atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

24
TUGAS MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN III ATONIA UTERI Dosen Pengampu : Almira Gitta Nofika Oleh: 1. Ni Putu Ayu Oktaviani Astuti (10140024) 2. Putu Ayu Praptisari (10140025) 3. Indayani Rahman (10140026) 4. Ni Kadek Tia Astuti (10140027) 5. Nika Oktiyana (10140028) 6. Dita sandi lestari (10140029) 7. Kartini (10140030) 8. Desi Winda Sari (10140031) Kelas : B.71 FAKULTAS ILMU KESEHATAN http://cahyatoshi12.blogspot.comPage 1

Upload: annisa-noer-dewi

Post on 25-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

atonia

TRANSCRIPT

Page 1: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

TUGAS MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN III

ATONIA UTERI

Dosen Pengampu : Almira Gitta Nofika

Oleh:

1. Ni Putu Ayu Oktaviani Astuti (10140024)

2. Putu Ayu Praptisari (10140025)

3. Indayani Rahman (10140026)

4. Ni Kadek Tia Astuti (10140027)

5. Nika Oktiyana (10140028)

6. Dita sandi lestari (10140029)

7. Kartini (10140030)

8. Desi Winda Sari (10140031)

Kelas : B.71

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2011 / 2012

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 1

Page 2: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha  Esa, karena atas 

berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

berjudul “Atonia Uteri” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata

kuliah Asuhan Kebidanan III.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu yang telah

memberikan bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan, ucapan

terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang selalu memberikan motivasi

dan dorongan dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akademik ini masih bayak terdapat kekurangannya.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan laporan ini untuk kedepannya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan

bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi seluruh mahasiswa kebidanan.

Yogyakarta, 2 Januari 2012

Penyusun

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 2

Page 3: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Atonia Uteri ............................................................................................... 3

B. Etiologi ........................................................................................................................ 3

C. Tanda dan Gejala ......................................................................................................... 5

D. Diagnosis ..................................................................................................................... 5

E. Pencegahan atonia uteri ............................................................................................... 6

F. Manajemen atonia uteri ............................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12

B. Saran ............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 3

Page 4: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40 - 60%) kematian ibu

melahirkan di Indonesia. Insiden pendarahan akibat persalinan salah satunya disebabkan oleh

atonia uteri. Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu ; ¼ dari kematian ibu

yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan postpartum, atonia uteri, plasenta previa,

solution plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan

postpartum. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%),

dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi

uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.

Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Indonesia tercatat sebagai negara

dengan angka kematian maternal yang masihtinggi.

Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75%

h ingga 85% kema t i an ma t e rna l d i s ebabkan obs t e t r i l angsung , t e ru t ama

ak iba t  perdarahan. Padahal 90% dari kematian itu bisa dihindari. Walau kebanyakan ibu

sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan kesehatan secara teratur, namun

70% persalinan masih terjadi dirumah. Masalahnya, sangat sedikit pihak yang

mengetahui diagnosis dan pengelolaan perdarahan akibat keadaan darurat ini.

Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian ibu dapat ditekan.

Frekuensi perdarahan postpartum 4/5 – 15% dari seluruh persalinan.  Bedasarkan

penyebabnya:

1. Atoni uteri (50 – 60%).

2. Retensio plasenta (16 – 17%).

3. Sisa plasenta (23 – 24%).

4. Laserasi jalan lahir (4 – 5%).

Oleh karena itu, sebagai bidan penulis cukup prihatin terhadap masalah ini, sehingga

perlu dibahas dan dicarikan solusi yang tepat dalam menangani kasus atonia uteri ini.

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 4

Page 5: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

B. Rumusan Masalah

Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan atonia uteri?

2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya atonia uteri?

3. Apa saja tanda dan gejala dari atonia uteri?

4. Bagaimana menegakkan diagnosis atonia uteri?

5. Bagaimana caranya mencegah atonia uteri?

6. Bagaimana caranya menangani atonia uteri?

C. Tujuan

Adapun tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan salah satu

tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada masa nifas.

Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

1. Agar kita mengetahui apa yang dimaksud dengan atonia uteri.

2. Agar mampu menjabarkan faktor-faktor penyebab terjadinya atonia uteri.

3. Agar mampu mengenali tanda dan gejala dari atonia uteri.

4. Agar mampu menegakkan diagnosis atonia uteri.

5. Agar mengetahui dan mampu menerapkan cara-cara mencegah atonia uteri.

6. Agar kita mengetahui dan mampu menangani atonia uteri.

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 5

Page 6: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

BAB II

PEMBAHASAN

G. Pengertian Atonia Uteri

Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi

normalnya dimana tidak mampunya otot rahim untuk berkontraksi sehingga tidak mampu

menutup pembuluh darah yang terdapat pada tempat implantasi plasenta dalam 15 detik

setelah dilakukan pemijatan fundus uteri. Atonia uteri juga didefinisikan sebagai tidak adanya

kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis

dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada disekitar pembuluh

darah yang mensuplai darah pada tempat perlekatan plasenta. Sebagian besar perdarahan

pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa

aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa

kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan

menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia

hanya berkisar 5-6 liter saja.

H. Etiologi

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan factor predisposisi

(penunjang) seperti :

1. Overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia BB > 4000 gr, polihidramnion,

paritas tinggi dimana peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab

tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah

plasenta lahir.

2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.

3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek.

4. Malnutrisi.

5. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum

terlepas dari dinding uterus.

6. Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis).

7. Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus).

8. Riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya atau riwayat plasenta manual.

9. IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati).

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 6

Page 7: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

10. Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam.

Selain faktor – faktor di atas, faktor lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya

atonia uteri adalah :

a. Kehamilan dengan mioma uterus

Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum

adalah mioma intra mular, dimana mioma berada di dalam miometrium

sehingga akan menghalangi uterus berkontraksi.

b. Persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi)

Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera

mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi

lelah dan lemah untuk berkontraksi.

c. Persalinan lewat waktu

Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena besarnya

kehamilan, ataupun juga terlalu lama menahan beban janin di dalamnya

menjadikan otot uterus lelah dan lemah untuk berkontraksi.

d. Infeksi intrapartum

Korioamnionitis adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang

potensial akan menjalar pada otot uterus sehingga menjadi infeksi dan

menyebabkan gangguan untuk melakukan kontraksi.

e. Persalinan yang cepat

Persalinan cepat mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera

mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi

lelah dan lemah untuk berkontraksi.

f. Kelainan plasenta

Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas prematur

mengakibatkan gangguan uterus untuk berkontraksi. Adanya benda asing

menghalangi kontraksi yang baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.

g. Anastesi atau analgesik yang kuat

Obat anastesi atau analgesi dapat menyebabkan otot uterus menjadi

dalam kondisi relaksasi yang berlebih, sehingga saat dibutuhkan untuk

berkontraksi menjadi tertunda atau terganggu. Demikian juga dengan

magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada

preeklamsi/eklamsi yang berfungsi sebagai sedativa atau penenang.

h. Induksi atau augmentasi persalinan

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 7

Page 8: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

Obat-obatan uterotonika yang digunakan untuk memaksa uterus

berkontraksi saat proses persalinan mengakibatkan otot uterus menjadi lelah.

i. Penyakit sekunder maternal

Anemia, endometritis, kematian janin dan koagulasi intravaskulere

diseminata merupakan penyebab gangguan pembekuan darah yang

mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.

j. Salah pimpinan kala III

Yaitu kalau rahim di pijat-pijat untuk mempercepat lahirnya plasenta.

Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang

tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi

yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat wakunya yang juga

dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta.

I. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala atonia uteri adalah:

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah

tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini

terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.

2. Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan

atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.

3. Fundus uteri naik

Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan

menggumpal.

4. Terdapat tanda-tanda syok

Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin,

gelisah, mual dan lain-lain.

J. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan placenta lahir ternyata perdarahan masih

aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat

atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri

didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500 – 1.000 cc yang sudah

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 8

Page 9: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

keluar dari pembuluh darah, tetapi masih tertangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan

dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.

K. Pencegahan atonia uteri

Dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukan pananganan kala tiga secara

aktif. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan,

anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

1. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.

2. Menyuntikkan Oksitosin secara intramuskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas

setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum

tidak mengenai pembuluh darah.

Selain itu juga harus melakukan:

1. Peregangan tali pusat terkendali

a. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva atau

menggulung tali pusat

b. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara

tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan

jarak 5 – 10 cm dari vulva

c. Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan sementara

tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso – cranial

2. Mengeluarkan plasenta

a. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah panjang

dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk menahan sedikit sementara

tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian keatas sesuai dengan

kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.

b. Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali

klem hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva

c. Bila plasenta belum lepas setelah mencoba langkah tersebut selama 15 menit

d. Suntikkan ulang 10 IU oksitoksin i.m

e. Periksa kandung kemih, lakukan pengosongan dengan kateterisasi bila penuh

f. Tunggu 15 menit, bila belum lahir lakukan tindakan manual plasenta

3. Setelah plasenta tampak pada vulva

a. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-

hati.

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 9

Page 10: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

b. Bila terasa ada tahanan, penanganan plasenta dan selaput secara perlahan, sabar

untuk mencegah robeknya selaput.

c. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massage pada fundus uteri dengan

menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri

hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

4. Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan

a. Kelengkapan plasenta dan ketuban

b. Kontraksi uterusperlukaan jalan lahir

L. Manajemen atonia uteri

1. Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu

resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda

vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan

golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

2. Masase, merangsang puting susu, dan kompresi bimanual

Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang

akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya

plasenta (max 15 detik).

a. Jika uterus berkontraksi

Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung,

periksa apakah perineum atau vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit

atau rujuk segera.

b. Jika uterus tidak berkontraksi maka :

Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks

1) Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong

2) Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.

3) Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan

perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.

4) Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai

melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan;

Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi), Pasang

infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 10

Page 11: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, Ulangi KBI Jika

uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empatJika

uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera

3. Uterotonika

Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus

posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat

seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin.

Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi,

tetapi pada dosis tinggi menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM

atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU

perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM).

Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan

vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.

Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat

menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM

0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga

diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125

mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat

juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien

dengan hipertensi.Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil

prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal,

transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM

0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg.

Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5

tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi

dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit

kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja

juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka

kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur,

hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.

Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan

kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius

penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 11

Page 12: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi

perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-

96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka

perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan

masif yang terjadi.

4. Uterine lavage dan Uterine Packing

Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke

dalam cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri.

Pemberian 1-2 liter salin 47°C-50°C langsung ke dalam cavum uteri menggunakan

pipa infus. Tangan operator tidak boleh menghalangi vagina untuk memberi jalan

salin keluar. Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih

kontroversial. Efeknya adalah hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.

Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga memberikan

tekanan maksimum pada dinding uterus. Segmen bawah rahim harus terisi sekuat

mungkin, anestesi dibutuhkan dalam penanganan ini dan antibiotika broad-spectrum

harus diberikan. Uterine packing dipasang selama 24-36 jam, sambil memberikan

resusitasi cairan dan transfusi darah masuk. Uterine packing diberikan jika tidak

tersedia fasilitas operasi atau kondisi pasien tidak memungkinkan dilakukan operasi.

5. Operatif

Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka

keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan

disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi

dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini

diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri

dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina,

masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa

uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus

mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan

2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif

dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika

urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm

dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 12

Page 13: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke

servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau

unilateral ligasi vasa ovarian.

a. Ligasi arteri Iliaka Interna

Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk

melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel

dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial

kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan

eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan benang

non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma

pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis

harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri iliaka adalah

trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan

tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.

b. Teknik B-Lynch

Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh

Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk

mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.

c. Histerektomi

Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan

jika terjadi perdarahan pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan operatif.

Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada

persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 13

Page 14: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah prosedur penanganan klinik

atonia uteri menurut Sarwono Prawirohardjo-2002.

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 14

ATONIA UTERI

MultiparitasPartus lama

Regangan uterusSolusio plasenta

Kadar HbJenis dan uji silang darahNilai fungsi pembekuan

Masase uterus dan kompresi bimanualOksitosi 10 IU IM dan infus 20 IU dalam 500 ml NS/RL 40 tetes-guyur

Infus untuk restorasi cairan dan jalur obat esensial

Perdarahan terus

berlangsung

Uterus tidak berkontraksi

Identifikasi sumber perdarahan lainnya:a. Laserasi jalan lahir

1) Hematoma parametrial

2) Ruptura uteri3) Inversio uteri

b. Sisa fragmen placenta1) Koagulopati

Kompresi bimanualKompresi aorta abdominalis

Tekan segmen bawah atau aorta abdominalisPemberian misoprostol 400 mg rektal

Berhasil

Tidak berhasil

Tempon uterusRujuk

Ligasi ateri uterina dan ovarika

Terkontrol

Transfusi

RAWAT LANJUT dan OBSERVASI KETAT

PerdarahanMasih

berlangsung

Transfusi

HISTEREKTOMI

Page 15: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah Atonia Uteri ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi

normalnya dimana tidak mampunya otot rahim untuk berkontraksi dalam 15 detik

setelah dilakukan pemijatan fundus uteri.

2. Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan factor predisposisi

seperti overdistention uterus, umur, multipara, salah pimpinan kala III, penggunaan

oksitosin berlebih, riwayat perdarahan, persalinan yang cepat, kelainan plasenta serta

penyakit sekunder maternal, dan lain-lain.

3. Tanda dan gejala atonia uteri adalah perdarahan pervaginam, konsistensi rahim

lunak, fundus uteri naik dan terdapat tanda-tanda syok.

4. Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan placenta lahir dan perdarahan masih aktif

dan banyaknya 500 – 1.000 cc, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus

masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.

5. Dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukan pananganan kala tiga secara

aktif.

6. Atonia uteri dapat ditangani dengan menegakkan diagnosis kemudian memberi

tindakan masase uterus, kompresi bimanual, pemberian oktsitosin, dan memasang

infus. Jika tindakan berhasil atau perdarahan terkontrol maka tranfusi darah dan

rawat lanjut dengan okservasi  ketat. Jika perdarahan masih berlangsung lakukan

transisi darah dan histerektomi.

B. Saran

Sebagai bidan dan tenaga kesehatan lainnya sangat diperlukan keahlian penanganan

manajemen aktif kala III yang tepat untuk pasien agar mengantisipasi terjadinya atonia uteri

dan harus mengetahui tanda, gejala dan prosedur klinik penanganan atonia uteri sehingga

keadaan yang dapat memburuk keadaan pasien dapat dicegah. Saat akan melakukan

persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi) serta pemberian anastesi atau analgesik

yang kuat sebaiknya tenaga kesehatan yang menolong persalinan memperhatikan indikasi

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 15

Page 16: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

dari tindakan yang diintervensikan. Sementara selain penanganan dari petugas, pasien juga

harus merencanakan dan menjaga kehamilan dengan cara menentukan jarak anak,

menenentukan umur yang tepat untuk hamil menjaga pola nitrisi selama kehamilan serta

melakukan pemeriksaan rutin terhadap kehamilan (ANC) sehingga atonia uteri dapat

diminimalisir angka kejadiannya.

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 16

Page 17: atoniauteri-120411234810-phpapp01.docx

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Jakarta : EGC.

Hamilton, Persis M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas edisi 6. Jakarta : EGC.

Heller, Luz.1997.Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Jakarta: EGC.

Jaka. 2010. Atonia Uteri. Palu: http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html diakses 4

Januari 2012.

James R Scott, et al. 2002. Danforth Buku Saku dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetrik edisi 2. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternatal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wolf, Weitzel F. 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Gunung Agung.

http://cahyatoshi12.blogspot.com Page 17