attention

43
Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit. Kalimat sederhana yang pernah dilontarkan Bung Karno itu melekat dalam benak Susi Pudjiastuti sejak kecil. Susi, perempuan Jawa yang lahir di Pangandaran, Jawa Barat, pada 15 Januari 1965 ini merajut cita- citanya dengan kerja keras diiringi doa. Susi Air, maskapai penerbangan Indonesia yang dioperasikan oleh PT ASI Pujiastuti Aviation adalah impian semasa kecil yang kemudian berhasil direalisasikannya. Putri sulung dari tiga bersaudara pasangan H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah ini dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan. Kedua orangtua yang asli Jawa Tengah sudah lima generasi lahir dan hidup di Pangandaran. Menurut cerita, kakek buyutnya, H Ireng, adalah seorang saudagar sapi dan kerbau, yang membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Sebagai keturunan H Ireng, ayah Susi, H Karlan, juga termasuk tuan tanah di kampungnya. Tanahnya banyak, antara lain kolam-kolam ikan dan kebun kelapa

Upload: biratika-dewi-karlina

Post on 19-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

birty attend

TRANSCRIPT

Page 1: Attention

Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit. Kalimat sederhana yang pernah dilontarkan Bung Karno itu melekat dalam benak Susi Pudjiastuti sejak kecil. Susi, perempuan Jawa yang lahir di Pangandaran, Jawa Barat, pada 15 Januari 1965 ini merajut cita-citanya dengan kerja keras diiringi doa. Susi Air, maskapai penerbangan Indonesia yang dioperasikan oleh PT ASI Pujiastuti Aviation adalah impian semasa kecil yang kemudian berhasil direalisasikannya.

Putri sulung dari tiga bersaudara pasangan H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah ini dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan. Kedua orangtua yang asli Jawa Tengah sudah lima generasi lahir dan hidup di Pangandaran. Menurut cerita, kakek buyutnya, H Ireng, adalah seorang saudagar sapi dan kerbau, yang membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Sebagai keturunan H Ireng, ayah Susi, H Karlan, juga termasuk tuan tanah di kampungnya. Tanahnya banyak, antara lain kolam-kolam ikan dan kebun kelapa untuk dipanen dan dijual kopranya. Sang ayah juga mengusahakan beberapa buah perahu untuk para nelayan mencari ikan dengan sistem bagi hasil.

Puluhan tahun lalu, Pangandaran belum seperti saat ini, daerah pesisir itu masih sepi pengunjung karena banyak potensinya yang belum digali secara maksimal. Tak heran, di hari Sabtu-Minggu atau hari libur pun jarang sekali ada wisatawan yang datang. Karena itu, meski terlahir dari keluarga berada, pergaulan Susi layaknya anak-anak kampung seusianya.

Page 2: Attention

Demikian halnya untuk urusan pendidikan, meski memiliki materi berlebih, orangtuanya mengirimkan Susi untuk bersekolah di sekolah negeri yang kondisi bangunannya amat sederhana, setengah tembok dan selebihnya berdinding bilik bambu berlantai tanah. Susi mengenyam pendidikan SD hingga SMP di Pangandaran.

Pada tahun 1980 setelah tamat SMP, ia meninggalkan kota kelahirannya itu dan pindah keYogyakarta demi meneruskan sekolahnya di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Sayang, pendidikannya harus terhenti di kelas dua. Kegagalannya itu bukan karena ia malas belajar sebab perempuan berambut ikal ini amat suka belajar dan membaca buku-buku teks berbahasa Inggris. Saat itu, ia mengisahkan tentang bagaimana suatu kali ia tergelincir di tangga, lalu tubuhnya menggelinding ke bawah dan baru berhenti ketika kepalanya terbentur tembok dinding sekolahnya.

Susi sampai harus terbaring di tempat kosnya selama beberapa hari. Sakit berkepanjangan membuat orang tuanya memintanya kembali ke Pangandaran, sampai akhirnya ia memutuskan untuk tidak balik lagi ke sekolah. Alasannya sederhana, ia tidak mau diatur. Ibu dan bapaknya tentu menyesalkan keputusan putri sulungnya itu. Tetapi, dipikir-pikir lagi, bisa jadi itu memang jalan hidup yang harus ia jalani. Kalau saja ia meneruskan sekolah, lulus SMA, lalu kuliah di perguruan tinggi, pastilah cerita hidupnya akan berbeda.

Saat usianya baru menginjak 17 tahun, Susi mencoba

Page 3: Attention

berwirausaha. Instingnya pun tajam melihat potensi alam Pangandaran, pesisir pantai yang saat itu mulai menggeliat sebagai daerah tujuan wisata yang ditandai dengan menjamurnya hotel-hotel. Peluang itu dimanfaatkan Susi dengan berjualan bed cover dan sarung bantal dan menawarkannya ke hotel-hotel yang ada. Meski awalnya ia mengaku sulit meyakinkan pemilik hotel untuk membeli dagangannya, Susi tak patah semangat.

Sebenarnya, Susi tak harus bersusah payah berkeliing dari hotel ke hotel lainnya hanya untuk menawarkan barang dagangan. Kalaupun ia tak bekerja, ia masih bisa makan enak di rumah orang tuanya. Akan tetapi, Susi sadar ia tak bisa terus-menerus menggantungkan hidupnya pada orang tua. "Hewan saja mengajarkan pada kita, bahwa setelah dewasa ia tak lagi menyusu, dan mencari makannya sendiri. Apalagi kita, manusia, yang diberi akal," kata Susi seperti dikutip dari situs femina online. Itulah mengapa ia bertekad, mengandalkan kemampuannya untuk berbuat sesuatu, mencari nafkah demi masa depan.

Belakangan, usaha dagang keliling menjual bed cover ia tinggalkan lantaran mulai mencium peluang bisnis yang lebih menguntungkan dari dunia maritim yang terbentang di sekitarnya. Pangandaran adalah tempat pendaratan ikan yang amat potensial di pesisir selatan Pulau Jawa. Setiap hari ratusan nelayan mendaratkan perahu-perahunya di pantai itu, dengan hasil tangkapan yang melimpah. Tahun 1983, Susi yang semasa kecil pernah bercita-

Page 4: Attention

cita menjadi ahli oceanologi ini lantas beralih profesi menjadi bakul ikan, sebutan untuk parawanita pengepul hasil laut tangkapan nelayan di Pangandaran.

Dengan modal Rp 750 ribu, uang yang didapatnya dari hasil penjualan gelang keroncong, kalung, dan cincin miliknya, Susi mulai menjalani hari-harinya sebagai bakul ikan. Setiap pagi di jam-jam tertentu, ia dan kawan-kawan seprofesi berkerumun di TPI (tempat pelelangan ikan), menjadi peserta lelang. Tugasnya hanya perlu menaksir dengan cepat berapa harga jual ikan-ikan di keranjang yang sedang ditawarkan juru lelang, memperkirakan kepada siapa ikan-ikan itu akan dijual, dan dengan cepat memutuskan untuk membeli ikan-ikan yang dilelang itu.

Di usianya yang masih muda, tentu tak mudah menjalani profesi barunya itu. Di hari pertama misalnya, ia cuma berhasil mendapatkan 1 kilogram ikan saja, pesanan sebuah resto kecil kenalannya. Keesokan harinya, setelah mulai dapat meyakinkan calon pembeli, ikan yang didapat lebih besar lagi jumlahnya. Tiga kilo, tujuh kilo, begitu seterusnya. Tak jarang, ia juga salah taksir hingga merugi saat ikan-ikan yang dibelinya harus dijual lagi. Belum lagi jika ada pemesan yang ingkar, alias tak jadi membeli ikan dari bakul Susi. Baginya semua itu dinamika kerja, yang lazim terjadi di semua bidang pekerjaan.

Dengan modal Rp 750 ribu, uang yang didapatnya dari hasil penjualan gelang keroncong, kalung, dan cincin miliknya, Susi mulai menjalani hari-harinya sebagai bakul ikan.

Page 5: Attention

Mentalnya yang tak gampang loyo membuat Susi hanya butuh waktu setahun untuk menguasai pasar Pangandaran. Ekspansinya terus melebar ke pasar Cilacap yang bisa ditempuh dalam tempo tiga jam bermobil dari Pangandaran. Sukses sebagai bakul ikan memacu semangat Susi untuk terus mengembangkan kemampuan bisnisnya. Uang hasil jerih payahnya sebagai bakul ikan kemudian digunakan sebagai modal untuk membeli perahu yang kemudian disewakan ke para nelayan. Kini, dari satu dua, sudah berkembang menjadi ratusan perahu di Pangandaran dan Cilacap yang diakui nelayan sebagai 'punya Ibu Susi'. Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan tadi kemudian ia beli dengan harga yang pantas.

Menurut Susi, produksi ikan di Pangandaran amat melimpah namun tak sebanding dengan daya serap masyarakat sekitar. Tiap hari ada saja ikan segar yang tak terserap pasar. Kalau sudah begitu, para pedagang mengolahnya menjadi ikan awetan, sebagai ikan kering ataupun ikan asin. Padahal harga jual ikan segar jauh lebih mahal dibanding ikan awetan. Saat itulah Susi mendapat ide untuk membuka pasar di luar Pangandaran dan kota besar di sekitarnya. Kota yang menjadi sasarannya bukan Bandung, Ciamis ataupun Tasikmalaya, melainkan Jakarta. Menurut perkiraannya, penduduk ibukota memerlukan pasokan banyak ikan. Puluhan ton ikan segar tiap hari masuk ke Jakarta dan selalu terserap habis. "Intinya, ya harus segar," ucap Susi, yang cuma beberapa bulan saja jadi bakul ikan, untuk kemudian meningkat jadi pengepul besar hasil laut.

Page 6: Attention

Mulailah ia memutar otak bagaimana membawa hasil laut yang dikumpulkannya, bagaimana hasil tangkapan nelayan yang menyewa perahu-perahunya, bisa sampai ke pasar dalam keadaan segar. Sementara, jarak pasar besar berpuluh bahkan beratus kilometer dari Pangandaran. Untuk menjaga kesegaran, maka ia harus bisa berpacu dengan waktu. Solusinya, ia mulai mengusahakan mobil untuk mengangkut ikan ke Jakarta. Dari yang awalnya menyewa, Susi akhirnya mampu membeli truk dengan sistem pendingin es batu. Bahkan kemudian ia dipercaya oleh beberapa pabrik sebagai pemasok tetap ikan segar untuk ekspor.

Selama bertahun-tahun, Susi bolak balik Pangandaran-Jakarta untuk membawa ikan dagangannya. Waktu berjam-jam di dalam mobil, tak sekadar dimanfaatkannya untuk beristirahat, tetapi juga terus berpikir untuk mengembangkan usahanya hingga berhasil menemukan peluang bisnis baru yakni menjual kodok. Kodok hidup tak hanya laris di pasar Glodok, bahkan bisa diekspor ke Singapura dan Hong Kong. Dalam perjalanan Pangandaran-Jakarta pun, ia tak pernah lupa mampir ke sentra-sentra pengepul kodok yang terdapat di sepanjang jalan Cikampek hingga Karawang. Kodok-kodok itu kemudian dibawanya ke beberapa pasar di Jakarta. Tak heran bila di tempat-tempat itu, ia sempat mendapat julukan 'Susi Kodok'!

Kemauan untuk terus maju dan menjadi yang terbaik membuat Susi jeli melihat peluang bisnis. Ia seakan tak pernah kehabisan

Page 7: Attention

akal untuk mengembangkan bisnis yang dibangunnya dari nol itu. Setelah sukses sebagai pemasok ikan, pada tahun 1996, Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan dengan label Susi brand di bawah naungan PT ASI Pudjiastuti Marine Product. Demi kenyamanan para karyawannya, pabrik tersebut dibangun layaknya mall, penuh dengan keramik dan kaca, meski untuk itu ia harus menggelontorkan biaya investasi yang tak sedikit.

Hasil laut seperti kakap, ekor kuning, bawal, kerapu, marlin, hingga lobster merupakan produk andalan pabriknya. Dari sekian banyak produknya, lobster masih menjadi primadona. Permintaan pasar akan udang besar yang biasa hidup di perairan pantai berkarang ini terbilang cukup tinggi. Sayangnya, hasil tangkapan nelayan relatif sedikit. Bagi Susi, kendala itu justru merupakan sebuah tantangan. Demi berburu lobster, ia pun berkelana ke berbagai tempat pendaratan ikan. Nyaris semua pantai sepi di pesisir selatan Pulau Jawa ia telusuri.

Walau berusaha memenuhi permintaan pasar, Susi bukan tipe pengusaha serakah dan menghalalkan segala cara. Demi menjaga populasi dan kualitas lobster-lobster yang akan dijualnya, ikan itu harus ditangkap secara alami, tidak menggunakan cara yang merusak lingkungan, misalnya dengan membongkar karang atau menggunakan pestisida. Satu hal lagi, Susi juga tidak menerima lobster yang sedang bertelur. Kalau tak sengaja mendapatkan lobster yang sedang masa bertelur, ia meminta segera cepat dikembalikan ke laut.

Ratusan tenaga kerja lokal dipekerjakan untuk menyiangi ikan.

Page 8: Attention

Limbah berupa tulang dan isi perut dipisahkan, dicacah atau digiling, untuk pakan itik di kebunnya, sementara bagian dagingnya dibuat filet atau produk turunan lainnya. Hanya dalam tempo setahun setelah ia mengekspor lobster beku, ragam jenis seafood beku dari pabrik Pangandaran itu diekspor ke Jepang dengan label Susi Brand.

Menembus pasar Jepang memang sebuah prestasi. Mengingat Jepang merupakan pangsa pasar ikan segar terbesar di Asia, yang menerapkan aturan ketat untuk produk yang masuk ke negaranya. Oleh karena itu, demi menjaga kualitas, pengolahan ikan di pabriknya dikerjakan sesuai standar internasional termasuk tidak memakai bahan pengawet kimia. Susi sadar, semakin murni ikan itu dari bahan pengawet, semakin banyak diburu penggemarnya. Pendinginnya pun ramah lingkungan karena menggunakan amoniak, bukan freon yang merusak ozon.

Dalam mengembangkan usahanya, Susi juga menerapkan filosofi palugada (apa lu mau, gua ada). Sebisa mungkin ia berusaha memenuhi segala permintaan pemesan. Yang terpenting, ia tetap memegang prinsip, "Cari dan siapkan barang yang bagus, maka pembeli akan senang. Keuntungannya, harga jual bisa lebih bagus!" ungkapnya. Selain ikan dan kodok, Susi juga memasok sarang burung walet yang diambilnya dari para pemanen di gua-gua laut yang banyak terdapat di pesisir pantai selatan Pulau Jawa.

Diversifikasi usaha pun terus dilakukan Susi. Misalnya dengan

Page 9: Attention

membuka restoran Hilmans di dekat pantai Pangandaran dengan spesialisasi menu ikan segar. Restoran yang berdiri tahun 1989 itu memanjakan calon pembelinya karena bisa memilih sendiri ikan segar yang diminatinya lalu para koki mengolahnya menjadi hidangan bercita rasa istimewa.

Kesuksesan Susi sebagai pebisnis tak dibarengi dengan kesuksesannya di dalam kehidupan rumah tangga. Sebelum akhirnya hidup bahagia dengan suaminya saat ini, Christian von Strowberg, ia telah mengalami dua kali kegagalan perkawinan. Pernikahan pertamanya terjadi di tahun 1983 saat usianya masih belasan tahun dengan seorang teman sekampungnya dan membuahkan satu orang putra bernama Panji Hilmansyah. Panji kini telah menikah dan memiliki seorang anak Arman Hilmansyah. Sang cucu ini selalu menemani Susi ke mana pun ia pergi dan menyapanya dengan panggilan Uti (penggalan dari kata Mbah Puteri).

Setelah bercerai dengan ayah Panji, Susi menikah dengan seorang pria asal Swiss. Dari perkawinan itu, Susi dikaruniai seorang putri bernama Nadine Pascale.

Kehidupan rumah tangga yang lebih langgeng baru dialaminya setelah dipinang Christian von Strowberg. Susi pertama kali bertemu dengan pria yang usianya lebih muda 9 tahun itu saat Christian berkunjung ke restoran seafood miliknya. Pria Jerman yang fasih berbahasa Indonesia itu bekerja sebagai engineer dan pilot di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) di Bandung. Pernikahan yang telah membuahkan seorang anak

Page 10: Attention

bernama Alvi Xavier itu masih awet bertahan hingga saat ini. Christian pulalah yang mewujudkan impian Susi semasa kecil untuk memiliki pesawat terbang.

Impian memiliki pesawat terbang kian kuat lantaran bisnis perikanannya yang kian berkembang tak hanya di Indonesia bahkan mulai merambah ke Asia dan Amerika. Setelah proposal pengajuan kreditnya berkali-kali ditolak bank, pada tahun 2004, Susi akhirnya bisa tersenyum setelah Bank Mandiri menggelontorkan dana sebesar 4,7 juta US dollar. Dengan dukungan Christian yang paham seluk-beluk kedirgantaraan, impiannya untuk memiliki pesawat terbang pun terwujud berupa sebuah Cessna Caravan buatan USA seharga Rp20 miliar. Pesawat berkapasitas 12 seats itu ia gunakan untuk mengangkut ikan dan lobster tangkapan nelayan di berbagai pantai Indonesia untuk selanjutnya diterbangkan ke pasar Jakarta.

Sebagai penekun usaha hasil laut, ia memahami betul bahwa kadar kesegaran suatu hasil laut menentukan nilai jual. Misalnya, ikan atau udang yang sudah sampai di Jepang dalam waktu kurang dari 24 jam akan bisa dihargai dua kali lipat lebih mahal. Misalnya, ikan laut yang dihargai US$3/kg bisa dijual US$8/kg apabila diantar kurang dari 24 jam. Untuk bisa menjamin nilai fresh pasokannya, ia pun membangun armada pesawat kargo sendiri dengan jalur domestik dan internasional. Ia menamakan armada udaranya ini, Susi Air yang berada di bawah naungan PT ASI Pudjiastuti Aviation.

Page 11: Attention

Pada 26 Desember 2004, gempa tektonik yang berujung gelombang tsunami melanda Pulau Sumatera. Kerusakan yang amat parah membuat medan sulit ditembus. Aliran bantuan pun tersendat, makanan, tenda, obat-obatan menumpuk di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Namun dua hari setelah bencana, Susi didampingi suami berhasil mendaratkan Cessna-nya di Meulaboh dan langsung mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi.

Dari peristiwa inilah, skenario bisnisnya berubah. Terlebih pasca tsunami, kinerja bisnis perikanannya terus merosot, omsetnya bahkan turun hingga Rp 10 miliar/bulan. Di sisi lain, ia melihat kebutuhan terhadap pesawat di Aceh begitu besar. Belakangan, pesawat yang tadinya hanya untuk mengangkut barang dagangan laut, dia coba sewakan kepada masyarakat yang ingin menumpang. Setelah dua minggu misi kemanusiaan selesai, pesawat tak bisa dibawa pulang. Hingga akhirnya pada 2005, ia mendatangkan satu pesawat lagi, juga jenis Cessna Caravan.

Setahun kemudian, pesawat tersebut pindah ke Jayapura, sebagai bagian dari langkah pembukaan cabang Susi Air di sana. Tahun demi tahun armada pesawat terbang milik Susi pun terus bertambah. Selama kurun bulan Oktober-Desember 2007, ia berhasil membeli 6 pesawat (4 Cessna Caravan and 2 Pilatus Porter). Pada Juni 2009, Susi Air mengumumkan bahwa mereka telah memesan 30 pesawat Grand Caravan di Paris Air Show. Bulan berikutnya, Piaggio Avanti pertama Susi Air mulai

Page 12: Attention

digunakan. Sejak itu, Susi Air terus mengepakkan sayapnya dengan membuka kantor cabang di berbagai daerah di Tanah Air.

Sebanyak 15 pesawat melayani jasa carteran dan 7 rute penerbangan komuter antara lain, di Sumatera, dari Medan ke Simeuleu, Medan-Meulaboh, Medan-Aek Godang dan Medan-Blang Pidie. Lalu, di Kalimantan, Susie Air melayani rute Banjarmasin-Muara Teweh, Muara Teweh-Palangkaraya dan Balikpapan-Sebuku. Setelah bisnis maskapai penerbangan, tahun 2008 di bawah manajemen PT ASI Pudjiastuti Flying School, Susi mendirikan sekolah penerbang dengan nama Susi Flying School, dan bertindak sebagai Direktur utamanya.

Kesuksesan Susi membangun kerajaan bisnis mendapat pengakuan dari berbagai kalangan. Setidaknya hal tersebut dapat dilihat dari sederet penghargaan yang diraihnya seperti Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia, Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter dari Presiden Republik Indonesia, Inspiring Woman Award for Economics dari Metro TV, Ganesa Wdiya Jasa Adiutama dari ITB.

Ibu tiga anak ini juga aktif di berbagai bidang antara lain sebagai Aktivis lingkungan independen, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, serta Ketua Komisi Pengembangan Usaha Kecil dan

Page 13: Attention

Menengah di KADIN. Susi juga dipercaya sebagai dosen tamu di ITB, IPB, dan UGM, serta pada program pendidikan di lingkungan BRI dan Telkom.

Impian masa kecilnya memang telah terwujud, namun kebahagiaan bukan datang dari puluhan pesawat yang berhasil dimilikinya melainkan ketika ia bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain. Saat pensiun nanti, Susi ingin mengikuti jejak neneknya, yakni mengabdikan dirinya penuh pada Tuhan, tinggal di masjid yang dibangunnya sendiri, dan membantu masyarakat sekitar. eti | muli, red

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/3695-pengusaha-sukses-tamatan-smpCopyright © tokohindonesia.com

Page 14: Attention

AnneAhira.com     Referensi     Profil     Perusahaan

Susi Air, Kisah Gigih Perempuan Asal Pangandaran

Ilustrasi susi air

Artikel ini membahas seputar Susi Air. Barangkali tidak banyak yang mengetahui bahwa Indonesia memiliki wonder woman, seorang perempuan asal Pangandaran yang kini berjaya di bisnis perikanan dan penerbangan. Ia adalah Susi Pudjiastuti, Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti yang merupakan perusahaan di bidang perikanan, dan PT. ASI Pudjiastuti Aviation, sebuah maskapai penerbangan yang terkenal dengan nama Susi Air.

Susi Air - Perjuangan Hidup

Page 15: Attention

Tidak ada yang menyangka bahwa sifat mandiri dan keras kepala Susi telah membawanya terbang tinggi mencapai kesuksesan meski dia tidak pernah menamatkan SMA. Perempuan yang lahir pada 15 januari 1965 di Pangandaran ini memang memutuskan untuk meninggalkan sekolah saat duduk di bangku kelas II SMA. Sosok di balik berdirinya Susi Air ini merasa sekolah tidak cocok untuknya.

Untuk membuktikan bahwa dia bisa menjadi 'orang' tanpa sekolah, ia menguatkan tekad untuk melakoni kerja keras dengan bekerja apapun. Ia pernah menjadi penjual bed cover, penjual hasil bumi seperti cengkeh, dan sebagainya. Sepeda motor adalah modalnya berkeliling Pangandaran setiap hari untuk berjualan. Wanita pendiri Susi Air ini memiliki pengalaman hidup yang cukup inspiratif.

Kemudian dia mulai mencermati bahwa potensi Pangandaran adalah hasil laut. Ratusan nelayan melaut dan kembali dengan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Maka ia kemudian menjajal berjualan ikan pada 1983. Dengan modal nekat dia menyewa truk untuk mengangkut ikan-ikannya dijual ke Jakarta. Sebelum melebarkan sayapnya dan mendirikan Susi Air, ini adalah bisnis yang ditekuninya.

Setiap harinya Susi bersama truk penuh ikan berangkat dari Pangandaran sore hari dan tiba di Jakarta tengah malam, dan langsung bertolak kembali ke Pangandaran. Hanya seorang perempuan bermental baja yang bisa melakoni pekerjaan berat seperti ini. Ya. Dia sekaligus merupakan pemilik Susi Air itu.

Cikal Bakal Berdirinya Susi Air

Pemilik Susi Air ini kemudian membuka restoran seafood di daerah Pangandaran. Di restoran inilah ia bertemu seorang ekspatriat asal Perancis, Christian von Strombeck. Setelah saling mengenal beberapa saat, Christian kemudian melamar Susi. Pertemuan dengan Christian ini yang memperkenalkan Susi dengan dunia penerbangan, karena Christian adalah seorang aviation engineer yang dulu bekerja di Industri Pewasat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian berganti nama menjadi PT. DI. 

Susi Air berdiri atas idenya. Pada saat itu Susi membayangkan bahwa pesawat tentunya akan menjadi kendaraan angkut yang ideal untuk membawa ikan dari Pangandaran ke Jakarta. Waktu tempuh yang jauh lebih singkat dari Cilacap ke Jakarta, dibandingkan dengan menggunakan kendaraan angkut darat, membuat ikan-ikan akan terjaga kesegarannya ketika tiba di Jakarta.

Berangkat dari ide inilah kemudian Susi dan suaminya membuat business plan pada 2000 yang diajukan ke bank untuk mendapatkan pinjaman guna membeli pesawat. Inilah cikal bakal hadirnya Susi Air. Namun hampir selalu proposal mereka ditolak oleh bank. Banyak yang menertawakan dan menganggapnya gila. Bahkan ada yang berkomentar, "Pesawatnya saja harganya USD 2 juta, gimana bisa dibayar dengan ikan dan udang?"

Page 16: Attention

Namun kegigihan Susi akhirnya didengar oleh Bank Mandiri, hingga akhirnya pada 2004 ia mendapat pinjaman USD 4,7 juta untuk memulai bisnis penerbangannya. Landasan berhasil dibangun, kemudian dua pesawat Cessna Grand Caravan juga berhasil dibelinya. Susi Air pun berdiri, dan siap beroperasi mengangkut hasil laut dari Cilacap ke Jakarta.

Dua bulan setelah Susi Air beroperasi, bencana tsunami melanda Aceh. Tergerak hatinya melihat betapa masyarakat Aceh sangat menderita akibat bencana ini, maka ia bersama Christian memutuskan untuk menggunakan salah satu pesawatnya mengangkut bantuan ke Meulaboh, Aceh. Christian sendiri yang menerbangkan pesawat Susi Air, dan itu menjadi pesawat bantuan pertama yang berhasil tiba di Aceh hanya selang satu hari setelah tsunami melanda.

Dua minggu aksi kemanusiaan itu dilakukan, akhirnya Susi Air mulai kehabisan uang karena tentunya Susi tidak mendapatkan sepeser pun dari aksi kemanusiaannya tersebut. Namun kehidupan ternyata memberikan jalan sebagai hasil dari apa yang telah ia berikan untuk sesama.

Ketika pesawat Susi Air hendak kembali ke Cilacap, beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat asing berniat menyewa pesawat itu untuk mengangkut bantuan ke Aceh, mengingat sulitnya akses transportasi ke sana. Akhirnya selama satu setengah tahun, pesawat Susi Air secara terus-menerus disewa oleh LSM-LSM asing itu untuk membawa bantuan dalam rangka recovery Aceh.

Hasil sewa pesawat milik Susi Air ini kemudian bisa digunakan untuk mencicil utang di Bank Mandiri, dan membeli pesawat baru lagi. Kini Susi Air memiliki kurang lebih 50 pesawat dengan sekitar 80 pilot yang berasal dari berbagai negara di dunia. Susi sendiri seorang gadis desa asal Pangandaran sangat fasih berbicara bahasa Inggris kepada para pilotnya.

Wilayah Penerbangan Susi Air

Pada dasarnya Susi Air melayani penerbangan ke pulau-pulau di luar Jawa menggunakan pesawat-pesawat kecil, yang belum dijamah oleh operator-operator penerbangan besar. Terdapat 5 pangkalan utama tempat Susi Air beroperasi, yaitu di Medan (Sumatera Utara), Kendari, Jawa Barat (Pangandaran dan Bandung), Jawa Tengah (Cilacap), Balikpapan (Kaltim), dan Jayapura (Papua).

Susi Air juga disebut-sebut sebagai penguasa penerbangan perintis di Kalimantan. Sejak Februari 2012, Susi Air juga menambah jadwal terbang dari Jakarta-Cilacap dan sebaliknya. Untuk rute ini Susi Air menggunakan pesawat Caravan 208 dengan 12 penumpang. Jadwal penerbangan dari Cilacap ke Jakarta dilakukan empat kali sehari pada jam 07.30 WIB, 08.00 WIB, 14.00 WIB, dan pukul 16.00 WIB.

Tingginya animo masyarakat menggunakan Susi Air di rute inilah yang membuat manajemen Susi Air menambah frekuensi penerbangannya.

Page 17: Attention

Kecelakaan Pesawat Susi Air

Sejak beroperasi, pesawat Susi Air tercatat mengalami tiga kali kecelakaan. Kecelakaan pertama terjadi di bulan Oktober, 2008. Pesawat DA-40 harus mendarat darurat karena kehabisan bahan bakar di lapangan tembak Pusat Pendidikan Infanteri yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat.

Pesawat tersebut tidak membawa penumpang, hanya dua orang mekanik. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Pada tahun 2011 agaknya menjadi tahun yang tidak bagus bagi Susi Air. Dua pesawatnya mengalami kecelakaan hanya dalam selang waktu 2 bulan, dan sama-sama berada di Papua. Pada 9 September 2011, pesawat Susi Air jatuh di kawasan Kabupaten Yahukimo yang menewaskan dua orang pilot berkebangsaan Australia dan Slovakia.

Pesawat itu tidak berisi penumpang, hanya barang-barang yang dibawa dari Wamena ke sebuah landasan di pelosok Irian. Nasib naas kembali dialami pesawat Susi Air pada 23 November 2011. Pesawat jenis Caravan yang dikendari oleh pilot asal New Zealand ini bersiap akan mendarat di lapangan terbang perintis Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

Namun akibat kondisi lapangan terbang yang tidak dikelola dengan baik dan tidak steril, tampak seseorang menyeberang melintasi landasan yang membuat sang pilot kontan menaikkan kembali pesawatnya agar tidak menabrak orang tersebut. Namun malang pesawat Susi Air tidak bisa dikendalikan dan akhirnya jatuh.

Diketahui kemudian orang yang melintas di landasan tersebut ternyata seorang tuna rungu. Pilot pesawat Susi Air dikabarkan terluka parah, sementara kopilot berkebangsaan Spanyol tewas seketika.

Namun terlepas dari kecelakaan-kecelakaan yang terjadi, Susi Pudjiastuti, si wonder woman dibalik bisnis penerbangan Susi Airini memang pantas menjadi suri teladan. Kegigihannya dan sikap pantang menyerah telah membuktikan bahwa tidak ada mimpi yang mustahil diraih, bahkan jika itu adalah bermimpi terbang dan menyentuh langit.

Page 18: Attention

Susi Pudjiastuti (lahir di Pangandaran, 15

Januari 1965; umur 49 tahun)

adalah pengusaha pemilik dan Presdir PT. ASI

Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi

Air dari Jawa Barat. Hingga awal tahun 2012,

Susi Air memiliki 46 pesawat dengan berbagai

tipe seperti Cessna Grand Caravan, Pilatus PC-

06 Porter dan Piaggio P180 Avanti. Susi Air

mempekerjakan 179 pilot, dengan 175 di

antaranya merupakan pilot asing. Tahun 2012

Susi Air menerima pendapatan Rp. 300 Miliar dan

melayani 200 penerbangan perintis.[1]

Perjalanan Bisnis[sunting | sunting sumber]

Ayah dan ibunya Susi Pudjiastuti yaitu Haji

Suwuh dan Hajjah Suwuh Lasminah berasal

dari Jawa Tengah yang sudah lima generasi lahir

dan hidup di Pangandaran. Keluarganya adalah

saudagar sapi dan kerbau, yang membawa

ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk

diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya

Page 19: Attention

Haji Ireng dikenal sebagai tuan tanah. Susi hanya

memiliki ijazah SMP. Setamat SMP ia sempat

melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun, di kelas

II SMAN Yogyakarta dia berhenti sekolah tanpa

alasan jelas. Setelah tidak lagi bersekolah,

dengan modal Rp. 750 ribu hasil menjual

perhiasan, pada 1983 Susi mengawali profesi

sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya

terus berkembang, dan pada 1996 Susi

mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI

Pudjiastuti Marine Product dengan produk

unggulan berupa lobster dengan merek “Susi

Brand”. Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas

dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi

memerlukan sarana transportasi udara yang

dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan,

dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan

masih segar.

Didukung suaminya, Christian von Strombeck,

seorang Jerman yang lama bekerja sebagai

Page 20: Attention

mekanik pesawat dan pilot di Indonesia,

pada 2004 Susi memutuskan membeli

sebuah Cessna Caravan seharga Rp. 20 Miliar

menggunakan pinjaman bank. Melalui PT. ASI

Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian,

satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan

untuk mengangkut lobster dan ikan segar

tangkapan nelayan di berbagai pantai

di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Call

sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air.

Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami

Aceh melanda Aceh dan pantai

barat Sumatera pada 26 Desember 2004 , Cessna

Susi adalah pesawat pertama yang berhasil

mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan

bantuan kepada para korban yang berada di

daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah

bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan mulai

merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang

semula digunakan untuk mengangkut hasil laut

Page 21: Attention

untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun

berjalan, maka perusahaan penerbangan ini

semakin berkembang hingga memiliki 14

pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat

di Balikpapan, Jawa dan Sumatera.

Perusahaannya memiliki 10 pesawat Cessna

Grand Caravan, 2 pesawat Pilatus Porter, 1

pesawat Diamond star dan 1 buah pesawat

Diamond Twin star. Sekarang Susi Air memiliki 45

pesawat terbang beragam jenis.

Susi menerima banyak penghargaan antara lain

Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Jawa Barat, Young Entrepreneur of the

Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005,

serta Primaniyarta Award for Best Small &

Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden

Republik Indonesia. Tahun 2006, ia

menerima Metro TV Award for Economics,

Inspiring Woman 2005 dan Eagle

Award 2006 dari Metro TV, Indonesia Berprestasi

Page 22: Attention

Award 2009 dari PT Exelcomindo. Pada

tahun 2008 ia mengembangkan bisnis aviasinya

dengan membuka sekolah pilot Susi Flying

School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School.

Page 23: Attention

Kisah Sukses: Honda, The Power of DreamPosted by Wellsen on Thursday, September 10, 2009

Everything start from a dream. Kalimat itu ada benarnya. Banyak kisah sukses yang berawal dari bermimpi. Tidak terkecuali Soichiro Honda, sang Raja Jalanan. Sebelumnya, saya tekankan mimpi yang dimaksud di sini bukan wangsit atau wahyu, tapi tentang impian atau wish. Mari kita amati, seberapa hebat kekuatan mimpi dalam menciptakan kisah sukses.

Adalah Soichiro Honda, lahir di desa Komyo, Shizuoka, Jepang pada 17 November 1906 dari pasangan Gihei Honda, seorang tukang besi, dan istrinya Mika. Soichiro Honda lahir sebagai anak sulung dari sembilan saudara. Tinggal di keluarga sederhana yang tidak memiliki kisah sukses, bertempat tinggal di daerah terpencil yang minim sarana dan obat-obatan membuat kehidupannya tidak mudah. Tapi ia memiliki mimpi yang sangat tinggi.

Sejak kecil, Soichiro Honda telah menunjukkan kecintaannya pada mesin dan otomotif. Sebelum masuk sekolah, Honda kecil telah membantu ayahnya mereparasi alat-alat pertanian di bengkel

Page 24: Attention

ayahnya. Ia juga bisa berdiri berjam-jam hanya untuk mengamati cara kerja mesin penggiling padi.

Di masa sekolahnya, Honda tidak memiliki kisah sukses dalam bidang akademik. Nilai-nilai ulangannya jelek. Ia juga sering membolos. Namun sebenarnya ia memiliki bakat di kelas sains yang mempelajari tentang mesin. Dengan mudah, ia dapat menangkap penjelasan gurunya.

Keika berusia 8 tahun, Honda nekat bersepeda sejauh 10 mil hanya untuk melihat pesawat terbang. Dan ia begitu senang ketika melihat ada mobil yang melintas di desanya. Pada usia 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda dengan model rem kaki.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Tokyo untuk mencari kerja. Ia diterima di Hart Sokay Company, pada awalnya hanya bekerja sebagai cleaning service merangkap pengasuh bayi bos nya. Hingga akhirnya sang pemilik menemukan bakat Honda dalam bidang mesin.

Ia sungguh cekatan dan jenius dalam masalah mesin sehingga bosnya senang dengan nya. 6 tahun ia bekerja di perusahaan itu. Pada umur 21 tahun, bosnya berkeinginan membuka cabang di Hamamatsu, dan Honda pun dipilih untuk memimpin kantor cabang itu.

Page 25: Attention

Di kantor cabang ini prestasinya membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak bengkel-bengkel lain. Hasil kerjanya pun cepat dan tepat. Honda tidak segan-segan bekerja sampai larut malam, tanpa mengurangi kreativitasnya.

Salah satu buah kreativitasnya adalah penemuan velg dengan jari-jari logam ketika ia berusia 30 tahun. Pada zaman itu, mobil-mobil masih menggunakan velg dengan jari-jari kayu. Jari-jari kayu ini, selain tidak bagus dalam meredam getaran, juga mudah terbakar. Penemuan Honda ini menjadi hak patennya yang pertama sekaligus kisah sukses nya yang pertama.

Penemuan ini membuat Honda ingin membangun usaha sendiri. Ia keluar dari perusahaan tempatnya bekerja pada tahun 1938 dan memutuskan membangun usaha pembuatan ring piston. Sayang ring piston buatannya ditolak Toyota karena kualitasnya dianggap tidak memenuhi syarat.

Kisah sukses Honda pun berganti dengan kegagalan. Kegagalan ini membuat ia jatuh sakit. Teman-temannya menyesalkan pengunduran dirinya dari perusahaan tempatnya bekerja dulu. Namun bukan Honda namanya kalau tenggelam dalam kegagalan. 2 bulan kemudian, ia bangkit kembali dengan bermodalkan mimpinya.

Page 26: Attention

Untuk menemukan solusi dari ring piston, Honda kuliah lagi. Tiap pulang kuliah, Honda segera ke bengkelnya untuk mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Tidak jarang Honda mengkritik rektornya karena dianggap terlalu bertele-tele, menitik beratkan teori daripada praktek. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

Akhirnya kerja kerasnya mulai menorehkan kisah sukses. Ring Piston ciptaannya diterima Toyota, yang langsung memberikan kontrak. Ketika mimpinya hampir menjadi kenyataan, niatnya membangun pabrik terpaksa diurungkan. Pemerintah Jepang yang siap perang, tidak memberikan dana kepada industri-industri. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang dunia II meletus, pabriknya sempat terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Sekali lagi pabriknya hancur oleh gempa bumi. Akhirnya Honda menjual pabrik ring pistonnya ke Toyota.

Page 27: Attention

Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Pada tahun 1947,seusai perang dunia II, Jepang mengalami kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya.

Dalam keadaan terdesak, Honda tidak kehabisan ide cemerlang. Idenya memasang mesin pada sepeda dengan memanfaatkan mesin-mesin bekas perang, yang menjadi cikal bakal sepeda motor zaman sekarang. Ciptaanya ini mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sekitar. 24 September 1948, berdirilah Honda Motor Company dengan produk pertamanya yang dinamakan “Dream” dengan slogan perusahaan Honda yaitu “The Power Of Dream” . Awal dari kisah sukses nya.

Meski sepeda motornya sukses, Honda ternyata terbentur masalah finansial bahkan terancam bangkrut. Ia memang seorang penemu dan mekanik yang hebat namun tidak pandai mengelola keuangan. Inilah yang kemudian mempertemukan dirinya dengan Takeo Fujisawa orang yang sangat berpengaruh pada kelangsungan bisnis Honda selanjutnya. Saat itu Honda berusia 42 Tahun dan Fujisawa berusia 38

Page 28: Attention

tahun.

Duet kedua orang ini berhasil membuat Honda mewujudkan mimpi dan keinginannya untuk menjangkau dunia. Akhirnya, seperti yang kita ketahui, produk-produk Honda tak hanya menjadi nomor 1 di Jepang tetapi juga di berbagai belahan dunia.

Soichiro Honda, oleh karyawannya dikenal sebagai pemimpin yang keras. Namun sikapnya menjadi lembut ketika acara minum sake bersama. Satu hal lagi yang patut dipuji dari Honda adalah sikap nya yang anti-nepotisme dalam menentukan jabatan di perusahaannya.

Sepanjang hidupnya, Soichiro Honda dikenal sebagai orang yang selalu berjiwa muda. Walaupun usianya semakin bertambah tua tapi semangatnya tidak pernah berkurang. Pada 5 Agustus 1991, Honda meninggal di usia 84 tahun akibat penyakit lever.

Honda berkata “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya” . Pesan Honda : “ Ketika Anda mengalami kegagalan, mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.”

Page 29: Attention

Soichiro Honda membuktikan pada kita bahwa orang yang asalnya miskin, ndeso, minim pendidikan dan modal kecil juga bisa sukses, bahkan merajai dunia. Ketika gagal – ia bangkit, ketika menemui kesulitan dalam temuannya – ia belajar. Yang bisa kita pelajari dari kisah sukses Honda adalah berani bermimpi , mau belajar, bekerja giat, dan semangat pantang menyerah. Mari belajar dari solusi sukses Honda.

Setiap kali merasa gagal dan putus asa, ingatlah filosofi Honda: “The Power of Dream” . Mimpi dapat menjadi bahan bakar yang mendorong kita untuk mencapai sukses. Beranilah untuk bermimpi, lakukan sesuatu untuk mewujudkan mimpi anda, dan jangan pernah menyerah. Never Give Up! :)

comments (15)

Labels: kisah orang sukses luar negeri

Kisah Sukses: Aqua, Rajanya Air Minum Dalam KemasanPosted by Wellsen

Berbicara tentang air minum dalam kemasan, yang pertama muncul dalam benak kita pastilah Aqua.

Page 30: Attention

Memang merk yang satu ini telah menjadi top brand di Indonesia. Hampir setiap orang di Indonesia pasti tahu atau minimal pernah mendengar nama Aqua. Bagaimana kisah sukses Aqua sampai bisa seperti sekarang?

Kisah sukses ini berawal dari sosok Tirto Utomo(alm.) yang menggagas berdirinya Aqua. Pria kelahiran Wonosobo, 9 Maret 1930 ini menggagas lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT Golden Mississippi pada tanggal 23 Pebruari 1973. Produk pertamanya saat itu adalah Aqua botol kaca 950 ml yang kemudian disusul kemasan AQUA 5 galon, pada waktu itu juga masih terbuat dari kaca.

Pada awal kemunculannya, Aqua tidak langsung menuai kisah sukses nya seperti sekarang ini. Bahkan tahun 1974 sampai 1978 adalah masa-masa sulit bagi perusahaan ini. Saat itu permintaan konsumen masih sangat rendah. Masyarakat kala itu masih “asing” dengan air minum dalam kemasan. Apalagi harga 1 liter Aqua lebih mahal daripada harga 1 liter minyak tanah.

Aqua tidak akan menuai kisah sukses bila langsung menyerah saat itu. Dengan berbagai upaya dan kerja keras, akhirnya Aqua mulai diterima masyarakat luas. Perlahan tapi pasti, merk ini

Page 31: Attention

semakin menorehkan kisah sukses nya. Bahkan tahun 1978, Aqua telah mencapai titik BEP. Dan saat itu menjadi batu loncatan kisah sukses Aqua yang terus berkembang pesat.

Pada saat itu, produk Aqua ditujukan untuk market kelas menengah ke atas, baik dalam rumah tangga, kantor-kantor dan restoran. Namun sejak tahun 1981, Aqua telah berganti kemasan dari semula kaca menjadi plastik sehingga melahirkan berbagai varian kemasan. Hal ini menyebabkan distribusi yang lebih mudah dan harga yang lebih terjangkau sehingga produk Aqua dapat dijangkau masyarakat dari berbagai kalangan. Di tahun 1981 ini juga, Aqua mengganti sumber airnya dari air sumur bor ke air dari mata air pegunungan.

Bahkan dalam segi kemasan pun, Aqua telah menjadi pelopor. Botol plastiknya yang semula berbahan PVC yang tidak ramah lingkungan, sejak 1988 telah diganti menjadi bahan PET. Padahal saat itu di Eropa masih menggunakan bahan PVC. Selain itu desain botol Aqua berbentuk persegi bergaris yang mudah dipegang telah menggantikan desain botol bulat Eropa. Bahkan botol PET ciptaan Aqua ini telah dijadikan standar dunia.

Kisah sukses Aqua tidak hanya sebatas di dalam negeri, tapi juga mancanegara. Sejak 1987, produk

Page 32: Attention

Aqua telah diekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Fillipina, Australia, Maldives, Fuji, Timur Tengah dan Afrika. Berbagai prestasi dan penghargaan pun didapatkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Bahkan almarhum Tirto Utomo pun dinobatkan sebagai pencetus air minum dalam kemasan dan masuk dalam “Hall of Fame” . Dan berdasarkan survey Zenith International, sebuah badan survey Inggris, Aqua dinobatkan sebagai merk air minum dalam kemasan terbesar di Asia Pasifik, dan air minum dalam kemasan nomor dua terbesar di dunia. Sebuah prestasi yang membanggakan untuk produk dalam negeri.

Dari kisah sukses Aqua, kita dapat belajar bahwa inovasi itu sangat penting. Sebuah ide yang tampaknya nyeleneh atau tidak lazim, seringkali malah membawa kisah sukses yang besar. Jadi, jangan takut untuk berinovasi. Berinovasi atau bisnis anda mati :)