asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

28
A. Pengertian Struma Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian depan leher (Dorland, 2002). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3), serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama dengan parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007). Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan. B. Etiologi Struma Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari proses itu ada 4 hal utama. 1. Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau jaringan tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista tiroglosus atau tiroid lingual). 2. Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit tiroiditis Hashimoto. 3. Gangguan metabolik (misal, defisiensi iodium) serta hyperplasia, misalnya pada struma koloid dan struma endemik. 4. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma sejenis tumor jinak dan adenokarsinoma, suatu tumor ganas. 5. Defisiensi iodium 6. Konsumsi goitrogenik glikosida agent secara berlebihan (memakan sekresi hormon tiroid). 7. Mengkonsumsi obat-obatan anti tiroid jangka panjang 8. Anomali 9. Peradangan atau tumor/neoplasma C. Klasifikasi Struma 1. Berdasarkan fisiologisnya : 1.1 Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal 1.2 Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal 1.3 Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan 2. Berdasarkan klinisnya : 2.1 Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid) a. Difusa : endemik goiter, gravid b. Nodusa : neoplasma 2.2 Toksik (hipertiroid) a. Difus : grave, tirotoksikosis primer

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 13-Jul-2015

421 views

Category:

Design


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

A. Pengertian Struma

Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian depan

leher (Dorland, 2002).

Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea.

Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3), serta hormon

kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama dengan parathormon yang dihasilkan

oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid.

Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan

untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai

usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.

B. Etiologi Struma

Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-selnya

bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang bertambah

dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari proses itu ada 4 hal utama.

1. Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau

jaringan tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista tiroglosus atau tiroid

lingual).

2. Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit tiroiditis

Hashimoto.

3. Gangguan metabolik (misal, defisiensi iodium) serta hyperplasia, misalnya pada

struma koloid dan struma endemik.

4. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma – sejenis

tumor jinak – dan adenokarsinoma, suatu tumor ganas.

5. Defisiensi iodium

6. Konsumsi goitrogenik glikosida agent secara berlebihan (memakan sekresi hormon

tiroid).

7. Mengkonsumsi obat-obatan anti tiroid jangka panjang

8. Anomali

9. Peradangan atau tumor/neoplasma

C. Klasifikasi Struma

1. Berdasarkan fisiologisnya :

1.1 Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal

1.2 Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal

1.3 Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan

2. Berdasarkan klinisnya :

2.1 Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)

a. Difusa : endemik goiter, gravid

b. Nodusa : neoplasma

2.2 Toksik (hipertiroid)

a. Difus : grave, tirotoksikosis primer

Page 2: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

b. Nodusa : tirotoksikosis skunder

3. Berdasarkan morfologinya :

3.1 Struma Hyperplastica Diffusa

Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun relatif). Defisiensi

iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama pubertas, pertumbuhan, laktasi

dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi untuk menghasilkan

tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan supply iodine yang

terbatas. Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan koloid pucat.

Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika iodine menjadi adekuat kembali (diberikan

iodine atau kebutuhannya menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau

kelenjar akan menjadi fase istirahat.

3.2 Struma Colloides Diffusa

Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive akan tiroksin oleh

karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau

defisiensi iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali normal dengan

mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar

membesar.

3.3 Struma Nodular

Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari struma

colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama dari

tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi pada masing-masing

periode kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan). Sehingga terdapat daerah

hiperinvolusi, daerah hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul hiperplasi dan

juga pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang hiperinvolusi.

Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk memberikan kebutuhan

akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan sekresi, golongan lain istirahat untuk aktif kemudian.

Pada struma nodular, kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi sehingga hanya

sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang lainnya mengalami hiperinvolusi (involusi

yang berlebihan/mengecil).

D. Patofisiologi

Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertrofi kelenjar tiroid termasuk

didalamnya defisiensi iodium, goitrogenik glikosida agent ( zat atau bahan ini dapat

memakan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung, kubis bila

dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan atau tumor atau

neoplasma. Sedangkan secara fisiologis menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat

membesar sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi

kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan. Bahkan

dikatakan pada kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan hormon ini cenderung

meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas meningkat.

Page 3: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

E. Manifestasi Klinis Struma

1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi

Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja perangsangan jantung,

sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat. Bila akhirnya penyakit ini

menghebat, bias timbul fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung kongestif. Tekanan nadi

hampir selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer biasanya terdapat pada peyakit

3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta insufficiency, botali persisten, beri-

beri, basedow dan nervositas. Pembuluh darah di perifer akan mengalami dilatasi. Laju

filtrasi glomerulus, aliran plasma ginjal, serta traspor tubulus akan meningkat di ginjal,

sedangkan di hati pemecahan hormone steroid dan obat akan dipercepat.

2. Keringat

Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan metabolisme panas,

proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh tubuh. Metabolisme basal hampir

mendekati dua kalinya menyebabkan pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan

mudah berkeringat.

3. Konstipasi

Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang mengakibat kurangnya atau

tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa diserap oleh usus. Maka dari itu system eliminasi

pada penderita struma terganggung.

4. Gemetar

Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan tertentu, timbul tremor halus

pada tangan

5. Gelisah

Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan hiperrefleksia saraf tepi oleh

karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan

sirkulasi ceberal juga terjadi oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien

lebih mudah terangsang. Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang sepele.

6. Berat badan menurun

Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel lemak tubuh) menyebabkan

berat badan menurun, asam lemak bebas dihasilkan menuju aliran darah dan bersirkulasi ke

tubuh. Lipolisis juga menyebabkan hiperlipidasidemia dan meningkatnya enzim proteolitik

sehingga menyebabkan proteolisis yang berlebihan dengan peningkatan pembentukan dan

ekresi urea.

7. Mata membesar

Gejala mata terdapat pada tirotoksikosis primer, pada tirotoksikosis yang sekunder, gejala

mata tidak selalu ada dan kalaupun ada tidak seberapa jelas. Pada hipertiroidisme imunogenik

(morbus Graves) eksoftalmus dapat ditambahkan terjadi akibat retensi cairan abnormal di

belakang bola mata; penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata yang berlebihan, dan

peningkatan fotofobia. Penyebabnya terletak pada reaksi imun terhadap antigen retrobulbar

yang tampaknya sama dengan reseptor TSH. Akibatnya, terjadi inflamasi retrobulbar dengan

pembengkakan bola mata, infiltrasi limfosit, akumulasi asam mukopolisakarida, dan

peningkatan jaringan ikat retrobulbar.

Page 4: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

8. Nyeri pada tenggorokan ( Karena area trakea tertekan )

9. Kesulitan bernapas dan menelan ( Karena area trakea tertekan )

Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma

mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada gangguan

pemenuhan oksigen.

10. Suara serak

Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat

penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

F. Komplikasi

1. Suara menjadi serak/parau

Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat

penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

2. Perubahan bentuk leher

Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris

atau tidak.

3. Disfagia

Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma

mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan berdampak pada gangguan

pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.

4. Sulit bernapas

Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma

mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada gangguan

pemenuhan oksigen.

5. Penyakit jantung hipertiroid

Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh

hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi sampai

dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50 tahun, akan

lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung.

6. Oftalmopati Graves

Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata

yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas hidup pasien

sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.

7. Dermopati Graves

Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia bagian bawah

(miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans. Kulit sangat

menebal dan tidak dapat dicubit.

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Palpasi, teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal. Jika di

auskultasi terdengar bunyi seperti pluit.

2. Termografi

Page 5: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu

tempat. Alatnya adalah Dynamic Tele-Thermography. Hasilnya disebut n panas apabila

perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9°C dan dingin apabila <0,9°C. Pada penelitian

Alves didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas. Dibandingkan dengan cara

pemeriksaan yang lain ternyata termografi ini adalah paling sensitif dan spesifik.

3. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin)

dalam batas normal.

Nilai normal :

3.1 T4 serum : 4.9 – 12.0 µg/dL

3.2 Tiroksin bebas : 0.5 – 2.8 µg/dL

3.3 T3 serum : 115 - 190 µg/dL

3.4 TSH serum : 0.5 – 4 µg/dL

3.5 FT1 serum : 6.4 - 10 %

4. Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi)

Dapat menentukan apakah lesi tersebut kistik ataukah padat. Kebanyakan karsinoma adalah

padat, kebanyakan lesi yang kistik atau campuran adalah jinak. Teknik ultasonografi

digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada palpasi maupun

yang tidak, merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau kistik. Pemeriksaan

ultasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan keganasan tapi hanya

dapat mendeteksi nodul yang berpenampang lebih dari setengah centimeter.

Kelainan- kelainan yang dapat didiagnosis secar USG ialah:

4.1 Kista; kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya tipis.

4.2 Adenoma/ nodul padat; iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai hal yaitu suatu

lingkaran hipoekoik disekelilingnya.

4.3 Kemungkinan karsinoma; nodul padat, biasanya tanpa halo.

4.4 Tiroditis; hipoekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar.

USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:

4.1 Dapat menentukan jumlah nodul.

4.2 Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik.

4.3 Dapat mengukur volume dari nodul tiroid.

4.4 Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap iodium,

yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.

4.5 Pada kehamilan di mana pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dilakukan, pemeriksaan

USG sangat membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid.

4.6 Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi

terarah.

4.7 Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.

5. Pemeriksaan sidik tiroid.

Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama

ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Na peroral dan setelah

24 jam secara foto grafik ditentukan konsentrasi yadium radioaktif yang ditangkap oleh

tiroid.

Page 6: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu :

5.1 Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya.Hal

ini menunjukkan fungsi yang rendah.

5.2 Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini

memperlihatkan aktivitas yang berlebih.

5.3 Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul

sama dengan bagian tiroid yang lain.Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul

itu ganas atau jinak.

6. Dilakukan foto thorak posterior anterior.

Memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal, untuk evaluasi

kondisi jalan nafas.

7. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig.

H. Penatalaksanaan

1. Struma Difus Toksik (Grave's Disease)

Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang

berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid

(yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1.1 Obat antitiroid

Indikasi :

1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien

muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.

2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah

pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif.

3. Persiapan tiroidektomi

4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.

5. Pasien dengan krisis tiroid.

Obat antitiroid yang sering digunakan :

Obat

Dosis awal (mg/hari)

Pemeliharaan (mg/hari)

Karbimazol

30-60

5-20

Metimazol

30-60

5-20

Propiltourasil

300-600

5-200

1.2 Pengobatan dengan yodium radioaktif

Indikasi :

a. Pasien umur 35 tahun atau lebih

b. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah penberian dioperasi

c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid

d. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

Page 7: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml, tidak berasa dan

berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran cerna. Iodium radioaktif ini akan masuk ke

kelenjar tiroid melalui aliran darah dan merusak kelenjar tiroid. Walaupun radioaktivitas ini

menetap selama beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium radioaktif ini akan dikeluarkan

melalui bagian tubuh dalam beberapa hari.

Efek pada kelenjar tiroid akan terjadi dalam 1-3 bulan dan efek maksimal terjadi antara 3-6

bulan. Pada sebagian kasus pengobatan iodium radioaktif cukup satu kali saja, akan tetapi

pada keadaan dengan kelenjar gondok yang besar, diperlukan dosis iodium radioaktif yang

kedua untuk mengablasi/mematikan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang diablasi lama

kelamaan produksi hormon tiroid akan berkurang bahkan tidak ada sama sekali dan dalam

jangka panjang dapat terjadi hipotiroid (kebalikan dari hipertiroid).

1.3 Operasi

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.

Indikasi :

a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.

b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar

c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif

d. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik

e. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul

TIROIDEKTOMI

Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau

sebagian dari kelenjar tiroid. Klasifikasi dari tiroidektomi adalah total tiroidektomi dan nyaris

total tiroidektomi. Indikasi dilakukan tiroidektomi adalah gondok, kanker tiroid,

hipertiroidisme, gejala obstruksi, kosmetik.

A. Tiroidektomi parsial atau total dapat dilaksanakan sebagai terapi primer terhadap

karsinoma tiroid, hipertiroidisme, dan hiperparatiroidisme

• Tiroidektomi total : kelenjar tiroid diangkata seluruhnya

• Tiroidektomi parsial : mengangkat sebagian kelenjar tiroid

2. Struma Nodular Toksik

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi biasanya

kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif seperti penyakit

Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi

yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan

karena kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan

subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah dianjurkan (Sadler et al, 1999)

3. Struma Non Toksis

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi biasanya

kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif seperti penyakit

Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi

yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan

karena kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan

subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah dianjurkan (Sadler et al, 1999)

Page 8: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah:

3.1 Keganasan

3.2 Penekanan

3.3 Kosmetik

Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya

satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal

tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan juga

deseksi kelenjar leher fungsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung

ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.

Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang :

a. Inoperabel

b. Kontraindikasi operasi

c. Ada residu tumor setelah operasi

d. Metastase yang non resektabel

Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga sebagai supresif

untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah karsinoma tiroid diferensiasi baik

(TSH dependence). Terapai supresif ini juga ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak

resektabel dan terapi adjuvan pada karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel.

Preparat : Thyrax tablet

Dosis : 3x75 Ug/hari per-oral

Page 9: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data

Anamnese

Dari anamnese diperoleh:

1.1 Identifikasi pasien.

1.2 Keluhan utama pasien.

Pada pasien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri

akibat luka operasi.

1.3 Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar

sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus

sehingga perlu dilakukan operasi.

1.4 Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,

misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar

berpenyakit gondok.

1.5 Riwayat kesehatan keluarga

Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan pasien saat ini.

1.6 Riwayat psikososial

Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada

kemungkinan pasien merasa malu dengan orang lain.

2. Pemeriksaan fisik

2.1 Keadaan umum

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-

tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.

2.2 Kepala dan leher

Pada pasien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi

yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain.

Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.

2.3 Sistem pernafasan

Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau

karena adanya darah dalam jalan nafas.

2.4 Sistem Neurologi

Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah

yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.

2.5 Sistem gastrointestinal

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi

umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

2.6 Aktivitas/istirahat

Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.

2.7 Eliminasi

Page 10: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

2.8 Integritas ego

Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.

2.9 Makanan/cairan

Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya

sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.

2.10 Rasa nyeri/kenyamanan

Nyeri orbital, fotofobia.

2.11 Keamanan

Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin

digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat

dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada

konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi

sangat parah.

2.12 Seksualitas

Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

B. ASUHAN KAPERAWATAN

DATA FOKUS

Data subjektif Data objektif

- Pasien mengeluh nyeri pada

tenggorokan yang rasanya seperti tercekik

- Pasien mengeluh sulit bernapas dan

menelan

- Pasien mengeluh suara serak

- Pasien mengatakan sehari-harinya

mengkonsumsi sayur-sayuran dari jenis

Brassica seperti kubis, lobak cina, brussels

kecambah dan ketika masak jarang

menggunakan garam yang beriodium

- Pasien mengatakan, makan hanya 4-5

sendok.

- Pasien mengatakan malu terhadap

keadaannya

- Pasien mengatakan cemas karena

akan dilakukannya tindakan operasi

- Pasien bertanya-tanya tentang

penyakitnya

- Pemeriksaan fisik pada leher bawah

kanan ditemukan adanya pembengkakan

(massa) lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- BB sebelum: 50, sesudah: 47

- TB: 153

- IMT: 20,1 kg/m2

- Defisit cairan: 2.01 L

- Kesadaran composmentis

- Pemeriksaan lab:

· T3: 1,03 (N: 0,15-1,65)

· T4: 87,8 (N: 45-120)

· TSH: 0,145 (N: 0,47-5,01)

· F. T4: 12,3 (N: 7,1-18,5)

- Pasien tampak pucat

- Pasien terlihat menggunakan alat

bantu nafas: cuping hidung

- Mukosa bibir kering

- Turgor kulit: elastisitas kurang

- Skala nyeri: 7

Page 11: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

- Pasien tampak gelisah/cemas

- Pasien terlihat berbicara gagap

- Capillary refill

- Hasil AGD:

· pH: 7,30

· PO2: 70

· PCO2: 50

· HCO3: 22

- Stridor

- Ekspresi muka pasien tampak

meringis

- Serum: 150

- Anoreksia sekunder

- Interaksi pasien dengan lingkungan

berkurang

- Pasien terlihat bingung dengan

keadaannya

ANALISA DATA

Data Fokus Problem Etiologi

DS:

- Pasien mengeluh sulit

bernapas dan menelan

- Pasien mengeluh suara

serak

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- Pasien tampak pucat

- Pasien terlihat

menggunakan alat bantu nafas:

cuping hidung

- Pemeriksaan lab:

· T3: 1,03 N: 0,15-1,65

· T4: 87,8 N: 45-120

Ketidakefektifan bersihan

jalan nafas

Adanya massa

Page 12: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

· TSH: 0,145 N: 0,47-5,01

· F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5

- Stridor

- Capillary refill

- Kesadaran composmentis

DS:

- Pasien mengeluh sulit

bernapas dan menelan

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- Pasien tampak pucat

- Capillary refill

- Hasil AGD:

· pH: 7,30

· PO2: 70

· PCO2: 50

· HCO3: 22

- Kesadaran composmentis

Gangguan pertukaran gas Obstruksi partial

mekanik

DS:

- Pasien mengeluh sulit

bernapas dan menelan

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- Pasien tampak pucat

Ketidakefektifan pola nafas Adanya obstruksi

trakkeofaringeal

Page 13: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

- Pasien terlihat

menggunakan alat bantu nafas:

cuping hidung

- Pemeriksaan lab:

· T3: 1,03 N: 0,15-1,65

· T4: 87,8 N: 45-120

· TSH: 0,145 N: 0,47-5,01

· F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5

- Capillary refill

- Kesadaran composmentis

DS:

- Pasien mengeluh sulit

bernapas dan menelan

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- Pasien tampak pucat

- Pasien terlihat

menggunakan alat bantu nafas:

cuping hidung

- Pemeriksaan lab:

· T3: 1,03 N: 0,15-1,65

· T4: 87,8 N: 45-120

· TSH: 0,145 N: 0,47-5,01

· F. T4: 12,3 N: 7,1-18,5

- Capillary refill

- Kesadaran composmentis

Gangguan perfusi jaringan Suplai O2 tidak adekuat

DS:

- Pasien mengeluh nyeri pada

tenggorokan yang rasanya seperti

tercekik

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

Gangguan rasa nyaman

nyeri

Proses penyakit

Page 14: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- Ekspresi muka pasien

tampak meringis

- Kesadaran composmentis

- Skala nyeri: 7

DS:

- Pasien mengeluh sulit

menelan

- Pasien mengatakan, makan

hanya 4-5 sendok.

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- Pemeriksaan lab:

· T3: 1,03 (N: 0,15-1,65)

· T4: 87,8 (N: 45-120)

· TSH: 0,145 (N: 0,47-5,01)

· F. T4: 12,3 (N: 7,1-18,5)

- Anoreksia sekunder

Gangguan menelan Obstruksi partial

mekanik

DS:

- Pasien mengeluh sulit

menelan

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

Gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit

Intake yang tidak

adekuat

Page 15: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

· T: 37,40C

- BB sebelum: 50, sesudah:

47

- TB: 153

- Defisit cairan: 2.01 L

- Kesadaran composmentis

- Serum: 150

- Mukosa bibir kering

- Turgor kulit: elastisitas

kurang

DS:

- Pasien mengeluh sulit

menelan

- Pasien mengatakan, makan

hanya 4-5 sendok.

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- BB sebelum: 50, sesudah:

47

- TB: 153

- IMT: 20,1 kg/m2

- Kesadaran composmentis

- Mukosa bibir kering

- Turgor kulit: elastisitas

kurang

- Anoreksia sekunder

Gangguan pemenuhan

nutrisi

Disfagia

DS:

- Pasien mengeluh suara

serak

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

Kerusakan komunikasi

verbal

Adanya penekanan

pada pita suara

Page 16: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- Pasien terlihat berbicara

gagap

DS:

- Pasien mengatakan malu

terhadap keadaannya

DO:

- Pemeriksaan fisik pada

leher bawah kanan ditemukan

adanya pembengkakan (massa)

lebih dari satu.

- Interaksi pasien dengan

lingkungan berkurang

Gangguan citra diri Perubahan fisiologis

tubuh (pembengkakan

leher)

DS:

- Pasien mengatakan cemas

karena akan dilakukannya tindakan

operasi

DO:

- TTV:

· TD: 13/80 mmHg

· HR: 96x/mnt

· RR: 28x/mnt

· T: 37,40C

- Pasien tampak

gelisah/cemas

Cemas Tindakan pre-operasi

DS:

- Pasien mengatakan sehari-

harinya mengkonsumsi sayur-

sayuran dari jenis Brassica seperti

kubis, lobak cina, brussels

kecambah dan ketika masak jarang

menggunakan garam yang

beriodium

- Pasien bertanya-tanya

tentang penyakitnya

DO:

Kurang pengetahuan Kurang mengenal

sumber informasi

tentang penyakit

Page 17: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

- Pasien terlihat bingung

dengan keadaannya

- Pasien tampak

gelisah/cemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d adanya massa

2. Gangguan pertukaran gas b.d obstruksi partial mekanik

3. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya obstruksi trakkeofaringeal

4. Gangguan perfusi jaringan b.d suplai O2 tidak adekuat

5. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses penyakit

6. Gangguan menelan b.d obstruksi partial mekanik

7. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang tidak adekuat

8. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d disfagia

9. Kerusakan komunikasi verbal b.d adanya penekanan pada pita suara

10. Gangguan citra diri b.d perubahan fisiologis tubuh (pembengkakan leher)

11. Cemas b.d tindakan pre-operasi

12. Kurang pengetahuan b.d kurang mengenal sumber informasi tentang penyakit

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan criteria

hasil

Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

bd adanya massa

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan bersihan

jalan nafas pasien

efektif dengan kriteria

hasil:

- Mempertahankan

jalan nafas paten

dengan mencegah

aspirasi.

- RR normal (16-24

x/menit)

1. Pantau frekuensi pernafasan,

kedalaman dan kerja pernafasan.

Rasional :

Pernafasan secara normal kadang-

kadang cepat, tetapi berkembangnya

distres pada pernafasan merupakan

indikasi kompresi trakea karena edema

atau perdarahan.

2. Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara ronchi.

Rasional :

Ronchi merupakan indikasi adanya

obstruksi.spasme laringeal yang

membutuhkan evaluasi dan intervensi

yang cepat.

3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan

sianosis. Perhatikan kualitas suara.

Rasional :

Indikator obstruksi trakea/spasme

Page 18: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

laring yang membutuhkan evaluasi

dan intervensi segera.

4. Waspadakan pasien untuk

menghindari ikatan pada leher,

menyokog kepala dengan bantal.

Rasional :

Menurunkan kemungkinan tegangan

pada daerah luka karena pembedahan.

5. Bantu dalam perubahan posisi,

latihan nafas dalam dan atau batuk

efektif sesuai indikasi.

Rasional :

Mempertahankan kebersihan jalan

nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak

dianjurkan dan dapat menimbulkan

nyeri yang berat, tetapi hal itu perlu

untuk membersihkan jalan nafas.

6. Selidiki kesulitan menelan,

penumpukan sekresi oral.

Rasional :

Merupakan indikasi edema/perdarahan

yang membeku pada jaringan sekitar

daerah operasi.

7. Pertahankan alat trakeosnomi di

dekat pasien.

Rasional :

Terkenanya jalan nafas dapat

menciptakan suasana yang

mengancam kehidupan yang

memerlukan tindakan yang darurat.

2. Gangguan

pertukaran gas bd

obstruksi partial

mekanik

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan tidak

terjadi gangguan

pertukaran gas dengan

kriteria hasil:

Pasien

tidak lagi

mengeluh sulit

bernapas

Pasien

tidak lagi

terlihat pucat

1. kaji frekuensi kedalaman

pernapasan. Catat penggunaan otot

aksesori, napas bibir, ketidakmampuan

berbicara/berbimcang

R : berguna dalam evaluasi derajat

distres pernapasan dan kornisnya

proses penyakit

2. Tinggikan kepala tempat tidur,

bantu pasien utnuk memilih posisi

yang mudah untuk bernapas. Dorong

napas dalam perlahan

R : pengiriman oksigen dapat

diperbaiki dengan posisi duduk tinggi

dan latihan napas untuk menurunkan

Page 19: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

kolaps jalan napas, dispnea

3. Kaji/awaso secara rutin kulit dan

warna membran mukosa

R: sianosis mungkin perifer (terlihat

pada kuku) atau sentral( terlihat pada

bibir) . keabu-abuan dan dianosis

sentral mengindikasi hipoksemia berat

4. Evaluasi tingkat toleransi

aktivitas dan batasi aktifitas pasien

R : istirahat diselingi aktivitas

perawatan penting dari program

pengobatan

5. Awasi tanda vital dan irama

jantung

R : takikardi, disritmia, dan perubahan

TD dapat menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada fungsi

jantung

Kolaborasi

1. Awasi seri GDA

R : PCO2 biasanya meningkat dan PO2

menurun sehingga hipoksia terjadi

dengan derajat lebih kecil

2. Berikan oksigen tambahan bila

diperlukan

R : dapat memperbaiki/mencegah

memperburuknya hipoksia

3. Ketidakefektifan

pola nafas bd

adanya obstruksi

trakkeofaringeal

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan pola nafas

pasien efektif:

RR= 16-20x/ menit

Kedalaman inspirasi

dan kedalaman

bernafas Ekspansi

dada simetris Tidak

ada penggunaan otot

bantu nafas

1. Pantau frekwensi pernafasan ,

kedalaman, dan kerja pernafasan

R : Untuk mengetahui adanya

gangguan pernafasan pada pasien.

2. Waspadakan pasien agar leher

tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi

atau eksensi pada saat beristirahat

R : Menghindari penekanan pada jalan

nafas untuk meminimalkan

penyempitan jalan nafas

3. Ajari pasien latihan nafas dalam

R : Untuk menstabilkan pola nafas

4. Persiapkan operasi bila

diperlukan.

R : Operasi diperlukan untuk

Page 20: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

memperbaiki kondisi pasien

4 Gangguan perfusi

jaringan bd suplai

O2 tidak adekuat

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan

menunjukkan

peningkatan suplai

darah ke jaringan

normal dengan

kreteria hasil

1. Tanda-tanda

vital dalam batas

normal

2. Kapiler refill

kurang dari 3 detik

3. Akral hangat

4. Tidak terdapat

sianosis

Mandiri

1. Berikan posisi datar pada anak

dengan kaki ditinggikan

R : Untuk meningkatkan aliran

balik vena. Membantu

mempertahankan / meningkatkan

sirkulasi dan pengiriman oksigen ke

otak.

2. Catat perubahan dalam tingkat

kesadaran keluhan sakit kepala,

pusing, terjadi devisi sensori/ motori

pada anak

R: Perubahan dapat menunjukan

penurunan perfusi pada SSP akibat

iskemia infark

3. Pantau tanda-tanda vital

R : Perubahan dapat menunjukan

penurunan sirkulasi / hipoksia yang

meningkatkan oklusi kapiler

4. Pertahanan suhu lingkungan

R : Mencegah vasokontriksi

membantu dalam mempertahankan

sirkulasi dan perfusi.

Kolaborasi

1. Kolaborasi, cairan sesuai

indikasi, O2 sesuai indikasi dan obat –

obatan

Rasional : untuk mengecek cairan

yang telah didokumentasikan

5 Gangguan rasa

nyaman nyeri bd

proses penyakit

(pembesaran

kelenjar tiroid)

Se Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan nyeri

hilang, dengan kriteria

hasil:

1. Pasien tidak lagi

mengeluh nyeri pada

tenggorokkannya

2. Tanda-tanda

vital dalam rentang

Mandiri

1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri

baik verbal maupun non verbal, catat

lokasi, intensitas (0-10), dan lamanya.

R: Bermanfaat dalam mengevaluasi

nyeri, menentukan pilihan intervensi,

menentukan efektivitas terapi.

2. Anjurkan pasien untuk teknik

relaksasi napas dalam

R: Dengan teknik relaksasi dapat

Page 21: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

normal

3. Ekspresi muka

pasien sudah tampak

rileks

mengurangi nyeri.

3. Berikan minuman yang

sejuk/makanan yang lunak ditoleransi

jika pasien mengalami kesulitan

menelan.

Rasional : Menurunkan nyeri

tenggorok tetapi makanan lunak

ditoleransi jika pasien mengalami

kesulitan menelan.

Kolaborasi

1. Berikan analgetik sesuai

indikasi.

Rasional: pemberian analgetik dapat

mengurangi rasa nyeri

6 Gangguan menelan

bd obstruksi partial

mekanik

SeSetelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan gangguan

menelan pasien dapat

teratasi. Dengan

kriteria hasil:

· Pasien tidak lagi

mengeluh sulit saat

menelan.

· Berat badan

pasien kembali normal

Mandiri

1. Bantu pasien dengan mengontrol

kepala

Rasional : menetralkan hiperekstensi,

membantu

mencegah aspirasi dan meningkatkan

kemampuan untuk menelan

2. letakan pasien pada posisi duduk

/ tegak selama dan setelah makan

Rasional : menggunakan gravitasi

untuk memudahkan proses menelan

dan menurunkan resiko terjadinya

aspirasi

3. letakan makan pada mulut yang

tidak terganggu

Rasional : memberikan stimulasi

sensorik (termsuk rasa kecap) yang

dapat mencetuskan usaha untuk

menelan dan meningkatkan masukan

Kolaborasi

1. Berikan cairan melalui IV atau

makanan melalui

selang

Rasiona : mungkin diperlukan untuk

memberikan cairan pengganti dan juga

makanan jika pasien tidak mampu

untuk memasukan segala sesuatu

kedalam.

Page 22: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

7 Gangguan

keseimbangan

cairan dan elektrolit

bd intake yang tidak

adekuat

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan pasien

dapat memenuhi

kebutuhan cairan dan

elektrolit dengan

kriteria hasil:

1. Turgor kulit

baik.

2. TTV stabil

3. Membran

mukosa lembab

Mandiri :

1. Monitor intake dan output cairan.

R: Memberikan informasi tentang

keadaan volume cairan.

2. Kaji turgor kulit, kelembapan

dan membran mukosa.

R : Peningkatan suhu atau demam

dapat meningkatkan laju metabolik.

3. Ukur berat badan tiap hari.

R: Indikator langsung keadekuatan

cairan dan nutrisi.

Kolaborasi :

1. Berikan cairan tambahan IV

sesuai kebutuhan.

R : Mempertahankan cairan untuk

memperbaiki kehilangan cairan.

8 Gangguan

pemenuhan nutrisi

bd disfagia

Se Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan kebutuhan

nutrisi klien dapat

teratasi. Dengan

kriteria hasil:

· Pasien tidak lagi

mengeluh sulit

menelan

· Berat badan

pasien pasien kembali

normal

· Pasien sudah

mampu makan lebih

dari 6 suap.

Mandiri

1. Kaji keluhan mual, sakit

menelan, dan muntah yang dialami

pasien.

Rasional : Untuk menetapkan cara

mengatasinya.

2. Kaji cara / bagaimana makanan

dihidangkan.

Rasional : Cara menghidangkan

makanan dapat mempengaruhi nafsu

makan pasien.

3. Berikan makanan yang mudah

ditelan seperti bubur.

Rasional : Membantu mengurangi

kelelahan pasien dan meningkatkan

asupan makanan .

4. Berikan makanan dalam porsi

kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual.

5. Catat jumlah / porsi makanan

yang dihabiskan oleh pasien setiap

hari.

Rasional : Untuk mengetahui

pemenuhan kebutuhan nutrisi.

6. Ukur berat badan pasien setiap

minggu.

Page 23: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

Rasional : Untuk mengetahui status

gizi pasien

Kolaborasi

1. Berikan obat-obatan antiemetik

sesuai program dokter.

Rasional : Antiemetik membantu

pasien mengurangi rasa mual dan

muntah dan diharapkan intake nutrisi

pasien meningkat.

2. Konsultasikan/rujuk ke ahli gizi.

R: agar pasien mendapatkan gizi

seimbang.

9 Kerusakan

komunikasi verbal

bd adanya

penekanan pada pita

suara

Se Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan pasien

dapat melakukan

komunikasi dengan

baik. Dengan kriteria

hasil:

· Pasien tidak lagi

bicara gagap

· Suara pasien

tidak terdengar serak

lagi

Mandiri

1. Kaji pembicaraan klien secara

periodik

R : Suara parau dan sakit pada

tenggorokan merupakan faktor kedua

dari odema jaringan / sebagai efek

pembedahan.

2. Lakukan komunikasi dengan

singkat dengan jawaban ya/tidak.

R : Mengurangi respon bicara yang

terlalu banyak

3. Kunjungi klien sesering mungkin

R : Mengurangi kecemasan klien

4. Ciptakan lingkungan yang

tenang.

R: Klien dapat mendengar dengan

jelas komunikasi antara perawat dan

klien.

Kolaborasi

1. Konsultasikan dengan / rujuk

kepada ahli terapi wicara

Rasional : pengkajian secara

individual kemampuan bicara sensoris,

motoric dan kognitif berfungsi untuk

mengidentifikasi kekurangan /

kebutuhan terapi

Page 24: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

10 Gangguan citra diri

bd perubahan

fisiologis tubuh

(pembengkakan

leher)

Se Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan pasien

menunjukkan

Penerimaan diri secara

verbal Mengerti akan

kekuatan diri

Melakukan perilaku

yang dapat

meningkatkan rasa

percaya diri

1. Pantau tingkat perubahan rentang

harga diri rendah

R : Mengetahui kopping individu

pasien

2. Pastikan tujuan tindakan yang

kita lakukan adalah realistis

R : Meningkatkan hubungan saling

percaya dengan pasien

3. Sampaikan hal-hal yang positif

secara mutlak untuk pasien, tingkatkan

pemahaman tentang penerimaan anda

pada pasien sebagai seorang individu

yang berharga.

R : Meningkatkan harga diri pasien

4. Diskusikan masa depan pasien,

bantu pasien dalam menetapkan

tujuan-tujuan jangka pendek dan

panjang.

R : Membantu pasien menentukan

masa depan yang diinginkan

11 Cemas bd tindakan

pre-operasi

Se Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan Tujuan :

Pasien

mengungkapkan

ansietas

berkurang/hilang.

Kriteria evaluasi:

Pasien melaporkan

lebih sedikit perasaan

gugup,

mengungkapkan pe-

mahaman tentang

kejadian pra operasi

dan pasca operasi,

postur tubuh riileks

1. Jelaskan apa yang terjadi selama

periode pra operasi dan pasca operasi,

termasuk test laboratorium pra op,

persiapan kulit, alasan status puasa,

obat-obatan pre op, aktifitas area

tunggu, tinggal diruang pemulihan dan

program pasca operasi.

R: Pengetahuan tentang apa yang

diper-lukan membantu mengurangi

ansie-tas & meningkatkan kerjasama

pasien selama pemulihan,

mempertahankan kadar analgesik

darah konstan, memberikan kontrol

nyeri terbaik

2. Informasikan pasien bahwa

obatnya tersedia bila diperlukan untuk

mengontrol nyeri, anjurkan untuk

memberitahu nyeri dan meminta obat

nyeri sebelum nyerinya bertambah

hebat.

3. Informasikan pasien bahwa ada

suara serak & ketidaknyamanan

menelan dapat dialami setelah

Page 25: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

pembedahan, tetapi akan hilang secara

bertahap dengan berkurangnya

bengkak 3-5 hari.

R: Pengetahuan tentang apa yang

diper-kirakan membantu mengurangi

an-sietas.

4. Ajarkan & biarkan pasien

mempraktekkan bagaimana

menyokong leher untuk menghindari

tegangan pada insisi bila turun dari

tempat tidur atau batuk.

R: Praktek aktifitas-aktifitas pasca

ope-rasi membantu menjamin

penurunan program pasca operasi

terkomplikasi

5. Biarkan pasien dan keluarga

mengungkapkan perasaan tentang

pengalaman pembedahan, perbaiki jika

ada kekeliruan konsep. Rujuk

pertanyaan khusus tentang

pembedahan kepada ahli bedah.

R: Dengan mengungkapkan perasaan

membantu pemecahan masalah dan

memungkinkan pemberi perawatan

untuk mengidentifikasi kekeliruan

yang dapat menjadi sumber kekuatan.

Keluarga adalah sistem pendukung

bagi pasien. Agar efektif, sistem

pendukung harus mempunyai

mekanisme yang kuat.

6. Lengkapi daftar aktifitas pada

daftar cek pre op, beritahu dokter jika

ada kelainan dari test Lab. pre op.

R: Daftar cek memastikan semua

aktifi-tas yang diperlukan telah

lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk

memas-tikan pasien telah siap secara

fisiologis untuk operasi dan

mengurangi resiko lamanya

penyembuhan.

12 Kurang

pengetahuan bd

kurang mengenal

Se Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan pasien

1. Berikan informasi yang tepat

dengan keadaan individu

R: Meningkatkan pengetahuan pasien

Page 26: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

sumber informasi

tentang penyakit

Mengikuti pengobatan

yang disarankan

Peningkatan

pengetahuan pasien

Dapat menghindari

sumber stress

2. Identifikasi sumber stress dan

diskusikan faktor pencetus krisis tiroid

yang terjadi, seperti orang/sosial,

pekerjaan, infeksi, kehamilan

R : Agar pasien bisa menghindari

sumber stress

3. Berikan informasi tentang tanda

dan gejala dari penyakit gondok serta

penyebabnya

R : Dapat mengidentifikasi gejala awal

dari gondok

4. Diskusikan mengenai terapi

obat-obatan termasuk juga ketaatan

terhadap pengobatan dan tujuan terapi

serta efek samping obat tersebut

R : Pasien bisa mengikuti terapi yang

disarankan

Page 27: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marylnn, et all, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ketiga, Penerbit

Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3, Penerbit :

Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Henderson M. A, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

Junadi Burnawan, (1982), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Kedua, Media Aeusculapius,

FKUI, Jakarta.

Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai

Penerbit FKUI Jakarta.

Page 28: Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma

ASUHAN KEPERAWATAN

STRUMA

OLEH :

HERNA WULAN SARI

STIKES AMANAH MAKASSAR

KELAS RAHA

2014