersebut,
maka kondisi tersebut dapat diterima sebagai sebab atau setidaknya bagian dari
penyebab kasus/kejadian tersebut
4. Metode pertinggal: Jika faktor spesifik yang menyebabkan satu bagian tertentu dari
suatu fenomena telah diketahui, maka bagian selebihnya dari fenomena tersebut
boleh jadi disebabkan oleh faktor lain yang tersisa
5. Metode variasi seiring: Jika dua kasus/kejadian bervariasi atau berubah secara
beraturan, maka variasi dari satu kasus/kejadian disebabkan oleh variasi pada
kasus/kejadian yang lain atau dua kasus/kejadian tersebut dipengaruhi oleh satu
atau beberapa penyebab yang sama
(sumber: persentase Irfan D. Prijambada Lab. Mikrobiologi Tanah dan Lingkungan
Jurusan mikrobiologi Pertanian Fakultas Pertanian UGM )
Hukum Logika (John Stuart Mill)
Ada empat hukum dasar dalam logika (Aristotoles, ;G.W. Leibniz, 1646-1716; John Stuart
Mill, 1806-1873.
1. Hukum Identitas (Principium Identitatis/Law of Identity) yang menegaskan bahwa
sesuatu itu adalah sama dengan dirinya sendiri. Hukum ini adalah hukum kesamaan
yang artinya bahwa jika a=b dan b=c, maka a=c atau a terjadi maka c juga terjadi.
2. Hukum Kontradiksi (Principium Contradictionis/Law of Contradiction) atau hukum
perbedaan, yang menyatakan bahwa sesuatu itu pada saat yang sama tidak dapat
sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Jika a
tidak sama dengan b, dan b tidak sama dengan c, maka tidak mungkin a dan c
terjadi bersamaan pada waktu yang sama.
3. Hukum Tiada Jalan Tengah (Principium Exclusi Tertii/Law of Excluded Middle) yang
mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak
memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain. Jika a diketahui dan b
diketahui, maka adanya kejadian tersebut (c) mesti karena sebab lain.
4. Hukum Cukup Alasan (Principium Rationis Sufficientis/Law of Sufficinet Reason)
yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu
haruslah berdasarkan alasan yang cukup. Artinya tidak ada perubahan yang tiba tiba
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Hukum ini
merupakan hukum pelengkap hukum identitas.
Metode induksi menurut filosof John Stuart Mill dari Inggris.
a. Metode persetujuan. Hukum Identitas (Principium Identitatis atau Law of Identity)
atau hukum persamaan
b. Metode perbedaan. Hukum Kontradiksi (Principium Contradictionis atau Law of
Contradiction) atau hukum perbedaan
c. Metode persamaan variasi. Hukum Cukup Alasan (Principium Rationis Sufficientis
atau Law of Sufficinet Reason)