atresia ani

13
A. Pengertian Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002 Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak ter!adinya perforasi membran memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukanlubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbe namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. Atresia Ani merupakan kelainan ba"aan (kongenital, tidak adanya lubang atau saluran anus (#onna $. %ong, &20 ' 2003. Atresia berasal dari bahasa unani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutr makanan. #alam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak ada tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut !uga cl #engan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntun saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa ter!adi karena ba"aan se!ak lahir kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat ter!a seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berluban Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. )ika atresia ter!adi maka ham memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya *enurut $add dan +ross ( - anus imperforata dalam / golongan, yaitu' . tenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus 2. *embran anus yang menetap 3. Anus imperforata dan u!ung rektum yang buntu terletak pada bermacam1macam !ar peritoneum /. $ubang anus yang terpisah dengan u!ung Anus imperforata merupakan suatu kelainan malformasi kongenital di mana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagiananus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah imperforata ini dapat meliputi bagian anus, rektum, atau bagian diantara keduanya. Atresia Ani B. Tanda dan Gejala +e!ala yang menun!ukan ter!adinya atresia ani atau anus imperforata ter!adi dala 2/1/ !am. +e!ala itu dapat berupa' 4idak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tin! menyerupai pita. 5erut membuncit *untah 4idak bisa buang air besar i

Upload: koasimut

Post on 02-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

atresia ani

TRANSCRIPT

Case Report

A. PengertianAtresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)

Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum.

Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).

Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:

1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus

2. Membran anus yang menetap

3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum

4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

Anus imperforata merupakan suatu kelainan malformasi kongenital di mana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. Anus imperforata ini dapat meliputi bagian anus, rektum, atau bagian diantara keduanya.

Atresia Ani

B. Tanda dan GejalaGejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus imperforata terjadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa:

Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja yang menyerupai pita). Perut membuncit Muntah

Tidak bisa buang air besar

Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan.

C. PatofisiologiTerjadinya anus imperforata karena kelainan kongenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rektum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genito urinari dan struktur anorektal. Atresia anal ini terjadi karena ketidaksempurnaannya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7- 10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan migrasi tersebut juga karena gagalnya agenesis sakral dan abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga pada proses obstruksi. Anus i mperforata dapat terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.

D. Penyebab Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.E. Atresia ani dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe:1. Saluran anus atau rektum bagian bawah mengalami stenosis dalam berbagai derajat2. Terdapat suatu membran tipis yang menutupi anus karena menetapnya membran anus3. Anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu suatu kantung yang buntu terletak pada jarak tertentu dari kulit di daerah anus yang seharusnya terbentuk (lekukan anus)4. Saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu kantung buntu yang terpisah, pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai kantung buntu. 5. Kelainan yang berdasarkan hubungan antara bagian terbawah rektum yang normal dengan otot puborektalis yang memiliki fungsi sangat penting dalam proses defekasi, dikenal sebagai klasifikasi melboume.6. Kelainan letak rendah, Rektum telah menembus "lebator sling" sehingga sfingter ani internal dalam keadaan utuh dan dapat berfungsi normal contohnya berupa stenosis anus (tertutupnya anus oleh suatu membran tipis yang seringkali disertai fistula anokutaneus dan anus ektopikyang selalu terletak dianterior lokasi anus yang normal).7. Rektum berupa kelainan letak tengah di daerah anus seharusnya terbentuk secara lazim terdapat lekukan anus (analdimple) yang cukup dalam. Namun, pada kelainan yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula rektouretra yang menghubungkan rektum yang buntu dengan uretra pars bulbaris.

8. Kelainan letak tinggi Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki, sebaliknya kelinan letak redah sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada perempuan dapat ditemukan fistula -and kutaneus, fistula rektoperinium dan fistula rektovagina. Sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan dua bentuk fistula yaitu fistula ektourinaria dan fistula rektoperineum. Fistula ini menghubungkan rektum dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika. Fistula tidak dapat dilalui jika mekonoium jika brukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar. Oleh karena itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula. Kelainan bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi. Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital.F. DiagnosisCara penegakan diagnosis pada kasus atresia ani atau anus imperforata adalah semua bayi yang lahir harus dilakukan pemasukan termometer melalui anusnya, tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tapi juga untuk mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak.G. Gambaran KlinisPada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektavaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari vagina) dan jarang rektoperineal. Untuk mengetahui kelainan ini secara dini pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan maka termometer/jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah dan berwarna hijau.

H. Penatalaksanaan Penanganan secara preventif antara lain:1. Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadapobat-obatan,makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani2. Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.3. Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.I. Penanganan Medis1. Eksisi membran anal

2. Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus.

J. Rehabilitasi Dan Pengobatan1. Melakukan pemeriksaan colok dubur2. Melakukan pemeriksaan radiologikPemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah berumur 24jam, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi terbalik sellama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikitekstensilalu dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lekukan anus.3. Melakukan tindakan kolostomi neonatus, tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada evakuasi mekonium.4. Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar,atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yangdilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.5. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.6. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada masa neonatus7. Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun) Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-!2 bulan) Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)8. Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi"abdominalpull-through"manfaat kolostomi adalah antara lain: Mengatasi obstruksi usus Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut.

K. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan radiologik dengan enema barium.disini akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit kedaerah yang melebar. pada foto 24 jam kemudian terlihat retensi barium dan gambaran makrokolon pada hirschsprung segmen panjang.

2. Pemeriksaan biopsi hisap rektum dapat digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik dilapisan muskularis mukosa dan adanya serabut syaraf yang menebal pada pemeriksaan histokimia, aktifitas kolinaterase meningkat.Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum. Diagnosis kelainan anurektum tipe pertama dan keempat dapat terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami distensi perut dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium.Pada bayi dengan kelainan tipe satu/kelainan letak rendah baik berupa stenosis atau anus ektopik sering mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium. Pada stenosis yang ringan, bayi sering tidak menunjukkan keluhan apapun selama beberapa bulan setelah lahir. Megakolon sekunder dapat terbentuk akibat adanya obstruksi kronik saluran cerna bagian bawah daerah stenosis yang sering bertambah berat akibat mengerasnya tinja.Bayi dengan kelainan tipe kedua yang tidak disertai fistula/fistula terlalu kecil untuk dilalui mekonium sering akan mengalami obstruksi usus dalam 48 jam stelah lahir. Didaerah anus seharusnya terentuk penonjolan membran tipis yang tampak lebih gelap dari kulit disekitarnya, karena mekonium terletak dibalik membran tersebut.Klainan letak tinggi atau agenesis rectum seharusnya terdapat suatu lekukan yang berbatas tegas dan memiliki pigmen yang lebih banyak daripada kulit disekitarnya sehingga pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan lubang fistulla pada dinding posterior vagina/perinium, atau tanda-tanda adanya fistula rektourinaria. Fistula rektourinaria biasanya ditandaioleh keluarnya mekonium serta keluarnya udara dari uretra.Diagnosi keempat dapat terlewatkan sampai beberpa hari karena bayi tampak memiliki anus yang normal namun salurran anus pendek dan berakhir buntu. Mnifestasi obstruksi usus terjadi segera setelah bayi lahir karena bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium. Diagnosis biasanya dapat dibuat dengan pemeriksaan colok dubur.

BAB III PENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Atresia Ani adalah suatu kegagalan organ, tidak bisa mengeluarkan mekonium / feses atau tidak memiliki lubang anus dikarenakan Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan

B. SaranPenulis menyarankan agar kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol.

2.7 Pengertian Atresia AniAtresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).

2.8 Etiologi Atresia AniPenyebab atresia ani belum diketahui secara pasti tetap ini merupakan penyakit anomaly kongenital (Bets. Ed tahun 2002)Akan tetapi atresia juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

2.9 Patofisologi Atresia Ania. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionikb. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang duburc. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga buland. Berkaitan dengan sindrom downe. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

2.10 Manifestasi Klinis Atresia Ania. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.f. Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal.g. Perut kembung.(Betz. Ed 7. 2002)Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.

2.11 Diagnosisisa. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahirb. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistulac. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendahUntuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan perineum yang teliti .

2.12 Komplikasi Atresia AniKomplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :a. Asidosis hiperkioremia.b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).d. Komplikasi jangka panjang.- Eversi mukosa anal- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)g. Prolaps mukosa anorektal.h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)(Ngustiyah, 1997 : 248)2.13 Klasifikasi Atresia AniKlasifikasi atresia ani :a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum (Wong, Whaley. 1985).

2.14 Penatalaksanaan Medis Atresia Ania. PembedahanTerapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapelb. Pengobatan1. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)2. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)c. KeperawatanKepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi(Staf Pengajar FKUI. 205)

2.15 Pemeriksaan Penunjang Atresia Ania. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.d. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.f. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan- Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.- Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.- Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

BAB IIITINJAUAN KASUS

I. PengkajianPengkajian Data Tanggal 28 Desember 2010 Pukul 14.00 WIB1.1 Data Subyektif1. Identitas - Nama Pasien : Bayi S- Umur : 2 jam- Jenis kelamin : Perempuan2. Identitas Orang TuaIbu Ayah- Nama : Ny. R Tn. F- Umur : 22 th 26 th- Agama : Islam Islam- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Guru- Alamat : Ds. D, Kec P, Kab P

3. Anamnesea. Keluhan utama pada bayiPetugas mengatakan bayi mengalami atresia ani dengan hasil pemeriksaan fisik setelah 2 jam pertama setelah lahir tidak ditemukaan adanya lubang anus, serta perut bayi kembungb. Riwayat obstetriRiwayat kehamilan terakhir :- TT : ibu mengatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali, imunisasi TT1 diberikan oleh bidan R sejak ibu diketahui positif hamil. Sedangkan imunisasi TT2 diberikan pada 4 minggu setelah mendapatkan imunisasi TT1- Obat/jamu yang diminum : ibu mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi obat tablet Fe sebanyak 90 tablet selama hamil sesuai anjuran bidan. Tidak mengkonsumsi obat dan jamu lain- Triwulan I : ibu mengatakan pada kehamilan selama 3 bulan pertama melakukan 3 kali kunjungan di BPS bidan R dengan keluhan mual dan muntah berlebihan selama 2 bulan pertama kehamilan.- Triwulan II : ibu mengatakan pada kehamilan 4 bulan hingga 6 bulan melakukan 2 kali kunjungan di BPS bidan R dengan tidak ada keluhan apapun.- Triwulan III : ibu mengatakan pada usia kehamilan 7 bulan hingga 9 bulan melakukan 4 kali kunjungan di BPS R dengan keluhan sering kencing.c. Riwayat PersalinanTanggal 28 Desember 2010 pukul 08.00 WIB. Bayi lahir normal spontan belakang kepala, ditolong leh bidan, lama persalinan kala I 7 jam, kala II 30 menit, kala III 5 menit, plasenta lahir lengkap, jenis kelamin bayi perempuan tidak ada lilitan tali pusat, BB : 3200 gr, PB : 50 cm, 2 jam post partum perdarahan 200 cc

1.2 Data Obyektifb. Keadaan bayiNilai APGAR score 1/5/10, 20No Aspek yang dinilai 1 5 10 201.2.3.4.5. PernafasanDenyut JantungRefleksiTonus ototWarna kulit 22222 22222 22222 22212Jumlah 10 10 10 9

BB lahir / sekarang : 3200 gr / 3200 grPB lahir / sekarang : 50 cm / 50 cmLK lahir / sekarang : 34 cm / 34 cmKeadaan sekarang : dengan atresia aniPernapasan : 45x / menitNadi : 140x / menitSuhu : 36,7 C Tonus otot : pada nilai AS 1c. Keadaan umumTTV :- Pernapasan : 45x / menit- Nadi : 140x / menit- Suhu : 36,7 C - BB : 3200 gr- TB : 50 cm

d. Pola kebutuhan sehari-hari1. Nutrisi : bayi belum sudah sedikit minum ASI Masalah : tidak ada masalah pada menyusui2. Istirahat dan tidur : bayi belum tidur selama 2 jam setelah lahir3. Eliminasi : BAK : bayi 1 kali BAKBAB : bayi belum BAB Masalah : bayi mengalami atresia ani4. Aktivitas : bayi melakukan dengan gerakan beberapagerakan halus5. Personal higiens :Mandi : bayi belum dimandikan semenjak lahirGanti baju : ganti baju setiap baju/kain basahPerawatan mata : selama lahir baru diberikan profilaksis mataMulut : dibersihkan dengan kapas DTTHidung : dibersihkan dengan kapas DTTTelinga : belum dilakukan perawatanPerawatan kulit : belum dilakukan perawatanPerawatan genetalia : dibersihkan dengan menggunakan kapas DTTMencuci rambut : belum dilakukan perawatan rambutPerawatan tali pusat : dibalut dengan kasa sterile. Pemeriksaan fisik- Kepala Inspeksi : penyebaran rambut rata, tidak ada kelainan bentuk kepala seperti makroshepal / hidrosephalus, mikrosephalus, sephal, warna rambut hitamPalpasi : pada ubun-ubun besar terdapat 4 sutura diantaranya S. Frontalis, S. Sagitalis, 2 S. Koronalis. Pada ubun-ubun kecil terdapat 3 sutura diantaranya S. Lamboideus kanan & kiri dan S. Sagitalis, tidak ada molase / penyimpangan kepala- Muka Inspeksi : bentuk muka bulat, tekstur kulit halus- MataInspeksi : kedudukan mata simetris, sklera ichterus, pupil bulat kecoklatan, tidak ada kelainan kongenital pada mata, tidak ada perdarahan pada konjungtiva, refleks cahaya (+) ishokor.Palpasi : refleks glabella (+)- TelingaInspeksi : kedudukan antara telinga kanan dan telingan kiri simetris dan sejajar, daun telinga terbentuk sempurna, telinga bersih, tidak ada serumen, refleks moro (+)- HidungInspeksi : septumnasi lurus, hidung bersih, lubang hidung kanan dan kiri simetris, pernapasan melalui hidung- Mulut dan gigiInspeksi : mulut bersih, bibir atas dan bibir bawah simetris, mukosa lembab, tidak ada kelainan pada bibir seperti labioschisis dan labiopalatoschisis (pada palatum), lidah bersihPalpasi : refleks rooting (+)- LeherInspeksi : bentuk leher pendek, bersihPalpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, teraba denyut nadi karotis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, refleks tonik leher (+)- DadaInspeksi : bentuk dada menonjol, kedudukan puting susu simetris, tampak denyut jantung, RR 45x/menit, tidak ada tarikan pada intercostalisPalpasi : tidak ada benjolan pada area dadaAuskultasi : terdengar BJ1 Lup BJ2 DupPerkusi : suara paru-paru sonor- AbdomenInspeksi : bentuk datar, tidak ada kelainan pada dinding perut seperti omfalokel, hernia diafragmatika.Perkusi : tympani (kembung)- Tali pusatInspeksi : warna putih, tidak ada tanda-tanda infeksi- GenetaliaInspeksi : terdapat lubang uretra, terdapat lubang vagina, labia mayora sudah menutupi labia minora- AnusInspeksi : anus tidak terbentuk sempurna- Ekstremitas atasInspeksi : tidak ada kelainan pada jumlah jari pada tangan kanan dan kiri seperti sindaktil atau polidaktil, refleks greps (+), nadi 140x/menit- Ekstremitas bawahInspeksi : antara kaki kanan dan kiri simetris, tidak ada kelainan kongenital, tidak ada kelainan jumlah jari antara kaki kanan dan kaki kiri seperti sindaktil dan polidaktil, refleks babinski (+)- PunggungInspeksi : tidak ada tanda lahir, tidak terdapat spina bifidaPalpasi : refleks gallans (+)f. Pemeriksaan refleks- Refleks morrow : (+)- Refleks rooting : (+)- Refleks sucking : (+)- Refleks tonik : (+)- Refleks graps : (+)- Refleks gallans : (+)- Refleks babinski : (+)g. Pengukuran antropometri- Cirkumferensia :o C. Fronto occipitalis : 34 cmo C. Mento occipitalis : 35 cmo C. Suboksipito- bregma : 32 cm- Ukuran diametero D. Occipito Frontalis : 12 cmo D. Mento occipito : 13,5 cmo D. Suboccipito bregma: 9,5 cmo D. Biparietalis : 9,25 cmo D. Bitemporalis : 8 cm- LIDA : 34 cm- LIKA : 34 cmh. Pemeriksaan penunjangBelum dilakukan pemeriksaan penunjang

II. Interprestasi Data ( Tanggal 28 Desember 2010, Pukul : 14.15 WIB )Diagnosa : Bayi baru lahir perempuan umur 2 jam dengan atresia aniData subyektif : Petugas mengatakan bayi mengalami atresia ani dengan hasil pemeriksaan fisik setelah 2 jam pertama setelah lahir tidak ditemukaan adanya lubang anus

Data obyektif : - TTV :RR : 45 x/menitSuhu : 36,7 CNadi : 140 x/menit- Perut kembung- Tidak ditemui adanya lubang anus

III. Identifikasi Masalah PotensialAtresia ani

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera- Colok anus- Lakukan rujukan dengan BAKSOKU Atresia rekti4.2.1 Gambaran klinis Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal ( dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari vagina) dan jarang rektoperineal tidak pernah rektourinarius sedangkan pada bayi laki laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandungan kemih atau uretra dan jarang rektoperineal untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan thermometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm kedalam anus atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan jika terdapat kelainan maka thermometer dan jari kelingking tidak dapat masuk .bila anus terlihat norml dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum gejala akan timbul dalam 24 28 jam setelah lahir berupa perut kembung dan muntah berwarna hijau.4.2.2 PenatalaksanaanPenatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia ani menggunakan prosedur Abdomino Perineal Poli Through (APPT), tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries (1982) memperkenalkan metode operasi yang baru, yaitu PSARP (Postero Sagital Ano Recto Plasty). Yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel. Tekhnik dari PSARP ini mempunyai akurasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan APPT yang mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi.4.2.3 Terapi dan Pengobatan1. PembedahanTerapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi (membuat anus buatan) beberapa saat setelah lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya.2. Pengobatana. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)

i32xiii