asuhan keperawatan system saraf pada anak dengan encaphalitis paska 3.docx

22
Asuhan Keperawatan System Saraf Pada Anak Dengan “ENCEPHALITIS” Oleh : Paska Trisnawaty Saragih 13.030 DosenPembimbing: Nagoklansimbolon, SST.,M.Kes Hotmaria, S.kep.Ns DIII KEPERAWATAN STIKes SANTA ELISABETH MEDAN T.A 2014/2015

Upload: desi-yanti-ii

Post on 09-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan System Saraf Pada Anak Dengan ENCEPHALITIS

Oleh :Paska Trisnawaty Saragih13.030

DosenPembimbing: Nagoklansimbolon, SST.,M.KesHotmaria, S.kep.Ns

DIII KEPERAWATANSTIKes SANTA ELISABETH MEDANT.A 2014/2015

KATA PENGANTAR

Pujidan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.Saya juga berterima kasih kepada Ibu Hotmarina selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas Keperawatan Anak dengan judul Asuhan Keperawatan Sistem Saraf Pada Anak Dengan EncephalitisSemoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan para pembaca. Ada pun kekurangan dari makalah ini, saya harapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Medan, januari 2015

Penyusun

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Tujuan Penulisan1BAB II PEMBAHASAN22.1 Konsep Medis22.1.1 Defenisi22.1.2 Etiologi22.1.3 Patofisiologi32.1.4 Manifestasi Klinis32.1.5 Pemeriksaan Diagnostik32.1.6 Komplikasi42.1.7 Penatalaksanaan42.2 Konsep Asuhan Keperawatan52.2.1 Pengkajian52.2.2 Diagnosa Keperawatan62.2.3 Perencanaan Keperawatan7BAB III PENUTUP123.1 Kesimpulan123.2 Saran12DAFTAR PUSTAKA13

BAB 1PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGDi indonesia, penyakit ensefalitis merupakan penyakit yang paling sering dialami anak kecil. Sebagaimana yang kita tahuEncephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang. Kehilangan kesadaran , kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot, demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien dengan encephalitis.

1.2 TUJUAN1.2.1Tujuan umum Agar mahasiswa/i dapatmenggambarkan secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak denganensefalitis.1.2.2Tujuan khususa.Melakukan pengkajian keperawatan pada anak denganensefalitisb.Menentukan masalah keperawatan pada anak dengan ensefalitisc.Merencanakan asuhan keperawatan pada anak denganensefalitisd.Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan pada anak denganensefalitis

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Konsep Medis2.1.1 DefinisiEncephalitis adalahadalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme.Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+).Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus.

2.1.2 EtiologiBerbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkanensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebabensefalitisadalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:a.Infeksi virus yang bersifat endemikGolongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).

2.1.3 PatofisiologVirus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:a. Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.c.Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

2.1.4 Manifestasi KlinisAdapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :a.Panas badan meningkat.b. Sakit kepala.c. Muntah-muntah lethargi.d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.f. Gangguan penglihatan,pendengaran,bicara dan kejang.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostika.Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.b.Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

2.1.6 KomplikasiGejala sisa maupun komplikasi karena ensefalitis dapat melibatkan:a.Encephalitis juga dapat terjadi sebagai komplikasi campak, gondongan(mumps) atau cacar.b.Susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan pendengaranc.Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara menetapd.Defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.e.Komplikasi pada bayi biasanya berupa:-Hidrosefalus-Epilepsi-Retardasi mental karena kerusakan SSP berat

2.1.7 PenatalaksanaanPenderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2000). Tata laksana yang dikerjakan sebagai berikut :a.Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.b.Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.c.Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.d.Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan2.2.1 Pengkajiana.Identitas Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.b.Keluhan utama Panas badan meningkat,kejang, kesadaran menurun.c.Riwayat penyakit sekarang Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.d.Riwayat penyakit dahulu Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderitapenyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.e.Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dll.Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E, Coli, dll.f.Imunisasi Kapan terakhir diberi imunisasi DTPg.Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat :1)Kebiasaan Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air besar diWC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)2)Status Ekonomi Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.3)Pola Nutrisi dan Metabolisme Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi4)Pola Eliminasi Kebiasaan Defekasi sehari-hari.Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.5)Pola tidur dan istirahat Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapatdievaluasikarena pasien sering mengalami apatis sampai koma.6)Pola Aktivitasa)Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitisgizi buruk mengalami kelemahan.b)Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerakdilakukan latihan positif.Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk makadilakukan latihan pasif sesuai ROMKekuatan otot berkurang karena pxEnsefalitisdengan gizi buruk.Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi kejantung ,ginjal,mudah terInfeksiberat,aktifitas togosit turun,Hb turun,punurunankadar albumin serum, gangguan pertumbuhan7)Pola Hubungan Dengan Peran Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurangkarena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

2.2.2. Diagnosa Keperawatana.Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.b.Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.c.Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum.d.Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.e.Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM Terbatas.f.Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah.g.Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.h.Gangguan rasa nyaman b/d sakit kepala mual.i.Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.j.Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.2.2.3 Perencanaan KeperawatanA.Dx 1 : Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun Tujuan: tidak terjadi infeksi Kriteria hasil: Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen Intervensi:1)Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunjung. Pantau dan batasi pengunjung. R/ : menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.2)Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi. R/ : Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia .3)Berikan antibiotika sesuai indikasi R/ : Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.

B.Dx 2 :Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia. Tujuan : mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi sensorik/motorik. Mendemonstrasikan TTV stabil. Melaporkan tak adanya/menurunkan sakit kepala. Intervensi:1)Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan pungsi lumbal R/ : Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.2)Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS. R/ : Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral3)Pantau tanda vital, seperti tekanan darah. Catat serangan dari/hipertensi sistolik yang terus-menerus dan tekanan nadi yang melebar R/ : Normalnya, autoregulasi mampu mempertahankan aliran darah serebral dengan konstan sebagai dampak adanya fluktuasi pada tekanan darah sistemik. Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin mengikuti kerusakan vaskuler serebral local atau difus yang menimbulkan peningkatan TIK.Fenomena ini dapat ditunjukkan oleh peningkatan TD sistemik yang bersamaan dengan tekanan darah diastolic(tekanan darah yang melebar)4)Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan pasien jika diperlukan R/ : Mendengarkan suara yang menyenangkan dari orang terdekat/keluarga tampaknya menimbulkan pengaruh trelaksasi pada beberapa pasien dan mungkin akan dapat menurunkan TIK.5)Berikan obat sesuai indikasi, seperti : steroid : deksametason, metilprednison(medrol) R/ : Dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema serebral, dapat juga menurunkan risiko terjadinyafenomena rebound ketika menggunakan manitol.C.Dx 3 : Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum Tujuan :Tidak terjadi trauma Kriteria hasil :Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain Intervensi :1)Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas. R/ : Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.2)Pertahankan tirah baring dalam fase akut. R/ : Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.3)Kolaborasi. Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb. R/ : Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.4)Abservasi tanda-tanda vital R/ : Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.

D.Dx 4 : Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah. Tujuan: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol ditandai dengan : menunjukkan postur rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat Intervensi :1)Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai dengan indikasi R/ : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/rileksasi2)Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata R/ : Meningkat kan vasokonstriksi, menumpulkan resepsi sensorik yang selanjutnya akan menurunkan nyeri3)Tingkat tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting R/ : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri 4)Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit pada meningitis R/ : Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut5) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher dan bahu. R/ : Dapat membatu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.6)Berikan analgetik seperti asetaminofen, kodein R/ : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat, catatan : narkotik mungkin merupakan kotra indikasi sehingga menimbulkan ketidakakuratan dalam pemeriksaaan neurologis

E.Dx 5 :Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas. Tujuan : mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus. Intervensi :1)Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4) R/ : Pasien mampu mandiri(nilai 0), atau memerlukan bantuan peralatan yang minimal(nilai 1); memerlukan bantuan sedang/dengan pengawasan/diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan/peralatan yang terus-menerus dan alat khusus (nilai 3); tergantung secara total pada pemberi asuhan(nilai 4).2)Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut. R/ : Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh. Jika ada paralysis atau keterbatasan kognitif, pasien harus diubah posisinya secara teratur dan posisi dari daerah yang sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat terbatas.3)Berikan/Bantu untuk melakukan rentang gerak R/ : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.4)Berikan matras udara/air, terapi kinetic sesuai dengan kebutuhan. R/ : Menyeinbangkan tekanan jaringan, meningkatkan sirkulasi, dan membantu meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan risiko terjadinya trauma jaringan.

F.Dx6: Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah. Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat denganKriteria : BB dalam batas normal, nafsu makan baik/meningkat, tidak ditemukan defisiensi nutrisi Intervensi :1)Kaji riwayat nutrisi, makanan yang disukai R/ :Mengidentifikasi defisiensi serta pemberian intervensI2)Kaji antropometri setiap hari R/ :Perubahan antropometri mengindikasikan perubahan status nutrisi3)Berikan intake makanan TKTP, mineral atau vitamin R/ : Diet TKTP mineral dan vitamin dapat memenuhi kebutuhan gizi bagiklien4)Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet halus, rendah serat. Hindari makan pedas/terlalu asam R/ : Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi klien5)Berikan anti jamur/pencuci mulut, anestetik jika diperlukan R/ :Stomatitis biasanya ada pada PEM, untuk meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan memudahkan masukan diet6)Berikan suplemen nutrisi, misalnya ensure bila diindikasikan R/. Meningkatkan masukan protein dan kalori

G.Dx 7 : Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.

H.Dx`8 : Gangguan rasa nyaman b/d sakit kepala mual.

I.Dx 9 : Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.

J.Dx 10 : Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang Tujuan : Tidak terjadi kontraktur Kriteria hasil :Tidak terjadi kekakuan sendidan dapat menggerakkan anggota tubuh Intervensi :1)Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik, terjadi kekacauan sendi. R/ : Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan.2)Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap R/ : Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.3)Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam R/ : Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .4)Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam R/ : Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera 5)Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi R/ : Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang spastik ulang

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanEncephalitis adalahadalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang. Kehilangan kesadaran , kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot, demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien dengan encephalitis.

3.2 SaranEncephalitisini harus sudah didiagnosis sejak dini dan diharapkan kepada penderita agar peduli terhadap penyakitnya dengan konsultasikan kepada dokter jika terjadi gejala-gejala yang tiba-tiba sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar. Untuk menghindari resiko akibat penyakit ecephalitis, perlu adanya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari virus-virus terutama virus yang menyebabkan encephalitis.

DAFTAR PUSTAKA

Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005 Brunner dan Suddarth, (2001)Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, volume 2, penerbit EGC.Mansjoer, Arif. (2000).Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Fakultas Kedokteran UI : Media AesculapiusNgastiah. (1997).Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGCPrice, Sylvia A,(1998).Patofisiologi, jilid 2, penerbit EGC,Jakarta