atteberg limits
TRANSCRIPT
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
I. TUJUAN
1. Menentukan harga batas cair (liquid limits) dari suatu contoh tanah
2. Menentukan harga batas plastis (plastis limits) dari suatu contoh tanah
3. Menentukan harga susut (shringkage limits) dari suatu contoh tanah.
II. DASAR TEORI
Pada tahun 1911, seorang ilmuwan dari Swedia bernama Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus
pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, sifat campuran
tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air
yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam empat keadaan dasar, yaitu :
padat, semi padat, plastis, dan cair.
Volume Batas Plastis
Semi Plastis Cair
Padat Padat
Kadar Air Bertambah
Kering oven Batas Susut Batas Cair
Batas – batas dari empat keadaan diatas, yaitu :
Batas Cair ( Liquid Limits ) ( LL ) : Batas sifat tanah kohesif antara keadaan
cair dengan plastis.
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 1
Subjek : Pengujian Tanah di Laboraturium No Test : 8
Topik : Batas – Batas Atteberg (Atteberg Limits)
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
Batas Plastis ( Plastics Limits ) ( PL ) : Batas sifat tanah kohesif antara keadaan
plastis dengan semi padat.
Batas Susut ( Shrinkage Limits ) ( SL ) : Batas sifat tanah kohesif antara keadaan
semi padat dengan padat.
a. Batas Cair
Adalah kadar air pasta tanah saat dicapai ketukan mangkuk Casagrande 25 kali,
celah standard menutup sepanjang 12,7 mm. Untuk mendapatkan kondisi celah
tertutup 12,7 mm dalam 25 kali ketukan sangatlah sulit didapatkan. Dalam
menentukan batas cair menggunakan alat yang terdiri dari mangkok kuningan yang
bertumpu pada dasar karet yang keras. Mangkok kuningan dapat diangkat dan
dijatuhkan di atas dasar karet keras tersebut dengan sebuah pengungkit eksentris
dijalankan oleh suatu alat pemutar . Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah
diletakkan di dalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan
menggunakan alat penggores standar. Dengan menjalankan alat pemutar, mangkok
kemudian dinaik-turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air, dinyatakan
dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,5
in (12,7 mm) sepanjang dasar conoh tanah di dalam mangkok sesudah 25 ketukan.
Untuk mengatur kadar air dari tanah yang bersangkutan agar dipenuhi persyaratan di
atas ternyata sangatlah sulit. Oleh karena itu, akan lebih baik kalau dilakukan uji
batas cair paling sedikit empat kali pada tanah yang sama tetapi pada kadar air yang
berbeda-beda sehingga jumlah pukulan N , yang dibutuhkan untuk menutup goresan
bervariasi antara 15 dan 35.
Menentukan kadar air
Dimana :
W1 : Berat cawan
W2 : Berat cawan + tanah basah
W3 : Berat cawan + tanah basah
WN : Kadar air
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 2
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
Menentukan batas cair
Dimana :
LL : Batas Cair
WN : Kadar Air
Tg : 0,121
b. Batas Plastis
Didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila
digulung sampai dengan diameter 0,125 in (3,2 mm) menjadi retak-retak. Batas
plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Cara
pengujiannya adalah sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung-gulung massa
tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar sampai massa
tanah tersebut berdiameter 0,125 in (3,2 mm) dan terdapat retak-retak sebesar
rambut.
Menghitung kadar air menggunakan rumus :
Kadar Air =
W 2−W 3
W 3−W 1 x 100
Dimana : W1 = Berat krus (gr)
W2 = Berat krus + tanah basah (gr)
W3 = Berat krus + tanah kering (gr)
c. Batas Susut
Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnyan secara perlahan-
lahan hilang dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus, tanah akan
mencapai suatu keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 3
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
menyebabkan perubahan volume. Kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana
perubahan volume suatu massa tanah berhenti didefinisikan sebagai batas susut.
Dimana :
W1 : Berat Tanah Basah
W2 : Berat Tanah kering oven
V1 : Volume sampel tanah basah
V2 : Volume sampel tanah kering oven
Gambar alat casagrande
Indeks Plastis ( PI ) Yaitu perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah.
PI = LL – PL
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 4
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
Dimana :
PI = Indeks Plastis/Plasticity Index
LL = Batas Cair
PL = Batas Plastis
Tabel hubungan indeks plastisitas dengan derajat plastisitas :
Plasticity Indeks Degree of Plasticity
0 % - 5 %
5 % - 15 %
15 % - 40 %
> 40 %
Not Plastic
Moderately Plastic
Plastic
High Plastic
III. PERALATAN DAN BAHAN
A. PERALATAN
1. Alat batas cair Casagrande yang terdiri dari :
a. Cawan batas cair
b. Alat pencoak (Groving Tool)
Pelat kaca
Spatula
Krus kadar air
Timbangan (ketelitian 0,01 gr)
Dissikator
Oven
B. BAHANBenda uji yang digunakan adalah benda uji dari tabung sampel yang didapatkan
dari pengeboran di lapangan.
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 5
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
IV. LANGKAH KERJAA. Batas Cair
1. Siapkan 4 buah krus kadar air.
2. Contoh tanah yang lolos saringan No.40 sebanyak 500 gr diaduk diatas pelat kaca, sambil ditambah aquadest, hingga benar-benar homogen.
3. Atur tinggi jatuh dari cawan batas cair 1 cm.
4. Masukkan contoh tanah ke dalam cawan, aduk lagi dengan spatula, kemudian ratakan permukaannya sehingga diperoleh ketebalan bagian tengahnya 1 cm.
5. Tekan alat pencoak tegak lurus terhadap permukaan cawan, dati belakang ke muka, sehingga contoh tanah terbelah menjadi dua bagian.
6. Lakukan pengetukan dengan memutar engkol dari alat casagrande, hingga bagian tengah dari coakan menyatu sepanjang 0.5 inci (1,25 cm), hal ini dapat dikontrol dengan tangkai alat pencoak, dan catat jumlah ketukannya.Pada percobaan pertama ini, diusahakan untuk mendapatkan jumlah ketukan antara 40 – 50. Bila lebih dari 50 ketukan (yang diinginkan), coakannya belum menyatu sepanjang 1,25 cm, maks. contoh tanah diaduk lagi sambil ditambahkan aquadest. Sebaliknya bila kurang dari jumlah ketukan yang diinginkan coakannya sudah menyatu 1,25 cm atau lebih, maks. contoh tanah didiamkan sebentar sehingga kadar airnya berkurang, kemudian diaduk kembali dan percobaan diulangi.
7. Ambil contoh pada bagian coakan yang menyatu tsb, dan ukur kadar airnya.
8. keluarkan contoh tanah dari cawan dan aduk kembali bersama-sama sisa contoh di atas pelat kaca sambil ditambahkan kadar airnya.
9. Lakukan lagi percobaan seperti di atas (langkah 4 s/d 7) sampai 4 kali, sehingga diperoleh jumlah ketukan pada masing- masing percobaan sbb:
- Percobaan I : antara 30 – 40 ketukan
- Percobaan II : antara 20 – 30 ketukan
- Percobaan III : antara 10 – 20 ketukan
10. Setelah kadar air dari masing-masing percobaan tersebut diketahui, maka data
tersebut diplot pada grafik semi logaritma dengan jumlah ketukan (N) sebagai absis
(x) dan kadar air () sebagai ordinat (y).
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 6
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
Catatan : - Bila contoh tanah berbutir kasar, maka keringkan contoh tersebut dan hancurkan
gumpalan-gumpalannya dengan palu karet kemudian saring dengan saringan No.40.
Bagian yang lolos diberi air (aquadest) sambil diaduk dan diamkan selama 24 jam
supaya kadar airnya merata.
- Bila contoh tanah mengandung sedikit butir kasar dapat langsung dilakukan percobaan,
tapi pada waktu pengadukan, butiran-butiran yang kasar dikeluarkan.
B. Batas Plastis
1. Contoh tanah yang lolos saringan No.40, diaduk di atas pelat kaca hingga benar-
benar homogen. Bila perlu ditambahkan kadar airnya.
2. Siapkan 2 buah krus kadar air.
3. Ambil sedikit contoh tanah, giling di telapak tangan hingga menjadi bulatan-
bulatan kira-kira sebesar kelereng, kemudian giling di atas pelat kaca sehingga
membentuk batangan-batangan kecil dengan diameter 3 mm.
4. Percobaan penggilingan dilakukan dengan seksama hingga diperoleh batangan-
batangan contoh tanah yang retak atau patah pada diameter tepat 3 mm.
5. Bila belum mencapai diameter 3 mm contoh sudah retak, maka contoh diremas
kembali sambil menambahkan sedikit air dan bila sudah lebih kecil dari 3 mm
contoh belum retak, contoh diremas kembali sambil dibiarkan kadar airnya
berkurang.
6. Setelah diperoleh contoh tanah yang retak/patah pada diameter tepat 3 mm, ukur
kadar airnya. Harga kadar tersebut adalah harga batas plastisnya
C. Batas Susut
1. Contoh tanah dicampur dengan air suling secukupnya dan diaduk sehingga
menyerupai pasta pada cawan persiapan, sehingga mudah diisikan ke dalam cawan
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 7
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
penyusutan (Shirnkage Disk) tanpa membawa serta masuk gelembung udara.
Banyaknya air yang dibutuhkan supaya tanah mudah diaduk dengan kekentalan
yang diinginkan kira-kira sama atau sedikit lebih besar dari keadaan batas cair.
2. Cawan penyusut dibersihkan danbagian dalamnya dilapisi tipis dengan vaseline
(Grease) yang kental untuk mencegah melekatnya pada cawan. Contoh tanah yang
sudah berupa pasta tadi dimasukkan kedalam cawan penyusut kira-kira 1/3
volumenya dan tanah diletakan pada tengah-tengah cawan dan dibiarkan mengalir
ke pinggir dengan mengetuk-ngetuk cawan penyusut. Masukkan tanah sedikit demi
sedikit sambil cawan diketuk-ketuk samapi cawan penuh terisi pasta tanah dan
dibiarkan sampai melebur agar udara yang masih tersekap terbawa kepermukaan.
Tanah yang kelebihan dipermukaan cawan dipotong dengan Straight Edge. Semua
tanah melekat di luar cawan dibersihan.
3. Setelah rata dan permukaan luarnya bersih, timbang berat cawan beserta isinya
(W1). Pasta tanah dibiarkan mengering sebentar di udara sehingga warna pasta
berubah dari tua menjadi muda, lalu dimasukkan ke dalam oven (dikeringkan).
4. Setelah kering, timbang berat cawan berserta isinya (W2), dan timbang juga berat
cawan penyusut dalam keadaan kosong dan bersih (W3).
5. Volume cawan = volume tanah basah diukur dengan diisi penuh air raksa, buang
yang berlebihan dengan cara menekan kaca kuat-kuat di atas cawan, kemudian ukur
dengan gelas ukur banyaknya air raksa yang ada di dalam cawan penyusut =
volume tanah basah = V.
6. Volume tanah kering diukur dengan mengeluarkan tanah kering dari cawan
penyusut lalu dicelupkan ke dalam gelas yang penuh dengan air raksa, denga cara
sebagai berikut.
a. Cawan gelas diisi penuh air raksa dan kelebihan air raksa dibuang dengan cara
menekan Prong Plate (Plat kaca denga tiga buah kawat baja) di atas cawan
gelas.
b. Air raksa yang melekat diluar cawan dibersihkan.
c. Letakkan cawan gelas yang berisi air raksa pada cawan gelas itu kedalam gelas
yang lebih besar.
d. Letakkan tanah kering di atas air raksa pada cawan gelas.
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 8
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
e. Tekan hati-hati tanah kering ke dalam air raksa denga menggunakan Prong
Plate, sampai Prong Plate rata dengan bibir cawan. Perhatikan betul-betul
jangan sampai ada udara yang terbawa masuk ke dalam air raksa.
f. Air raksa yang tumpah diukur volumenya dengan gelas ukur = volume tanah
kering = Vs
7. Maka kadar air batas susut dapat dihitung sebagai berikut :
Kadar air : w=
W w
W s
×100 %
Dimana : Ww = (W2 – W3)
Ws = (W3 – W1)
Sehingga batas batas susut (Shrinkkage limit) :
SL = w - (V−V s
W s
×10−100 %)
V. DATA, PERHITUNGAN DAN GRAFIK
a. Perhitungan Batas Plastis
Percobaan I
Berat krus (W1) = 15.76 gram
Berat krus + tanah basah (W2) = 19.5 gram
Berat krus + tanah kering (W3) = 17.96 gram
Penyelesaian :
ω1 =
W 2−W 3
W 3−W 1
× 100% = 19 .5−17 . 9617 .96−15 . 76
× 100% = 70 %
sehingga diperoleh kadar air = 70 %
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 9
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
Percobaan II
Berat krus (W1) = 15.57 gram
Berat krus + tanah basah (W2) = 18.859 gram
Berat krus + tanah kering (W3) = 18.18 gram
Penyelesaian :
ω1 =
W 2−W 3
W 3−W 1
× 100 % = 18 .859−18 .1818 .18−15 .57
× 100 % =26 . 01%
sehingga diperoleh kadar air = 26.01 %
Rata-rata kadar air = 70+26 . 01
2 = 48.005 %
Maka nilai tersebut merupakan nilai dari Batas Plastis
(Plastic Limit)
b. Perhitungan Batas Cair
1. Untuk 9 ketukan
Berat krus (W1) = 15.66 gram
Berat krus + tanah basah (W2) = 24.07 gram
Berat krus + tanah kering (W3) = 20.37 gram
Penyelesaian :
ω1 =W 2−W 3
W 3−W 1
× 100 % = 24 .07−20 .3720 .37−15 . 66
× 100 % = 78 .55 %
2. Untuk 19 ketukan
Berat krus (W1) = 15.68 gram
Berat krus + tanah basah (W2) = 29.7 gram
Berat krus + tanah kering (W3) = 23.56 gram
Penyelesaian :
ω1 =W 2−W 3
W 3−W 1
× 100 % = 29 .7−23 . 5623 .56−15 . 68
× 100 % = 77 . 91 %
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 10
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
3. Untuk 32 ketukan
Berat krus (W1) = 15.59 gram
Berat krus + tanah basah (W2) = 28.1 gram
Berat krus + tanah kering (W3) = 22.71 gram
Penyelesaian :
ω1 =W 2−W 3
W 3−W 1
× 100 % = 28 .1−22. 7122 .71−15 .59
× 100 % = 75 . 71 %
4. Untuk 46 ketukan
Berat krus (W1) = 15.72 gram
Berat krus + tanah basah (W2) = 33.67 gram
Berat krus + tanah kering (W3) = 26.11 gram
Penyelesaian :
ω1 =W 2−W 3
W 3−W 1
× 100 % = 33 .67−26 . 1126 .11−15 .72
× 100 % = 72 . 76 %
5 10 15 20 25 30 35 40 45 500
102030405060708090
100Grafik batas cair
Grafik batas cair
kada
r ai
r (%
)
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 11
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
PI = LL – PL = 77.81 – 48.005 = 29.805 %
Dimana : PI = Indeks Plastis
LL = Liquid Limit
PL = Plastis Limit
c. Perhitungan Batas Susut
Batas Susut (SL) Nilai Batas
Cawan I IIBerat Cawan (gr) 9.98 10.12
wn %Berat Cawab + Tnh Basah (gr) 38.09 31.59Berat Cawan + Tnh Kering (gr) 29.84 21.54
LL 76.81 %Berat Air (gr) 8.25 10.05Berat Tanah Kering (gr) 19.86 11.42
PL 48.005 %Kadar Air, w0 (%) 41.54 88Volume Awal (cm3) 14.05 13.92
SL 51.225 %Berat Air Raksa + Cawan (gr) 154.22 166.67Volume Akhir (cm3) 11.42 12.34
PI = LL-PL 29.805 %Batas Susut (SL) (%) 28.19 74.16Batas Susut Rata - rata (%) 51.225
IL %Pjg Contoh mula - mula, Lo (cm) 14 14Pjg Contoh Kering, L1 (cm) 13.4 12.3
Ic %Penyusutan lurus (LS), (Lo - L1)/Lo (%) 4.28 12.85
Jadi nilai dari Batas Susut (Shringkage Limit) yaitu : 51.225 %
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 12
Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik SipilLABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. : 022 – 201 45 83
VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan data dan perhitungan dari percobaan atterberg, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Batas Cair (Liquid Limit) = 76.81 %
Batas Plastis (Plastis Limit) = 48.005 %
Indeks Plastis (IP) = 29.805 %
Batas Susut = 51.225 %
2. Dari hasil tersebut di dapat Liquid Limit (LL) > 50 %, hal ini dapat disimpulkan bahwa
tanah tersebut termasuk kepada tanah dengan plastis tinggi
Laporan praktikum uji tanah / KG 2B 13