kiln dust sebagai material dalam safety operation coal mill

29
LAPORAN PENUGASAN III Penggunaan Kiln Dust dalam Safety Operation Coal Mill Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Management Trainee (S1) - PT Semen Gresik Amelia D. 7009 Pembimbing Eko Rudy Nurcahyanto, ST. Teguh Irianto, ST. SEKSI PERENCANAAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN BIRO PUSAT PEMBELAJARAN DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO), TBK 2015

Upload: amelia-djafaar

Post on 06-Nov-2015

78 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

cement industry

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PENUGASAN III

    Penggunaan Kiln Dust dalam Safety Operation Coal Mill

    Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Management Trainee (S1) - PT Semen Gresik

    Amelia D. 7009

    Pembimbing

    Eko Rudy Nurcahyanto, ST.

    Teguh Irianto, ST.

    SEKSI PERENCANAAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

    BIRO PUSAT PEMBELAJARAN

    DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

    PT SEMEN INDONESIA (PERSERO), TBK

    2015

  • i

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT atas segala curahan rahmat dan hidayah yang diberikan tanpa

    batas kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penugasan Kelompok Kedua Bidang

    Manajemen Management Trainee PT Semen Gresik 2014 yang berjudul Penggunaan Kiln Dust

    sebagai Safety Operation Coal Mill sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan program seleksi

    pegawai PT Semen Gresik.

    Penulis berusaha menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis juga perlu

    menyadari bahwa penyusunan laporan Penugasan Individu ini masih jauh dari sempurna sehingga

    saran dan kritik kami terima secara terbuka demi kesempurnaan laporan ini.

    Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan yang diberikan dengan tulus

    oleh banyak pihak. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk menyampaikan penghormatan dan rasa

    terima kasih kepada:

    1. Bapak Eko Rudy Nurcahyanto, ST. selaku Mentor

    2. Bapak Teguh Irianto, ST. selaku Mentor

    3. Ibu Oktoria Masniari, ST. selaku PIC dan Kepala Biro Pengendalian Proses

    4. Bapak Join Trimor D., ST. Selaku Staff Evaluasi Proses

    5. Bapak Aswamedhika Selaku Staff Evaluasi Proses

    6. Ibu Muyasaroh E., ST. Selaku Staff Evaluasi Proses

    7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

    dalam menyelesaikan Penugasan ini.

    Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan

    Tugas ini. Penulis berharap semoga laporan penugasan pertamaini dapat menjadi karya yang

    bermanfaat.

    Tuban, April 2015

    Amelia D.

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

    DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv

    ABSTRAK ................................................................................................................................. 1

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

    1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2

    1.4 Batasan Masalah .......................................................................................................... 2

    1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2

    BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 3

    2.1 Faktor Penyebab Dust Fire .......................................................................................... 3

    2.2 Masalah Pada Area Sistem Coal-Firing ...................................................................... 4

    2.3 Tindakan Pencegahan dan Rekomendasi untuk Menjamin Keselamatan Operasi ..... 5

    2.4 Cement Kiln Dust ........................................................................................................ 6

    2.5 Volatile Organic pada CKD ........................................................................................ 7

    2.6 Instruksi Kerja Saat Stop Coal Mill ............................................................................ 9

    2.7 Instruksi Kerja Pembersihan Batu Bara pada Grinding Table .................................... 9

    2.8 Instruksi Kerja Penanganan Batu Bara Terbakar pada Pulverized Bin ..................... 10

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 13

    BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................... 14

    4.1 Konsep Prosedur ....................................................................................................... 14

    4.2 Hasil Perhitungan ..................................................................................................... 13

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 15

    5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 15

    5.2 Saran .......................................................................................................................... 15

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

    LAMPIRAN ............................................................................................................................. 17

  • iii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Tipikal Komposisi Cement Kiln Dust ....................................................................... 9

    Tabel 2.2 Kandungan Volatile Organic pada CKD ................................................................. 10

    Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Dust Inlet to Dust Bin ................................................................ 16

    Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Jumlah dan Rate Dust to Grinding Table ................................... 17

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Instruksi Kerja Saat Stop Coal Mill ..................................................................... 11

    Gambar 4.1 Konsep Prosedur Penambahan Kiln Dust Saat Coal Mill Stop ........................... 14

    Gambar 4.2 Penambahan Dust Bin, Dust Feed Bin dan Jalur Transportasi Dust Reject ........ 15

    Gambar 4.3 Tinjauan Sistem untuk Penentuan Rate Kiln Dust dari Pre-Duster Inlet Hot Gas

    Coal Mill .................................................................................. Error! Bookmark not defined.

  • 1

    ABSTRAK

    PT. Semen Indonesia menggunakan bahan bakar batu bara sebagai bahan bakar utama yang

    mendukung proses inti dalam pembuatan semen. Batu bara yang ada harus diolah terlebih

    dahulu menjadi bentuk yang lebih halus (bentuk pulverized) menggunakan pulverizer atau

    mill untuk mendapatkan nilai kalori yang lebih tinggi. Oleh karena itu terdapat sistem coal

    mill beserta equipment pendukung lainnya termasuk cyclone dan bag filter.

    Pengoperasian coal mill menggunakan hot gas dari exit pre heater slc sebagai udara

    pengering dan media conveying. Dikarenakan sifat batu bara yang mudah terbakar dan

    memiliki self heating dan kondisi pengoperasian coal mill yang cenderung pada temperatur

    cukup tinggi, maka rawan terjadi kebakaran dan dust explosion pada sistem coal mill. Debu

    batu bara yang terakumulasi pada body coal mill atau pun sisa-sisa dust pada grinding table

    rawan tersulut, terutama saat start up coal mill setelah idle yang cukup panjang. Selama ini,

    prosedur untuk mengatasi kenaikan suhu dan mengatasi kemungkinan kebakaran adalah

    dengan penggunaan water spray dan CO2. Diperlukan prosedur preventif untuk mencegah

    tersulutnya debu-debu halus batu bara saat start up menyalakan mill fan. Penggunaan dust

    dari exit pre heater slc menuju coal mill yang dipisahkan pre duster dapat menjadi salah satu

    alternatif material untuk mencegah hal tersebut.

    Kiln dust aman digunakan sebagai incombustible dust pada coal mill karena tidak memiliki

    kandungan volatile matter. Penggunaannya dapat dimasukkan dalam prosedur pengoperasian

    stop coal mill. Untuk implementasi penggunaan kiln dust, maka harus dibuat prosedur baru

    dan penambahan equipment pendukung seperti dust bin, dust feed bin, dan jalur reject dust.

    Jumlah dust yang dibutuhkan untuk dimasukkan pada table coal mill sekitar 3,6 ton dengan

    rate pemasukan 11,7 kg/s selama lima menit.

  • 2

    BAB I

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    PT. Semen Indonesia sebagai perusahaan produsen semen memiliki kebutuhan besar

    akan bahan bakar, terutama dalam proses pembuatan clinker. Dikarenakan ketidak pastian

    supply dan tingginya harga dari bahan bakar minyak dan gas alam, maka Semen Indonesia

    telah melakukan konversi bahan bakar menggunakan batu bara. Penggunaan batu bara sendiri

    masih harus diolah lebih lanjut dengan mengubahnya menjadi bentuk pulverized agar

    memiliki total misture yang lebih rendah dan luas permukaan yang lebih besar sehingga akan

    meningkatkan nilai calori untuk pembakaran yang berlangsung di kiln dan calciner.

    Dikarenakan kebutuhan untuk mendapat gross heating value dari batu bara, maka diperlukan

    coal grinding atau coal mill.

    Batu bara sendiri memiliki karakteristik sangat reaktif dan mudah terbakar, serta

    memiliki self ignition. Sedangkan dalam proses milling batu bara diperlukan gas panas

    sebagai dryer dari kandungan moisture yang terdapat dalam batu bara. Gas panas dari ID fan

    2 slc (separate line calciner) digunakan sebagai pemanas dalam coal mill plant Tuban 1,2, dan

    3, serta gas panas dari ID fan 2 dan ID fan 1 ilc (in line calciner) untuk atox coal mill. Coal

    mill adalah salah satu sistem yang rawan terjadi kebakaran dan ledakan karena keberadaan

    oksigen dan bahan bakar yang tidak dapat dihindari.

    Dust explosion sering dideskripsikan sebagai pembakaran material yang mudah

    terbakar dengan cepat dalam sebuah ruang tertutup dan terbatas yang menghasilkan panas

    dan temperatur yang terus meningkat. Apabila tidak tersedia jalur ventilasi yang memadai,

    kenaikan tekanan akan menyebabkan kerusakan pada confining vessel dan perlatan di

    sekitarnya. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran dan dust

    explosion pada sistem coal mill. Tindakan pencegahan yang telah diterapkan antara lain

    pemasangan CO dan O2 analyzer pada duct aliran hot gas dari pre heater serta kontrol atas

    kadar O2 dan CO pada aliran gas tersebut. Sebagai alternatif untuk menurunkan temperatur

    dan mengatasi kebakaran yang terjadi di dalam sistem, terdapat spray CO2 yang akan

    mendeteksi terjadinya kebakaran apabila batasan maksimum kadar CO dan temperatur di

    dalam raw mill telah terlewati. Sedangkan untuk mencegah meluasnya dampak dari

    kebakaran, terdapat explosion valve yang dipasang setelah jalur top product cyclone.

  • 3

    Diharapkan dengan pemasangan valve tersebut, api tidak menjalar ke bag filter yang dapat

    menyebabkan kerugian lebih besar.

    Saat coal mill harus beroperasi kembali setelah stop mendadak atau pun stop yang

    terencana adalah salah satu situasi yang rawan karena kemungkinan terjadi self heating dust

    atau pembakaran spontan. Pembakaran spontan dapat terjadi saat terdapat akumulasi batu

    bara dalam waktu yang cukup lama sehingga teroksidasi dan memicu reaksi eksotermis yang

    diikuti dengan terbentuknya panas atau api.

    Prosedur safety stop coal mill dapat ditingkatkan lagi dengan penggunaan kiln dust.

    Penggunaan kiln dust saat coal mill akan dioperasikan kembali membantu menutupi celah-

    celah yang menampung dust batu bara dan melapisi sisa-sisa dust tersebut saat fan dinyalakan

    kembali sehingga mengurangi resiko terbakarnya batu bara saat start up coal mill setelah

    berhenti dalam waktu yang cukup lama. Selama ini kiln dust yang dibawa aliran keluar ID

    fan 2 (slc) menuju coal mill dipisahkan dengan dua pre duster untuk kemudian dikembalikan

    ke blending silo. Selama ini beum diketahui efek dari dust tersebut terhadap kualitas kiln feed

    di blending silo, terutama pengaruhnya terhadap LSF kiln feed. Berdasarkan beberapa

    penelitian, kiln dust tidak emiliki volatile matter sehingga aman digunakan sebagai safety

    material dalam pengoperasian coal mill.

    I.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan permasalahan yang diutarakan dalam latar belakang, maka dapat

    ditentukan rumusan permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana prosedur stop coal mill apabila melibatkan penggunaan kiln dust?

    2. Bagaimana konsep implementasi dari penggunaan kiln dust dalam operasi coal mill?

    3. Berapa rate kiln dust yang dihasilkan dari operasi saat ini?

    4. Berapa jumlah kiln dust yang dibutuhkan dalam pengoperasian coal mill?

    I.3. Tujuan

    Tujuan dilakukan ide perbaikan ini adalah sebagai berikut:

    1. Menambahkan prosedur safety saat coal mill stop terencana atau stop mendadak.

    2. Pemanfaatan kiln dust dari pre duster hot gas inlet coal mill.

  • 4

    I.4. Batasan Masalah

    1. Sistem yang digunakan sebagai tinjauan dan perhitungan adalah plant Tuban 1.

    2. Kiln dust yang digunakan adalah dust yang terbawa pada hot gas inlet coal mill yang

    diseparasi menggunakan dua pre duster.

    3. Tinjauan yang dilakukan tanpa menggunakan perhitungan nilai investasi.

    I.5. Manfaat

    Manfaat yang dapat dicapai oleh perusahaan antara lain:

    Mengurangi resiko terjadinya kebakaran saat pengoperasian coal mill, terutama saat atau

    sesaat setelah start up coal mill.

  • 5

    BAB II

    BAB II LANDASAN TEORI

    II.1. Faktor Penyebab Dust Fire

    Secara garis besar, penyebab terjadinya kebakaran pada dust batu bara dan

    kemungkinan penyebab terjadinya ledakan antara lain:

    1. Batu bara jenis bituminous adalah jenis yag sering digunakan dalam sistem pulverized.

    Batu bara bituminous dan debu batu bara tersebut yang lolos screen 200 mesh serta memiliki

    diameter 74 pm, rawan menyebabkan ledakan.

    Konsentrasi minimum untuk terjadinya ledakan adalah jumlah minimum dust di dalam

    system yang berpotensi menghasilkan ledakan bila terekspos oleh sumber api dalam jumlah

    yang cukup. Untuk bitumonious dengan volatilitas tinggi, konsentrasi minimum ledakan

    antara 50-100 g/m3. Batu bara yang telah dihaluskan dengan kondisi grindig yang normal

    umumnya memiliki konsentrasi di atas konsentrasi minimum.

    2. Udara pengering dan udara pembawa di dalam pulverizer mengandung oksigen yang

    cukup untuk mendukung terbakarnya dust batu bara di atas batas kemampuan terbakarnya.

    Apabila batu bara memiliki moisture yang tinggi lalu dikeringkan, udara pengering akan

    dipenuhi dengan air yang teruapkan sehingga mengurangi kadar oksigen dalam udara.

    Berkurangnya kadar oksigen akan mengurangi kenaikan tekanan yang dihasilkan dari ledakan

    tetapi tidak mencegah terjadinya nyala api kecuali kadar oksigen keseluruhan setidaknya

    13%.

    3. Banyak sumber penyulut api yang mungkin terjadi dalam system pulverized. Percikan di

    dalam pulverizer dapat muncul akibat gesekan antara besi atau beda asing lainnya yang

    terbawa masuk ke dalam sistem bersama raw coal atau pecahan-pecahan yang terbawa dalam

    ducting. Gesekan antar material tersebut dapat menyebabkan panas dan percikan yang dapat

    menyulut api.

    Selain itu, temperature udara pengering jga memungkinkan untuk menyulut akumulasi batu

    bara di dalam mill pada kondisi tertentu. Feeding batu bara dalam teperatur yang tinggi dari

    pile storage ke dalam mill juga memungkinkan untuk tersulutnya api.

    4. Self heating dust, salah satu fenomena penting yang dapat menyebabkan terjadinya

    kebakaran dan ledakan di dalam system pulverized, adalah pembakaran spontan yang terjadi

    saat pile atau akumuasi batu bara dalam jangka waktu tertentu mulai teroksidasi yang

  • 6

    menyebabkan terjadinya reaksi eksotermis diikuti pembentukan panas atau api. Faktor yang

    berpengaruh terhadap pembakaran spontan antara lain:

    Batu bara dapat diklasifikasikan menurut karakteristiknya dalam rate kenaikan

    temperatur yang sekaligus menunjukkan urutan kemudahan dalam pebakaran

    spontan. Urutan tersebut dapat diihat pada ASTM Classification of Coals by Rank.

    Jenis lignite dan subbituminous adalah jeni yang paling mudah terbakar spontan.

    Flow rate udara yang tinggi berguna dalam menurunkan temperature namun juga

    menaikkan kadar oksigen. Hal ini juga meningkatkan kemungkinan terjadinya

    pembakaran spontan.

    Semakin kecil ukuran partikel batu bara, semakin besar kemungkinan untuk

    terjadinya pmbakaran spontan.

    Pada temperature di bawah 100C, laju panas yang dihasilkan dari absorpsi moisture

    melebihi laju panas yang dihasilkan dari oksidasi. Untuk batu bara dengan kalori

    rendah yang telah dikeringkan lalu berkontak dengan udara yang memiliki karakter

    seperti di atas, akan rentan untuk terjadi pembakaran spontan karena efek di atas.

    Laju oksidasi berbanding lurus dengan kenaikan temperature. Semakin tinggi

    temperatur, semakin cepat reaksi batu bara dengan oksigen.

    Impurities di dalam coal, seperti mineral sulfur pyrite dan arcasite, dapat

    meningkatkan pemanasan spontan.Kadar pyrite >2% akan menimbukan efek yang

    signifikan.

    II.2. Masalah pada Area Sistem Coal-Firing

    Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan bahaya kebakaran pada system

    firing batu bara:

    1. Akumulasi debu batu bara yang terjadi selama operasi.

    Selama pengoperasian pulverizer, batu bara berukuran halus dapat terakumulasi pada

    daerah-daerah mati di pulverizer dan pada tikungan ducting. Pada kondisi tertentu,

    batu bara berukuran halus ini dapat menyebabkan bahaya kebakaran dan ledakan.

    2. Shutdown yang tidak terencana.

    Penghentian operasi system firing batu bara secara mendadak dapat disebabkan

    kegagalan power, kegagalan system fan, shutdown kiln, atau shutdown pada system

    feeding batu bara yang menyebabkan shutdown coal mill. Jika penyebab shutdown

  • 7

    tidak segera diatasi dan masih terdapat batu bara di dalam mill yang belum

    dipindahkan, maka keberadaan api dapat memicu situasi kritis yang berakhir dengan

    terjadinya ledakan saat start up. Banyak insiden kebakaran dan ledakan dalam

    instalasi pengolahan batu bara terjadi setelah adanya shutdown yang tidak terencana.

    Kebanyakan kasus kebakaran terjadi di dalam pulverizer, baghouse, atau pun bin

    selama proses idle. Sedangkan hamper semua ledakan terjadi di dalam pulverizer atau

    cyclone sesaat setelah start up system.

    3. Material asing yang masuk ke dalam sistem

    Material asing yang masuk ke dalam sistem dapat menyebabkan kondisi yang

    membahayakan. Apabila material tersebut terkuci di dalam sistem, dapat menghalangi

    arah aliran udara dan dapat menyebabkan sudut mati dimana debu batu bara dapat

    terakumulasi.

    4. Baghouse dust collector.

    Baghouse adalah salah satu area kritis pada industri semen yang menggunakan sistem

    indirect fired. Batu bara berukuran sangat halus yang lolos dari separator cyclone

    akan memasuki baghouse untuk proses separasi akhir. Batu bara ini sangat rentan

    terhadap auto oksidasi. Kemungkinan terjadinya api sebagai hasil pembakaran selama

    idle meningkat. Listrik statis di baghouse juga dapat menjadi sumber api, oleh karena

    itu penggunaan bag yang bersifat semi konduktor dapat meminimalkan kemungkinan

    terbentuknya api.

    5. Bin batu bara pulverized

    Bahaya utama pada bin batu bara pulverized adalah pembakaran spontan dan

    fenomena yang terkait selama proses shutdown.

    II.3. Tindakan Pencegahan dan Rekomendasi untuk Menjamin Keselamatan Operasi

    Dari evaluasi atas berbagai macam jenis insiden yang pernah terjadi menyangkut

    system firing batu bara di beberapa industri semen di Amerika, maka dapat dilakukan tindak

    atau prosedur pencegahan untuk menjamin keselamatan operasi pada sistem firing batu bara

    seperti berikut:

    1. Penghapusan salah satu atau lebih poin dalam segitiga api, dengan cara:

    (A) Inerting

    (1) Penggunaan udara dengan kadar oksigen yang rendah dalam pulverizer (indirect

    sistem,) pada kondisi operasi yang normal.

  • 8

    (2) Penggunaan debu batu kapur, karbon dioksida, atau air di pulverizer dan debu dust

    collector ketika shutdown terjadi .

    (3) Penggunaan spray air dan steam ketika kondisi temperature terlalu tinggi mulai

    terdeteksi.

    (B) Eliminasi sumber penyulut api

    (1) Penggunaan magnet dan pendeteksi logam untuk menghilangkan material logam yang

    terbawa ke dalam sistem.

    (2) Pemotongan dan pengelasan operasi harus dilakukan sesuai dengan kode safety dan

    guideline yang berlaku

    (3) Batubara panas dari area penyimpanan harus dibuang dan tidak dimasukkan ke dalam

    pulverizer.

    (4) Penggunaan bag dengan bahan semi konduktor untuk mencegah terjadinya release

    aliran listrik statis.

    (5) Merokok dan kegiatan yang menyebabkan adanya sumber panas harus dilarang

    2. Good House keeping

    ( 1) Pencegahan akumulasi debu dengan pengontrolan ceceran batu bara , kebocoran , dan

    penurunan batu bara berukuran halus selama penanganan.

    ( 2 ) Pembersihan dan penghapusan bahan mudah terbakar dari tempat kerja .

    ( 3 ) Desain , implementasi , dan pemeliharaan peralatan dusttight .

    3. Desain Peralatan

    Eliminasi sudut-sudut mati seperti di tepian , sudut , atau daerah lain di mana debu dapat

    menumpuk di peralatan atau ducting.

    (Alameddin, A. N. and Luzik, S. J., Coal Dust Explosions in the Cement)

    II.4. Cement Kiln Dust

    Selama proses produksi clinker, gas panas dari kiln mengalir berlawanan arah dengan

    aliran kiln feed, ditarik dengn ID fan. Di dalam gas exit preheater ini terkandung sejumlah

    besar partikel yang umunya disebut sebagai cement kiln dust (CKD). CKD dihilangkan dari

    gas exit preheater menggunakan pre duster. Karakteristik fisik dan kimia CKD tergantung

    pada bahan baku, jenis operasi kiln, sistem dust collector, dan jenis bahan bakar yang

    digunakan dalam produksi klinker semen. Free lime ditemukan di dalam CKD.

    Dengan perkembangan teknologi saat ini, mayoritas CKD pada industri semen dikembalikan

    ke kiln sebagai bahan baku. Recycle CKD kembali ke kiln tidak saja mengurangi jumlah

    CKD yang harus diolah di luar kiln, tetapi juga mengurani kebutuhan batu kapur dan material

  • 9

    lain. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi pemakaian bahan baku. Namun recycle

    cement dust kembali ke kiln tidak selalu dilakukan karena tingginya kandungan alkali content

    di dalam CKD. Alkali content pada semen diinginkan kurang dari 0,6% untuk menghindari

    reaksi alkali-silica. Belakangan ini telah banyak pemanfaatan CKD untuk stabilisasi tanah,

    pengolahan limbah, dll, seperti yang tercantum di bawah:

    Agriculture : sebagai sumber lime dan pakan ternak;

    Civil engineering : sebagai filler, soil stabilization, dan fly ash stabilization;

    Building materials : lightweight aggregates, block, concrete dengan kekuatan

    rendah, dan bahan untuk semen mansonry;

    Pengolahan air : sebagai material pembantu koagulasi dan stabilisasi sludge.

    Pollution control : sebagai absorbent sulfur, penglohan limbah, dan solidifikasi.

    Bahkan kini terdapat studi yang menunjukkan bahwa CKD dapat digunakan sendiri sebagai

    sebagian pengganti semen Portland, namun masih lebih efektif apabila dikombinasikan

    dengan material semen lainnya, termasuk slag dan fly ash.

    (J. MARKU*, I. DUMI**, E. LIO*,T. DILO*, O. AKAJ. The charachterization and the

    utilization of cement kiln dust (CKD) as partial replacement of portland cement in mortar

    and concrete production)

    Berikut adalah komposisi yang terkandung dalam cement kiln dust berdasarkan jenis proses

    yang digunakan:

    Tabel 2.1. Tipikal Komposisi Cement Kiln Dust

  • 10

    II.5. Volatile Organic pada CKD

    Sangat diragukan adanya kandungan material volatile dalam CKD. Berikut adalah penelitian

    yang dilakukan dalam pengetesan kandungan volatile matter pada CKD dari 11 sample

    perusahaan semen di Amerika pada tahun 1991.

    Tabel 2.2. Kandungan Volatile Organic pada CKD

    Dari sample yang digunakan dalam pengetesan, umumnya volatile organic yang terdeteksi

    sangat dimungkinkan akibat kontaminasi dalam laboratorium pengetesan. Walaupun terdapat

    beberapa kandungan volatile organic yang ditemukan pada beberapa sample, namun

    jumlahnya sangat kecil, di bawah nilai batasan deteksi analisa, dan diperkirakan tidak ada

    pada CKD dari industry semen pada umumnya. Hasil penelitian tersebut adalah CKD aman

    dari kandungan volatile dan semi volatile organic.

    (http://www.epa.gov/osw/nonhaz/industrial/special/ckd/rtc/chap-3.pdf)

  • 11

    II.6. Instruksi Kerja Saat Stop Coal Mill

    (IK/661/125)

    Gambar 2.1 Instruksi Kerja Saat Stop Coal Mill

    II.7. Instruksi Kerja Pembersihan Batu Bara pada Grinding Table

    1. Hubungi CCR untuk melokal motor table coal mill

    2. Hubungi K3 untuk menyiapkan petugas pemadan kebakaran dan skid loader

    untuk pembersihan reject

    3. Posisikan hydraulic spring system secara manual

    4. Turunkan tekanan hydraulic spring system secara manual sampai 0 (nol) bar

    5. Jalankan Coal Mill table secara manual

    6. Buka / tutup tipping valve secara manual untuk mereject material sehingga

    tipping valve bisa bekerja dengan baik

    7. Stop coal mill table secara lokal.

    8. Pastikan bahwa batubara didalam grinding table sudah kosong.

    9. kembalikan hydraulic spring system ke posisi auto

    10. Hubungi CCR, bahwa pengosongan grinding table telah selesai

    (IK/661/127)

  • 12

    II.8. Instruksi Kerja Penanganan Batu Bara Terbakar pada Pulverized Bin

    1. Jika Konsentrasi CO > 1500 ppm dan temperature > 75C segera siapkan

    injeksi CO2 cair

    2. Stop fan bag filter bin dan tutup damper

    3. Injeksikan CO2 selama 3 menit

    4. Pantau CO indicator < 100 ppm dan temperature bin < 60 C

    5. Ulangi langkah ke 3 jika konsentrasi CO dan temperatur diatas batas yang

    disyaratkan.

    6. Jika isi Bin pulverized tidak dikeluarkan lebih dari 1 hari Bin tersebut diisi dust

    sebesar 5 ton

    7. Jika persiapan overhoul pengosongan bin dilakukan penggelontoran dengan air

    sesuai IK pengosongan bin pulverized Coal

    (IK/661/125)

  • 13

    BAB III

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Studi Literatur

    Studi literatur dilakukan dengan mempelajari jurnal-jurnal terkait dengan dust

    explosion dan contoh-contoh insiden yang melibatkan dust explosion, serta alternatif

    tindakan pencegahannya. Selain itu perlu mengetahui karakteristik cement kiln dust dan

    kegunaannya yang telah diimplementasikan melalui jurnal yang terkait dengan cement kiln

    dust.

    3.2 Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan atas data-data yang berkaitan instruksi kerja

    pengoperasian dan penghentian operasi coal mill, dan instruksi kerja lainnya yang

    berhubungan. Selain itu juga melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam

    perhitungan neraca massa dan neraca energi.

    3.3 Konsep dan Perhitungan

    Berdasarkan studi literatur dan data yang telah tersedia, penulis menyusun konsep dan

    prosedur pengoperasian secara garis besar serta memperkirakan tambahan equipment yang

    dibutuhkan. Selain itu juga dilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah dan rate kiln

    dust yang dibutuhkan dalam pengoperasian coal mill.

    3.4 Penyusunan Makalah

  • 14

    BAB IV

    BAB IV PEMBAHASAN

    IV.1. Konsep Prosedur Penerapan Kiln Dust pada Operasi Coal Mill

    Gambar 4.1. Konsep Prosedur Penambahan Kiln Dust Saat Coal Mill Stop

    Saat coal mill stop, kiln dust dimasukkan ke dalam grinding table dengan ketinggian tertentu.

    Saat start up coal mill, debu akan terikut tarikan fan sehingga bisa mengurangi resiko debu

    halus batu bara yang masih tertinggal dan membara karena terinduce dengan aliran udara

    sehingga bisa membakar bag filter. Selain itu, kiln dust akan mengisi retakan atau ruangan di

    dalam body mill yang memungkinkan untuk terakumulasinya debu halus batu bara.

  • 15

    Diharapkan juga dust ini dapat melapisi bag filter bersama tarikan fan untuk mengurangi

    resiko terjadinya kebakaran pada bag filter.

    Untuk mencegah pengaruh kiln dust terhadap kualitas batu bara pulverized, maka dust tidak

    dialirkan ke dalam pulverized bin 1. Oleh karena itu perlu membuat line baru untuk jalur

    reject dust dari screw conveyor 471 SC3. Tarikan mill ID fan untuk mengalirkan dust dapat

    dilakukaan sebagai suatu prosedur untuk penentuan apakah idle telah aman dilakukan dengan

    melakukan pengecekan apakah dust telah melapisi filter bag dengan melihat keberadaan dust

    pada box reject.

    Gambar 4.2. Penambahan dust bin, dust feed bin, dan jalur transportasi dust reject

    Untuk implementasi konsep di atas maka dibutuhkan penambahan dust bin dan dust feed bin.

    Penentuan dimensi bin diperhitungkan sesuai dengan rate dust yang dibawa oleh gas exit line

    preheater slc yang menjadi inlet hot gas coal mill dan yang dapat dipisahkan pre duster.

    Selain itu juga perlu mempertimbangkan jumlah dan rate dust yang digunakan untuk mengisi

    grinding table. Untuk dust reject dapat digunakan reject box seperti reject box batu bara.

    IV.2. Hasil Perhitungan

    Berikut adalah tinjauan sistem yang digunakan dalam perhitungan untuk menentukan rate

    kiln dust yang dipisahkan dengan dua pre duster dari aliran inlet hot gas coal mill Tuban 1.

  • 16

    Gambar 4.3. Tinjauan Sistem untuk Penentuan Rate Kiln Dust dari Pre Duster Inlet

    Hot Gas Coal Mill

    Hasil perhitungan untuk sistem yang ditinjau di atas tertera dalam tabel di bawah.

    Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Dust Inlet to Dust Bin

    Rate dust yang berhasil dipisahkan oleh pre duster di atas didasarkan pada perhitungan yang

    menggunakan asumsi efisiensi dari masing-masing cyclone adalah 85%. Sedangkan

    perhitungan dust load aliran gas yang masuk pre duster 1 didasarkan pada asumsi dust yang

    dibawa gas exit preheater slc adalah 10% dari feed slc.

    Adapun hasil perhitungan untuk menentukan jumlah dan rate dust yang harus dimasukkan

    untuk mengisi grinding mill tertera dalam tabel berikut.

  • 17

    Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Jumlah dan Rate Dust to Grinding Table

    Hasil perhitungan di atas dengan asumsi letak rotary feeder dust berada di bagian atas coal

    mill sehingga bentuk dust pada grinding table menyerupai bentuk cone. Pertimbangan

    peletakkan rotary feeder di bagian atas, bukannya di samping seperti letak rotary feeder batu

    bara adalah untuk mengurangi kontak ducting dust dengan batu bara sehingga diharapkan

    dapat mengurangi resiko akumulasi debu batu bara pada area feeding dust.

  • 18

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1. Kesimpulan

    1. Konsep implementasi penggunaan kiln dust dalam bagian safety operation coal

    mill adalah sebagai berikut:

    2. Konsep penerapan kiln dust dalam operasi coal mill membutuhkan investasi

    dalam menambah equipment dan penunjang equipment dust bin, dust feed bin,

    dan line reject dust.

    3. Rate kiln dust yang dapat digunakan dalam operasi coal mill sebesar 8,02

    ton/jam.

    4. Jumlah dust yang diperlukan untuk menutupi area permukaan grinding table

    adalah 3575 Kg yang bila menggunakan timer untuk feeding selama 5 menit,

    maka rate feeding dust sebesar 11,91 Kg/s.

  • 19

    V.2. Saran

    1. Perlu dilakukan perhitungan lebih lanjut terhadap desain equipment tambahan

    yang dibutuhkan untuk menentukan nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk

    menerapkan konsep ini.

    2. Perlu data yang lebih akurat untuk perhitungan dust load gas exit preheater slc

    yang lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Alameddin, A. N. and Luzik, S. J. 1997. Coal Dust Explosions in the Cement Industry.

    J. Marku, I. Dumi, E. Lico, T. Dilo, O. akaj.2008. The charachterization and the utilization

    of cement kiln dust (CKD) as partial replacement of portland cement in mortar and concrete

    production.

    Instruksi Kerja (IK) No.: IK/661/125, IK/661/127, IK/661/125.

    http://www.epa.gov/osw/nonhaz/industrial/special/ckd/rtc/chap-3.pdf. Chapter Three: CKD

    Generation and Characteristics.

  • 21

    LAMPIRAN

    1. Perhitungan Flow Gas Inlet Coal Mill

    heat loss

    Umpan, Li Produk, Lo

    xi, tsi xo, tso

    Kebocoran, F

    yf, Tf

    G G' Gas keluar, Go

    Tgb yi, Tgi yo, Tgo

    Q grd

    Yo, Tgo

    Flow of recirculated gas, R, assumed to be : 10% of G'

    Total mass balance :

    L + F + G - L - G' = 0

    G' = F + G (1)

    Total H2O balance :

    L.xi + F.yf + G.yi - L.xo - G'.yo = 0

    L(xi - xo) = F(yo - yf) + G(yo - yi) .(2)

    Data taken from measurement on false air through mill system, F = 20% x G'

    L(xi - xo) = 20% G'(yo - yf) + 0.8 G'(yo - yi)

    L/G'(xi-xo) = 20% (yo - yf) + 0.8 (yo - yi) .(3)

    Parameters to be used on mass balance calculation

    Calc. base: 1 operating hour on steady state

    Product, L=Lo/(1+xo): 65 ton (dry basis)

    Recirculation (assum), R: 10% of volumetric rate of gas pass through mill (G')

    Feed moist. content , xi : 25 %

    Product res. moist, xo : 7 %

    Vol. gas through mill, G' : 180000 m3/hour (measured by venturimeter)

    Temp. gas outlet mill, Tgo : 72 oC

    ambient air, F : 1.293 kg/m3 (0 oC, 1 atm)

    o hot gas, o Gb : 1.400 kg/m3 (0 oC, 1 atm)

    Cp coal : 0.3 kcal/kg oC (dry basis)

    Calculation of Mass balance

    Assumed R = 10% x G' Go = 0.9 x G'

    Trial : o G' = o Gb (to be used as 1st trial)

    Go = 0.9 x 180000 = 162000.0 m3 air

    Go = 1.05466 x 162000.0 = 170854.9 kg air

    Go = 170854.92 /(1 + yo) kg udara kering

    G' = 189838.8 kg

    R = 18983.9 kg

    Determining the amount of water in air leaving the mill , yo

    yo = H2O total / G'

    yo = (H2O mat'l + H2O false + H2O recirc) / G' .(4)

    a. Amount of water evaporated :

    H2O material = L ( xi - xo)

    = 65000 x ( 0.25 - 0.07 )

    = 11700 kg

    b. Amount of water on false air

    H2O f alse = F x yf

    yf = 0.014 kg H2O/kg dry air

    F = 20% x G'

    F = 20% x 189838.8 = 37967.76 kg

    F = 37967.76 /(1 + yo) kg dry air

    H2O f alse= 37967.76 /(1 + yo) x 0.014

    H2O f alse= 531.55 /(1 + yo)

    c. Amount of water on recycle (resirkulasi)

    H2Orecirc = R x yo

    = 18983.88 /(1+yo) x yo

    Equation (4) become :

    11700 + 531.55 /(1+yo)+ 18983.88 yo/(1+yo)yo =

    189838.8 /(1+yo)

    189838.8 yo = 11700 (1+yo) + 531.55 + 18983.88 yo

    yo = 12231.55 / 159154.92

    yo = 0.07685

    Calculating mass flow rate of hot gas entering coal mill system, Gb

    Gb = Go - F

    Go = 170854.92 /(1 + yo) kg dry air = 158661.31 kg ud. Kering

    F = 37967.76 /(1 + yo) kg dry air = 35258.068 kg ud. Kering = 21% G'

    Gb = 123403.24 kg dry air

    G' = 167153.72 kg dry air

    Gas buang dr. kiln,Gb

    Recirc, R

    COAL MILL

    heat loss

    Umpan, Li Produk, Lo

    xi, tsi xo, tso

    Kebocoran, F

    yf, Tf

    G G' Gas keluar, Go

    Tgb yi, Tgi yo, Tgo

    Q grd

    Yo, Tgo

    Flow of recirculated gas, R, assumed to be : 10% of G'

    Total mass balance :

    L + F + G - L - G' = 0

    G' = F + G (1)

    Total H2O balance :

    L.xi + F.yf + G.yi - L.xo - G'.yo = 0

    L(xi - xo) = F(yo - yf) + G(yo - yi) .(2)

    Data taken from measurement on false air through mill system, F = 20% x G'

    L(xi - xo) = 20% G'(yo - yf) + 0.8 G'(yo - yi)

    L/G'(xi-xo) = 20% (yo - yf) + 0.8 (yo - yi) .(3)

    Parameters to be used on mass balance calculation

    Calc. base: 1 operating hour on steady state

    Product, L=Lo/(1+xo): 65 ton (dry basis)

    Recirculation (assum), R: 10% of volumetric rate of gas pass through mill (G')

    Feed moist. content , xi : 25 %

    Product res. moist, xo : 7 %

    Vol. gas through mill, G' : 180000 m3/hour (measured by venturimeter)

    Temp. gas outlet mill, Tgo : 72 oC

    ambient air, F : 1.293 kg/m3 (0 oC, 1 atm)

    o hot gas, o Gb : 1.400 kg/m3 (0 oC, 1 atm)

    Cp coal : 0.3 kcal/kg oC (dry basis)

    Calculation of Mass balance

    Assumed R = 10% x G' Go = 0.9 x G'

    Trial : o G' = o Gb (to be used as 1st trial)

    Go = 0.9 x 180000 = 162000.0 m3 air

    Go = 1.05466 x 162000.0 = 170854.9 kg air

    Go = 170854.92 /(1 + yo) kg udara kering

    G' = 189838.8 kg

    R = 18983.9 kg

    Determining the amount of water in air leaving the mill , yo

    yo = H2O total / G'

    yo = (H2O mat'l + H2O false + H2O recirc) / G' .(4)

    a. Amount of water evaporated :

    H2O material = L ( xi - xo)

    = 65000 x ( 0.25 - 0.07 )

    = 11700 kg

    b. Amount of water on false air

    H2O f alse = F x yf

    yf = 0.014 kg H2O/kg dry air

    F = 20% x G'

    F = 20% x 189838.8 = 37967.76 kg

    F = 37967.76 /(1 + yo) kg dry air

    H2O f alse= 37967.76 /(1 + yo) x 0.014

    H2O f alse= 531.55 /(1 + yo)

    c. Amount of water on recycle (resirkulasi)

    H2Orecirc = R x yo

    = 18983.88 /(1+yo) x yo

    Equation (4) become :

    11700 + 531.55 /(1+yo)+ 18983.88 yo/(1+yo)yo =

    189838.8 /(1+yo)

    189838.8 yo = 11700 (1+yo) + 531.55 + 18983.88 yo

    yo = 12231.55 / 159154.92

    yo = 0.07685

    Calculating mass flow rate of hot gas entering coal mill system, Gb

    Gb = Go - F

    Go = 170854.92 /(1 + yo) kg dry air = 158661.31 kg ud. Kering

    F = 37967.76 /(1 + yo) kg dry air = 35258.068 kg ud. Kering = 21% G'

    Gb = 123403.24 kg dry air

    G' = 167153.72 kg dry air

    Gas buang dr. kiln,Gb

    Recirc, R

    COAL MILL

  • 22

    heat loss

    Umpan, Li Produk, Lo

    xi, tsi xo, tso

    Kebocoran, F

    yf, Tf

    G G' Gas keluar, Go

    Tgb yi, Tgi yo, Tgo

    Q grd

    Yo, Tgo

    Flow of recirculated gas, R, assumed to be : 10% of G'

    Total mass balance :

    L + F + G - L - G' = 0

    G' = F + G (1)

    Total H2O balance :

    L.xi + F.yf + G.yi - L.xo - G'.yo = 0

    L(xi - xo) = F(yo - yf) + G(yo - yi) .(2)

    Data taken from measurement on false air through mill system, F = 20% x G'

    L(xi - xo) = 20% G'(yo - yf) + 0.8 G'(yo - yi)

    L/G'(xi-xo) = 20% (yo - yf) + 0.8 (yo - yi) .(3)

    Parameters to be used on mass balance calculation

    Calc. base: 1 operating hour on steady state

    Product, L=Lo/(1+xo): 65 ton (dry basis)

    Recirculation (assum), R: 10% of volumetric rate of gas pass through mill (G')

    Feed moist. content , xi : 25 %

    Product res. moist, xo : 7 %

    Vol. gas through mill, G' : 180000 m3/hour (measured by venturimeter)

    Temp. gas outlet mill, Tgo : 72 oC

    ambient air, F : 1.293 kg/m3 (0 oC, 1 atm)

    o hot gas, o Gb : 1.400 kg/m3 (0 oC, 1 atm)

    Cp coal : 0.3 kcal/kg oC (dry basis)

    Calculation of Mass balance

    Assumed R = 10% x G' Go = 0.9 x G'

    Trial : o G' = o Gb (to be used as 1st trial)

    Go = 0.9 x 180000 = 162000.0 m3 air

    Go = 1.05466 x 162000.0 = 170854.9 kg air

    Go = 170854.92 /(1 + yo) kg udara kering

    G' = 189838.8 kg

    R = 18983.9 kg

    Determining the amount of water in air leaving the mill , yo

    yo = H2O total / G'

    yo = (H2O mat'l + H2O false + H2O recirc) / G' .(4)

    a. Amount of water evaporated :

    H2O material = L ( xi - xo)

    = 65000 x ( 0.25 - 0.07 )

    = 11700 kg

    b. Amount of water on false air

    H2O f alse = F x yf

    yf = 0.014 kg H2O/kg dry air

    F = 20% x G'

    F = 20% x 189838.8 = 37967.76 kg

    F = 37967.76 /(1 + yo) kg dry air

    H2O f alse= 37967.76 /(1 + yo) x 0.014

    H2O f alse= 531.55 /(1 + yo)

    c. Amount of water on recycle (resirkulasi)

    H2Orecirc = R x yo

    = 18983.88 /(1+yo) x yo

    Equation (4) become :

    11700 + 531.55 /(1+yo)+ 18983.88 yo/(1+yo)yo =

    189838.8 /(1+yo)

    189838.8 yo = 11700 (1+yo) + 531.55 + 18983.88 yo

    yo = 12231.55 / 159154.92

    yo = 0.07685

    Calculating mass flow rate of hot gas entering coal mill system, Gb

    Gb = Go - F

    Go = 170854.92 /(1 + yo) kg dry air = 158661.31 kg ud. Kering

    F = 37967.76 /(1 + yo) kg dry air = 35258.068 kg ud. Kering = 21% G'

    Gb = 123403.24 kg dry air

    G' = 167153.72 kg dry air

    Gas buang dr. kiln,Gb

    Recirc, R

    COAL MILL

    Vn =

    Vn = 123403.2 kg/hr x 1.26 Nm3/kg

    = 155488.1 Nm3/hr

    Vo x Po x TN

    PN x To

    ;

    =

    = 127504.6 m3/hr

    Vo =

    (1 x (273+T)

    Vn x PN x To

    Po x TN

    Vn x (1+Ps) x 273

    Ps = 1241.238 mmH2O

    = 4.071261 ftH2O

    = 1.761688 psia

    = 12107.41 N/m2

  • 23

    2. Perhitungan Flow Gas Exit Preheater SLC

    3. Perhitungan Rate Dust Inlet Dust Bin

  • 24

    4. Perhitungan Jumlah dan Rate Dust to Grinding Table