asuhan keperawatan pada an. s dengan typhoid di ruang parkit rs pusat angkatan udara dr. esnawan...

30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN TYPHOID DI RUANG PARKIT RS PUSAT ANGKATAN UDARA Dr. ESNAWAN ANTARIKSA JAKARTA Disusn Oleh: EDI SUWANDI 08005

Upload: edo-chthonic

Post on 29-Jul-2015

1.175 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN TYPHOID DI RUANG PARKIT RS PUSAT ANGKATAN UDARA

Dr. ESNAWAN ANTARIKSA JAKARTA

Disusn Oleh: EDI SUWANDI

08005

AKADEMI KEPERAWATAN ANDALUSIA JAKARTA TAHUN

2011

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berkembang sangat

pesat. Perubahan yang sangat pesat tersebut berdampak sangat besar terhadap

perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola makan yang tidak teratur,

kebiasaan yang kurang baik seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, jajan

sembarangan, serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang tercemar. Hal

tersebut diatas dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit di

masyarakat, salah satunya typhoid yang setiap tahun penderitanya begitu banyak

ditemukan dirumah sakit (Rohim, 2002).

Typhoid merupakan penyakit infeksi yang di jumpai secara luas di daerah tropis

terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan

standar hygiene dan sanitasi yang rendah, angka kejadian pada penderita yang

mengalami penyakit typhoid cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh kelembaban

daerah tropis yang cukup tinggi serta masyarakat yang heterogen dalam hal

tingkat sosial ekonomi maupun pengetahuan tentang kesehatan diri dan

lingkungan yang masih relatif rendah. Penyakit tropis umumnya merupakan

penyakit infeksi yang mudah menular melalui feses dan urin (Rohim, 2002).

Jumlah penduduk dunia yang menderita demam typhoid setiap tahunya bisa

mencapai sekitar 15-30 juta dan 600.000 diantaranya meninggal. Hasil riset

kesehatan dasar tahun 2008 di Indonesia, penyakit typhoid 500 orang per 100.000

penduduk dengan laju kematian antara 0,6 - 5% (Wahanudin, 2009).

Hasil data Medical Record di Ruang Parkit Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara

dr. Esnawan Antariksa Jakarta bulan Januari sampai Desember 2010 sebanyak

74 penderita Typhoid dari 805 anak rawat inap RSPAU Jakarta sekitar 9,19%,

pada bulan Januari sampai Mei tahun 2011 sebanyak 38 penderita Typhoid dari

335 anak rawat inap RSPAU Jakarta sekitar 11,34%.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

Dari jumlah penderita thypoid tersebut ada beberapa penderita yang tidak

tertolong, hal tersebut disebabkan karana terjadinya komplikasi pada penderita

typhoid seperti perdarahan usus, perforasi usus, dan peritonitis. Melihat

kompleknya masalah dan komplikasi pada klien dengan penyakit typhoid maka

diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh baik yang melalui aspek

promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan

keluarga (Rohim, 2002).

Oleh karena itu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan melalui

berbagai upaya preventif berupa memelihara lingkungan tetap bersih, mencuci

tangan sebelum memegang makanan, melindungi makanan dan minuman dari

serangga (lalat), meminum air yang sudah masak, hindari jajan sembarangan, dan

hindari kekurangan Vitamin C dan B kompleksdan jika demam tidak turun segera

bawa kedokter/ketempat pelayanan kesehatan. Adapun pada aspek kuratif yaitu

memberikan keperawatan terhadap anak yang terkena Typhoid dan pemberian

obat yang diberikan secara optimal sehingga apabila penyakit Typhoid ini tidak

segera ditangani akan terjadi komplikasi yang lebih lanjut seperti pendarahan

usus, perforasi usus dan peritonitis. Sedangkan pada aspek rehabilitatif berupa

istirahat ditempat tidur tanpa aktifitas yang berat, mengkonsumsi makanan yang

tinggi protein dan kalori, tidak boleh makan makanan yang mengandung banyak

serat dan gas serta tidak boleh makan makanan yang merangsang lambung,

seperti makanan pedas dan asam (Rampengan, 2007).

Berdasarkan data angka kesehatan typhoid yang cukup tinggi dan akibat yang

ditimbulkan apabila tidak segera ditangani serta banyak peran perawat yang

dilakukan, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana asuhan

keperawatan pada anak dengan Typhoid di Ruang Parkit Rumah Sakit Pusat

Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa Jakarta.

B. Tujian

1. Tujuan Umum

Diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada

anak dengan Typhoid

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Typhoid

b. Mampu menentukan masalah keperawatan anak dengan Typhoid

c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan anak dengan Typhoid

d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kepaerawatan anak dengan

Typhoid

e. Mampu melaksanakan evaluasi anak dengan Typhoid

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori & praktek

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, menghambat, serta

mencari solusi/alternatif pemecahan masalah

h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan anak dengan Typhoid

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup masalah pada “Asuhan Keperawatan pada Klien An. S dengan

Typhoid di Ruang Parkit Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara dr. Esnawan

Antariksa Jakarta selama 3 x 24 jam dari tanggal 18 – 20 Juli 2011”

D. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan makalah alamiah ini menggunakan metode deskriptif

yaitu metode ilmiah yng bersifat mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan

kemudian disajikan dalam bentuk naratif. Adapun data untuk penulisan makalah

diperoleh dari studi kepustakaan untuk memperoleh bahan – bahan yang sifatnya

ilmiah dan berhubungan dengan judul studi kasus sebagai acuan dalam membahas

dan menganalisa data, observasi klien mengenai perkembangan penyakitnya, serta

perawatan yang diberikan, wawancara langsung dengan keluarga klien serta

informasi dari perawat ruangan.

E. Sistem Penulisan

Dalam penulis karya tulis ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan, Ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan teoritis

berisi tentang pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit,

manifestasi klinik, komplikasi), komplikasi, penatalaksanaan (terapi, tindakan

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

medis yang bertujuan untuk pengobatan), konsep tumbuh kembang anak, konsep

hospitalisasi, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab III

Tinjauan kasus berisi tentang penkajian kasus, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan. Bab IV Pembahasan berisi

tentang pembahasan Bab II dan Bab III mulai dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab V Penutup berisi tentang

kesimpulan dan saran.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Typhoid merupakan penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu

minngu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa

gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh salmonella typhosa dan hanya

didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi (Rampengan, 2007).

Typhoid (enteric fiver) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

sistem pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, dkk, 2008).

Typhoid (Tifus abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat

pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat

gangguan kesadaran (Suriadi & Yulianni, 2006).

Typhoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan

bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,

pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum

(Soegijanto, 2002).

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada

saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran

(Ngastiyah, 2005).

Typhoid adalah penyakit menulat yang bersifat akut, yang di tandai dengan

bakterimia, perubahan pada system retikuloendoteal yang bersifat difusi,

pembentukan mikroabses, dan ulserasi nodus peyer didistal ileum (Rohim, 2002).

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan typhoid merupakan penyakit

yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhosa. Secara umum penyakit ini dapat

ditularkan lewat makan dan air yang terkontaminasi dengan kotoran orang yang

terinfeksi. Bakteri kemudian memperbanyak diri didalam aliran darah orang

terinfeksi dan diserap kedalam saluran pencernaan kemudian ikut tereliminasi

bersama kotoran.

B. Etiologi

Penyebab Typhoid menurut Rampengan (2007) disebabkan oleh infeksi kuman

Salmonella typhosa/Eberthella typosa yang merupakan kuman gram negatif, motil

dan tidak menghasilkan sepora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu

tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 700 C

ataupun oleh antiseptic. Sampai saat ini, di ketahui bahwa kuman inihanya

menyerang manusia.

Salmonella typhosa mempunyai antigen tiga macam antigen yaitu:

1. Antigen O = Ohne Hucneh = antigen somatik (tidak menyebar)

2. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagela dan bersifat tromolabil

3. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul meliputi tubuh kuman dan

melindungi antigen O terhadap fagositosis

Ketiga antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan

tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutininin. Salmonella typhosa juga

dapat memperoleh plasmid faktor – R yang berkaitan dengan resistensi terhadap

multipel antibiotik.

Ada tiga jenis utama, yaitu: Salmonella typhosa (satu serotipe), Salmonella

cholerasius (satu serotipe), Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)

C. Patofisiologi

1. Proses Perjalanan Penyakit

Proses Histologi Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006) dijelaskan pada

sekema 2.1, pada awalnya kuman Salmonella masuk ketubuh manusia melalui

mulut dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sebagian kuman

akan dimusnahkan didalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,

kejaringan Limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

Perubahan nutrisi

Sallmonella typhosa

Saluran Pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

EndotoksinLimpaHatiKelenjar Limfoid Usus halus

Resiko kurang volume cairan

Pendarahan dan perforasi

Nyeri perabaanMual/tidak nafsu makan

demamHepatomegali splenomegalitukak

kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel

retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ organ yang lainya.

Proses ini terjadi dalam masa tunas dan berakhir saat sel-sel retikulo

melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia

untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa organ tubuh,

terutama limpa, usus dan kandung empedu.

Pada minggu pertama kali, terjadi hiperplasia player. Ini terjadi pada kelenjar

typhoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga

terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus

yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,

bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar kelenjar mesentrial dan

limpa membesar. Gejala demam di sebabkan oleh endotosil, sedangkan gejala

pada saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus.

Skema 2.1 Proses Penyakit Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006).

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

2. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala Typhoid menurut Rampengan (2007) adalah sebagai berikut:

a. Nyeri kepala, lemah, lesu.

b. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,

minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu

tubuh meningkat pada malam hari dan turun pada pagi hari. Pada minggu

kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu tubuh

berangsur-angsur turun dan kembali normal.

c. Gangguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan pecah-pecah,

lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus, mual,

tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali, yang disertai nyeri pada

perabaan.

d. Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolent).

e. Bintik – bintik kemerahan pada kulit (rosaela) akibat emboli basil dalam

kapiler kulit.

f. Epistaksis.

3. Komplikasi

Komplikasi demam typhoid menurut Rampengan 2007 dapat dibagi atas dua

bagian:

a. Komplikasi pada usus halus (perdarahan, perforasi, peritonitis).

b. Komplikasi diluar usus halus (bronkhitis, bronkopneumonia, ensefalopati,

kolesititis, meningitis, miokarditis, karier kronik).

D. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan typhoid menurut Rampengan (2007) adalah

sebagai berikut:

1. Perawatan

Klien diistirahatkan 7 hari sampai bebas demam atau kurang lebih 14 hari

untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi bertahap bila tidak

ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

2. Diet

Kualitas makanan disesuaikan dengan kebutuhan baik kalori, protein,

elektrolit, mineral, serta disesuaikan makanan yang rendah/bebas selulosa, dan

menghindarai makanan yang sifatnya iritatif. Pada penderita dengan gangguan

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

kesadaran pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.

3. Obat – obatan

Demam typoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian tertinggi

sebelum ada obat-obatan anti mikroba (10-15%) sejak adanya obat anti

mikroba terutama klorafhenycol angka kematian menurun drastis sampai

(1-%). Obat-obatan antimikroba yang sering digunakan antaralain;

klorafhenycol, tiamphenycol, kotrimosasol, amphisilin, amoxilin, ceftriakson,

sefotaksim, siprofloksasin (usia > 10 tahun).

E. Konsep Tumbuh Kembang

Menurut Whaley dan Wong dalam Supartini (2004) mengemukakan pertumbuhdn

sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan

menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling

rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran. Jadi, pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas

yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh. Perkembangan

berhubungan dengan perubahan secara kualitas, di antaranya terjadi peningkatan

kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan,

pematangan, dan pembelajaran. Proses pematangan berhubungan dengan peningkatan

kematangan dan adaptasi. Proses tersebut terjadi secara terus-menerus dan saling

berhubungan serta ada keterkaitan antara satu komponen dan komponen lain. Jadi, jika

tubuh anak semakin besar dan tinggi, kepribadiannya secara simultan juga semakin

matang.

Perkiraan berat badan anak dalam kilohgram menurut Adriana (2011) pada anak

usia 6-12 tahun yaitu sebagai berikut:

6 – 12 tahun umur (tahun) x 7 – 52

Oleh karena itu untuk anak umur 12 tahun dapat menggunakan rumus tersebut diatas.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

Konsep tumbuh kembang anak menurut Supartini (2004) dan Wong

(2008) yaitu:

1. Perkembangan Psikoseksual (Freud)

Anak 12 tahun masuk pada fase laten dan fase genital, Selama periode laten,

anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang merupakan media untuk

mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui aktivitas fisik

maupun sosialnya. Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai

teman dengan jenis kelamin perempuan, dan anak laki-laki dengan anak laki-

laki. Pertanyaan anak tentang seks semakin banyak, mengarah pada sistem

reprodulcsi. Dalam hal ini, orang tua harus bijaksana dalam merespons, yaitu

menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luas jawaban disesuaikan dengan

maturitas anak. Sering kali karena begitu penasaran dengan seks, anak

mungkin dapat bertindak coba-coba dengan teman sepermainan. Oleh karena

itu, apabila anak tidak pernah bertanya tentang seks, sebaiknya orang tua

waspada. Peran ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan

dengan anak, pelajari apa yang sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan

dengan seks.

Pada fase genital merupakan tahapan akhir masa perkembangan menurut Freud

adalah tahapan genital ketika anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan

adanya proses kematangan organ reproduksi dan produksi hormon seks.

2. Perkembangan psikososial (Erikson)

Anak umur 12 tahun masuk pada fase industry versus inferiority dan identitas

dan kerancuan peran.

Fase industry versus inferiority. Anak akan belajar untuk bekerja sama dan

bersaing dengan anak lainnya mclalui kegiatan yang dilakukan baik dalam

kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui pcrmainan yang

dilakukannya bersama. Otonomi mulai betkembang pada anak di fase ini,

terutama awal usia 6 tahun, dengan dukungan keluarga terdekat. Terjadinya

perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak berpengaruh terhadap gambaran

terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial lebih luas dengan teman,

umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau lingkungannya,

mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu anak semakin

mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak dengan

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang mempunyai tujuan.

Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman di

lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of

industry) tersebut.

Identitas dan kerancuan peran. Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan

perannya sebagai anak yang sedang berada pada fase transisi dari kanak-kanak

menuju dewasa. Mereka menunjukkan perannya dengan bergaya sebagai

remaja yang sangat dekat dengan kelompoknya, bergaul dengan mengadopsi

nilai kelompok dan lingkiingannya, untuk dapat mengambil keputusannya

sendiri. Kejelasan identitas diperolch apabila ada kcpuasan yang diperolch dari

orang tua atau lingkungan tempat ia berada, yang membantunya melalui proses

pcncarian identitas diri sebagai anak remaja, sedangkan ketidakmampuan dalam

mengatasi konflik akan menimbulkan kerancuan peran yang narus djalankannya.

3. Perkembangan kognitif (piaget)

Anak usia 12 tahun masuk pada fase formal operation. Cara berpikir

operational formal dicirikan dengan adaptabiliias dan fleksibiliias. Remaja

dapat berpikir menggunakan istilah-istilah absttak, menggunakan simbol

absttak. Dan menarik kesimpulan logis dari serangkaian observasi. Jika A lebih

besar dari B, dan B lebih besar dari C. Simbol mana yang paling besar?

(Jawabannya adalah A.) Mereka dapai membuat hipotesis dan mengujinya;

mereka dapat mempertimbangkan hal-hal yang bersifal abstrak, teori, dan

filosofi. Meskipun mereka mungkin bingung antara sesuaiu yang ideal dengan

yang praktis, sebagian besar kontradiksi di dunia dapai diatasi dan diselesaikan.

4. Perkembangan moral (Kahlberg)

Anak usia 12 tahun pada Tingkat konvensional dan Tingkat

pascakonvensional. Tingkat konvensional, pada tahap ini anak-anak terfokus

pada kepatuhan dan loyalitas. Mereka menghargai pemeliharaan harapan

keluarga. kelompok, atau negara tanpa memedulikan konsekuensinya. Perilaku

yang disetujui dan disukai atau membanlu orang lain dianggap sebagai porilaku

yang baik. Seseorang mendapat persetujuan dengan bersikap "baik". Mematuhi

aturan. melakukan tugas seseorang, menunjukan rasa hormat terhadap

wewenang. dan menjaga aturan sosial merupakan peprilaku yang tepat. Tngkat

ini berkaitan dengan tahap operational konkrel dalam perkembangan kognitif.

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

Tingkat pascakonvensional, pada tahap ini individu telah mencapai tahap

kognitif operasional formal. Perilaku yang tepat cenderung didefinisikan dari

segi hak-hak dan standar umum individu yang telah diuji dan disetujui

masyarakat. Meskipun aturan prosedural untuk mencapai konsensus menjadi

Renting dengan penekanan pada sudut pandang hukum, terdapat juga

kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan kebutuhan masyarakat dan

pertimbangan raslonal

F. Konsep Hospitalisasi Pada anak

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana

atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi

dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Berbagai perasaan yang

sering muncul pada anak yaitu marah, cemas, sedih, takut dan bersalah

(Wong, 2008).

Menurut Supartini (2004), perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk

berpisah dari lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok

sosialnya dan nienimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat

dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol

tersebut berdampak pada perubahan peran dan keluarga, anak kehilangan

kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan

sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap

perlukaan atau nyeri akan ditunjukan dengan ekspresi, baik secara verbal maupun

nonverbal karena anak sudah mampu inengkomunikasikannya. Anak usia sekolah

sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit

bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.

G. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian anak dengan Typhoid menurut Nursalam (2008) adalah sebagai

berikut:

1. Identitas.

Dalam identitas meliputi nama, umur jenis kelamin, alamat, pendidikan.

2. Keluhan utama

Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang

bersemangat, serta nafsu makan yang kurang (terutama pada masa inkubasi).

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

3. Suhu tubuh.

Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu

pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat

pada malam hari dan turun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh

terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun

dan kembali normal (Rampengan, 2007)

4. Kesadaran.

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu

apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila

penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Disamping gejala-

gejala tersebut mungkin terdapat gejala lain. Pada punggung dan anggota

gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik- bintik kemerahan karena emboli

basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama saat

demam. Kadang – kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis.

5. Pemeriksaan fisik.

a. Mulut terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan

pecah–pecah (raggaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated

tongue), sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang

disertai tremor.

b. Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (metarismus). Bisa

terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal.

c. Hati dan limpa membesar dan disertai nyeri pada perabaan

6. Pemeriksaan laboratorium.

a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis

relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit.

b. Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

c. Biakan empedu basil salmonella typosa dapat ditemukan dalam darah

pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan

dalam urine dan feses.

d. Pemeriksaan widal.

Unutk membuat dignosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti

terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan

kenaikan yang progresif.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Typhoid

menurut Suriadi & Yulianni (2006) adalah:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada

nafsu makan, mual dan kembung.

2. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan

dan peningkatan suhu tubuh.

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.

4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

5. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi

I. Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan pada pasien dengan Typhoid menurut Suriadi & Yulianni

(2006) adalah:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada

nafsu makan, mual dan kembung.

Tujuan : Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.

Intervensi:

a. Nilai status nutrisi anak

b. Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,

rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak

meningkat

c. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi

d. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan dengan teknik porsi

kecil tetapi sering

e. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala

yang sama

f. Pertahankan kebersihan mulut anak

g. Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan

penyakit.

h. Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral. Jika pemberian

makan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

2. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan

dan peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : Mencegah kurangnya volume cairan.

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh ) paling sedikit setiap empat jam

b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis,

ubun-ubun cekung, produksi urine menurun, membran mukosa kering, bibir

pecah-pecah

c. Observasi dan catat intake dan output dan mempertahankan intake dan

output yang adekuat

d. Monitor dan catat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang

sama

e. Monitor pemberian cairan intravena melalui intravena setiap jam

f. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL)

dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge

g. Berikan antibiotik sesuai program

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran

Tujuan : Mempertahankan fungsi persepsi sensori

Intervensi :

a. Kaji status neurologis

b. Istirahkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil

c. Hindari aktivitas yang berlebihan.

d. Pantau tanda-tanda vital

4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total

Tujuan : Kebutuhan perawatan diri terpenuhi

Intervensi :

a. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangan

anak

b. Jelaskan kepada klien dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat

dilakukan hingga demam berangsur-angsur turun

c. Bantu memenuhi kebutuhan dasar anak

d. Libatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

5. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Mempertahankan suhu dalam batas normal

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan anak dan keluarga tentang hipertermia

b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan

c. Beri minum yang cukup

d. Lakukan tepid sponge (seka)

e. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat

f. Pemberian obat antipireksia

g. Pemberian cairan parenteral (IV yang adekuat)

J. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan

secara langsung kepada klien. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada

tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan

untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu, kemampuan

tekhnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan evaluasi. Tahap

pelaksanaan keperawatan meliputi: fase persiapan (preparation), tindakan dan

dokumentasi.

1. Fase Persiapan

a. Melihat kembali intruksi perawat yang sudah mengidentifikasi difase

perencanaan.

b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

c. Menyadari adanya potensial komplikasi yang dihubungkan dengan aktivitas

perawatan.

d. Penentuan dan penyediaan sumber penting (waktu, personil, dan peralatan)

e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif untuk setiap tipe aktifitas yang

dibutuhkan (kenyamanan dan keamanan)

f. Mengidentifikasi aspek legal dan etik.

2. Fase Tindakan

Pendekatan yang digunakan adalah meliputi: tindakan independen, dependen

dan interdependen, yang merupakan untuk mencapai: kriteria hasil dari suatu

masalah keperawatan, sehingga dengan tercapainya kriteria hasil tersebut maka

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

masalah teratasi atau tujuan tercapai.

a. Independent yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa

petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan

keperawatan independent, antara lain:

1) Mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.

2) Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai respon klien yang

memerlukan intervensi keperawatan.

3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau

memulihkan kesehatan klien.

4) Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dn medis.

b. Interdependen yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama dari tenaga

kesehatan lain, misalnya: ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.

c. Dependen yaitu berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis/intruksi dari tenaga medis.

3. Fase Dokumentasi

Pendokumentasian harus jelas, berisi tanggal, jam, diagnosa keperawatan,

implementasi dan hasil serta tanda tangan dan nama jelas.

K. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan

atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai keefektifan

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif

ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni

Subjektif (data berupa keluhan klien), Objektif (data hasil pemeriksaan),

Analisa data (perbandingan data dengan teori), dan Planning (perencanaan).

2. Evaluasi Sumatif

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta

Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses

keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan

memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang

dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada

akhir layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan

keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan.

Sedangkan evaluasi pada teori Suriadi & Yulianni (2006) yaitu:

a. Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.

b. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.

c. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih

lanjut.

d. Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat

perkembangan klien.

e. Anak akan menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada an. s Dengan Typhoid Di Ruang Parkit Rs Pusat Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa Jakarta