asuhan keperawatan pada klien struma

39
PENATALAKSANAAN STRUMA TOKSIKM 1. Struma difus toksik (Grave's Disease) Penatalaksanaan Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal). 1. Obat antitiroid 1. Indikasi : 1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis. 2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif. 3. Persiapan tiroidektomi 4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia 5. Pasien dengan krisis tiroid 2. Obat antitiroid yang sering digunakan :

Upload: winaiwin

Post on 02-Dec-2015

659 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Pada Klien Struma

TRANSCRIPT

PENATALAKSANAAN

STRUMA TOKSIKM

1. Struma difus toksik (Grave's Disease)

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1. Obat antitiroid1. Indikasi :

1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.

2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif.

3. Persiapan tiroidektomi

4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia

5. Pasien dengan krisis tiroid

2. Obat antitiroid yang sering digunakan :

Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeliharaan (mg/hari)

Karbimazol 30-60 5-20

Metimazol 30-60 5-20

Propiltourasil 300-600 5-200

2. Pengobatan dengan yodium radioaktif1. Indikasi :

1. Pasien umur 35 tahun atau lebih

2. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah penberian dioperasi

3. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid

4. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml, tidak berasa dan berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran cerna. Iodium radioaktif ini akan masuk ke kelenjar tiroid melalui aliran darah dan merusak kelenjar tiroid. Walaupun radioaktivitas ini menetap selama beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium radioaktif ini akan dikeluarkan melalui bagian tubuh dalam beberapa hari.

Efek pada kelenjar tiroid akan terjadi dalam 1-3 bulan dan efek maksimal terjadi antara 3-6 bulan. Pada sebagian kasus pengobatan iodium radioaktif cukup satu kali saja, akan tetapi pada keadaan dengan kelenjar gondok yang besar, diperlukan dosis iodium radioaktif yang kedua untuk mengablasi/mematikan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang diablasi lama kelamaan produksi hormon tiroid akan berkurang bahkan tidak ada sama sekali dan dalam jangka panjang dapat terjadi hipotiroid (kebalikan dari hipertiroid).

Oleh karena itu setelah mendapat pengobatan iodium radioaktif secara berkala setiap 6-12 bulan diperiksa fungsi tiroid dan bila terjadi hipotiroid, harus diberikan pengganti/substitusi hormon tiroid yang diberikan seumur hidup (karena kelenjar tiroid sudah tidak berfungsi lagi) dengan dosis sesuai kebutuhan. Pasien cukup minum tablet hormon tiroid secara teratur seperti halnya minum vitamin.

3. Operasi

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi :

1. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.

2. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar

3. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif

4. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik

5. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul

2. Struma nodular toksik

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah dianjurkan (Sadler et al, 1999)

B. struma non toksis

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah dianjurkan (Sadler et al, 1999)

Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah (tim penyusun, 1994) :

1. Keganasan2. Penekanan

3. Kosmetik

Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan

juga deseksi kelenjar leher fungsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.

Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang :

1. Inoperabel2. Kontraindikasi operasi

3. Ada residu tumor setelah operasi

4. Metastase yang non resektabel

Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence). Terapai supresif ini juga ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel.

Preparat : Thyrax tablet

Dosis : 3x75 Ug/hari per-oral

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STRUMA

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data

Anamnese

Dari anamnese diperoleh:

1). Identifikasi klien.

2). Keluhan utama klien.

Keluhan utama biasanya nyeri pada leher, sulit menelan , sulit berbicara

3). Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya

pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.

4). Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari

satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.

5). Riwayat kesehatan keluarga

Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.

6). Riwayat psikososial

Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang

lain.

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi,

pernafasan dan suhu yang berubah.

b. Kepala dan leher

Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang

direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.

c. Sistim pernafasan

Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.

d. Sistim Neurologi

Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan

sakit.

e. Sistim gastrointestinal

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang

sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

f. Aktivitas/istirahat

insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.

g. Eliminasi

urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

h. Integritas ego

mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.

i. Makanan/cairan

kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,

pembesaran tyroid.

j. Rasa nyeri/kenyamanan

nyeri orbital, fotofobia.

k. Keamanan

tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu

meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi,

iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

l. Seksualitas

libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

B. DATA FOKUS

Data subjektif Data objektif- Pasien mengeluh nyeri pada

tenggorokan yang rasanya seperti tercekik

- Pasien mengeluh sulit bernapas dan menelan

- Pasien mengeluh suara serak- Pasien mengatakan sehari-harinya

mengkonsumsi sayur-sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak cina, brussels kecambah dan ketika masak jarang menggunakan garam yang beriodium

- Pasien mengatakan, makan hanya 4-5 sendok.

- Pemeriksaan fisik pada leher bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- BB sebelum: 50, sesudah: 47- TB: 153- IMT: 20,1 kg/m2

- Defisit cairan: 2.01 L- Kesadaran composmentis- Pemeriksaan lab:

- Klien mengatakan malu terhadap keadaannya

- Klien mengatakan cemas karena akan dilakukannya tindakan operasi

- Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya

-

T3: 1,03 (N: 0,15-1,65) T4: 87,8 (N: 45-120) TSH: 0,145 (N: 0,47-5,01) F. T4: 12,3 (N: 7,1-18,5)

- Klien tampak pucat- Pasien terlihat menggunakan alat bantu

nafas: cuping hidung- Mukosa bibir kering- Turgor kulit: elastisitas kurang- Skala nyeri: 7- Klien tampak gelisah/cemas- Pasien terlihat berbicara gagap- Capillary refill- Hasil AGD:

pH: 7,30 PO2: 70 PCO2: 50 HCO3: 22

- Stridor- Ekspresi muka klien tampak meringis- Serum: 150- Anoreksia sekunder- Interaksi klien dengan lingkungan

berkurang- Klien terlihat bingung dengan

keadaannya

C. ANALISA DATA

Data Fokus Problem EtiologiDS:

- Pasien mengeluh sulit Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Adanya massa

bernapas dan menelan- Pasien mengeluh suara serak

DO:- Pemeriksaan fisik pada leher

bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- Klien tampak pucat- Pasien terlihat menggunakan

alat bantu nafas: cuping hidung

- Pemeriksaan lab: T3: 1,03 N: 0,15-1,65 T4: 87,8 N: 45-120 TSH: 0,145 N: 0,47-5,01 F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5

- Stridor- Capillary refill- Kesadaran composmentis-

DS:- Pasien mengeluh sulit

bernapas dan menelan-

DO:- Pemeriksaan fisik pada leher

Gangguan pertukaran gas Obstruksi partial mekanik

bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- Klien tampak pucat- Capillary refill- Hasil AGD:

pH: 7,30 PO2: 70 PCO2: 50 HCO3: 22

- Kesadaran composmentis-

DS:- Pasien mengeluh sulit

bernapas dan menelan-

DO:- Pemeriksaan fisik pada leher

bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

Ketidakefektifan pola nafas Adanya obstruksi trakkeofaringeal

- Klien tampak pucat- Pasien terlihat menggunakan

alat bantu nafas: cuping hidung

- Pemeriksaan lab: T3: 1,03 N: 0,15-1,65 T4: 87,8 N: 45-120 TSH: 0,145 N: 0,47-5,01 F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5

- Capillary refill- Kesadaran composmentis

DS:- Pasien mengeluh sulit

bernapas dan menelan-

DO:- Pemeriksaan fisik pada leher

bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- Klien tampak pucat- Pasien terlihat menggunakan

alat bantu nafas: cuping hidung

- Pemeriksaan lab: T3: 1,03 N: 0,15-1,65 T4: 87,8 N: 45-120

Gangguan perfusi jaringan Suplai O2 tidak adekuat

TSH: 0,145 N: 0,47-5,01 F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5

- Capillary refill- Kesadaran composmentis-

DS:- Pasien mengeluh nyeri pada

tenggorokan yang rasanya seperti tercekik

-DO:

- Pemeriksaan fisik pada leher bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- Ekspresi muka klien tampak meringis

- Kesadaran composmentis- Skala nyeri: 7

Gangguan rasa nyaman nyeri

Proses penyakit

DS:- Pasien mengeluh sulit

menelan- Pasien mengatakan, makan

hanya 4-5 sendok.-

DO:- Pemeriksaan fisik pada leher

bawah kanan ditemukan

Gangguan menelan Obstruksi partial mekanik

adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- Pemeriksaan lab: T3: 1,03 (N: 0,15-1,65) T4: 87,8 (N: 45-120) TSH: 0,145 (N: 0,47-

5,01) F. T4: 12,3 (N: 7,1-18,5)

- Anoreksia sekunder-

DS:- Pasien mengeluh sulit

menelan-

DO:- Pemeriksaan fisik pada leher

bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- BB sebelum: 50, sesudah: 47- TB: 153- Defisit cairan: 2.01 L- Kesadaran composmentis- Serum: 150- Mukosa bibir kering- Turgor kulit: elastisitas

kurang-

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intake yang tidak adekuat

DS:- Pasien mengeluh sulit

menelan- Pasien mengatakan, makan

hanya 4-5 sendok.DO:

- Pemeriksaan fisik pada leher bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- TTV: TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- BB sebelum: 50, sesudah: 47- TB: 153- IMT: 20,1 kg/m2

- Kesadaran composmentis- Mukosa bibir kering- Turgor kulit: elastisitas

kurang- Anoreksia sekunder

Gangguan pemenuhan nutrisi

Disfagia

DS:- Pasien mengeluh suara serak

DO:- Pemeriksaan fisik pada leher

bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- Pasien terlihat berbicara

Kerusakan komunikasi verbal

Adanya penekanan pada pita suara

gagap-

DS:- Klien mengatakan malu

terhadap keadaannyaDO:

- Pemeriksaan fisik pada leher bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.

- Interaksi klien dengan lingkungan berkurang

Gangguan citra diri Perubahan fisiologis tubuh (pembengkakan leher)

DS:- Klien mengatakan cemas

karena akan dilakukannya tindakan operasi

DO:- TTV:

TD: 13/80 mmHg HR: 96x/mnt RR: 28x/mnt T: 37,40C

- Klien tampak gelisah/cemas-

Cemas Tindakan pre-operasi

DS:- Pasien mengatakan sehari-

harinya mengkonsumsi sayur-sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak cina, brussels kecambah dan ketika masak jarang menggunakan garam yang beriodium

Kurang pengetahuan Kurang mengenal sumber informasi tentang penyakit

- Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya

DO:- Klien terlihat bingung

dengan keadaannya- Klien tampak gelisah/cemas-

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd adanya massa2. Gangguan pertukaran gas bd obstruksi partial mekanik3. Ketidakefektifan pola nafas bd adanya obstruksi trakkeofaringeal4. Gangguan perfusi jaringan bd suplai O2 tidak adekuat5. Gangguan rasa nyaman nyeri bd proses penyakit 6. Gangguan menelan bd obstruksi partial mekanik7. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bd intake yang

tidak adekuat8. Gangguan pemenuhan nutrisi bd disfagia9. Kerusakan komunikasi verbal bd adanya penekanan pada pita

suara10. Gangguan citra diri bd perubahan fisiologis tubuh

(pembengkakan leher)11. Cemas bd tindakan pre-operasi12. Kurang pengetahuan bd kurang mengenal sumber informasi

tentang penyakit

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd adanya massa

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

bersihan jalan nafas klien

efektif dengan kriteria hasil:

Mempertahankan jalan nafas

paten dengan mencegah

aspirasi.

1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.Rasional :Pernafasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi berkembangnya distres pada pernafasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan.

2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi.Rasional :Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.

3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara.Rasional :Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera.

4. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokog kepala dengan bantal.Rasional :Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan.

5. Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi.Rasional :Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas.

6. Selidiki kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral.Rasional :

Merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku pada jaringan sekitar daerah operasi.

7. Pertahankan alat trakeosnomi di dekat pasien.Rasional :Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan suasana yang mengancam kehidupan yang memerlukan tindakan yang darurat.

2. Gangguan pertukaran gas bd obstruksi partial mekanik

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

tidak terjadi gangguan

pertukaran gas dengan

kriteria hasil:

1. kaji frekuensi kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot

aksesori, napas bibir, ketidakmampuan berbicara

R : berguna dalam evaluasi derajat distres

2. tinggikan kepala tempat tidur. Bantu memilih posisi yang

mudah untuk bernapas.

R : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk

tinggi

3. dorong napas dalam perlahan

R : latihan napas dalam untuk menurunkan kolaps jalan napas

4. awasi status kesadran/status mental

R : gelisah dan ansietas adalah gambaran umum hipoksia

5. evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Batasi aktivitas

6. awasi tanda vital dan irama jantung

R : takikardi, distritmia dapat menunjukkan efek hipoksemia

Kolaborasi

1. awasi gambaran seri GDA

2. berikan oksigen tambahan bila diperlukan

3. Ketidakefektifan pola nafas bd adanya obstruksi trakkeofaringeal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas klien efektif: RR= 16-20x/ menit Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas Ekspansi dada simetris Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

1. Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasanR : Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan pada pasien 2. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat R : Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk meminimalkan penyempitan jalan nafas 3. Ajari klien latihan nafas dalam R : Untuk menstabilkan pola nafas 4 Persiapkan operasi bila diperlukan. R : Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi pasien

4 Gangguan perfusi jaringan bd suplai O2

tidak adekuat

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

menunjukkan peningkatan

suplai darah ke jaringan

normal dengan kreteria hasil

1. Tanda-tanda vital dalam

batas normal

2. Kapiler refill kurang

dari 3 detik

3. Akral hangat

4. Tidak terdapat sianosis

    Mandiri :

1. Berikan posisi datar pada anak dengan kaki ditinggikan

R : Untuk meningkatkan aliran balik vena. Membantu

mempertahankan / meningkatkan sirkulasi dan pengiriman

oksigen ke otak.

2. Catat perubahan dalam tingkat kesadaran keluhan sakit

kepala, pusing, terjadi devisi sensori/ motori pada anak

R: Perubahan dapat menunjukan penurunan perfusi pada

SSP akibat iskemia infark

3. Pantau tanda-tanda vital

R : Perubahan dapat menunjukan penurunan sirkulasi /

hipoksia yang meningkatkan oklusi kapiler

4. Pertahanan suhu lingkungan

R : Mencegah vasokontriksi membantu dalam

mempertahankan sirkulasi dan perfusi.

5 Gangguan rasa nyaman nyeri bd proses penyakit (pembesaran kelenjar tiroid)

Se Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

nyeri hilang:

1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non

verbal, catat lokasi, intensitas (0-10), dan lamanya.

R: Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan

pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi.

2. Anjurkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam

R: Dengan teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri.

3. Berikan minuman yang sejuk/makanan yang lunak ditoleransi

jika pasien mengalami kesulitan menelan.

Rasional : Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan

lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan.

4. Beri poskan kepala 10-isi semi fowler atau posisi telentang

tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat

R : untuk menghindari penekanan pada daerah tertentu

Kolaborasi

1. berikan obat analgesik sesuai indikasi

6 Gangguan menelan bd obstruksi partial mekanik

Se Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

1. Kaji kemampuan menelan klien2. Berikan latihan dan awasi klien untuk mengunyah dengan

baik, makan dan menelan dengan perlahan3. Atur posisi klien untuk duduk sebelum dan sesudah

makan serta anjurkan setiap kalinya setiap dia makan4. Hindarkan makan dengan suhu ekstrem5. Ukur intake dan output cairan dan kalori6. Kurangi rasa nyeri dengan memberikan obat analgesik

cair sebelum makan untuk menurunkan disfagia (10-15 m

7 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bd intake yang tidak adekuat

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

pasien dapat memenuhi

kebutuhan cairan dan

elektrolit dengan kriteria

hasil:

1. Turgor kulit baik.

2. TTV stabil

3. Membran mukosa

lembab

Mandiri :

1. Monitor intake dan output cairan.

R: Memberikan informasi tentang keadaan volume cairan.

2. Kaji turgor kulit, kelembapan dan membran mukosa.

R : Peningkatan suhu atau demam dapat meningkatkan laju

metabolik.

3. Ukur berat badan tiap hari.

R: • Indikator langsung keadekuatan cairan dan

nutrisi.

Kolaborasi :

Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan.

R : Mempertahankan cairan untuk memperbaiki kehilangan

cairan.

8 Gangguan pemenuhan nutrisi bd disfagia

Se Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

7. Kaji kemampuan menelan klien8. Anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering9. Berikan latihan dan awasi klien untuk mengunyah dengan

baik, makan dan menelan dengan perlahan10. Atur posisi klien untuk duduk sebelum dan sesudah

makan serta anjurkan setiap kalinya setiap dia makan11. Hindarkan makan dengan suhu ekstrem12. Ukur intake dan output cairan dan kalori13. Kurangi rasa nyeri dengan memberikan obat analgesik

cair sebelum makan untuk menurunkan disfagia (10-15 m14. Usahakan masukan cairan 2500ml/24 jam bila tidak

diindikasikan15. Pantau JDL dan elektrolit16. Timbang berat badan klien setiap hari (jam sama)

9 Kerusakan komunikasi verbal bd adanya penekanan pada pita suara

Se Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

1. Kaji pembicaraan klien secara periodik

R : Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor

kedua dari odema jaringan / sebagai efek pembedahan.

2. Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.

R : Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak

3. Kunjungi klien sesering mungkin

R : Mengurangi kecemasan klien

4. Ciptakan lingkungan yang tenang.

R: Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara

perawat dan klien.

10 Gangguan citra diri bd perubahan fisiologis tubuh (pembengkakan leher)

Se Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

pasien menunjukkan

Penerimaan diri secara verbal

Mengerti akan kekuatan diri

Melakukan perilaku yang

dapat meningkatkan rasa

percaya diri

1. Pantau tingkat perubahan rentang harga diri rendah

R : Mengetahui kopping individu pasien

2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis

R : Meningkatkan hubungan saling percaya dengan pasien

3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien,

tingkatkan pemahaman tentang penerimaan anda pada pasien

sebagai seorang individu yang berharga.

R : Meningkatkan harga diri pasien

4. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam

menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang.

R : Membantu klien menentukan masa depan yang diinginkan

11 Cemas bd tindakan pre-operasi

Se Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

Tujuan : Klien

mengungkapkan ansietas

1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca

operasi, termasuk test laboratorium pra op, persiapan kulit,

alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu,

tinggal diruang pemulihan dan program pasca operasi.

berkurang/hilang.

Kriteria evaluasi: Klien

melaporkan lebih sedikit

perasaan gugup,

mengungkapkan pe-

mahaman tentang kejadian

pra operasi dan pasca

operasi, postur tubuh riileks

R: Pengetahuan tentang apa yang diper-lukan membantu

mengurangi ansie-tas & meningkatkan kerjasama klien selama

pemulihan, mempertahankan kadar analgesik darah konstan,

memberikan kontrol nyeri terbaik

2. Informasikan klien bahwa obatnya tersedia bila diperlukan

untuk mengontrol nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan

meminta obat nyeri sebelum nyerinya bertambah hebat.

3. Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan

menelan dapat dialami setelah pembedahan, tetapi akan hilang

secara bertahap dengan berkurangnya bengkak 3-5 hari.

R: Pengetahuan tentang apa yang diper-kirakan membantu

mengurangi an-sietas.

4. Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana

menyokong leher untuk menghindari tegangan pada insisi bila

turun dari tempat tidur atau batuk.

R: Praktek aktifitas-aktifitas pasca ope-rasi membantu menjamin

penurunan program pasca operasi terkomplikasi

5. Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang

pengalaman pembedahan, perbaiki jika ada kekeliruan konsep.

Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli

bedah.

R: Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan

masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk

mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber

kekuatan. Keluarga adalah sistem pendukung bagi klien. Agar

efektif, sistem pendukung harus mempunyai mekanisme yang

kuat.

6. Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu

dokter jika ada kelainan dari test Lab. pre op.

R: Daftar cek memastikan semua aktifi-tas yang diperlukan telah

lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk memas-tikan klien telah

siap secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko

lamanya penyembuhan.

12 Kurang pengetahuan bd kurang mengenal sumber informasi tentang penyakit

Se Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

pasien Mengikuti pengobatan

yang disarankan Peningkatan

pengetahuan pasien Dapat

1 Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu

R: Meningkatkan pengetahuan pasien

2 Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus

krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan,

infeksi, kehamilan

menghindari sumber stress R : Agar pasien bisa menghindari sumber stress

3 Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit

gondok serta penyebabnya

R : Dapat mengidentifikasi gejala awal dari gondok

4 Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga

ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek

samping obat tersebut

R : Pasien bisa mengikuti terapi yang disarankan

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi 8. EGC. Jakarta.

Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; volume 3. EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran; Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius, FKUI. Jakarta.

Soeparman. 1999. Buku Ajar Penyakit Dalam; Jilid 1, Edisi 2. FKUI. Jakarta.