attachment

15
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 Identitas Pasien Nama : Tn. Suhatno Umur :70 tahun Alamat : Sindangwani 4/3 Bantarkawung Jenis elamin : !aki"laki #eker$aan : #etani #endidikan :S%# Agama :&slam Suku Bangsa : Jawa No. '% : 00(03)** 1.2 Anamnesa " Keluhan Utama : #englihatan kedua mata ka+ur " Keluhan Tambahan : #using " Riwayat Penyait Sea!an" : #asien datang ke ,oliklinik mata dengan keluhan ,englihatan kedua mata ka+ur se$ak - +ulan ang lalu. %ata kiri , dirasa le+ih ka+ur di+andingkan dengan mata kanann a. a+ur dirasa ,erlah lahan dan semakin lama semakin mem+erat hingga mengganggu akti itas ,asien. #asienmerasa le+ih sulit melihat +enda"+enda ang terletak $auh di+andingkan dengan se+elumn a. #asien $uga mengeluh ,andangan +er+a ang ,ada mata kanan serta se,erti melihat ka+ut atau asa,. " Riwayat Penyait #ahulu : #asien tidak ,ernah mengalami hal ini se+elumn a. 'iwa at alergi trauma ,enggunaan ka1a mata dan ,en akit sistemik se,erti hi,ertensi dan dia+etes mellitus disangkal oleh ,asien. " Riwayat Penyait Kelua!"a : eluarga ,asien tidak ada ang mengalami keluhan seru,a.

Upload: david-santoso

Post on 05-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ultimate

TRANSCRIPT

BAB ILAPORAN KASUS

1.1 Identitas PasienNama: Tn. SuhatnoUmur: 70 tahunAlamat: Sindangwani 4/3 BantarkawungJenis Kelamin: Laki-lakiPekerjaan: PetaniPendidikan: SMPAgama: IslamSuku Bangsa: JawaNo. RM: 00803566

1.2 Anamnesa Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur Keluhan Tambahan : Pusing Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 2 bulan yang lalu. Mata kiri pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata kanannya. Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada mata kanan serta seperti melihat kabut atau asap. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat alergi, trauma, penggunaan kaca mata dan penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Riwayat Sosial : Pasien sehari-harinya merupakan seorang petani. Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Pertama. Riwayat Kebiasaan : Pasien mengaku sering mengkonsumsi jamu dua kali sehari sejak usia muda.

1.3 Pemeriksaan FisikKeadaan Umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 110/70 mmHg

1.4 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status OftalmologiOkuli Dekstra (OD)Okuli Sinistra (OS)

Kedudukan bola mataGerak bola mataOrtho Baik ke segala arah Ortho Baik ke segala arah

Supra ciliaMadarosisSikatriks Tidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

Palpebra superiorEdemaHiperemiEnteropionEkteropionBenjolanTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

Palpebra inferiorEdemaHiperemiEnteropionEkteropionBenjolanTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

Konjungtiva palpebra superiorSekret mataHiperemiFolikelPapilSikatriksBenjolanLain-lainTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada

Konjungtiva palpebra inferiorSekret mataHipermiFolikelPapilSikatriksBenjolanTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

Konjungtiva bulbiKemosisHiperemi Konjungtiva Silier

Perdarahan di bawah konjungtivaPterigiumPingueculaeTidak ada

Tidak adaTidak adaTidak ada

Tidak adaTidak adaTidak ada

Tidak adaTidak adaTidak ada

Tidak adaTidak ada

KorneaSikatriksInfiltratUlkusKeratik presifitatTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

Bilik Mata DepanKedalamanHifemaHipopionDalamTidak adaTidak ada DalamTidak adaTidak ada

Iris PupilBentukLetak Warna Refleks cahaya langsungRAPDBulat, regulerDitengah Cokelat kehitaman+-Bulat, regulerDitengah Cokelat kehitaman+-

LensaSubluksasiDislokasiTes bayangan irisJernihTidak adaTidak ada-KeruhTidak adaTidak ada-

Vitreus humorTidak dilakukanTidak dilakukan

Funduskopi Refleks fundus +Refleks fundus -

Visus dan refraksiVisus 2/60

1/300

Tonometri Tonometri Digital

N

N+1

1.5 ResumePasien laki-laki usia 70 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 2 bulan lalu. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada mata kanan seperti melihat kabut atau asap. Pasien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu sejak usia muda. Riwayat alergi, trauma, diabetes mellitus dan hipertensi disangkal oleh pasien. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa. Pemeriksaan fisik:Keadaan umum: tampak sakit ringanKesadaran : compos mentisODOS

2/60Visus1/300

NormalPalpebraNormal

TenangKonjungtivaTenang

TenangSkleraTenang

NormalKorneaNormal

Dalam BMDDalam

Bulat, reguler, bayangan iris negatifIrisBulat, reguler, bayangan iris negatif

Refleks pupil (+)PupilRefleks pupil (+)

jernihLensaKeruh

(+)Reflek fundus(-)

NTION +

1.6 Diagnosis Banding Kekeruhan badan kaca Endopthalmitis Glaukoma kronis

1.7 Diagnosis Kerja OS Katarak senilis matur

1.8 Usulan Pemeriksaan Funduskopi Slit lamp1.9 Usulan TerapiOS MSICS + IOL1.10 PrognosisDubia ad bonam

BAB IIPEMBAHASAN

Pasien laki-laki berumur 70 tahun dengan keluhan utama pasien adalah penglihatan kedua mata kabur secara perlahan-lahan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat hingga mengganggu aktivitasnya. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada mata kiri seperti melihat kabut atau asap. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses hidrasi korteks, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia. Usia pasien yang lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah katarak senilis.Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat kekeruhan pada lensa mata kiri jika disinari dengan menggunakan senter. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris (+). Namun apabila kekeruhannya sudah menyeluruh atau sudah masuk katarak senilis matur, maka sinar langsung dipantulkan keluar dan tidak mengenai iris. Keadaan ini disebut bayangan iris (-). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis matur.Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien.Penatalaksanaan pada katarak matur dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan metode ECCE + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan ECCE. Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa. Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,2

3.2 EtiologiPenyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5 Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa Faktor imunologik Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari. Gangguan metabolisme umum

3.3 PatofisiologiKekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.2Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses pembentukan katarak.6

3.4 Gejala KlinisSeorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2 Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan katarak senilis. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak. Noda, berkabut pada lapangan pandang. Ukuran kaca mata sering berubah

3.5 DiagnosisDiagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur biasanya datang dengan keluhan pandangan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

InsipienImaturMaturHipermatur

Kekeruhan lensaRinganSebagianKomplitMasif

Cairan LensaNormalBertambah (air masuk)NormalBerkurang (air+masa lensa keluar)

IrisNormalTerdorongNormalTremulans

Bilik Mata DepanNormalDangkalNormalDalam

Sudut Bilik MataNormalSempitNormalTerbuka

Shadow TestNegatifPositifNegatifPseudopositif

Visus (+)