asuhan keperawatan pada klien tn. t dengan masalah...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan
Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
YUDI ELYAS, S.Kep.
1006823620
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOKJULI 2013
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan
Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ners Keperawatan
YUDI ELYAS, S.Kep
1006823620
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOKJULI 2013
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
i Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Tanda Tangan :
Tanggal : 4 Juli 2013
i Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Tanda Tangan :
Tanggal : 4 Juli 2013
i Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Tanda Tangan :
Tanggal : 4 Juli 2013
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan
Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang MelatiAtas RSUP Persahabatan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NersKeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuKeperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )
NIP : 196805111993032002
Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )
NIP : 196303111983032002
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 4 Juli 2013
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan
Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang MelatiAtas RSUP Persahabatan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NersKeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuKeperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )
NIP : 196805111993032002
Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )
NIP : 196303111983032002
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 4 Juli 2013
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan
Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang MelatiAtas RSUP Persahabatan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NersKeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuKeperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )
NIP : 196805111993032002
Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )
NIP : 196303111983032002
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 4 Juli 2013
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan;
2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini
3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembimbing
pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan
praktikum berlangsung.
5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB
di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang senantiasa
bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan
dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 4 Juli 2013
Penulis
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yudi Elyas S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah
saya yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di
Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2013
Yang menyatakan,
(Yudi Elyas S.Kep)
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yudi Elyas S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah
saya yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di
Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2013
Yang menyatakan,
(Yudi Elyas S.Kep)
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yudi Elyas S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah
saya yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di
Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2013
Yang menyatakan,
(Yudi Elyas S.Kep)
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Yudi Elyas S.Kep
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat
Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas
RSUP.Persahabatan
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di perkotaan.DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virusdengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue,demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai olehempat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiahmengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;DBD. Implementasi dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakitdalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalahpeningkatan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguanpemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8perawatan.
Kata kunci: Wilayah Endemik DBD, Vektor, Pejamu, Lingkungan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name : Yudi Elyas S.KepStudy Program : NursingTitle : Nursing Care In Client With Dengue Hemorrhagic Fever at Public
Health Problem In Urban Communities, Melati Atas RSUP. Persahabatan
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a disease in urban communities. Dengue is an infectiousdisease caused by the dengue virus. Clinical manifestations of dengue virus infection may beasymptomatic or may not be a typical fever, dengue fever, dengue hemorrhagic fever or dengueshock syndrome. Dengues hemorrhagic fever is characterized by four major clinicalmanifestations are high fever, hemorrhagic manifestations (especially the skin), hepatomegaly,and a sign of circulatory failure. This paper discuss about the nursing care to clients with healthproblems of urban communities; DHF. Implementation is done on client who were treated for 8days at Melati Atas ward, Persahabatan Hospital. Number of nursing problems are bodytemperature is increased, the risk of fluid volume deficit, risk of bleeding and the risk ofimpaired nutritional needs. Nursing problem is solved until the 8th day care.
Keywords: Endemic dengue region, vector, host, environment.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………...
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI………………………………
ABSTRAK…………………………………………………………………
ABSTRACT ………………………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. viii
BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang………………………………………………... 1
1.2 Tujuan Penulisan..…………………………………………….. 3
1.3 Metode Penulisan…..………………………………………..... 3
1.4 Sistematika Penulisan.………………………………………… 3
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
2.1 Letak Demografis Indonesia...….………………………..…… 5
2.2 Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di masyarakat
Indonesia...….………………………..……………………….. 5
2.3 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)…………..…. 9
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
Dengue........................................................................................ 23
BAB 3 : TINJAUAN KASUS..................................................................... 36
3.1 Kasus Pemicu............................................................................. 36
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................ 36
3.2 Analisa Data............................................................................... 39
3.3 Diagnosa Keperawatan .............................................................
3.4 Intervensi Keperawatan..............................................................
40
41
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................ 46
BAB 4 : PEMBAHASAN..……...……………………………………….. 66
A. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN…...……………………………. 74
B. DAFTAR PUSTAKA
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
1
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh
Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah :
meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak nafas, batuk,
epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis, purpura,
perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus
Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan penduduk.
Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus DBD,
pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan
sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran
kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian
DBD tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di
wilayah DKI Jakarta, menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan
bagi masyarakat, terutama penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin mengungkapkan, hingga
pertengahan Februari 2013, telah mendapat laporan dari rumah sakit bahwa
terdapat 433 pasien DBD di Jakarta Timur. Dua pasien di antaranya diketahui
meninggal dunia. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 20 persen dari periode yang
sama pada tahun 2012 lalu, yakni sebanyak 355 pasien. (Compas.com,
26 Februari 2013). Berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi DKI
Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD di
DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni
kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, DKI
Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai
18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu perkembangan
wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim,
kurangnya peran serta masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya program
pengendalian DBD, sehingga upaya program pengendalian DBD perlu lebih
mendapat perhatian terutama pada tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peran serta masyarakat dalam upaya
penanggulangan DBD menjadi fakor penting dalam penularan DBD. Peran serta
masyarakat dapat meningkatkan peran dan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan pengendalian
vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992,
bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir
oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan
inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada
keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan
vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW
dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.
Penatalaksanaan DBD membutuhkan penanganan yang tepat dalam rangka
mengatasi penyebaran DBD. Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak hanya
berfokus kepada masalah saat klien sakit dan dirawat namun juga melihat aspek
lingkungan dan pola kebiasaan di rumah seperti kebersihan lingkungan, tempat-
tempat yang menyebabkan genangan air serta kebiasaan menggantungkan baju
sembarangan. Asuhan keperawatan diawali dengan cara sistematis dan
berkesinambungan untuk memperoleh data dasar yang akurat. Hasil pengkajian
yang dilakukan diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan
kesembuhan bagi klien dengan DBD. Setelah pengkajian maka ditegakkan
diagosa keperawatan lalu menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai
panduan dalam melakukan tindakan keperawatan (implementasi). Proses
keperawatan berikutnya adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan
dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien.
2. Tujuan Penulisan Laporan
a. Tujuan umum
Memberikan gambaran secara umum asuhan kepererawatan pasien dengan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan laporan ini adalah memberikan gambaran :
1) Mengenai konsep dasar Demam Berdarah Dengue
2) Mengenai hubungan penyakit DBD dengan masalah kesehatan di
perkotaan
3) Mengenai konsep asuhan keperawatan pada klien Demam Berdarah
Dengue.
4) Mengenai tinjauan kasus asuhan keperawatan pada klien Demam
Berdarah Dengue.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
3. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui
pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber – sumber
data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai “Demam
Berdarah Dengue”.
4. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Penutup / Kesimpulan
Daftar Pustaka
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Letak Demografis Indonesia
Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu
dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di
sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di
Indonesia.
Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga.
Salah satu dari serangga adalah Aedes Agepty. Sehingga iklim dan cuaca
berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.
2.2. Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di Masyarakat
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia, karena jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :
1. Vector; perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di
lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain
2. Pejamu; terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
Faktor Agent (Penyebab)
Agent yaitu semua unsure atau elemen hidup dan mati yang kejadiran atau
ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia
rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi
dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi
agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.
Factor host (penjamu)
Faktor host atau penjamu yang dimaksud adalah manusia yang kemugkinan
terpapar terhadap penyakit DBD. Factor host antara lain umur, ras, social
ekonomi, cara hidup, ststus perkawinan, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam
penularan DBD factor manusia erat kaitannya dengan perilaku dan mobilitas
penduduk.
a. Kelompojk umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.
Beberapa penelitian menunujukkan bahwa kelompok umur yang paling
banyak diserang DBD adalah kelompok umur < 15 tahun (depkes RI 1992),
yang semakin besar adalah usia sekolah.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
b. Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam mempercepat
penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC) di dalam rumah
sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-duduk dui luar rumah
pada pagi dan sore hari yang merupakan waktu yang pas nyamuk Aedes
Aegepty mencari mangsanya (Gubler,1988).
c. Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena
berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi pada
daerah yang berpenduduk padat.
d. Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system
kekebalan. Jika system kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan
mudah tubuh akan terkena penyakit.
e. Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan
gizi akan berpengaruh terhadap daya tahan dan resp[on imunologis terhadap
penyakit
Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kimia,
lingkungan biologi dan lingkungan social ekonomi.
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu
udara, kelembaban udara sehingga nyamuk sangat rentan terhadap kelembaban
rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat hutan lebih rentan terhadap
perubahan kelembaban daripada spesies yang mempunyai habitat iklim kering
(Sukowati,2004).
2) Sinar matahari
Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk dalam
mencari makan dan beristirahat. Spesien nyamuk mempunyai variasi dalam
pilihan intensitas cahaya untuk aktivitas terbang, menggigit dan pilihan tempat
istirahat (sukowati, 2004).
3) Angin
Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara. Sedangkan
pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu kemampuan terbang. Apabila
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk
(Vanleeuwen,1999). Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang
paling efektif 50-100 mil atau 81-161 Km (Brown,1983).
4) Lingkungan kimia
Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan habitat
nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses perkembangbiakan
nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah satu
diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada
air seperti aedes aegepty dapat berkembang biak pada air denagn PH normal
6,5 – 9 (Sudrajat,1990)
5) Lingkungan biologi
Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit menular. Hal
yang berpengaruh antara lain jenis parasit, ststus kekebalan tubuh penduduk, jenis
dan populasi serta potensi vector dana adanya predator dan populasi hewan yang
ada (Sukowati,2004).
6) Lingkungan social ekonomi
Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social ekonomi adalah :
a) Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan
kemudahan dalam penyebaan penyakit
b) Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagaianya
c) Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan
sebagaianya
d) Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi yang
tidak memadai yang secara langsung merupakan factor peninjang dalam
proses penyebaran penyakit menular
e) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.
Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem peringatan dini oleh
pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta alokasi dana. Dalam
perilaku penduduk, Sebagian besar penduduk Indonesia belum menyadari
pentingnya memelihara kebersihan lingkungan. Salah satu masalah yang umum
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
ditemukan adalah rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga agar tidak
terdapat wadah-wadah yang dapat menampung air di lingkungan tempat
tinggalnya. Hal itu terutama menjadi masalah pada musim hujan. Akibatnya,
terjadi peningkatan kasus DBD selama musim hujan. Kebiasaan lain yang turut
menghambat pemberantasan DBD adalah tidak menguras bak mandi secara benar
dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan dengan mengganti air tanpa
menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak efektif karena telur Aedes
aegypti tetap melekat di dinding bak mandi. Telur Aedes aegypti dapat bertahan
hingga enam bulan sehingga jika tidak dihilangkan akan terus melanjutkan siklus
hidupnya.
Menurut Departemen Kesehatan RI, tempat penampungan air yang banyak
digunakan adalah bak mandi, tempayan, drum dan tangki air, tempat gelas pada
dispenser. Umumnya, penduduk Indonesia menggunakan bak mandi yang terbuat
dari semen. Dinding bak mandi yang terbuat dari semen bersifat kasar, gelap, dan
mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air seperti itu sangat disukai
Aedes aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai Aedes aegypti adalah
yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya keramik.
Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar menggunakan
tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna terang (putih) dan tidak
menyerap air (Sungkar, 2007).
2.3 Konsep dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.3.1 Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
2.3.2 Penyebab
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Ke-
empat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak.
2.3.3 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi
klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organisation, 1997).
Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah, pada DBD
ditemukan permeabilitas pembuluh darah yang tinggi, hipovolemia,
hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi sempit,
hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdomen
persisten meski tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Seringkali
terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta
perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).
Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis berikut :
1. Nyeri kepala
Infeksi virus dengue
Asimptomatik Simptomatik
Differentiated Dengue Fever Dengue haemorragic feverFever Syndrome
Without haemorrahage with Haemorrahage No shock DSS
Dengue Fever DHF
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
2. Nyeri retro orbital
3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)
6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif
Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila hal dibawah ini
dipenuhi :
Demam, riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
- Uji bendung positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa
- Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia dan jenis kelamin
- Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilaihematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Dengue Shock Syndrom (DSS)
Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS) adalah
manifestasi renjatan yang terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV (World
Health Organisation, 1997). Kebanyakan pasien memasuki fase SRD pada saat
atau setelah demamnya turun yaitu antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada
saat tersebut penderita dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan
dapat berlangsung selama 24-48 jam.
Disamping ditemukannya demam, manifestasi perdarahan, trombositipenia, dan
tanda perembesan plasma, pada penderita DBD yang mengalami renjatan juga
terdapat tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab dan dingin, sianosis
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan
status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia
jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.
Metabolisme anaerob yang terjadi selanjutnya, mengakibatkan akumulasi asam
laktat dan berujung pada keadaan asidosis metabolik. Asidosis yang tidak segera
mendapat koreksi akan segera memicu terjadinya pembekuan intravaskuler
menyeluruh (PIM) atau DIC (Robbins dan Kumar, 1995).
2.3.4 Klasifikasi DBD menurut WHO
DD/
DBDDerajat Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau lebih
tanda : sakit kepala, nyeri
retro orbital, mialgia,
artralgia.
Leukopenia
Trombositopenia, tidak
ditemukan kebocoran
plasma
Serologi
dengue
positif
DBD I Gejala diatas ditambah uji
bendung positif
Trombositopenia
(<100.000/ul), bukti
ada kebocoran plasma
Trombositopenia
Serologi
dengue
positif
DBD II Gejala diatas ditambah
perdarahan spontan
(<100.000/ul), bukti
ada kebocoran plasma
Trombositopenia
Serologi
dengue
positif
DBD III Gejala diatas ditambah
kegagalan sirkulasi (kulit
dingin, lembab serta
gelisah)
(<100.000/ul), bukti
ada kebocoran plasma
Trombositopenia
Serologi
dengue
positif
DBD IV Syok berat disertai dengan
tekanan darah dan nadi
tidak terukur
(<100.000/ul), bukti
ada kebocoran plasma
Serologi
dengue
positif
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
2.3.5 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek
imun Antibodi – virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah menyebabkan kebocoran palsma.
Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga
hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock
dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi sistem
komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler
terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit
pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul
trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan
PF4 dan umurnya memendek.
Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi
pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain
munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit –T
dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini
terdapat banyak teori patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas
patogenesis yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder
yang berturutan dengan tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE,
IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori trombosit-endotel, dan teori
mediator.
Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan
peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah dibuktikan dengan
uji tourniquet atau Rumpel Leede atau uji Hess. Uji ini mungkin positif meskipun
waktu perdarahan normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat menyebabkan
protein plasma dan cairan dari intravaskuler bocor ke ektravaskuler. Hal tersebut
terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi, efusi pleura, ascites, edema,
hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia.
Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada
mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan
monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue, deposit kompolemen,
imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi
trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu
berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan
betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.
Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen
virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat
disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun
tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati
dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan
konsumsi yang berlebihan di sirkulasi.
Koagulopati dibuktikan dengan adanya penurunan faktor fibrinogen, faktor V,
VII, VIII, X dan XII. Pada DHF fase akut terjadi koagulasi intravaskuler dan
fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial thromboplastin time
(PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan kenaikan FDP
hersama-sama dengan penurunan antithrombin IIi, alfa-2 antiplasminogen.
Koagulasi intravaskuler ini terutama pada DSS.
Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik humoral dan
seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG
yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot,
dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Selain
komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Perubahan
imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut disertai
aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B
meningkat pada fase akut.
Peranan Makrofag
Makrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus
terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus makin
berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi
secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus
dalam monosit. Di Kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada
orang kulit hitam.
Peranan IgM
IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat.
Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya
muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat
berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit
yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan
menghasilkan dengue bentuk yang berat.
Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar
pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler yang mengakibatkan
perembesan plasma, hipovolemia dan berujung pada renjatan. Kedua,
abnormalitas sistem hemostasis akibat vaskulopati, trombositopenia dan
koagulopati. Hal ini menyebabkan berbagai manifestasi perdarahan yang
mengancam kehidupan penderita.
PATOFLOW TERJADINYA SYOK PADA DHF
Aktivasi factor pembekuan
Permeabilitas membrane meningkat
Membentuk dan melepaskan zat C3a danC5a
Aktivasi system komplemen
Kebutuhan
Oksigen ↑HipertermiInfeksi virus dengue
( Viremia)
Arbovirus(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)
Perdarahan
Trombositopenia
Kebocoran plasma keekstravaskular
Kerusakan endotelPembuluh darah
Agregasi trombosit
Syok Hipovolemia
DIC
Paru : Efusi pleura
Hepar :Hepatomegali
Abdomen : Asites
Haemokonsentrasi
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
2.3.6 Fase DBD
menurut WHO 2009, dikatakan bahwa DBD memiliki beberapa fase yaitu fase
febris dapat berlangsung sekitar 2-7 hari disertai dengan gejala lainnya, Fase
Kritis dan fase pemulihan, Seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini :
1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam akut
biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah,
eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pasien
mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah. Hal
tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah non-
dengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase ini
meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan
antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan
untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk
mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti
membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive
pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat
Gangguanperfusi jaringan
MeninggalANOKSIA
Sesak nafas, mual dan muntah
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah
penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk
kemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi
37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7
penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat
hematokrit meningkat yang menandai awal fase kritis. Periode kebocoran plasma
klinis signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. leukopenia Progresif diikuti
dengan penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya mendahului kebocoran
plasma.
Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik,
sementara dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih buruk
sebagai Hasil volume plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma bervariasi.
Efusi pleura dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada derajat
kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena itu dada x-ray dan USG
perut bisa bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat kenaikan atas dasar
hematokrit sering mencerminkan tingkat keparahan kebocoran plasma.
Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini sering
didahului oleh tanda-tanda awal. Suhu tubuh dapat di bawah normal saat shock
terjadi. Dengan shock yang berkepanjangan, hasil organ konsekuensi hipoperfusi
di progresif organ penurunan, asidosis metabolik dan koagulasi intravascular
disebarluaskan. Ini pada gilirannya menyebabkan perdarahan parah menyebabkan
hematokrit turun dan menjadi shock berat. Leukopenia biasanya terlihat selama
fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pasien
dengan pendarahan hebat.
3. Fase Pemulihan
Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Pada
umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan, gejala gastrointestinal
mereda,status hemodinamik stabil dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa pasien
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin
mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa
terjadi selama tahap ini.
Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang
diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah
penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit
biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi
pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang
berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan
yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung.
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
apusan darah tepi.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%
dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke-3
demam
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT/SGPT: dapat meningkat.
Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.
2.3.8 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
Tidak ada terapi spesifik untuk penderita Demam berdarah dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika
asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen
cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia bersama dengan Divisi
penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol penatalaksanaan DBD
pada pasien dewasa. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :
Protokol 1
Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok.
Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat dilakukan
pemerikksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :
- Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien
dapat dipulangkan dengan anjuran control.
- Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.
- Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.
Protokol 2
Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa
syok maka diruang rawat diberika cairan infuse kristaloid dengan rumus :
1500+ (20x(BB dalam Kg-20))
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Protokol 3
Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubh mengalami deficit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau
setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin
meningkat, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam.
Jika setelah pemberian terapi cairan awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, yang
ditandai dengan hemtokrit dan nadi meningkat, produksi urin menurun, maka kita
harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10ml/kgBB/jam.
Protokol 4
Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.
Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanya 4ml/kgBB/jam. Pada
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan
DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan
jumlah urin dilakukan dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis serta
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit
sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Protokol 5
Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa.
Bila berhadapan dengan sindrom syok Dengue maka hal yang perlu diingat adalah
bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan
intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, AGD, kadar
natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi
7ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti terjadi perdarahan internal maka
penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.
2.3.9 Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian
Program pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan melakukan manajemen
lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau
meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak antara manusia dan
vector berkurang.
a. Modifikasi lingkungan
Perbaikan persediaan air.
Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.
b. Manipulasi lingkungan
Drainase instalasi persediaan air
Penyimpanan air rumah tangga
Pot/vas bunga dan jebakan semut
Bagian luar bangunan
Keharusan menyimpan air untuk pemadaman kebakaran
Pembuangan sampah padat
Pengisian rongga pada pagar
Botol kaca dan kaleng
c. Perlindungan Diri
Pakaian pelindung
Tikar, obat nyamuk bakar dan aerosol
Penolak serangga
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
Insektisida untuk kelambu dan gorden
d. Pengendalian Biologis
Ikan pemakan larva
Bakteri penghasil endotoksin
Siklopoids/sejenis udang-udangan
Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh
e. Pengendalian Kimiawi
Pemberian Larvasida kimiawi
Pengasapan wilayah
2.4 Asuhan Keperawatan Klien dengan DBD
Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil
pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu
menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan
tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang terakhir
adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
yang telah dilakukan.
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rekam
medis, diagnosa medis.
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada
ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang – kadang disertai
kejang dan penurunan kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 – 7 hari,
terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi;
nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah
menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2. Sistem Tubuh
2.1. Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan
pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan
oksigen.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan
pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas
tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal
dan cepat disertai penurunan kesadaran.
2.2. Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi
2 – 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah;
derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-
satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya
volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock,
nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
2.3. Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel
karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan
tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami
perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat
kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis,
reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.
2.4. Perkemihan – Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada
kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria),
warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
2.5. Pencernaan – Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu
makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati,
konstipasi.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia
tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri
tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium,
hematemisis dan melena.
2.6. Muskuloskeletal
Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,
persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah
memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan
otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot,
punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien
mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.
D. Data Penunjang
Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.
Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.
Masa perdarahan dan protombin memanjang.
Ig G dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia,
peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anoreksia.
4. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.
6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
7. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
9. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren: trombositopenia,
trauma.
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status kesehatan,
ancaman kematian.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang pajanan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
2. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Monitor suhu pasien. 1. Pola demam dapat membantu
dalam diagnosis; kurva demamlanjut lebih dari 4 hari menunjukaninfeksi yang lain.
2. Anjurkan pasien untuk banyakminum ( lebih kurang 2,5 liter/24jam ).
2. Peningkatan suhu tubuhmengakibatkan penguapan tubuhmeningkat sehingga perludiimbangi dengan asupan cairanyang banyak.
3. Berikan kompres hangat. 3. Dengan vasodilatasi dapatmeningkatkan penguapan yangmempercepat penurunan suhutubuh.
4. Anjurkan untuk tidak memakaiselimut dan pakaian yang tebal.
4. Pakaian tipis membantumengurangi penguapan tubuh.
1.Kolaborasi :Berikan terapi cairan intravena danobat-obatan sesuai program dokter.
1. Pemberian cairan sangat pentingbagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangidemam dengan aksi sentralnyapada hipotalamus.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
DX 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.
3. Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Kaji tingkat nyeri yang dialamipasien
1. Untuk mengetahui berapa beratnyeri yang dialami pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman,usahakan situasi ruangan yangtenang.
2. Posisi nyaman dan lingkungantenang mengurangi rasa nyeri.
3. Berikan tindakan kenyamananseperti perubahan posisi dandorong penggunaan tehnikrelaksasi, seperti imajinasi,visualisasi, latihan nafas dalam.
3. Menurunkan tegangan otot,meningkatkan istirahat danrelaksasi, memusatkan perhatian,dapat meningkatkan kontrol dankemampuan koping.
1.Kolaborasi :Berikan obat-obat analgetik 1. Analgetik dapat menekan atau
mengurangi nyeri pasien.
DX 3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual,
muntah, anoreksia.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.
2. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan
yang sesuai
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Kaji keluhan mual, sakit menelan, 1. Untuk menetapkan cara
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
dan muntah yang dialami pasien mengatasinya.
2. Berikan makanan yang mudahditelan seperti bubur.
2. Membantu mengurangi kelelahanpasien dan meningkatkan asupanmakanan .
3. Berikan makanan dalam porsi kecildan frekuensi sering.
3. Untuk menghindari mual.
4. Catat jumlah / porsi makanan yangdihabiskan oleh pasien setiap hari.
4. Untuk mengetahui pemenuhankebutuhan nutrisi.
1.Kolaborasi :Berikan obat-obatan antiemetiksesuai program dokter.
1. Antiemetik membantu pasienmengurangi rasa mual dan muntahdan meningkatkan toleransi padamakanan.
2. Antasida, contoh Mylanta. 2. Kerja pada asam gaster, dapatmenurunkan iritasi/ resikoperdarahan
3. Vitamin, contoh B komplek, C,tambahan diet lain sesuai indikasi
3. Memperbaiki kekurangan danmembantu proses penyembuhan.
DX 4 . Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, perdarahan.
Kriteria evaluasi (NOC ) :
Pasien akan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan
membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara individual
haluaran urine adekuat, capilary refill cepat.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat, takikardi) serta tanda-tandavital.
1. Menetapkan data dasar pasienuntuk mengetahui penyimpangandari keadaan normal.
2. Observasi tanda-tanda syok. 2. Agar dapat segera dilakukantindakan untuk menangani shock.
3. Anjurkan pasien untuk banyakminum.
3. Asupan cairan sangat diperlukanuntuk menambah volume cairantubuh.
4. Catat intake dan output cairan. 4. Untuk mengetahui keseimbangancairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary refill, 5. kondisi yang berkontribusi dalam
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
temperatur kulit, kaji kesadaran,tanda perdarahan.
kekurangan cairan ekstraselularyang dapat menyebabkan kolapspada sirkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasanyang meningkat, kurang istirahat.
6. hemokonsentrasi dan peningkatanplatelet agregrasi dapatmengakibatkan pembentukanemboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. Kegagalan refleks menelan,anoreksia, tidak nyaman dimulut,perubahan tingkat kesadaranmerupakan faktor yangmempengaruhi kemampuan klienuntuk mengganti cairan oral.
1.Kolaborasi :Berikan cairan intravena sesuaiprogram dokter : NaCl 0,45%, RLsolution.
1. Hipotonik solution ( NaCl 0,45% )digunakan untuk memenuhikebutuhan elektrolit.
2. Koloid : dextran, plasma/albumin,Hespan.
2. Koreksi defisit konsentrasi proteinplasma, meningkatkan tekananosmotik intravaskular, danmemfasilitasi kembalinya cairankedalam kompartemen pembuluhdarah.
3. Tranfusi Whole blood / tranfusiPRC
3. Mengindikasikan hipovolemiayang berhubungan dengankehilangan darah aktif.
4. Plasma beku segar ( FFP ). 4. Mugkin diperlukan untukmenggantikan faktor pembekuanpada adanya defek koagulasi.
5. Berikan sodium bicarbonat jikadiindikasikan.
5. Diberikan untuk koreksi asidosisberat saat koreksi keseimbangancairan.
6. Berikan makanan melalui NGTtermasuk cairan sesuai kebutuhan.
6. Penambahan penggantian cairandan nutrisi ketika terjadi gangguanmenelan.
7. Monitor nilai laboratorium : Hb,Ht, Trombosit, elektrolit,koagulasi.
7. Bergantung pada kehilangan cairanvena, ketidakseimbangan elektrolitmemerlukan koreksi, peningkatanHt, penurunan trombositmeningkatkan resiko perdarahan.
DX 5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan denganhipovolemia.
Kriteria evaluasi :
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
31
Universitas Indonesia
Pasien akan :
1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital
stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal, kesadaran
normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Pantau tanda-tanda vital; palpasidenyut nadi perifer; catat suhu/warna kulit dan pengisian kapiler;evaluasi waktu dan pengeluaranurine.
1. Merupakan indikator dari volumesirkulasi dan fungsi organ/ perfusijaringan yang adekuat.
2. Kaji adanya perubahan tingkatkesadaran , keluhan pusing atausakit kepala.
2. Perubahan dapat menunjukkanketidakadekuatan perfusi serebral.
3. Auskultasi nadi apikal.Awasiirama jantung dengan EKG.
3. Perubahan disritmia dan iskemiadapat terjadi sebagai akibathipotenSi, hipoksia, asidosis,ketidakseimbangan elektrolit.
1.Kolaborasi :Berikan oksigen tambahan sesuaiindikasi.
1. Mengatasi hipoksemia dan asidosisselama perdarahan.
2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadioksimetri.
2. Mengidentifikasi hipoksemia,keefektifan/ kebutuhan untukterapi.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/produk darah sesuai kebutuhan.
3. Mempertahankan volume sirkulasidan perfusi jaringan.
DX 6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Melaporkan peningkatan intoleran aktifitas ( ADL ).
2. Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal nadi, pernafasan, dan
3. TD dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Kaji keluhan pasien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pasien.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
2. Kaji hal-hal yang mampu atauyang tidak mampu dilakukan olehpasien.
2. Untuk mengetahui tingkatketergantungan pasien dalammemenuhi kebutuhannya.
3. -Bantu pasien untuk memenuhikebutuhan aktivitasnya sehari-harisesuai tingkat keterbatasan pasien.
3. Pemberian bantuan sangatdiperlukan oleh pasien pada saatkondisinya lemah dan perawatmempunyai tanggung jawab dalampemenuhan kebutuhan sehari-haripasien tanpa mengalamiketergantungan pada perawat.
4. Letakkan barang-barang di tempatyang mudah terjangkau olehpasien.
4. Akan membantu pasien untukmemenuhi kebutuhannya sendiritanpa bantuan orang lain.
5. Pertahankan tirah baring biladiindikasikan, tingkatkan tingkataktifitas sesuai toleransi.
5. Mengurangi resiko cedera akibatpenurunan trombosit, danmemperbaiki tonus otot tanpakelemahan.
DX 7. Resiko terjadinya syok berhubungan dengan hipovolemia.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil, haluaran urin
adekuat, nadi perifer normal.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Monitor keadaan umum pasien. 1. Memantau kondisi pasien selama
masa perawatan terutama pada saatterjadi perdarahan sehingga segeradiketahui tanda syok dan dapatsegera ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2sampai 3 jam.
2. Tanda vital normal menandakankeadaan umum baik.
3. Monitor tanda perdarahan. 3. Perdarahan cepat diketahui dandapat diatasi sehingga pasien tidaksampai syok hipovolemik.
4. Palpasi nadi perifer; capilary refill,temperatur kulit, kaji kesadaran.
4. Kondisi yang berkontribusi dalamkekurangan cairan ekstraselularyang dapat menyebabkan kolapspada sirkulasi/ syok.
5. Lapor dokter bila terdapat tandasyok hipovolemik.
5. Untuk mendapatkan penangananlebih lanjut sesegera mungkin.
Kolaborasi :
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
1. Cek laboratorium :haemoglobin,hematokrit, trombosit.
1. Untuk mengetahui tingkatkebocoran pembuluh darah yangdialami pasien sebagai acuanmelakukan tindakan lebih lanjut.
2. Berikan cairan sesuai program :Koloid : dextran, plasma/albumin,Hespan.
2. Koreksi defisit konsentrasi proteinplasma, meningkatkan tekananosmotik intravaskular, danmemfasilitasi kembalinya cairankedalam kompartemen pembuluhdarah.
3. Tranfusi Whole blood/ tranfusiPRC. / FFP
3. Mengindikasikan hipovolemiayang berhubungan dengankehilangan darah aktif.
DX 8. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).
Kriteria evaluasi :
Pasien bebas tanda infeksi/ inflamasi, eritema, dan demam.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Lakukan teknik aseptik saatmelakukan tindakan pemasanganinfus.
1. Tindakan aseptik merupakantindakan preventif terhadapkemungkinan terjadi infeksi.
2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Menetapkan data dasar pasien,terjadi peradangan dapat diketahuidari penyimpangan nilai tandavital.
3. Observasi daerah pemasanganinfus.
3. Mengetahui tanda infeksi padapemasangan infus.
4. Segera cabut infus bila tampakadanya pembengkakan atauplebitis.
4. Untuk menghindari kondisi yanglebih buruk atau penyulit lebihlanjut.
1.Kolaborasi :Pemasagan infus kembali sesuaiinstruksi dokter.
1. Untuk memenuhi kebutuhan cairanpasien.
DX 9. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
34
Universitas Indonesia
- Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.
Intervensi:
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Monitor tanda penurunan trombosityang disertai gejala klinis.
1. Penurunan trombosit merupakantanda kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyakistirahat/bedrest.
2. Aktivitas pasien yang tidakterkontrol dapat menyebabkanresiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segeramelapor bila ada tanda perdarahanlebih lanjut.
3. Membantu pasien mendapatkanpenanganan sedini mungkin.
4. Awasi tanda vital 4. Peningkatan nadi denganpenurunan TD dapat menunjukankehilangan volume darah sirkulasi.
5. Anjurkan meminimalisasipenggunaan sikat gigi, dorongpenggunaan antiseptik untukmulut.
5. Pada gangguan faktor pembekuan,trauma minimal dapatmenyebabkan perdarahan mukosa.
6. Gunakan jarum kecil untuk injeksiatau pengambilan sampel darah.
6. Menurunkan resiko perdarahan /hematoma.
7. Observasi adanya ptekie,epistaksis, perdarahan gusi,melena.
7. DIC subakut dapat terjadi sekunderterhadap gangguan faktorpembekuan.
1.Kolaborasi :Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktorpembekuan.
1. Indikator adanya perdarahan aktif,hemokonsentrasi, atau terjadinyakomplikasi ( DIC ).
2. Berikan obat sesuai indikasi : vitK, D,dan C.
2. Meningkatkan sintesis protrombindan koagulasi. Kekurangan vit Cmeningkatkan kerentananterjadinya iritasi / perdarahan.
DX.10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.
- tampak rileks.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
35
Universitas Indonesia
1.Mandiri :Kaji rasa cemas yang dialamipasien.
1. Menetapkan tingkat kecemasanyang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percayadengan pasien.
2. Pasien bersifat terbuka denganperawat.
3. Tunjukkan sifat empati. 3. Sikap empati akan membuat pasienmerasa diperhatikan dengan baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untukmengungkapkan perasaannya.
4. Meringankan beban pikiran pasien.
5. Gunakan komunikasi terapeutik. 5. Agar segala sesuatu yangdisampaikan diajarkan pada pasienmemberikan hasil yang efektif.
6. Berikan informasi tentang prosespenyakit dan antisipasi tindakan.
6. Mengetahui apa yang diharapkandapat menurunkan ansietas.
7. Jadwalkan istirahat dan tiduradekuat .
7. Membatasi kelemahan, menghematenergi, dan meningkatkankemampuan koping.
DX 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko komplikasi.
- Berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1.Mandiri :Jelaskan pentingnya pembatasanaktifitas selama periode penurunantrombosit
1. Memberikan informasi pada pasienuntuk merencanakan rutinitas /aktifitas tanpa menimbulkanmasalah.
2. Jelaskan gejala yang memerlukanintervensi medik seperti akral/tangan dingin, epistaksis,perdarahan gusi,melena, sesak.
2. Upaya intervensi untukmenurunkan resiko komplikasiserius seperti perdarahan, tandasyok.
3. Dorong aktifitas sesuai toleransidengan periode istirahat periodik.
3. Mencegah kelemahan, dapatmeningkatkan penyembuhan danperasaan sehat, dan mempermudahkembali ke aktifitas normal.
4. Diskusikan penghindaranpenggunaan sikat gigi,menggunakan sikat gigi halus/ obatkumur, membersihkan kotoranhidung dengan keras.
4. Menurunkan resiko perdarahansehubungan dengan trauma danperubahan koagulasi.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
5. Anjurkan klien menghindarimakanan / minuman karbonat,pedas dan asam.
5. Menurunkan rangsangan padaasam lambung dan menceegahiritasi
6. Diskusikan perawatan, pengobatan,proses penyakit dan prognosis.
6. Memberikan dasar pengetahuandimana pasien dapat membuatpilihan berdasarkan informasi.
7. Dorong pertanyaan, ekspresimasalah.
7. Komunikasi efektif dan dukunganturunkan cemas dan tingkatkanpenyembuhan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)DI RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Inisial klien : Tn. T
2. Usia : 17 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Tgl lahir : 15-01-1996
5. No. RM : 1400429
6. Tanggal masuk : 16/05/2013
7. Tanggal pengkajian : 17/05/2013
8. Alamat : Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT 05 RW 5
Kel. Cipinang Pulogadung
B. Keluhan utama masuk RS :
Demam sejak 2 hari SMRS
C. Riwayat penyakit dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit.
D. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan dating tiba2 dan tinggi, klien
mengeluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala, tidak ada mimisan dan
gusi berdarah. Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.
E. Riwayat penyakit keluarga :
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
F. Riwayat kesehatan lingkungan :
Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa
minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-temannya dan
menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
37
Universitas Indonesia
G. Anamnesis klien saat dikaji tgl. 17 /05/2013 :
Data subjektif :
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa
lemas.
Data Objektif :
TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala,
klien tampak mual dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam
H. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernapasan / Respirasi :
Frekuensi nafas 28 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada,
batuk tidak ada, suara paru vesikuler, ronchi dan Crakles tidak ada.
2. Sistem Kardiovaskuler
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), CRT < 3
detik, Uji tourniquet positif.
3. Sistem Persyarafan / neurologi
Kesadaran baik, Compos mentis, tidak tampak gelisah
4. Sistem perkemihan
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih.
5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Selaput mukosa kering, mual, muntah, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun,
porsi makan tidak habis, makan 1-2 sendok. nyeri ulu hati, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa (-), pembesaran hati (-), melena (-).
6. Sistem integument
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit lengan
dan kaki.
7. Pemeriksaan penunjang 13.5/37/6.14/142000
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
DPL Hemoglobin : 14.6
Hematokrit : 39
Leukosit : 2.23
Trombosit : 61 rb
13,00-16,00 gr/dl
40-48%
5000-10.000/mm3
150.-400.rb/mm3
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
38
Universitas Indonesia
Elektrolit Natrium : 128
Kalium : 3.1
Cl = 99
135-145
3.5-4.5
98-109
Fungsi Hepar SGOT = 86
SGPT = 46
0-37
0-40
Ureum
Kreatinin
19
1
20-40
0.8-1.5
NS 1 Dengue Positif
APTT
PT
(-) (-)
Albumin (-) (-)
Rontgen Efusi pleura (-)
8. Pengobatan
- RL 500 cc/8 jam
- Fimahes / 24 jam
- Transfusi TC 10 ui
- Diet lunak 1700 kkal
- Paracetamol 3 x 500 mg
- OMZ 2 X 10 mg
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
39
Universitas Indonesia
3.2 ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS:
- Klien mengeluh badan panas
- Klien mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu
DO:
- Kulit tampak kemerahan dan
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38 C
Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
2 DS :
- Kien mengeluh mual dan
muntah
- Nafsu makan menurun
- Nyeri ulu hati
- Makan 1-2 sendok
- Klien mengeluh lemas
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ;
kurang dari kebutuhan
3 DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
DO :
- Trombosit : 61 ribu/mm3
- Petechie (+)
Risiko perdarahan
4 DS :
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK
Risiko Defisit volume cairan
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
40
Universitas Indonesia
lancar kurang lebih 200 cc
setiap kali BAK.
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
3.3 Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
41
Universitas Indonesia
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan
proses penyakit
(viremia).
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang
normal
2. Nadi dan RR dalam rentang
normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing
Mandiri :1. Monitor suhu pasien.
2. Anjurkan pasien untuk banyakminum (lebih kurang 2,5 liter /24 jam).
3. Berikan kompres hangat.
4. Anjurkan untuk tidak memakaiselimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :1. Berikan terapi cairan intravena
dan obat-obatan sesuai programdokter
2. Berikan antipiretik.
1. Pola demam dapat membantudalam diagnosis; kurva demamlanjut lebih dari 4 harimenunjukan infeksi yang lain.
2. Peningkatan suhu tubuhmengakibatkan penguapan tubuhmeningkat sehingga perludiimbangi dengan asupan cairanyang banyak.
3. Dengan vasodilatasi dapatmeningkatkan penguapan yangmempercepat penurunan suhutubuh.
4. Pakaian tipis membantumengurangi penguapan tubuh.
1. Pemberian cairan sangat pentingbagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Digunakan untuk mengurangidemam dengan aksi sentralnyapada hipotalamus.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
42
Universitas Indonesia
2 Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
2. Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
3. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
Mandiri :1. Kaji keluhan mual, sakit
menelan, dan muntah yangdialami pasien
2. Berikan makanan yang mudahditelan seperti bubur.
3. Berikan makanan dalam porsikecil dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makananyang dihabiskan oleh pasiensetiap hari.
Kolaborasi :1. Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program dokter.
- Antasida, contoh Mylanta.
- Vitamin, contoh B komplek,C, tambahan diet lain sesuaiindikasi
1. Untuk menetapkan caramengatasinya.
2. Membantu mengurangi kelelahanpasien dan meningkatkan asupanmakanan .
3. Untuk menghindari mual.
4. Untuk mengetahui pemenuhankebutuhan nutrisi.
1. Antiemetik membantu pasienmengurangi rasa mual danmuntah dan meningkatkantoleransi pada makanan.
2. Kerja pada asam gaster, dapatmenurunkan iritasi/ resikoperdarahan
3. Memperbaiki kekurangan danmembantu proses penyembuhan
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
43
Universitas Indonesia
3 Risiko kurang volume
cairan tubuh
berhubungan dengan
peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
Kriteria Hasil :
1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
2. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
3. Haluaran urine adekuat, capilary
refill time < 3dtk.
Mandiri :1. Kaji keadaan umum pasien
(lemah, pucat, takikardi) sertatanda-tanda vital.
2. Observasi tanda-tanda syok.
3. Anjurkan pasien untuk banyakminum.
4. Catat intake dan output cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilaryrefill, temperatur kulit, kajikesadaran, tanda perdarahan
6. Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis,kecemasan yang meningkat,kurang istirahat.
7. Kaji kemampuan menelan klien.
1. Menetapkan data dasar pasienuntuk mengetahuipenyimpangan dari keadaannormal.
2. Agar dapat segera dilakukantindakan untuk menanganishock.
3. Asupan cairan sangat diperlukanuntuk menambah volume cairantubuh.
4. Untuk mengetahuikeseimbangan cairan.
5. Kondisi yang berkontribusidalam kekurangan cairanekstraselular yang dapatmenyebabkan kolaps padasirkulasi/ syok.
6. Hemokonsentrasi danpeningkatan platelet agregrasidapat mengakibatkanpembentukan emboli sistemik.
7. Kegagalan refleks menelan,anoreksia, tidak nyamandimulut, perubahan tingkatkesadaran merupakan faktoryang mempengaruhikemampuan klien untukmengganti cairan oral.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Kolaborasi :1. Berikan cairan intravena sesuai
program dokter : NaCl 0,45%,RL solution.
2. Koloid : dextran,plasma/albumin,Hespan/Fimahes.
1. Hipotonik solution (RL/NaCl0,45%) digunakan untukmemenuhi kebutuhan elektrolit.
2. Koreksi defisit konsentrasiprotein plasma, meningkatkantekanan osmotik intravaskular,dan memfasilitasi kembalinyacairan kedalam kompartemenpembuluh darah.
4 Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan homeostasis
dengan tanpa perdarahan.
- Menunjukan perilaku penurunan
resiko perdarahan.
Mandiri :1. Monitor tanda penurunan
trombosit yang disertai gejalaklinis.
2. Anjurkan pasien untuk banyakistirahat/bedrest.
3. Beri penjelasan untuk segeramelapor bila ada tandaperdarahan lebih lanjut.
4. Awasi tanda vital
5. Anjurkan meminimalisasipenggunaan sikat gigi, dorongpenggunaan antiseptik untukmulut.
6. Gunakan jarum kecil untukinjeksi atau pengambilan sampeldarah
7. Observasi adanya ptekie,
1. Penurunan trombosit merupakantanda kebocoran pembuluhdarah.
2. Aktivitas pasien yang tidakterkontrol dapat menyebabkanresiko perdarahan.
3. Membantu pasien mendapatkanpenanganan sedini mungkin.
4. Peningkatan nadi denganpenurunan TD dapat menunjukankehilangan volume darahsirkulasi.
5. Pada gangguan faktorpembekuan, trauma minimaldapat menyebabkan perdarahanmukosa
6. Menurunkan resiko perdarahan /hematoma.
7. DIC subakut dapat terjadi
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
45
Universitas Indonesia
epistaksis, perdarahan gusi,melena.
Kolaborasi :1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan
faktor pembekuan.
sekunder terhadap gangguanfaktor pembekuan.
1. Indikator adanya perdarahanaktif, hemokonsentrasi, atauterjadinya komplikasi ( DIC ).
2. Meningkatkan sintesisprotrombin dan koagulasi.Kekurangan vit C meningkatkankerentanan terjadinya iritasi /perdarahan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 17 / 05 / 2013 (Hari ke 2 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan
proses penyakit (viremia).
DS:
- Klien mengatakan
badan terasa tambah
panas
DO:
- Kulit tampak
kemerahan dan
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38 C
Mandiri :
1. Memantau suhu pasien.
2. Menganjurkan pasien untuk banyak
minum (lebih kurang 2,5 liter / 24
jam).
3. Memberikan kompres hangat.
4. Menganjurkan untuk menggunakan
pakaian yang tipis, tidak memakai
selimut dan pakaian yang tebal.
5. Memantau terapi cairan intravena
yang masuk (RL dan Fimahes)
Kolaborasi :
1. Memberikan antipiretik
Paracetamol 500 mg.
S :
- Klien mengatakan badan masih
terasa panas
O :
- Kulit tampak kemerahan
- Klien tampak berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38.3 C
A :
Masalah belum teratasi
P :
- Pantau suhu tubuh pasien
minimal tiap satu shift
- Berikan kompres hangat dan
libatkan keluarga dalam
pemberian kompres
- Anjurkan terus untuk minum
yang banyak (2.5 liter/hari)
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
DS :
- Kien mengeluh masih
mual
- Nafsu makan masih
kurang
Mandiri :
1. Mengkaji keluhan mual, sakit
menelan, dan muntah yang dialami
pasien
2. Menyarankan makan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
3. Memantau jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
4. Menimbang BB
S :
- Kien mengatakan mual
berkurang
- Klien mengatakan nafsu makan
masih kurang
- Klien mengatakan nyeri ulu
hati berkurang
- Klien mengatakan porsi makan
tidak habis, hanya 3-4 sendok
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
47
Universitas Indonesia
- Nyeri ulu hati
berkurang
- Makan 3-4 sendok
- Klien mengeluh masih
lemas
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada
epigastrik berkurang
- Porsi makan tidak
habis
Kolaborasi :
1. Memberikan obat antiemetik sesuai
program Ranitidine 40 mg
O :
- Selaput mukosa masih kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
berkurang
- Porsi makan tidak habis
- BB klien 45 kg
A :
Masalah belum teratasi
P :
1. Kaji keluhan mual yang
dialami pasien
2. Anjurkan makan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
3. Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
4. Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
5. Lakukan penimbangan BB
setiap hari
Risiko kurang volume
cairan tubuh berhubungan
dengan peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
DS :
- Klien mengatakan
masih sering merasa
haus
- Klien mengatakan
BAK 3-4 kali
DO :
Mandiri :
1. Memantau kondisi umum dan
tanda-tanda syok.
2. Menganjurkan pasien untuk tetap
banyak minum.
3. Mengkaji intake minum dan output
cairan.
4. Memantau cairan intravena yang
masuk sesuai program
S :
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK lancar
kurang lebih 200-250 cc setiap
kali BAK.
- BAK 4-5 kali/hari, warna urine
jernih
O :
- TD : 110 / 70 mmHg
- Suhu 38 C
- Tampak berkeringat
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
48
Universitas Indonesia
- Tampak berkeringat
- Suhu 39 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
- Mukosa kering
- Turgor kulit baik
- CRT < 3detik
- Hematokrit: 40%, HB: 14.9 g/dl
- Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
- - Balance cairan ?
A :
Masalah tidak terjadi
P :
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
DO :
- Trombosit : 61
ribu/mm3
- Petechie (+)
Mandiri :
1. Memantau TTV.
2. Memantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis (perdarahan gusi, melena).
3. Menganjurkan pasien untuk tetap
banyak istirahat/bedrest.
4. Menganjurkan meminimalisasi
penggunaan sikat gigi, dorong
penggunaan antiseptik untuk
mulut.
5. Gunakan jarum kecil untuk injeksi
atau pengambilan sampel darah
S :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
O :
- Trombosit : 48 ribu/mm3
- Petechie (+)
- Perdarahan gusi tidak ada
A :
Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
P :
- Pantau TTV
- Pantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
2. Memberikan obat sesuai indikasi
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kpd klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
50
Universitas Indonesia
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 18 / 05 / 2013 (Hari ke-3 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan
proses penyakit (viremia).
DS:
- Klien mengatakan
badan terasa tambah
panas
DO:
- Kulit tampak
kemerahan dan
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 39 C
Mandiri :
1. Memantau suhu pasien.
2. Menganjurkan pasien untuk banyak
minum (lebih kurang 2,5 liter / 24
jam).
3. Memberikan kompres hangat.
4. Menganjurkan untuk menggunakan
pakaian yan tipis, tidak memakai
selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :
1. Memberikan terapi cairan intravena
sesuai program
2. Memberikan antipiretik
Paracetamol 500 mg.
S :
- Klien mengatakan badan
masiih terasa panas
O :
- Kulit tampak kemerahan
- Klien tampak berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38.3 C
A :
Masalah belum teratasi
P :
- Pantau suhu tubuh pasien
minimal tiap satu shift
- Berikan kompres hangat dan
libatkan keluarga dalam
pemberian kompres
- Anjurkan untuk minum banyak
(2.5 liter/hari)
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
DS :
- Kien mengeluh masih
mual
- Nafsu makan masih
kurang
Mandiri :
1. Mengkaji keluhan mual, yang
dialami pasien
2. Menganjurkan makan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
3. Memantau jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
4. Menimbang BB klien
S :
- Kien mengatakan masih
mengeluh mual
- Klien mengatakan nafsu makan
masih kurang
- Klien masih mengeluh nyeri
ulu hati
- Klien mengatakan porsi makan
tidak habis, hanya 2-3 sendok
- Klien mengeluh lemas
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
51
Universitas Indonesia
- Nyeri ulu hati
berkurang
- Makan 3-4 sendok
- Klien mengeluh masih
lemas
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada
epigastrik berkurang
- Porsi makan tidak
habis
Kolaborasi :
1. Memberikan obat-obatan sesuai
program Ranitidine 40 mg
O :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis, msh
tampak penuh
- BB 45.5 kg
A :
Masalah belum teratasi
P :
- Kaji keluhan mual dan muntah
yang dialami pasien
- Berikan makanan yang mudah
ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
- Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
- Lakukan penimbangan BB
setiap hari
Risiko kurang volume
cairan tubuh berhubungan
dengan peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
DS :
- Klien mengatakan
masih sering merasa
haus
- Klien mengatakan
Mandiri :
1. Mengkaji keadaan umum pasien
serta tanda-tanda vital.
2. Menganjurkan pasien untuk
banyak minum.
3. Mencatat intake dan output cairan.
S :
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK lancar
kurang lebih 200-250 cc setiap
kali BAK.
- BAK 4-5 kali/hari, warna urine
jernih
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
52
Universitas Indonesia
BAK 3-4 kali
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 39 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
Kolaborasi :
1. Memantau cairan intravena sesuai
program RL 500 cc/6jam dan
Fimahes 500cc/24 jam
O :
- TD 110/60 mmHg
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
- Turgor kulit baik
- CRT < 3detik
- Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl
- Terpasang RL 500 cc/8 jam dan
Fimahes dlm 500 cc/24 jam.
A :
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P :
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
Mandiri :
1. Memantau tanda penurunan
trombosit cth. perdarahan gusi,
melena.
2. Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat/bedrest.
3. Memberi anjuran perdarahan
4. Menganjurkan meminimalisasi
penggunaan sikat gigi dan
menggunakan antiseptik untuk
S :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
O :
- Trombosit : 21 ribu/mm3
- Petechie (+)
- Perdarahan gusi tidak ada
A :
Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
53
Universitas Indonesia
DO :
- Trombosit : 29
ribu/mm3
- Petechie (+)
mulut.
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
2. Memberikan obat sesuai program
P :
- Pantau TTV
- Pantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kpd klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
54
Universitas Indonesia
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 19 / 05 / 2013 (Hari ke-4 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan
proses penyakit (viremia).
DS:
- Klien mengatakan
badan tiba2 tidak
terasa panas dan tidak
berkeringat lagi
DO:
- Kulit tidak tampak
kemerahan
- Tidak tampak
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 36.8 C
Mandiri :
1. Memantau suhu pasien.
Kolaborasi :
1. Melaporkan ke DPJP suhu tubuh
klien afebris
2. Memberikan terapi cairan
intravena sesuai program
S :
- Klien mengatakan badan tidak
terasa panas
O :
- Kulit tidak tampak kemerahan
- Klien tidak berkeringat
- Kulit tidak teraba panas
- Suhu 36.4 C
A :
Peningkatan suhu tubuh teratasi
P :
- Pantau ketat TTV
- Pantau suhu tubuh pasien
minimal tiap satu shift
- Laporkan ke DPJP bila suhu
tubuh kembali meningkat
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
DS :
- Kien mengeluh mual
berkurang
- Nafsu makan masih
kurang
- Nyeri ulu hati
berkurang
Mandiri :
1. Mengkaji keluhan mual, yang
dialami pasien
2. Menganjurkan makan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
3. Memantau jumlah / porsi
makanan yang dihabiskan oleh
pasien
4. Menimbang BB klien
Kolaborasi :
1. Memberikan obat-obatan sesuai
program (OMZ 10 mg)
S :
- Kien mengatakan mual
berkurang
- Klien mengatakan nafsu makan
masih kurang
- Klien mengatakan tidak
merasakan nyeri ulu hati lagi
- Klien mengatakan porsi makan
habis hanya ½ porsi
O :
- Selaput mukosa lembab
- Nyeri tekan pada epigastrik
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
55
Universitas Indonesia
- Makan 3-4 sendok
- Klien mengeluh masih
lemas
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada
epigastrik berkurang
- Porsi makan tidak
habis
- Porsi makan tidak habis, msh
tampak penuh
- BB klien 44 kg
A :
Masalah belum teratasi
P :
- Kaji keluhan mual dan muntah
yang dialami pasien
- Berikan makanan yang mudah
ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
- Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
- Lakukan penimbangan BB
setiap hari
Risiko kurang volume
cairan tubuh berhubungan
dengan peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
DS :
- Klien mengatakan
masih sering merasa
haus
- Klien mengatakan
BAK 3-4 kali
DO :
- Tampak berkeringat
Mandiri :
1. Mengkaji keadaan umum pasien
serta tanda-tanda vital.
2. Menganjurkan pasien untuk
banyak minum.
3. Mencatat intake dan output
cairan.
Kolaborasi :
1. Memantau cairan intravena sesuai
program RL 500 cc/6jam dan
Gelofusin 500cc/24 jam
S :
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK lancar
kurang lebih 200-250 cc setiap
kali BAK.
- BAK 4-5 kali/hari, warna urine
jernih
O :
- TD 100/70 mmHg
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
56
Universitas Indonesia
- Suhu 39 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
- Turgor kulit baik
- CRT < 3detik
- Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl
- Terpasang RL 500 cc/8 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
A :
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P :
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
DO :
- Trombosit : 29
ribu/mm3
- Petechie (+)
Mandiri :
1. Memantau tanda penurunan
trombosit cth. perdarahan gusi,
melena.
2. Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat/bedrest.
3. Memberi anjuran perdarahan
4. Menganjurkan meminimalisasi
penggunaan sikat gigi dan
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
S :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
O :
- Trombosit : 21 ribu/mm3
- Petechie (+)
- Perdarahan gusi tidak ada
A :
Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
P :
- Pantau TTV
- Pantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
57
Universitas Indonesia
2. Memberikan obat sesuai program - Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
- Transfusi trombosit 10 kantomg
- Periksa trombosit setiap 12 jam
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
58
Universitas Indonesia
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 20 / 05 / 2013 (Hari ke-5 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
DS :
- Kien mengatakan
tidak ada mual dan
nyeri ulu hati
- Nafsu makan
membaik
- Makan sudah habis 1
porsi
- Badan sudah tidak
terasa lemas lagi
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada
epigastrik berkurang
- Porsi makan tidak
habis
Mandiri :
1. Mengkaji keluhan mual, yang
dialami pasien
2. Menganjurkan klien untuk
melaporkan ke perawat atau dokter
jika rasa mual muncul kembali
3. Melakukan penimbangan BB
S :
- Kien mengatakan sudah tidak
mual dan nafsu makan
- Klien mengatakan porsi makan
habis 1 porsi
O :
- Selaput mukosa lembab
- Porsi makan tidak habis
- Tampak lebih berenergi /
semangat
- BB klien 45 Kg
A :
Masalah teratasi
P :
- Anjurkan klien untuk terus
menghabiskan porsi makan
- Laporkan ke DPJP jika rasa
mual muncul kembali
- Kolaborasikan mengenai
kelanjutan pemberian th/
antiemetic
- Pantau BB klien setiap hari
Risiko kurang volume
cairan tubuh berhubungan
dengan peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
Mandiri :
1. Mengkaji keadaan umum /
kesadaran pasien
2. Memantau tanda-tanda vital
selama fase kritis DHF
3. Memantau pemberian cairan
4. Mencatat intake dan output cairan.
S :
- Klien mengatakan tidak
mengeluh apa2 (tidak ada
demam)
O :
- TD 110/70 mmHg
- Suhu 36.4 C
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
59
Universitas Indonesia
DS :
- Klien mengatakan
badan sudah tidak
panas
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/mnt
- Turgor kulit baik
- CRT < 3detik
- Hematokrit: 43%, HB: 16.9 g/dl
- Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
A :
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P :
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
DO :
- Trombosit : 30
ribu/mm3
Mandiri :
1. Memantau tanda penurunan
trombosit cth. perdarahan gusi,
melena.
2. Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat/bedrest.
3. Mengingatkan kepada klien untuk
mengurangi penggunaan sikat
gigi atau menggunakan sikat yang
lembut dan menganjurkan
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
S :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
O :
- Trombosit : 22 ribu/mm3
- Hb :17.5
- Perdarahan gusi tidak ada
A :
Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
P :
- Pantau TTV
- Pantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
60
Universitas Indonesia
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
2. Memberikan transfuse trombosit
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
61
Universitas Indonesia
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 21 / 05 / 2013 (Hari ke-6 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko kurang volume
cairan tubuh berhubungan
dengan peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
DS :
- Klien mengatakan
badan sudah tidak
panas
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/mnt
- Hb: 14.7
- Hematokrit : 39 %
Mandiri :
1. Mengkaji keadaan umum /
kesadaran pasien
2. Memantau tanda-tanda vital
selama fase kritis DHF
3. Memantau pemberian cairan
4. Mencatat intake dan output
cairan.
S :
- Klien mengatakan tidak
mengeluh apa2 (tidak ada
demam)
O :
- Suhu 36.5 C
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 84 x/mnt
- Hb: 14.7
- Hematokrit : 39 %
- Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
A :
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P :
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
62
Universitas Indonesia
Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
DO :
- Trombosit : 36
ribu/mm3
- Hb : 14.7
Mandiri :
1. Memantau tanda penurunan
trombosit cth. perdarahan gusi,
melena.
2. Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat/bedrest.
3. Mengingatkan kepada klien untuk
mengurangi penggunaan sikat
gigi atau menggunakan sikat yang
lembut dan menganjurkan
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
S :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
O :
- Trombosit : 36 ribu/mm3
- Hb :14.7
- Perdarahan gusi tidak ada
A :
Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
P :
- Pantau TTV
- Pantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
63
Universitas Indonesia
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 22 / 05 / 2013 (Hari ke-7 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko kurang volume
cairan tubuh berhubungan
dengan peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
DS :
- Klien mengatakan
badan sudah tidak
panas
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 74 x/mnt
- Hb: 14.4
- Hematokrit : 38 %
Mandiri :
1. Mengkaji keadaan umum /
kesadaran pasien
2. Memantau tanda-tanda vital selama
fase kritis DHF
3. Memantau pemberian cairan
4. Mencatat intake dan output cairan.
S :
- Klien mengatakan tidak
mengeluh apa2 (tidak ada
demam)
- Klien mengatakan sudah tidak
sering merasa haus
O :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 76 x/mnt
- Hb: 14.5
- Hematokrit : 38 %
- Terpasang RL 500 cc/6 jam
A :
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P :
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau TTV
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
Mandiri :
1. Memantau tanda penurunan
trombosit cth. perdarahan gusi,
melena.
2. Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat/bedrest.
S :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
O :
- Trombosit : 50 ribu/mm3
- Hb :14.5
- Perdarahan gusi tidak ada
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
64
Universitas Indonesia
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
DO :
- Trombosit : 45
ribu/mm3
- Hb : 14.7
3. Mengingatkan kepada klien untuk
mengurangi penggunaan sikat
gigi atau menggunakan sikat yang
lembut dan menganjurkan
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
A :
Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
P :
- Pantau TTV
- Pantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis..
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan laporkan ke DPJP
- Lakukan discharge planning
jika diindikasikan boleh pulang
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
65
Universitas Indonesia
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 23 / 05 / 2013 (Hari ke-8 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan
trombositopenia.
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
DO :
- Trombosit : 79
ribu/mm3
- Hb : 15.3
Mandiri :
1. Memantau nilai trombosit
2. Tetap menganjurkan untuk banyak
minum
3. Memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien dan keluarga
mengenai perawatan klien di
rumah
4. Memberikan informasi kepada
keluarga untuk segera kembali ke
pelayanan kesehatan jika keluhan
kembali muncul dan control rutin
sesuai program dari dokter
S :
- Klien mengatakan tidak ada
perdarahan
O :
- Trombosit : 579 ribu/mm3
- Hb :15.3
- Perdarahan tidak ada
A :
Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
P :
- Laporkan kondisi terakhir klien
ke DPJP
- Lakukan discharge planning
jika diindikasikan boleh pulang
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
67
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan DBD dilakukan berdasarkan tahapan
asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara serta mencari data sekunder dari
catatan rekam medis (status). Data yang terkumpul kemudian diolah dan
dianalisis sehingga masalah keperawatan dapat diprioritaskan. Selanjutnya
menyusun perencanaan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Implementasi
kemudian dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Setelah
intervensi dilakukan berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.
4.1. Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan DBD dilakukan sesuai
dengan standar format pengkajian secara umum dengan ditambah beberapa data
yang harus dikaji terkait proses terjadinya penyakit seperti kondisi lingkungan
rumah serta riwayat berpergian sebelum sakit.
1. Identitas Klien
Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer rekam medis, diagnosa medis.
Pada pengkajian klien dengan DHF, data dasar yang menjadi informasi yang
penting terkait proses penyakit adalah informasi mengenai alamat rumah atau
tempat tinggal pasien. Dari data tersebut perawat dapat mengetahui apakah
klien bertempat tinggal di daerah yang menjadi daerah padat dan kotor atau
daerah endemik terjadinya DBD. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD
kemungkinan salah satunya disebabkan oleh perkembangan wilayah
perkotaan dan perubahan kepadatan dan distribusi penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Pada kasus di atas, keluarga mengatakan bahwa mereka bertempat tinggal di
area pemukiman yang cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah
Kelurahan Cipinang Pulogadung.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
68
Universitas Indonesia
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah,
adanya perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas,
dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang – kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
Pada kasus Tn. T, Keluhan utama yang menjadi alasan klien datang ke
Rumah Sakit adalah karena demam tinggi. Demam tinggi yang dirasakan
terjadi secara mendadak dan demam tidak turun dalam 3 hari. Selain
demam, klien juga mengeluh nyeri pada area mata, mengeluh mual dan
sakit kepala. Keluhan tersebut merupakan keluhan umum yang terjadi
pada klien dengan DBD namun harus diperkuat lagi oleh data-data
tambahan atau pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji)
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual
dan badan terasa lemas. TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan
teraba panas, tampak meringis sakit kepala, klien tampak mual dan
menolak untuk makan. Keluhan tersebut masih dirasakan sampai hari ke7
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah DHF
yang dialami klien saat ini yang pertama kali atau yang kedua kalinya
karena akan menentukan kepada jenis dari virus dengue.
Seseorang yang pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan
mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologous).
Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis
serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah di dalam keluarga
ada yang menderita DHF untuk menentukan apakah DHF yang dialami
oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang atau lingkungan .
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
69
Universitas Indonesia
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sangat perlu dikaji karena sangat berpengaruh
terhadap penyebaran dari penyakit DHF. Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan masalah DHF dapat bervariasi dari
yang ringan sampai yang berat tergantung dari derajat DBD. Pada kasus di
atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang baik, klien masih
dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak dalam mondisi
syok.
b. Sistem Tubuh
1) Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengalami
gangguan pernapasan, hal ini sesuai dengan konsep bahwa pada
penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan pada
sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang sering
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan penatalaksanaan
lebih lanjut.
2) Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemukan
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis
(-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif. Hal tersebut sesuai dengan
tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.
3) Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat
dari penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
70
Universitas Indonesia
4) Perkemihan – Eliminasi Urinaria (B4 : Bladder)
Klien mengatakan produksi urin masih banyak dan berwarna
kekunungan. Sesuai dengan derajat 2 DBD.
5) Pencernaan – Eliminasi Fekal (B5 : Bowel)
Klien mengeluh mual dan kadang-kadang muntah hal ini sesuai
dengan literature yang mengatakan bahwa klien dengan DHF akan
mengalami gejala seperti mual dan muntah / tidak ada nafsu makan,
haus, sakit menelan, nyeri tekan ulu hati dan konstipasi. Mukosa
mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat
pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit menelan, pembesaran limfe,
nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena.
6) Muskuloskeletal (B6 : Bone)
Pemeriksaan fisik klien dengan DHF derajat 1 dan 2 adalah Nyeri
pada sendi, otot, punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah
tampak merah dapat disertai tanda kesakitan.
4. Pemeriksaan penunjang
Dalam menentukan dignostik DHF, selain dengan menggunakan gejala
klinis yang muncul juga harus didukung oleh data lain dari beberapa
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah yaitu pemeriksaan
darah rutin (DPL), pemeriksaan fungsi hepar (SGOT SGPT), pemeriksaan
fungsi ginjal (ureum kreatinin), pemeriksaan Dengue.
Pada pemeriksaan darah rutin (DPL), indicator penilaian yang dilihat
berturut-turut adalah nilai trombosit, nilai hematokrit dan nilai Hb. Pada
kasus DBD, nilai trombosit biasanya turun sebagai akibat dari adanya
proses atau reaksi imun. Hal ini juga tampak pada klin Tn T dimana nilai
trombositnya dibawah normal yaitu 61 ribu/mm3. nilai hematokrit
mencerminkan nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah
semakin tinggi nilai hematokrit. pengentalan darah terjadi sebagai akibat
dari adanya kebocoran cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler akibat
dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah. nilai hematokrit adalah
menggunakan 3 X nilai Hb pasien. di dalam kasus Tn. T didapat nilai
hematokrit sebesar 39%. nilai tersebut masih dalam batas rentang normal
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
71
Universitas Indonesia
karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat seiring nilai hematokrit
yang meningkat.
Pemeriksaan fungsi hepar, pada klien Tn . T mengalami peningkatan yaitu
SGOT = 86 (N : 0-37) dan SGPT = 46 (0-40). hal ini tampak bahwa
Hepar sudah mengalami gangguan akibat proses penyakit yang terjadi.
Pemerikasaaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
proses penyakit sudah mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada kasus
Tn. T fungsi ginjal masih dalam keadaa baik yaitu ureum 19 (N : 20-40)
dan kreatinin 1 ( N:0.8-1.5). Pemeriksaan darah lain adalah pemeriksaan
NS dengue positif. pemeriksaan rontgen dapat terlihat adanya efusi pleura
bagi pasien DBD yang telah mengalami peningkatan permeabilitas kapiler.
namun pada kasus Tn. T efusi pleura tidak terjadi.
5. Pengobatan
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang digunakan
dan berlaku di rumah sakit, namun tetap mengacu kepada protocol standar
yang berlau secara nasional maupun internasional. pada kasus klien
diberikan cairan kristaloid dan koloid yang merupakan penanganan utama
pada kasus DBD. lalu antipiretik diberikan untuk mengatasi demam,
antiemetic juga diberikan untuk mengatasi mual-mual. Diet makanan
diberikan diet lunak agar metabolism yang digunakan dalam proses
pencernaan tidak banyak terjadi.
4.2 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. merupakan masalah keperawatan
yang sering muncul pada pasien dengan DBD. namun dari sekian banyak masalah
keperawatan yang dapat muncul hanya beberapa masalah keperawatan saja yang
dapat diangkat dari kasus Tn. T.
masalah keperawatan diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang
merupakan gejala atau manifestasi klinis Tn. T dan juga didukung oleh data-data
dari pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang diangkat dalam kasus
Tn. T adalah :
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
72
Universitas Indonesia
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
2. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
3. Risiko perdarahan
4. Risiko Defisit volume cairan
Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu masalah
keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah bersifat
risiko, hal tersebut dikarenakan data-data yang muncul belum actual atau sudah
terjadi, namun risiko terjadinya hal tersebut ada.
4.3 Diagnosa Keperawatan
Tahap kedua dari asuhan keperawatan yaitu merumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan analisa dan sintesa dari hasil pengkajian.
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang terkumpul, kemudian dirumuskan
diagnosa keperawatan. Dari masalah keperawatan kaus diatas maka disusunlah
diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat prioritas untuk pelaksanaan intervensi
yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Diagnosa diatas adalah diagnosa yang dibuat berdasarkan acuan dari diagnose
keperawatan bagi penderita DHF sesuai dengan literature atau buku sumber yang
ada namun tidak semua diagnosa pada literature diangkat karena disesuaikan
dengan kondisi klien saat ini.
4.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan masalah yang sedang dialami
oleh klien. Intervensi yang dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual dan
dilanjutkan dengan intervensi untuk masalah keperawatan yang bersifat risiko.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
73
Universitas Indonesia
Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk
menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan
rasionalisasi tindakan yang tepat.
Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang
disusun adalah :
1. Dx. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Mandiri :
- Monitor suhu pasien.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 jam).
- Berikan kompres hangat
- Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :
- Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
- Berikan antipiretik.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Mandiri :
- Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
- Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Kolaborasi :
- Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
Mandiri :
- Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.
- Observasi tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
74
Universitas Indonesia
- Catat intake dan output cairan.
- Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran, tanda
perdarahan
- Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang
meningkat, kurang istirahat.
- Kaji kemampuan menelan klien.
Kolaborasi :
- Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL
solution.
- Koloid : dextran, plasma/albumin, Hespan/Fimahes.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Mandiri :
- Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
- Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut.
- Awasi tanda vital
- Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan
antiseptik untuk mulut.
- Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah
- Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena.
Kolaborasi :
- Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor pembekuan.
4.5 Implementasi dan Evaluasi keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang sudah ditegakkan
sebelumnya. dalam proses pelaksanaannya, tidak semua intervensi di dalam teori
dapat dilakukan sehubungan dengan keterbatasan yang ada di ruangan Melati
Atas. Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan keperawatan dan
selanjutnya dilakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
75
Universitas Indonesia
Klien dirawat selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah
keperawatan dapat diatasi dank lien dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
75
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Terkait dengan konsep demam berdarah dengue (DBD), maka penulis
menyimpulkan;
1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk pada hari kedua.
2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN – 3,
merupakan serotie yang paling banyak.
3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.
4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan,
hepatomegali dan syok.
5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua
kriteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup untuk
menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.
6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu mengobati
gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.
Asuhan keperawatan pada pasien DBD dilakukan secara menyeluruh meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi.
Pada tahap awal, perawat melakukan pengkajian melalui wawancara. Berdasarkan
hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang akhirnya dapat
memunculkan masalah keperawatan yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit (viremia), gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. risiko kurang
volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma, risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Dari
masalah keperawatan tersebut maka disusun beberapa rencana intervensi untuk
menyelesaikan masalah kesehatan tersebut. Rencana intervensi disusun
berdasarkan masalah yang ditetapkan dan mengacu pada teori-teori terkait yang
kemudian dirangkum dalam rencana kegiatan. Implementasi tindakan tidak
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
76
Universitas Indonesia
sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lansia.
5.1 SARAN
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat
atau derajat penyakitnya. Keputusan dan tindakan yang tepat dalam
menangani masalah yang timbul dapat menyelamatkan klien dari kematian.
Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan
yang baik dalam penanganan pasien dengan DBD.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas
kesehatan harus memahami konsep dari terjadinya penyakit sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan efektif.
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Bresler.( 2000). Kedokteran Darurat. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Suhendro, dkk .(2006) Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua.
Penerbit FKUI. Jakarta.
World Health Organization (WHO),2009. New Guidelines for Diagnosis, Treatment,
Prevention and Control. New Edition,
Mansjoer Arif, dkk 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi III, Media Aeculopius,
Jakarta.
Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. ( 2008). Handbook of Pathophysiology. 3rd edition. Lippincott
William and Walkin.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam
berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Handayani, W dan Haribowo.(2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus.( 2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.
Sutedjo, AY. (2008). Buku Saku Mengenal Penyakit melalui Hasil Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit. Ed.
6.Jakarta ;EGC
Sherwood, Lauralee.(2001). Fisiologi manusia.Ed. 2. Jakarta ; EGC
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013