atresia ani ruang 15

19
PAKET PENYULUHAN ATRESIA ANI” PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) IRNA IIRSUD Dr.SAIFUL ANWAR

Upload: little-angle

Post on 29-Jan-2016

253 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

c

TRANSCRIPT

Page 1: Atresia Ani Ruang 15

PAKET PENYULUHAN

“ATRESIA ANI”

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

IRNA IIRSUD Dr.SAIFUL ANWAR

MALANG

2015

Page 2: Atresia Ani Ruang 15

LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHAN

ATRESIA ANI

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Tanggal 17 Juli 2014

Oleh:

FK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PSIK UNIVERSITAS KADIRI

STIKES LUMAJANG

Mengetahui,

CI Institusi CI LAHAN

( ) ( )

Page 3: Atresia Ani Ruang 15

PAKETPERAWATAN ATRESIA ANIA

Pokok Bahasan : Atresia Ani

Sasaran : Pasien, keluarga pasien, dan pengunjung

Tempat : Ruang 15 IRNA II

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Juli 2014

Waktu : 30 menit

Penyuluh :Tim PKRS IRNA II RSUD dr. Saiful Anwar Malang

A. Latar Belakang

Atresia Ani adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

nyamukAedes.Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat dan

bahkan makin merajalela dengan pemanasan global. Pusat Informasi

Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia selama

2009 mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal (Depkes RI,

2009).

WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia

berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta

penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan

perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan

sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat

satu orang anak yang meninggal (Depkes RI, 2009). Karena banyaknya

korban penyakit DBD, maka penulis membuat suatu acara penyuluhan

tentang penyakit demam berdarah dengue dengan tujuan peserta dapat

mengetahui dan memahami tentang demam berdarah dengue.

B. Tujuan intruksional

1. Tujuan umum

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat mengetahui dan

memahami tentang Atresia Ani.

2. Tujuan Khusus :

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :

1) Menjelaskan pengertian Atresia Ani

Page 4: Atresia Ani Ruang 15

2) Menjelaskan klasifikasi Atresia Ani

3) Menjelaskan penyebab Atresia Ani

4) Menjelaskangejala Atresia Ani

5) MenjelaskanpemeriksaanAtresia Ani

6) Menjelaskan pengobatan Atresia Ani

C. Sub pokok bahasan

(terlampir)

1) Pengertian Atresia Ani

2) Klasifikasi Atresia Ani

3) Penyebab Atresia Ani

4) Gejala Atresia Ani

5) Pemeriksaan Atresia Ani

6) Pengobatan Atresia Ani

D. Sasaran

Sasaran penyuluhuan adalah pasien, keluarga pasien, dan pengunjung.

E. Metode

Metode yang digunakan saat penyuluhan adalah ceramah, tanya jawab dan

evaluasi posttest.

F. Media

Media yang digunakan saat penyuluhan adalah leaflet, laptop dan LCD

Page 5: Atresia Ani Ruang 15

G. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media

Pembukaan 5 menit •Membuka dengan salam

•Memperkenalkan diri•Menjelaskan maksud

dan tujuan penyuluhan

•Kontrak waktu•Menggali pengetahuan

peserta sebelum dilakukan penyuluhan

•Mendengarkan•Memperhatikan•Menjawab pertanyaan

Ceramah -

Penyajian 15 menit •Menjelaskan tentang:1) Pengertian

Atresia Ani2) Klasifikasi Atresia

Ani3) PenyebabAtresia

Ani4) Gejala Atresia Ani5) Pemeriksaan

Atresia Ani6) Pengobatan

Atresia Ani

•Memberi kesempatan untuk bertanya/diskusi tentang materi penyuluhan

•Mendengarkan•Memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai hal yang kurang dimengerti

Ceramah

Tanya

jawab

Leaflet,l

aptop,

LCD

Penutup 10 menit •Menggali pengetahuan peserta setelah dilakukan penyuluhan

•Menyimpulkan hasil kegiatan penyuluhan

•Menutup dengan salam

•Menjawab

pertanyaan

•Memberikan

tanggapan balik

Ceramah

Tanya

jawab

Leaflet

H. Evaluasi

a. Proses:

1) Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta

2) Media yang digunakan adalah leaflet, laptop, dan LCD

3) Waktu penyuluhan adalah 30 menit

4) Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan

b. Penyuluhan

1) Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik

Page 6: Atresia Ani Ruang 15

2) Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan

penyuluhan berlangsung

3) Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

c. Hasil:

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti

danmemahami tentang :

1) Pengertian Atresia Ani

2) Klasifikasi Atresia Ani

3) Penyebab Atresia Ani

4) Gejala Atresia Ani

5) Pemeriksaan Atresia Ani

6) Pengobatan Atresia Ani

Page 7: Atresia Ani Ruang 15

Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN

1. Definisi Atresia Ani

Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus

tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan

atresia rektum. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai

sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb)

(Faradilla, 2009).

Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi

membrane yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan

pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau

sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak

berhubungan langsung dengan rectum (Purwanto, 2001). Pada umumnya

gambaran atresia ani yang terjadi pada 1,5%-2% atresia ani adalah Atresia

rektum, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 4:0(M Kisra, 2005).

2. Klasifikasi Atresia Ani

1) Klasifikasi Atresia Ani secara umum :

a) Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga

feses tidak dapat keluar.

b) Membranosus Atresia adalah terdapat membrane pada anus.

c) Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging di antara

rectum dengan anus.

d) Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum

(Wong,Waley, 1985)

2) Klasifikasi berdasarkan bentuk anatomisnya:

LAKI-LAKI PEREMPUAN

a. perineal fistula rectourethral fistula Bulbar Prostatic

b. Rectovesical fistula (bladder-neck) Imperforate anus tanpa fistula

c. Atresia rectal d. Defek kompleks

a. Perineal fistula b. Rectovestibular fistula c. Persistent kloaka d. Imperforate anus tanpa

fistula e. Atresia rectal f. Defek kompleks

Page 8: Atresia Ani Ruang 15

Gambar 1. Klasifikasi Atresia Ani

3) Klasifikasi berdasarkan garis pubokoksigeus

Letak tinggi (supralevator) àrectum berakhir di atas muskulus levator

ani (muskulus pubokoksigeus)dengan jarak antara ujung buntu rectum

dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai

dengan fistel ke saluran kencingatau saluran genital

Letak Intermediet àakhiran rectum berada di muskulus levator anitapi

tidak menembusnya.

Letak rendah àakhiran rectum berakhir di bawah muskulus levator

ani.sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.

3. Penyebab Atresia Ani

Atresia ani dapat disebabkan karena:

1)Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur, sehingga

bayi lahir tanpa lubang dubur.

2)Gangguan organogenesis dalam kandungan.

3)Berkaitan dengan sindrom down.

Atresia ani memiliki penyebab yang multifaktorial. Salah satunya

adalah komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko

malformasi meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan kelainan

Page 9: Atresia Ani Ruang 15

atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi

umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya

hubungan antara atresia ani dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's

syndrome). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-

macam gen yang berbeda dapat menyebabkan atresia ani atau dengan kata

lain etiologi atresia ani bersifat multigenik (Levitt M, 2007).

4. Gejala Atresia Ani

Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu 24-48

jam.

Gejala itu dapat berupa :

1) Perut kembung.

2) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48jam.

3) Mekonium tidak keluar dalam 24jam pertama setelah kelahiran.

4) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah

letaknya.

5) Distensi bertahap dan adanya tanda tanda obstruksi usus (bila tidak

ada fistula).

6) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

7) Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membrane anal.

8) Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat

dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan (FK UII, 2009).

Atresia ani sangat bervariasi, mulai dari atresia ani letak rendah dimana

rectum berada pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit sehingga feses

bayi tidak dapat melaluinya, malformasi anorektal intermedia dimana ujung

dari rektum dekat ke uretra dan malformasi anorektal letak tinggi dimana

anus sama sekali tidak ada (Departement of Surgery University of Michigan,

2009).

Sebagian besar bayi dengan atresia ani memiliki satu atau lebih

abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% -

60%. Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang

lebih sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan

tetapi beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan

kardiovaskuler (Grosfeld J, 2006).

Page 10: Atresia Ani Ruang 15

Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan

malformasi anorektal adalah

a. Kelainan kardiovaskuler.

Ditemukan pada sepertiga pasien dengan atresia ani. Jenis kelainan yang

paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus

arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.

b. Kelainan gastrointestinal.

Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi

duodenum (1%-2%).

c. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis.

Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan

lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan

hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah

myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.

d. Kelainan traktus genitourinarius.

Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada

atresia ani. Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan urogeital

dengan atresia ani letak tinggi antara 50 % sampai 60%, dengan atresia ani

letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri

ataupun muncul bersamaan sebagai VATER (Vertebrae, Anorectal,

Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL (Vertebrae,

Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb

abnormality) ( Oldham K, 2005).

5. Pemeriksaan Atresia Ani

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.

Pada anamnesis dapat ditemukan :

- Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir

- Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula

- Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan

kelainan adalah letak rendah

Pemeriksaanyang umum dilakukan pada gangguan ini adalah

1) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel

epitel mekonium.

Page 11: Atresia Ani Ruang 15

2) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat

menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu

pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.

3) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.

4) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan

jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar

pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek

tingkat tinggi.

5) Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :

Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di

daerah tersebut.

Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru

lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia

reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara

berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.

Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan

kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak,

sehingga pada foto daerah antarabenda radio-opak dengan dengan

bayangan udara tertinggi dapat diukur.

6. Penatalaksanaan Atresia Ani

Penanganan awal pasien dengan atresia ani :

Penanganan Bayi dengan atresia ani harus dihentikan masukan makanan

unuk mencegah mual muntah dan dehidrasi lebih lanjut. Dekompresi

dilakukan dengan Pemasangan NGT Sebelum dilakukan tindakan operatif

diberikan antibiotik sebagai prefilaksi terhadap infeksi sebelum dilakukan

tindakan operatif.

Penanganan lanjut :

a. Tahap pertama ( masa neonatus).

Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati

3   hari    setelah lahir, dikhawatirkan mengancam jiwa bayi

tersebut.Tindakan operatif bertujuan untuk pengalihan feses

sementara dan untuk mengoreksi deformitas rectal.Ada 2 tempat

colostomy yang dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu

transversum colostomy (colostomy di kolon transversum) dan

sigmoidostomi (colostomy di colon sigmoid).

b. Tahap ke dua ( usia 6-12 bulan )

Page 12: Atresia Ani Ruang 15

Dilakukan tindakan operasi yang bersifat definitif dengan prinsip

pengobatan operatif posterior sagital anorektoplasi (PSARP). Posisi

anus yang tepat di daerah sfingter eksternus dan posisi anatomi usus

pada penyangga puborektal.Jadi ini tindakan PSARP tindakan

membuat anus buatan atau tindakan memperbaiki anus dan rektum

supaya dapat berfungsi sebagaimana layaknya.

c. Tahap ke tiga

Tindakan operatif tahap ketiga dilakukan minimal 3 bulan setelah

PSARP. Tindakan pada tahap ini adalah untuk menutup colostomy

tahap pertama (operasi penutupan colostomy).

Pencegahan :

1) Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk

berhati-    hatiterhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol

yang dapat     menyebabkan atresi ani.

2) Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam

jika     sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal

ini dapat     berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga

mendesak paru-parunya.

3) Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk

menghindari     konstipasi.

Page 13: Atresia Ani Ruang 15

Lampiran 2

DAFTAR PUSTAKA

Wiey,Blackwell.2009.NANDA International Nursing Diagnoses.United Kingdom

Bulecheck,GloriM.dkk.2009. Nursing Intervention Classification ( NIC ).Langford

Lane:United Kingdom

Faradilla,Nova dkk.2009.Anestesi pada Tindakan Posterosagital Anorektoplasti

pada Kasus Malforasi Anorektal.Medical Faculty of Riau : Riau

Bedah UGM. Atresia Ani. http://www.bedahugm.net. [diakses tanggal 12Juli

2014].

FK UII. 2006. Atresia Ani. Fakultas Kedokteran Unversitas Islam Indonesia.

[diakses 12 Juli 2014]

Page 14: Atresia Ani Ruang 15

Lampiran 3

Evaluasi Pre/Post Paket Penyuluhan Atresia Ani

Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar.

1. Apa pengertian Atresia Ani?

a. Demam akibat virus Dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti

b. Suatu kelainan anus tidak sempurna atau tanpa anus

2. Apa penyebab Atresia Ani?

a. Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur

b. Makanan yang dikonsumsi ibu saat hamil

3. Klasifikasi Atresia Ani?

a. Letak tinggi, letak intermediet, letak rendah.

b. Atresia Ani sebagian dan keseluruhan

4. Sebutkan gejala Atresia Ani?

a. Dalam waktu 24-48 jam perut bayi kembung, muntah-muntah, tidak BAB

atau BAB melalui fistel

b. Demam tinggi yang naik turun, mual muntah,muncul bercak-bercak

merah.

5. Bagaimana pemeriksaanAtresia Ani?

a. Pemeriksaan secara fisik tidak ada anus, radiologis, USG

b. Hanya dengan melihat ada tidaknya anus

6. Bagaimana cara mengobati Atresia Ani?

a. Pada bayi baru lahir dilakukan operasi kolostomi, pada bayi usia 6-12

bulan dilakukan operasi posterior sagital anorektoplasi (PSARP), setelah

itu dilakukan penutupan kolostomi.

b. Dengan memberikan obat saja sudah cukup