proceedings -...

24
Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016 Proceedings Diterbitkan Oleh: Refleksi Prestasi dan Budaya Olahraga dalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif FIK UNY, 31 Oktober 2016 ISBN 978-602-8429-72-6

Upload: others

Post on 17-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016Proceedings

Diterbitkan Oleh:

Refleksi Prestasi dan Budaya Olahragadalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif

FIK UNY, 31 Oktober 2016

ISBN 978-602-8429-72-6

Page 2: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

Diterbitkan Oleh:

Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016Proceedings

Refleksi Prestasi dan Budaya Olahragadalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif

FIK UNY, 31 Oktober 2016

ISBN 978-602-8429-72-6

Page 3: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

Tulisan yang dimuat di Proceedings belum tentu merupakancerminan sikap dan atau pendapat Penyunting Pelaksana,

Penyunting, dan Penyunting Ahli. Tanggung jawab terhadap isidan atau akibat dari tulisan, tetap terletak pada penulis.

Penerbit:Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Yogyakarta

Tim Seleksi Naskah:Dr. Or. Mansur. M.S.Dr. Guntur, M.Pd.Dr. Subagyo, M.Pd.Dr. dr. BM. Wara Kushartanti, M.S.Dr. Ali Satia Graha, M.Kes., AIFO.Dr. Sigit Nugroho, M.Or.Dr. Ahmad Nasrulloh, M.Or.Dr. Abdul Alim, M.Or.Caly Setiawan, Ph.D.

Editor:Subagyo Irianto, M.Pd.Saryono, M.Or.Sulistiyono, M.Pd.

Editor Pelaksana:dr. M. Ikhwan Zein, Sp. KO.Nur Sita Utami, M.Or.Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Desain Sampul:Sugeng Setia Nugroho, A.Md.

ProceedingsSeminar Nasional Keolahragaandalam rangka Dies Natalis Ke-65 Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Yogyakarta

Refleksi Prestasi dan Budaya Olahragadalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif

Sekretariat:Humas Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta 55281

Jl. Kolombo No. 1 Karangmalang, Yogyakarta. Telp./Fax. (0274) 550826, 513092E-mail: [email protected]

ISBN 978-602-8429-72-6

Page 4: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

ii

DAFTAR ISI

METABOLISME/PENGGUNAAN ENERGI PADA OLAHRAGA Alin Anggreni Ginting dan

Eva Ferdita Yuhantini Universitas PGRI Adi Buana Surabaya .......................................... .... 1

MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN GENERASI MUDA MELALUI OLAHRAGA

ALTERNATIF SEBAGAI GAYA HIDUP SEHAT Erwin Setyo Kriswanto

Universitas Negeri Yogyakarta ........................................................................................... .... 6

PERANAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU

MAHASISWA PUTRA PRODI IKOR FIK UNY ANGKATAN TAHUN 2014

Suryanto dan Eka Swasta BudayatiUniversitas Negeri Yogyakarta .............................. .... 12

PENGARUH PELATIHAN FISIK DAN RUTINITAS DALAM BATALYON INFANTERI

TERHADAP VO2MAX DAN KADAR MDA SERUM PERSONEL KORPS RAIDER

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT

Kukuh Pambuka Putra Universitas Kristen Satya Wacana ................................................. .... 24

BRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE

HYPERACTIVITY DISORDER) Friska Sari Gracia Sinaga dan Agustina Sihombing Universitas

Kristen Satya Wacana ......................................................................................................... .... 32

SIGNALING OSTEOSIT TERHADAP EKSPRESI ENDOTHELIAL NITRIC OXIDE

SYNTHASE (eNOS) Dwi Setiani Sumardiko, Purwo Sri Rejeki, & Gadis Meinar Sari

Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Departemen Faal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga .......................................... .... 42

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RASIO LINGKAR

PINGGANG DAN LINGKAR PANGGUL PADA PAGUYUBAN KELOMPOK LANSIA

MINAMAKARTI MINOMARTANI NGAGLIK SLEMAN Cerika Rismayanthi dan Prijo

Sudibjo Universitas Negeri Yogyakarta ............................................................................. .... 48

TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI ISTIRAHAT PESERTA SENAM AEROBIK

RUTIN DI CONDONG CATUR DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Farida Mulyaningsih Universitas Negeri Yogyakarta ........................................................ .... 62

EFEKTIVITAS MASASE TOPURAK UNTUK REPOSISI SUBLUKSASI BAHU

Rachmah Laksmi Ambardini dan B.M. Wara Kushartanti

Universitas Negeri Yogyakarta ........................................................................................... .... 73

DEHIDRASI PADA ATLET Angkit Kinasih Universitas Kristen Satya Wacana .......... .... 84

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH JAMBU BIJI MERAH TERHADAP KADAR

HAEMOGLOBIN DAN VO2MAX PADA AKTIFITAS FISIK MAKSIMAL

Fajar Apollo Sinaga Universitas Negeri Medan ................................................................ .... 91

PENGARUH OLAHRAGA RENANG TERHADAP PENDERITA PENYAKIT JANTUNG

KORONER

Ramadhany Hananto Puriana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya .............................. .... 103

Page 5: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

iii

PERBANDINGAN TEKNIK MEMUKUL MENGGUNAKAN BACK SWING DENGAN

TANPA BACK SWING TERHADAP HASIL PUKULAN DALAM OLAHRAGA

PERMAINAN SOFTBALL

Dikdik Fauzi Dermawan Universitas Singaperbangsa Karawang ...................................... .... 112

KEEFEKTIFAN KINESIO TAPING DAN LEUKOPLAST TAPING TERHADAP

PEMULIHAN CEDERA BAHU DAN SIKU SETELAH DILAKUKAN TERAPI MASASE

FRIRAGE PASIEN PTC FIK UNY. FIK UNY

Ali Satia Graha Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta ................... .... 124

PENGEMBANGAN BOLA REAKSI SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN

KOORDINASI MATA TANGAN DAN KAKI DALAM PENDIDIKAN JASMANI

Fajar Setyo Pranyoto Universitas Negeri Yogyakarta ........................................................ .... 139

CEDERA PEMAIN BASEBALL DAN SOFTBALL DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

Eka Swasta Budayati dan Agus Sumhendartin Suryobroto Universitas Negeri Yogyakarta .. 150

OLAHRAGA REKREASI SEBAGAI LIFE STYLE, KESEIMBANGAN KEBUGARAN

JASMANI DAN ROHANI Suratmin Universitas Pendidikan Ganesha ........................... .... 167

BREATHING EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS VITAL PARU

Nur Indah Pangastuti Universitas Negeri Yogyakarta ........................................................ 177

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESELAMATAN MELALUI PENJASORKES

Yustinus Sukarmin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta ............. 184

TINGKAT KEMAMPUAN SERVIS PENDEK FOREHAND DAN KEMAMPUAN SMASH

BULUTANGKIS SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP

NEGERI 32 PURWOREJO Kafi Priyangga Wibawa dan Amat Komari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Yogyakarta .......................................................................................................................... 197

PENERAPAN METODE LATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN

DRIBBLE BOLA BASKET DITINJAU DARI KOORDINASI MATA DAN TANGAN

Gede Eka Budi Darmawan Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha,

Singaraja.............................................................................................................................. 210

ANALISIS KEBUGARAN JASMANI PESERTA DIDIK USIA 10-12 TAHUN

(Studi pada Kelas V SDN Bakalan Kecamatan Gondang Mojokerto)

Wahyu Indra Bayu Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang 221

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR LAY UP BOLA BASKET

MENGGUNAKAN MEDIA TANDA DILANTAI PADA SISWA KELAS VIII

SMPN URUMB MERAUKE Adi Sumarsono, Carolus Wasa dan Afif Khoirul Hidayat

Universitas Musamus Merauke-Papua ................................................................................ 233

Page 6: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

iv

PERBEDAAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI CABANG SENAM DAN BOLA VOLI

PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UPN “VETERAN”

YOGYAKARTA TAHUN ANGKATAN 2015/2016

Sumintarsih dan Wahyu Wibowo UPN “Veteran” Yogyakarta ......................................... 246

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MELALUI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN

Lilik Indriharta Prijoto ........................................................................................................ 260

PEMBENTUKAN TAHAPAN GERAK RENANG GAYA BEBAS MELALUI

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING Rekha Ratri Julianti

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa Karawang ............. 271

STUDI LAPANGAN TENTANG SARANA PRASARANA UNTUK PEMBELAJARAN

AKTIFITAS PESCEPTUAL MOTOR SISWA TAMAN KANAK-KANAK KELAS B DI

KECAMATAN SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

B. Suhartini Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta ........................ 282

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN HOCKEY 25

Yan Indra Siregar dan Ibrahim Universitas Negeri Medan ................................................ 294

PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI PEMBELAJARAN MOTORIK DAN

PEMBENTUKAN CALON ATLET MELALUI PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH

Asriansyah Universitas PGRI Palembang........................................................................... 299

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

DI SEKOLAH

Riga Mardhika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ..................................................... 308

ANALISIS AROUSAL ATLET PPLPD KABUPATEN BOGOR Febi Kurniawan, Rolly Afrinaldi Universitas Singaperbangsa Karawang ...................... 323

PENGEMBANGAN APLIKASI SOFTWARE UNTUK SELEKSI PROGRAM PEMBINAAN

MINAT DAN BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA BERBASIS IT

Fajar Sri Wahyuniati; Subagyo Irianto; Sb. Pranatahadi; Nawan Primasoni; Siswantoyo

Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY ............................................................ 334

PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP HASIL KESEGARAN

JASMANI SISWA SMP TAMAN CAHAYA BOGOR

Mia Kusumawati, Esza Putrie Rhamadiani Universitas Islam “45” Bekasi .................. 344

MODEL PENDIDIKAN GERAK (MOVEMENT EDUCATION) DALAM UPAYA

MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN KOGNITIF DAN GERAK PADA ANAK

SEKOLAH DASAR Resty Gustiawati FKIP-Universitas Singaperbangsa Karawang ... 353

SURVEI MINAT MASYARAKAT TERHADAP OLAHRAGA DI WILAYAH MARUNDA

BARU JAKARTA UTARA

Apta Mylsidayu, Ryan Virdi Pratama Universitas Islam “45” Bekasi ........................... 363

Page 7: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

v

KEEFEKTIFAN LATIHAN KEKUATAN TERHADAP PENAMPILAN SERVE DALAM

KAJIAN ANALISIS BIOMEKANIK TENIS LAPANGAN

Abdul Alim Universitas Negeri Yogyakarta ....................................................................... 375

SURVAI PEMAHAMAN KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI SE-

KECAMATAN TAMBUN SELATAN BEKASI

Fahrudin FKIP-Universitas Singaperbangsa Karawang ................................................... 392

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN GERAK

DALAM PENDIDIKAN JASMANI DAN ILMU KEOLAHRAGAAN

Ruslan Abdul Gani Universitas Singaperbangsa Karawang ............................................... 401

PENGEMBANGAN BUKU SAKU BANTUAN HIDUP DASAR Sriawan, Sri Mawarti, Heri Yogo Prayadi, dan Danang Pujo Broto

Universitas Negeri Yogyakarta ........................................................................................... 416

KEMAMPUAN MOTORIK MAHASISWA PGSD PENJAS FIK UNYSM III TAHUN 2014

Sudardiyono dan Heri Purwanto Universitas Negeri Yogyakarta ...................................... 428

MENINGKATKAN KONSENTRASI ATLET MELALUI PELATIHAN BRAIN JOGGING

Komarudin Universitas Pendidikan Indonesia .................................................................... 436

STATUS KONDISI FISIK ATLET PUSLATDA PON XIX KONI DIY TERHADAP

STANDAR FISIK MASING-MASING KELOMPOK CABANG OLAHRAGA

Agung Nugroho Universitas Negeri Yogyakarta ................................................................ 443

PENGARUH LATIHAN TEKNIK EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW TERHADAP

PENINGKATAN KESEGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA KELAS 1 SMPN 1

PEDES KARAWANG

Dhika Bayu Mahardhika Universitas Singaperbangsa ........................................................ 455

PENGARUH LATIHAN TERPUSAT DAN ACAK TERHADAP PENINGKATAN

KINERJA OLAHRAGA MENUJU PERSAINGAN DALAM OLAHRAGA KOMPETISI

Sapto Adi Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang464

PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN TEKNIK DASAR SEPAKBOLA UNTUK ANAK

USIA 10-12 TAHUN DI SEKOLAH SEPAKBOLA

Kafung Mikail Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana ................... 475

PENERAPAN LATIHAN FIFA 11+ SEBAGAI PROGRAM PENINGKATAN KONDISI

FISIK PEMAIN SEPAKBOLA BERUSIA MUDA

Muhammad Ikhwan Zein, Saryono Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri

Yogyakarta .......................................................................................................................... 486

APLIKASI SWOT ANALYSIS PADA EVALUASI MANAJEMEN

PEMBINAAN OLAHRAGA RENANG

R. Agung Purwandono Saleh UPN “Veteran” Yogyakarta ................................................ 495

Page 8: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

vi

OPTIMALISASI PENDIDIKAN JASMANI UNTUK PENINGKATAN PRESTASI

OLAHRAGA NASIONAL

Antonius Tri Wibowo Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana ............................................ 503

LATIHAN AUTOGENIC RELAXATION SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA

Yandika Fefrian Rosmi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ........................................ 512

EVALUASI STATISTIK PERTANDINGAN BOLABASKET TIM PUTRA SUMATERA

BARAT PADA PORWIL VII SE-SUMATERA TAHUN 2007 DI MEDAN Rahmat Iqbal Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa Karawang 526

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN, FLEKSIBILITAS, DAN PERCAYA DIRI

DENGAN KETERAMPILAN SERVIS ATAS BOLA VOLI

Studi Korelasional pada Atlet Bola Voli Putri Kota Tangerang Selatan

Akhmad Dimyati Universitas Singaperbangsa Karawang .................................................. 537

KINERJA PENGURUS PSSI KOTA DEPOK

Qorry Armen Gemael Universitas Singaperbangsa Karawang ........................................ 548

HUBUNGAN PANJANG LENGAN, KEKUATAN OTOT LENGAN, DAN RASA PERCAYA

DIRI TERHADAP PRESTASI MEMANAH JARAK 40 METER

RONDE NASIONAL

Aria Kusuma Yuda Ryanto Universitas Singaperbangsa Karawang ............................... 558

UPAYA PENINGKATAN HASIL TENDANGAN LAMBUNG SEPAKBOLA MELALUI

WEIGHT TRAINING DAN KINETIC BANDS PADA MAHASISWA PEMBINAAN

PRESTASI SEPAKBOLA JPOK FKIP UNS TAHUN 2014

Yanuar Dhuma Ardhiyanto Universitas Sebelas Maret Surakarta ...................................... 568

PEMETAAN WASIT BOLA VOLI DI KABUPATEN SLEMAN

Danang Wicaksono Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY ..................................................... 580

PENGARUH LATIHAN SENAM KEBUGARAN DAN SENAM PEMBENTUKAN

TERHADAP DAYA TAHAN AEROBIK MAHASISWA PKO ANGKATAN 2015

Endang Rini Sukamti dan Ratna Budiarti ........................................................................... 599

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL

TERHADAP HASIL TENDANGAN USHIRO GERI DALAM KARATE

Yolanda Syahputra, Mulyana, Sagitarius Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia ....................................................................................... 611

LATIHAN BEBAN DENGAN METODE SUPER SET DAPAT MENINGKATKAN VO2

MAX DAN MENURUNKAN KOMPOSISI TUBUH (% LEMAK, IMT)

Ahmad Nasrulloh Universitas Negeri Yogyakarta ............................................................. 623

Page 9: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

vii

PERSEPSI PEGAWAI KARYAWAN FIK UNY TERHADAP PENYEDIAAN

SARANA PRASARANA BAGI PENYANDANG DIFABEL

Sumarjo, Sumaryanto, dan Sigit Nugroho Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Yogyakarta .......................................................................................................................... 631

PENGEMBANGAN BOLA DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA KECIL

UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

A. Erlina Listyarini, Nur Rohmah Muktiani, Tri Ani Hastuti Fakultas Ilmu Keolahragaan

UNY ................................................................................................................................... 643

PENILAIAN UNJUK KERJA (TRACK RECORD) PEMAIN BULUTANGKIS DALAM

PERTANDINGAN

Sigit Nugroho Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta ..................... 660

PENGEMBANGAN “GOR UNY FIT TRACK”

Fatkurahman Arjuna dan Tri Hadi UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA .............. 667

PENGARUH METODE LATIHAN DAN VO2 MAX TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BOLA BASKET

(Studi Eksperimen Metode Massed Practice dan Distributed Practice Pada Mahasiswa UPN

“Veteran” Yogyakarta) Tri Saptono dan Hanafi Mustofa UPN “Veteran” Yogyakarta .......................................... 676

Page 10: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

512

LATIHAN AUTOGENIC RELAXATION SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA

Yandika Fefrian Rosmi

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Abstrak

Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan informasi tentang penanganan

kecemasan melalui latihan autogenic relaxation. Kecemasan merupakan perasaan yang

muncul yang diakibatkan oleh stressor, perasaan tertekan, ketakutan terhadap ancaman, yang

sebenarnya tidak nyata. Kecemasan juga merupakan keadaan emosi yang ditandai dengan

adanya gejala beban psikologis berupa ketegangan, ketakutan, stress, perasaan tertekan,

kegelisahan, kekhawatiran, frustasi dan konflik batin yang tidak dimengerti penyebabnya

baik yang nyata maupun hanya imajinasi.

Untuk mencegah terjadinya kecemasan terdapat upaya yang efektif diantaranya adalah

strategi relaksasi, strategi kognitif, dan strategi pengendalian diri. Berkenaan dengan strategi

relaksasi, terdapat teknik relaksasi yang dipandang berpengaruh signifikan dalam

pencegahan kecemasan yaitu teknik autogenic relaxation. Latihan Autogenic

relaxation menekankan pemberian sugesti pada diri sendiri, walupun pada awal permulaan

latihan, diperlukan instruksi-instruksi dari pelatih. Akan tetaapi setelah beberapa kali latihan,

atlet harus bisa mensugesti dirinya sendiri dalam latihan relaksasi. Sugesti yang diberikan

antaranya; (1) Lengan kanan (kiri) saya terasa berat, tungkai kanan (kiri) saya terasa berat.

(2) Lengan kanan (kiri) saya terasa hangat, tungkai kanan (kiri) saya terasa hangat. (3)

Denyut jantung saya tenang dan teratur. (4) Badan saya bernapas sendiri. (5) Solar

plexus (perut) saya terasa hangat. (6) Dahi saya terasa sejuk.

Kata kunci: latihan autogenic relaxation, kecemasan, olahraga

PENDAHULUAN

Olahraga merupakan sebuah tinjauan dari berbagai dimensi. Olahraga selain dimensi

fisik olahraga juga dikaji dari dimensi psikis. Dimensi psikis atau jiwa dalam aktivitas

jasmani dan olahraga merupakan bagian terpenting dalam penampilan seorang olahragawan.

Beberapa keadaan psikologis yang terjadi pada olahragawan sangatlah kompleks.

Kompleksitas tubuh manusia dalam menghadapi respon dan tekanan merupakan kondisi

yang sering terjadi dalam aktivitas jasmani dan olahraga.

Pentingnya pemanfaatan dimensi psikis dalam olahraga didasari fakta bahwa ada 3

unsur yang menentukan keberhasilan seorang atlet atau sebuah tim dalam pertandingan,

Page 11: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

513

yaitu; fisik, teknik dan psikis. Faktor psikis merupakan faktor dalam tubuh manusia yang

paling berperan pada saat pertandingan. Menurut Juliantine (2010) faktor mental

mempengaruhi performa minimal 50%. Bahkan dalam berbagai penelitian olahraga

disebutkan bahwa 80% kemenangan dalam pertandingan dipengaruhi olah faktor spikis.

Artinya faktor psikis memunyai peranan yang paling peting dalam prestasi olahraga (Koni,

2013).

Dari ungkapan tersebut, jelas bahwa dalam upaya mengejar prestasi olahraga

tidaklah cukup dilakukan melalui pendekatan keterampilan dan fisik atlet, karena jiwa dan

raga merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis, maka mutlak perlu dilakukan dengan

pendekatan psikologis. Dalam perkembangan psikologi olahraga cukup banyak gejala-gejala

dalam olahraga yang perlu diselidiki para ahli psikologi olahraga, salah satunya anxiety

(kecemasan). Kecemasan sebagai salah satu kajian psikologis yang unik dan menarik yang

terjadi pada manusia dan olahragawan. Kejadian-kejadian yang penting dalam menghadapi,

saat dan akhir pertandingan dalam olahraga sangat dipengaruhi oleh tingkatan kecemasan

dari pelaku olahraga. Perasaan cemas diakibatkan karena bayangan sebelum pertandingan

dan saat pertandingan, hal tersebut terjadi karena adanya tekanan-tekanan secara kejiwaan

pada saat bermain dan sifat kompetisi olahraga yang didalamnya sarat dengan perubahan dari

keadaan permainan ataupun kondisi alam yang membuat menurunnya kepercayaan diri dari

penampilan olahragawan.

Kegagalan para olahragawan kadang salah satunya karena adanya kurang mantapnya

mental yang terjadi karena adanya jiwa pencemas. Perasaan cemas mengakibatkan

terganggunya kemampuan individu atau tim dalam mengeluarkan segala kemampuan fisik

yang dimilikinya. Dengan berbagai sebab kecemasan, pada akhirnya membuat kegagalan

dalam pertandingan olahraga. Oleh karena itu diperlukan adanya latihan mental sebagai

pendamping latihan fisik dan taktik. Latihan untuk mengurangi kecemasan atlet dapat

dilakukan dengan berbagai macam metode. Antara lain metode yang dapat dilakukan adalah

latihan autogenic relaxaation dan autogenic progressive muscle relaxation. Latihan

otogenik-rilaksasi pada prinsipnya merupakan upaya untuk melakukan motivasi diri sendiri

dalam bentuk sugesti positif terhadap diri sendiri. Latihan otogenik-rilaksasi berupaya untuk

mengatur atlet agar mampu merespon positif terhadap tekanan-tekanan yang ada.

Tujuan akhir dari latihan relaksasi ini adalah memperoleh respon relaksasi untuk

mencegah stres dalam situasi yang khusus. Kemampuan ini memang membutuhkan berjam-

jam latihan untuk menguasainya. Kebanyakan riset teknik ini telah memperivikasi respon

relaksasi itu, seorang atlet yang belajar memperoleh respon relaksasi dengan prosedur ini

dapat menurunkan tingkat kecemasan, arousal dan tegangan ototnya. Oleh karena itu tulisan

ini bertujuan untuk menginformasikan bagaimana pengaruh latihan autogenic relaxation

terhadap kecemasan olahraga.

Page 12: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

514

PEMBAHASAN

A. Konsep Kecemasan secara Umum

1. Pengertian Kecemasan

Perasaan cemas atau anxiety, jika dilihat dari kata “anxiety” berarti perasaan

tercekik. Kecemasan adalah kondisi fisiologis dan psikologis akibat rasa takut atau

tertekan karena sesuatu yang tidak pasti. Menurut Setyobroto (2002) Kecemasan adalah

suatu perasaan tidak berdaya, perasaan tidak aman, tanpa sebab yang jelas. Perasaan

cemas dapat terjadi pada atlet waktu menghadapi keadaan tertentu, misalnya dalam

menghadapi kompetisi yang memakan waktu panjang atau atlet tersebut mengalami

kekalahan terus menerus. Menurut Levitt (Gunarsa, 2008) kecemasan adalah: ”Subjective

feeling of apprehension and heigtens physiological arousal”. Maksudnya bahwa

kecemasan disebabkan oleh suatu ancaman yang sifatnya umum dan subjektif. Menurut

Dominikus, et al (2009) kecemasan adalah situasi saat seseorang merasa gugup dan

tertekan karena tidak seimbangannya kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan

lingkungan. Dalam pertandingan, kecemasan terlihat dari ketidak seusuaian kemampuan

yang dimiliki dengan penampilan

Weinberg & Gold (2007) mendefinisikan kecemasan adalah sebuah perasaan

negatif yang memiliki ciri gugup, rasa gelisah, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi,

dan yang terjadi pergerakan atau kegairahan dalam tubuh. Kecemasan memiliki tiga

komponen, yaitu emosi, kognisi dan perilaku. Emosi berkaitan dengan perasaan negatif

yang muncul, misalnya perasaan takut, tertekan, tidak enak, tersiksa, ingin melarikan diri

dan sebagainya. Kognisi berkaitan dengan pikiran negatif yang muncul, misalnya rasanya

tidak bisa main hari ini, tidak akan menang dalam pertandingan, pasti kalah dalam

perlombaan, dan berbagai pikiran negatif lainnya. Kecemasan selalu berhubungan

dengan self-talk yang negatif. Perilaku, biasanya orang yang merasa cemas menunjukkan

perilaku tertentu, misalnya gugup, tidak bisa tidur, gemetar, berjalan mondar-mandir, dan

sebagainya. Pada atlet profesional sekalipun, juga akan merasakan cemas tetapi bedanya

atlet tersebut dapat mengontrol kecemasan tersebut sehingga tidak terlalu mempengaruhi

perasaan, pikiran maupun perilakunya. Kecemasan merupakan salah satu aspek pemicu

stress dan depresi sekaligus.

Dalam konsep umum, kecemasan dipahami sebagai ketakutan atau perasaan

gugup. Menurut Hawari (2001) kecemasan adalah gangguan yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Menurut

Semium (2010) kecemasan adalah perasaan tidak aman yang berkembang dalam individu

yang disebabkan oleh situasi-situasi lingkungan yang rupanya tidak berbahaya atau hanya

sedikit menekan. Menurut Alim (2010) kecemasan merupakan suatu respon dari

pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah, khawatir, dan

takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan

faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena

Page 13: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

515

menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan

biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan dirinya

mengalami kecemasan.

Dari berbagai pendapat di atas berkaitan dengan kecemasan, dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan perasaan yang muncul yang diakibatkan oleh stressor,

perasaan tertekan, ketakutan terhadap ancaman, yang sebenarnya tidak nyata dan

kecemasan memiliki tiga komponen, yaitu emosi, kognisi dan perilaku.. Dengan kata lain

Kecemasan juga merupakan keadaan emosi yang ditandai dengan adanya gejala beban

psikologis berupa ketegangan, ketakutan, stress, perasaan tertekan, kegelisahan,

kekhawatiran, frustasi dan konflik batin yang tidak dimengerti penyebabnya baik yang

nyata maupun hanya imajinasi.

2. Macam-macam Kecemasan

Menurut Dumadi (2004) dibedakannya beberapa jenis kecemasan ditinjau dari

bagaimana terjadinya kecemasan, yakni; (1) Kecemasan yang conditioned (ada

hubungannya dengan pengalaman masa lalu). (2) Kecemasan karena kekurangannya

keterampilan. (3) Kecemasan karena pernyataan diri yang menimbulkan kecemasan. (4)

Kecemasan karena tindakan yang dilakukannya sendiri misalnya, tuntutan yang terlalu

tinggi atas diri sendiri. (5) Kecemasan yang dikarenakan lingkungan fisik atau sosial yang

gawat, misalnya orang tua atau pelatih yang kurang bijaksana.

Menurut Spielberger (Gunarsa, 2008) kecemasan dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu:

1) Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri

seseorang merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak

berbahaya.

2) Kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau

kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan

tegang dan kekhawatiran, bersifat subjektif dan meningginya aktivitas sistem

syaraf otonom.

Dalam olahraga jenis kecemasan yang bisa diminimalisir adalah kecemasan

sebagai suatu keadaan (state anxiety), sedangkan kecemasan sebagai suatu sifat (trait

anxiety) yang merupakan bagian dari kepribadian orang sulit untuk diminimalisir karena

merupakan bawaan sejak lahir. Menurut Gunarsa (2008) yang membedakan kecemasan

menjadi 3 yaitu:

1) Cemas obyektif (objective anxiety) yaitu cemas yang timbul karena sejak lahir

seseorang sudah dihadapkan pada keadaan yang bersikap menekan.

2) Cemas penyakit (neurotic anxiety) yaitu kecemasan yang dialami seseorang yang

pernah mengalami pengalaman yang menakutkan pada situasi serupa sehingga

seseorang mengalami trauma bila dihadapkan pada situasi yang tidak

menyenangkan dan kecemasan ini dapat juga timbul karena akibat yang mungkin

timbul jika tuntutan yang dihadapi tidak terpenuhi, akibatnya seseorang selalu

Page 14: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

516

berada dalam keadaan cemas karena takut menghadapi akibat buruk dan situasi

tertentu.

3) Cemas moral (moral anxiety) yaitu kecemasan yang timbul karena larangan-

larangan dan pembatasan moral yang berasal dari orang tua, lingkungan, budaya

dan perasaan takut mendapat hukuman. Kecemasan ini dapat timbul oleh

tekanan-tekanan berat karena dirasa berlawanan dengan keyakinan hati nurani.

3. Kecemasan (Anxiety) dan Cara Pengendaliannya dalam Olahraga

a. Kecemasan dalam olahraga

Setiap individu tentu pernah merasakan takut atau cemas, misalnya, takut

dimarahi, takut tidak lulus, takut tidak puas, takut kalah, dan sebagainya. Demikian

juga tanpa terkecuali seorang atlet. Dalam menghadapi suatu pertandingan, wajar

apabila atlet mempunyai perasaan tegang, bimbang, takut, cemas, terutama apabila

menghadapi lawan yang lebih kuat dan apabila kondisi mencekam. Ketakutan pada

seorang atlet pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu

takut akan kegagalan dalam suatu pertandingan, takut dengan kondisi tidak baik,

bahkan ada juga seorang atlet yang merasa takut apabila memenangkan pertandingan.

Crafty (Winberg & Gould, 2007) membedakan kemungkinan timbulnya

kecemasan karena takut cidera atau “harm anxiety” atau kecemasan karena takut

gagal atau “failure anxiety”. Dalam hubungan ini Crotty mengemukakan sebagai

berikut: “Thus, failure anxiety is related to the individual’s perception of the social

consequences of his relative success or failure in a situation: This type of fear was

more important to most of the individuals polled than was harm anxiety, or the fear

of being physically incapacitated”.

Antara stress, “arousal”, dan kecemasan atau “anxiety”, menurut Richard H.

Cox terdapat keterkaitannya. Kecemasan dapat didifinisikan sebagai perasaan

subyektif yang berdasarkan ketakutan dan meningkatnya “physiological arousal”

(Winberg & Gould, 2007). Mengenai hubungan stress dengan kecemasan, Soparinch

dan Sumorno mengemukakan sebagai berikut: “Bila stress yang dialami seseorang

terlalu besar, hingga tidak dapat dilakukan tindakan untuk mengatasi; atau bila stress

yang dihadapi seseorang berlangsung terus-menerus, maka akan timbul kecemasan.

Secara sederhana, dijelaskan bahwa kecemasan memberi pengaruh yang cukup besar

terhadap penampilan seorang atlet. Menurut teori hipotesis U-terbalik penampilan

seorang atlet akan semakin bagus saat tingkat kecemasan mulai meningkat. Namun,

saat tingkat kecemasan mulai naik dan terus naik, kecenderungan penampilan justru

sebaliknya akan mengalami penurunan.

Tingkat kecemasan dalam olahraga setiap individu berbeda-beda. Ada

beberapa hal yang membedakan tingkat kecemasan atlet, misalnya adalah

pengalaman. Atlet yang lebih berpengalaman terbukti memiliki level kecemasan yang

lebih rendah dibandingkan dengan atlet yang baru saja masih amatir. Selain itu situasi

Page 15: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

517

dan kondisi kompetisi juga ikut andil dalam mempengaruhi tingkat kecemasan atlet,

kompetisi yang bersifat lebih tinggi tingkatnya cenderung menyebabkan

meningkatnya tingkat kecemasan bagi seseorang. Sebagai contoh level kejuaraan

dunia ternyata lebih stressfull dibanding dengan level di bawahnya misalkan hanya

kejuaraan nasional. Hal lain yang juga membedakan tingkat kecemasan atlet yaitu

kompetisi. Fase kompetisi itu sendiri juga memberi pengaruh yang cukup besar.

Dalam kompetisi sepakbola yang berformat liga, situasi yang cenderung membuat

cemas adalah saat-saat kompetisi mendekati akhir dengan nilai yang tidak terpaut

jauh sehingga masih ada kemungkinan mengejar atau dikejar.

Pembeda lain yang membedakan kecemasan atlet yaitu tingkat kepercayaan

diri seorang pemain. Pemain yang secara alamiah mempunyai tingkat kepercayaan

diri tinggi memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan atlet

yang rasa percaya dirinya rendah. Jenis olahraga juga memberi sumbangan terhadap

tingkat kecemasan. Olahraga yang bersifat individual menciptakan tekanan yang

lebih besar dibandingkan dengan cabang olahraga tim. Hal ini wajar karena perasaan

mempunyai teman akan membuat lebih tenang dan focus tidak terpusat pada dirinya.

Hal terakhir yang mempengaruhi tingkat kecemasan adalah jenis kelamin. Menurut

beberapa penelitian, atlet perempuan lebih cenderung mempunyai tingkat kecemasan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan atlet laki-laki.

b. Upaya Pengendalian Kecemasan dan Stres dalam Olahraga

Dalam upaya pengendalian kecemasan (anxiety) dan stres dalam olahraga di

antaranya: (a) strategi relaksasi, (b) srategi kognitif, dan (c) teknik-teknik peredaan

ketegangan dan mekanisme pertahanan diri (Gunarsa, 2008).

a. Strategi Relaksasi

Keadaan relaks adalah keadaan saat seorang atlet berada dalam kondisi emosi

yang tenang, yaitu tidak bergelora atau tegang. Keadaan tidak bergelora tidak berarti

merendahnya gairah untuk bermain, melainkan dapat diatur atau dikendalikan.

Untuk mencapai keadaan tersebut, diperlukan teknik-teknik tertentu melalui

berbagai prosedur, baik aktif maupun pasif. Prosedur aktif artinya kegiatan

dilakukan sendiri secara aktif. Sementara itu, prosedur pasif berarti seseorang dapat

mengendalikan munculnya emosi yang bergelora, atau dikenal sebagai latihan

autogenik. Teknik relaksasi pertama kali dikembangkan oleh Edmund Jacobsen pada

awal tahun 1930-an. Jacobsen mengemukakan bahwa seseorang yang sedang berada

dalam keadaan sepenuhnya relaks tidak akan memperlihatkan respons emosional

seperti terkejut terhadap suara keras. pada tahun 1938, Jacobsen merancang suatu

teknik relaksasi yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya apa yang disebut

dengan Latihan Relaksasi progresif (Progressive Relaxation Training) (Jariono,

2010).

Page 16: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

518

Dengan latihan relaksasi, Jacobsen percaya bahwa seseorang dapat diubah

menjadi relaks pada otot-ototnya. Sekaligus juga, latihan ini mengurangi reaksi

emosi yang bergelora, baik pada sistem saraf pusat maupun pada sistem saraf

otonom. Latihan ini dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat. Kira-kira pada

waktu yang bersamaan, seorang dokter di Jerman bernama Johannes Schultz,

memperkenalkan suatu teknik pasif agar seseorang mampu menguasai munculnya

emosi yang bergelora. Schultz menyebut latihan tersebut sebagai latihan autogenik

(Autogenic Training). Teknik ini dapat melatih seseorang untuk melakukan sugesti

diri, agar dapat mengubah sendiri kondisi kefaalan pada tubuhnya untuk

mengendalikan munculnya emosi yang terlalu bergelora. Setelah diajarkan cara-cara

untuk melaksanakannya, seseorang tidak lagi tergantung pada ahli terapinya,

melainkan dapat melakukannya sendiri melalui teknik sugesti diri (auto-sugestion

technique). Jadi, dengan melakukan autogenic training, seorang atlet dapat

mengubah sendiri kondisi kefaalannya. Ia juga dapat mengatur dan mengendalikan

pemunculan emosinya pada tingkatan yang dikehendaki (Jariono, 2010).

Beberapa contoh dari latihan ini adalah latihan untuk merasakan berat dan

panas pada anggota gerak, dengan ungkapan, “Saya rasakan lengan kanan saya

berat”, “saya rasakan lengan kanan saya panas dan relaks.” Latihan pemapasan atau

pengaturan aktivitas jantung dan paru¬paru, dengan contoh ungkapan, “Pernafasan

saya lebih tenang dan denyut jantung saya berdetak lebih lambat”. Serta latihan

untuk merasakan panas atau dingin pada perut dan dahi. “Dahi dan perut saya lebih

dingin.” Jadi, latihan autogenik merupakan suatu latihan yang menitikberatkan

munculnya kemampuan pengendalian gejolak emosi pada tubuh (Gatot Jariono,

2010).

b. Strategi Kognitif

Strategi kognitif didasari oleh pendekatan kognitif yang menekankan bahwa

pikiran atau proses berpikir merupakan sumber kekuatan yang ada dalam diri

seseorang. Jadi, kesalahan, kegagalan, ataupun kekecewaan, tidak disebabkan oleh

objek dari luar, namun pada hakikatnya bersumber pada inti pikiran atau proses

berpikir seseorang. Misalnya, seorang atlet bulutangkis tidak dapat menyalahkan

shuttle cock karena berat atau kecepatannya berbeda dari biasanya, karena yang

menentukan sesuai atau tidaknya caranya memukul dan kekuatan pukulan adalah

proses berpikir atlet tersebut. Jadi, yang seharusnya diubah adalah pengendali

perilaku atlet, dalam hal ini gerakan atau pukulannya. Dari penjelasan ini, tampak

bahwa proses kognitif merupakan sumber dari semua perilaku pada atlet.

Salah satu kegiatan yang mendukung berfungsinya proses kognitif adalah

kegiatan pemusatan perhatian yang bersumber pada inti pikiran seseorang.

Contohnya, pemikiran sebagai berikut: "Saya memusatkan perhatian terhadap

kornitmen saya untuk bermain sesuai dengan apa yang sudah saya latih dan strategi

Page 17: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

519

bermain saya." Kegiatan ini titik tekannnya terletak pada instruksi diri (self-

instruction), sehingga apa pun yang akan terjadi dalam permainan, atlet akan

berpedoman pada proses berpikirnya. Namun dalam kenyataannya, strategi kognitif

seperti ini sangat erat kaitannya dengan situasi emosi dan berbagai macam

pergolakannya. Pergolakan tersebut berasal dari tingkat ketegangan yang dialami

oleh atlet, khususnya yang bersumber pada dirinya, yakni trait anxiety.

c. Mekanisme Pertahanan Diri

Anxiety, kekhawatiran, dan ketakutan merupakan gejala yang umum dalam

olahraga, maka dibutuhkan suatu mekanisme di dalam kepribadian atlet untuk

mengatasi dari perasaan tersebut. Mekanisme ini biasanya disebut security

operation atau defense inechanisin. Mekanisme ini berfungsi sebagai alat agar

kepribadiannya tidak merasa terancam. Sering kali mekanisme ini bekerja

demikian efektif sehingga atlet benar-benar terlindung dari perasaan cemas

tersebut. Tampaknya di semua cabang olahraga sering terjadi mekanisme

pertahanan demikian, bukan hanya oleh atlet, akan tetapi juga oleh pelatih, tim

manajer, pengurus dan lain-lain (Gatot Jariono, 2010). Biasannya dalam hal ini

yang dilakukan adalah mencari kambing hitam menyalahkan objek lain sehingga

terhindar dari permasalahan utama.

4. Teknik Menurunkan Kecemasan dalam Olahraga

Sebelum menghadapi sebuah pertandingan, ada yang umum terjadi dalam diri

atlet. Kondisi psikologis atlet biasanya menjadi lebih tinggi. Hal ini terpicu oleh situasi

dan keadaan yang akan di hadapi. Dari kondisi tersebut muncul reaksi-reaksi fisiologis

dalam tubuh seorang atlet. Keringat mengucur deras, tangan dan kaki basah oleh

keringat, nafas terengah-engah, gemetar, kepala pusing, mual hingga muntah-muntah.

Itu semua adalah respon fisik atas kondisi mental yang meningkat. Secara umum, atlet

tersebut merasa cemas (Jariono, 2010).

Dalam konteks pertandingan, tentu saja berkaitan dengan lawan dan harapan-

harapan baik yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Menurut Cei (2011)

terdapat beberapa teknik untuk meredakan kecemasan di antaranya:

a. Datang ke tempat pertandingan lebih awal untuk menenangkan dan

mempersiapkan diri menghadapi pertandingan,

b. Bernafas dalam-dalam untuk menenangkan diri.

c. Melakukan latihan otogenik-rilaksasi untuk memberikan penenangan

sebelum menghadapi pertandingan.

d. Beraktifitas fisik untuk mengurangi kecemasan.

e. Melakukan stretching atau penguluran untuk menjaga kondisi fisik.

f. Selalu mengedepankan pikiran positif dalam memimpin pertandingan.

g. Metode-metode lain sesuai dengan kebiasaan dalam memotivasi diri, seperti

membaca, mandi sebelum pertandingan.

Page 18: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

520

Gunarsa (2008) menjelaskan ada beberapa teknik yang bisa membantu

menurunkan atau mengurangi kecemasan dan ketegangan (desentization techniques),

yaitu; (1) Teknik Jacobson dan Schultz, yaitu dengan mengurangi arti pentingnya

pertandingan, atau mengurangi ancaman hukuman kalau gagal. (2) Teknik Cratty,

teknik ini, mula-mula disusun suatu urutan (hierarki) anxiety yang dialami, dari yang

paling ditakuti sampai yang paling kurang ditakuti oleh wasit. (3) Teknik progressive

muscle relaxation dari Jacobson, yaitu latihan memaksa otot-otot tegang dijadikan

relaks. (4) Teknik autogenic relaxation, yaitu teknik relaksasi yang menekankan

pada sugesti diri (self-suggestion). (5) Latihan pernapasan dalam (deep breathing).

(6) Meditasi. (7) Berpikir positif. (8) Visualisasi.

5. Pengaruh Kecemasan terhadap Performa Atlet

Menurut Ejem (2011) performa adalah penampilan individu dan tim dalam

sebuah pertandingan. Oleh karena itu performa sulit dihitung dengan benar-benar

objektif. Penampilan dapat dibagi dalam penampilan satu set sebuah pertandingan

serta penampilan dalam keseluruhan even atau kompetisi. Performa yang baik harus

didukung dengan latihan yang kompleks, mencakup semua aspek baik psikologi,

teknik, maupun taktik. Menurut Weinberg (2010) terdapat hubungan yang erat antara

kondisi psikologi atlet dengan penampilannya. Menurut Juliantine (2010) faktor

psikologis mempengaruhi performa minimal 50%. Bahkan dalam berbagai penelitian

olahraga disebutkan bahwa 80% performa dalam pertandingan dipengaruhi olah

faktor pskilogis. Artinya faktor psikis memunyai peranan yang paling peting dalam

prestasi olahraga (Koni, 2013).

Menurut Jones (Dominikus et al, 2009) kecemasan antara atlet laki-laki dan

perempuan berbeda. Atlet perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dari atlet

laki-laki. Adapun tingkat kecemsan tertinggi baik atlet laki-laki maupun perempuan

adalah 24 jam sebelum pertandingan. Menurut Thomas (Esfahani & Siflu, 2010) salah

satu permasalahan yang menarik bagi ahli psikologi olahraga adalah bagaimana

mengidentifikasi secara efektif faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan atlet

sebelum kompetisi berjalan.

Menurut Dominikus et al (2009) kecemasan dapat dikelompokkan dalam

kognitif atau reaksi psikologi dan somatik atau reaksi psikologi. Kecemasan kognitif

berhubungan dengan perasaan negatif yang dapat menyebabkan seseorang merasa

khawatir dalam bertanding. Adapun kecemasan somatik berhubungan dengan

tekanan atau stress. Hanton (Esfahani & Siflu, 2010) mendefinisikan kecemasan

kognitif muncul dari pikiran negatif terhadap hasil kinerja, adanya persaingan

lingkungan, dan persaingan antar atlet. Adapun kecemasan somatik muncul dalam

bentuk ciri-ciri fisik seperti kulit pucat, peningkatan detak jantung, dan gejolak-

gejolak lain yang memicu reaksi negatif.

Page 19: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

521

Menurut Gunarsa (2008) kecemasan dapat berpengaruh pada kondisi

psikologis maupun fisiologis atlet. Artinya untuk mengetahui tingkat kecemasan atlet

dapat diketahui dari indikator sebagai berikut:

a) Psikologis

Faktor psikologis yang menjadi indikator munculnya kecemasan yang dapat

ditinjau secara kognitif yaitu kecemasan mengenai tingkat kekhawatiran dan pikiran

negatif maupun emosi. Beberapa indikator secara psikologis yaitu: (1) atlet menjadi

gelisah, (2) gejolak emosi naik turun, artinya atlet menjadi sangat peka, sehingga

cepat bereaksi atau sebaliknya, reaksi emosinya menjadi tumpul, (3) konsentrasi

terhambat, sehingga kemampuan berpikir menjadi kacau, (d) kemampuan membaca

permainan menjadi tumpul, dan (4) timbulnya keragu-raguan dalam mengambil

keputusan.

b) Fisiologis

Secara psikologis kecemasan fisiologis dapat terlihat dari kondisi somatik

(kecemasan mengenai perubahan keadaan yang dirasakan secara fisiologi) yang

berdampak pada psikomotor atau gerak. Beberapa indikator munculnya kecemasan

secara fisiologis yaitu: (1) denyut jantung meningkat, (2) telapak tangan berkeringat,

(3) mulut kering, yang mengakibatkan bertambahnya rasa haus, (4) gangguan-

gangguan pada perut atau lambung, baik yang benar-benar menimbulkan luka pada

lambung maupun yang bersifat semu seperti mual-mual, dan (5) otot-otot pundak dan

leher menjadi kaku.

Tanda-tanda kecemasan sebelum pertandingan adalah Munculnya stres dan lebih

agresif. Lebih lanjut Gunarsa (2008) menyebutkan bahwa, jika atlet dalam keadaan

cemas pada psikis dan fisiologisnya, maka penampilannya pun akan terganggu.

Gangguan-gangguan yang dialami atlet adalah sebagai berikut: (a) faktor ancaman

dari ekstren menjadi sulit dikendalikan, (b) pengaturan ketepatan waktu untuk

bereaksi menjadi berkurang, (c) koordinasi otot menjadi tidak sesuai dengan apa yang

dikehendaki, (d) pemakaian energi menjadi boros, maka kondisi tegang, atlet akan

cepat merasa lelah, (e) kemampuan dan kecermatan dalam membaca permainan

lawan menjadi berkurang, (f) pengambilan keputusan menjadi cenderung tergesa-

gesa dan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan, (g) penampilan atlet

dikuasai oleh emosi, sehingga sulit dikendalikan.

Harsono (Gunarsa, 2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara kecemasan

yang menimpa atlit dan pertandingan. Adapun hubungan tersebut adalah: (a) sebelum

pertandingan dimulai, kecemasan akan naik, (b) selama pertandingan berlangsung,

tingkat kecemasan mulai menurun. Dalam pertandingan yang berlangsung

menegangkan, tingkat kecemasan biasanya semakin lama semakin naik, dan (c)

mendekati akhir pertandingan, tingkat kecemasan biasanya akan naik lagi, terutama

bila tensi pertandingan naik.

Page 20: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

522

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan menjelang pertandingan

menurut Ejem (2011) adalah:

a) Teknik yang dimiliki, pada atlit profesional makin tinggi skill yang dimiliki maka

makin mudah menekan kecemasannya. Namun pada atlet junior meskipun skill

individu bagus namun tetap tidak efektif dalam menekan kecemasan yang

muncul menjelang pertandingan.

b) Faktor tempat bertanding (kandang atau tandang). Tim yang bermain di kandang

akan lebih percaya diri dari pada tim tamu, baik pada atlet senior maupuun junior.

c) Faktor penonton sangat mempengaruhi penampilan pada saat bertanding, pemain

lebih merasa pecaya diri bilamana mendapatkan banyak dukungan dari penonton.

Sebaliknya bila pemain hanya mendapat dukungan sedikit maka tingkat

kecemasan pada pemain akan tinggi

d) Pengetahuan dan Pengalaman masa lalu bapat meningkatkan kecemasan pada

atlet, terutama pengalaman buruk. Misalnya kalah dalam pertandingan, rasa takut

kalah dan mengalami cidera, yang dapat mengakibatkan naiknya kecemasan

pada atlet.

B. Latihan Autogenic Relaxation

Terdapat berbagai metode digunakan untuk menurunkan kecemasan dalam olahraga,

salah satunya adalah metode relaksasi, yang didalamnya terdapat satu teknik yaitu teknik

autorgenic relaxation. Teknik autogenic relaxation dipandangan efektif dalam upaya

menurunkan tingkat keemasan atlet. Menurut Welz (2011) latihan otuogenik-rilaksasi

dikembangkan oleh Schultz pada tahun 1932. Selama menjalani latihan otogenik-rilaksasi

seseorang akan merasakan kondisi tubuh seperti hangat atau pun berat

(http://www.welz.us/Otogenik.pdf). Latihan otogenik-rilaksasi pada awalnya harus dipandu

oleh instruksi-instruksi dari pelatih. Meski demikian, setelah beberapa kali latihan maka atlet

dapat melakukan latihan otogenik rilaksasi sendiri. Pendapat lain menyatakan bahwa latihan

otogenik rilaksasi merupakan latihan mandiri atau self-training yang menekankan pada self-

suggestion atau pemberian sugesti pada diri sendiri (http://file.upi.edu/

/MODUL_6,_Tahapan_ Model_dan_Teknik_Pelatihan_Mental.pdf). Menurut Ursula (2010)

menerangkan bahwa, Autogenic berasalan dari kata auto and genos dapat diartikan sebagai

self-exercise, self-induced (latihan mandiri, stimulasi diri), latihan untuk mengaktifkan atau

untuk mengkoneksikan pikiran dan tubuh. (http://hoymotivacion.com/wp-

content/uploads/2014/12/Autogenic-training,pdf). Ursula (2010) juga menyatakan

“autogenic therapy, as a stand-alone treatment can; (1) Help people switch from stress to

relaxation at will, (2) Reduce or eliminate anxiety and panic attacks (3) Increase confidence

and self-esteem, (4) Significantly improve sleep quality, (5) Reduce the incidence of mild to

moderate depression (6) Offer a tool for self-empowerment and feeling to be more in control

(7) Increase concentration and focus”.

Autogenic training lebih menekankan pada pemberian sugesti pada diri sendiri. Pada

permulaan latihan, diperlukan instruksi-instruksi dari pelatih. Tapi setelah beberapa kali

Page 21: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

523

latihan, atlet harus bisa mensugesti dirinya sendiri dalam latihan relaksasi ini. Prosedur

autogenic ini menekankan pada enam pusat perhatian (Urai, 1991), di antaranya;

1. Lengan kanan (kiri) saya terasa berat, tungkai kanan (kiri) saya terasa berat.

2. Lengan kanan (kiri) saya terasa hangat, tungkai kanan (kiri) saya terasa hangat.

3. Denyut jantung saya tenang dan teratur.

4. Badan saya bernapas sendiri.

5. Solar plexus (perut) saya terasa hangat.

6. Dahi saya terasa sejuk.

Pada setiap kalimat hendaknya ada jeda atau istirahat selama 10 detik. Latihan ini

bisa berjalan maksimal apabila dilakukan sambil berbaring dengan punggung di lantai,

tungkai lurus, lengan lurus disamping badan. Pada waktu latihan, pelatih bisa mencheck

apakah seluruh badan atlet benar-benar rileks. Agar efektif, sebaiknya dilakukan di tempat

dan situasi yang memungkinkan latihan tersebut berlangsung dengan baik. Hal tersebut

serupa apa yang disampaikan Urai, 1991), yaitu;

1. Dilaksanakan di ruangan yang tenang, suhu yang cukup dan nyaman,

2. Penerangan dalam ruangan tidak terlalu terang, dan

3. Lantai ruangan sebaiknya dilapisi dengan karet empuk agar atlet dapat berbaring

dengan nyaman.

Selain hal-hal tersebut, terdapat hal-hal lain yang dapat membantu latihan relaksasi

(Urai, 1991), yaitu;

a. Pada waktu latihan dialunkan musik yang menenangkan jiwa,

b. Pelaku membayangkan diri berbaring di pinggir pantai sambil dihembuskan angina

sepoi-sepoi yang menyejukkan,

c. Dalam memberikan instruksi, suara pelatih harus menenangkan.

Latihan otogenik-rilaksasi dilakukan dengan memfokuskan pada area tubuh khusus

yang dengan mengulang susunan kalimat sugestif. Pelaksanaan latihan otogenik-rilaksasi

dilakukan melalui pengontrolan terhadap sistem syaraf otonom, seperti tekanan darah,

temperatur kulit, dan detak jantung (Jannah, 2004). Menurut Welz (2011) prosedur latihan

otogenik-rilaksasi terdiri atas 6 langkah, yaitu: (1) merasakan berat tubuh, (2) merasakan

kehangatan tubuh, (3) latihan denyut jantung, (4) latihan pernafasan, (5) latihan pada bagian

perut, dan (6) latihan bagian kepala (http://www.welz.us/Otogenik.pdf).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam olahrga kompetitif, aspek keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek fisik,

teknik, dan taktik. Hal lain yang lebih mendalam yang berkaitan lansung dengan diri atlet

atau kondisi atlet pada saat pertandingan adalah aspek mental. Aspek mental sering kali

menjadi aspek penentu keberhasilan prestasi. Salah satu yang menjadi momok bagi atlet pada

saat pertandingan adalah perasaan cemas. Perasaan cemas merupakan perasaan yang muncul

yang diakibatkan oleh stressor, perasaan tertekan, ketakutan terhadap ancaman, yang

sebenarnya tidak nyata. Dengan kata lain Kecemasan juga merupakan keadaan emosi yang

Page 22: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

524

ditandai dengan adanya gejala beban psikologis berupa ketegangan, ketakutan, stress,

perasaan tertekan, kegelisahan, kekhawatiran, frustasi dan konflik batin yang tidak

dimengerti penyebabnya baik yang nyata maupun hanya imajinasi.

Untuk mencegah terjadinya kecemasan terdapat upaya atau strategi yang jitu

diantaranya adalah strategi relaksasi, strategi kognitif, dan strategi pengendalian diri.

Berkenaan dengan strategi relaksasi, terdapat teknik relaksasi yang dipandang berpengaruh

signifikan dalam pencegahan kecemasan yaitu teknik autogenic relaxation. Latihan

Autogenic relaxation menekankan pemberian sugesti pada diri sendiri, walupun pada

permulaan latihan, diperlukan instruksi-instruksi dari pelatih. Tapi setelah beberapa kali

latihan, atlet harus bisa mensugesti dirinya sendiri dalam latihan relaksasi. Sugesti yang

diberikan antaranya; (1) Lengan kanan (kiri) saya terasa berat, tungkai kanan (kiri) saya

terasa berat. (2) Lengan kanan (kiri) saya terasa hangat, tungkai kanan (kiri) saya terasa

hangat. (3) Denyut jantung saya tenang dan teratur. (4) Badan saya bernapas sendiri. (5) Solar

plexus (perut) saya terasa hangat. (6) Dahi saya terasa sejuk.

Saran

Bagi seorang atlet, terutama atlet yang mempunyai permasalahan yang berkaitan

dengan kecemasan alangakah lebih baik mencoba latihan dengan teknik autogenic relaxation.

Teknik ini sangat mudah dilakukan baik dalam proses latihan maupun pada saat sebelum

pertandingan. Selain itu latihan dengan teknik ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Bagi

seorang pelatih juga dapat menerapkan atau menambah porsi latihan dengan teknik latihan

autoginic relaxation ketika menjumpai anak latihnya mengalami kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Tahapan dan teknik pelatihan mental atlet. Diunduh dari:

http://file.upi.edu/MODUL_6,_Tahapan_Model_dan_Teknik_Pelatihan_Mental.pdf.

Cei, Alberto. (2011). Psychological training for top referees. Retrieved froom:

http://www.ceiconsulting .it/en/publications /articles/doc008.pdf).

Dumadi, dkk. (2004). Materi pelatihan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ejem, Miloslav. (2011). International journal of volleyball research. USA: Official

Publication of USA Volleyball.

Esfahani, N. & Siflu, Gheze. (2010). The comparison of pre-competition anxiety and state

anger between female and male volleyball players. Journal: Alzahra University.

Fillino, Dominikus, et all. (2009). Relationship between mental skill and anxiety,

interpretation in secondary school hockey athletes. European Journal of Social

Sciences, 9. Diakses dari: (http://www.eurojournals.com/ejss_9_4_12.pdf).

Gunarsa, Singgih D. (2008). Psikologi olahraga prestasi. Jakarta: P.T. BPK Gunung Mulia.

Jannah, Miftakhul (2004). Pelatihan meditasi-otogenik untuk meningkatkan konsentrasi pada

atlet lari jarak pendek. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Page 23: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

525

Jariono, Gatot. (2010). Psikologi olahraga. Diakses dari: http://gatotjariono.

blogspot.com/2010/02/psikologi-olahraga.html.

Juliantine, Tite (2010). Kontribusi pembelajaran latihan konsentrasi-rileksasi dan self-talk

terhadap penurunan tingkat etegangan pada atlet tenis. Artikel. Bandung: FPOK-UPI.

KONI. (2013). Pemahaman dasar sport science dan penerapan IPTEK olahraga. Jakarta:

Bidang Sport Science dan Penerapan IPTEK Olahraga.

Muharil. (2010). Peran psikologi terhadap kemungkinan terjadinya cedera dalam olahraga.

Diakses dari: http://muharilsport.blogspot.com/2010/04/peran-psikologi-terhadap-

kemungkinan_572.html.

Semium, Yustinus. (2006). Kesehatan mental. Yogyakarta: Kanisius.

Sudibyo. (2001). Mental training. Jakarta: PT. Anem.

Urai, Yohanes. (1991). Psikologi olahraga. Malang: IKIP Malang.

Ursula. V. W (2010). Autogenic training. Retrivied from: http://hoymotivacion.com/wp-

content/uploads/2014/12/Autogenic-training-presentation.pdf.

Weinberg & Gould. (2007). Foundations of sport and exercise phychology. Canada: Human

Kinetics.

Welz, Karl Hans. (2011). Autogeic training. Retrivied from:

(http://www.welz.us/Autogenic.pdf).

Page 24: Proceedings - karyailmiah.unipasby.ac.idkaryailmiah.unipasby.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/latihan-full-yandika.pdfBRAIN GYM BAGI ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICITE HYPERACTIVITY

Diterbitkan Oleh: