asuhan keperawatan keluarga dengan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-pr-andi amalia.pdf ·...

189
UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA TUBERKULOSIS PARU LANSIA DI RT 06/ RW 01 KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK KARYA ILMIAH AKHIR ANDI AMALIA WILDANI, S.Kep NPM: 0806316114 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013

Upload: hoangthien

Post on 16-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

TUBERKULOSIS PARU LANSIA DI RT 06/ RW 01

KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS

KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

ANDI AMALIA WILDANI, S.Kep

NPM: 0806316114

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK

JULI 2013

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

TUBERKULOSIS PARU LANSIA DI RT 06/ RW 01

KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS

KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

perawat (Ners)

ANDI AMALIA WILDANI, S.Kep

NPM: 0806316114

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK

JULI 2013

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan
Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Penulisan Karya

Ilmiah Akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk untuk memenuhi satu

syarat untuk memperoleh gelar perawat (Ners). Saya menyadari bahwa, tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini, oleh karena itu saya mengucapkan terima

kasih kepada:

1) Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan

serta nasehat selama penulis menjalani studi di FIK UI.

2) Ibu Dessie Wanda., S.Kp., MN selaku pembimbing akademik yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran yang

membangun selama proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

3) Bapak Ns. Sukihananto, SKep., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan

masukan berharga dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

4) Ibu Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku dosen koordinator

PK KKMP yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan arahan dan masukan berharga dalam penyusunan Karya Ilmiah

Akhir ini.

5) Ibu Poppy Fitriyani, SKp., M.Kep, Sp.Kom selaku dosen koordinator PK

KKMP peminatan keperawatan komunitas telah menyediakan waktu, tenaga,

dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukan berharga dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

6) Bapak dr. Hendrik selaku kepala Puskesmas Cimanggis dan seluruh

jajarannya yang telah memberikan ijin untuk melakukan praktik di Puskesmas

Cimanggis.

7) Ibu Endang selaku pemegang program TB di Puskesmas Cimanggis yang

telah membimbing selama praktik di Puskesmas Cimanggis.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

v

8) Bapak Ns. Jajang Rahmat Solihin, S.Kep., M.Kep selaku mahasiswa residensi

keperawatan komunitas yang telah memberikan arahan dan masukan berharga

dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

9) Bapak RW 01 selaku Ketua RW 01 di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,

Depok dan seluruh jajarannya yang telah memberikan ijin untuk melakukan

praktik di RW 01 di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.

10) Kader-kader kesehatan di RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,

Depok yang senantiasa selalu mendukung kegiatan mahasiswa profesi guna

memberikan asuhan keperawatan keluarga di RW 01 Kelurahan Cisalak

Pasar, Cimanggis, Depok.

11) Teristimewa dan tercinta kedua orang tua, Andi Muh. Ilyas Latief dan Hj.

Andi Nahriah Ame yang tak henti-hentinya mendoakan, memberikan

dukungan moril dan materilnya, mendidik dan membesarkan saya dengan

cinta dan kasih sayang, serta Pung Nelis, Ina, Aso, Ria sebagai kakak-kakak

saya dan adik-adik saya Ica, Ullah, Anna dan keponakan aku Muhammad

Azril Ardiaz yang tersayang atas semua perhatiannya dan semangatnya. You

are my energy, my mood booster, my soul, and my everything for me.

12) Seluruh keluarga besar, terutama Umar Haya, SH, M.H yang telah

memberikan doa, dukungan, cinta kasih sayang dan dorongan baik berupa

moril maupun material.

13) Teristimewa Muhammad Nakib Rabbani yang telah memberikan doa,

dukungan, cinta kasih sayang dan terima kasih atas kesabarannya,

kesetiaannya dan selalu menyemangati selama penyusunan Karya Ilmiah

Akhir ini.

14) Sahabat-sahabat tersayang Yunita, Mirda, Memey, Ananda, Rara, Miscok,

Asih, Iput, Mba Oy, Nyonyo, Nike, Risa, Tofa, Kak Isma, Bu Ayu dan

teman-teman satu peminatan Keperawatan Komunitas yang telah memberikan

semangat dan sharing selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

15) Teman-teman seperjuangan profesi Ners Reguler 2008 dan Ekstensi 2011

FIK UI yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada saya hingga

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini; dan

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

vi

16) Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir

ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, Juli 2013

Penulis

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan
Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Andi Amalia Wildani, S.Kep

Program Studi : Program Profesi Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan

Bersihan Jalan Napas pada Tuberkulosis Paru Lansia di

RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan

Cimanggis, Kota Depok.

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru, disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. TB merupakan

masalah global dan salah satu dampak dari urbanisasi terhadap kesehatan

masyarakat. faktor kependudukan dan faktor lingkungan merupakan penyebab

terjadinya tuberkulosis di perkotaan. Manifestasi klinis TB pada lansia salah

satunya adalah sesak nafas. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan

gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada tuberkulosis paru lansia di RT 06/ RW 01 Kelurahan

Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Intervensi keperawatan yang

diberikan adalah inhalasi sederhana dan batuk efektif. Pemberian inhalasi

sederhana dan batuk efektif bermanfaat dan dapat diterapkan untuk mengeluarkan

dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia.

Pemecahan masalah yang dilakukan ketika inhalasi sederhana dan batuk efektif

tidak efektif yaitu pemberian posisi semi fowler untuk meningkatkan ekspansi

paru dan mencukupi kebutuhan oksigen sehingga memberikan kenyamanan dan

mengurangi sesak.

Kata kunci: asuhan keperawatan keluarga, ketidakefektifan bersihan jalan napas,

lansia, tuberkulosis.

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Andi Amalia Wildani, S.Kep

Study Program : Nurse Program

Title : Family Nursing Care with the Ineffective Airway

Clearance in Elderly Pulmonary Tuberculosis at RT 06/

RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,

Kota Depok.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that primarily affects the lung

parenchyma, caused by mycobacterium tuberculosis. TB is a global problem and

one of the impacts of urbanization on public health. Demographic factors and

enviromental factors are the cause of TB in urban areas. One of clinical

manifestations of elderly TB is shortness of breath.The aim of this final

assignment is provide descriptive management of family nursing care with the

ineffective airway clearance in elderly pulmonary tuberculosis at RT 06/ RW 01

Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Nursing

interventions provided are simple inhalation and effective cough. The simple

inhalation and effective cough is still useful and can be applied to remove sputum,

lower respiratory rate, and reduce shortness of breath in elderly. The problem

solving when simple inhalation and effective cough does not effectively address

the problem ineffective airway clearance in elderly pulmonary is the provision of

semi fowler position to improve lung expansion and sufficient of oxygen so as to

provide comfort and reduce shortness of breath.

Keywords: family nursing care, ineffective airway clearance, elderly, tuberculosis

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ vii

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 11

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 13

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 13

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 13

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 13

1.4.1 Manfaat Keilmuan.. ............................................................... 13

1.4.2 Manfaat Aplikatif .................................................................. 14

1.4.2.1 Bagi Puskesmas Cimanggis..................................... 14

1.4.2.2 Bagi Keluarga........................................................... 14

1.4.3 Manfaat Metodologi.. ............................................................. 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan. 16

2.1.1 Model Konsep Betty Neuman ............................................... 16

2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan .... 17

2.1.3 Identifikasi Kesenjangan Keadaan Kesehatan, Keamanan

yang Dialami oleh Masyarakat Perkotaan.............................. 18

2.1.4 Dampak Perkotaan terhadap Kesehatan Masyarakat ............. 19

2.1.5 Masalah Tuberkulosis Paru di Perkotaan ............................... 19

2.2 Konsep Epidemiologi ..................................................................... 21

2.2.1 Definisi Epidemiologi ........................................................... 21

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Sehat Sakit ............................... 21

2.2.3 Konsep At Risk dan Vulnerability .......................................... 22

2.3 Tuberkulosis Paru .......................................................................... 23

2.3.1 Pengertian Tuberkulosis Paru ................................................ 24

2.3.2 Penyebab Tuberkulosis Paru ................................................. 24

2.3.3 Gejala-Gejala Tuberkulosis Paru .......................................... 25

2.3.4 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru ................................ 26

2.3.5 Kategori Tuberkulosis Paru ................................................... 27

2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tuberkulosis Paru ......... 28

2.3.7 Cara Penularan Tuberkulosis Paru........................................... 33

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

xi Universitas Indonesia

2.3.8 Upaya Pencegahan Tuberkulosis Paru ................................... 34

2.3.9 Upaya Penanggulangan Tuberkulosis Paru............................. 34

2.3.10 Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru ...................................... 37

2.3.11 Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 38

2.3.12 Akibat Tuberkulosis Paru ...................................................... 39

2.3.13 Komplikasi Tuberkulosis Paru .............................................. 39

2.4 Penemuan Kasus Tuberkulosis ....................................................... 40

2.5 Konsep Lansia ................................................................................. 42

2.5.1 Definisi Lansia ..................................................................... 42

2.5.2 Klasifikasi Lansia .................................................................. 42

2.5.3 Tugas Perkembangan Lansia ................................................. 43

2.5.4 Perubahan Sistem Pernapasan Lansia .................................... 43

2.5.5 Tuberkulosis pada Lansia ....................................................... 43

2.6 Asuhan Keperawatan Keluarga ....................................................... 44

2.4.1 Pengkajian Keluarga .............................................................. 45

2.4.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga ....................... 52

2.4.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga ......... 53

2.4.4 Perencanaan Keperawatan Keluarga ...................................... 54

2.4.5 Implementasi .......................................................................... 55

2.4.6 Evaluasi .................................................................................. 56

2.5 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas ........................................... 56

2.6 Inhalasi Sederhana ........................................................................... 57

2.7 Batuk Efektif ................................................................................... 59

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian ...................................................................................... 62

3.2 Diagnosis Keperawatan .................................................................. 65

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................ 66

3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................ 68

3.5 Evaluasi ........................................................................................... 71

3.5.1 Subyektif .............................................................................. 71

3.5.2 Obyektif ................................................................................ 72

3.5.3 Analisis ................................................................................... 73

3.5.4 Planning ................................................................................ 73

3.6 Tingkat Kemandirian ..................................................................... 73

BAB 4 ANALISIS SITUASI

4.1 Profil lahan Praktik ......................................................................... 75

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP ..... 79

4.3 Analisis Inhalasi Sederhana dan Batuk Efektif dengan

Konsep dan Penelitian Terkait ........................................................ 89

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan ................................. 94

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 97

5.2 Saran ................................................................................................ 99

5.2.1 Bagi Keluarga dengan TB Paru ............................................. 99

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

xii Universitas Indonesia

5.2.2 Bagi Bidang Keperawatan Komunitas ................................... 99

5.2.2 Bagi Puskesmas Cimanggis .................................................. 99

5.2.2 Bagi Penelitian ....................................................................... 100

.

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 101

LAMPIRAN

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru ................................... 26

Tabel 2.2 Obat Anti Tuberkulosis ............................................................ 37

Tabel 2.3 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan

Keluarga .................................................................................... 53

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Keluarga Kakek A

Lampiran 2 Catatan Perkembangan

Lampiran 3 Evaluasi Sumatif

Lampiran 4 Tingkat Kemandirian

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

1 Univesitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pernapasan manusia terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus

dan paru-paru. Organ- organ pernapasan tersebut merupakan salah satu organ vital

bagi kehidupan manusia yang bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang di

butuhkan manusia dan mengeluarkan karbon dioksida yang merupakan hasil sisa

proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh

akan oksigen tetap terpenuhi. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan fisiologis

yang sangat mendasar dan utama bagi manusia (Scanlon & Sanders, 2007).

Manusia dalam keadaan normal tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih

dari 4-5 menit (Barbara Kozier, 2004). Udara sangat penting bagi manusia, tidak

menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah

peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini

memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara

yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Hal ini

dapat menyebabkan beberapa organ pernapasan manusia dapat mengalami

gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit seperti

Emfisema, Asma, Infuenza, Kanker paru-paru dan Tuberkulosis (Barbara Kozier,

2004).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim

paru dan dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,

ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian Yoga (2007)

yang juga menyatakan bahwa TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga dapat

menyerang organ tubuh yang lain seperti kulit (TB kulit), tulang (TB tulang), otak

dan saraf (TB otak dan saraf), mata (TB mata), dan lain-lain. TB terutama

menyerang organ paru-paru sebanyak 80% (PPTI, 2012). Tuberkulosis

disebabkan oleh kuman TB yaitu mycobacterium tuberculosis (Kemenkes, 2011).

Keluhan atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita TB sangatlah bervariasi.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

2

Universitas Indonesia

Gejala yang biasanya muncul adalah demam, batuk darah, Batuk yang biasanya

berlangsung lama dan produktif yang berdurasi lebih dari 3 minggu (Price dan

Wilson, 2005). Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu

makan, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan

lain-lain. Gejala ini hilang timbul secara tidak teratur juga, gejala yang biasanya

muncul juga adalah sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang

sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru (Amin

dan Bahar, 2006). Ketika seseorang mengalami gejala- gejala TB, perlu di

diantisipasi agar penularan tidak terjadi.

Penularan terjadi saat penderita TB Paru BTA positif batuk atau bersin yang

mampu menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei) yang menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa

jam. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

(Kemenkes, 2011).

Seseorang yang sudah terpajan kuman TB perlu dilakukan pengecekan. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui atau menetapkan seseorang menderita TB dengan

cara pemeriksaan dahak yang diambil tiga kali selama dua hari dan pemeriksaan

tambahan berupa rotgen thoraks. Pengecekan tersebut sangat diperlukan untuk

mendapatkan pengobatan selanjutnya. Tuberkulosis ini bukan penyakit keturunan

dan dapat disembuhkan bila berobat teratur. Penderita TB aktif jika tidak diobati

dapat menularkan sepuluh sampai lima belas orang lainnya dalam satu tahun

(PPTI, 2012). TB merupakan salah satu dampak dari urbanisasi dan masalah yang

terjadi pada masyarakat perkotaan.

Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak- dampak

terhadap kesehatan, lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun

keadaan sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap kesehatan dan lingkungan kota

salah satunya adalah tuberkulosis (Hidayati, 2009). Penularan TB yang sangat

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

3

Universitas Indonesia

cepat menjadikan masalah TB sampai saat ini merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting (Azzisman dkk, 2006).

Masalah TB yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting,

dibuktikan dengan masih banyak ditemukannya penderita TB di masyarakat. TB

bisa menyerang siapa pun, warga miskin perkotaan adalah kelompok masyarakat

paling rentan terserang tuberkulosis. Lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan

rendahnya mutu asupan nutrisi membuat kuman tuberkulosis dalam tubuh

gampang menjadi aktif. Kepala Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian

Kesehatan Dyah Erti Mustikawati di sela-sela lokakarya Resisten Multiobat

Tuberkulosis (Tb-MDR) di Jakarta mengatakan bahwa kuman tuberkulosis dalam

tubuh masyarakat dengan ekonomi lebih baik jarang menjadi aktif karena mereka

punya daya tahan tubuh lebih baik (Health Kompas, 2012). Penderita TB di

masyarakat dan penularan TB yang cepat juga menjadikan TB sebagai salah satu

masalah global (Depkes, 2002). Kemenkes (2011) menyatakan bahwa situasi TB

didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak

berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22

negara dengan masalah TB besar (high burden countries).

Mycobacterium tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Akibat

dari TB diseluruh dunia menyebabkan sembilan juta pasien TB baru dan tiga juta

kematian pada tahun 1995. Kematian akibat TB didunia diperkirakan 95% kasus

TB dan 98% kasus juga terjadi pada negara-negara berkembang. World Health

Organization (WHO) mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global

emergency) pada tahun 1993 untuk menyikapi hal tersebut (Kemenkes, 2011).

Kasus TB di dunia terdapat 9,4 juta kasus pada tahun 2009. Kasus yang terbanyak

terjadi di Asia Tenggara yaitu sekitar 35 %, Afrika sekitar 30% dan Pasifik Barat

sekitar 20%, di wilayah Afrika, sekitar 11-13 % penderita TB disebabkan karena

HIV. Penyakit yang disebabkan oleh micobacterium tuberkulosis telah membunuh

banyak jiwa didunia terutama pada negara berkembang seperti halnya di

Indonesia. (WHO, 2010).

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

4

Universitas Indonesia

Indonesia menempati urutan ke lima dengan terbesar kasus insiden pada tahun

2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO, 2010).

Penyakit TB di Indonesia juga mengalami peningkatan dan setiap tahun

diperkirakan terjadi 583.000 pasien baru TB dan 140.000 orang meningggal

karena TB. Kasus TB yang terjadi di Indonesia begitu banyak, dilihat dari

penyebaran TB di Indonesia, pada setiap menit muncul satu orang pasien TB Paru

baru, setiap dua menit muncul satu orang penderita TB Paru yang menular, dan

setiap empat menit satu orang meninggal akibat TB (Amiruddin et. al.,2009).

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2004 diketahui

bahwa estimasi prevalensi angka kesakitan di Indonesia sebesar delapan kasus per

1000 penduduk berdasarkan gejala tanpa pemeriksaan laboratorium. Survey ini

juga didapatkan bahwa TB menduduki rangking ketiga sebagai penyebab

kematian (9,4% dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem

pernafasan (SKRT, 2004). Kasus TB yang terus meningkat membuat pemerintah

menerapkan DOTS (Directly observed Treatment Short-course) secara optimal

untuk menanggulangi TB.

Strategi DOTS ini telah terbukti sebagai strategi pengendalian yang secara

ekonomis paling efektif (Depkes, 2006). Studi cost benefit yang dilakukan di

Indonesia menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS, setiap

dolar yang digunakan untuk membiayai program pengendalian TB, akan

menghemat sebesar US$ 55 selama 20 tahun. Fokus utama DOTS adalah

penemuan dan penyembuhan pasien, dengan mempriortaskan pasien TB tipe

menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian

menurunkan insidens TB di masyarakat (Depkes, 2011).

Pelaksanaan strategi DOTS mampu menurunkan kasus TB di Indonesia. Pada

tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia setelah India, China,

Afrika dan Pakistan. Jumlah insidensi kasus semua tipe TB, 450.000 kasus atau

189 kasus per 100.000 penduduk, angka prevalensi semua tipe TB, 690.000 kasus

atau 289 kasus per 100.000 penduduk dan angka kematian TB, 64.000 kasus atau

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

5

Universitas Indonesia

27 kasus per 100.000 penduduk atau 175 orang per hari sedangkan angka

insidensi kasus baru TB Paru BTA positif pada Insidensi kasus TB BTA positif

sekitar 102 kasus per 100.000 penduduk (Depkes, 2011).

Permasalahan lain terkait TB di Indonesia saat ini yaitu meningkatnya kasus TB-

MDR (Multi Drug Resistant). TB MDR adalah mycobacterium yang resisten

terhadap Obat Anti TB (OAT) yaitu isoniazid dan rifampisin (Depkes, 2010).

WHO melaporkan bahwa telah terjadi 290.000 kasus TB MDR pada tahun 2010,

selain itu terdapat 27 negara “high burden countries for TB MDR” yang

merepresentasikan 85% beban TB MDR dunia (WHO, 2011). Indonesia berada di

urutan ke sembilan dari 27 negara “high burden TB MDR countries”. TB MDR

yang terjadi di Indonesia diperkirakan sebanyak 6.100 pasien pada tahun 2010

(WHO, 2011).

MDR TB di indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor mikrobiologi

dan program pengobatan yang tidak adekuat serta ketidakpatuhan pasien TB

dalam menjalani pegobatan TB yang merupakan penyebab terbesar dalam TB

MDR. Resistensi disebabkan oleh mutasi genetik secara mikrobiologi. Hal ini

membuat obat menjadi kurang efektif melawan basil mutan. Mutasi akan terjadi

secara spontan terhadap satu jenis obat dan jika mendapatkan terapi OAT yang

tidak adekuat (WHO, 2008). Aspek program pengobatan yang tidak adekuat juga

dapat menimbulkan mutasi kuman secara spontan seperti diantaranya

keterlambatan dignosis dan tidak mengikuti panduan pengobatan (WHO, 2008).

Ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan merupakan penyebab terbesar

terjadinya resistensi obat. Alasan pasien tidak datang berobat (drop out) pada fase

intensif karena rendahnya motivasi dan kurang informasi tentang penyakit yang

dideritanya (WHO, 2008). Hasil survei prevalensi TB (2004) di Indonesia

menunjukkan bahwa 96% keluarga telah merawat anggota keluarga yang

menderita TB dan hanya 13% yang menyembunyikan keberadaan mereka.

Meskipun 76% keluarga pernah mendengar tentang TB dan 85% mengetahui

bahwa TB dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat menyebutkan

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

6

Universitas Indonesia

dua tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB dapat dipahami oleh 51%

keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa pemerintah telah menyediakan

obat TB gratis (STRANAS,2011).

Indonesia telah berhasil mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan sesuai

dengan target global yaitu minimal 85% penemuan kasus TB di Indonesia sejak

tahun 2000 dan pada tahun 2006 adalah 76% penemuan kasus TB. Risiko

penularan setiap tahun atau Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) di

Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Daerah dengan ARTI sebesar

1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi,

sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan penderita tuberkulosis, hanya

10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis. Faktor yang

mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis adalah

lansia, bayi, daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau

HIV/ AIDS disamping faktor pelayanan yang belum memadai dan orang yang

berada dilingkungan pasien TB (Pramudiarja, 2012). Angka kejadian TB di

Indonesia masih tinggi dilihat dari angka risiko penularan setiap tahun masih

tinggi.

Hasil riset operasional tuberkulosis estimasi jumlah orang dengan TB di Indonesia

pada tahun 2009-2010 dengan pemodelan multilevel Logistic Regression Model

(LRM) digunakan untuk pemodelan data survei, baik untuk tingkat provinsi

maupun nasional mendapatkan data Riskesdas 2010 untuk memprediksi jumlah

orang dengan TB per provinsi di Indonesia tahun 2010, di dapat bahwa sekitar

697.500 (596.062-798.938) orang telah terinfeksi TB. Hasil estimasi per provinsi

menunjukkan bahwa estimasi jumlah orang dengan TB tertinggi ada di provinsi

Jawa Barat dengan estimasi sekitar 90.905 (62.754-119.055) orang, dan yang

terendah ada di provinsi Kepulauan Riau dengan estimasi sekitar 611 (0-1.809)

orang (Riono & Farid, 2011). Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kota salah

satunya adalah kota Depok.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

7

Universitas Indonesia

Penemuan kasus baru (Case Detection Rate) di kota Depok dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2012 terus meningkat, akan tetapi masih dibawah target

Nasional yaitu sebesar 70%. Penemuan kasus TB paru di UPT (Unit Pelaksanaan

Teknis) Puskesmas Kecamatan Cimanggis tahun 2011, 182 kasus, mengalami

kenaikan pada tahun 2012, 1517 kasus. Kecenderungan angka kesembuhan atau

cure rate di UPT Puskesmas Kecamatan Cimanggis pada tahun 2011 adalah 92,

39% dan tahun 2012 adalah 93, 75%. Dalam hal ini angka kesembuhan

mengalami kenaikan berarti penderita sudah mengerti dan taat kepada petugas

PMO (Pengawas Menelan Obat) sesuai strategi DOTS (Directly Observed

Treatment Short Course) serta kepatuhan penderita dalam menyelesaikan

pengobatan. Penderita TB di kelurahan Cisalak pasar, berdasarkan hasil

pengkajian di Puskesmas Cimanggis, selama tahun 2012 sampai Mei 2013

terdapat 32 orang berobat TB, jumlah tersebut masih jauh diatas dari target

nasional, dimana target untuk kelurahan Cisalak Pasar dalam menemukan kasus

TB baru adalah sebanyak 20 kasus. Dari 32 orang pasien yang terdapat di

kelurahan Cisalak pasar, 10 orang atau 32.1% diantaranya terdapat di RW 01

Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (Puskesmas

Cimanggis, 2012). Pasien TB yang ditemukan berasal dari berbagai usia dan

kalangan.

Pasien TB di dunia adalah sekitar 75% kelompok usia yang paling produktif

secara ekonomis yaitu antara usia 15-50 tahun (WHO, 2009). Hal ini sependapat

dengan Depkes (2004) menyatakan bahwa penderita TB paru di Indonesia

sebagian besar terjadi pada kelompok usia produktif dan ekonomi rendah.

Berbeda dengan penelitan yang dilakukan oleh Rahmatullah (1994 dalam

Nugroho 2007) yang menyatakan bahwa tuberkulosis pada lanjut usia (lansia)

ternyata masih cukup tinggi.

Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang (Azizah, 2010). Manusia

tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,

dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Pujianti, 2003). Lansia merupakan tahap akhir

dari siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tak dapat

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

8

Universitas Indonesia

dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Tahap lansia ini individu

mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun/mental, khususnya

kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya

(Soejono, 2000).

Lansia ini secara patofisiologis, tanpa penyakit saja sudah mengalami penurunan

fungsi paru ditambah menderita TB paru sehingga menambah dan memperburuk

keadaan. Tampilan klinis TB pada lansia tidak khas dan oleh karena itu mungkin

tidak diketahui atau salah diagnosis. Batuk kronis, keletihan dan kehilangan berat

badan dihubungkan dengan penuaan dan penyakit yang menyertai (Meiliya dan

Ester, 2006). Banyak ditemukan lansia dengan penyakit TB paru yang sudah

dalam keadaan parah, banyak ditemukan pula bronkitis kronis dan tidak sedikit

kematian terjadi akibat radang paru. Penyebaran penyakit TB sangatlah mudah,

hal ini sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarga lain yang sedang

menderita penyakit TB dan harus mendapat penanganan yang tepat.

Penderita tuberkulosis khususnya pada lansia ternyata masih cukup tinggi di

masyarakat, sehingga di dalam sebuah keluarga kemungkinan terdapat anggota

keluarga yang menderita tuberkulosis, dimana keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul

dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Effendi, 2004). Keluarga membentuk unit dasar masyarakat dan

tentunya unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang

memungkinkan menentukan keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu

(Friedman, 2003). Keluarga disini sangat berperan penting dalam keberhasilan

pengobatan pada penderita TB.

Penderita TB yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami komplikasi

perdarahan dari saluran pernafasan bawah yang dapat mengakibatkan penyebaran

infeksi ke organ lain misalnya otak, tulang, persendian, ginjal, kegagalan nafas

bahkan kematian. Pasien lansia yang menderita TB paru juga akan mengalami

berbagai masalah keperawatan baik secara biologis, psikologis dan sosial, antara

lain bersihan jalan nafas yang tidak efektif, pola nafas yang tidak efektif,

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

9

Universitas Indonesia

gangguan pertukaran gas, cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

bernafas (Nugroho,2007).

Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,

kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses

pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal, sehingga mukus ini banyak

tertimbun dan bersihan jalan nafas akan tidak efektif. Membran mukosa akan

terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intra

abdominal yang tinggi, jika hal tersebut terjadi. Udara keluar dengan akselerasi

yang cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun ketika dibatukkan.

Mukus tersebut akan keluar sebagai dahak (Prince, 2000). Pengeluaran dahak

dapat dilakukan dengan membatuk. Pengeluaran dahak dengan membatuk akan

lebih mudah dan efektif bila diberikan penguapan atau inhalasi sederhana.

Inhalasi sederhana adalah menghirup uap hangat dari air mendidih telah ditetesi

minyak penghangat, misalnya minyak kayu putih (Akhavani, 2005). Inhalasi

aman untuk segala usia, para ahli paru anak sangat menganjurkan inhalasi sebagai

pengobatan yang berhubungan dengan paru. Inhalasi sederhana mampu

mengurangi gejala dari flu ringan yang baru saja terjadi, batuk berdahak, paru-

paru basah, batuk berdahak berat dan lama, batuk kronis atau batuk yang

berulang-ulang. Inhalasi juga tidak memiliki efek negatifnya serta boleh dilakukan

sekali pun orang tersebut mempunyai alergi terhadap sesuatu, karena bekerja

langsung pada sumber pernapasan yaitu paru-paru. Penguapan secara tradisional

atau inhalasi sederhana ini hanya berfungsi untuk melonggarkan saluran napas,

bukan untuk mengeluarkan lendir, karena bahan-bahan dalam minyak kayu putih

yang terhirup melalui uap air panas itu tidak mengandung zat penghancur lendir

(Karnaen, 2011). Tindakan inhalasi terbukti kurang efektif untuk mengeluarkan

dahak sehingga bersihan jalan napas menjadi efektif, sehingga tindakan inhalasi

sederhana dikombinasikan dengan batuk efektif. Tindakan ini juga merupakan

intervensi unggulan yang diberikan oleh perawat.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

10

Universitas Indonesia

Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan dahak

(Hudak & Gallo, 2000). Batuk efektif yang baik dan benar dapat mempercepat

pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan. Hasil

penelitian Nugroho (2011) pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran dahak

pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga uji pengaruh

menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat kemaknaan pengaruh batuk efektif

dengan α = 0,05 didapatkan p=0,003 (p<0,05) berarti bahwa berarti ada pengaruh

sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektif. Tindakan batuk efektif terbukti

efektif dan dapat memberikan perubahan pada pengeluaran dahak seseorang,

karena dengan batuk efektif bisa mengeluarkan dahak dengan maksimal dan

banyak serta dapat membersihkan saluran pernapasan yang sebelumnya terhalang

oleh dahak. Hough (2001) menyatakan bahwa lendir akan mudah keluar dari

saluran pernapasan dengan penggunaan penguapan atau inhalasi sederhana untuk

mengencerkan dahak tergantung dari kekuatan pasien untuk membatuk atau batuk

efektif, sehingga seseorang akan merasa lendir atau dahak di saluran napas hilang

dan jalan nafas akan kembali normal. Hal ini merupakan tindakan keperawatan

yang bisa dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah keperawatan yang

disebabkan oleh TB.

Masalah keperawatan yang disebabkan karena TB seperti yang di alami oleh

keluarga dengan lansia yang berusia 70 tahun dan memiliki riwayat BTA positif

pada Desember 2012, namun tidak menjalani pengobatan OAT, hanya

memeriksakan diri ke dokter praktik dan diberi salbutamol dan tyrosol. Keluhan

yang dirasakan sejak tiga bulan terakhir hingga saat ini adalah sesak. Hasil

pemeriksaan fisik didapatkan respiratory rate 28 kali/ menit dan bunyi paru pada

saat auskultasi ronchi di semua lapang paru dan ronchi sangat terdengar jelas

tanpa auskultasi sekalipun. Pemeriksaan BTA negatif pada tanggal 03 Juni 2012,

namun tanda dan gejala pasien TB masih terlihat jelas seperti sesak, berkeringat

tanpa beraktivitas di malam hari. Batuk sesekali, namun dahak susah keluar,

dahak berwarna putih, dalam jumlah sedikit. Hal ini merupakan penemuan kasus

baru di RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota

Depok. Sesuai pengkajian yang telah dilakukan dan merujuk masalah keluarga TB

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

11

Universitas Indonesia

lansia dengan keluhan utama sesak, maka diangkat perioritas diagnosis

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, karena produksi mukus yang

berlebihan ditandai dengan bunyi napas ronchi di semua lapang paru pada saat

auskultasi. Berdasarkan data tersebut di atas, mahasiswa tertarik untuk membahas

bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada tuberkulosis paru lansia di RT 06/ RW 01 Kelurahan

Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah TB sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak ditemukannya penderita TB di

masyarakat. Penularan TB yang cepat, menjadikan TB sebagai salah satu masalah

global dan Indonesia menempati urutan ke lima dengan terbesar kasus insiden

pada tahun 2009.

Indonesia terdiri dari berbagai provinsi, salah satunya adalah Jawa Barat. Estimasi

jumlah orang dengan TB tertinggi berada di Jawa Barat dan Depok yang

merupakan salah satu kota yang berada di Jawa Barat. Penemuan kasus baru

(Case Detection Rate) di kota Depok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012

terus meningkat. Penderita TB di Depok khususnya di kelurahan Cisalak pasar,

berdasarkan hasil pengkajian di Puskesmas Cimanggis, selama tahun 2012 sampai

Mei 2013 terdapat 32 orang berobat TB, jumlah tersebut masih jauh diatas dari

target nasional, dimana target untuk kelurahan Cisalak Pasar dalam menemukan

kasus TB baru adalah sebanyak 20 kasus. Dari 32 orang pasien yang terdapat di

kelurahan Cisalak pasar, 10 orang atau 32.1% diantaranya terdapat di RW 01

Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim

paru dan dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,

ginjal, tulang dan nodus limfe, namun TB terutama menyerang organ paru-paru

sebanyak 80%. TB disebabkan oleh kuman TB yaitu mycobacterium tuberculosis.

Tuberkulosis ini sendiri bukan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan bila

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

12

Universitas Indonesia

berobat teratur. Penderita TB aktif jika tidak diobati dapat menularkan sepuluh

sampai lima belas orang lainnya dalam satu tahun. TB ini sendiri menyerang

kelompok usia produktif (15-54 tahun) dan ekonomi lemah, namun TB juga dapat

menyerang usia lanjut.

Lansia penyakit TB paru yang sudah dalam keadaan parah, banyak ditemukan

pula bronkitis kronis dan tidak sedikit kematian terjadi akibat radang paru.

Penyebaran penyakit TB sangatlah mudah, hal ini sangat rentan pada keluarga

yang anggota keluarga lain yang sedang menderita penyakit TB . Oleh karena itu,

penyakit TB harus mendapat penanganan yang tepat. Pasein TB yang tidak

ditangani dengan baik mengalami komplikasi perdarahan dari saluran pernafasan

bawah yang dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke organ lain misalnya otak,

tulang, persendian, ginjal, kegagalan nafas bahkan kematian.

Pasien lansia yang menderita TB paru juga akan mengalami berbagai masalah

keperawatan baik secara biologis, psikologis dan sosial, antara lain bersihan jalan

nafas yang tidak efektif, pola nafas yang tidak efektif, gangguan pertukaran gas,

cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas. Keadaan abnormal

produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi

yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak

berjalan secara adekuat normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun dan

bersihan jalan nafas akan tidak efektif. Hough (2001) menyatakan bahwa

penggunaan penguapan atau inhalasi sederhana untuk mengencerkan dahak

tergantung dari kekuatan pasien untuk membatuk atau batuk efektif sehingga

mendorong lendir keluar dari saluran pernapasan dan seseorang akan merasa

lendir atau dahak di saluran napas hilang dan jalan nafas akan kembali normal.

Berdasarkan data tersebut di atas, mahasiswa tertarik untuk membahas bagaimana

penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan ketidakefektifan bersihan

jalan napas pada tuberkulosis paru lansia di RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak

Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

13

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan yang dilakukan memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan

keluarga dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada tuberkulosis paru

lansia di RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota

Depok.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penulisan ini bertujuan agar penulis mampu memberikan gambaran tentang

penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan masalah

tuberkulosis paru yang meliputi:

1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian keluarga lansia dengan TB paru.

1.3.2.2 Mampu menganalisis data yang didapatkan pada saat pengkajian.

1.3.2.3 Mampu menentapkan masalah keperawatan berdasarkan hasil analisis

data.

1.3.2.4 Mampu menetapkan prioritas diagnosis keperawatan berdasarkan skoring

yang sudah dilakukan.

1.3.2.5 Mampu membuat rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan

masalah keperawatan yang sudah ditetapkan.

1.3.2.6 Mampu membantu keluarga dalam melaksanakan lima fungsi kesehatan

keluara antara lain mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota

keluarga yang sakit, meodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada serta mengimplementasikan tindakan keperawatan

berupa inhalasi sederhana dan batuk efektif untuk mengatasi masalah pada TB

paru pada lansia.

1.3.2.7 Mampu mengevaluasi hasil akhir dari implementasi yang telah dilakukan

pada keluarga dengan TB paru lansia.

1.3.2.8 Mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan keperawatan keluarga

yang diberikan dengan teori-teori terkait

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

14

Universitas Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak,

sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Keilmuan

Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan

keperawatan komunitas khususnya tentang asuhan keperawatan keluarga dengan

masalah tuberkulosis paru khususnya pada lansia.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

1.4.2.1 Bagi Puskesmas Cimanggis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi terkait gambaran

pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru pada lansia dan menjadi

acuan untuk meningkatkan program pelayanan promosi kesehatan dalam

pengendalian TB, terutama pengembangan materi-materi edukasi kesehatan yang

dapat dipahami masyarakat. Jika klien TB terpapar informasi tersebut, maka

penemuan kasus-kasus baru TB dan kepatuhan berobat dapat ditingkatkan

sehingga kejadian TB dapat diminimalkan kejadiannya.

1.4.2.2 Bagi Keluarga dengan Tuberkulosis Paru pada Lansia

Penulisan ini diharapkan membuat keluarga mampu melaksanakan lima tugas

kesehatan keluarga mulai dari mengenali masalah tuberkulosis paru pada lansia,

mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita TB, mengambil keputusan

dengan menyebutkan akibat bila TB tidak ditangani, cara perawatan sederhana

untuk mengatasi TB terutama batuk efektif dan inhalasi sederhana yang dialami

anggota keluarga khususnya pada lansia, memodifikasi lingkungan dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat tercapai peningkatan

kesehatan dalam keluarga.

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

15

Universitas Indonesia

1.4.3 Manfaat Metodologi

Hasil penulisan dapat menjadi materi rujukan dalam pengembangan edukasi

kesehatan yang dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan bagi individu,

keluarga dan komunitas terkait tuberkulosis paru. Selain itu hasil penelitian dapat

menjadi dasar penelitian lanjutan di bidang keperawatan khususnya yang terkait

tuberkulosis paru.

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

16 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan pada bab ini tentang pengertian dan tinjauan pustaka mengenai

konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, konsep epidimiologi,

konsep tuberkulosis paru, konsep TB baru, konsep lansia, konsep TB paru pada

lansia, konsep asuhan keperawatan keluarga serta diagnosis keperawatan pada

keluarga dengan tuberkulosis paru, inhalasi sederhana dan batuk efektif.

2.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa

identitas bersama. Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai

kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota dapat diartikan yang lain sebagai

suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan penduduk yang merupakan suat

perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial,

ekonomi, kultur, yang terdapat di daerah tersebut dengan adanya pengaruh timbal

balik dengan daerah-daerah lainnya (Bintarto, 2000). Masyarakat urban dapat

disimpulkan sebagai massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik.

2.1.1 Model Konsep Betty Neuman

Model konsep Neuman adalah model konsep yang menggambarkan tindakan

keperawatan yang berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon

klien terhadap stresor. Neuman (1972) mendefenisikan manusia secara utuh yang

merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Sebagai

sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh

lingkungan yang digambarkan sebagai stresor. Lingkungan ini terdiri dari

lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu

yang mempengaruhi intrapersonal yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan

eksternal ialah segala pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal).

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

17

Universitas Indonesia

Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat

merusak sistem. Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien untuk

menciptakan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme

yang disadari maupun yang tidak disadari (Potter & Perry, 2005).

Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga, dan kelompok

dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal (Neuman

& Young, 1972 dalam Potter & Perry, 2005). Intervensi keperawatan diarahkan

pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan

tersier. Pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi

adanya stresor dan mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stres.

Pencegahan sekunder meliputi tindakan keperawatan untuk mengurangi atau

menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stresor.

Sedangkan pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta

pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi suatu penyakit. Prinsip dari

pencegahan tersier adalah memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap

stresor melalui pendidikan kesehatan dan membantu dalam pencegahan terjadinya

masalah yang sama. Keperawatan berfokus pada individu sebagai satu kesatuan,

bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kestabilan pasien (Potter & Perry,

2005).

2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan

mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Kegiatan

praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang

luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja

perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah

sebagai berikut pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada

individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

18

Universitas Indonesia

(school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah

binaan kesehatan masyarakat. Kedua Penyuluhan/pendidikan kesehatan

masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).

Ketiga konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Keempat

bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kelima

melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih

lanjut. Keenam penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit

pelayanan kesehatan. Kedelapan melaksanakan asuhan keperawatan komuniti,

melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan,

pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan

sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Kesembilan mengadakan

koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti. Kesepuluh

Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait

dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan

dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

2.1.3 Identifikasi Kesenjangan Keadaan Kesehatan, Keamanan yang

dialami oleh Masyarakat di Daerah Perkotaan

Mengidentifikasi kesenjangan keadaan kesehatan klien dapat dilihat dari pengaruh

lingkungan terhadap kesehatan klien. Hal yang dapat diidentifikasi berkaitan

dengan dimensi kesehatan klien (Clark, 2000) seperti:

2.1.3.1 Dimensi biophysical yaitu kondisi lingkungan klien yang memiliki efek

yang berbeda pada tingkatan usia populasi serta efek yang terjadi.

2.1.3.2 Dimensi psychological yaitu efek kondisi lingkungan terhadap kualitas

estetika pada lingkungan.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

19

Universitas Indonesia

2.1.3.3 Dimensi physical yaitu faktor-faktor fisik yang mempengaruhi interaksi

kondisi lingkungan dan berefek pada kesehatan.

2.1.3.4 Dimensi sosial yaitu sikap, pekerjaan serta status ekonomi yang dimiliki

oleh klien sehingga berpengaruh pada kondisi lingkungan klien.

2.1.3.5 Dimensi behavioral yaitu keadaan klien yang merokok, pola diet serta

aktivitas rekreasi klien terhadap kondisi lingkungan yang dapat berimbas terhadap

kesehatan.

2.1.3.6 Dimensi sistem kesehatan dapat diidentifikasi dari keadaan lingkungan

kesehatan yang dimiliki serta tanda-tanda yang dimiliki oleh klien ketika klien

sakit dan penanganan yang dilakukan klien ketika sakit.

2.1.4 Dampak Perkotaan terhadap Kesehatan Masyarakat

Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak- dampak

terhadap kesehatan, lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun

keadaan sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap kesehatan dan lingkungan kota

antara lain masih tingginya penyakit menular seperti malaria, diare, demam

berdarah, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dermatitis, Tuberkulosis (TB)

diiringi meningkatnya penyakit tidak menular seperti jantung, hipertensi, stroke

dan diabetes, dan diikuti munculnya New Emerging Infectious Diseases, seperti

Flu Burung dan juga pada masalah air bersih dan sanitasi lingkungan (Hidayati,

2009).

2.3.5 Masalah Tuberkulosis Paru di Perkotaan

Masalah TB sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting (Azzisman dkk, 2006). Hal ini dibuktikan dengan masih banyak

ditemukannya penderita TB di masyarakat. Penularan TB yang cepat, menjadikan

TB sebagai salah satu masalah global (Depkes, 2002). Sumber penularan penyakit

TB adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk, berbicara,

atau bersin dapat menularkan kepada orang lain. Faktor risiko yang berperan

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

20

Universitas Indonesia

penting dalam penularan penyakit TB diantaranya faktor kependudukan dan

faktor lingkungan. Faktor kependudukan diantaranya adalah jenis kelamin, umur,

status gizi, dan kondisi sosial ekonomi, sedangkan faktor lingkungan diantaranya

lingkungan dan ketinggian wilayah untuk lingkungan meliputi kepadatan

penghuni, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, suhu, kelembaban, dan ketinggian

wilayah (Ahmadi, 2005). Penelitian Chapman et al (1993, dalam Nelson 2005)

mengatakan bahwa faktor lingkungan dan sosial, kepadatan penghuni, serta

kemiskinan berperan dalam timbulnya kejadian TB.

Penyakit TB paru yang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama

lingkungan dalam rumah serta perilaku penghuni dalam rumah karena dapat

mempengaruhi kejadian penyakit, kontruksi dan lingkungan rumah yang tidak

memenuhi syarat dapat menjadi faktor risiko sumber penularan berbagai penyakit

infeksi terutama ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan TB Paru (Depkes,

2007). Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mempengaruhi

kejadian penyakit TB seperti hasil penelitian Dahlan (2000) mengatakan bahwa

pencahayaan, ventilasi yang buruk dan kepadatan penghuni yang tinggi

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit TB di Kota Jambi.

Penelitian Edwan (2008) menunjukkan bahwa kelembaban rumah yang tidak

memenuhi syarat mempengaruhi dengan kejadian TB paru di Kecamatan Tebet

Jakarta Selatan, sedangkan penelitan Ayunah (2008) menunjukan hasil bahwa

ventilasi dalam rumah yang kurang baik dapat mempengaruhi kejadian TB di

Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan.

TB bisa menyerang siapa pun, warga miskin perkotaan adalah kelompok

masyarakat paling rentan terserang tuberkulosis. Lingkungan tempat tinggal yang

kumuh dan rendahnya mutu asupan nutrisi membuat kuman tuberkulosis dalam

tubuh gampang menjadi aktif. Kepala Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian

Kesehatan Dyah Erti Mustikawati di sela-sela lokakarya Resisten Multiobat

Tuberkulosis (Tb-MDR) di Jakarta mengatakan bahwa kuman tuberkulosis dalam

tubuh masyarakat dengan ekonomi lebih baik jarang menjadi aktif karena mereka

punya daya tahan tubuh lebih baik (Health Kompas, 2012).

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

21

Universitas Indonesia

Indonesia sebagai daerah endemik 80 % penduduknya diduga pernah terpapar

bakteri penyebab tuberkulosis, mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini bisa

nonaktif puluhan tahun dan aktif jika daya tahan tubuh lemah. Kuman

tuberkulosis mudah menular pada lingkungan pengap, dalam ruangan dengan

ventilasi udara kurang, serta paparan sinar matahari rendah, oleh karena itu,

penting menjaga etika batuk dan meludah agar kuman dalam tubuh tak tersebar.

Rokok harus dihindari (Health Kompas, 2012).

2.2 Konsep Epidemiologi

Kata epidemiologi digunakan pertama kali pada awal abad kesembilan belas

(1802) oleh seorang dokter Spanyol bernama Villalba dalam tulisannya bertajuk

epidemiología española (Buck et al., 1998 dalam Murti, 2000). Gagasan dan

praktik epidemiologi untuk mencegah epidemi penyakit sudah dikemukakan oleh

Hippocrates sekitar 2000 tahun yang lampau di Yunani. Hippocrates

mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit

(Susser dan Susser, 1996 dalam Murti 2000).

2.2.1 Definisi Epidemiologi

Epidemiologi berasal dari dari kata Yunani yaitu epi= atas, demos= rakyat,

populasi manusia, dan logos = ilmu (sains), bicara. Epidemiologi secara

etimologis adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan

peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit dan kematian yang

diakibatkannya yang disebut epidemi (Timmreck, 2004). Epidemiologi bisa

disimpulkan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi yang terdiri dari

besar dan jumlah serta penyebaran atau distribusi masalah kesehatan pada

sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Sehat –Sakit

Rekawati (2011) memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi sehat sakit,

yaitu:

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

22

Universitas Indonesia

2.2.2.1 Gordon and Le Rich

Pejamu (host)/inang yaitu segala faktor yang terdapat dalam diri manusia yg

mempengaruhi timbulnya penyakit, misalnya imunitas, aktivitas, gaya hidup.

Bibit penyakit (agent) yaitu substansi atau elemen yang apabila ia ada atau tidak

ada dapat menimbulkan atau menggerakkan timbulnya penyakit, misalnya bakteri,

jamur, dan virus. Adapun yg tidak ada dapat menimbulkan penyakit seperti asam

folat, Fe pada ibu hamil. Lingkungan (environment) yaitu seluruh kondisi yang

mempengaruhi.

2.2.2.2 Blum

Sehat dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan, yankes, keturunan dan yang paling

berpengaruh adalah perilaku karena perilaku dapat merubah lingkungan.

2.2.2.3 Model Roda (The Wheel)

Model ini terdiri dari inti genetik, pejamu yaitu umur, jenis kelamin, ras, status

perkawinan, kebiasaan hidup, pekerjaan, keturunan dan lingkungan sosial,

biologis, dan fisik.

2.2.3 Konsep At Risk dan Vulnerability

Konsep antara at risk dan vulnerability terkadang sulit untuk dipahami secara

keseluruhan oleh perawat karena banyaknya faktor yang mempengaruhi

keduanya. Selain itu, tidak semua orang memiliki risiko kesehatan yang sama

meskipun mereka berada dalam satu lingkungan yang sama. Pada intinya,

memahami hubungan antara at risk dan vulnerability akan mempengaruhi

keyakinan individu, nilai-nilai kultural, dan sikap sosial (Fitzpatrick, Villaruel, &

Porter, 2004 ).

2.2.3.1 Konsep At Risk

At risk didefinisikan sebagai suatu kondisi kesehatan seseorang yang merupakan

hasil dari interaksi dengan berbagai macam faktor, seperti faktor genetik, gaya

hidup, serta kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial dimana individu

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

23

Universitas Indonesia

tersebut tinggal atau bekerja. Akumulasi dari berbagai macam faktor tersebut

dapat menimbulkan efek tertentu, seperti masalah kesehatan (Sebastian, 2004).

Risk factor merupakan faktor paparan yang spesifik yang secara terus menerus

bersinggungan terhadap individu dari luar, seperti asap rokok, stress yang

berlebihan, dan zat kimia yang ada di lingkungan. Risk factor juga berkaitan

dengan karakteristik seseorang seperti umur, jenis kelamin, dan genetik.

Hitchcock, Schubert, dan Thomas (2000) menyebutkan bahwa perubahan fokus

perawatan kesehatan komunitas pada populasi dan at risk terjadi karena adanya

transisi perubahan gaya hidup dan penyakit yang dapat diidentifikasi melalui

pendekatan epidemiologi.

Population at risk merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki beberapa

kemungkinan yang telah jelas teridentifikasi atau telah ditentukan meskipun

sedikit atau kecil terhadap munculnya suatu peristiwa (Hitchcock, Schubert &

Thomas, 2000). Identifikasi yang menyeluruh pada populasi risiko membutuhkan

suatu instrument yang baik dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang

berkontribusi terhadap munculnya penyakit atau masalah (Kharicha, 2007).

2.2.3.2 Konsep Vulnerability

Vulnerable population group merupakan sekelompok orang dari satu populasi

yang memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks dibandingkan dengan

kesehatan populasi secara keseluruhan. Individu yang masuk dalam kelompok

vulnerable memiliki risiko yang jauh lebih kompleks sebagai hasil dari akumulasi

atau kombinasi dari beberapa faktor risiko yang membuat individu tersebut jauh

lebih sensitif dibandingkan individu lainnya. Intinya, vulnerable menentukan

seseorang memiliki tingkat sensitivitas terhadap faktor risiko yang lebih tinggi

dibandingkan yang lainnya (Hitchcock, Schubert & Thomas, 2000).

2.3 Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim

paru dan dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

24

Universitas Indonesia

ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian Yoga (2007)

yang juga menyatakan bahwa TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga dapat

menyerang organ tubuh yang lain seperti kulit (TB kulit), tulang (TB tulang), otak

dan saraf (TB otak dan saraf), mata (TB mata), dan lain-lain. Namun, TB terutama

menyerang organ paru-paru sebanyak 80% (PPTI, 2012).

2.3.1 Pengertian Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

oleh bakteri dan biasanya menyerang bagian paru-paru manusia (Amin dan Bahar,

2006). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Tuberkulosis (mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara

(droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang

mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas (Widoyono,

2008). Tuberkulosis paru juga dapat dirumuskan sebagai suatu penyakit yang

menyerang paru dan ditularkan melalui kuman pada saat batuk dan percikan ludah

yang tersebar diudara dan dihirup oleh orang lain.

2.3.2 Penyebab Tuberkulosis Paru

Mycobacterium tuberculosis yang disebut pula sebagai Bakteri Tahan Asam

(BTA) merupakan kuman atau bakteri yang menyebabkan penyakit TB. Kuman

batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun

saprofit (Price dan Wilson, 2005). Tuberkulosis paru disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosa yang ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada

tahun 1882. Hasil penemuan ini diumumkan di Berlin pada tanggal 24 Maret 1882

dan tanggal 24 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai hari tuberkulosis.

Kuman mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-

4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan Bahar, 2006).

Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100ºC selama 5-10 menit atau pada

pemanasan 60ºC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30

detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara, di tempat yang lembab dan gelap

bisa berbulan-bulan namun tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara.

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

25

Universitas Indonesia

Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih

dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam

(Widoyono, 2008).

2.3.3 Gejala-Gejala Tuberkulosis Paru

Keluhan atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita tuberkulosis paru sangatlah

bervariasi. Pembahasan ini akan disebutkan gejala-gejala yang paling banyak

dirasakan oleh penderita TB menurut Depkes (2008), yaitu batuk berdahak selama

dua sampai tiga minggu atau lebih, dahak bercampur darah, batuk berdarah, batuk

ini terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang

produk-produk radang keluar. Gejala lainnya juga berkeringat malam hari tanpa

kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan, panas badan penderita TB

kadang-kadang dapat mencapai 40-41 ºC. Biasanya demam ini berupa demam

influenza yang hilang timbul, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dri

serangan demam influenza. Keluhan ini sangat dipengaruhi berat atau ringannya

infeksi kuman yang masuk (Amin dan Bahar, 2006).

Gejala yang biasanya muncul juga adalah sesak napas. Sesak napas akan

ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi

setengah bagian paru-paru. Malaise juga merupakan salah satu gejala yang biasa

dialami oleh penderita TB. Gejala badan lemas, nafsu makan menurun, malaise

sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus,

sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan lain-lain. Gejala ini hilang

timbul secara tidak teratur juga (Amin dan Bahar, 2006).

Gejala tuberkulosis menurut strategi yang baru DOTS (directly observed

treatment shortcourse) yaitu gejala utamanya adalah batuk berdahak dan/atau

terus-menerus selama tiga minggu atau lebih, seperti juga pendapat Price dan

Wilson (2005) yang menyatakan gejala utama dari tuberkulosis adalah batuk yang

biasanya berlangsung lama dan produktif yang berdurasi lebih dari 3 minggu.

Berdasarkan keluhan tersebut, seseorang sudah dapat ditetapkan sebagai

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

26

Universitas Indonesia

tersangka. Gejala lainnya adalah gejala tambahan. Dahak penderita harus

diperiksa dengan pemeriksaan mikroskopis.(Widoyono, 2008).

2.3.4 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru

Klasifikasi penyakit tuberkulosis paru menurut Depkes (2008), yaitu:

2.3.4.1 Klasifikasi TB paru berdasarkan Pemeriksaan Dahak

Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru berdasarkan pemeriksaan dahak dibagi

menjadi dua yaitu (Depkes, 2003):

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru

Klasifikasi Keterangan

Tuberkulosis paru BTA positif.

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu)

hasilnya BTA positif.

Satu spesimen dahak SPS hasilnya

BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis.

Satu spesimen dahak SPS hasilnya

BTA positif dan biakan kuman. Satu

atau lebih spesimen dahak hasinya

positif setelah tiga spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya

BTA negatif dan tidak ada perbaikan

setelah pemberian antibiotika non OAT.

Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi

pada tuberkulosis paru BTA positif.

Kriteria diagnostik tuberkulosis paru

BTA negatif harus meliputi paling tidak

tiga spesimen dahak SPS hasilnya

negatif.

Foto toraks abnormal menunjukkan

gambaran tuberkulosis.

Tidak ada perbaikan setelah pemberian

antibiotika non OAT. Ditentukan

(dipertimbangkan) oleh dokter untuk

diberi pengobatan.

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

27

Universitas Indonesia

2.3.4.2 Klasifikasi TB Paru Berdasarkan Riwayat Pengobatan

Klasifikasi pasien tuberkulosis paru berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu pertama pasien baru dalah pasien yang belum

pernah diobati dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Kedua pasien kambuh (relaps) adalah

pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis

dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali

dengan BTA positif (apusan atau kultur). Ketiga pengobatan setelah putus berobat

(default) adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih

dengan BTA positif. Keempat pasien gagal (failure) adalah pasien yang hasil

pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan

kelima atau lebih selama pengobatan. Kelima pasien pindahan (transfer in) adalah

pasien yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memiliki

register tuberkulosis lain untuk melanjutkan pengobatannya. Keenam yaitu lain-

lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Kelompok ini

termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan (Kemenkes, 2011).

2.3.5 Kategori Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (Muttaqin, 2010):

2.3.5.1 Kategori I

Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan

yang berat seperti meningitis, TB millier, perikarditis, dll, dan penderita dengan

sputum negatif tetapi kelainan paru-parunya luas. Dimulai dengan fase intensif,

OAT diberikan setiap hari selama dua bulan. Selama dua bulan sputum menjadi

negatif, maka OAT akan dilanjutkan ke fase lanjutan, bila setelah dua bulan

sputum masih tetap positif, maka fase intensif akan diperpanjang 2-4 minggu lagi

dan yang dikenal dengan fase sisipan, kemudian dilanjutkan dengan fase lanjutan

tanpa melihat apakah sputum sudah negatif atau belum. Fase lanjutan diberikan

lebih lama yakni 4-6 bulan.

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

28

Universitas Indonesia

2.3.5.2 Kategori II

Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif. Bila

setelah fase intensif sputum menjadi negatif, maka dilanjutkan ke fase lanjutan.

Bila setelah tiga bulan sputum tetap positif, maka fase intensif diperpanjang 1

bulan lagi. Bila setelah empat bulan sputum masih tetap positif, maka pengobatan

dihentikan 2-3 hari,kemudian dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi lalu

pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan.

2.3.5.3 Kategori III

Kategori III adalah kasus dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak

luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut di kategori I.

2.3.5.4 Kategori IV

Kategori IV adalah TB kronik. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan

keberhasilan pengobatan kecil sekali.

2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tuberkulosis Paru

Hiswani (2009) mengatakan bahwa keterpaparan penyakit tuberkulosis paru

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

2.3.6.1 Umur

Hasil penelitian yang dilaksanakan di New York tahun 2000 pada panti

penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan

mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan

umur. Hasil penelitian Herryanto dkk (2004), mengemukakan tentang

karakteristik kasus kematian penderita TB paru yang hampir tersebar pada semua

kelompok umur, dan paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3 %)

yang merupakan usia produktif dan usia angkatan kerja. Berbeda dengan pendapat

Hiswani (2009) penyakit tuberkulosis yang paling sering ditemukan pada usia

muda atau usia produktif 15-50 tahun, dengan ini terjadinya transisi demografi

saat ini menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. pada usia

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

29

Universitas Indonesia

lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat

rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit tuberkulosis paru.

2.3.6.2 Jenis Kelamin

Penderita TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan.

menurut WHO (2005, dalam Hiswani 2009) sedikitnya dalam periode setahun ada

sekitar satu juta perempuan yang meninggal akibat TB paru, dapat disimpulkan

bahwa pada kaum perempuan lebuh banyak terjadi kematian yang disebabkan

oleh TB paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. pada

jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok dan minum

alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga lebih

mudah terpapar dengan agent penyebab TB paru. Penelitian Herryanto (2004),

terdapat proporsi menurut jenis kelamin, laki laki sebesar 54,5 % dan perempuan

sebesar 45,5 % yang menderita TB paru. Hasil penelitian dari WHO (2006)

melaporkan prevalensi tuberkulosis paru 2,3% lebih banyak pada laki-laki

dibanding wanita terutama pada negara yang sedang berkembang karena laki-laki

dewasa lebih sering melakukan aktivitas sosial.

2.3.6.3 Status Gizi

Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan Iain-

lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap

penyakit termasuk TB paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang

berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

2.3.6.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang

diantaranya mengenai pengetahuan penyakit TB. Pengetahuan ini maka seseorang

akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat

pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan penderita untuk menerima

informasi tentang penyakit, terutama TB paru. Kurangnya informasi tentang

penyakit TB paru menyebabkan kurangnya pengertian kepatuhan penderita

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

30

Universitas Indonesia

terhadap pengobatan atau berhenti bila gejala penyakit tidak dirasakan lagi

(Anugerah, 2007).

2.3.6.5 Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu.

Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu, paparan partikel debu di daerah

terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan seperti

TB. Jenis pekerjaan ini juga mempengaruhi keadaan perekonomian seseorang dan

kemudian akam berdampak terhadap pola makan setiap hari, dan pemeliharaan

kesehatan. Keluarga dengan pendapatan rendah akan cenderung sulit memperoleh

makanan yang begizi dan memelihara kesehatan secara baik, sehingga sangat

rentan tertular penyakit TB (Amira, 2005).

2.3.6.6 Faktor Sosial Ekonomi

WHO (2007) menyebutkan 90% penderita TB di dunia menyerang kelompok

sosial ekonomi lemah atau miskin, disini sangat erat dengan keadaan rumah,

kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja

yang buruk dapat memudahkan penularan TB. Pendapatan keluarga sangat erat

juga dengan penularan TB, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak

dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Rajagukguk (2008) juga

menyatakan bahwa makin buruk keadaan sosial ekonomi masyarakat, sehingga

nilai gizi dan sanitasi lingkungan jelek, yang mengakibatkan rendahnya daya

tahan tubuh mereka sehingga mudah menjadi sakit bila tertular tuberkulosis.

2.3.6.7 Kebiasaan Merokok

Merokok dan TB masih menjadi masalah kesehatan yang penting dinegara maju

dan negara berkembang. Asap rokok memiliki efek baik pro- inflamasi dan

imunosupresif pada sistem imun saluran pernapasan. Merokok meningkatkan

risiko infeksi mycobacterium tuberculosis, risiko perkembangan penyakit dan

kematian pada penderita TB. Berhenti merokok berperan dalam global

tuberculosis control dan mengurangi kematian pada penderita TB (Wijaya, 2012).

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

31

Universitas Indonesia

Mekanisme pasti yang menghubungkan merokok dengan TB tidak sepenuhnya

dipahami, namun ada banyak bukti menurunnya pertahanan saluran napas

berpengaruh pada kerentanan terhadap infeksi TB pada perokok. Trakea, bronkus

dan bronkiolus yang membentuk saluran udara yang memasok udara ke paru

memberikan garis pertahanan pertama dengan mencegah kuman TB untuk

mencapai alveoli. Merokok terbukti dapat mengganggu bersihan mukosilier.

Makrofag alveolar paru yang merupakan pertahanan utama terjadi penurunan

fungsi fagositosis dan membunuh kuman pada individu yang merokok, seperti

dilaporkan pada diabetes, merokok telah ditemukan berhubungan dengan

penurunan tingkat sitokin proinflamasi yang dikeluarkan. Sitokin-sitokin ini

sangat penting untuk respons awal pertahanan lokal untuk infeksi kuman termasuk

TB (Wen et all, 2010). Studi menunjukkan bahwa jumlah dan durasi merokok

aktif berpengaruh terhadap risiko infeksi TB sedangkan pada perokok pasif

berhubungan dengan peningkatan kejadian TB pada anak dan usia muda (Leung

et all, 2010). Ho Lin di Taiwan (2009) tentang perokok, mendapatkan hampir

18.000 orang yang mewakili populasi umum selama lebih dari tiga tahun terakhir.

Ditemukan peningkatan dua kali lipat resiko TB aktif pada perokok dibandingkan

dengan mereka yang tidak pernah merokok.

2.3.6.8 Kepadatan Hunian dan Kondisi Rumah

Hunian rumah yang padat menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen bila salah

satu anggota hunian terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada

anggota keluarga yang lain. Slamet (2000) menyebutkan bahwa untuk rumah

sederhana luasnya minimun 10 m²/orang. Kepadatan penghuni merupakan suatu

proses penularan penyakit. Perpindahan penyakit yang semakin padat khususnya

penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat

anggota keluarga yang menderita TB dengan BTA positif. Kepadatan hunian

ditempat tinggal penderita TB paru paling banyak adalah tingkat kepadatan

rendah. Suhu didalam ruangan erat kaitannya dengan kepadatan hunian dan

ventilasi rumah. Kondisi kepadatan hunian perumahan atau tempat tinggal lainnya

seperti penginapan, panti-panti tempat penampungan akan besar pengaruhnya

terhadap risiko penularan. Daerah perkotaan (urban) yang lebih padat

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

32

Universitas Indonesia

penduduknya dibandingkan di pedesaan (rural), peluang terjadinya kontak dengan

penderita TB lebih besar, sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil

kemungkinannya.

Ventilasi cukup menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga

keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga.

Ventilasi yang baik juga menjaga dalam kelembaban (humidity) yang optimum.

Kelembaban yang optimal (sehat) adalah sekitar 40–70%. Kelembaban yang lebih

Dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah. Kelembaban

udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit

dan penyerapan. Kelembaban merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri

patogen (penyebab penyakit). Menurut Slamet (2000) untuk sirkulasi yang baik

diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai.

Cahaya matahari cukup, tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya matahari ini

dapat diperoleh dari ventilasi maupun jendela/genting kaca. Suhu udara yang ideal

dalam rumah antara 18-30°C. Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat

bervariasi, mycobacterium tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37°C. Paparan

sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh mycobacterium tuberculosis.

Bakteri tahan hidup pada tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih

banyak di rumah yang gelap. Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan

10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux (Slamet, 2000). Hal ini sependapat dengan

penelitian Yoga (2007), TB juga mudah menular pada mereka yang tinggal di

perumahan padat, kurang sinar matahari dan sirkulasi udaranya buruk/pengap,

namun jika ada cukup cahaya dan sirkulasi, maka kuman TB hanya bisa bertahan

selama 1-2 jam.

2.3.6.9 Perilaku

Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan

penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara

pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan

akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

33

Universitas Indonesia

Mendapatkan pengobatan juga mempengaruhi tingkat kesembuhan penderita TB.

Penderita seringkali datang berobat sudah dalam keadaan terlambat dan banyak

komplikasi, hal ini membuat penderita tidak sabar dalam melakukan pengobatan

dan ingin cepat sembuh, tetapi mereka ini mengalami kecewa dan putus asa

karena apa yang diharapkan penderita tidak sesuai dengan kenyataan perjalanan

pengobatan (Herryanto, 2004). Kebanyakan keluarga penderita merasa jenuh dan

bosan dalam mencari/menjalankan pengobatan TB jika salah seorang anggota

keluarganya sakit TB. Hasil penelitian di Kabupaten Tangerang (2009), penderita

TB paru sering berpindah-pindah tempat pelayanan kesehatan untuk mencari

kesembuhan, hal ini terjadi oleh karena penderita TB kurang yakin pada

pelayanan kesehatan. Karena proses pengobatan yang tidak teratur, membuat

mereka tidak sembuh. Hal ini diperparah dengan kebiasaan tidak menghabiskan

obat, karena merasa badannya sudah sehat (Manalu, 2009). Alasan penderita TB

paru pindah berobat hampir sama dengan alasan diantara mereka yang tidak

menyelesaikan pengobatannya yaitu karena tidak kunjung sembuh, dan bahkan

bertambah parah. Herryanto (2004), dalam hasil penelitiannya menggambarkan

20,8 % pengobatan TB yang dilakukan penderita putus berobat oleh yang tidak

meninggal pindah berobat dengan alasan karena tidak ada perubahan dan

penderita tidak sembuh.

2.3.7 Cara Penularan Tuberkulosis

Penularan penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman mycobacteriun

tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh

orang lain saat bernapas. Penularan TB sebagian besar melalui inhalasi basil yang

terkandung dalam droplet khususnya yang didapat dari pasien TB Paru dengan

batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (Amin dan

Bahar, 2006). Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis paru BTA positif, bila

penderita batuk, bersin atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil

tuberkulosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat dan bisa menyebar

ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah pembuluh limfe atau langsung ke

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

34

Universitas Indonesia

organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak

(Depkes, 2008). Masa inkubasinya selama 3-6 bulan (Widoyono, 2008).

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien

tuberkulosis paru dengan BTA positif memberikan risiko penularan lebih besar

dari pasien tuberkulosis paru dengan BTA negatif (Depkes, 2008). Satu BTA

positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan

setiap kontak untuk tertular tubekulosis adalah 17%. Hasil studi lainnya

melaporkan bahwa kontak terdekat, misalnya keluarga serumah akan dua kali

lebih berisiko dibandingkan kontak biasa atau tidak serumah (Widoyono, 2008).

2.3.8 Upaya Pencegahan Tuberkulosis Paru

Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas

kesehatan (Kemenkes, 2011), yaitu pengawasan penderita, kontak dan lingkungan

yaitu oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan

membuang dahak tidak disembarangan tempat, memisahkan alat makan dan

minum penderita, berobat sampai tuntas dan senam pernapasan. Masyarakat dapat

dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus diberikan vaksinasi

BCG, berikan bayi ASI eksklusif sampai 6 bulan, makan dengan gizi seimbang,

istirahat yang cukup dan olahraga, tidak merokok dan menjemur kasur atau tikar

serta membersihkan rumah secara teratur. Petugas kesehatan dengan memberikan

penyuluhan tentang penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan

akibat yang ditimbulkan.

2.3.9 Upaya Penanggulangan Tuberkulosis Paru

Upaya penanganan dan pemberantasan TB paru telah dilakukan pada awal tahun

1990, WHO telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal

sebagai strategi DOTS. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan

pasien, dengan prioritas pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan

penularan TB dan diharapkan menurunkan insidens TB di masyarakat.

Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya

pencegahan penularan TB (Depkes, 2007).

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

35

Universitas Indonesia

Seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat secara lengkap

dan teratur. Obat disediakan oleh pemerintah secara gratis di sarana pelayanan

kesehatan yang telah menerapkan strategi Dots (Directly Observed Tretment Short

course) seperti di Puskesmas, Balai pengobatan Penyakit Paru dan beberapa

rumah sakit (Yoga, 2007). Pemberian panduan OAT didasarkan pada klasifikasi

TB paru. Prinsip pengobatan TB paru adalah obat TB yang diberikan dalam

bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid,

Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,

supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap

intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat

perut kosong. Tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua minggu. sebagian besar penderita

TB paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan

intensif. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh

kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (Depkes, 2003).

Perbaikan sosial ekonomi, peningkatan taraf hidup dan lingkungan serta kemajuan

teknologi banyak membawa perubahan, di negara-negara maju jauh sebelum

ditemukan obat anti TB (tuberkulostatika dan tuberkulosid) berkat perbaikan

sosial ekonomi, jumlah penderita menurun 10-15 % per tahun, dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa penyakit TB sebenarnya dapat hilang dengan sendirinya

jika ada perbaikan sosial ekonomi tanpa obat (Ahmad, 2008).

Hasil penelitian Pradono (2007) bahwa keluarga yang mempunyai pendapatan

yang lebih tinggi akan lebih mampu untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah

tangganya, menyediakan air minum yang baik, membeli makanan yang jumlah

dan kualitasnya memadai bagi keluarga mereka, serta mampu membiayai

pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan. Program pemberantasan TB yang

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

36

Universitas Indonesia

telah dilaksanakan melalui paket program, namun di puskesmas belum secara

efektif dapat menjangkau seluruh masyarakat atau penderita.

Helper, dkk (2009) juga mengemukakan bahwa sampai saat ini masih ada anggota

masyarakat yang belum mengetahui ada program pelayanan kesehatan TB paru

gratis di Puskesmas. Hasil survei prevalensi tuberculosis (2004) menunjukkan

bahwa lebih dari 80 % responden ternyata tidak mengetahui adanya program obat

anti TB gratis dan hanya 19 % yang mengetahui adanya pemberian obat anti TB

gratis (Depkes. 2004). Rendahnya pengetahuan ini akan menghambat penderita

TBC mencari pengobatan gratis atau menjadi penyebab putus berobat.

Permatasari (2005) mengemukakan disamping faktor medis. Faktor sosial

ekonomi dan budaya, sikap dan perilaku yang sangat mempengaruhi keberhasilan

pengobatan sebagaimana diuraikan di bawah ini:

2.3.9.1 Faktor sarana yaitu tersedianya obat yang cukup dan kontinu, dedikasi

petugas kesehatan yang baik dan pemberian regiment OAT yang adekuat.

2.3.9.2 Faktor penderita yaitu pengetahuan penderita yang cukup mengenai

penyakit TB paru, makin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit

Tuberkulosis untuk dirinya, keluarga dan masyarakat sekitarnya makin besar pula

bahaya si penderita sebagai sumber penularan penyakit, baik dirumah maupun

tempat pekerjaannya untuk keluarga dan orang disekitarnya (Rajagukguk, 2008).

Cara pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak adekuat, cara menjaga kondisi

tubuh yang baik dengan makanan bergizi. cukup istirahat, hidup teratur dan tidak

minum alcohol atau merokok. Cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan

dengan tidak membuang dahak sembarangan, bila batuk menutup mulut dengan

saputangan, jendela rumah cukup besar untuk mendapat lebih banyak sinar

matahari. Sikap tidak perlu merasa rendah diri atau hina karena TB paru adalah

penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila berobat dengan benar.

Kesadaran dan tekad penderita untuk sembuh.

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

37

Universitas Indonesia

2.3.9.3 Faktor keluarga dan masyarakat lingkungan yaitu dukungan keluarga

sangat menunjang keberhasilan pengobatan seseorang dengan cara selalu

mengingatkan penderita agar makan obat, pengertian yang dalam terhadap

penderita yang sedang sakit dan memberi semangat agar tetap rajin berobat. Hasil

Riskesdas 2007, diketahui bahwa prevalensi TB paru cenderung meningkat sesuai

dengan bertambahnya umur dan prevalensi tertinggi pada usiam lebih dari 65

tahun . Prevalensi TB paru pada laki-laki 20 % lebih tinggi dibandingkan

perempuan, selain itu prevalensi tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan

perkotaan serta empat kali lebih tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan

pendikan tinggi.

2.3.10 Penatalaksaanaan Tuberkulosis Paru

Penatalaksanaan TB paru terdiri dari farmakoterapi dan non farmakoterapi

(Smeltzer, 2000), yaitu:

2.3.10.1 Farmakoterapi

Pengobatan TB di Indonesia sesuai program nasional menggunakan panduan

OAT yang diberikan dalam bentuk kombivak, sbb:

Tabel 2.2 Obat Anti Tuberkulosis

Obat Primer Obat Sekunder Obat Konsevatif

Isoniazid, dosis : 5

mg/kg/hari (maksimum

300 mg/hari). Setiap hari

selama 8 minggu diikuti

16 minggu dan setiap hari

2 – 3 x/ minggu

Cadreamicin, dosis 15-30

mg/kg/hari

(maksimum 1 gra/ hari)

harus diberikan IM.

Mukolitik : menurunkan

kekentalan atau

perlengketan

Ripamficin, dosis : 10

mg/kg/hari (maksimum

600 mg/hari) diberikan

sebelum makan. Setiap

hari selama 2 minggu

diikuti 16 minggu dan

setiap hari 2 – 3

x/minggu

Kancemicin, dosis : 15-

30 mg/kg/hari

(maksimum 1 gram/hari)

diberikan IM.

Bronchodilator : secret

paru, menaikan ukuran

percabangan trachea

bronchist.

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

38

Universitas Indonesia

Obat Primer Obat Sekunder Obat Konsevatif

Pirazinamid, dosis: : 15-

30 mg/kg/hari

(maksimum 2 gram/hari).

Setiap hari selama 8

minggu diikuti 16

minggu dan setiap hari 2

– 3

x/minggu

Asam paraaminosalisilat,

dosis : 150 mg/kg/

hari (maksimum 15

gram/hari)

Kortikosteroid :

menurunkan inflamasi

Ethambutol, dosis : 15-25

mg/kg/hari

(maksimum 1 gram)

harus diberikan IM.

Setiap

hari selama 2 minggu

diikuti 2 x/minggu 2

pemberian obat supaya

yang diawasi langsung

selama 6 minggu.

Sikloresin, dosis : 15-20

mg/kg/hari

(maksimum 1 gram/hari)

Antibiotic : untuk

mikroba

2.3.10.2 Non Farmakoterapi

Penatalaksanaan TB paru non farmakoterapi , yaitu diit tinggi kalori tinggi protein

(TKTP), hindari merokok dan minuman alkohol, istirahat yang cukup (tirah

baring), mengajarkan batuk efektif, olahraga dan pengawasan menelan obat

2.3.11 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui seseorang terkena TB

paru, berikut menurut Arjatmo, dkk (2003) pemeriksaan penunjang yang harus

dilakukan, yaitu:

2.3.11.1 Kultur sputum yaitu positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap

aktif penyakit.

2.3.11.2 Ziehl-neelseh (pemeriksaan asam cepat pada gelas kaca untuk ucapan

cairan darah) , yaitu positif untuk basil asam-cepat.

2.3.11.3 Tes kulit (PPD,mantoux,potogan vollmer), yaitu reaksi positif (area

indurasi 10mm/ lebih besar,terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradelmal antigen)

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

39

Universitas Indonesia

menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya anti bodi tetapi tidak secara berarti

menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik

sakit berarti bahwa tuberculosis aktif tidak dapat di turunkan/infeksi di sebabkan

oleh mycrobacterium yang berada.

2.3.11.4 ELISA/ wastern blot, yaitu dapat menyatakan adanya HIV.

2.3.11.5 Foto thorak : dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,

simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan

lebih luas tuberkulosis dapat termasuk rongga,area fibrosa.

2.3.11.6 Histology/kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan

serebrospinal biospi kulit), yaitu positif untuk mycrobacterium tuberculosis.

2.3.11.7 Biopsi jarum pada jaringan paru, positif utr granuloma tuberculosis ;

adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

2.3.11.8 Elektrolit, dapat tidak normal tergantung padalokasi dan beratnya infeksi

; contoh hiponat reqmia disebabkan oleh tidak normalnya resisten air dapat

ditemukan pada tuberkulosis paru kronis luas.

2.3.11.9 GAD : dapat normal tergantung lokasi,berat dan kerusakan sisa pada

paru.

2.3.11.10 Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang

mati,peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total,dan penurunan

saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis kehilangan

jaringan paru,dan penyakit pleural (tuberkulosis paru kronis luas).

2.3.12 Akibat Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru memiliki banyak akibat jika tidak diobati, jika tidak minum

obat secara teratur, dan akibat lanjut atau komplikasi yang sering terjadi terjadi

pada penderita TB paru stadium lanjut (Depkes, 2003):

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

40

Universitas Indonesia

2.3.12.1 Akibat dari TB paru jika tidak diobati yaitu dapat menular pada orang

lain, tidak dapat sembuh dan dapat menyebabkan kematian.

2.3.12.2 Akibat bila minum obat TB tidak teratur yaitu kuman makin ganas

karena kebal terhadap obat, pasien dapat menularkan TB ke banyak orang

terutama keluarga yang tinggal serumah, pengobatan menjadi mahal dan lama,

serta mengulang pengobatan dari awal.

2.3.13 Komplikasi Tuberkulosis Paru

Komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB paru stadium lanjut, yaitu

hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan

kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Kolaps dari

lobus akibat retraksi bronkial, brokoiectasis dan fibrosis bronkial pada paru,

pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendrian, ginjal dan

sebagainya, insufisiensi kardio pulmoner dan resistensi kuman dimana

pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien tidak disiplin,

bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas

atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus

diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih

berat (Depkes, 2003).

2.4 Penemuan Kasus Tuberkulosis

Penemuan kasus bertujuan untuk mendapakan kasus TB melalui serangkaian

kegiatan mulai dari penjaringan terhadap suspek TB, pemeriksaan fisik dan

laboratories, menentukan diagnosis dan menentukan klasifikasi penyakit dan tipe

pasien TB, sehingga dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak

menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari

penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.

Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan gejala

TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang

kompeten yang mampu melakukan pemeriksan terhadap gejala dan keluhan

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

41

Universitas Indonesia

tersebut. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan

tatalaksana pasien TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara

bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan

TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB

yang paling efektif di masyarakat (Kemenkes, 2011).

Penemuan pasien TB, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.

Penjaringan tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, didukung

dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,

untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB. Pelibatan semua

layanan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi

keterlambatan pengobatan. Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai

tidak cost efektif (Kemenkes, 2011).

Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap (Kemenkes, 2011), yaitu:

2.4.1.1 Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada

pasien dengan HIV (orang dengan HIV AIDS).

2.4.1.2 Kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga

pemasyarakatan (para narapidana), mereka yang hidup pada daerah kumuh, serta

keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA positif.

2.4.1.3 Pemeriksaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus

dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau

pegobatan pencegahan.

2.4.1.4 Kontak dengan pasien TB resistan obat, penerapan manajemen tatalaksana

terpadu bagi kasus dengan gejala dan tanda yang sama dengan gejala TB, seperti

pendekatan praktis.

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

42

Universitas Indonesia

2.5 Konsep Lansia

Laslett (1996, dalam Suardiman 2011) mengutarakan bahwa menjadi tua (aging)

yaitu proses perubahan biologis secara terus menerus yang dialami manusia pada

semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) merupakan

istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut.

2.5.1 Definisi Lansia

Lansia (masa dewasa tua) dimulai setelah pensiun, yaitu biasanya antara usia 65

tahun dan 75 tahun (Potter, 2005). Usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus

hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan

dan akan di alami oleh setiap individu. Lansia mengalami banyak perubahan baik

secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2000). Seseorang menua dengan

cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Lansia adalah

unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara

satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

2.5.2 Klasifikasi Lansia

Beberapa pendapat para ahli tentang klasifikasi lansia adalah sebagai berikut:

2.5.2.1 Menurut Depkes (2003) ada lima klasifikasi pada lansia yaitu: pralansia

(prasenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. Lansia yaitu

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia risiko tinggi yaitu seseorang

yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.

Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Maryam, 2008).

2.5.2.2 Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi

empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut

usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat

tua (very old) ialah di atas 90 tahun (Nugroho, 2000).

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

43

Universitas Indonesia

2.5.3 Tugas Perkembangan Lansia

Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi seiring

penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu, namun

seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh akan

terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan merupakan

perubahan normal. Penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan

atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan pada lansia

dalam adalah beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik,

beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi

terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai individu yang menua,

mempertahankan kehidupan yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan

dengan anak yang telah dewasa, menemukan cara mempertahankan kualitas hidup

(Potter & Perry, 2009).

2.5.4 Perubahan Sistem Pernapasan Lansia

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia yang meliputi perubahan dari tingkat sel

sampai kesemua sistem organ tubuh. Salah satu diantaranya yaitu sistem

pernapasan. Perubahan sistem pernapasan pada lansia yaitu otot pernapasan kaku

dan kehilangan kekuatan, penurunan aktivitas silia jumlah udara pernapasan yang

masuk keparu mengalami penurunan, alveoli semakin melebar dan jumlahnya

berkurang kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret berkurang

dan mengalami sumbatan atau obstruksi (Stanley, 2006).

2.5.5 Tuberkulosis pada Lansia

Tuberkulosis adalah suatu pertumbuhan epidemik diantara lansia yang merupakan

segmen pertumbuhan tercepat pada populasi Amerika Serikat (Couser &

Glassroth, 1993 dalam Stanley 2006). Lansia berisiko tinggi karena biasanya

mengambil tempat pada bagian apeks paru. Mikroorganisme akan bertambah

banyak dan menyebabkan pneumonitis yang memicu respon imun. Neutrofil dan

makrofag yang menutupi dan meliputi basil-basil, mencegah penyebaran lebih

lanjut. Penutupan tersebut menyebabkan pembentukan tuberkel granuloma. TB

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

44

Universitas Indonesia

akan tetap dorman atau mengalami reaktivasi atau mungkin tidak pernah dapat

diatasi karena gangguan respons imun (Stanley, 2006).

Tampilan klinis TB pada lansia tidak khas dan oleh karena itu mungkin tidak

diketahui atau salah diagnosis. Batuk kronis, keletihan dan kehilangan berat badan

dihubungkan dengan penuaan dan penyakit yang menyertai. Pola radiografi

diinterpretasikan sebagai kanker bronkogenik atau pneumonia, selain memiliki

tampilan infiltrat apikal yang khas, lansia memiliki keterlibatan lobus medial dan

lobus bawah dengan sedikit lubang (Stanley, 2006).

Gejala klasik infeksi pada orang berusia lanjut, yaitu demam, tak selalu timbul,

akan tetapi yang terlihat biasanya kurang nafsu makan, merasa lemas, dan ada

juga yang kesadarannya menurun. Infeksi pada orang berusia lanjut gejalanya

berbeda dari orang muda. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh pada orang

berusia lanjut menurun sehingga pertahanan tubuh kurang berjalan seperti waktu

muda. Demam merupakan upaya tubuh mematikan kuman, karena sistem

kekebalan menurun, maka reaksi demam mungkin tak jelas, bahkan tak timbul.

Gejala TB paru pada orang berusia lanjut juga agak berbeda dari orang muda.

Gejala batuk yang merupakan gejala penting pada TB pada orang muda ternyata

pada usia lanjut kurang menonjol. Biasanya yang lebih sering dikeluhkan adalah

gejala sesak. Perlu juga diingat pada orang berusia lanjut fungsi organ tubuh

menurun sehingga dalam pemberian obat keadaan fungsi organ harus

dipertimbangkan (Kompas, 2008). Semakin meningkatnya jumlah penduduk

Indonesia dan peningkatan usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut di

Indonesia akan meningkat pula. Keluarga di Indonesia perlu memahami cara

memelihara kesehatan bayi dan anak, maka sekarang pengetahuan keluarga

tentang pemeliharaan kesehatan orang berusia lanjut juga harus ditingkatkan.

2.6 Asuhan Keperawatan Keluarga

Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

45

Universitas Indonesia

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004). Keluarga yang juga

adalah individu, kelompok, dan komunitas merupakan klien perawat atau

penerima pelayanan asuhan keperawatan. Keluarga membentuk unit dasar

masyarakat dan tentunya unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan

individu yang memungkinkan menentukan keberhasilan atau kegagalan

kehidupan individu (Friedman, 2003).

Unit keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat

(Bronfenbrenner, 1979 dalam Friedman, 2003). Tujuan dasar sebuah keluarga

terdiri dari dua, yaitu: mempertemukan kebutuhan dari masyarakat dimana

keluarga merupakan bagian dari masyarakat dan mempertemukan kebutuhan

individu-individu dalam keluarga. Fungsi ini merupakan asas bagi adaptasi

manusia yang tidak dapat dipenuhi secara terpisah sehingga harus berkaitan satu

sama lain di dalam sebuah keluarga. Hal ini menjadi dasar bagi perawat untuk

mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan baik demi

terciptanya keluarga dan masyarakat yang sehat.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga (Friedman, 2003). Tahapan proses keperawatan

keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga, perumusan

diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan asuhan

keperawatan dan evaluasi.

2.6.1 Pengkajian Keluarga

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara

terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari

tahapan pengkajian daoat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi

fasilitas rumah, pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe), data

sekunder, misalnya hasil laboratorium, dsb. Hal-hal yang perlu dikaji dalam

keluarga menurut Friedman (2003) adalah:

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

46

Universitas Indonesia

2.6.1.1 Data umum yang terdiri dari nama keluarga (KK), alamat dan telpon serta

komposisi Keluarga, genogram. Data umum selanjutnya yaitu tipe keluarga yang

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang terjadi

dengan jenis tipe keluarga tersebut. Tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto

(2007), antara adalah sebagai berikut keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga

yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari

suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah keluarga yang lain

(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk

keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga

pasangan sejanis (guy/lesbian families). Keluarga campuran (blended family)

yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-anak

tiri. Keluarga menurut hukum umum (common law family): Anak-anak yang

tinggal bersama. Keluarga orang tua tinggal yaitu keluarga yang terdiri dari pria

atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin

tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama. Keluarga

Hidup bersama (commune family) yaitu keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan

anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki

kepercayaan bersama. Keluarga serial (serial family) yaitu keluarga yang terdiri

dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi

kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak

dengan pasangannya masing-masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu

keluarga. Keluarga gabungan (composite Family) yaitu keluarga yang terdiri dari

suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan

beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri). Hidup bersama dan tinggal

bersama (cohabitation family) yaitu keluarga yang terdiri dari pria dan wanita

yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Suku bangsa yaitu mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. Agama

yaitu mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

47

Universitas Indonesia

mempengaruhi kesehatan. Status sosial ekonomi keluarga yang ditentukan oleh

pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barangn-barang yang dimiliki oleh keluarga. Data

umum yang terakhir adalah aktivitas rekreasi keluarga yaitu rekreasi keluarga

tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi

tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio

juga merupakan aktivitas rekreasi.

2.6.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga yaitu tahap perkembangan

keluarga saat ini yaitu tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti. Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut

Duval (1985, dalam Friedman 2003) ada delapan tahap tumbuh kembang

keluarga yaitu tahap I keluarga pemula, keluarga pemula merujuk pada pasangan

menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah

membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.

Tahap II dengan keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur

30 bulan), tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga

muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan

lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan. Tahap III keluarga dengan

anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun), tugas perkembangan

keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga,

mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap

memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat

dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai

mengenalkan kultur keluarga dan menanamkan keyakinan beragama, memenuhi

kebutuhan bermain anak.

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

48

Universitas Indonesia

Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun), tugas

perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman

sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi

kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,

memperhatikan anak saat dan menyelesaikan tugas sekolah. Tahap V keluarga

dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun), tugas perkembangan

keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab

ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak,

memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,

mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

Tahap VI keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah), tahap ini adalah tahap

keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan keluarga antara

lain memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga, baru

yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk

memperbaharui dan menyelesaikan kembali, hubungan perkawinan, membantu

orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri. Tahap VII orang tua

usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan), tahap keluarga pertengahan

dimulai ketika anak terakhir, meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian

salah satu pasangan, tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55

tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun, tugasperkembangannya adalah

menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang

memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna

perkawinan yang kokoh. Tahap VIII keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia,

dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama

berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan

lain meninggal, tugasperkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan

hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

49

Universitas Indonesia

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan

pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga selanjutnya adalah tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas

perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi. Riwayat keluarga inti yaitu enjelaskan

mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap

pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

Riwayat keluarga sebelumnya, dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada

keluarga dari pihak suami dan istri.

2.6.1.3 Lingkungan yaitu karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas

rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan

sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. Karakteristik

tetangga dan komunitas RW yang menjelaskan mengenai karakteristik tetangga

dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi

kesehatan. Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat yang

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan

masyarakat. Sistem pendukung keluarga yang termasuk dalam sistem pendukung

keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang

dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik,

fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan dari masyarakat setempat.

2.6.1.4 Struktur keluarga yaitu pola komunikasi keluarga dengan menjelaskan

mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. Struktur kekuatan keluarga,

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

50

Universitas Indonesia

kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain

untuk mengubah perilaku. Struktur peran yang menjelaskan peran dari masing-

masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. Nilai atau norma

keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.

2.6.1.5 Fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi dan fungsi

perawatan keluarga. Fungsi afektif yaitu hal yang perlu dikaji adalah gambaran

diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada

anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai. Fungsi sosialisasi yaitu hal yang perlu dikaji adalah bagaiman

interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya dan perilaku. Fungsi perawatan kesehatan yaitu

menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan

serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga

mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas

kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan tarhadap

anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan dan kleluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

di lingkungan setempat.

Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan

pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah untuk mengetahui kemampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana

keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pen

gertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta

persepsi keluarga terhadap masalah, untuk mengetahui kemampuan keluarga

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu

dikaji adalah sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

51

Universitas Indonesia

luasnya masalah, apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah

keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, apakah keluarga

merasa takut akan akibat dari penyakit, apakah keluarga mempunyai sikap negatif

terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas

kesehatan yang ada, apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

dan apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah. Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan

menggunakan sumber fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu

dikaji adalah apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan

yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/penyakit., apakah

keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan,

keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai,

apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang

diperlukan, adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam

keluarga, apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam

memelihara lingkungan dimasa mendatang, apakah keluarga mempunyai upaya

penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, apakah keluarga sadar akan

pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas

tersebut, apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik,

pengobatan dan rehabilitasi) dan bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan

dengan upaya perawatan dan pencegahan.

2.6.1.6 Stress dan koping keluarga yaitu stressor jangka pendek, stressor jangka

panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang

digunakan dan strategi adaptasi disfungsional. Stressor jangka pendek yaitu

stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 6 bulan. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. Kemampuan

keluarga berespon terhadap situasi/stressor, hal yang perlu dikaji adalah

sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor. Strategi koping yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. Strategi adaptasi

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

52

Universitas Indonesia

disfungsional yaitu strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

2.6.1.7 Harapan Keluarga yaitu perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

2.6.1.8 Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode

yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di

klinik.

2.6.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi

potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun

intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau

untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Diagnosis keperawatan keluarga

dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari

masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari

pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah

label singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan.

Kondisi ini dapat berupa masalah –masalah aktual atau potensial atau diagnosis

sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis

Association) 2012-2014.

Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang

mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan

standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan. Perumusan diagnosis

keperawatan, komponen rumusan diagnosis keperawatan meliputi: Masalah

(problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah

kumpulan data subjektif dan objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

53

Universitas Indonesia

subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau

tidak langsung atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab.

2.6.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 2.3 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan

Keluarga (Friedman, 2003)

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah

Aktual (Tidak/kurang sehat)

Ancaman kesehatan

Keadaan sejahtera

3

2

1

1

2

Kemungkinan masalah dapat diubah

Mudah

Sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2

3

Potensi masalah untuk dicegah

Tinggi

Sedang

Rendah

3

2

1

1

4 Menonjolnya masalah

Masalah berat, harus segera ditangani

Ada masalah, tetapi tidak perlu segera

ditangani

Masalah tidak dirasakan

2

1

0

1

Skoring : Skor x Bobot

Angka tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas

2.6.3.1 Kriteria 1: Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan

biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

54

Universitas Indonesia

2.6.3.2 Kriteria 2: Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan yang

ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah, Sumber daya

keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam

bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam

bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.

2.6.3.3 Kriteria 3: Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu

ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam

memperbaiki masalah, adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat

peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

2.6.3.4 Kriteria 4: Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang

terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

2.6.4 Perencanaan Keperawatan keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup

tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.

Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan

dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan

(Friedman, 2003). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu

pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan

dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan

intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer

untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk

memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk

memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

55

Universitas Indonesia

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di

keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana

mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

2.6.5 Implementasi

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan

mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan

terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman,

2003), yaitu:

2.6.5.1 Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat

terhadap masalah.

2.6.5.2 Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang

konsekwensi tiap tindakan.

2.6.5.3 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas

yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.

2.6.5.4 Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal

mungkin.

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

56

Universitas Indonesia

2.6.5.5 Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat

yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada

pada keluarga.

2.6.6 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan

kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara

jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi

sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun

dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat

dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses

asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

(Friedman,2003). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:

(Suprajitno,2004)

S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang obyektif.

A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.

P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

2.7 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Diagnosis keperawatan berikut merupakan kondisi yang berupa masalah –masalah

aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

57

Universitas Indonesia

North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014. Salah satu diagnosis

keperawatannya yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas.

2.7.1 Definisinya adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi/

obstruksi dan saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.

2.7.2 Batasan Karaktersitik terdiri dari subyektif yaitu dispnea dan obyektif

yaitu tidak ada batuk, suara napas tambahan (misalnya rale, crackle,

ronchi dan mengi), perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, batuk

yang tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk berbicara,

penurunan suara napas, ortopnea, sputum berlebihan, gelisah dan mata

terbelalak.

2.7.3 Faktor yang berhubungan terdiri dari lingkungan yaitu merokok,

menghirup asap rokok, dan perokok pasif. Obstruksi jalan napas yaitu

spasme jalan napas, retensi sekret, mukus berlebih, adanya jalan napas

buatan, terdapat benda asing dijalan napas, sekret di bronki dan eksudat di

alveoli. Fisiologis yaitu disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding

bronkial, PPOK (penyakit Paru Obstruktif Kronis), infeksi, asma, jalan

napas alergik (trauma)

2.8 Inhalasi Sederhana

Inhalasi sederhana adalah menghirup uap hangat dari air mendidih telah ditetesi

minyak penghangat, misalnya minyak kayu putih (Akhavani, 2005). Inhalasi

merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi

yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi aman untuk segala usia, para ahli paru

anak sangat menganjurkan inhalasi sebagai pengobatan yang berhubungan dengan

paru. Inhalasi sederhana bermanfaat mulai dari flu ringan yang baru saja terjadi,

batuk berdahak, paru-paru basah, batuk berdahak berat dan lama, batuk kronis

atau batuk yang berulang-ulang.

Terapi inhalasi biasanya ditujukan umtuk mengatasi bronkospasme,

mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktivitas bronkus serta mengatasi

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

58

Universitas Indonesia

infeksi. Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma,

penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), tuberkulosis, fibrosis kistik, keadaan atau

penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket, pasien sesak nafas dan

batuk. Kontraindikasi mutlak pada inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada pasien

dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan (Rasmin dkk, 2001).

Inhalasi juga tidak memiliki efek negatifnya serta boleh dilakukan sekali pun

orang tersebut mempunyai alergi terhadap sesuatu, karena bekerja langsung pada

sumber pernapasan yaitu paru-paru (Karnaen, 2011). Cara kerja inhalasi

sederhana ini adalah uap masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh, dengan mudah

akan melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli

(Buckle, 1999 dalam Nuraeni 2012).

Teknik pemberian inhalasi sederhana yang diambil dari beberapa literatur yaitu

terlebih dahulu membuat corong dari sebuah kertas yang digulung, adalah cara

yang baik untuk menghirup uap dari mangkuk. kemudian menempatkan air

mendidih dengan suhu 42oC -44

oC dalam mangkuk, dihirup selama 10-15 menit

dilakukan 2-4 kali sehari dan minyak kayu putih ditambahkan ke air panas

tersebut untuk meningkatkan efektifitas (Wong, 2008)

Penelitian yang dilakukan Singh (2004) bertujuan untuk menilai efek dari

menghirup uap air panas dengan bantuan sebuah alat yang dirancang untuk

memberikan uap air panas ke rongga hidung. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pemberian inhalasi sederhana dapat menghilangkan gejala

terutama pada gejala flu biasa.

Berbeda dengan penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa inhalasi sederhana

efektif, akan tetapi penelitian lain terkait pemberian inhalasi sederhana

diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Handley, Abbott, Beasley dan

Gwaltney ( dalam Nuraeni, 2012) tujuan penelitian ini adalah pemberian inhalasi

sederhana atau ihalasi uap melalui hidung yang diususlkan sebagai pengobatan

pilek yang disebabkan oleh virus dengan asumsi bahwa adanya peningkatan suhu

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

59

Universitas Indonesia

intranasal akan menghambat replikasi rhinovirus. desain penelitian menggunakan

randomized controlled trial, dan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 20

peserta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian inhalasi uap melalui

hidung tidak berpengaruh pada pelepasan virus yang dilakukan pada kelompok

intervensi. Hal ini juga didukung oleh penyataan Karnaen (2011) bahwa

penguapan secara tradisional atau inhalasi sederhana ini hanya berfungsi untuk

melonggarkan saluran napas, bukan untuk mengeluarkan lendir, karena bahan-

bahan dalam minyak kayu putih yang terhirup melalui uap air panas itu tidak

mengandung zat penghancur lendir, sehingga tindakan inhalasi terbukti kurang

efektif untuk mengeluarkan dahak sehingga bersihan jalan napas menjadi efektif,

sehingga tindakan inhalasi sederhana dikombinasikan dengan batuk efektif.

2.9 Batuk Efektif

Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,

kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses

pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal, sehingga mukus ini banyak

tertimbun dan bersihan jalan nafas akan tidak efektif. Dampak dari pengeluaran

dahak yang tidak lancar akibat ketidakefektifan jalan nafas adalah penderita

mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas di dalam paru paru

yang mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah.

Tahap selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan nafas sehingga terjadi

perlengketan jalan nafas dan terjadi obstruksi jalan nafas (Nugroho, 2011), bila

hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan

dengan tekanan intrathorakal dan intra abdominal yang tinggi. Untuk itu perlu

bantuan untuk mengeluarkan dahak yang lengket sehingga dapat bersihan jalan

nafas kembali efektif. Udara keluar dengan akselerasi yang cepat beserta

membawa sekret mukus yang tertimbun setelah dibatukkan,. Mukus tersebut akan

keluar sebagai dahak (Prince, 2000).

Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan dahak

(Hudak & Gallo, 2000). Batuk efektif ini juga merupakan bagian tindakan

keperawatan untuk pasien dengan gangguan penapasan akut dan kronis (Kisner &

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

60

Universitas Indonesia

Colby, 1999 dalam Nugroho 2011). Batuk efektif yang baik dan benar dapat

mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran

pernafasan. Perawat diharapkan dapat melatih pasien dengan batuk efektif

sehingga pasien dapat mengerti pentingnya batuk efektif untuk mengeluarkan

dahak.

Indikasi batuk efektif adalah pada pasien seperti bronkitis kronik, asma, TB paru,

pneumonia dan emfisema. Kontraindikasi batuk efektif adalah tension

pneumotoraks, hemoptisis, gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi,

hipertensi, infark miokard akut infark dan aritmia, edema paru dan efusi yang luas

(Wilson, 2006).

Teknik batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan

sekresi dari saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan

ekpansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi

seperti pneumonia, atelektasis, dan demam. dengan batuk efektif penderita

tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan

sekret (Subrata, 2006). Caranya adalah sebelum dibatukkan, klien dianjurkan

untuk minum air hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak, setelah

itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. hal ini dilakukan selama dua kali, kemudian

setelah inspirasi yang ketiga, anjurkan klien untuk membatukkan dengan kuat

(Depkes, 2007).

Hasil penelitian Nugroho (2011) pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran

dahak pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga uji

pengaruh menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat kemaknaan pengaruh batuk

efektif dengan α = 0,05 didapatkan p=0,003 (p<0,05) berarti bahwa berarti ada

pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektif. Tindakan batuk efektif

terbukti efektif dan dapat memberikan perubahan pada pengeluaran dahak

seseorang, karena dengan batuk efektif bisa mengeluarkan dahak dengan

maksimal dan banyak serta dapat membersihkan saluran pernapsan yang

sebelumnya terhalang oleh dahak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengeluaran

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

61

Universitas Indonesia

dahak dapat dilakukan dengan membatuk. Pengeluaran dahak dengan membatuk

akan lebih mudah dan efektif bila diberikan penguapan. Penggunaan penguapan

untuk mengencerkan dahak tergantung dari kekuatan pasien untuk membatuk

sehingga mendorong lendir keluar dari saluran pernapasan dan seseorang akan

merasa lendir atau dahak di sauran napas hilang dan jalan nafas akan kembali

normal.

.

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

62 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Penjelasan bab ini mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada TB paru lansia di RT 06/ RW 01

Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Asuhan

keperawatan keluarga ini terdiri dari pengkajian, intervensi keperawatan,

implementasi, evaluasi dan tingkat kemandirian.

3.1 Pengkajian

Keluarga kakek A (70 tahun) tinggal di Gg Masjid, RT 06/ RW 01 Cisalak Pasar,

yang merupakan pensiunan karyawan swasta dan memiliki pendidikan terakhir

SMA. Keluarga kakek A merupakan keluarga dengan tipe keluarga extended

family yang terdiri dari kakek A (70 th) sebagai kepala keluarga, nenek I (69 th)

sebagai istri dan ibu rumah tangga, bapak F (35th) yang merupakan anak kandung

serta ibu A (30 thn) yang merupakan menantu dan istri dari bapak F yang saat ini

telah hamil 30 minggu (G1P0A0) yang tinggal serumah. Anak-anak Kakek A

yang lainnya ada yang tinggal di samping rumah kakek A dan ada juga yang

tinggal di daerah Jakarta. Kakek A memiliki enam orang cucu.

Kakek A merupakan campuran dari suku Sunda dan suku Betawi karena

mengikuti kedua orang tuanya. Nenek I berasal dari Banten yaitu suku Sunda.

Keduanya sudah berdomisili di Depok sekitar 8 tahun. Komunikasi antara kakek

A dan nenek I menggunakan bahasa Indonesia, begitupun berkomunikasi dengan

bapak F dan ibu A juga menggunakan bahasa Indonesia. Suku tidak

mempengaruhi pola makan keluarga karena keluarga lebih sering masak sendiri.

Keluarga kakek A menganut agama Islam. Keluarga menjalankan ibadah sholat,

puasa, dan ibadah lainnya. Keluarga kakek A merupakan keluarga dengan status

sosial ekonomi kelas menengah. Rumah yang ditempati keluarga kakek A adalah

rumah milik sendiri yang sudah ditempati kurang lebih delapan tahun. Rumah

kakek A adalah tipe permanen dua lanai dengan tembok dari batu bata dan atap

dari genteng. Perabotan rumah tangga kakek A lengkap, mempunyai satu buah

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

63

Universitas Indonesia

motor dan mushola yang dibangun di samping rumah kakek A, namun tidak

memiliki asuransi kesehatan semenjak kantor tempat dulu bekerja bangkrut, akan

tetapi saat ini sedang mengurus jamkesmas. Kakek A tidak memiliki penghasilan.

Keluarga kakek A jarang pergi berekreasi bersama. Waktu luang biasanya

digunakan dengan mengobrol bersama di rumah sambil menonton televisi.

Hasil wawancara didapatkan bahwa kakek A mengatakan sesak sejak kurang lebih

3 bulan yang lalu, mengatakan sesekali batuk yang paling sering dimalam hari dan

mengeluarkan dahak berwarna putih, jumlahnya sedikit, tidak bau dan sulit

mengeluarkan dahak. Kakek A mengatakan pernah memeriksakan dahaknya di

puskesmas Cimanggis pada Desember 2012 dan hasilnya BTA positif tetapi tidak

menjalani pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sebelumnya mengeluh

batuk-batuk lebih dari 3 minggu. Riwayat merokok + 15 tahun dan menghabiskan

2 bungkus rokok sehari, saat ini sudah tidak merokok sejak 3 bulan yang lalu.

Kakek A mengatakan ibu kakek A meninggal pada usia 50 tahun meninggal

karena TB Paru dan saudara pertama dari kakek A meninggal pada usia 65 tahun

karena TB Paru juga. Tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat asma. Saat

batuk-batuk lebih dari 3 minggu dan BTA positif klien hanya berobat ke dokter

praktik dan mendapatkan obat sanbutamol dan tyrosol yang diminum 3 × 1/ hari.

Saat ini kakek A mengkonsumsi sanbutamol dan tyrosol tanpa resep dokter dan

ketika habis obat tersebut beli di apotik terdekat, ketika meminum obat tersebut

Kakek A merasa mendingan dan sesak berkurang. Kakek A menganggap dirinya

menderita asma.

Kakek A mengatakan malas berobat ke puskesmas dikarenakan malas mengantri.

Saat ini yang dikeluhkan adalah sesak dan cepat lelah ketika beraktivitas dan

merasa nyeri dada. Ketika batuk kakek A membuang dahak di kamar mandi dan

saluran pipa yang langsung mengarah ke selokan rumah. Terkadang berkeringat

pada saat malam hari pada saat merasa panas dan menggunakan kipas angin. Saat

batuk/ bersin kakek A tidak menutup mulut hanya memalingkan muka kesamping

atau menundukkan kepala. Saat berinteraksi dengan anggota keluarga termasuk

cucunya kakek A tidak menggunakan masker.

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

64

Universitas Indonesia

Pola konsumsi kakek A diakui oleh nenek I tidak mengalami perubahan nafsu

makan bahkan biasa-biasa saja, sehari kakek A makan 3 kali sehari yaitu saat

pagi, siang dan malam atau menjelang magrib. BB sebelumnya 55 Kg. Nenek I

mengaku untuk lauk pauk dan sayur mayur yang dimasak disesuaikan dengan

uang yang dipunya saat itu. alat-alat makan/ minum kakek A belum dipisahkan,

sedangkan untuk aktivitas sehari-hari kakek A mengatakan jarang berolahraga

dilakukan karena cepat lelah ketika beraktivitas dan hanya berjalan-jalan disekitar

rumah.

Kakek A mengatakan sering tidur saat siang hari sekitar 1 – 2 jam, waktu tidur

malam kakek A yaitu saat jam 8 atau jam 9. Kakek A tidak mengalami kesulitan

untuk memulai tidur. Posisi tidur telungkup dengan kepala menyamping

menggunakan bantal 1. ketika tidur telentang menjadi lebih sesak. Kakek A

mengatakan hanya diam ketika sesak. Kakek A mengatakan terkadang membuka

jendela dan pintu dipagi hari. Kakek A lebih menyukai berada di rumah lantai 2.

Keluarga juga mengatakan pernah menjemur kasur dan karpet, namun jarang-

jarang. Kakek A mengetahui TB dan tanda dan gejala penderita TB sehingga

merasa khawatir akan tanda-tanda TB pada dirinya. Sebelumnya kakek A sudah

mengikuti penyuluhan TB sebanyak 2 kali yang diadakan mahasiswa residen dan

mahasiswa profesi.

Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 120/ 80 mmHg, RR 28 kali, N: 85×/

menit, S: 36,5 oC. Hasil pemeriksaan fisik paru, saat inspeksi ditemukan adanya

retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu pernafasan, dada simetris, napas

pendek. Auskultasi didapatkan suara nafas ronchi basah kasar di semua area paru.

dan suara napas ronchi sangat terdengar jelas tanpa menggunakan stetoskop. Dari

hasil penimbangan berat badan (BB) dan pengukuran tinggi badan (TB)

didapatkan BB 52 kg, TB: 160cm. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks pada

tanggal 02 Juli 2012 di RS Centra Medika didapatkan hasil: sinus difragma kiri

normal, sinus kanan tumpul jantung CTR < 50% ; aorta normal, paru: hili dan

corakan bronkhovaskuler normal, tak tampak infiltrat, kavitas atau lesi patologis

lain, kesan: tak tampak pneumonia/ kelainan lain parenkim, kedua paru suspek

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

65

Universitas Indonesia

pleuritis dextra, jantung normal. Berdasarkan hasil observasi kakek A juga belum

menerapkan etika batuk yang baik dan benar. Hasil pemeriksaan dahak pada

Senin, 03 Juni 2013 di Puskesmas Cimanggis didapatkan hasil BTA Negatif.

Hasil observasi memperlihatkan kondisi rumah keluarga Kakek A gelap, barang-

barang kurang tertata rapi, pencahayaan kurang baik karena ada bagian rumah

yang gelap dan masih disinari lampu pada siang hari, pengap dan lembab tetapi

tidak tampak berdebu. Ventilasi rumah cukup, jendela rumah hanya di bagian

ruang tamu, setiap kamar dan ruang tengah dan di belakang Tidak terlihat adanya

sampah yang berserakan baik di dalam ataupun sekitar rumah. Halaman rumah

Kakek A terlihat kotor dan banyak jentik nyamuk digenangan air depan rumah

dan dikolam ikan.

3.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang muncul adalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas

pada Kakek A. Data-data yang sudah didapatkan pada saat pengkajian kemudian

akan dianalisis yang mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian

dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan diagnosis keperawatan.

Data Subyektif didapatkan yaitu riwayat meninggal akibat TB Paru pada Ibu dari

kakek A pada usia 50 tahun dan kakak pertama kakek A pada usia 65 tahun, sesak

kakek A sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, sesekali batuk, biasanya dimalam

hari dan mengeluarkan dahak berwarna putih, jumlah sedikit, tidak bau, sulit

mengeluarkan dahak. Kakek A mengatakan pernah memeriksakan dahaknya di

Puskesmas Cimanggis pada Desember 2012 dan hasilnya BTA positif tetapi tidak

menjalani pengobatan sebelumnya mengeluh batuk-batuk lebih dari 3 minggu.

Tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat asma. Riwayat merokok + 15 tahun

dan menghabiskan 2 bungkus rokok sehari, saat ini sudah tidak merokok sejak 3

bulan yang lalu. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu berobat ke dokter praktik dan

mendapatkan obat sanbutamol dan tyrosol yang diminum 3 × 1/ hari. Ketika tidur

telentang menjadi lebih sesak. Posisi tidur miring dengan menggunakan satu

bantal, hanya diam ketika sesak. Keluarga juga mengatakan pernah menjemur

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

66

Universitas Indonesia

kasur dan karpet, namun jarang-jarang dan setiap pagi membuka jendela dan

pintu. Kakek A lebih menyukai berada di rumah lantai 2 karena sinar matahari

bisa masuk dan lebih suka tiduran di depan pintu karena udara yang masuk

banyak. Kakek A mengetahui TB dan tanda dan gejala penderita TB sehingga

merasa khawatir akan tanda-tanda TB pada dirinya. Sebelumnya kakek A sudah

mengikuti penyuluhan TB sebanyak 2 kali yang diadakan mahasiswa residen dan

mahasiswa profesi.

Data obyektif yang didapatkan yaitu berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda

vital TD: 110/70 mmHg, nadi: 82 x/menit, suhu: Afebris 36,5oC, RR: 28 x/menit,

CRT < 2 detik. BB : 55 kg TB : 160 cm IMT : 21,5 (normal). Hasil pemeriksaan

fisik paru pada saat inspeksi dada tampak simetris, tidak ada pembengkakan, tidak

terdapat lesi, terdapat penggunaan otot bantu napas, terdapat retraksi dinding

dada. Hasil auskultasi paru didapatkan bunyi napas ronchi basah kasar di semua

lapang paru, suara napas ronkhi tanpa auskultasi, tidak terdapat wheezing. Hasil

palpasi didaptkan tactile fremitus dan saat perkusi terdengar sonor. Hasil

pemeriksaan rontgen thoraks (02 Juli 2012 di RS Centra Medika) didapatkan

hasil: sinus difragma kiri normal, sinus kanan tumpul. Jantung CTR < 50% ; aorta

normal, paru: hili dan corakan bronkhovaskuler normal, tak tampak infiltrat,

kavitas atau lesi patologis lain, kesan: tak tampak pneumonia/ kelainan lain

parenkim, kedua paru suspek pleuritis dextra, jantung normal. Hasil pemeriksaan

dahak BTA Negatif (pemeriksaan di PKM Cimanggis, 03 Juni 2013). Hasil

observasi kondisi rumah keluarga kakek A gelap, barang-barang kurang tertata

rapi, pencahayaan kurang baik karena ada bagian rumah yang gelap dan masih

disinari lampu pada siang hari, pengap dan lembab tetapi tidak tampak berdebu.

Ventilasi rumah cukup, jendela rumah hanya di bagian ruang tamu, setiap kamar

dan ruang tengah dan di belakang Tidak terlihat adanya sampah yang berserakan

baik di dalam ataupun sekitar rumah. Halaman rumah kakek A terlihat kotor dan

banyak jentik nyamuk digenangan air depan rumah dan dikolam ikan.

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosis keperawatan: ketidakefektifan bersihan jalan napas pada kakek A

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

67

Universitas Indonesia

Definisinya adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi/ obstruksi dan

saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan selama 45 menit,

bersihan jalan napas pada kakek A kembali efektif dan adekuat.

Tujuan Khusus:

Setelah dilakukan pertemuan sebanyak kali 4x45 menit, keluarga mampu:

TUK 1: Keluarga kakek A diharapkan mampu mengenal TB paru dengan

menyebutkan pengertian TB paru yaitu salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling

banyak menyerang di daerah paru-paru; Penyebab TB paru yaitu adalah kuman

mycobacterium tuberculosis; penyebaran TB paru yaitu melalui percikan

dahak/bersin yang terhirup oleh orang lain; tanda-tanda TB paru yakni batuk yang

tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu, demam/meriang lebih dari

sebulan, nafsu makan dan BB menurun, mudah lelah, nyeri dada dan sesak nafas,

serta batuk berdahak disertai darah. Keluarga kakek A diharapkan mampu

mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita TB paru.

TUK 2: Keluarga kakek A diharapkan mampu mengambil keputusan dalam

merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan TB paru, dengan

menyebutkan akibat TB paru jika tidak diobati yaitu kematian, tidak dapat

sembuh, menular pada orang lain; Menyebutkan akibat TB paru jika putus obat

antituberculosis yaitu penyakit lebih sukar sembuh, kuman tumbuh dan

berkembang lebih banyak, butuh biaya lebih besar, waktu pengobatan menjadi

lebih lama. Keluarga kakek A diharapkan mampu mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah kesehatan TB paru yang dialami anggota keluarga.

TUK 3: Keluarga kakek A diharapkan mampu mencegah TB paru yaitu menutup

hidung dan mulut saat batuk atau bersin atau menggunakan masker, tidak meludah

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

68

Universitas Indonesia

atau membuang dahak disembarang tempat, makan-makanan yang bergizi,

imunisasi BCG pada bayi, buka jendela agar sinar matahasri masuk, jemur kasur

paling sedikit seminggu sekali. Mampu merawat anggota keluarga dengan

masalah kesehatan TB paru, dengan Menjelaskan cara merawat anggota keluarga

dengan penyakit TB paru yaitu melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan

dahak dan inhalasi sederhana. Mendemontrasikan cara melakukan tekhnik batuk

efektif dan etika batuk serta inhalasi sederhana.

TUK 4: Keluarga Kakek A diharapkan mampu memodifikasi lingkungan yang

sesuai untuk penderita TB paru, dengan cara membuka jendela dan pintu agar

sinar matahari dapat masuk, menjemur kasur tiap minggu, membuang dahak pada

tempat yang telah ditentukan, tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota

keluarga.

TUK 5: Keluarga kakek A diharapkan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada dimasyarakat dengan menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yakni

mendapatkan perawatan secara langsung, memperoleh informasi tentang cara

perawatan dirumah, mendapatkan terapi pengobatan; Menyebutkan jenis fasilitas

kesehatan yakni Puskesmas, Rumah sakit, Klinik dokter. Keluarga kakek A

mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit

TB paru.

3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi

yang dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kakek

A sesuai dengan asuhan keperawatan keluarga.

Sebelum melakukan kontrak dengan keluarga, mahasiswa mengucapkan salam,

menyampaikan tujuan/maksud kedatangan, memvalidasi keadaan keluarga dan

membuat kontrak dengan keluarga. TUK 1: Selama 1x45 menit, menggunakan

lembar balik dan memberikan leaflet setelah diberikan pendidikan kesehatan

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

69

Universitas Indonesia

mengenai TB paru, implementasi yang dilakukan adalah mendiskusikan bersama

keluarga apa yang sudah diketahui keluarga mengenai pengertian TB paru,

mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian TB paru merupakan salah satu

penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium

tuberculosis yang paling banyak menyerang di daerah paru-paru, mendiskusikan

dengan keluarga tentang penyebab TB paru yaitu kuman mycobacterium

tuberculosis dan tertular penderita lain melalui percikan dahak/bersin yang

terhirup oleh orang lain. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

penyebab TB paru. Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala TB

paru yaitu batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu,

demam/meriang lebih dari sebulan, nafsu makan dan BB menurun, mudah lelah,

nyeri dada, sesak nafas, batuk berdahak disertai darah, mendorong keluarga untuk

mengidentifikasi penyebab TB paru pada kakek A. Membantu keluarga

membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi kakek A. Memberikan

positive reinforcement atas usaha yang dilakukan keluarga.

TUK 2: Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari TB paru jika tidak

diobati yaitu tidak dapat sembuh, menular pada orang lain dan kematian.

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari TB paru jika putus obat yaitu

penyakit lebih sukar sembuh, kuman tumbuh dan berkembang lebih banyak, butuh

biaya lebih besar dan waktu pengobatan menjadi lebih lama. Mendiskusikan

kembali dengan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang TB paru.

Memberikan positive reinforcement atas jawaban keluarga dan keputusan untuk

merawat anggota keluarga dengan TB paru.

TUK 3: Menjelaskan kepada keluarga tentang cara pencegahan TB paru yaitu

menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin atau menggunakan masker,

tidak meludah atau membuang dahak disembarang tempat, makan-makanan yang

bergizi, imunisasi BCG pada bayi, buka jendela agar sinar matahasri masuk,

jemur kasur paling sedikit seminggu sekali. Memberi kesempatan kepada keluarga

jika ada yang belum jelas. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan cara merawat

TB paru di rumah. Memberikan positive reinforcement atas kemampuan keluarga

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

70

Universitas Indonesia

menjelaskan cara perawatan TB paru. Mendiskusikan bersama keluarga cara

perawatan TB Paru yaitu melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan dahak

dengan menggunakan alat tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air, tissue, dengan cara

posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan mengambil nafas dalam dan

pelan menggunakan pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas selama

3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan – lahan melalui mulut, ulangi

kemudia ambil nafas ketiga dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan

dengan kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorokan) dan gunakan

2 batuk pendek yang benar-benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian

diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari awal. Dahak di buang ke tempat

dahak dan tissue buat membersihkan mulut. Cara perawatan selanjutnya yaitu

berikan inhalasi sederhana (pelega tenggorokan dan pernapasan) dengan

menggunakan air panas dalam baskom dan menthol 3-5 tetes (minyak kayu putih).

bentuk karton menjadi corong sehingga bagian atas mengerucut dan menutupi

bagian mulut dan hidung , bagian bawah karton menutupi waskom, hirup uapnya

melalui hidung. Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum jelas.

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan cara merawat TB paru di rumah.

Memberikan positive reinforcement atas kemampuan keluarga menjelaskan cara

perawatan TB paru. Mendemonstrasikan inhalasi sederhana dan batuk efektif.

Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum jelas. Memotivasi

keluarga untuk mendemontrasikan cara inhalasi sederhana dan batuk efektif

selama delapan kali pertemuan, masing-masing empat puluh lima menit setiap

kali pertemuan. Memberikan positive reinforcement atas kemampuan keluarga

mendemontrasikan cara perawatan TB paru. Mengevaluasi perasaan yang

dirasakan setelah dilakukan inhalasi sederhana dan batuk efektif yang merupakan

intervensi unggulan.

TUK 4: Mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru.

Menjelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk

penderita TB paru dengan menggunakan lembar balik yaitu membuka jendela dan

pintu agar sinar matahari dapat masuk, menjemur kasur tiap minggu, membuang

dahak pada tempat yang telah ditentukan dan tidak berganti-ganti alat makan

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

71

Universitas Indonesia

dengan anggota keluarga. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara

memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru. Menanyakan kepada keluarga

tentang materi yang belum dimengerti. Menjelaskan kepada keluarga mengenai

materi yang belum dimengerti. Memberikan positive reinforcement terhadap

kemampuan yang dicapai oleh keluarga

TUK 5: Mengkaji pengetahuan keluarga tentang fasilitas dan manfaat fasilitas

pelayanan kesehatan. Mendiskusikan bersama dengan keluarga tentang jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit, Dokter

praktik, Posbindu, Praktik perawat. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan

kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan. Mendiskusikan

bersama keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu sebagai

sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan TB paru, sebagai sarana untuk

mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah TB paru.

Memotivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan

kesehatan. Memberikan positive reinforcement bahwa kakek A ke fasilitas

kesehatan apabila masalah TB paru tidak dapat ditangani dengan perawatan di

rumah.

3.5 Evaluasi

Evaluasi yang merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi

untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kakek A dengan

kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

3.5.1 Subyektif

Kakek A dan nenek I menjawab salam dan menyetujui kunjungan saat ini selama

45 menit untuk membahas masalah TB paru. Kakek A mengatakan masih merasa

sesak napas. Kakek A mengatakan bahwa TB paru merupakan penyakit plek paru

yang menular, penyebab TB paru adalah kuman TB, tanda dan gejala TB paru

adalah batuk lama, sesak nafas, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan

suka berkeringat jika malam hari. Kakek A mengatakan bahwa dirinya mengalami

TB paru. Kakek A mengatakan bahwa akibat jika TB paru tidak ditangani adalah

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

72

Universitas Indonesia

kematian dan penyakit tidak dapat sembuh, akibat penderita TB paru jika putus

obat yaitu mengakibatkan pengobatan yang semakin lama, biaya semakin banyak,

cara mencegah TB paru dengan menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin

atau menggunakan masker, tidak meludah atau membuang dahak disembarang

tempat dan buka jendela agar sinar matahari masuk. Nenek I mengatakan akan

merawat anggota keluarga dengan TB paru dan mengatakan cara merawat anggota

keluarga dengan TB paru adalah batuk efektif dan inhalasi sederhana. Kakek A

mengatakan Alat untuk batuk efektif yaitu tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air,

tissue. Caranya yaitu posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan

mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan pernafasan diafragma, lalu

pasien disuruh tahan nafas selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan

– lahan melalui mulut, ulangi kemudia ambil nafas ketiga dan tahan, lalu suruh

pasien untuk membatukkan dengan kuat dari dada (bukan dari belakang mulut

atau tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-benar kuat, setelah itu

istirahat 2 – 3 menit kemudian diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari

awal. Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat membersihkan mulut.

Kakek A mengatakan cara inhalasi sederhana dengan menghirup uap air panas

yang ditetesi minyak kayu putih. Kakek A mengatakan cara modifikasi

lingkungan dengan membuka jendela dan pintu agar sinar matahari dapat masuk

dan membuang dahak pada tempat yang telah ditentukan dan mengatakan akan

memodifikasi lingkungan sesuai dengan standar askep yang sudah diajarkan.

Kakek A mengatakan jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan,

seperti puskesmas, RS, dan praktik mantri, manfaat fasilitas pelayanan kesehatan,

yaitu untuk pemeriksaan dan mendapatkan obat untuk batuk pilek dan akan

berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk berobat. Setelah diberikan inhalasi

sederhana dan batuk efektif, Kakek A mengatakan sesak sedikit berkurang, napas

sedikit lega. dahak menjadi encer dan mudah keluar, mengatakan batuk sesekali.

3.5.2 Obyektif

Kakek A mampu menjawab pengertian TB paru sesuai standar, mampu menjawab

1 dari 2 penyebab TB paru, mampu menjawab 5 dari 7 tanda dan gejala TB paru,

mampu menjawab 2 dari 3 akibat jika TB paru yang tidak diobati, mampu

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

73

Universitas Indonesia

menjawab 2 dari 4 akibat jika penderita TB paru putus obat, mampu menjawab 3

dari 6 cara mencegah TB paru, mampu menjawab menyebutkan 2 dari 2 cara

merawat anggota keluarga dengan TB paru. Kakek A dapat mendemonstrasikan

inhalasi sederhana dan batuk efektif, mampu menjawab 2 dari 4 cara

memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga yang mengalami TB paru,

mampu menjawab 3 dari 5 jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat

digunakan dan mampu menjawab 2 dari 3 manfaat fasilitas pelayanan kesehatan.

Setelah dilakukan inhalasi sederhana dan batuk efektif didapatkan TTV : TD:

110/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36,5oC, RR: 23 x/menit. Pemeriksaan

paru: Inspeksi: simetris, pembengkakan (-), otot bantu napas (-), retraksi dinding

dada (-), lesi (-) Auskultasi: ronchi basah kasar di semua lapang paru, suara napas

ronkhi tanpa auskultasi, wheezing -/- Palpasi: tactile fremitus Perkusi: sonor.

3.5.3 Analisis

Keluarga telah dapat mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga, telah

menyatakan kesediaan untuk merawat, telah dapat melakukan perawatan

sederhana bagi penderita TB, telah mengerti bagaimana melakukan modifikasi

lingkungan, dan telah bersedia membawa Kakek A ke Pelayanan kesehatan.

3.5.4 Planning

Melanjutkan tindakan inhalasi sederhana selama 10-15 menit dilakukan 2-4 kali

sehari di rumah dan kemudian batuk efektif. Menganjurkan posisi yang nyaman

pada saat tidur dengan 2 bantal atau pemberian posisi semi fowler untuk

mengurangi sesak. Mengevaluasi pengetahuan tentang TB paru dan memfasilitasi

untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dengan mengkoordinasikan ke

mahasiswa residen yang sedang praktik di RW 01, ke kader RW 01 dan ke

puskesmas Cimanggis.

3.6 Tingkat Kemandirian

Hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama

sembilan minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam

mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

74

Universitas Indonesia

kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari

keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama sembilan

minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan

menemukan lima masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga

termasuk ke dalam keluarga mandiri tingkat III yaitu menerima petugas

puskesmas, menerima yankes sesuai rencana, menyatakan masalah kesehatan

secara benar, memanfaatkan yankes sesuai anjuran dan melaksanakan perawatan

sederhana sesuai anjuran.

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

75 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

Bab ini akan menjelaskan analisis situasi yang terdiri dari profil lahan praktek,

analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan (KKMP) dan konsep kasus terkait, analisis inhalasi

sederhana dan batuk efektif dengan konsep dan penelitian terkait dan alternatif

pemecahan yang dapat dilakukan.

4.1 Profil Lahan Praktik

Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan

Cimanggis. Kelurahan ini memiliki 8 rukun warga (RW), menurut sekertaris

kelurahan, RW 08 merupakan kompleks perumahan yang mayoritas dihuni oleh

warga dengan status ekonomi menengah keatas sedangkan tujuh RW lainnya

merupakan daerah yang mayoritas status ekonomi warganya adalah menengah

kebawah. Kelurahan Cisalak Pasar belum memiliki puskesmas kelurahan,

sehingga fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dapat dijangkau oleh

warganya adalah puskesmas kecamatan Cimanggis yang berjarak kurang lebih 2

km dari kelurahan Cisalak Pasar dan terdapat satu pasar di kelurahan ini yang

terletak di RW 04 dan jaraknya dekat dengan rumah warga.

Gambaran wilayah RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar secara umum adalah sebagai

berikut sebelah utara berbatasan dengan Jl. Raya Pondok Cibubur, sebelah timur

berbatasan dengan RW 08, sebelah selatan berbatasan dengan RW 02, sebelah

barat berbatasan dengan Jl. Radar Auri. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki luas

wilayah sebesar 1,71 km2. Wilayah RW 01 merupakan wilayah yang terluas dari

seluruh RW yang ada di Kelurahan Cisalak Pasar.

Berdasarkan rekapitulasi registrasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,

Depok pada bulan Desember 2012, RW 01 memiliki jumlah penduduk 2587

kepala keluarga yang terdiri dari 1338 jiwa laki-laki dan 1249 jiwa perempuan.

Mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA),

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

76

Universitas Indonesia

beragama Islam, dan berasal dari suku Betawi serta mayoritas penduduknya rata-

rata usia produktif (15-50 tahun).

Warga RW 01 mayoritas berstatus ekonomi menengah ke bawah. Warga

pendatang yang berstatus sebagai perantau kebanyakan mengadu nasib dengan

bekerja di pabrik atau berwiraswasta yang sebagian besar berasal dari pulau Jawa,

dan akhirnya menetap di RW 01 karena menikah dengan warga RW 01 atau

bertemu di tempat kerja. Sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai

buruh pabrik, dan wiraswasta yang memiliki pendapatan > Rp 1.000.000.

Sebagian besar warga yang berjenis kelamin laki-laki berperan sebagai pencari

nafkah, sedangkan Ibu-ibu di RW 01 mayoritas ibu rumah tangga serta ada

beberapa yang memiliki warung jajanan. Mayoritas warga lebih suka berbelanja

di pasar karena wilayahnya dekat dengan Pasar Cisalak. Warga masyarakat RW

01 jarang yang pengangguran, jika tidak memiliki pekerjaan tetap sebagian besar

mengisi waktu dengan mengojek di sekitar wilayah RW 01.

Hasil windshiled survey (Selasa, 14 Mei 2012) khususnya di lingkungan RW 01

Cisalak Pasar, pemukiman warga di RW 01 tampak padat, mayoritas merupakan

rumah pribadi, dan merupakan bangunan permanen. Terdapat beberapa rumah

kontrakan satu pintu yang seluruhnya dihuni oleh warga pendatang. Sebagian

besar memiliki halaman depan atau teras walaupun tidak luas. Karena padatnya

perumahan, dan wilayah yang tidak terlalu luas, pencahayaan sinar matahari tidak

masuk pada sebagian besar rumah. Tempat pembuangan sampah umum tidak

terlihat dan mayoritas masyarakat tidak memiliki tempat pembuangan sampah

permanen di depan rumah, biasanya hanya menggunakan kardus atau plastik yang

selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan yang dikelola oleh RW. Ada juga

warga yang membakar sampah dedaunan yang berserakan di halaman atau di

pinggir jalan. Masih terdapat sampah berserakan di jalan-jalan maupun selokan di

wilayah RW 01 padahal terdapat tong-tong sampah di pinggir jalan.

Sumber air yaitu sumur dimana keadaan air yang digunakan masyarakat pada

umumnya jernih, tidak berbau, dan tidak berasa atau bisa dikatakan sehat. Saluran

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

77

Universitas Indonesia

air di lingkungan RW 01 terdapat di sepanjang pinggir jalanan, sebagian besar

terlihat bersih, namun beberapa jalanan terdapat selokan-selokan yang terdapat

sampah, terutama saat hujan akan terlihat genangan-genangan kehitaman dan

beberapa sampah air di selokan-selokan dan beberapa lubang dijalanan raya.

Kondisi tanah pemukiman warga RW 01 cukup subur, terdapat dibeberapa lahan

yang belum didirikan bangunan, ditanami dengan tanaman singkong, sedangkan

tumbuhan permanen yang banyak ditemukan di lingkungan warga RW 01 adalah

pohon rambutan. Kondisi lingkungan secara umum bebas dari polusi udara dan

suara, warga masyarakat mengatakan tidak ada masalah dengan udara dan suara

di lingkungan. Sumber kebisingan berasal dari kendaraan yang lewat dan hanya

beberapa saja, karena hanya kendaraan minibus saja yang mendapat akses ke

jalanan di sekitar RW 01, namun terkadang ada truk yang masuk melewati jalanan

RW 01 yang menjadi penghubung dengan perumahan Pondok Cibubur.

Warga RW 01 tidak memiliki kebiasaan membuka jendela tiap pagi. Menurut

beberapa warga karena jika jendela dibuka udara akan terasa panas, takut

rumahnya kecurian dan dimasuki oleh kucing. Warga menambahkan jika pagi

aktivitas yang dilakukan banyak di luar rumah, seperti bekerja. Jika warga tidak

bekerja biasanya hanya sebagai ibu rumah tangga. Para ibu rumah tangga juga

jika pagi memliki aktivitas untuk pergi ke pasar atau mengantar anak sekolah,

sehingga para warga lebih memilih untuk menutup jendelanya dengan rapat.

Beberapa rumah juga tampak tidak dibuka jendelanya dikarenakan sudah

dimatikan dan jendela permanen yang hanya sebagai hiasan sehingga tidak bisa

dibuka kembali. Kondisi rumah di RW 01 hampir semuanya lembab dan lantai

rumah terbuat dari ubin.

Daerah RW 01 khususnya RT 01, RT 02, dan RT 06 terdapat beberapa lahan

terbuka yang cukup luas. Jumlahnya kurang lebih 10 buah tanah lapang.

Pemanfaatannya antara lain untuk kebun, lapangan bulu tangkis, lapangan futsal,

tempat sampah, lapangan bermain, dan ada juga yang hanya digunakan untuk

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

78

Universitas Indonesia

tempat menjemur pakaian. Kepemilikan tanah-tanah tersebut bervariasi, baik

pribadi dan umum.

Masalah kesehatan yang paling menonjol di daerah RW 01 adalah TB paru. Hal

ini terbukti dari hasil pengkajian Puskesmas Cimanggis didapatkan jumlah

penderita TB yang berobat yang berasal dari Kelurahan Cisalak Pasar sebanyak

32 orang. Sepuluh orang diantaranya atau (31,2%) berasal dari RW 01. Hasil

Skrining yang dilakukan mahasiswa profesi pada tanggal 14-16 Mei 2013 di RW

01 Kelurahan Cisalak Pasar ditemukan ada 20 orang yang merupakan pederita TB

yang sedang berobat, putus obat dan resiko tinggi penderita TB. Kasus kematian

akibat TB di RW 01 belum pernah dilakukan pendataan.

Hasil wawancara kepada salah satu kader yang berasal dari RT 06/RW 01 warga

RW 01 belum pernah mendapatkan penyuluhan sebelumnya terkait penyakit TB

baik oleh pihak puskesmas atau instansi terkait lainya. Tingkat pengetahuan

warga terkait pengetahuan TB telah dilakukan pengkajian pada Hari Selasa, 14

Mei 2013 dimana pada hari tersebut diadakan penyuluhan terkait pengenalan

penyakit TB yang diadakan oleh mahasiswa residensi komunitas FIK UI. Hasil

pre test terkait pengetahuan warga tentang penyakit TB yang dilakukan sebelum

penyuluhan kepada 10 orang peserta didapatkan nilai rata-rata sebesar 7,9.

Permasalahan penyakit TB sudah menjadi program prioritas pelayanan kesehatan

di Puskesmas Cimanggis yang melayani masyarakat dari Cisalak Pasar. Akan

tetapi kepedulian lintas sektor yang lain masih dirasakan kurang. Program TB di

Puskesmas Cimanggis yang sudah berjalan yaitu pelayanan langsung ke penderita

TB di poli TB dan mengingatkan penderita TB melalui pesan singkat apabila tidak

mengambil obat pada waktu yang telah ditentukan. Kunjungan rumah pada

penderita TB terutama di Cisalak Pasar belum ada dan juga belum ada program

tentang penanganan TB dari Puskesmas Cimanggis seperti penyuluhan dan belum

terlihat media yang menyampaikan tentang pesan terkait masalah penyakit TB

terutama di RW 01 Cisalak Pasar, namun sudah terbentuk kader-kader kesehatan

TB di RW 01 dan telah diberikan pelatihan sebanyak dua kali oleh mahasiswa

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

79

Universitas Indonesia

residen. Kader-kader kesehatan tersebut sangat aktif untuk melakukan penemuan

kasus baru atau memfasilitasi penderita TB untuk mengunjungi pelayanan

kesehatan. Tidak banyak pusat pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah RW

01, namun masyarakat RW 01 biasanya akan mengunjungi Pusat Pelayanan

kesehatan Puskesmas Cimanggis, Mekar Sari, Praktik Bidan, dan Rumah Sakit

Tugu, atau beberapa praktek dokter 24 jam.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan dan Konsep Kasus Terkait

Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya RW 01 merupakan daerah kawasan

perkotaan (urban). Hal ini dibuktikan oleh pendapat Bintarto (2000) bahwa

Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial, dan kegiatan ekonomi.

Masalah TB paru merupakan masalah kesehatan yang paling menonjol di RW 01

dan merupakan masalah epidemi yang merupakan keadaan dimana suatu masalah

kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam

waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat, (Budiarto, 2003).

Mengatasi masalah TB paru ini perawat melakukan pendekatan menggunakan

model konsep Betty Neuman.

Sesuai dengan konsep Betty Neuman, RW 01 ini merupakan klien dan

penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Kumpulan individu/

keluarga di RW 01 merupakan “core“ dari asuhan keperawatan komunitas yang

diberikan oleh perawat. Konsep antara at risk dan vulnerability terkadang sulit

untuk dipahami secara keseluruhan oleh perawat karena banyaknya faktor yang

mempengaruhi keduanya (Fitzpatrick, Villaruel, & Porter, 2004 ).

Konsep at risk disini merupakan kondisi kesehatan warga RW 01 merupakan hasil

dari interaksi dengan berbagai macam faktor, seperti faktor genetik, gaya hidup,

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

80

Universitas Indonesia

serta kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial dimana individu tersebut

tinggal atau bekerja. Risk factor merupakan karakteristik warga RW 01 seperti

umur, jenis kelamin, dan genetik. Population at factor merupakan kumpulan dari

orang-orang yang memiliki beberapa kemungkinan yang telah jelas teridentifikasi

atau telah ditentukan meskipun sedikit atau kecil terhadap munculnya suatu

peristiwa, misalnya penderita TB di RW 01. Vulnerable population group disini

merupakan sekelompok orang dari RW 01 yang memiliki masalah kesehatan yang

lebih kompleks dibandingkan dengan masalah TB di RW 01.

Masalah TB sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting sama seperti halnya masalah TB di RW 01. Faktor yang mempengaruhi

sehat sakit di RW 01 diadaptasi dari teori gordon and le rich, dimana pejamu

(host)/inang yaitu segala faktor yang terdapat dalam diri manusia yg

mempengaruhi timbulnya penyakit, misalnya imunitas, aktivitas, gaya hidup.

Bibit penyakit (agent) yaitu substansi atau elemen yang apabila ia ada atau tidak

ada dapat menimbulkan atau menggerakkan timbulnya penyakit, misalnya bakteri,

jamur, dan virus. Lingkungan (environment) yaitu seluruh kondisi yang

mempengaruhi (Rekawati, 2011).

Masalah TB paru di RW 01 disebabkan oleh faktor risiko yang berperan penting

dalam penularan penyakit TB diantaranya faktor kependudukan dan faktor

lingkungan. Faktor kependudukan diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status

gizi, dan kondisi sosial ekonomi, sedangkan faktor lingkungan diantaranya

lingkungan dan ketinggian wilayah untuk lingkungan meliputi kepadatan

penghuni, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, suhu, kelembaban, dan ketinggian

wilayah (Ahmadi, 2005). Penelitian Chapman et al (1993, dalam Nelson 2005)

mengatakan bahwa faktor lingkungan dan sosial, kepadatan penghuni, serta

kemiskinan berperan dalam timbulnya kejadian TB.

Faktor kependudukan di RW 01 yaitu warga memiliki jumlah penduduk 2587

kepala keluarga yang terdiri dari 1338 jiwa laki-laki dan 1249 jiwa perempuan.

Terlihat jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

81

Universitas Indonesia

dibandingkan dengan perempuan. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya TB

di RW 01. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh WHO (2005, dalam Hiswani

2009) yang menyatakan bahwa penderita TB paru cenderung lebih tinggi pada

laki-laki dibandingkan perempuan. Angka kejadian TB paru pada laki-laki lebih

tinggi karena merokok dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem

pertahanan tubuh sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB paru.

Penelitian Herryanto (2004) juga memaparkan bahwa proporsi kejadian TB paru

menurut jenis kelamin, laki laki sebesar 54,5 % dan perempuan sebesar 45,5 %

yang menderita TB paru. Hasil penelitian dari WHO (2006) melaporkan

prevalensi tuberkulosis paru 2,3% lebih banyak pada laki-laki dibanding wanita

terutama pada negara yang sedang berkembang karena laki-laki dewasa lebih

sering melakukan aktivitas sosial. Faktor kependudukan selanjutnya adalah usia.

Warga RW 01 mayoritas penduduknya rata-rata usia produktif (15-50 tahun). Hal

ini juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya TB paru di RW 01 yang

didukung oleh pendapat Hiswani (2009) penyakit tuberkulosis yang paling sering

ditemukan pada usia muda atau usia produktif 15-50 tahun, dengan ini terjadinya

transisi demografi saat ini menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih

tinggi. pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun,

sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit tuberkulosis

paru. Penduduk RW 01 yang mayoritas berada pada usia produktif yang

kebanyakan usia tersebut digunakan untuk bekerja.

Warga RW 01 sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh pabrik, dan

wiraswasta yang memiliki pendapatan > Rp 1.000.000. Warga masyarakat RW

01 jarang yang pengangguran, jika tidak memiliki pekerjaan tetap sebagian besar

mengisi waktu dengan mengojek di sekitar wilayah RW 01. Keluarga dengan

pendapatan rendah akan cenderung sulit memperoleh makanan yang begizi dan

memelihara kesehatan secara baik, sehingga sangat rentan tertular penyakit TB

(Amira, 2005). TB bisa menyerang siapa pun, warga miskin perkotaan adalah

kelompok masyarakat paling rentan terserang tuberkulosis. Kepala Subdirektorat

Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Dyah Erti Mustikawati di sela-sela

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

82

Universitas Indonesia

lokakarya Resisten Multiobat Tuberkulosis (Tb-MDR) di Jakarta mengatakan

bahwa kuman tuberkulosis dalam tubuh masyarakat dengan ekonomi lebih baik

jarang menjadi aktif karena mereka punya daya tahan tubuh lebih baik (Health

Kompas, 2012). Jenis pekerjaan ini juga mempengaruhi keadaan perekonomian

seseorang dan kemudian akan berdampak terhadap pola makan setiap hari, dan

pemeliharaan kesehatan.

Status ekonomi warga RW 01 mayoritas ekonomi menengah ke bawah. Kondisi

ekonomi warga RW 01 ini juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya TB

paru. WHO (2007) menyebutkan 90% penderita TB di dunia menyerang

kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin. Pendapatan keluarga sangat erat

juga dengan penularan TB, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak

dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Rajagukguk (2008) juga

menyatakan bahwa makin buruk keadaan sosial ekonomi masyarakat, sehingga

nilai gizi dan sanitasi lingkungan jelek, yang mengakibatkan rendahnya daya

tahan tubuh mereka sehingga mudah menjadi sakit bila tertular tuberkulosis. Jenis

pekerjaan juga menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu.

Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu, paparan partikel debu di daerah

terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan seperti

TB. Status ekonomi merupakan faktor kependudukan terakhir yang dapat

mempengaruhi angka kejadian TB, selain itu faktor lingkungan juga sangat

berpengaruh pada penularan dan angka kejadian TB paru.

Faktor lingkungan kepadatan penghuni, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan,

suhu, kelembaban, dan ketinggian wilayah juga berpengaruh terjadinya TB di

perkotaan. Pemukiman warga di RW 01 tampak padat, mayoritas merupakan

rumah pribadi, dan merupakan bangunan permanen. Terdapat beberapa rumah

kontrakan satu pintu yang seluruhnya dihuni oleh warga pendatang. Sebagian

besar memiliki halaman depan atau teras walaupun tidak luas. Karena padatnya

perumahan, dan wilayah yang tidak terlalu luas, pencahayaan sinar matahari tidak

masuk pada sebagian besar rumah. Penyakit TB paru yang juga dipengaruhi oleh

faktor lingkungan terutama lingkungan dalam rumah serta perilaku penghuni

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

83

Universitas Indonesia

dalam rumah karena dapat mempengaruhi kejadian penyakit, kontruksi dan

lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi faktor risiko

sumber penularan berbagai penyakit infeksi terutama ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Akut) dan TB Paru (Depkes, 2007). Kuman tuberkulosis mudah

menular pada lingkungan pengap, dalam ruangan dengan ventilasi udara kurang,

serta paparan sinar matahari rendah (Health Kompas, 2012). Rumah yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dapat mempengaruhi kejadian penyakit TB seperti

hasil penelitian Dahlan (2000) mengatakan bahwa pencahayaan, ventilasi yang

buruk dan kepadatan penghuni yang tinggi merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi kejadian penyakit TB.

Hunian rumah yang padat pada RW 01 menyebabkan kurangnya konsumsi

oksigen bila salah satu anggota hunian terkena penyakit infeksi, akan mudah

menular kepada anggota keluarga yang lain. Semakin padat maka perpindahan

penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan

cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita TB dengan BTA positif.

Daerah perkotaan (urban) seperti RW 01 Cisalak Pasar yang lebih padat

penduduknya dibandingkan di pedesaan (rural), peluang terjadinya kontak dengan

penderita TB akan lebih besar, sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil

kemungkinannya. Selain hunian yang padat, kebiasaan warga untuk membuka

jendela juga mempengaruhi angka kejadian TB.

Kebiasaan warga RW 01 yang tidak membuka jendela tiap pagi karena berbagai

alasan jika jendela dibuka udara akan terasa panas, takut rumahnya kecurian dan

dimasuki oleh kucing. Beberapa rumah juga tampak tidak dibuka jendelanya

dikarenakan sudah dimatikan dan jendela permanen yang hanya sebagai hiasan

sehingga tidak bisa dibuka kembali. Kondisi rumah di RW 01 hampir semuanya

lembab dan lantai rumah terbuat dari ubin. Kebiasaan warga RW 01 ini sangat

mempengaruhi terjadinya TB di RW 01. Ventilasi cukup menjaga agar aliran

udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang

diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga dan menjaga dalam kelembaban

(humidity) yang optimum. Kelembaban merupakan media yang baik untuk

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

84

Universitas Indonesia

bakteri-bakteri patogen (penyebab penyakit). Menurut Slamet (2000) untuk

sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10%

dari luas lantai. Ventilasi yang kurang tersebut mempengaruhi cahaya matahari

yang masuk.

Cahaya matahari juga kurang di RW 01 dikarenakan kebiasan warga RW 01

jarang membuka jendela. Bakteri tahan hidup pada tempat gelap, sehingga

perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap. Hal ini sependapat

dengan penelitian Yoga (2007), TB juga mudah menular pada mereka yang

tinggal di perumahan padat, kurang sinar matahari dan sirkulasi udaranya

buruk/pengap, namun jika ada cukup cahaya dan sirkulasi, maka kuman TB hanya

bisa bertahan selama 1-2 jam. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian

TB ini juga tidak lepas dari pengetahuan warga RW 01 terhadap penyakit TB.

Warga RW 01 belum pernah mendapatkan penyuluhan sebelumnya terkait

penyakit TB baik oleh pihak puskesmas atau instansi terkait lainya. Tingkat

pengetahuan warga terkait pengetahuan TB telah dilakukan pengkajian pada Hari

Selasa, 14 Mei 2013 dimana pada hari tersebut diadakan penyuluhan terkait

pengenalan penyakit TB yang diadakan oleh mahasiswa residensi komunitas FIK

UI. Hasil pre test terkait pengetahuan warga tentang penyakit TB yang dilakukan

sebelum penyuluhan kepada 10 orang peserta didapatkan nilai rata-rata sebesar

7,9. Belum ada program tentang penanganan TB dari Puskesmas Cimanggis

seperti penyuluhan dan belum terlihat media yang menyampaikan tentang pesan

terkait masalah penyakit TB terutama di RW 01 Cisalak Pasar, namun sudah

terbentuk kader-kader kesehatan TB di RW 01 dan telah diberikan pelatihan

sebanyak dua kali oleh mahasiswa residen. Kurangnya informasi tentang penyakit

TB paru menyebabkan kurangnya pengertian kepatuhan penderita terhadap

pengobatan atau berhenti bila gejala penyakit tidak dirasakan lagi (Anugerah,

2007). Hal ini juga merupakan salah satu penyebab tingginya angka kejadian TB

di RW 01 dan tidak terlepas dari upaya penanganan dan penanggulangan TB dari

Puskesmas Cimanggis.

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

85

Universitas Indonesia

Upaya penanganan dan pemberantasan TB paru telah dilakukan oleh Puskesmas

Cimanggis berdasarkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi

DOTS. Program TB di Puskesmas Cimanggis yang sudah berjalan yaitu

pelayanan langsung ke penderita TB di poli TB dan mengingatkan penderita TB

melalui pesan singkat apabila tidak mengambil obat pada waktu yang telah

ditentukan. Seperti halnya fokus utama DOTS adalah penemuan dan

penyembuhan pasien, dengan prioritas pasien TB tipe menular. Strategi ini akan

memutuskan penularan TB dan diharapkan menurunkan insidens TB di

masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik

dalam upaya pencegahan penularan TB (Depkes, 2007).

Penderita TB yang berobat ke Puskesmas Cimanggis khususnya yang berasal dari

Cisalak Pasar diberikan obat dengan gratis. Seseorang yang sakit TB dapat

disembuhkan dengan minum obat secara lengkap dan teratur. Obat disediakan

oleh pemerintah secara gratis di sarana pelayanan kesehatan yang telah

menerapkan strategi Dots (Directly Observed Tretment Short course) seperti di

Puskesmas, Balai pengobatan Penyakit Paru dan beberapa rumah sakit (Yoga,

2007). Pemberian panduan OAT didasarkan pada klasifikasi TB paru. Prinsip

pengobatan TB paru adalah obat TB yang diberikan dalam bentuk kombinasi dari

beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol)

dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman

(termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan tahap

lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Tahap

intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk

mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila pengobatan tahap

intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular

dalam kurun waktu dua minggu. sebagian besar penderita TB paru BTA positif

menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada tahap

lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu

yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (Depkes, 2003).

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

86

Universitas Indonesia

Program TB yang sudah dicanangkan oleh Puskesmas Cimanggis dengan

memberikan pengobatan gratis ini juga kemungkinan belum terlalu diketahui oleh

warga RW 01, sehingga banyak RW 01 yang tidak berobat. Program

pemberantasan TB yang telah dilaksanakan melalui paket program, namun di

puskesmas belum secara efektif dapat menjangkau seluruh masyarakat atau

penderita. Hal ini sependapat dengan Helper, dkk (2009) juga mengemukakan

bahwa sampai saat ini masih ada anggota masyarakat yang belum mengetahui ada

program pelayanan kesehatan TB paru gratis di Puskesmas. Hasil survei

prevalensi tuberculosis (2004) menunjukkan bahwa lebih dari 80 % responden

ternyata tidak mengetahui adanya program obat anti TB gratis dan hanya 19 %

yang mengetahui adanya pemberian obat anti TB gratis (Depkes. 2004).

Rendahnya pengetahuan ini akan menghambat penderita TBC mencari

pengobatan gratis atau menjadi penyebab putus berobat. Hal ini juga yang

meningkatkan angka kejadian TB khususnya di RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar,

Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Hal ini membuat perawat harus berperan

dalam keperawatan kesehatan perkotaan yang berdasarkan dari Stanhope &

Lancaster (2004).

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan

mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Kegiatan

praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang

luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja

perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah

sebagai berikut pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada

individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah

(school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah

binaan kesehatan masyarakat. Hal ini telah dilakukan oleh mahasiswa dengan

memberikan asuhan keperawatan langsung pada keluarga dan individu yang

terkena TB paru.

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

87

Universitas Indonesia

Kedua penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah

perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan/ pendidikan

kesehatan masyarakat tentang TB paru telah dilakukan di RW 01, serta telah

dilakukan gerakan buka jendela dan pintu dalam rangka merubah perilaku

individu, keluarga dan masyarakat. Ketiga konsultasi dan pemecahan masalah

kesehatan yang dihadapi. Warga RW 01 sangat aktif bertanya dan

mengkonsultasikan keluhan kepada mahasiswa atau ke kader-kader kesehatan RW

01 guna untuk memecahkan masalah yang telah dihadapi. Keempat bimbingan

dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Bimbingan dan

pembinaan terkait masalah TB paru telah dilakukan ke kader-kader kesehatan RW

01 sehingga kader-kader ini mampu memecahkan masalah TB paru yang banyak

dialami di RW 01.

Kelima melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan

penanganan lebih lanjut. Rujukan terhadap kasus-kasus seperti putus obat dan

penemuan kasus baru penderita TB telah dilakukan dengan berkoordinasi dengan

mahasiswa spesialis komunitas dan pihak Puskesmas Cimanggis untuk

memfasilitasi pemeriksaan BTA ataupun pengambilan OAT. Permasalahan

penyakit TB sudah menjadi program prioritas pelayanan kesehatan di Puskesmas

Cimanggis yang melayani masyarakat dari Cisalak Pasar.

Keenam penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Hal ini sangat berkaitan dengan skrining TB paru yang dilakukan

oleh mahasiswa bersama kader-kader kesehatan di RW 01. Hasil Skrining yang

dilakukan mahasiswa profesi pada tanggal 14-16 Mei 2013 di RW 01 Kelurahan

Cisalak Pasar ditemukan ada 20 orang yang merupakan pederita TB yang sedang

berobat, putus obat dan resiko tinggi penderita TB. Kasus kematian akibat TB di

RW 01 belum pernah dilakukan pendataan. Penemuan kasus bertujuan untuk

mendapakan kasus TB melalui serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan

terhadap suspek TB, pemeriksaan fisik dan laboratories, menentukan diagnosis

dan menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB, sehingga dapat

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

88

Universitas Indonesia

dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan penyakitnya kepada

orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Kegiatan ini membutuhkan adanya

pasien yang memahami dan sadar akan gejala TB, akses terhadap fasilitas

kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten yang mampu melakukan

pemeriksan terhadap gejala dan keluhan tersebut. Penemuan pasien merupakan

langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB. Penemuan dan

penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan

kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus

merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat

(Kemenkes, 2011).

Penemuan pasien TB, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.

Penjaringan tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, didukung

dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,

untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB. Pelibatan semua

layanan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi

keterlambatan pengobatan. Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai

tidak cost efektif (Kemenkes, 2011). Penemuan secara aktif dilakukan terhadap

kelompok yang rentan tertular TB seperti mereka yang hidup pada daerah kumuh,

serta keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA

positif, pemeriksaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus

dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau

pegobatan pencegahan dan kontak dengan pasien TB resistan obat, penerapan

manajemen tatalaksana terpadu bagi kasus dengan gejala dan tanda yang sama

dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis.

Ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.

Memfasilitasi pasien-pasien dengan TB paru di RW 01 untuk melakukan

pemeriksaan ataupun pengobatan di Puskesmas Cimanggis. Tidak banyak pusat

pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah RW 01, namun masyarakat RW 01

biasanya akan mengunjungi Pusat Pelayanan kesehatan Puskesmas Cimanggis,

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

89

Universitas Indonesia

Mekar Sari, Praktik Bidan, dan Rumah Sakit Tugu, atau beberapa praktek dokter

24 jam.

Kedelapan melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan

masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian

kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha

pendekatan ilmiah keperawatan. Hal ini sesuai dengan perencanaan yang sudah

dilakukan oleh mahasiswa untuk melakukan asuhan keperawatan komunitas

dengan masalah keperawatan utama risiko peningkatan angka kejadian TB paru di

RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan

komuniti. Kesepuluh Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral

dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat

dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan. kepedulian lintas sektor masih

dirasakan kurang di RW 01. Hal yang kesembilan dan kesepuluh tersebut belum

dilakukan oleh mahasiswa dan ini menjadi rencana tindak lanjut yang bisa

dilaksanakan oleh mahasiswa spesialis komunitas yang sedang praktik di RW 01

ataupun mahasiswa selanjutnya yang akan praktik di wilayah RW 01 Cisalak

Pasar dan koordinasi ke Puskesmas Cimanggis.

4.3 Analisis Inhalasi Sederhana dan Batuk Efektif dengan Konsep dan

Penelitian Terkait

Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,

kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses

pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal, sehingga mukus ini banyak

tertimbun dan bersihan jalan nafas akan tidak efektif. Membran mukosa akan

terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intra

abdominal yang tinggi, jika hal tersebut terjadi. Udara keluar dengan akselerasi

yang cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun ketika dibatukkan.

Mukus tersebut akan keluar sebagai dahak. Hal ini juga merupakan masalah

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

90

Universitas Indonesia

keperawatan yang utama pada kakek A yaitu ketidakefektifan bersihan jalan

napas. Dampak dari pengeluaran dahak yang tidak lancar akibat ketidakefektifan

jalan nafas adalah penderita mengalami kesulitan bernafas dan gangguan

pertukaran gas di dalam paru paru yang mengakibatkan timbulnya sianosis,

kelelahan, apatis serta merasa lemah. Tahap selanjutnya akan mengalami

penyempitan jalan nafas sehingga terjadi perlengketan jalan nafas dan terjadi

obstruksi jalan nafas (Nugroho, 2011), sehingga untuk mengatasi hal ini diberikan

intervensi keperawatan unggulan berupa inhalasi sederhana dan batuk efektif.

Sesuai dengan Prince (2000) bahwa pengeluaran dahak dapat dilakukan dengan

membatuk akan lebih mudah dan efektif bila diberikan penguapan atau inhalasi

sederhana.

Inhalasi sederhana adalah menghirup uap hangat dari air mendidih telah ditetesi

minyak penghangat, misalnya minyak kayu putih (Akhavani, 2005). Inhalasi

merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi

yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi sederhana ini diberikan ke kakek A

dengan tujuan mengencerkan sputum yang kental, susah dikeluarkan oleh kakek

A dan juga mengurangi sesak. Hal ini sejalan dengan Rasmin, dkk (2001) yang

menyatakan bahwa terapi inhalasi biasanya ditujukan umtuk mengatasi

bronkospasme, mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktivitas bronkus serta

mengatasi infeksi. Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan

asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), tuberkulosis, fibrosis kistik,

keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket, pasien sesak

nafas dan batuk. Kontraindikasi mutlak pada inhalasi tidak ada. Indikasi relatif

pada pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan (Rasmin dkk,

2001).

Teknik pemberian inhalasi sederhana yang diajarkan ke kakek A diadaptasi dari

beberapa literatur yaitu terlebih dahulu membuat corong dari sebuah kertas yang

digulung, adalah cara yang baik untuk menghirup uap dari mangkuk. kemudian

menempatkan air mendidih dengan suhu 42oC -44

oC dalam mangkuk, dihirup

selama 10-15 menit dilakukan 2-4 kali sehari dan minyak kayu putih ditambahkan

Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

91

Universitas Indonesia

ke air panas tersebut untuk meningkatkan efektifitas (Wong, 2008). Penelitian

yang dilakukan Singh (2004) bertujuan untuk menilai efek dari menghirup uap air

panas dengan bantuan sebuah alat yang dirancang untuk memberikan uap air

panas ke rongga hidung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian

inhalasi sederhana efektif, akan tetapi penelitian lain terkait pemberian inhalasi

sederhana diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Handley, Abbott,

Beasley dan Gwaltney ( dalam Nuraeni, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pemberian inhalasi uap melalui hidung tidak berpengaruh pada pelepasan

virus yang dilakukan pada kelompok intervensi. Hal ini juga didukung oleh

penyataan Karnaen (2011) bahwa penguapan secara tradisional atau inhalasi

sederhana ini hanya berfungsi untuk melonggarkan saluran napas, bukan untuk

mengeluarkan lendir, karena bahan-bahan dalam minyak kayu putih yang terhirup

melalui uap air panas itu tidak mengandung zat penghancur lendir, sehingga

tindakan inhalasi terbukti kurang efektif untuk mengeluarkan dahak sehingga

bersihan jalan napas menjadi efektif, sehingga tindakan inhalasi sederhana

dikombinasikan dengan batuk efektif untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan

jalan napas pada kakek A.

Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan dahak

(Hudak & Gallo, 2000). Batuk efektif ini juga merupakan bagian tindakan

keperawatan untuk pasien dengan gangguan penapasan akut dan kronis (Kisner &

Colby, 1999 dalam Nugroho 2011). Indikasi batuk efektif adalah pada pasien

seperti bronkitis kronik, asma, TB paru, pneumonia dan emfisema. Batuk efektif

ini diajarkan ke kakek A karena tidak terdapat kontraindikasi seperti yang

dijelaskan oleh Wilson (2006), dimana kontraindikasi batuk efektif adalah tension

pneumotoraks, hemoptisis, gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi,

hipertensi, infark miokard akut infark dan aritmia, edema paru dan efusi yang

luas.

Batuk efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada

pasien dengan gangguan saluran pernafasan. Teknik batuk efektif yang diajarkan

ke kakek A merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari

Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

92

Universitas Indonesia

saluran nafas. Caranya batuk efektif diadaptasi dari Depkes (2007) adalah

sebelum dibatukkan, klien dianjurkan untuk minum air hangat dengan

rasionalisasi untuk mengencerkan dahak namun minum air hangat ini diganti

menjadi tindakan inhalasi sederhana menggunakan minyak kayu putih dengan

rasionalisasi untuk mengencerkan dahak, setelah itu dianjurkan untuk inspirasi

dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali, kemudian setelah inspirasi yang ketiga,

anjurkan klien untuk membatukkan dengan kuat (Depkes, 2007).

Terapi Inhalasi sederhana dan batuk efektif dilakukan selama 4 minggu dan

diharapkan bersihan jalan napas kakek A menjadi efektif yang ditandai dengan

sesak berkurang atau hilang, mudah mengeluarkan dahak, Respiratory Rate (RR)

dalam rentang normal (20 kali/menit), tidak ada penggunaan otot bantu napas,

tidak ada retraksi dinding dada, dan bunyi napas ronchi berkurang atau hilang

(Wilkinson, 2012). Pemberian terapi inhalasi sederhana dan batuk efektif pada

Kakek A selama 4 minggu didapatkan evaluasi terakhir yaitu sesak sedikit

berkurang, dahak menjadi encer dan mudah dikeluarkan, dahak berwarna putih,

jumlah dahak banyak, batuk sesekali, RR: 23 kali/menit, pemeriksaan paru

didapatkan pada saat inspeksi dinding dada simetris, tidak ada pembengkakan,

tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak terdapat retraksi dinding dada dan

tidak ada lesi. Auskultasi paru didapatkan ronchi basah kasar di semua lapang

paru, suara napas ronchi tanpa auskultasi, tidak ada wheezing, Hasil palpasi paru

yaitu tactile fremitus dan perkusi paru yaitu sonor.

Hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian,

karena bersihan jalan napas belum efektif yang ditandai masih ada sesak sedikit

namun berkurang. Sesak yang berkurang ini dikarenakan tindakan inhalasi

sederhana bekerja langsung pada sumber pernapasan yaitu paru-paru (Karnaen,

2011). Cara kerja inhalasi sederhana ini adalah uap masuk dari luar tubuh ke

dalam tubuh, dengan mudah akan melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh

darah melalui alveoli (Buckle, 1999 dalam Nuraeni 2012). Inhalasi sederhana

yang telah dilakukan kemudian dilakukan batuk efektif seperti yang telah

diajarkan ke kakek A yang merupakan tindakan yang dilakukan untuk

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

93

Universitas Indonesia

membersihkan sekresi dari saluran nafas. Jumlah dahak yang dikeluarkan oleh

kakek A disini sudah banyak dan mudah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan efek

teraupetik dari inhalasi sederhana yang berguna untuk mengencerkan lendir yang

menyumbat saluran pernapasan dan berguna sebagai ekspektoran alami dan

penekan batuk (Crinion, 2007). Lendir yang encer kemudian dibatukkan agar

dahak yang keluar lebih banyak dan dengan batuk efektif penderita tuberkulosis

paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret

(Subrata, 2006). Hal ini juga sependapat dengan hasil penelitian Nugroho (2011)

ada pengaruh sebelum dan sesudah batuk efektif terhadap pengeluaran dahak pada

pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Bunyi ronchi basah kasar

masih terdengar jelas di semua lapang paru tanpa auskultasi pun juga masih

terdengar, hal ini disebabkan akumulasi sekret di dalam paru masih sangat

banyak. Hal ini membuktikan inhalasi sederhana tidak terlalu efektif dalam

pengeluaran sekret yang berlebihan sehingga hal ini masih mempengaruhi

frekuensi napas.

Frekuensi napas/ RR kakek A masih belum dalam rentang normal, namun RR

sebelum diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi mengalami

penurunan. Hal ini dikarenakan masih banyak mukus yang belum dikeluarkan dan

yang mengakibatkan sesak sehingga RR menjadi lebih cepat. Penurunan RR/

frekuensi napas pada kakek A sesuai dengan penelitian Nuraeni (2012) bahwa

pemberian inhalasi sederhana dapat menurunkan frekuensi napas walaupun tidak

bermakna. Hal ini dikarenakan pelaksanaan inhalasi sederhana hanya dilakukan

satu kali selama sepuluh menit sedangkan penelitian Singh (2004) dilakukan

sebanyak empat kali sehari selama 10-15 menit. Hal ini juga sesuai dengan yang

dijelaskan dalam panduan inhalasi (Wong, 2008). Penelitian terbaru dengan

menggunakan arformoterol inhalation solution pada jenis nebulizer jet standar

adalah 6 menit (Cipla, 2010), sehingga inhalasi sederhana ini menjadi tidak

bermakna yaitu dapat disebabkan oleh alat, tempat yang digunakan dan prosedur

yang kurang tepat.

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

94

Universitas Indonesia

Keberhasilan inhalasi sederhana dan batuk efektif pada kakek A juga terlihat

dengan tidak adanya penggunaan otot bantu napas dan retraksi dinding dada,

berbeda dengan sebelum dilakukan intervensi. Hal ini dikarenakan sesak sudah

berkurang sehingga tidak ada ada penggunaan otot bantu napas ataupun retraksi

dinding dada, sebagai usaha yang dilakukan oleh kakek A untuk bernapas lebih

efektif.

Tindakan inhalasi sederhana dan batuk efektif pada lansia ini hanya tidak seefektif

seperti pada usia muda. Hal ini dikarenakan berbagai perubahan fisik yang terjadi

pada lansia yang meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ

tubuh. Salah satu diantaranya yaitu sistem pernapasan. Perubahan sistem

pernapasan pada lansia yaitu otot pernapasan kaku dan kehilangan kekuatan,

penurunan aktivitas silia jumlah udara pernapasan yang masuk keparu mengalami

penurunan, alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang kemampuan batuk

berkurang, sehingga pengeluaran sekret berkurang dan mengalami sumbatan atau

obstruksi (Stanley, 2006). Pemberian inhalasi sederhana dan batuk efektif ini tetap

bermanfaat dan dapat diterapkan untuk mengeluarkan dahak, menurunkan

frekuensi napas, dan mengurangi sesak pada lansia, karena inhalasi sederhana

langsung bekerja pada paru-paru dan pada saat dibatukkan efektif tidak harus

menggunakan banyak tenaga. Selama pemberian terapi inhalasi sederhana

menggunakan minyak kayu putih tidak terdapat reaksi alergi ataupun komplikasi

yang ditunjukkan oleh kakek A yang bisa disebabkan oleh aerosol yang diberikan

dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan penyempitan pada saluran

pernapasan (bronkospasme), disamping itu bahaya iritasi dan infeksi pada jalan

napas, terutama infeksi nosokomial juga dapat terjadi (Rab, 2000).

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Mahasiswa Menganjurkan posisi yang nyaman pada saat tidur dengan dua bantal

dengan rasionalisasi didapatkan posisi semi fowler untuk meningkatkan ekspansi

paru dan mencukupi kebutuhan oksigen sehingga memberikan kenyamanan. Hal

ini dilakukan karena Kakek A masih merasa sesak napas.

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

95

Universitas Indonesia

Metode yang paling sederhana dan efektif dalam biaya untuk mengurangi risiko

stasis sekresi pulmonar dan mengurangi risiko penurunan pengembangan dinding

dada yaitu dengan pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi

klien dengan penyakit kardiopulmonari adalah posisi semi fowler dengan derajat

kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu

pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma

(Potter, 2005).

Keefektifan posisi semi fowler dapat dilihat dari Respiratory Rates yang

menunjukkan angka normal yaitu 16-24x per menit pada usia dewasa (Ruth, 2002:

812). Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi semi fowler itu

sendiri dengan menggunakan tempat tidur orthopedik dan fasilitas bantal yang

cukup untuk menyangga daerah punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan

saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas. Wilkison (1998 dalam

Supadi, dkk 2008) bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan

45º membuat oksigen didalam paru–paru semakin meningkat sehingga

memperingan kesukaran napas. Penurunan sesak napas tersebut didukung juga

dengan sikap pasien yang kooperaktif, patuh saat diberikan posisi semi fowler

sehingga pasien dapat bernafas. Hasil perbedaan tersebut menunjukkan ada

pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap sesak nafas. Hal tersebut berarti

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Supadi, dkk., (2008) bahwa pemberian

semi fowler mempengaruhi berkurangnya sesak nafas sehingga kebutuhan dan

kualitas tidur pasien terpenuhi. Terpenuhinya kualitas tidur pasien membantu

proses perbaikan kondisi pasien lebih cepat. Saat sesak napas pasien lebih nyaman

dengan posisi duduk atau setengah duduk sehingga posisi semi fowler

memberikan kenyamanan dan membantu memperingan kesukaran bernapas.

Menurut Angela (dalam Supadi, dkk., 2008) saat terjadi serangan sesak biasanya

klien merasa sesak dan tidak dapat tidur dengan posisi berbaring. Melainkan harus

dalam posisi duduk atau setengah duduk untuk meredakan penyempitan jalan

napas dan memenuhi O2 dalam darah. Dengan posisi tersebut pasien lebih rileks

saat makan dan berbicara sehingga kemampuan berbicara pasien tidak terputus –

putus dan dapat menyelesaikan kalimat.

Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

96

Universitas Indonesia

Hasil penelitian Setiawati (2008) rata – rata sesak napas pada responden sebelum

diberikan posisi semi fowler dan sesudah diberikan posisi semi fowler adalah

berbeda secara signifikan. Rata – rata sesak napas sebelum diberikan posisi semi

fowler (12,25) lebih tinggi dari pada responden sesudah diberikan posisi semi

fowler (4,75). Setelah dianalisis didapat nilai Sig. (0,001) < 0,05. dan Z hitung (-

3,196) > Z tabel (1,96), sehingga diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan posisi

semi fowler dapat efektif untuk mengurangi sesak napas pada klien TBC.

Selain pemberian posisi semi fowler, mahasiswa menganjurkan adanya tindak

lanjut dan motivasi dari petugas kesehatan yang bertugas di RW 01 termasuk

kader-kader kesehatan yang sudah diberi pelatihan terkait TB paru. Pemberian

terapi inhalasi sederhana harus rutin dilakukan di rumah selama 10-15 menit

dilakukan 2-4 kali sehari di rumah dan kemudian batuk efektif. Memotivasi

keluarga kakek A untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Cimanggis sehingga

mendapatkan pengobatan.

Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

97 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penulisan yang telah dilakukan selama praktik Profesi Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) yang dilakukan oleh mahasiswa

profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan UI di RW 01 yang dilaksanakan sejak

Mei hingga Juni 2013, khususnya memberikan asuhan keperawatan keluarga pada

TB paru lansia dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 TB paru merupakan masalah umum yang terjadi dimasyarakat perkotaan.

Angka TB paru di perkotaan semakin meningkat. Salah satu kota yang memiliki

angka kejadian TB paru yang tinggi ialah kota Depok. Penemuan kasus baru

(Case Detection Rate) di kota Depok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012

terus meningkat, akan tetapi masih dibawah target Nasional yaitu sebesar 70%.

Penemuan kasus TB paru di UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) Puskesmas

Kecamatan Cimanggis tahun 2011, 182 kasus, mengalami kenaikan pada tahun

2012, 1517 kasus. Penderita TB di kelurahan Cisalak pasar, berdasarkan hasil

pengkajian di Puskesmas Cimanggis, selama tahun 2012 sampai Mei 2013

terdapat 32 orang berobat TB, jumlah tersebut masih jauh diatas dari target

nasional, dimana target untuk kelurahan Cisalak Pasar dalam menemukan kasus

TB baru adalah sebanyak 20 kasus. Dari 32 orang pasien yang terdapat di

kelurahan Cisalak pasar, 10 orang atau 32.1% diantaranya terdapat di RW 01

Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Pasien TB yang

ditemukan berasal dari berbagai usia dan kalangan. Hal ini jelas perlu

diperhatikan khususnya oleh tenaga kesehatan salah satunya perawat. Perawat

komunitas mempunyai peranan penting dalam mengatasi masalah TB paru di

daerah perkotaan.

5.1.2 TB paru pada lansia berbeda dengan TB paru pada usia muda. Tampilan

klinis TB pada lansia tidak khas dan oleh karena itu mungkin tidak diketahui atau

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

98

Universitas Indonesia

salah diagnosis. Gejala TB paru pada orang berusia lanjut juga agak berbeda dari

orang muda. Gejala batuk yang merupakan gejala penting pada TB pada orang

muda ternyata pada usia lanjut kurang menonjol. Biasanya yang lebih sering

dikeluhakan adalah gejala sesak.

5.1.3 Peran perawat komunitas pada karya ilmiah akhir ini tergambar pada asuhan

keperawatan keluarga pada kakek A dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Salah satu hal yang menjadi penyebab kakek A menderita TB paru yaitu kontak

serumah dengan BTA positif, riwayat merokok. TB paru pada kakek A termasuk

di klasifikasi pasien baru. Masalah yang utama di keluhkan kakek A adalah sesak.

Perawat komunitas memiliki tanggung jawab untuk melakukan implementasi

keperawatan dengan membantu keluarga memenuhi lima tugas kesehatan

keluarga dengan anggota keluarga yang menderita TB paru, serta mengajarkan

tindakan inhalasi sederhana dan batuk efektif untuk mengatasi masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada kakek A.

5.1.4 Pemberian inhalasi sederhana dan batuk efektif ini tetap bermanfaat dan

dapat diterapkan untuk mengeluarkan dahak, menurunkan frekuensi napas, dan

mengurangi sesak pada lansia, karena inhalasi sederhana langsung bekerja pada

paru-paru, aman untuk segala usia dan tidak terdapat reaksi alergi yang

ditunjukkan oleh kakek A serta pada saat dibatukkan efektif tidak harus

menggunakan banyak tenaga.

5.1.5 Pemecahan masalah yang dilakukan untuk mengatasi masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada kakek A yaitu mahasiswa

menganjurkan adanya tindak lanjut dan motivasi dari petugas kesehatan yang

bertugas di RW 01 termasuk kader-kader kesehatan yang sudah diberi pelatihan

terkait TB paru. Pemberian terapi inhalasi sederhana harus rutin dilakukan di

rumah selama 10-15 menit dilakukan 2-4 kali sehari di rumah dan kemudian batuk

efektif. Menganjurkan posisi yang nyaman pada saat tidur dengan dua bantal

dengan rasionalisasi didapatkan posisi semi fowler untuk meningkatkan ekspansi

paru dan mencukupi kebutuhan oksigen sehingga memberikan kenyamanan.

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

99

Universitas Indonesia

Memotivasi keluarga kakek A untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Cimanggis

sehingga mendapatkan pengobatan.

5.2 Saran

Mengacu kepada kesimpulan hasil penulisan ini, maka penulis menyampaikan

beberapa saran bagi pihak yang terkait dengan penulisan karya ilmiah ini antara

lain sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Keluarga dengan TB paru

Kepada keluarga penderita TB paru tetap memberikan motivasi kepada anggota

keluarga untuk melakukan pengobatan dan tetap melaksanakan lima tugas

kesehatan keluarga. Melakukan inhalasi sederhana dan batuk efektif sebagai

perawatan keluarga pada penderita TB serta meningkatkan perilaku pencegahan

potensi penularan TB paru dengan memiliki alat makan, menutup mulut jika

batuk, tidak membuang dahak disembarang tempat, dan mengurangi aktivitas

yang terdapat banyak kerumunan orang banyak. Pencegahan dapat dilakukan dari

diri sendiri dan penderita juga bisa mengikuti penyuluhan berkala untuk

meningkatkan pengetahuan.

5.2.2 Bagi Bidang Keperawatan Komunitas

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga yang

holistik bagi pasien TB paru. Karya ilmiah ini juga diharapkan dapat menjadi

petunjuk dasar untuk menyusun promosi kesehatan dan proteksi kesehatan bagi

masyarakat agar angka TB paru di Indonesia semakin menurun.

5.2.3 Bagi Puskesmas Cimanggis

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Cimanggis

dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien TB paru tidak hanya di

puskesmas saja, tetapi bisa dilakukan kunjungan rumah bagi penderita TB paru.

Program skrining juga bisa melakukan secara berkala yang berguna untuk

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

100

Universitas Indonesia

penemuan kasus baru atau kasus putus obat sehingga bisa secepatnya diberikan

penanganan lebih lanjut.

5.2.4 Bagi Penelitian

Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide

untuk penelitian yang berkaitan dengan asuhan keperawatan keluarga pada pasien

dengan kasus TB paru pada lansia. Karya ilmiah ini dapat dilanjutkan kembali

untuk mengetahui masalah keperawatan lainnya yang bisa terjadi pada pasien

dengan TB paru lansia dan tindakan efektif untuk mengatasi masalah keperawatan

yang dialami oleh penderita TB paru pada lansia.

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

101

DAFTAR PUSTAKA

Akhavani, M. A. (2005). Steam inhalation treatment for children. British Journal

of General Practice.

Allender, J et all.(2010). Community health nursing: promotin and protecting the

public’s health. (Ed 7). China: Lippincot.

Amin, Z., & Bahar, A. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokter Universitas Indonesia.

Anderson & Fallune. (2000). Community health and nursing, concept and

practice. California: Lippincott.

Azzisman, Fauzi Z, A, dkk.(2006). Buku tutor hemomptisis. Juni 03, 2013.

http://eng.unri.ac.id.

Barbara, Kozier. (2004). Fundamental of nursing. (seventh edition).Vol 2.

California: Addison-Wesley.

Bintarto. (2000). Pengantar geogarafi kota. Yogyakarta: LIP SPRING.

Carpenito, L. J. (2000). Book of nursing diagnosis.(edisi 18). alih bahasa: Monica

Ester. Jakarta: EGC.

Clark. (2000). Learning domain of bloom’s taxonomy. Juni 15, 2013.

http://www.nwlink.com/-donclark/hrd/bloom.htm .

Cipla. (2010). A practical guide to nebulization therapy. India: Cipla Ltd.

Departemen Kesehatan.(2002). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis.

Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan. (2004). Badan Litbangkes, Ditjen P2 PL,WHO, project

DOTS expansion GF ATM, survei prevalensi tuberkulosis di Indonesia.

Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan. (2006). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis.

Cetakan ke 2. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan. (2007). Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis.

(edisi 2). Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan. (2008). Laporan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas)

Indonesia tahun 2007. Jakarta: Depkes RI.

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

102

Departemen Kesehatan. (2008). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis.

Jakarta: Depkes RI.

Effendy,N.(2004).Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta

:EGC.

Effendi. (2004). Keperawatan medikal bedah: klien dengan gangguan sistem

pernapasan. Jakarta: EGC.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family nursing: Research,

theory & practice. New Jersey: Prentice Hall.

Helper,M,. dkk. (2009). Faktor sosial budaya yang mempengaruhi ketaatan

berobat penderita tb paru. laporan penelitian. Pusat Penelitian

Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Litbangkes

Kementerian Kesehatan RI.

Herryanto dkk (2004). Riwayat pengobatan penderita TB paru meninggal di

Kabupaten Bandung. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No. 1, April.

Hidayati, R. (2009). Asuhan keperawatan pada tuberkulosis. Jakarta: Salemba

Medika.

Hiswani. (2009). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat.

Http://librarv.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009).

Hudak & Gallo. (2000). Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Hough, Alexandra. ( 2001 ). Physiotherapy in respiratory care: an evidence-

based approach to respiratory and cardiac management. Washington :

Nelson Thornes.

Kemenkes. (2011). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta:

Kemenkes RI.

Kompas (2008). Tuberkulosis pada usia lanjut.

www.lipsus.kompas.com/jalanjalan/read/2008/10/19/13371682/Tuberkulosi

s.pada.Usia.Lanjut. Juni, 15, 2013.

Leung CC, Lam TH, Ho KS, Yew WW,Tam CM, Chan WM, et al. (2010).

Passive smoking and tuberculosis. Arch Intern Med.

Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. jakarta: Salemba

Medika.

Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

103

Meiliya, E & Ester, M. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik (gerontological

nursing : A health promotion/protection approach). Jakarta : EGC.

Murti. (2000). Prinsip dan metode riset epidemiologi. Yogyakarta: Gajam Mada

Univerity press.

Muttaqin. (2010). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association). (2012). Nursing

diagnostik: prinsip dan clasification 2012-2014. Phladelphia USA

Nugroho. (2007). Hubungan teknik batuk efektif dengan pengeluaran sputum

pada pasien tuberkulosis paru akut di wilayah kerja Puskesmas Jungkat

Kecamatam Siantan Kabupaten Pontianak. Program Studi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Nugroho, A. Y. (2011). Batuk efektif dalam pengeluaran dahak pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas di instalasi rehabilitasi medik Rumah sakit

Baptis kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri. Volume 4. No. 2 Desember 2011.

Nuraeni. (2012). Pengaruh steam inhalation terhadap usaha bernapas pada

balita dengan pneumonia di puskesmas Kebupaten Subang Provinsi Jawa

Barat. Depok: Program Magister Ilmu Keperawatan, FIK UI.

Pradono, J. (2007). Kesehatan dalam pembangunan berkelanjutan. Jurnal Ekologi

Kesehatan . Vol.6 No.2 Agustus 2007.

Pramudiarja.(2012). Tuberkulosis. Maret 12, 2012.

www.mdetikhealth.com/health/read/2012/03.

Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia. (2012). Jurnal tuberkulosis

Indonesia.vol. 3 No. 2 September 2012. Jakarta: PPTI.

Permatasari, A. (2005). Pemberantasan penyakit TB paru dan strategi DOTS.

Bagian Paru: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Puskesmas Cimanggis. (2012). Profile kesehatan UPT (Unit Pelaksanaan Teknis)

Puskesmas Kec. Cimanggis Th. 2012. Depok: Puskesmas Cimanggis.

Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses

penyakit. Jilid II. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental of nursing consept: proses and

practice. Philadelphia: Mosby. Inc.

Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

104

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of nursing: fundamental

keperawatan; buku 2 edisi 7. Jakarta; Salemba Medika.

Rab, T. (2000). Ilmu penyakit paru. (Ed Hipokrates). Jakarta: Qlintang S.

Rasmin, M, dkk. (2001). Prosedur tindakan bidang paru dan pernapasan –

diagnostik dan terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi FK UI. Balai Penerbitan

FK UI.

Rekawati. (2011). Bahan ajar kuliah epidemiologi. Depok: FIK UI.

Riono, P & Farid, M. (2012). Estimasi jumlah orang dengan TB di Indonesia,

2009-2010 (2011). Warta tuberkulosis indonesia (volume 21 ) oktober 2012.

Scanlon, V & Sanders (2007). essentials of anatomy and phsiologi. ( 5th ed).

Philadelphia: F.A Davis Company.

Setiawati, L. (2008). Efektivitas penggunaan posisi semi fowler pada klien tbc

untuk mengurangi sesak napas (studi kasus di rumah sakit paru batu).

Malang.

Singh, M. (2004). Heated, humidified air for the common cold. Cochrame

Database Syst. Rev (2): CD001728.

SKRT (2004). Survei kesehatan rumah tangga. Volume 2. Juni 15, 2013.

http://www.litbang.depkes.go.id.

Slamet, J.S. (2000). Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan medikal bedah. (edisi 8). Alih bahasa:

Agung Waluyu. Jakarta: EGC.

Soedjono. (2000). Pengaruh kualitas udara (debu COx, NOx, SOx) terminal

terhadap gangguan fungsi paru pada pedagang tetap terminal bus induk

Jawa Tengah 2002. Semarang: UNDIP.

Stanhope, M and Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing.

The Mosby Year Book. St Louis.

Stanley, M,. Gauntlett & Patricia. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik (edisi

2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

STRANAS. (2011). Rencana aksi nasional informasi strategis pengendalian

tuberkulosis Indonesia 2011-2014. Jakarta: Kemenkes RI.

Subrata. (2006). VCO dosis tepat taklukan penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 120: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

105

Sudiharto. (2007). Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan

keperawatan trankurtural. Jakarta: EGC.

Suprajitno. (2004). Asuhan keprawatan keluarga aplikasi dalam praktek. Jakarta :

EGC.

Timmreck, Thomas,. C. (2004). Epidimiologi: suatu pengantar. (Edisi 2). Jakarta:

EGC.

Widoyono. (2008). Penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan, dan

pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wijaya. (2012). Merokok dan tuberkulosis. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan

Ilmu Kedokteran Respirasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

RS Persahabatan.

Wen CP, Chan TC, Chan HT, Tsai MK, Cheng TY, Tsai SP. (2010). Their

reduction of Tuberculosis risks by smoking cessation. BMC Infect Dis.

Wong, D. L., Hockenberry, & M., Wilson, D., Winkelsein, M., L., & Schwatrz, P.

(2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. (edisi 6). (Monika Ester

penterjemah). Jakarta: EGC.

World Health Organization. (2008). Indonesian Strategic Plan to Stop TB 2006-

2010. Jakarta: Depkes RI.

World Health Organization. (2009). Global action plan for prevention and control

of pneumonia (GAPP). Geneva: WHO.

World Health Organization. (2010). World health statistic 2009. France. Juni 14,

2013. http://www.who.int/healthinfo/statistic/programme/en/index.html.

Yoga, T (2007). Diagnosis TB pada anak lebih sulit. Mediakom info sehat untuk

semua: Departemen Kesehatan.

Page 121: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andi Amalia Wildani, S.Kep

Tempat, Tanggal Lahir : Bungoro, 05 Januari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Asal : Jl. Poros Tonasa 2 No. 03, Kel Samalewa, Kec.

Bungoro, Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan

Alamat Tinggal : Jl. Kedoya RT.01 RW. 03 No. 77, Kostan Griya

Nafans kamar 76 , Kel. Pondok Cina, Kec. Beji,

Depok, Jawa Barat

Email : [email protected]/ [email protected]

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1996-2002 : SDN 2 Lejang

Tahun 2002-2005 : SMPN 1 Bungoro

Tahun 2005-2008 : SMAN 1 Pangkep

Tahun 2008- 2012 : Sarjana Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia

Tahun 2012-2013 : Program Profesi SNers, Fakultas Ilmu

Keperawatan, Universitas Indonesia

Page 122: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

1 Universitas Indonesia

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KAKEK A

Penjelasan lampiran ini mengenai asuhan keperawatan keluarga Kakek A dengan

Tuberkulosis Paru di RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan

Cimanggis, Kota Depok. Asuhan keperawatan keluarga ini terdiri dari pengkajian,

analisis data, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan

evaluasi.

Pengkajian

Klien dengan nama Kakek A (70 tahun), tinggal di Gg Masjid, RT 06/ RW 01

Cisalak Pasar, merupakan pensiunan karyawan swasta. Komposisi dan genogram

keluarga Kakek A dipaparkan lebih jelas pada tabel 3.1 dan gambar 3.1.

Tabel 1 Komposisi Keluarga Kakek A

Gambar 1

Genogram Keluarga Kakek A dan Nenek I

Kakek A (70th) menikah dengan Nenek I (69th) pada tahun 1992. Saat ini,

keluarga Kakek A mempunyai dua orang anak kandung yaitu Bapak R (38th) dan

No Nama Jenis

kelamin

Hub dgn KK Umur Pendidikan

1 Kakek A Laki-Laki Kepala Keluarga 70th SMA

2 Nenek I Perempuan Istri 69th SMP

3 Bapak F Laki-Laki Anak Kandung 35th S1

4 Ibu A Perempuan Menantu 30th SMA

Page 123: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

2

Universitas Indonesia

Bapak F (35th). Anak M merupakan anak pertama dan telah menikah serta

memiliki tiga orang anak laki-laki yaitu Ibu A (16th), Anak D (12th) dan Anak M

(9th) yang bertempat tinggal di samping rumah Kakek A. Anak kedua Kakek A

yaitu Bapak F telah menikah dengan Nenek I yang saat ini telah hamil 30 minggu

(G1P0A0).

Kakek A sebelum menikah dengan Nenek I, Kakek A sudah menikah dan

memiliki dua orang anak pada pernikahan pertama yaitu Bapak M (55th) dan

Bapak N (50th). Anak pertama dari pernikahan pertama telah meninggal karena

kecelakaan motor pada saat usia 55 tahun. Anak kedua masih hidup sampai saat

ini dan telah menikah, memiliki satu orang anak perempuan yaitu Anak Y (21th).

Istri pertama Kakek A telah meninggal tanpa diketahui penyebabnya + tujuh

tahun sebelum Kakek A menikah dengan Nenek I.

Nenek I juga sebelumnya telah menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki

yaitu Bapak A (50th). Bapak A telah menikah dan memiliki tiga orang anak

perempuan yaitu Anak S (22th), Anak K (19th) dan Anak R (17th). Suami

pertama Nenek I telah meninggal tanpa diketahui penyebabnya + lima tahun

sebelum Nenek I menikah dengan Kakek A.

Kedua orang tua dari Kakek A sudah meninggal, Ayah dari Kakek A meninggal

pada usia 70 tahun karena sesak, sedangkan Ibu dari Kakek A meninggal pada

usia 50 tahun meninggal karena TB Paru. Kakek A memiliki dua saudara dan

semuanya sudah berkeluarga, akan tetapi saudara pertama dari Kakek A

meninggal pada usia 65 tahun karena TB Paru.

Kedua orang tua dari Bapak Nenek I juga sudah meninggal, Ayah dari Nenek I

meninggal pada usia 50 tahun karena sesak, sedangkan Ibu dari Nenek I

meninggal pada usia 45 tahun meninggal karena stroke. Nenek I memiliki satu

saudara dan sudah berkeluarga.

Keluarga Kakek A (70 tahun) merupakan keluarga dengan tipe keluarga extended

family yang terdiri dari Kakek A (70 th), Nenek I (69 th) dan Anak. F (35th) serta

Page 124: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

3

Universitas Indonesia

Ibu A (30 thn). Kakek A merupakan campuran dari suku Sunda dan suku Betawi

karena mengikuti kedua orang tuanya. Nenek I berasal dari Banten yaitu suku

Sunda. Keduanya sudah berdomisili di Depok sekitar 8 tahun. Komunikasi antara

Kakek A dan Nenek I menggunakan bahasa Indonesia, begitupun berkomunikasi

dengan Bapak F dan Ibu A juga menggunakan bahasa Indonesia. Nenek I

mengatakan tidak menganut mitos atau pantangan tertentu yang dapat

mempengaruhi pemeliharaan kesehatan keluarga, namun terkadang menggunakan

ramuan tradisional atau herbal untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu,

misalnya ketika anak diare diberi sawo mentah dan kunyit. Nenek I mengatakan

keluarga menyukai makanan yang sunda. Atribut-atribut yang berkaitan dengan

suku betawi dan sunda tidak terdapat di lingkungan rumah. Suku tidak

mempengaruhi pola makan keluarga karena keluarga lebih sering masak sendiri. .

Keluarga Kakek A menganut agama Islam. Keluarga menjalankan ibadah sholat,

puasa, dan ibadah lainnya. Keluarga menjalankan salat lima waktu namun tidak

pernah berjamaah, dengan alasan Kakek A setiap shalat di mushola samping

rumahnya, sehingga Nenek I, Bapak F ataupun Ibu A lebih sering shalat sendirian

di rumah. Ketika ada salah satu anggota keluarga yang mulai malas, maka mereka

saling mengingatkan. Kakek A tidak mengikuti pengajian dan jarang berinteraksi

dengan masyarakat karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan cucu-

cucunya dan malas berjalan jauh karena merasa sesak dan mudah capek ketika

beraktivitas lama, sehingga di rumah digunakan untuk istirahat. Nenek I juga

tidak mengikuti pengajian karena mengurus kebutuhan Kakek A, dan semenjak

pasca jatuh yang mengakibatkan lengan kanannya patah dan sering mengalami

nyeri sendi, namun sebelum merasa sakit Nenek I rajin mengikuti pengajian.

Nenek I dan Kakek A berpuasa pada saat bulan ramadhan saja.

Keluarga Kakek A merupakan keluarga dengan status sosial ekonomi kelas

menengah. Rumah yang ditempati keluarga Kakek A adalah rumah milik sendiri

yang sudah ditempati kurang lebih delapan tahun. Rumah Kakek A adalah tipe

permanen dua lanai dengan tembok dari batu bata dan atap dari genteng.

Perabotan rumah tangga Kakek A lengkap, terdapat Kulkas, TV 21 inch, CD

Page 125: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

4

Universitas Indonesia

Player, mesin cuci, kipas angin, dll. Nenek I mengatakan tidak punya cicilan

barang. Keluarga Kakek A mempunyai satu buah motor dan mushola yang

dibangun di samping rumah Kakek A. Keluarga Kakek A tidak memiliki asuransi

kesehatan semenjak kantor tempat dulu bekerja bangkrut, namun saat ini sedang

mengurus jamkesmas.

Saat ini Kakek A tidak memiliki penghasilan, namun sebelumnya Kakek A

bekerja sebagai karyawan swasta akan tetapi kantornya bangkrut. Nenek I

merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT). Kakek A ataupun Nenek I tidak memiliki

tabungan. Kebutuhan Kakek A dan Nenek I saat ini semuanya ditunjang oleh

kedua anaknya. Uang yang diberikan oleh anaknya tersebut digunakan untuk

membayar listrik, kebutuhan dapur, jajan buat cucu-cucunya. Namun terkadang

Kakek A merasa kurang dengan ekonominya sekarang dan sering sedih ketika

tidak bisa memberi uang jajan ke cucunya.

Keluarga Kakek A jarang pergi berekreasi bersama. Waktu luang biasanya

digunakan dengan mengobrol bersama di rumah sambil menonton televisi. Ketika

bosan biasanya Kakek A berkunjung ke rumah anaknya yg berada di samping

rumah Kakek A untuk bermain sama cucu-cucunya. Jika sendiri di rumah, Nenek

I biasanya duduk-duduk sambil mengobrol dengan tetangga di mushola samping

rumahnya. Nenek I. Keluarga Kakek A jarang pulang ke kampung halaman,

terutama saat lebaran.

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga Kakek A adalah keluarga dengan dewasa. Tugas

perkembangan keluarga dengan dewasa pada keluarga Kakek A yang sudah

terpenuhi antara lain pertama memperluas siklus keluarga dengan memasukkan

anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, anak

pertama dari Kakek A dan Nenek I sudah memiliki dua orang anak namun

tinggalnya di samping rumah, sedangkan Bapak F sudah menikah dan saat ini

istrinya sedang hamil pertama dengan usia kehamilan 30 minggu. Kedua

mempertahankan keintiman pasangan dimana Kakek A dan Nenek I selalu

Page 126: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

5

Universitas Indonesia

berusaha menjaga keintiman hubungan keluarga mereka dengan cara saling

menyayangi dan saling memperhatikan apabila ada anggota keluarga yang sakit.

Walaupun Kakek A dan Nenek I sudah hampir 3 tahun pisah ranjang dikarenakan

penyakit Kakek A. Namun Kakek A dan Nenek I selalu mengobrol saat siang

hari. Ketiga yaitu mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya, anak pertama dari pernikahan Kakek A dan Nenek I sudah

bekerja dan menikah serta memiliki dua orang anak yang tinggal di samping

rumahnya, sedangkan anak kedua juga sudah bekerja dan telah menikah namun

masih tinggal bersama Kakek A dan Nenek I di rumah Kakek A. Ketiga

membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua,

Anak-anak dari Kakek A dan Nenek I selalu memberikan dukungan berupa

finansial untuk memenuhi semua kebutuhan hidup pada saat ini termasuk biaya

pengobatan ketika sakit, mengingat Kakek A dan Nenek I sudah lansia dan tidak

memiliki penghasilan. Semua tugas perkembangan sudah terpenuhi.

Nenek I dan Kakek A dijodohkan, namun sebelum menikah, ada masa

penjajakannya juga sehingga masih cocok sampai sekarang. Keluarga terlihat

harmonis dan bekerja sama dalam membesarkan anaknya. Pernikahan Nenek I

dan Kakek A sama-sama merupakan pernikahan kedua karena cerai mati.

Pernikahan Nenek I dan Kakek A mendapatkan restu dari keluarga dari Kakek A

maupun dari Nenek I serta restu dari anak-anak dari Kakek A pada pernikahan

pertama, begitupun anak-anak dari Nenek I dari pernikahan pertamanya.

Riwayat kesehatan dari Kakek A saat ini yang dirasakan adalah sesak sejak

kurang lebih 3 bulan yang lalu, sesekali batuk, biasanya dimalam hari dan

mengeluarkan dahak berwarna putih, jumlah sedikit, tidak bau, sulit

mengeluarkan dahak. Kakek A mengatakan pernah memeriksakan dahaknya di

puskesmas Cimanggis pada Desember 2012 dan hasilnya BTA positif tetapi tidak

menjalani pengobatan sebelumnya mengeluh batuk-batuk lebih dari 3 minggu.

Tidak ada riwayat alergi, riwayat merokok + 15 tahun dan menghabiskan 2

bungkus rokok sehari, saat ini sudah tidak merokok sejak 3 bulan yang lalu. Pada

saat batuk-batuk lebih dari 3 minggu berobat ke dokter praktik dan mendapatkan

Page 127: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

6

Universitas Indonesia

obat sanbutamol dan tyrosol yang diminum 3 × 1/ hari, akan tetapi tidak

mengalami perbaikan kesehatan semenjak mengkonsumsi obat salbutamol dan

tyrosol. Kakek A Tidak menjalani pengobatan OAT saat terdiagnosis BTA positif.

Kakek A mengatakan malas untuk mengunjung puskesmas karena malas

mengantri. Mengatakan mengerti tentang masalah TB mulai dari pengertian

sampai akibat bila tidak diobati, terkadang membuka jendela dan pintu dipagi hari

dan berjalan-jalan kecil di sekitar rumah. Kebanyakan menghabiskan waktu buat

tidur. Berinteraksi dengan anggota keluarga tanpa menggunakan masker,

membuang dahak di kamar mandi dan saluran pipa depan rumah, belum

menerapkan etika batuk yang baik dan benar, alat makanan sudah dipisahkan,

Kakek A menganggap dirinya tidak TB tetapi asma.

Nenek I mengatakan bahwa saat ini yang dikeluhkan adalah nyeri pada sendi lutut

kanan, yang skala nyeri 5 dan terkadang menyebar ke ibu jari, nyeri yang

dirasakan paling sering malam hari dan saat bangun pagi. Nenek I mengatakan

tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terkait keluhan yang

dirasakan., tidak ada riwayat asam urat. Nenek I mengatakan dirinya tidak

memiliki pengetahuan terkait asam urat. Nenek I saat ini juga pasca jatuh dari

kamar mandi, lengan kirinya patah dan saat ini sedang di bebat, dan terjadi

perubahan cara berjalan sehingga Nenek I yang awalnya tidak membungkuk saat

berjalan menjadi bungkuk.

Bapak F mengatakan bahwa saat ini tidak keluhan yang dirasakan, namun Bapak

F merupakan perokok aktif + 5 tahun satu bungkus sehari dan berangkat bekerja

menggunakan motor dan jarang menggunakan masker.

Ibu A mengatakan bahwa dirinya tidak ada keluhan, saat ini Ibu A telah hamil 30

minggu G1P0A0. setiap bulan rajin periksa kehamilan di puskesmas terdekat.

Taksiran partus akhir juli 2013, Ibu A telah melakukan persiapan untuk

menyambut anak pertamanya dan sudah menetapkan tempat untuk melahirkan

yaitu di puskesmas. Ibu A sedikit merasa ansietas karena ini merupakan

pengalaman pertamanya dan takut ada yang tidak sesuai dengan harapannya.

Page 128: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

7

Universitas Indonesia

Ibu dan Kakak pertama dari Kakek A meninggal dengan masalah TB paru, dan

Bapak dari Kakek A meninggal karena Sesak. Orang tua dari Bapak B tidak

memiliki riwayat diabetes mellitus, hipertensi ataupun sakit jantung. Ibu dari

Nenek I meninggal karena stroke, sedangkan Bapak dari Nenek I meninggal

karena sesak. Orang tua dari Nenek I tidak memiliki riwayat diabetes mellitus, TB

paru. tetapi memiliki riwayat hipertensi.

3.2 Lingkungan

Rumah yang ditempati keluarga Kakek A adalah rumah permanen, lantai dua.

Rumah Kakek A terletak di belakang TK dan di samping mushola milik sendiri.

Rumah tersebut berukuran 11 meter x 5 meter. Pencahayaan rumah hampir

semuanya dari lampu karena pencahayaan rumah hanya masuk dari pintu dan

jendela rumah jika pintu dan jendela dibuka. Lantai rumah keluarga bapak N

terbuat dari keramik berwarna putih dengan keadaan bersih, genting terbuat dari

asbes, dan tembok dari batu bata dan sudah dicat biru muda. Perabot rumah

tangga tertata dengan cukup rapi. Desain interior rumah terbagi menjadi sembilan

ruangan, yang paling depan adalah teras. Ruang kedua adalah ruang tamu, ruang

ketiga ruang nonton. Ruang keempat dan lima merupakan ruang tidur, ruang

keenam adalah ruang dapur, ruang ketujuh kamar mandi, dan ruang delapan di

lantai atas yaitu ruang tidur serta ruangan terakhir di samping yang juga terdapat

teras. Ventilasi udara masuk melalui pintu depan karena jendela bagian depan

tidak dapat dibuka, karena dipasang permanen dengan bingkai jendela, dan

dijendela kamar samping yang bisa terbuka.

Kondisi ruang tamu dan nonton TV tampak bersih dan terdapat kasur untuk

tempat tidur yang digunakan oleh keluarga khususnya anaknya pada siang hari.

Selain itu ruang tamu juga terdapat lemari kaca dan kipas angin, terdapat kursi

maupun meja untuk tamu. Di ruang tamu terdapat foto dinding anak – anak

sewaktu kecil dan foto keluarga. Ruang kamar terdapat tempat tidur, dua buah

lemari pakaian dengan pencahayaan yang cukup tetapi ada satu ruang tidur yang

kurang pencayahaan dikarenakan ruang kamar tidak memiliki jendela dan

Page 129: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

8

Universitas Indonesia

ventilasi sehingga sirkulasi udara tidak bagus yang menyebabkan pengap dan

panas. Pada siang hari ruang kamar tampak gelap sehingga terkadang

membutuhkan lampu untuk penyinaran. Ruang kamar mandi (toilet) yang terdiri

dari bak mandi & WC jongkok. Toilet tampak bersih dengan penataan sabun,

odol, dan sikat gigi rapi. Pencahayaan di toilet kurang sehingga untuk penerangan

membutuhkan lampu dihidupkan. Toilet memiliki dua buah ventilasi berbentuk

lonjong, masing-masing berdiameter + 10 cm. Lantai toilet juga sudah terbuat dari

keramik berwarna putih, bersih dan sedikit licin. Ruang masak keluarga terlihat

sedikit kotor, terdapat satu tempat sampah, keluarga Kakek A menggunakan gas

elpiji untuk memasak. Selain itu, terdapat juga lemari kaca berisi peralatan makan.

Ruang teras terbagi dua ada di depan dan di samping. Teras rumah bagian depan

digunakan untuk menimpan tanaman, dan tempat menyimpan motor. Teras rumah

bagian samping digunakan sebagai tempat berbincang-bincang dengan tetangga

dan tempat bermain cucu-cucu yang datang, untuk menjemur pakaian. Jemuran

pakaian menggunakan jemuran stainles steel yang bisa dibawa masuk ke dalam

rumah ketika hujan, dan terdapat alat olahraga yang tidak terpakai serta rak sepatu

yang berdebu.

Rumah keluarga Kakek A memiliki pekarangan yang digunakan untuk menanam

bunga dan terdapat dua pohon rambutan, serta terdapat satu kolam ikan. Kondisi

halaman rumah kurang bersih banyak dedaunan yang kering dan terdapat air yang

tergenang di dua ember dan berjentik, terdapat kolam ikan yang juga berisi

beberapa ikan hias tetapi airnya tampak kotor dan berlumut serta banyak jentik

nyamuk.

Kakek A mengatakan bahwa jarak septic tank dengan sumber air + 5 meter.

Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah air tanah dengan menggunakan

pompa dari sumur bor. Terdapat selokan di depan maupun sekitar rumah. Tempat

pembuangan sampah dari dapur di depan rumah dan nanti diambil oleh petugas

sampah yang bertugas setiap dua hari sekali. Sampah dedaunan depan rumah

Page 130: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

9

Universitas Indonesia

langsung dibakar dipekarangan rumah. Sumber air minum biasanya keluarga

mengkonsumsi air minum berasal dari galon yang dibeli di dekat rumah.

Gambar 2

Denah Rumah Keluarga Kakek A

Lingkungan RT 06/RW 01 merupakan daerah berpenduduk padat. Kakek A

mengatakan suku mayoritas di RT tersebut adalah Suku Sunda. Adapun suku

minoritas adalah Suku Betawi dan Jawa yang kebanyakan adalah pendatang.

Rumah warga sangat berdekatan satu sama lain dan banyak jalan/gang sempit.

Tidak ada industri dekat rumah Kakek A. Hunian sekitar rumah Kakek A

kebanyakan rumah milik pribadi.

Rata-rata kondisi ekonomi tetangga keluarga Kakek Aadalah menengah ke bawah

dengan karakteristik suami yang bekerja sebagai buruh bangunan, tukang ojek,

dan istri sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Adapun tetangga yang kondisi

ekonominya menengah keatas hanya beberapa keluarga saja. Mata pencaharian

tetangga keluarga Kakek A bervariasi. Tetapi ada juga beberapa keluarga yang

mata pencahariannya tidak menetap bahkan ada yang pengangguran.

Page 131: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

10

Universitas Indonesia

Karakteristik tetangga keluarga Kakek A sebagian besar adalah keluarga dengan

balita. Jarak antar rumah di daerah tempat tinggal keluarga Kakek A saling

berhimpitan satu sama lain. Jalan menuju rumah keluarga Kakek A sudah terbuat

dari semen, pada tempat tertentu ada genangan air. Letak rumah keluarga Kakek

A tidak berada di dekat jalan utama sehingga harus memasuki gang setapak yang

masih bisa dilalui oleh motor. Setiap rumah di sekitar tempat tinggal keluarga

Kakek A tidak memiliki pekarangan/halaman yang luas dan kosong, di depan

rumah Kakek A terdapat warung yang biasa dijadikan tempat berkumpul dengan

tetangga. Tiap hari ada pedagang sayur yang lewat di depan gang. Fasilitas

kesehatan yang ada di RT 06 tidak ada. Transportasi umum yang paling banyak

adalah ojek, karena tidak ada angkot yang masuk ke RW 01 khususnya RT 06.

Tetangga Kakek A kadang bermain ke rumah untuk mengobrol begitupun

sebaliknya. Terdapat mushola yang biasa digunakan untuk ibadah salat berjamaah

dan kegiatan keagamaan lainnya, tempat berkumpul baik untuk mengobrol-

ngobrol biasa dengan tetangga ataupun tempat untuk pengajian dan tempat

penyuluhan mahasiswa. Terdapat juga TK di dekat rumah yang digunakan anak-

anak untuk bermain ketika TK sudah bubar.

Kakek A tinggal di RT 06 RW 01 Cisalak Pasar sudah + 8 tahun dengan Nenek I

dan anak-anaknya tinggal di rumah yang dihuni sekarang. Awal setelah menikah

dengan Nenek I, Kakek A dan keluarga tinggal di daerah Jakarta Timur. Anak

pertamanya dari pernikahan dengan Nenek I juga tinggal di samping rumah

Kakek A. Tidak ada rencana dari keluarga Kakek A untuk pindah rumah.

Keluarga Kakek A menggunakan motor atau jasa transportasi umum (angkot) jika

berpergian jauh dari rumah seperti ke pasar, mall, dan tempat lainnya. Jika salah

satu anggota keluarga sakit, keluarga Kakek A akan pergi ke Puskesmas Ciracas,

ke dokter praktik atau praktik mantri.

Keluarga Kakek A sering berkumpul di rumah Kakek A, sedangkan untuk

keluarga dari pihak Nenek I juga lebih sering berkumpul di rumah Kakek A.

Nenek I tidak mengikuti arisan ataupun mengikuti pengajian RT. Anggota

Page 132: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

11

Universitas Indonesia

keluarga Kakek A khususnya Bapak F dan tidak rutin mengikuti kegiatan

kemasyarakatan di daerah setempat RT 06 karena bekerja dan ketika pulang kerja

sudah larut malam dan merasa capek. Hari libur Bapak F di manfaatkan untuk

beristirahat di rumah dan bersantai dengan Kakek A, Nenek I dan istrinya yang

sedang hamil pertama. Nenek I mengatakan waktu berinteraksi dengan tetangga

seringnya pada pagi dan sore hari di depan teras mushola dan Nenek Imengatakan

sudah mengenal hampir semua tetangga di sekitar rumahnya dan cukup dekat.

Kakek A sendiri kadang-kadang mengikuti kegiatan kemasyarakatan di daerah

setempat seperti pengajian setiap hari Jumat, dan terkadang mengikuti penyuluhan

kesehatan yang diadakan mahasiswa.

Keluarga Kakek A tidak memiliki asuransi ataupun jaminan kesehatan semenjak

perusahaan tempat bekerja bangkrut, namun sekarang sedang proses mengurus

Jamkesmas. Anak-anaknya memiliki jaminan kesehatan dari tempat mereka

bekerja. Ketika kunjungan, terlihat Kakek A bersosialisasi dengan baik terhadap

tetangganya. Kakek A memiliki anak yang rumahnya cukup dekat dari rumahnya

sehingga mudah jika ingin membutuhkan bantuan. Keluarga besar dari Kakek A

adan Nenek I kebanyakan tinggal di daerah Jakarta dan Banten sehingga kalau

membutuhkan kalau membutuhkan bantuan, dengan mudah Keluarga Kakek A

menghubungi saudara lewat telepon genggam. Keluarga BapakA merupakan

keluarga yang mandiri, hal itu disampaikan oleh Nenek I. Segala kebutuhan

keluarga Kakek A semaksimal mungkin diusahakan sendiri tanpa meminta

bantuan dari keluarga lain. Akan tetapi, jika ada kebutuhan yang benar-benar

mendadak, Nenek I biasanya meminta bantuan biaya dari anak-anaknya.

3.3 Struktur Keluarga

Kakek A mengatakan jika ada masalah di keluarga, maka masalah tersebut akan

didiskusikan dan diselesaikan secara bersama-sama. Pola komunikasi keluarga

Kakek A termasuk komunikasi secara terbuka. Pada saat terjadi konflik atau

masalah dalam keluarga baik antara orangtua dengan anak, atau anak dengan anak

bahkan suami istri, masalah diselesaikan secara musyawarah antara suami dan

istri, anak, dan orangtua. Masalah apapun yang terjadi dirumah selalu

Page 133: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

12

Universitas Indonesia

dikomunikasikan Nenek I dengan Kakek A. Anggota keluarga rutin bertemu tiap

hari walaupun dari pagi atau sore baik itu di rumah anak pertamanya ataupun di

rumah Kakek A. Pertemuan keluarga biasanya lebih difokuskan pada malam hari

sambil menonton TV. Dari hasil observasi, Bapak F dan istrinya termasuk anak

yang penurut dan sopan. Bapak F juga mengikuti apa yang dikatakan Nenek I

ataupun Kakek A. Nenek I dan Kakek A juga terlihat bertutur kata lembut kepada

anak-anaknya baik itu ke cucunya.

Pembuat keputusan dalam keluarga Kakek A adalah Kakek A. Akan tetapi

keputusan yang diambil adalah hasil diskusi antara Kakek A, Nenek I dan anak-

anaknya misalnya ada anggota keluarga yang sakit maka hal itu akan disampaikan

oleh Nenek I kepada Kakek A untuk dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan

seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktik dan praktik mantri.

Kakek A adalah kepala keluarga, suami dari Nenek I dan ayah dari Bapak F dan

Anak G, dan seorang kakek dari cucu-cucunya. Kakek A adalah pensiunan

karyawan swasta, keseharian Kakek A hanya di rumah dan terkadang bermain

dengan cucu-cucunya yang tinggal di samping rumahnya atau mengobrol dengan

tetangga, ketika tidak ada kegiatan Kakek A hanya tiduran saja di rumah.

Nenek I memiliki peran sebagai istri dari Kakek A dan ibu bagi Bapak F dan An.

G, serta seorang nenek bagi cucu-cucunya. Nenek I terkadang bertugas merapikan

rumah, memasak, dan menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, akan

tetapi saat ini tugas rumah tangga di alihkan ke menantunya, istri dari Bapak F

yang tinggal serumah.

Bapak F yaitu anak dari Kakek A dan Nenek I, suami dari Ibu A dan merupakan

tulang punggung bagi keluarga, calon ayah dari anak yang dikandung oleh Ibu A.

Bertugas sebagai pencari nafkah dan bekerja dari Senin-Jumat.

Ibu A yaitu menantu dari Kakek A dan Nenek I, istri dari Bapak F dan merupakan

calon ibu dari anak yang dikandungnya saat ini. Terkadang bertugas merapikan

Page 134: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

13

Universitas Indonesia

rumah, memasak, dan menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan

mengambil alih tugas rumah tangga di rumah Kakek A, dikarenakan Nenek I

sudah lansia.

Nilai-nilai yang dianut oleh keluarga Kakek A diadopsi dari pola asuh orangtua

Kakek A dan Nenek I. Keyakinan agama yang dianut adalah Islam dimana

keluarga menjalankan ibadah sholat lima waktu dan puasa dibulan Ramadhan.

Keluarga mulai menanamkan pendidikan agama semenjak kecil untuk anaknya.

Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak masih sering mengikuti petuah dari

orang tua. Nenek I mengatakan anak-anaknya diajarkan untuk menghormati orang

yang lebih tua dan patuh terhadap nasehat.

3.4 Fungsi Keluarga

Sesama anggota keluarga saling menyanyangi dan saling memperhatikan

kebutuhan masing-masing. Nenek I mengatakan bahwa setiap anggota keluarga

dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat. Kakek A dan

Nenek I saling mengenal dan juga mengenali karakter dan kebiasaan kedua

anaknya dan menantunya. Kedua anaknya memiliki hubungan yang intim dengan

kedua orangtuanya, walaupun anak pertama tidak serumah lagi dan Bapak F yang

serumah tetapi sering berada di luar rumah dalam jangka waktu yang lama.

Menantu dan cucu-cucunya juga saling menyanyangi dan saling memperhatikan.

Sosialisasi antar anggota keluarga terlaksana dengan baik dan hubungan antar

anggota keluarga dengan tetangga juga baik. Sosialisasi Bapak F dan menantu

dengan tetangga juga terlaksana dengan baik. Hal itu terbukti bahwa Bapak F dan

menantu mengenal teman-teman disekitar rumah mereka. Pagi dan sore hari

biasanya Nenek I atau Kakek A duduk-duduk di mushola samping rumah untuk

berinteraksi dengan tetangga-tetangga, atau berkunjung ke rumah anaknya yang di

samping rumah untuk bermain sama cucu-cucunya.

Keluarga Kakek A biasanya makan 3 kali dalam sehari. Makanan yang lebih

sering dikonsumsi, seperti telur, tempe, ikan, tahu, dan sayuran hijau. Keluarga

biasanya sarapan bersama. Keluarga Kakek A biasanya tidur pukul 20.30 dan

Page 135: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

14

Universitas Indonesia

bangun pukul 04.30. Nenek I dan Kakek A tidur lebih awal. An.F dan istrinya

juga tidur lebih cepat karena tidak dibiasakan begadang dari kecil dan merasa

lelah sepulang kerja. Nenek I mengatakan keluarganya bisa minum air putih

sampai 2 liter dalam sehari. Nenek I mengatakan tidak ada waktu khusus dalam

keluarga untuk berolahraga. Kakek A dan Nenek I jarang berolahraga karena usia

yang sudah tua dan gampang lelah ketika beraktivitas lebih. Bapak F dan istrinya

juga jarang berolahraga rutin. Nenek I mengatakan keluarganya BAB dengan

lancar dan tidak ada keluhan. Nenek I mengatakan, baik Nenek I maupun Kakek

A tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.

Kakek A tidak suka minum kopi, tetapi lebih suka minum susu putih ataupun air

putih dan sudah berhenti merokok sejak 3 bulan yang lalu. Kakek A biasanya

menghabiskan waktu di rumah untuk tidur ataupun sekedar bermain bersama

cucu-cucunya yang tinggal disamping rumah Kakek A. Kakek A hanya mengeluh

sesak yang sudah 3 bulan tidak kunjung sembuh dan pada saat berinteraksi suara

napas ronchi sangat terdengar jelas tanpa menggunakan stetoskop. Kakek A hanya

meminum obat salbutamol dan tyrosol yang biasa diberikan ketika memeriksakan

diri ke dokter praktik atau praktik mantri, namun saat ini Kakek A tetap

mengkonsumsi obat tersebut 3 kali/ hari tanpa resep dokter dan ketika habis dibeli

ke apotik. Kakek A tidak mau berobat ke puskesmas dengan alasan malas

mengantri dan dosis obat yang diberikan berbeda dengan obat yang dikonsumsi

sekarang. Padahal Kakek A memiliki riwayat BTA positif pada Desember 2012

namun tidak menjalani pengobatan. Kelurga telah mengetahui kondisi dari Kakek

A saat ini sehingga keluarga memberi perhatian lebih dengan terus memotivasi

Kakek A untuk berobat ke pelayanan kesehatan.

Kakek A mengatakan TB meruapakan penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman TB. Kakek A juga mengatakan bahwa tanda dan gejala TB adalah batuk

lebih dari tiga minggu, sesak napas, keringat malam. Hal ini merupakan masalah

yang serius untuk diatasi menurut Kakek A. Saat ditanya akibat TB, Kakek A

menyebutkan tidak dapat sembuh, menyebabkan kematian dan pasti selalu

Page 136: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

15

Universitas Indonesia

mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh

anggota keluarga.

Keluarga Kakek A belum melakukan perawatan sederhana dan tindakan

pencegahan untuk mengatasi TB paru yang dialami oleh Kakek A. Hal ini

dibuktikan bahwa Kakek A masih memiliki sesak napas dan tetap mengkonsumsi

obat tanpa resep dokter dan belum mengunjungi pelayanan kesehatan. Tindakan

yang dilakukan oleh keluarga khususnya Nenek I adalah memberi masukan

kepada suaminya untuk mengunjungi pelayanan kesehatan.

Nenek I sebelumnya sudah menyadari memiliki tekanan darah tinggi sejak

kunjungan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelumnya. Saat pengukuran tekanan

darah, hasilnya adalah 150/100 mmHg. Keluarga Kakek A khususnya Nenek I

mengatakan bahwa tekanan darah tinggi adalah jika tekanan darahnya > 150

bagian atasnya dan penyebabnya adalah karena stress/banyak pikiran dan makan

yang asin-asin. Nenek I mengatakan bahwa tanda dan gejala tekanan darah tinggi

adalah sering sakit kepala dan merasakan tegang dibagian leher. Hal ini

merupakan masalah yang serius untuk diatasi. Saat ditanya akibat dari tekanan

darah tinggi Nenek I mengatakan tekanan darah tinggi bisa menyebabkan banyak

penyakit dan pasti selalu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah

kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

Keluarga Kakek A sudah melakukan perawatan sederhana dan tindakan

pencegahan untuk mengatasi tekanan darah tinggi yang dialami oleh Nenek I. Hal

ini dibuktikan bahwa Nenek I sudah mengurangi makan yang asin-asin dan

mengkonsumsi timun untuk menurunkan tekanan darah, serta sering latihan tarik

napas dalam agar lebih rileks. Lingkungan psikologis juga sudah tercipta di

keluarga Kakek A. Selama ini Nenek I belum pernah mengunjungi pelayanan

kesehatan untuk mengatasi keluhannya. Jika Kakek A mengeluh sakit kepala

cukup membeli obat di warung.

Page 137: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

16

Universitas Indonesia

Ibu A sedang mengandung, G1P0A0H30mg. Ibu A mengatakan tidak merasakan

sakit apa-apa saat ini. Ibu A mengatakan makan 3x sehari. Misalnya yang dimasak

hari itu ada telur, tempe, dan sayur bayam, maka Ibu A makan 1 piring yang berisi

nasi 2 centong, 1 telur, 1 sendok makan tempe, dan 2 sendok makan sayur. Ibu A

makan makanan seperti biasanya saat belum hamil. Ibu A makan makanan yang

dimasak untuk keluarganya, seperti telur, tempe, dan sayuran hijau misalnya

bayam atau kangkung. Ibu A tidak mengetahui nutrisi seimbang untuk ibu hamil

sehingga tidak ada makanan khusus yang disediakan untuk ibu hamil trimester 3.

Ibu A mengatakan makanan yang bagus untuk ibu hamil yang ada nasi, lauk,

sayur, dan buah. Namun, Ibu A jarang memakan buah. Ibu A hanya meminum

susu saat trimester 1 ketika Ibu A merasa mual sehingga tidak nafsu makan. Ibu A

mengatakan tidak punya cukup uang untuk membeli susu. Penghasilan suaminya

juga ditabung untuk biaya persalinan di Puskesmas dan keperluan bayi, keluarga

Bapak F memiliki jaminan kesehatan dari temppat dia bekerja. Saat kunjungan

jam 11, Ibu A mengatakan baru saja memakan makanan ringan yang ada di

warung (banyak mengandung MSG). Ibu A mengatakan kadang memakan biskuit

kelapa di antara waktu makan, misalnya jam 10 pagi. Ibu A kadang juga tidak

memakan makanan selingan di antara jam makan pagi dan siang. Ibu A

mengatakan sarapan dengan nasi dan telur. Ibu A tidak memakan sayur karena

sudah dua hari hujan sehingga penjual sayur keliling tidak ada di depan gang

rumah. Namun, Ibu A mengaku biasanya Ibu A dan anggota keluarga yang lain

suka makan sayur. Ibu A mengatakan memilih ikan dan sayur yang tampak lebih

segar. Ibu A mengatakan biasanya memotong sayur dahulu baru kemudian dicuci.

Badan Ibu A tampak tidak begitu berisi, tetangganya pun banyak yang

mengatakan kalau badan dan perut Ibu A termasuk kecil untuk usia kehamilan 30

minggu. Ibu A mengatakan sebelum hamil beratnya 45kg dan sampai kehamilan

30 minggu, beratnya 54kg, jadi naiknya sebesar 9kg. Dengan usia kehamilan 30

minggu, berat badan yang diharapkan 10,2kg, namun masih dalam rentang

kenaikan berat badan normal, yaitu 8-18 kg selama kehamilan. Ibu A mengatakan

tanda kurang gizi pada ibu hamil, yaitu berat naiknya sedikit, penyebabnya karena

kurang makan, sehingga bisa menyebabkan kurang darah. Ibu A rutin

Page 138: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

17

Universitas Indonesia

memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Cimanggis tiap bulan. Ibu A

mengatakan waktu periksa, sempat konsultasi tentang anemia pada bidan.

Ibu A mengatakan sedikit cemas menjelang persalinan. Ibu A mengatakan

khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saat persalinan. Ibu A belum

pernah melakukan USG sehingga tidak mengetahui jenis kelamin janinnya. Ibu A

mengatakan cemas adalah perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang tidak

menyenangkan. Ketika merasa cemas, Ibu A hanya beristirahat dan berusaha

untuk berpikir positif. Ibu A mengatakan tanda dan gejala cemas, yaitu khawatir,

perasaan tidak menentu, jantung berdebar lebih cepat, gelisah, dan lebih sulit

untuk tidur. Ibu A mengatakan jika cemas tidak diatasi bisa stress. Setelah

dilakukan pengukuran tekanan darah, didapatkan hasil 120/80. Ibu A mengatakan

tensinya naik, biasanya 100-110/70 mmHg. Nadi 92x/menit, RR 20x/menit.Wajah

terlihat tidak tegang, tangan tidak tremor, dan tidak pula berkeringat.

Bapak F tidak memiliki keluhan saat ini, namun merokok + 5 tahun dan

sebungkus dalam sehari, aktivitas berolahraga jarang dan berangkat bekerja

menggunakan motor dan jarang menggunakan masker. Ibu A sudah sering

memperingatkan suaminya untuk mengurangi merokok dan menggunakan masker

ketika naik motor, akan tetapi Bapak F belum melaksanakannya. Bapak F

mengatakan tidak pernah mengunjungi pelayanan kesehatan, karena Bapak F

menganggap dirinya sehat-sehat saja.

3.5 Stres dan Koping Keluarga

Keadaan Kakek A yang memiliki keluhan sesak dan rasa kembung dan penuh di

bagian perut, dan Nenek I yang memiliki tekanan darah tinggi dan pasca jatuh di

kamar mandi sehingga mengubah gaya berjalan sehingga membungkuk menjadi

stressor bagi keluarga Kakek A.

Hal yang selalu menjadi pikiran Nenek I dan menantu adalah sakit yang dialami

oleh Kakek A yang tidak kunjung sembuh dan Kakek A mengkonsumsi obat

Page 139: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

18

Universitas Indonesia

untuk mengurangi sesaknya tanpa resep dokter dan membeli bebas di apotik,

sehingga keluarga merasa khawatir dengan keadaan Kakek A.

Keluarga Kakek A khususnya Nenek I sudah seoptimal mungkin untuk merawat

Kakek A yang mengalami sesak dan TB Paru. Adapun usaha yang dilakukan

adalah dengan memberikan lingkungan yang nyaman dan ventilasi udara yang

bagus dengan sering membuka jendela dan pintu. Nenek I telah menyarankan dan

meminta Kakek A ke Posbindu atau dokter praktik terdekat untuk mengatasi

masalah sesak dan TB Paru yang dialami.

Ketika ada masalah Nenek I ataupun Kakek A mengatakan lebih sering diam dan

marahnya akan hilang dengan sendirinya, kemudian baru membicarakan masalah

tersebut agar mendapatkan solusi yang terbaik. Nenek I dan Kakek A tidak suka

membesar-besarkan masalah.

Keluarga memiliki koping yang baik dalam menyelesaikan masalah yang ada

dalam keluarga, termasuk dalam masalah kesehatan anggota keluarga. Keluarga

berusaha seoptimal mungkin dengan segala sumber yang ada dalam keluarga

digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga dengan cara

memanajemen keuangan yang ada untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

termasuk gizi anggota keluarga.

Tidak ada adaptasi disfungsional yang terdapat dikeluarga Kakek A. Semua yang

terjadi merupakan hasil dari pengalaman yang bersifat rasional dan keluarga

melaporkan bahwa semua masalah yang diatasi dapat diselesaikan.

3.6 Harapan Keluarga

Keluarga berharap dengan adanya praktik mahasiswa ilmu keperawatan

komunitas, keluarga dapat mendapatkan berdiskusi tentang masalah kesehatan

sehingga keluarga dapat memperoleh informasi tentang kesehatan, terutama cara-

cara untuk mengatasi penyakit yang dialami keluarga sehingga dapat tercapai

Page 140: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

19

Universitas Indonesia

peningkatan kesehatan dalam keluarga. Keluarga berharap semua anggota

keluarga sehat selalu.

Page 141: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

20

Universitas Indonesia

3.7 Pemeriksaan Fisik

Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik Keluarga Kakek A

Komponen Kakek A Nenek I Ibu A Bapak F

Kepala Bulat, simetris, Lesi (-),

rambut tebal lurus pendek,

berwarna hitam dan sudah

beruban, terdistribusi

secara merata pada kulit

kepala.

Bulat, simetris, Lesi (-),

rambut lurus panjang,

berwarna hitam beruban,

terdistribusi merata pada

kulit kepala.

Bulat, simetris, Lesi (-),

rambut lurus panjang,

berwarna hitam, terdistribusi

merata pada kulit kepala.

Bulat, simetris, Lesi (-),

rambut lurus pendek,

berwarna hitam,

terdistribusi merata pada

kulit kepala.

Mata Alis mata simetris, sejajar,

konjungtiva berwarna

merah muda (tidak

anemis), sklera putih,

tidak terdapat edema di

sekitar mata, sklera tidak

ikterik, pupil isokhor,

mata minus (-), positif (+)

Alis mata simetris, sejajar,

konjungtiva berwarna

merah muda, sklera putih,

tidak terdapat edema di

sekitar mata, sklera tidak

ikterik, pupil isokhor, mata

minus (-), positif (+)

Alis mata simetris, sejajar,

konjungtiva berwarna merah

muda (tidak anemis), sklera

putih, tidak terdapat edema di

sekitar mata, sklera tidak

ikterik, pupil isokhor, mata

minus (-)

Alis mata simetris,

sejajar, konjungtiva

berwarna merah muda

(tidak anemis), sklera

putih, tidak terdapat

edema di sekitar mata,

sklera tidak ikterik, pupil

isokhor, mata minus (-)

Telinga Bentuk simetris antara

telinga kanan dan kiri,

telinga sejajar mata, warna

telinga sama dengan kulit

wajah, bersih, serumen(-),

lesi(-), nyeri(-), edema (-),

eritema (-), gangguan

pendengaran pada

telinga kanan

Bentuk simetris antara

telinga kanan dan kiri,

telinga sejajar mata, warna

telinga sama dengan kulit

wajah, bersih, serumen(-),

lesi(-), nyeri(-), edema (-),

eritema (-), tidak ada

keluhan.

Bentuk simetris antara telinga

kanan dan kiri, telinga sejajar

mata, warna telinga sama

dengan kulit wajah, bersih,

serumen(-), lesi(-), nyeri(-),

edema (-), eritema (-), tidak

ada keluhan.

Bentuk simetris antara

telinga kanan dan kiri,

telinga sejajar mata,

warna telinga sama

dengan kulit wajah,

bersih, serumen(-), lesi(-

), nyeri(-), edema (-),

eritema (-), tidak ada

keluhan.

Page 142: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

21

Universitas Indonesia

Komponen Kakek A Nenek I Ibu A Bapak F

Hidung Bentuk simetris, tidak ada

sumbatan di kedua lubang

hidung, lesi (-), bersih,

tidak ada sekret, tidak ada

keluhan.

Bentuk simetris, tidak ada

sumbatan di kedua lubang

hidung, lesi (-), bersih, tidak

ada sekret, tidak ada

keluhan.

Bentuk simetris, tidak ada

sumbatan di kedua lubang

hidung, lesi (-), bersih, tidak

ada sekret, tidak ada keluhan.

Bentuk simetris, tidak

ada sumbatan di kedua

lubang hidung, lesi (-),

bersih, tidak ada sekret,

tidak ada keluhan.

Mulut dan

gigi

Mukosa mulut lembab,

tidak ada gangguan

menelan, tidak ada lesi

pada mulut, ada dua gigi

geraham di bagian

kanan bawah tanggal,

dua gigi berwarna hitam

dan belum ditambal,

terdapat karies gigi

Mukosa mulut lembab,

tidak ada gangguan

menelan, tidak ada lesi pada

mulut, dua gigi depan atas

dan geraham kan dan kiri

sudah tanggal, terdapat

karies gigi

Mukosa mulut lembab, tidak

ada gangguan menelan, tidak

ada lesi pada mulut, gigi

masih utuh, tidak ada karies

gigi

Mukosa mulut lembab,

tidak ada gangguan

menelan, tidak ada lesi

pada mulut, gigi masih

utuh, tidak ada karies

gigi

Leher Tidak ada perbesaran

KGB ataupun JVP

Tidak ada perbesaran KGB

ataupun JVP

Tidak ada perbesaran KGB

ataupun JVP

Tidak ada perbesaran

KGB ataupun JVP

Dada

Paru

I : Simetris,

pembengkakan (-),

penggunaan otot bantu

napas, terdapar retraksi

dinding dada, lesi (-)

A: Ronkhi basah kasar

di semua lapang paru,

suara napas ronkhi

Paru

I : Simetris, pembengkakan

(-), penggunaan otot bantu

napas (-)retraksi dinding

dada (-) lesi (-)

A: vesikuler, wheezing -/-,

ronkhi -/-

P: Tactile fremitus

P: Sonor

Paru

I : Simetris, pembengkakan (-

), penggunaan otot bantu

napas (-) tretraksi dinding

dada (-) lesi (-)

A: vesikuler, wheezing -/-,

ronkhi -/-

P: Tactile fremitus

P: Sonor

Paru

I : Simetris,

pembengkakan (-),

penggunaan otot bantu

napas (-) tretraksi

dinding dada (-) lesi (-)

A: vesikuler, wheezing -

/-, ronkhi -/-

P: Tactile fremitus

Page 143: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

22

Universitas Indonesia

Komponen Kakek A Nenek I Ibu A Bapak F

sangat terdengar jelas

tanpa auskultasi, wheezing -/-

P: Tactile fremitus

P: Sonor

Jantung : S1 & S2 normal,

gallop (-), murmur (-)

Jantung : S1 & S2 normal,

gallop (-), murmur (-)

Jantung : S1 & S2 normal,

gallop (-), murmur (-)

Payudara: terdapat spider

nevi, areola experted dan

tidak ada pengeluaran

kolostrum, benjolan (-)

P: Sonor

Jantung : S1 & S2

normal, gallop (-),

murmur (-)

Abdomen I: tidak ada lesi, benjolan

umbilikus (-), kontur

abdomen cembung,

simetris

A: BU= 6x/menit, bruit (-)

P : pekak

P : nyeri tekan (-), teraba

keras

I: tidak ada lesi, benjolan

umbilikus (-), kontur

abdomen datar, simetris

A: BU= 8x/menit, bruit (-)

P : timpani

P : nyeri tekan (-), teraba

lunak

I: tidak ada lesi, benjolan

umbilikus (-), kontur

abdomen cembung, simetris,

striae (+), linea nigra (+)

A: BU= 8x/menit, bruit (-),

DJJ (tidak terkaji)

P : nyeri tekan (-),

TFU: 25 cm

leopold 1: kepala,

leopold 2: ekstremitas,

leopold 3: bokong

I: tidak ada lesi, benjolan

umbilikus (-), kontur

abdomen datar, simetris

A: BU= 8x/menit, bruit (-

)

P : timpani

P : nyeri tekan (-), teraba

lunak

Ekstremitas Edema (-), rentang gerak

sempurna (+), reflek

patella (+)

kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Edema (-), rentang gerak

sempurna (+), reflek patella

(+)

kekuatan otot:

5445 5555

5555 5555

Edema (-), rentang gerak

sempurna (+), reflek patella

(+)

kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Edema (-), rentang gerak

sempurna (+), reflek

patella (+)

kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Page 144: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

23

Universitas Indonesia

Komponen Kakek A Nenek I Ibu A Bapak F

Kulit Warna sawo matang, tidak

ada lesi, kering, tidak ada

keluhan.

Warna sawo matang, utuh,

tidak ada luka, kulit lembab,

tidak ada keluhan.

Warna sawo matang, utuh,

tidak ada luka, kulit lembab,

tidak ada keluhan.

Warna sawo matang,

utuh, tidak ada luka, kulit

lembab, tidak ada

keluhan.

Kuku Bersih, pendek

Bersih, pendek Bersih, pendek Bersih, pendek

BB/TB BB : 55 kg

TB : 160 cm

IMT : 21,5 (normal)

BB: 52 kg

TB:145cm

IMT: 24,7 (normal)

BB: 54 kg

TB:146 cm

IMT: 25,3 (normal)

LILA: 27cm

BB: 65 kg

TB:160 cm

IMT: 25,3 (normal)

TTV TD: 110/70 mmHg

Nadi: 82 x/menit

Suhu: Afebris 36,5oC

RR: 28 x/menit

CRT < 2 detik

TD: 150/70 mmHg

Nadi: 75 x/menit

Suhu: Afebris 36 oC

RR: 20 x/menit

CRT< 2 detik

TD: 120/80mmHg

Nadi: 85 x/menit

Suhu: Afebris 36,5 oC

RR: 20 x/menit

CRT < 2 detik

TD: 150/70 mmHg

Nadi: 75 x/menit

Suhu: Afebris 36 oC

RR: 20 x/menit

CRT< 2 detik

3.8 Hasil Pemeriksaan Laboratorium/ Rontgen

3.8.1 Hasil Laboratorium:

BTA Positif (Pemeriksaan di PKM Cimanggis, Desember 2012)

BTA Negatif ( pemeriksaan di PKM Cimanggis, 03 Juni 2013)

Page 145: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

24

Universitas Indonesia

3.8.2 Hasil Rontgen Thoraks : (pemeriksaan di RS Centra Medika, 02 Juli 2012)

Hasil: sinus difragma kiri normal, sinus kanan tumpul

jantung CTR < 50% ; aorta normal, paru: hili dan corakan bronkhovaskuler normal, tak tampak infiltrat, kavitas atau lesi patologis

lain, kesan: tak tampak pneumonia/ kelainan lain parenkim, kedua paru suspek pleuritis dextra, jantung normal.

3.9 Analisis Data

Tabel 2 Analisis Data

Data Masalah keperawatan

Data Subyektif :

- Riwayat meninggal akibat TB Paru pada Ibu dari Kakek A pada usia

50 tahun dan kakak pertama Kakek A pada usia 65 tahun

- Sesak Kakek A sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu

- Sesekali batuk, biasanya dimalam hari dan mengeluarkan dahak

berwarna putih, jumlah sedikit, tidak bau.

- Sulit mengeluarkan dahak

- Kakek A mengatakan pernah memeriksakan dahaknya di puskesmas

Cimanggis pada Desember 2012 dan hasilnya BTA positif tetapi tidak

menjalani pengobatan sebelumnya mengeluh batuk-batuk lebih dari 3

minggu.

- Tidak ada riwayat alergi

- Riwayat merokok + 15 tahun dan menghabiskan 2 bungkus rokok

sehari, saat ini sudah tidak merokok sejak 3 bulan yang lalu

- Pada saat batuk-batuk lebih dari 3 minggu berobat ke dokter praktik

dan mendapatkan obat sanbutamol dan tyrosol yang diminum 3 × 1/

hari.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Kakek A

Page 146: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

25

Universitas Indonesia

Data Masalah keperawatan

- Ketika tidur telentang menjadi lebih sesak.

- posisi tidur miring dengan menggunakan satu bantal

- Kakek A mengatakan hanya diam ketika sesak.

- Kakek A mengetahui TB dan tanda dan gejala penderita TB sehingga

merasa khawatir akan tanda-tanda TB pada dirinya.

- Sebelumnya Kakek A sudah mengikuti penyuluhan TB sebanyak 2

kali yang diadakan mahasiswa residen dan mahasiswa profesi

- Keluarga juga mengatakan pernah menjemur kasur dan karpet, namun

jarang-jarang dan setiap pagi membuka jendela dan pintu.

- Kakek A lebih menyukai berada di rumah lantai 2 karena sinar

matahari bisa masuk dan lebih suka tiduran di depan pintu karena

udara yang masuk banyak.

Data Obyektif:

- Pemeriksaan Fisik Paru:

I : Simetris, pembengkakan (-), penggunaan otot bantu napas, terdapar

retraksi dinding dada, lesi (-)

A: Ronkhi basah kasar di semua lapang paru, suara napas ronkhi tanpa

auskultasi, wheezing -/-

P: Tactile fremitus

P: Sonor

- Tanda-Tanda Vital (TTV):

TD: 110/70 mmHg

Nadi: 82 x/menit

Suhu: Afebris 36,5oC

RR: 28 x/menit

CRT < 2 detik

Page 147: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

26

Universitas Indonesia

Data Masalah keperawatan

BB/TB:

- BB : 55 kg TB : 160 cm IMT : 21,5 (normal)

- Hasil pemeriksaan rontgen Thoraks (02 Juli 2012 di RS Centra

Medika) didapatkan hasil: sinus difragma kiri normal, sinus kanan

tumpul. Jantung CTR < 50% ; aorta normal, paru: hili dan corakan

bronkhovaskuler normal, tak tampak infiltrat, kavitas atau lesi patologis

lain, kesan: tak tampak pneumonia/ kelainan lain parenkim, kedua paru

suspek pleuritis dextra, jantung normal.

- Hasil Laboratorium: BTA Negatif (pemeriksaan di PKM Cimanggis,

03 Juni 2013)

- Halaman rumah terlihat kotor dan banyak jentik nyamuk digenangan

air depan rumah dan dikolam ikan

- Rumah tampak tidak berdebu

- Tidak terlihat adanya sampah yang berserakan baik di dalam ataupun

sekitar rumah

- Rumah terlihat gelap, pengap dan lembab

- Ventilasi rumah cukup, jendela rumah hanya t di bagian ruang tamu,

setiap kamar dan ruang tengah dan di belakang

Data Subyektif

- Tidak menjalani pengobatan OAT saat terdiagnosis BTA positif

- mengkonsumsi salbutamol dan tyrosol tanpa resep dokter

- mengatakan malas untuk mengunjung puskesmas karena malas

mengantri

Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri

pada Kakek A

Page 148: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

27

Universitas Indonesia

Data Masalah keperawatan

- mengatakan mengerti tentang masalah TB mulai dari pengertian

sampai akibat bila tidak diobati

- tidak mengalami perbaikan kesehatan semenjak mengkonsumsi obat

salbutamol dan tyrosol.

- terkadang membuka jendela dan pintu dipagi hari dan berjalan-jalan

kecil di sekitar rumah.

- kebanyakan menghabiskan waktu buat tidur.

- Berinteraksi dengan anggota keluarga tanpa menggunakan masker

- membuang dahak di kamar mandi dan saluran pipa depan rumah.

- Alat makanan belum dipisahkan

- Kakek A menganggap dirinya tidak TB tetapi asma

Data Obyektif

- Mampu menyebutkan pengertian TB sampai akibat bila tidak diobati

- Halaman rumah terlihat kotor dan banyak jentik nyamuk digenangan

air depan rumah dan dikolam ikan

- Rumah tampak tidak berdebu

- Tidak terlihat adanya sampah yang berserakan baik di dalam ataupun

sekitar rumah

- Rumah terlihat gelap, pengap dan lembab

- Ventilasi rumah cukup, jendela rumah hanya di bagian ruang tamu,

setiap kamar dan ruang tengah dan di belakang

- belum menerapkan etika batuk yang baik dan benar

Page 149: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

28

Universitas Indonesia

3.10 Skoring Masalah

Tabel 3

Diagnosis keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Kakek A

Kriteria Skor Angka

Tertinggi Bobot Perhitungan Pembenaran

Sifat masalah :

aktual

3

3

1

3/3 x 1 = 1

Masalah sudah terjadi karena data subjektif dan objektif

telah mendukung. suara ronchi sangat terdengar jelas tanpa

auskultasi dan Kakek A mengatakan sesak lebih dari 3

bulan.

Kemungkinan

masalah untuk

diubah : mudah

2

2

2

2/2 x 2 = 2 Keluarga dapat dengan mudah menangkap penjelasan

perawat. Letak rumah keluarga cukup dekat dengan

fasilitas pelayanan kesehatan (klinik dan Puskesmas).

Potensi masalah

untuk dicegah :

rendah

1

3

1

1/3 x 1 = 1/3

Pencegahan dan perawatan belum diterapkan kepada

keluarga Kakek A dimana masih sering berinteraksi dengan

anggota keluarga tanpa menggunakan masker, dan tidak

menggunakan etika batuk serta tidak menjalani pengobatan

OAT

Page 150: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

29

Universitas Indonesia

Tabel 4

Diagnosis keperawatan : Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Kakek A

Kriteria Skor Angka

Tertinggi Bobot Perhitungan Pembenaran

Menonjolnya

masalah : perlu

segera ditangani

2 2 1 2/2 x 1 = 1 Penyakit ini mudah menular dan aktual, maka perlu segera

diatasi.

Total skor 13/3

Kriteria Skor Angka

Tertinggi Bobot Perhitungan Pembenaran

Sifat masalah :

aktual

3

3

1

3/3 x 1 = 1

Masalah sudah terjadi karena data subjektif dan objektif

telah mendukung. pengobatan yang digunakan tidak sesuai

dan tanpa resep dokter.

Kemungkinan

masalah untuk

diubah : mudah

2

2

2

2/2 x 2 = 2

Keluarga dapat dengan mudah menangkap penjelasan

perawat. Letak rumah keluarga cukup dekat dengan

fasilitas pelayanan kesehatan (klinik dan Puskesmas).

Page 151: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

30

Universitas Indonesia

Kriteria Skor Angka

Tertinggi Bobot Perhitungan Pembenaran

Potensi masalah

untuk dicegah :

rendah

1

3

1

1/3 x 1 = 1/3

Pencegahan dan perawatan belum diterapkan kepada

keluarga Kakek A dimana masih sering berinteraksi dengan

anggota keluarga tanpa menggunakan masker, dan tidak

menggunakan etika batuk serta tidak menjalani pengobatan

OAT

Menonjolnya

masalah : masalah

tidak dirasakan

0 2 0 0/2 x 1 = 0/2 Pengobatan yang dilakukan oleh Kakek A dianggap sudah

tepat oleh Kakek A, karena sebelumnya mengkonsumsi

obat yang sama sampai sekarang dan sedikit mengurangi

sesak yang dirasakan. Jadi Kakek A menganggap masalah

tidak dirasakan.

Total skor 10/3

Page 152: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

31

Universitas Indonesia

3.11 Prioritas Diagnosis Keperawatan

Setelah dilakukan skoring maka didapatkan prioritas diagnosis keperawatan, yaitu yang pertama ketidakefektifan bersihan jalan napas

pada Kakek A dan kedua ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Kakek A.

Page 153: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

(Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah diprioritaskan)

Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Kakek A

Tanggal: Kamis, 30 Mei 2013/ 10.00-11.00 WIB Kunjungan ke-5/ Minggu ke-3

Implementasi Evaluasi

Sebelum melakukan kontrak dengan keluarga, mahasiswa:

Mengucapkan salam

Menyampaikan tujuan/maksud kedatangan

Memvalidasi keadaan keluarga

Membuat kontrak dengan keluarga

Menanyakan kembali yang didiskusikan pada pertemuan

sebelumnya, yaitu TUK 1, 2 , dan sebagian TUK 3

TUK 3:

Mendemonstrasikan inhalasi sederhana

- Siapkan alat dan bahan (air panas, waskon, karton, minyak

kayu putih)

- Letakkan 1 liter air panas dalam waskom, ditambah 3-5

tetes minyak kayu putih/minyak angin/balsam.

- Bentuk karton menjadi corong sehingga bagian atas

mengerucut dan menutupi bagian mulut dan hidung ,

bagian bawah karton menutupi waskon

- Hirup uapnya melalui hidung

Mendemontrasikan batuk efektif

- alat : tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air, tissue

- Cara : Posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan

mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan

S:

Kakek A dan An. R menjawab salam

Kakek A menyetujui kunjungan saat ini selama 50 menit untuk

membahas masalah TB paru

Kakek A mengatakan sudah membaca kembali leaflet tentang TB paru

dan mengatakan sudah mengerti dari pengertian, penyebab, tanda

gejala, akibat, cara pencegahan, cara perawatan TB paru.

Kakek A mengatakan cara modifikasi lingkungan dengan membuka

jendela dan pintu agar sinar matahari dapat masuk dan membuang

dahak pada tempat yang telah ditentukan

Kakek A mengatakan akan memodifikasi lingkungan sesuai dengan

standar askep yang sudah diajarkan

Kakek A mengatakan jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat

digunakan, seperti puskesmas, RS, dan praktik mantri.

Kakek A mengatakan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu

untuk pemeriksaan dan mendapatkan obat untuk batuk pilek

Kakek A mengatakan akan berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk

berobat

Kakek A mengatakan sesak sedikit berkurang

Kakek A mengatakan dahak menjadi encer dan mudah keluar

Kakek A mengatakan batuk sesekali

Page 154: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas

selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan –

lahan melalui mulut, ulangi kemudia ambil nafas ketiga

dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan

kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau

tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-

benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian

diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari awal.

Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat

membersihkan mulut

Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum

jelas

Memotivasi keluarga untuk mendemontrasikan cara inhalasi

sederhana dan batuk efektif

Memberikan positive reinforcement atas kemampuan

keluarga mendemontrasikan cara perawatan TB paru

mengevaluasi perasaan yang dirasakan setelah dilakukan

inhalasi sederhana dan batuk efektif

TUK 4:

Mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita

TB paru

Menjelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi

lingkungan untuk penderita TB paru dengan menggunakan

lembar balik

- Membuka jendela dan pintu agar sinar matahari dapat

masuk

- Menjemur kasur tiap minggu

- Membuang dahak pada tempat yang telah ditentukan

- Tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga.

O:

Kakek A dapat mendemonstrasikan inhalasi sederhana dan batuk

efektif

Kakek A mampu menjawab 2 dari 4 cara memodifikasi lingkungan

untuk anggota keluarga yang mengalami TB PARU

Kakek A mampu menjawab 3 dari 5 jenis fasilitas pelayanan

kesehatan yang dapat digunakan

Kakek A mampu menjawab 2 dari 3 manfaat fasilitas pelayanan

kesehatan

TTV : TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36,5oC, RR: 26

x/menit Pemeriksaan paru: I : Simetris, pembengkakan (-), penggunaan otot

bantu napas, terdapar retraksi dinding dada, lesi (-) A: Ronkhi basah

kasar di semua lapang paru, suara napas ronkhi tanpa auskultasi,

wheezing -/- P: Tactile fremitus P: Sonor

A: TUK 3 – 5 tercapai, namun bersihan jalan napas masih belum efektif

ditandai dengan masih ada sesak dan suara napas ronkhi masih sangat

terdengar jelas tanpa auskultasi

P:

- melanjutkan tindakan inhalasi sederhana selama 10-15 menit dilakukan

2-4 kali sehari di rumah dan kemudian batuk efektif

- Menganjurkan posisi yang nyaman pada saat tidur dengan 2 bantal

- Melanjutkan intervensi kedua untuk diagnosis keperawatan yang kedua

yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Kakek A dengan

TB paru.

Page 155: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara

memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru.

Menanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum

dimengerti.

Menjelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum

dimengerti.

Memberikan positive reinforcement terhadap kemampuan yang

dicapai oleh keluarga

TUK 5

Mengkaji pengetahuan keluarga tentang fasilitas dan manfaat

fasilitas pelayanan kesehatan

Mendiskusikan bersama dengan keluarga tentang jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan, yaitu :

a. Puskesmas

b. Rumah Sakit

c. Dokter praktik

d. Posbindu

e. Praktik perawat

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan.

Mendiskusikan bersama keluarga tentang manfaat fasilitas

pelayanan kesehatan, yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan,

perawatan/pengobatan TB paru, sebagai sarana untuk

mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk

mengatasi masalah TB paru

Memotivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang

sakit ke pelayanan kesehatan

Memberikan positive reinforcement bahwa Kakek A ke

fasilitas kesehatan apabila masalah TB paru tidak dapat

ditangani dengan perawatan di rumah

Page 156: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

(Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah diprioritaskan)

Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Kakek A

Tanggal: Selasa, 28 Mei 2013/ 10.00-11.00 WIB Kunjungan ke-4 / Minggu ke-3

Implementasi Evaluasi

Sebelum melakukan kontrak dengan keluarga, mahasiswa:

Mengucapkan salam

Menyampaikan tujuan/maksud kedatangan

Memvalidasi keadaan keluarga

Membuat kontrak dengan keluarga

TUK 1:

Selama 1x45 menit, menggunakan lembar balik dan memberikan

leaflet setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai TB paru

Mendiskusikan bersama keluarga apa yang sudah diketahui

keluarga mengenai pengertian TB paru

Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian TB paru

merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling

banyak menyerang di daerah paru-paru

Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab TB paru,

yaitu:

- Penyebab utama: kuman mycobacterium tuberculosis

- Penyebab lain: Tertular penderita lain melalui percikan

dahak/bersin yang terhirup oleh orang lain

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab

TB paru

Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala TB

S :

Kakek A dan Nenek I menjawab salam

Keluarga mengatakan kakek A masih merasa sesak napas

Nenek I dan Kakek A menyetujui kunjungan saat ini selama 45 menit

untuk membahas masalah TB paru

Kakek A mengatakan bahwa TB paru merupakan penyakit plek paru

yang menular,

Kakek A mengatakan penyebab TB paru adalah kuman TB

Kakek A mengatakan bahwa tanda dan gejala TB PARU adalah batuk

lama, sesak nafas, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan

suka berkeringat jika malam hari.

Kakek A mengatakan bahwa dirinya mengalami TB paru

Kakek A mengatakan bahwa akibat jika TB paru tidak ditangani

adalah kematian dan penyakit tidak dapat sembuh.

Kakek A mengatakan bahwa akibat penderita TB paru jika putus obat

yaitu mengakibatkan pengobatan yang semakin lama, biaya semakin

banyak

Kakek A mengatakan cara mencegah TB paru dengan menutup hidung

dan mulut saat batuk atau bersin atau menggunakan masker, tidak

meludah atau membuang dahak disembarang tempat dan buka jendela

agar sinar matahasri masuk

Nenek I mengatakan akan merawat anggota keluarga dengan TB paru

Nenek I dan Kakek A mengatakan cara merawat anggota keluarga

Page 157: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

par, yaitu :

batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3

minggu

demam/meriang lebih dari sebulan

nafsu makan dan BB menurun

mudah lelah

nyeri dada

sesak nafas

batuk berdahak disertai darah

Mendorong keluarga untuk mengidentifikasi penyebab TB paru

pada Kakek A

Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan

dengan kondisi Kakek A

Memberikan positive reinforcement atas usaha yang dilakukan

keluarga.

TUK 2 :

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari TB paru jika

tidak diobati, yaitu:

- tidak dapat sembuh,

- menular pada orang lain

- kematian

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari TB paru jika

putus obat, yaitu:

- penyakit lebih sukar sembuh

- kuman tumbuh dan berkembang lebih banyak

- butuh biaya lebih besar

- waktu pengobatan menjadi lebih lama

Mendiskusikan kembali dengan keluarga untuk merawat

anggota keluarga yang TB paru

Memberikan positive reinforcement atas jawaban keluarga dan

keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TB paru.

dengan TB paru adalah batuk efektif dan inhalasi sederhana

Kakek A mengatakan Alat untuk batuk efektif yaitu tempat dahak

berisi 1 karbol: 9 air, tissue. Caranya yaitu posisi duduk dan rileks,

inhalasi maksimal dengan mengambil nafas dalam dan pelan

menggunakan pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas

selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan – lahan melalui

mulut, ulangi kemudia ambil nafas ketiga dan tahan, lalu suruh pasien

untuk membatukkan dengan kuat dari dada (bukan dari belakang

mulut atau tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-

benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian diulang kembali

untuk latihan mulai langkah dari awal. Dahak di buang ke tempat

dahak dan tissue buat membersihkan mulut

Kakek A mengatakan cara inhalasi sederhana dengan menghirup uap

air panas yang ditetesi minyak kayu putih.

O :

Kakek A mampu menjawab pengertian TB paru sesuai standar

Kakek A mampu menjawab 1 dari 2 penyebab TB paru

Kakek A mampu menjawab 5 dari 7 tanda dan gejala TB PARU

Kakek A mampu menjawab 2 dari 3 akibat jika TB paru yang tidak

diobati

kakek A mampu menjawab 2 dari 4 akibat jika penderita TB paru

putus obat.

Kakek A mampu menjawab 3 dari 6 cara mencegah TB paru

Kakek A mampu menjawab menyebutkan 2 dari 2 cara merawat

anggota keluarga dengan TB paru

Page 158: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

TUK 3:

Menjelaskan kepada keluarga tentang cara pencegahan TB

paru :

- menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin atau

menggunakan masker

- tidak meludah atau membuang dahak disembarang

tempat

- makan-makanan yang bergizi

- imunisasi BCG pada bayi

- buka jendela agar sinar matahasri masuk,

- jemur kasur paling sedikit seminggu sekali

Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum

jelas

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan cara merawat TB

paru di rumah

Memberikan positive reinforcement atas kemampuan

keluarga menjelaskan cara perawatan TB paru

Mendiskusikan bersama keluarga cara perawatan TB Paru

yaitu:

- melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan dahak

alat : tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air, tissue

Cara : Posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan

mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan

pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas

selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan –

lahan melalui mulut, ulangi kemudia ambil nafas ketiga

dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan

kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau

tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-

benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian

diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari awal.

A :

TUK 1, 2 dan sebagian TUK 3 tercapai

P :

Mengevaluasi TUK 1 dan 2

Melanjutkan TUK 3 dengan mendemontrasikan inhalasi sederhana dan

batuk efektif

Melanjutkan intervensi TUK 4 dan TUK 5

Page 159: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat

membersihkan mulut

- berikan inhalasi sederhana (pelega tenggorokan dan

pernapasan) dengan menggunakan air panas dalam

baskom dan menthol 3-5 tetes (minyak kayu putih)

Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum

jelas

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan cara merawat TB

paru di rumah

Memberikan positive reinforcement atas kemampuan

keluarga menjelaskan cara perawatan TB paru

Page 160: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

(Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah diprioritaskan)

Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Kakek A

Tanggal: Selasa, 04 Juni 2013/ 10.00-11.00 WIB Kunjungan ke-6/ Minggu ke-4

Implementasi Evaluasi

Sebelum melakukan kontrak dengan keluarga, mahasiswa:

Mengucapkan salam

Menyampaikan tujuan/maksud kedatangan

Memvalidasi keadaan keluarga

Membuat kontrak dengan keluarga

TUK 1:

Selama 1x45 menit, menggunakan lembar balik dan memberikan

leaflet setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai TB paru

Mendiskusikan bersama keluarga apa yang sudah diketahui

keluarga mengenai pengertian TB paru

Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian TB paru

merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling

banyak menyerang di daerah paru-paru

Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab TB paru,

yaitu:

- Penyebab utama: kuman mycobacterium tuberculosis

- Penyebab lain: Tertular penderita lain melalui percikan

dahak/bersin yang terhirup oleh orang lain

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab

TB paru

Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala TB

S :

Kakek A dan Nenek I menjawab salam

Keluarga mengatakan kakek A masih merasa sesak napas

Nenek I dan Kakek A menyetujui kunjungan saat ini selama 45 menit

untuk membahas masalah TB paru

Kakek A mengatakan bahwa TB paru merupakan penyakit plek paru

yang menular,

Kakek A mengatakan penyebab TB paru adalah kuman TB

Kakek A mengatakan bahwa tanda dan gejala TB PARU adalah batuk

lama, sesak nafas, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan

suka berkeringat jika malam hari.

Kakek A mengatakan bahwa dirinya mengalami TB paru

Kakek A mengatakan bahwa akibat jika TB paru tidak ditangani

adalah kematian dan penyakit tidak dapat sembuh.

Kakek A mengatakan bahwa akibat penderita TB paru jika putus obat

yaitu mengakibatkan pengobatan yang semakin lama, biaya semakin

banyak

Kakek A mengatakan cara mencegah TB paru dengan menutup hidung

dan mulut saat batuk atau bersin atau menggunakan masker, tidak

meludah atau membuang dahak disembarang tempat dan buka jendela

agar sinar matahasri masuk

Nenek I mengatakan akan merawat anggota keluarga dengan TB paru

Nenek I dan Kakek A mengatakan cara merawat anggota keluarga

Page 161: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

par, yaitu :

batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3

minggu

demam/meriang lebih dari sebulan

nafsu makan dan BB menurun

mudah lelah

nyeri dada

sesak nafas

batuk berdahak disertai darah

Mendorong keluarga untuk mengidentifikasi penyebab TB paru

pada Kakek A

Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan

dengan kondisi Kakek A

Memberikan positive reinforcement atas usaha yang dilakukan

keluarga.

TUK 2 :

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari TB paru jika

tidak diobati, yaitu:

- tidak dapat sembuh,

- menular pada orang lain

- kematian

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari TB paru jika

putus obat, yaitu:

- penyakit lebih sukar sembuh

- kuman tumbuh dan berkembang lebih banyak

- butuh biaya lebih besar

- waktu pengobatan menjadi lebih lama

Mendiskusikan kembali dengan keluarga untuk merawat

anggota keluarga yang TB paru

Memberikan positive reinforcement atas jawaban keluarga dan

keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TB paru.

dengan TB paru adalah batuk efektif dan inhalasi sederhana

Kakek A mengatakan Alat untuk batuk efektif yaitu tempat dahak

berisi 1 karbol: 9 air, tissue. Caranya yaitu posisi duduk dan rileks,

inhalasi maksimal dengan mengambil nafas dalam dan pelan

menggunakan pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas

selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan – lahan melalui

mulut, ulangi kemudia ambil nafas ketiga dan tahan, lalu suruh pasien

untuk membatukkan dengan kuat dari dada (bukan dari belakang

mulut atau tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-

benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian diulang kembali

untuk latihan mulai langkah dari awal. Dahak di buang ke tempat

dahak dan tissue buat membersihkan mulut

Kakek A mengatakan cara inhalasi sederhana dengan menghirup uap

air panas yang ditetesi minyak kayu putih.

O :

Kakek A mampu menjawab pengertian TB paru sesuai standar

Kakek A mampu menjawab 1 dari 2 penyebab TB paru

Kakek A mampu menjawab 5 dari 7 tanda dan gejala TB PARU

Kakek A mampu menjawab 2 dari 3 akibat jika TB paru yang tidak

diobati

kakek A mampu menjawab 2 dari 4 akibat jika penderita TB paru

putus obat.

Kakek A mampu menjawab 3 dari 6 cara mencegah TB paru

Kakek A mampu menjawab menyebutkan 2 dari 2 cara merawat

anggota keluarga dengan TB paru

Page 162: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

TUK 3:

Menjelaskan kepada keluarga tentang cara pencegahan TB

paru :

- menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin atau

menggunakan masker

- tidak meludah atau membuang dahak disembarang

tempat

- makan-makanan yang bergizi

- imunisasi BCG pada bayi

- buka jendela agar sinar matahasri masuk,

- jemur kasur paling sedikit seminggu sekali

Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum

jelas

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan cara merawat TB

paru di rumah

Memberikan positive reinforcement atas kemampuan

keluarga menjelaskan cara perawatan TB paru

Mendiskusikan bersama keluarga cara perawatan TB Paru

yaitu:

- melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan dahak

alat : tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air, tissue

Cara : Posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan

mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan

pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas

selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan –

lahan melalui mulut, ulangi kemudia ambil nafas ketiga

dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan

kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau

tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-

benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian

diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari awal.

A :

TUK 1, 2 dan sebagian TUK 3 tercapai

P :

Mengevaluasi TUK 1 dan 2

Melanjutkan TUK 3 dengan mendemontrasikan inhalasi sederhana dan

batuk efektif

Melanjutkan intervensi TUK 4 dan TUK 5

Page 163: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat

membersihkan mulut

- berikan inhalasi sederhana (pelega tenggorokan dan

pernapasan) dengan menggunakan air panas dalam

baskom dan menthol 3-5 tetes (minyak kayu putih)

Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum

jelas

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan cara merawat TB

paru di rumah

Memberikan positive reinforcement atas kemampuan

keluarga menjelaskan cara perawatan TB paru

Page 164: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

(Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah diprioritaskan)

Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Kakek A

Tanggal: Kamis, 13 Juni 2013/ 10.00-11.00 WIB Kunjungan ke-7/ Minggu ke-4

Implementasi Evaluasi

Sebelum melakukan kontrak dengan keluarga, mahasiswa:

Mengucapkan salam

Menyampaikan tujuan/maksud kedatangan

Memvalidasi keadaan keluarga

Membuat kontrak dengan keluarga

Menanyakan kembali yang didiskusikan pada pertemuan

sebelumnya, yaitu TUK 1, 2 , dan sebagian TUK 3

TUK 3:

Mendemonstrasikan inhalasi sederhana

- Siapkan alat dan bahan (air panas, waskon, karton, minyak

kayu putih)

- Letakkan 1 liter air panas dalam waskom, ditambah 3-5

tetes minyak kayu putih/minyak angin/balsam.

- Bentuk karton menjadi corong sehingga bagian atas

mengerucut dan menutupi bagian mulut dan hidung ,

bagian bawah karton menutupi waskon

- Hirup uapnya melalui hidung

Mendemontrasikan batuk efektif

- alat : tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air, tissue

- Cara : Posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan

mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan

S:

Kakek A dan An. R menjawab salam

Kakek A menyetujui kunjungan saat ini selama 50 menit untuk

membahas masalah TB paru

Kakek A mengatakan sudah membaca kembali leaflet tentang TB paru

dan mengatakan sudah mengerti dari pengertian, penyebab, tanda

gejala, akibat, cara pencegahan, cara perawatan TB paru.

Kakek A mengatakan cara modifikasi lingkungan dengan membuka

jendela dan pintu agar sinar matahari dapat masuk dan membuang

dahak pada tempat yang telah ditentukan

Kakek A mengatakan akan memodifikasi lingkungan sesuai dengan

standar askep yang sudah diajarkan

Kakek A mengatakan jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat

digunakan, seperti puskesmas, RS, dan praktik mantri.

Kakek A mengatakan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu

untuk pemeriksaan dan mendapatkan obat untuk batuk pilek

Kakek A mengatakan akan berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk

berobat

Kakek A mengatakan sesak sedikit berkurang

Kakek A mengatakan dahak menjadi encer dan mudah keluar

Kakek A mengatakan batuk sesekali

Page 165: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas

selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan –

lahan melalui mulut, ulangi kemudia ambil nafas ketiga

dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan

kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau

tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-

benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian

diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari awal.

Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat

membersihkan mulut

Memberi kesempatan kepada keluarga jika ada yang belum

jelas

Memotivasi keluarga untuk mendemontrasikan cara inhalasi

sederhana dan batuk efektif

Memberikan positive reinforcement atas kemampuan

keluarga mendemontrasikan cara perawatan TB paru

mengevaluasi perasaan yang dirasakan setelah dilakukan

inhalasi sederhana dan batuk efektif

TUK 4:

Mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita

TB paru

Menjelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi

lingkungan untuk penderita TB paru dengan menggunakan

lembar balik

- Membuka jendela dan pintu agar sinar matahari dapat

masuk

- Menjemur kasur tiap minggu

- Membuang dahak pada tempat yang telah ditentukan

- Tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga.

O:

Kakek A dapat mendemonstrasikan inhalasi sederhana dan batuk

efektif

Kakek A mampu menjawab 2 dari 4 cara memodifikasi lingkungan

untuk anggota keluarga yang mengalami TB PARU

Kakek A mampu menjawab 3 dari 5 jenis fasilitas pelayanan

kesehatan yang dapat digunakan

Kakek A mampu menjawab 2 dari 3 manfaat fasilitas pelayanan

kesehatan

TTV : TD: 110/70 mmHg, Nadi: 83 x/menit, Suhu: 36,5oC, RR: 26

x/menit Pemeriksaan paru: I : Simetris, pembengkakan (-), penggunaan otot

bantu napas, terdapat retraksi dinding dada, lesi (-) A: Ronkhi basah

kasar di semua lapang paru, suara napas ronkhi tanpa auskultasi,

wheezing -/- P: Tactile fremitus P: Sonor

A: TUK 3 – 5 tercapai, namun bersihan jalan napas masih belum efektif

ditandai dengan masih ada sesak dan suara napas ronkhi masih sangat

terdengar jelas tanpa auskultasi

P:

- melanjutkan tindakan inhalasi sederhana selama 10-15 menit dilakukan

2-4 kali sehari di rumah dan kemudian batuk efektif

- Menganjurkan posisi yang nyaman pada saat tidur dengan 2 bantal

- Melanjutkan intervensi kedua untuk diagnosis keperawatan yang kedua

yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Kakek A dengan

TB paru.

Page 166: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara

memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru.

Menanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum

dimengerti.

Menjelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum

dimengerti.

Memberikan positive reinforcement terhadap kemampuan yang

dicapai oleh keluarga

TUK 5

Mengkaji pengetahuan keluarga tentang fasilitas dan manfaat

fasilitas pelayanan kesehatan

Mendiskusikan bersama dengan keluarga tentang jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan, yaitu :

a. Puskesmas

b. Rumah Sakit

c. Dokter praktik

d. Posbindu

e. Praktik perawat

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan.

Mendiskusikan bersama keluarga tentang manfaat fasilitas

pelayanan kesehatan, yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan,

perawatan/pengobatan TB paru, sebagai sarana untuk

mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk

mengatasi masalah TB paru

Memotivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang

sakit ke pelayanan kesehatan

Memberikan positive reinforcement bahwa Kakek A ke

fasilitas kesehatan apabila masalah TB PARU tidak dapat

ditangani dengan perawatan di rumah

Page 167: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

FORMAT EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Kakek A

No Kriteria Evaluasi Hasil

Keterangan Ya Tidak

1 Keluarga dapat menyebutkan pengertian TB paru adalah salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling banyak

menyerang di daerah paru-paru

2 Keluarga dapat menyebutkan 1 dari 2 penyebab TB paru,yaitu:

- Penyebab utama: kuman mycobacterium tuberculosis

- Penyebab lain: Tertular penderita lain melalui percikan dahak/bersin yang terhirup oleh

orang lain

3 Keluarga dapat menyebutkan 5 dari 7 tanda dan gejala TB paru, yaitu:

- Batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu

- Demam/meriang lebih dari sebulan

- Nafsu makan dan BB menurun

- Mudah lelah

- Nyeri dada

- Sesak nafas

- Batuk berdahak disertai darah

4 Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 3 akibat TB paru tidak diobati:

- tidak dapat sembuh,

- menular pada orang lain

- kematian

Page 168: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

No Kriteria Evaluasi Hasil

Keterangan Ya Tidak

5 Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat TB paru putus obat:

- penyakit lebih sukar sembuh

- kuman tumbuh dan berkembang lebih banyak

- butuh biaya lebih besar

- waktu pengobatan menjadi lebih lama

6 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 cara pencegahan TB paru, yaitu :

- menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin atau menggunakan masker

- tidak meludah atau membuang dahak disembarang tempat

- makan-makanan yang bergizi

- imunisasi BCG pada bayi

- buka jendela agar sinar matahasri masuk,

- jemur kasur paling sedikit seminggu sekali

7 Keluarga mampu menyebutkan 1dari 2 cara perawatan TB paru, yaitu :

- Batuk efektif

- Inhalasi sederhana

8 Keluarga dapat mendemonstrasikan inhalasi sederhana dan

- Siapkan alat dan bahan (air panas, waskon, karton, minyak kayu putih)

- Letakkan 1 liter air panas dalam waskom, ditambah 3-5 tetes minyak kayu

putih/minyak angin/balsam.

- Bentuk karton menjadi corong sehingga bagian atas mengerucut dan menutupi bagian

mulut dan hidung , bagian bawah karton menutupi waskon

- Hirup uapnya melalui hidung

9 Keluarga dapat mendemonstrasikan batuk efektif

- alat : tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air, tissue

- Cara : Posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan mengambil nafas dalam dan

pelan menggunakan pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas selama 3-5

Page 169: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

No Kriteria Evaluasi Hasil

keterangan Ya Tidak

detik kemudian hembuskan secara perlahan – lahan melalui mulut, ulangi kemudia

ambil nafas ketiga dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan kuat dari

dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang

benar-benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian diulang kembali untuk

latihan mulai langkah dari awal. Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat

membersihkan mulut

10 Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 cara memodifikasi lingkungan yang menjadi penyebab

TB paru:

- Membuka jendela dan pintu agar sinar matahari dapat masuk

- Menjemur kasur tiap minggu

- Membuang dahak pada tempat yang telah ditentukan

- Tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga

11 Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi:

- Puskesmas

- Rumah Sakit

- Dokter praktik

- Posbindu

- Praktik perawat

12. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan :

- Mendapatkan pemeriksaan

- Mendapatkan perawatan.

- Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan

13. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menangani TB paru bila gejala tidak

hilang

Page 170: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

FORMAT EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

2. Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Kakek A dengan masalah TB paru

No Kriteria Evaluasi Hasil

Keterangan Ya Tidak

1 Keluarga dapat menyebutkan pengertian TB paru adalah salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling banyak

menyerang di daerah paru-paru

2 Keluarga dapat menyebutkan 1 dari 2 penyebab TB paru,yaitu:

- Penyebab utama: kuman mycobacterium tuberculosis

- Penyebab lain: Tertular penderita lain melalui percikan dahak/bersin yang terhirup oleh

orang lain

3 Keluarga dapat menyebutkan 5 dari 7 tanda dan gejala TB paru, yaitu:

- Batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu

- Demam/meriang lebih dari sebulan

- Nafsu makan dan BB menurun

- Mudah lelah

- Nyeri dada

- Sesak nafas

- Batuk berdahak disertai darah

4 Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 3 akibat TB paru tidak diobati:

- tidak dapat sembuh,

- menular pada orang lain

- kematian

Page 171: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

No Kriteria Evaluasi Hasil

Keterangan Ya Tidak

5 Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat TB paru putus obat:

- penyakit lebih sukar sembuh

- kuman tumbuh dan berkembang lebih banyak

- butuh biaya lebih besar

- waktu pengobatan menjadi lebih lama

6 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 cara pencegahan TB paru, yaitu :

- menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin atau menggunakan masker

- tidak meludah atau membuang dahak disembarang tempat

- makan-makanan yang bergizi

- imunisasi BCG pada bayi

- buka jendela agar sinar matahasri masuk,

- jemur kasur paling sedikit seminggu sekali

7 Keluarga mampu menyebutkan 1dari 2 cara perawatan TB paru, yaitu :

- Batuk efektif

- Inhalasi sederhana

8 Keluarga dapat mendemonstrasikan inhalasi sederhana dan

- Siapkan alat dan bahan (air panas, waskon, karton, minyak kayu putih)

- Letakkan 1 liter air panas dalam waskom, ditambah 3-5 tetes minyak kayu

putih/minyak angin/balsam.

- Bentuk karton menjadi corong sehingga bagian atas mengerucut dan menutupi bagian

mulut dan hidung , bagian bawah karton menutupi waskon

- Hirup uapnya melalui hidung

9 Keluarga dapat mendemonstrasikan batuk efektif

- alat : tempat dahak berisi 1 karbol: 9 air, tissue

- Cara : Posisi duduk dan rileks, inhalasi maksimal dengan mengambil nafas dalam dan

pelan menggunakan pernafasan diafragma, lalu pasien disuruh tahan nafas selama 3-5

Page 172: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

No Kriteria Evaluasi Hasil

keterangan Ya Tidak

detik kemudian hembuskan secara perlahan – lahan melalui mulut, ulangi kemudia

ambil nafas ketiga dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan kuat dari

dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang

benar-benar kuat, setelah itu istirahat 2 – 3 menit kemudian diulang kembali untuk

latihan mulai langkah dari awal. Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat

membersihkan mulut

10 Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 cara memodifikasi lingkungan yang menjadi penyebab

TB paru:

- Membuka jendela dan pintu agar sinar matahari dapat masuk

- Menjemur kasur tiap minggu

- Membuang dahak pada tempat yang telah ditentukan

- Tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga.

11 Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi:

- Puskesmas

- Rumah Sakit

- Dokter praktik

- Posbindu

- Praktik perawat

12. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan :

- Mendapatkan pemeriksaan

- Mendapatkan perawatan.

- Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan

13. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menangani TB paru bila gejala tidak

hilang

Page 173: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

TINGKAT KEMANDIRIAN

Nama keluarga : Kakek A

Alamat : RT 06 RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok

KESIMPULAN:

Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama sembilan

minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan

yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa

banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami

keluarga. Selama sembilan minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke

keluarga dan menemukan lima masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga

termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III” dengan alasan:

Kriteria Ya Tidak Pembenaran

Keluarga

menerima petugas

perawatan

kesehatan

masyarakat √

Selama praktek dan melakukan kunjungan rumah,

keluarga selalu menerima kehadiran perawat dengan

sikap ramah dan terbuka. Keluarga dan mahasiswa

hampir selalu menyepakati kontrak yang telah

ditentukan. Keluarga mengatakan selalu menerima

mahasiswa kapan saja. Apabila keluarga ada acara

dan kegiatan pada saat kontrak yang telah

disepakati, keluarga memberitahukan kepada

mahasiswa terlebih dahulu.

Keluarga

menerima

pelayanan

kesehatan yang

diberikan sesuai

dengan rencana

keperawatan

Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada

dan bersama keluarga kemudian dianalisis untuk

menentukan masalah keperawatan. Masalah atau

diagnosis keperawatan yang ada disusun secara

prioritas bersama keluarga dan direncanakan

intervensi untuk mengatasinya. Dua diagnosis

keperawatan yang ditemukan telah diselesaikan

semuanya.

Keluarga

mengungkapkan

masalah kesehatan

yang dialami

secara benar

Saat proses pengkajian, keluarga selalu menjawab

pertanyaan mahasiswa dengan benar yang kemudian

di klarifikasi dengan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang lainnya. Keluarga dengan

terbuka mau membicarakan masalah kesehatan yang

Page 174: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

Kriteria Ya Tidak Pembenaran

ada dengan mahasiswa. Keluarga merasa yakin

bahwa kehadiran mahasiswa adalah untuk membantu

keluarga mengatasi masalah kesehatan yang ada.

Keluarga

memanfaatkan

fasilitas kesehatan

sesuai anjuran

Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan

secara berkala ke dokter praktik.

Keluarga

melaksanakan

perawatan

sederhana sesuai

anjuran

Keluarga sudah mampu melakukan perawatan

sederhana sesuai anjuran, diantaranya:

Melakukan inhalasi sederhana

Melakukan batuk efektif

Keluarga

melakukan

tindakan

pencegahan

Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan

terhadap masalah kesehatan yang dialami,

diantaranya:

Membuka jendela dan pintu agar sinar

matahari dapat masuk

Membuang dahak pada tempat yang telah

ditentukan

Tidak berganti-ganti alat makan dengan

anggota keluarga.

Keluarga

melakukan

promosi kesehatan

secara aktif

√ Keluarga belum mampu melakukan promosi

kesehatan secara aktif, dengan:

Menjaga kesehatan anggota keluarga

Memberikan makanan keluarga dengan gizi

seimbang

Istirahat yang cukup

Melakukan pengobatan TB

Page 175: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

1

Universitas Indonesia

PENGARUH INHALASI SEDERHANA DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

TUBERKULOSIS PARU LANSIA

Andi Amalia Wildani

1, Sukihananto

2

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, 16424 Telp. (+6281388180154) E-mail: [email protected] / [email protected]

Abstrak

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis. TB merupakan masalah global dan salah satu dampak dari urbanisasi terhadap kesehatan

masyarakat. faktor kependudukan dan faktor lingkungan merupakan penyebab terjadinya tuberkulosis di perkotaan.

Manifestasi klinis TB pada lansia salah satunya adalah sesak nafas. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan

gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada

tuberkulosis paru lansia di RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Intervensi

keperawatan yang diberikan adalah inhalasi sederhana dan batuk efektif. Pemberian inhalasi sederhana dan batuk efektif

bermanfaat dan dapat diterapkan untuk mengeluarkan dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas

pada lansia. Pemecahan masalah yang dilakukan ketika inhalasi sederhana dan batuk efektif tidak efektif yaitu

pemberian posisi semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru dan mencukupi kebutuhan oksigen sehingga

memberikan kenyamanan dan mengurangi sesak.

Kata kunci: asuhan keperawatan keluarga; ketidakefektifan bersihan jalan napas; lansia, tuberkulosis

The Influence of Simple Inhalation and Effective Cough to Ineffective Airway Clearance in

Elderly Pulmonary Tuberculosis

Abstract Tuberculosis (TB) is an infectious disease that primarily affects the lung parenchyma, caused by mycobacterium

tuberculosis. TB is a global problem and one of the impacts of urbanization on public health. Demographic factors and

enviromental factors are the cause of TB in urban areas. One of clinical manifestations of elderly TB is shortness of

breath.The aim of this final assignment is provide descriptive management of family nursing care with the ineffective

airway clearance in elderly pulmonary tuberculosis at RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,

Kota Depok. Nursing interventions provided are simple inhalation and effective cough. The simple inhalation and

effective cough is still useful and can be applied to remove sputum, lower respiratory rate, and reduce shortness of

breath in elderly. The problem solving when simple inhalation and effective cough does not effectively address the

problem ineffective airway clearance in elderly pulmonary is the provision of semi fowler position to improve lung

expansion and sufficient of oxygen so as to provide comfort and reduce shortness of breath.

Keywords: family nursing care; ineffective airway clearance; elderly; tuberculosis

1 Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan 2012

2 Dosen Keilmuan Keperawatan Komunitas

Page 176: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

2

Universitas Indonesia

1. Pendahuluan

Masalah TB sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Hal ini

dibuktikan dengan masih banyak ditemukannya penderita TB di masyarakat. TB bisa menyerang

siapa pun, warga miskin perkotaan adalah kelompok masyarakat paling rentan terserang

tuberkulosis. Lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan rendahnya mutu asupan nutrisi membuat

kuman tuberkulosis dalam tubuh gampang menjadi aktif (Health Kompas, 2012). Penularan TB

yang cepat, menjadikan TB sebagai salah satu masalah global dan Indonesia menempati urutan ke

lima dengan terbesar kasus insiden pada tahun 2009 (Kemenkes, 2011).

Indonesia terdiri dari berbagai provinsi, salah satunya adalah Jawa Barat. Estimasi jumlah orang

dengan TB tertinggi berada di Jawa Barat dan Depok yang merupakan salah satu kota yang berada

di Jawa Barat. Penemuan kasus baru (Case Detection Rate) di kota Depok dari tahun 2011 sampai

dengan tahun 2012 terus meningkat. Penderita TB di Depok khususnya di kelurahan Cisalak pasar,

berdasarkan hasil pengkajian di Puskesmas Cimanggis, selama tahun 2012 sampai Mei 2013

terdapat 32 orang berobat TB, jumlah tersebut masih jauh diatas dari target nasional, dimana target

untuk kelurahan Cisalak Pasar dalam menemukan kasus TB baru adalah sebanyak 20 kasus. Dari 32

orang pasien yang terdapat di kelurahan Cisalak pasar, 10 orang atau 32.1% diantaranya terdapat di

RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok (Puskesmas Cimanggis,

2012).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru dan dapat

juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe

(Smeltzer & Bare, 2002). TB disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Kemenkes, 2011).

Tuberkulosis ini sendiri bukan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan bila berobat teratur.

Penderita TB aktif jika tidak diobati dapat menularkan sepuluh sampai lima belas orang lainnya

dalam satu tahun. TB ini sendiri menyerang kelompok usia produktif (15-54 tahun) dan ekonomi

lemah, namun TB juga dapat menyerang usia lanjut (Nugroho, 2007).

Pasien lansia yang menderita TB paru menunjukkan gejala agak berbeda dari orang muda. Gejala

batuk yang merupakan gejala penting pada TB pada orang muda ternyata pada usia lanjut kurang

menonjol. Biasanya yang lebih sering dikeluhkan adalah gejala sesak. Perlu juga diingat pada orang

berusia lanjut fungsi organ tubuh menurun sehingga dalam pemberian obat keadaan fungsi organ

harus dipertimbangkan (Kompas, 2008). Lansia dengan TB paru akan mengalami berbagai masalah

keperawatan baik secara biologis, psikologis dan sosial, salah satunya yaitu bersihan jalan nafas

Page 177: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

3

Universitas Indonesia

yang tidak efektif. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,

kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak

berjalan secara adekuat normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun dan bersihan jalan nafas akan

tidak efektif. Intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien lansia dengan TB paru yaitu

inhalasi sederhana dan batuk efektif. Hough (2001) menyatakan bahwa penggunaan penguapan atau

inhalasi sederhana untuk mengencerkan dahak tergantung dari kekuatan pasien untuk membatuk

atau batuk efektif sehingga mendorong lendir keluar dari saluran pernapasan dan seseorang akan

merasa lendir atau dahak di saluran napas hilang dan jalan nafas akan kembali normal. Berdasarkan

data tersebut di atas, mahasiswa tertarik untuk membahas bagaimana pengaruh inhalasi sederhana

dan batuk efektfif terhadap ketidakefektifan bersihan jalan napas pada tuberkulosis paru lansia di

RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

2. Metode

Karya ilmiah akhir ini ditulis dengan menggunakan metode studi kasus terhadap keluarga dengan

tuberkulosis paru pada lansia yang dikelola selama tujuh minggu dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas.

3. Hasil

Data pengkajian yang kemudian dikelompokkan oleh mahasiswa dijadikan dasar dalam

menegakkan diagnosis keperawatan pada kasus kelolaan utama dan diperoleh diagnosis

keperawatan utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Setelah diagnosa keperawatan

dirumuskan, mahasiswa kemudian melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk

menyelesaikan masalah keperawatan pada pasien kelolaan dengan menetapkan juga tujuan dan

kriteria hasil yang akan dicapai dari masing-masing tindakan. Mahasiswa kemudian menerapkan

tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat. Implementasi dilakukan sebanyak empat

kali kunjungan rumah selama empat puluh lima menit untuk mengatasi diagnosis keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas. Implementasi yang dilakukan berdasarkan lima tugas

kesehatan keluarga yaitu TUK 1 mengenal masalah TB, dengan menyebutkan pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, serta cara penularan, TUK 2 mengambil keputusan untuk mengatasi

masalah TB dengan menyebutkan akibat TB bila tidak diobati dan tidak minum obat secara teratur,

memutuskan untuk mengatasi masalah TB pada penderita TB, TUK 3 melakukan perawatan untuk

mengatasi masalah TB dengan menyebutkan cara pencegahan penularan TB Menyebutkan cara

perawatan sederhana untuk mengatasi TB, TUK 4 memodifikasi lingkungan untuk mencegah TB,

dan TUK 5 pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Evaluasi dilakukan untuk membandingkan

Page 178: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

4

Universitas Indonesia

antara hasil implementasi untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kakek A

dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Evaluasi Subyektif yaitu Kakek A mengatakan masih merasa sesak napas. Mengatakan bahwa TB

paru merupakan penyakit plek paru yang menular, penyebab TB paru adalah kuman TB, tanda dan

gejala TB paru adalah batuk lama, sesak nafas, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan

suka berkeringat jika malam hari. Mengatakan bahwa dirinya mengalami TB paru. Kakek A

mengatakan bahwa akibat jika TB paru tidak ditangani adalah kematian dan penyakit tidak dapat

sembuh, akibat penderita TB paru jika putus obat yaitu mengakibatkan pengobatan yang semakin

lama, biaya semakin banyak, cara mencegah TB paru dengan menutup hidung dan mulut saat batuk

atau bersin atau menggunakan masker, tidak meludah atau membuang dahak disembarang tempat

dan buka jendela agar sinar matahari masuk. Nenek I mengatakan akan merawat anggota keluarga

dengan TB paru dan mengatakan cara merawat anggota keluarga dengan TB paru adalah batuk

efektif dan inhalasi sederhana. Kakek A mengatakan Alat untuk batuk efektif yaitu tempat dahak

berisi 1 karbol: 9 air, tissue. Dahak di buang ke tempat dahak dan tissue buat membersihkan mulut.

Kakek A mengatakan cara inhalasi sederhana dengan menghirup uap air panas yang ditetesi minyak

kayu putih. Kakek A mengatakan cara modifikasi lingkungan dengan membuka jendela dan pintu

agar sinar matahari dapat masuk dan membuang dahak pada tempat yang telah ditentukan dan

mengatakan akan memodifikasi lingkungan sesuai dengan standar askep yang sudah diajarkan.

Kakek A mengatakan jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan, seperti puskesmas,

RS, dan praktik mantri, manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu untuk pemeriksaan dan

mendapatkan obat untuk batuk pilek dan akan berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk berobat.

Setelah diberikan inhalasi sederhana dan batuk efektif, Kakek A mengatakan sesak sedikit

berkurang, napas sedikit lega. dahak menjadi encer dan mudah keluar, mengatakan batuk sesekali.

Evaluasi subyektif yaitu kakek A mampu menjawab pengertian TB paru sesuai standar, mampu

menjawab 1 dari 2 penyebab TB paru, mampu menjawab 5 dari 7 tanda dan gejala TB paru, mampu

menjawab 2 dari 3 akibat jika TB paru yang tidak diobati, mampu menjawab 2 dari 4 akibat jika

penderita TB paru putus obat, mampu menjawab 3 dari 6 cara mencegah TB paru, mampu

menjawab menyebutkan 2 dari 2 cara merawat anggota keluarga dengan TB paru. Kakek A dapat

mendemonstrasikan inhalasi sederhana dan batuk efektif, mampu menjawab 2 dari 4 cara

memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga yang mengalami TB paru, mampu menjawab 3

dari 5 jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan dan mampu menjawab 2 dari 3

manfaat fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah dilakukan inhalasi sederhana dan batuk efektif

Page 179: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

5

Universitas Indonesia

didapatkan TTV : TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36,5oC, RR: 23 x/menit.

Pemeriksaan paru: Inspeksi: simetris, pembengkakan (-), otot bantu napas (-),retraksi dinding dada

(-), lesi (-) Auskultasi: ronchi basah kasar di semua lapang paru, suara napas ronkhi tanpa

auskultasi, wheezing -/- Palpasi: tactile fremitus Perkusi: sonor.

Evaluasi secara keseluruhan didapatkan bahwa keluarga telah dapat mengenal masalah kesehatan

pada anggota keluarga, telah menyatakan kesediaan untuk merawat, telah dapat melakukan

perawatan sederhana bagi penderita TB, telah mengerti bagaimana melakukan modifikasi

lingkungan, dan telah bersedia membawa Kakek A ke Pelayanan kesehatan. Perawat menyarankan

untuk melanjutkan tindakan inhalasi sederhana selama 10-15 menit dilakukan 2-4 kali sehari di

rumah dan kemudian batuk efektif. Menganjurkan posisi yang nyaman pada saat tidur dengan 2

bantal atau pemberian posisi semi fowler untuk mengurangi sesak. Mengevaluasi pengetahuan

tentang TB paru dan memfasilitasi untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dengan

mengkoordinasikan ke mahasiswa residen yang sedang praktik di RW 01, ke kader RW 01 dan ke

puskesmas Cimanggis.

Hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu,

keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang

ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak

memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama

sembilan minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan

menemukan lima masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam

keluarga mandiri tingkat III yaitu menerima petugas puskesmas, menerima yankes sesuai rencana,

menyatakan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan yankes sesuai anjuran dan

melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran.

4. Pembahasan

Analisis Masalah Masalah Keperawatan Terkait Konsep Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan

Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya RW 01 merupakan daerah kawasan perkotaan (urban). Hal ini

dibuktikan oleh pendapat Bintarto (2000) bahwa Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,

dan kegiatan ekonomi.

Page 180: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

6

Universitas Indonesia

Masalah TB paru merupakan masalah kesehatan yang paling menonjol di RW 01 dan merupakan

masalah epidemi yang merupakan keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit)

yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang

meningkat, (Budiarto, 2003). Mengatasi masalah TB paru ini perawat melakukan pendekatan

menggunakan model konsep Betty Neuman.

Sesuai dengan konsep Betty Neuman, RW 01 ini merupakan klien dan penggunaan proses

keperawatan sebagai pendekatan. Kumpulan individu/ keluarga di RW 01 merupakan “core“ dari

asuhan keperawatan komunitas yang diberikan oleh perawat. Konsep antara at risk dan

vulnerability terkadang sulit untuk dipahami secara keseluruhan oleh perawat karena banyaknya

faktor yang mempengaruhi keduanya (Fitzpatrick, Villaruel, & Porter, 2004 ).

Konsep at risk disini merupakan kondisi kesehatan warga RW 01 merupakan hasil dari interaksi

dengan berbagai macam faktor, seperti faktor genetik, gaya hidup, serta kondisi lingkungan fisik

dan lingkungan sosial dimana individu tersebut tinggal atau bekerja. Risk factor merupakan

karakteristik warga RW 01 seperti umur, jenis kelamin, dan genetik. Population at factor

merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki beberapa kemungkinan yang telah jelas

teridentifikasi atau telah ditentukan meskipun sedikit atau kecil terhadap munculnya suatu

peristiwa, misalnya penderita TB di RW 01. Vulnerable population group disini merupakan

sekelompok orang dari RW 01 yang memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks

dibandingkan dengan masalah TB di RW 01.

Masalah TB sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting sama seperti

halnya masalah TB di RW 01. Faktor yang mempengaruhi sehat sakit di RW 01 diadaptasi dari

teori gordon and le rich, dimana pejamu (host)/inang yaitu segala faktor yang terdapat dalam diri

manusia yg mempengaruhi timbulnya penyakit, misalnya imunitas, aktivitas, gaya hidup. Bibit

penyakit (agent) yaitu substansi atau elemen yang apabila ia ada atau tidak ada dapat menimbulkan

atau menggerakkan timbulnya penyakit, misalnya bakteri, jamur, dan virus. Lingkungan

(environment) yaitu seluruh kondisi yang mempengaruhi (Rekawati, 2011).

Masalah TB paru di RW 01 disebabkan oleh faktor risiko yang berperan penting dalam penularan

penyakit TB diantaranya faktor kependudukan dan faktor lingkungan. Faktor kependudukan

diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status gizi, dan kondisi sosial ekonomi, sedangkan faktor

lingkungan diantaranya lingkungan dan ketinggian wilayah untuk lingkungan meliputi kepadatan

Page 181: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

7

Universitas Indonesia

penghuni, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, suhu, kelembaban, dan ketinggian wilayah

(Ahmadi, 2005). Penelitian Chapman et al (1993, dalam Nelson 2005) mengatakan bahwa faktor

lingkungan dan sosial, kepadatan penghuni, serta kemiskinan berperan dalam timbulnya kejadian

TB di perkotaan.

Faktor kependudukan di RW 01 yaitu jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak dibandingkan dengan perempuan. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya TB di RW 01.

Sesuai dengan yang dipaparkan oleh WHO (2005, dalam Hiswani 2009) yang menyatakan bahwa

penderita TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Warga RW 01 mayoritas penduduknya rata-rata usia produktif (15-50 tahun). Hal ini juga

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya TB paru di RW 01 yang didukung oleh pendapat

Hiswani (2009) penyakit tuberkulosis yang paling sering ditemukan pada usia muda atau usia

produktif 15-50 tahun, dengan ini terjadinya transisi demografi saat ini menyebabkan usia harapan

hidup lansia menjadi lebih tinggi. pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang

menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit tuberkulosis paru.

Penduduk RW 01 yang mayoritas berada pada usia produktif yang kebanyakan usia tersebut

digunakan untuk bekerja.

Warga RW 01 sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh pabrik, dan wiraswasta yang

memiliki pendapatan < Rp 1.000.000. Keluarga dengan pendapatan rendah akan cenderung sulit

memperoleh makanan yang begizi dan memelihara kesehatan secara baik, sehingga sangat rentan

tertular penyakit TB (Amira, 2005). Jenis pekerjaan ini juga mempengaruhi keadaan perekonomian

seseorang dan kemudian akan berdampak terhadap pola makan setiap hari, dan pemeliharaan

kesehatan.

Status ekonomi warga RW 01 mayoritas ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ekonomi warga

RW 01 ini juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya TB paru. WHO (2008) menyebutkan

90% penderita TB di dunia menyerang kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin. Pendapatan

keluarga sangat erat juga dengan penularan TB, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak

dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Faktor lingkungan kepadatan penghuni, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, suhu, kelembaban,

dan ketinggian wilayah juga berpengaruh terjadinya TB di perkotaan. Pemukiman warga di RW 01

Page 182: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

8

Universitas Indonesia

tampak padat, mayoritas merupakan rumah pribadi, dan merupakan bangunan permanen. Terdapat

beberapa rumah kontrakan satu pintu yang seluruhnya dihuni oleh warga pendatang. Sebagian besar

memiliki halaman depan atau teras walaupun tidak luas. Padatnya perumahan, dan wilayah yang

tidak terlalu luas, pencahayaan sinar matahari tidak masuk pada sebagian besar rumah. Penyakit TB

paru yang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama lingkungan dalam rumah serta perilaku

penghuni dalam rumah karena dapat mempengaruhi kejadian penyakit, kontruksi dan lingkungan

rumah yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi faktor risiko sumber penularan berbagai penyakit

infeksi terutama ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan TB Paru (Depkes, 2007). Rumah

yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mempengaruhi kejadian penyakit TB seperti hasil

penelitian Dahlan (2000) mengatakan bahwa pencahayaan, ventilasi yang buruk dan kepadatan

penghuni yang tinggi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit TB.

Hunian rumah yang padat pada RW 01 menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen bila salah satu

anggota hunian terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

Semakin padat maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan

semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita TB dengan BTA

positif. Daerah perkotaan (urban) seperti RW 01 Cisalak Pasar yang lebih padat penduduknya

dibandingkan di pedesaan (rural), peluang terjadinya kontak dengan penderita TB akan lebih besar,

sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil kemungkinannya. Selain hunian yang padat, kebiasaan

warga untuk membuka jendela juga mempengaruhi angka kejadian TB.

Kebiasaan warga RW 01 yang tidak membuka jendela tiap pagi karena berbagai alasan jika jendela

dibuka udara akan terasa panas, takut rumahnya kecurian dan dimasuki oleh kucing. Beberapa

rumah juga tampak tidak dibuka jendelanya dikarenakan sudah dimatikan dan jendela permanen

yang hanya sebagai hiasan sehingga tidak bisa dibuka kembali. Kebiasaan warga RW 01 ini sangat

mempengaruhi terjadinya TB di RW 01. Ventilasi cukup menjaga agar aliran udara di dalam rumah

tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga dan

menjaga dalam kelembaban (humidity) yang optimum (Slamet, 2000). Ventilasi yang kurang

tersebut mempengaruhi cahaya matahari yang masuk.

Cahaya matahari juga kurang di RW 01 dikarenakan kebiasan warga RW 01 jarang membuka

jendela. Bakteri tahan hidup pada tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di

rumah yang gelap. Hal ini sependapat dengan penelitian Yoga (2007), TB juga mudah menular pada

mereka yang tinggal di perumahan padat, kurang sinar matahari dan sirkulasi udaranya

Page 183: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

9

Universitas Indonesia

buruk/pengap, namun jika ada cukup cahaya dan sirkulasi, maka kuman TB hanya bisa bertahan

selama 1-2 jam. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian TB ini juga tidak lepas dari

pengetahuan warga RW 01 terhadap penyakit TB.

Warga RW 01 belum pernah mendapatkan penyuluhan sebelumnya terkait penyakit TB baik oleh

pihak puskesmas atau instansi terkait lainya. Kurangnya informasi tentang penyakit TB paru

menyebabkan kurangnya pengertian kepatuhan penderita terhadap pengobatan atau berhenti bila

gejala penyakit tidak dirasakan lagi (Anugerah, 2007). Hal ini juga merupakan salah satu penyebab

tingginya angka kejadian TB di RW 01 dan tidak terlepas dari upaya penanganan dan

penanggulangan TB dari Puskesmas Cimanggis.

Upaya penanganan dan pemberantasan TB paru telah dilakukan oleh Puskesmas Cimanggis

berdasarkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS. Program TB di

Puskesmas Cimanggis yang sudah berjalan yaitu pelayanan langsung ke penderita TB di poli TB

dan mengingatkan penderita TB melalui pesan singkat apabila tidak mengambil obat pada waktu

yang telah ditentukan. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan

prioritas pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan diharapkan

menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara

terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB (Depkes, 2007).

Penderita TB yang berobat ke Puskesmas Cimanggis khususnya yang berasal dari Cisalak Pasar

diberikan obat dengan gratis. Seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat

secara lengkap dan teratur. Obat disediakan oleh pemerintah secara gratis di sarana pelayanan

kesehatan yang telah menerapkan strategi Dots (Directly Observed Tretment Short course) seperti

di Puskesmas, Balai pengobatan Penyakit Paru dan beberapa rumah sakit (Depkes, 2003).

Program TB yang sudah dicanangkan oleh Puskesmas Cimanggis dengan memberikan pengobatan

gratis ini juga kemungkinan belum terlalu diketahui oleh warga RW 01, sehingga banyak RW 01

yang tidak berobat. Program pemberantasan TB yang telah dilaksanakan melalui paket program,

namun di puskesmas belum secara efektif dapat menjangkau seluruh masyarakat atau penderita. Hal

ini sependapat dengan Helper, dkk (2009) juga mengemukakan bahwa sampai saat ini masih ada

anggota masyarakat yang belum mengetahui ada program pelayanan kesehatan TB paru gratis di

Puskesmas. Hasil survei prevalensi tuberculosis (2004) menunjukkan bahwa lebih dari 80 %

responden ternyata tidak mengetahui adanya program obat anti TB gratis dan hanya 19 % yang

Page 184: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

10

Universitas Indonesia

mengetahui adanya pemberian obat anti TB gratis (Depkes. 2004). Rendahnya pengetahuan ini akan

menghambat penderita TBC mencari pengobatan gratis atau menjadi penyebab putus berobat. Hal

ini juga yang meningkatkan angka kejadian TB khususnya di RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar,

Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Analisis Inhalasi Sederhana dan Batuk Efektif untuk Mengatasi Ketidakefektifan Bersihan

Jalan Napas

intervensi keperawatan unggulan yang diberikan berupa inhalasi sederhana dan batuk efektif. Sesuai

dengan Prince (2000) bahwa pengeluaran dahak dapat dilakukan dengan membatuk akan lebih

mudah dan efektif bila diberikan penguapan atau inhalasi sederhana.

Inhalasi sederhana adalah menghirup uap hangat dari air mendidih telah ditetesi minyak

penghangat, misalnya minyak kayu putih (Akhavani, 2005). Inhalasi merupakan salah satu cara

yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi

sederhana ini diberikan ke kakek A dengan tujuan mengencerkan sputum yang kental, susah

dikeluarkan oleh kakek A dan juga mengurangi sesak. Hal ini sejalan dengan Rasmin, dkk (2001)

yang menyatakan bahwa terapi inhalasi biasanya ditujukan umtuk mengatasi bronkospasme,

mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktivitas bronkus serta mengatasi infeksi. Penggunaan

terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),

tuberkulosis, fibrosis kistik, keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket,

pasien sesak nafas dan batuk. Kontraindikasi mutlak pada inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada

pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan (Rasmin dkk, 2001).

Teknik pemberian inhalasi sederhana yang diajarkan ke kakek A diadaptasi dari beberapa literatur

yaitu terlebih dahulu membuat corong dari sebuah kertas yang digulung, adalah cara yang baik

untuk menghirup uap dari mangkuk. kemudian menempatkan air mendidih dengan suhu 42oC -44

oC

dalam mangkuk, dihirup selama 10-15 menit dilakukan 2-4 kali sehari dan minyak kayu putih

ditambahkan ke air panas tersebut untuk meningkatkan efektifitas (Wong, 2008). Penelitian yang

dilakukan Singh (2004) bertujuan untuk menilai efek dari menghirup uap air panas dengan bantuan

sebuah alat yang dirancang untuk memberikan uap air panas ke rongga hidung. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa pemberian inhalasi sederhana efektif, akan tetapi penelitian lain terkait

pemberian inhalasi sederhana diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Handley, Abbott,

Beasley dan Gwaltney ( dalam Nuraeni, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian

inhalasi uap melalui hidung tidak berpengaruh pada pelepasan virus yang dilakukan pada kelompok

intervensi. Hal ini juga didukung oleh penyataan Karnaen (2011) bahwa penguapan secara

Page 185: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

11

Universitas Indonesia

tradisional atau inhalasi sederhana ini hanya berfungsi untuk melonggarkan saluran napas, bukan

untuk mengeluarkan lendir, karena bahan-bahan dalam minyak kayu putih yang terhirup melalui

uap air panas itu tidak mengandung zat penghancur lendir, sehingga tindakan inhalasi terbukti

kurang efektif untuk mengeluarkan dahak sehingga bersihan jalan napas menjadi efektif, sehingga

tindakan inhalasi sederhana dikombinasikan dengan batuk efektif untuk mengatasi ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada kakek A.

Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan dahak (Hudak & Gallo, 2000).

Batuk efektif ini juga merupakan bagian tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan

penapasan akut dan kronis (Kisner & Colby, 1999 dalam Nugroho 2011). Indikasi batuk efektif

adalah pada pasien seperti bronkitis kronik, asma, TB paru, pneumonia dan emfisema. Batuk efektif

ini diajarkan ke kakek A karena tidak terdapat kontraindikasi seperti yang dijelaskan oleh Wilson

(2006), dimana kontraindikasi batuk efektif adalah tension pneumotoraks, hemoptisis, gangguan

sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akut infark dan aritmia, edema

paru dan efusi yang luas.

Batuk efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan

gangguan saluran pernafasan. Teknik batuk efektif yang diajarkan ke kakek A merupakan tindakan

yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas. Caranya batuk efektif diadaptasi

dari Depkes (2007) adalah sebelum dibatukkan, klien dianjurkan untuk minum air hangat dengan

rasionalisasi untuk mengencerkan dahak namun minum air hangat ini diganti menjadi tindakan

inhalasi sederhana menggunakan minyak kayu putih dengan rasionalisasi untuk mengencerkan

dahak, setelah itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali, kemudian

setelah inspirasi yang ketiga, anjurkan klien untuk membatukkan dengan kuat (Depkes, 2007).

Terapi Inhalasi sederhana dan batuk efektif dilakukan selama 4 minggu dan diharapkan bersihan

jalan napas kakek A menjadi efektif yang ditandai dengan sesak berkurang atau hilang, mudah

mengeluarkan dahak, Respiratory Rate (RR) dalam rentang normal (20 kali/menit), tidak ada

penggunaan otot bantu napas, tidak ada retraksi dinding dada, dan bunyi napas ronchi berkurang

atau hilang (Wilkinson, 2012). Pemberian terapi inhalasi sederhana dan batuk efektif pada Kakek A

selama 4 minggu didapatkan evaluasi terakhir yaitu sesak sedikit berkurang, dahak menjadi encer

dan mudah dikeluarkan, dahak berwarna putih, jumlah dahak banyak, batuk sesekali, RR: 23

kali/menit, pemeriksaan paru didapatkan pada saat inspeksi dinding dada simetris, tidak ada

pembengkakan, tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak terdapat retraksi dinding dada dan

Page 186: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

12

Universitas Indonesia

tidak ada lesi. Auskultasi paru didapatkan ronchi basah kasar di semua lapang paru, suara napas

ronchi tanpa auskultasi, tidak ada wheezing, Hasil palpasi paru yaitu tactile fremitus dan perkusi

paru yaitu sonor.

Hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian, karena bersihan jalan

napas belum efektif yang ditandai masih ada sesak sedikit namun berkurang. Sesak yang berkurang

ini dikarenakan tindakan inhalasi sederhana bekerja langsung pada sumber pernapasan yaitu paru-

paru (Karnaen, 2011). Cara kerja inhalasi sederhana ini adalah uap masuk dari luar tubuh ke dalam

tubuh, dengan mudah akan melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli

(Buckle, 1999 dalam Nuraeni 2012). Inhalasi sederhana yang telah dilakukan kemudian dilakukan

batuk efektif seperti yang telah diajarkan ke kakek A yang merupakan tindakan yang dilakukan

untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas. Jumlah dahak yang dikeluarkan oleh kakek A disini

sudah banyak dan mudah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan efek teraupetik dari inhalasi sederhana

yang berguna untuk mengencerkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan dan berguna sebagai

ekspektoran alami dan penekan batuk (Crinion, 2007). Lendir yang encer kemudian dibatukkan agar

dahak yang keluar lebih banyak dan dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus

mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret (Subrata, 2006). Hal ini juga sependapat

dengan hasil penelitian Nugroho (2011) ada pengaruh sebelum dan sesudah batuk efektif terhadap

pengeluaran dahak pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Bunyi ronchi basah

kasar masih terdengar jelas di semua lapang paru tanpa auskultasi pun juga masih terdengar, hal ini

disebabkan akumulasi sekret di dalam paru masih sangat banyak. Hal ini membuktikan inhalasi

sederhana tidak terlalu efektif dalam pengeluaran sekret yang berlebihan sehingga hal ini masih

mempengaruhi frekuensi napas.

Frekuensi napas/ RR kakek A masih belum dalam rentang normal, namun RR sebelum diberikan

intervensi dan setelah diberikan intervensi mengalami penurunan. Penurunan RR/ frekuensi napas

pada kakek A sesuai dengan penelitian Nuraeni (2012) bahwa pemberian inhalasi sederhana dapat

menurunkan frekuensi napas walaupun tidak bermakna. Hal ini dikarenakan pelaksanaan inhalasi

sederhana hanya dilakukan satu kali selama sepuluh menit sedangkan penelitian Singh (2004)

dilakukan sebanyak empat kali sehari selama 10-15 menit. Hal ini juga sesuai dengan yang

dijelaskan dalam panduan inhalasi (Wong, 2008). Penelitian terbaru dengan menggunakan

arformoterol inhalation solution pada jenis nebulizer jet standar adalah 6 menit (Cipla, 2010),

sehingga inhalasi sederhana ini menjadi tidak bermakna yaitu dapat disebabkan oleh alat, tempat

yang digunakan dan prosedur yang kurang tepat.

Page 187: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

13

Universitas Indonesia

Keberhasilan inhalasi sederhana dan batuk efektif pada kakek A juga terlihat dengan tidak adanya

penggunaan otot bantu napas dan retraksi dinding dada, berbeda dengan sebelum dilakukan

intervensi. Hal ini dikarenakan sesak sudah berkurang sehingga tidak ada ada penggunaan otot

bantu napas ataupun retraksi dinding dada, sebagai usaha yang dilakukan oleh kakek A untuk

bernapas lebih efektif.

Tindakan inhalasi sederhana dan batuk efektif pada lansia ini hanya tidak seefektif seperti pada usia

muda. Hal ini dikarenakan berbagai perubahan fisik yang terjadi pada lansia yang meliputi

perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh. Salah satu diantaranya yaitu sistem

pernapasan. Perubahan sistem pernapasan pada lansia yaitu otot pernapasan kaku dan kehilangan

kekuatan, penurunan aktivitas silia jumlah udara pernapasan yang masuk keparu mengalami

penurunan, alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang kemampuan batuk berkurang,

sehingga pengeluaran sekret berkurang dan mengalami sumbatan atau obstruksi (Stanley, 2006).

Pemberian inhalasi sederhana dan batuk efektif ini tetap bermanfaat dan dapat diterapkan untuk

mengeluarkan dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak pada lansia, karena

inhalasi sederhana langsung bekerja pada paru-paru dan pada saat dibatukkan efektif tidak harus

menggunakan banyak tenaga. Selama pemberian terapi inhalasi sederhana menggunakan minyak

kayu putih tidak terdapat reaksi alergi ataupun komplikasi yang ditunjukkan oleh kakek A yang bisa

disebabkan oleh aerosol yang diberikan dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan

penyempitan pada saluran pernapasan (bronkospasme), disamping itu bahaya iritasi dan infeksi

pada jalan napas, terutama infeksi nosokomial juga dapat terjadi (Rab, 2000).

Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi ketidakefektifan Bersihan

Jalan Napas

Mahasiswa Menganjurkan posisi yang nyaman pada saat tidur dengan dua bantal dengan

rasionalisasi didapatkan posisi semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru dan mencukupi

kebutuhan oksigen sehingga memberikan kenyamanan. Hal ini dilakukan karena Kakek A masih

merasa sesak napas. Keefektifan posisi semi fowler dapat dilihat dari Respiratory Rates yang

menunjukkan angka normal yaitu 16-24x per menit pada usia dewasa (Ruth, 2002: 812). Wilkison

(1998 dalam Supadi, dkk 2008) bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan 45º

membuat oksigen didalam paru–paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran napas.

Hasil penelitian Setiawati (2008) menyatakan bahwa penggunaan posisi semi fowler dapat efektif

untuk mengurangi sesak napas pada klien TB.

Page 188: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

14

Universitas Indonesia

Selain pemberian posisi semi fowler, mahasiswa menganjurkan adanya tindak lanjut dan motivasi

dari petugas kesehatan yang bertugas di RW 01 termasuk kader-kader kesehatan yang sudah diberi

pelatihan terkait TB paru. Pemberian terapi inhalasi sederhana harus rutin dilakukan di rumah

selama 10-15 menit dilakukan 2-4 kali sehari di rumah dan kemudian batuk efektif. Memotivasi

keluarga kakek A untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Cimanggis sehingga mendapatkan

pengobatan.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis kasus kelolaan utama dengan implementasi tindakan keperawatan

inhalasi sederhana dan batuk efektif untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan napas diperoleh kesimpulan bahwa pemberian inhalasi sederhana dan batuk efektif

ini tetap bermanfaat dan dapat diterapkan untuk mengeluarkan dahak, menurunkan frekuensi napas,

dan mengurangi sesak pada lansia, karena inhalasi sederhana langsung bekerja pada paru-paru,

aman untuk segala usia dan tidak terdapat reaksi alergi yang ditunjukkan oleh klien serta pada saat

dibatukkan efektif tidak harus menggunakan banyak tenaga.

Mengacu kepada kesimpulan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan beberapa saran bagi

pihak yang terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut: kepada keluarga penderita TB

paru tetap memberikan motivasi kepada anggota keluarga untuk melakukan pengobatan dan tetap

melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga dan melakukan inhalasi sederhana dan batuk efektif

sebagai perawatan keluarga pada penderita TB. Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan

dan sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas dan

keluarga yang holistik bagi pasien TB paru. diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas

Cimanggis dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien TB paru tidak hanya di puskesmas

saja, tetapi bisa dilakukan kunjungan rumah bagi penderita TB paru. Karya ilmiah ini dapat

dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide untuk penelitian untuk mengetahui masalah

keperawatan lainnya yang bisa terjadi pada pasien dengan TB paru lansia dan tindakan efektif untuk

mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh penderita TB paru pada lansia.

6. Daftar Pustaka

Akhavani, M. A. (2005). Steam inhalation treatment for children. British Journal of General

Practice.

Bintarto. (2000). Pengantar geogarafi kota. Yogyakarta: LIP SPRING. Departemen Kesehatan.(2003). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI.

Page 189: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351532-PR-Andi Amalia.pdf · dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan

15

Universitas Indonesia

Departemen Kesehatan. (2007). Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis. (edisi 2). Jakarta:

Depkes RI.

Helper,M,. dkk. (2009). Faktor sosial budaya yang mempengaruhi ketaatan berobat penderita tb

paru. laporan penelitian. Pusat Penelitian Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan,

Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI.

Hidayati, R. (2009). Asuhan keperawatan pada tuberkulosis. Jakarta: Salemba Medika.

Hiswani. (2009). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Http://librarv.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009).

Hudak & Gallo. (2000). Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Hough, Alexandra. ( 2001 ). Physiotherapy in respiratory care: an evidence-based approach to

respiratory and cardiac management. Washington : Nelson Thornes.

Kemenkes. (2011). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI.

Kompas (2008). Tuberkulosis pada usia lanjut.

www.lipsus.kompas.com/jalanjalan/read/2008/10/19/13371682/Tuberkulosis.pada.Usia.Lanju

t. Juni, 15, 2013. Nugroho, A. Y. (2011). Batuk efektif dalam pengeluaran dahak pada pasien dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napas di instalasi rehabilitasi medik Rumah sakit Baptis kediri. Jurnal STIKES RS.

Baptis Kediri. Volume 4. No. 2 Desember 2011.

Nuraeni. (2012). Pengaruh steam inhalation terhadap usaha bernapas pada balita dengan

pneumonia di puskesmas Kebupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Depok: Program Magister

Ilmu Keperawatan, FIK UI.

Puskesmas Cimanggis. (2012). Profile kesehatan UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) Puskesmas Kec.

Cimanggis Th. 2012. Depok: Puskesmas Cimanggis.

Rab, T. (2000). Ilmu penyakit paru. (Ed Hipokrates). Jakarta: Qlintang S.

Rekawati. (2011). Bahan ajar kuliah epidemiologi. Depok: FIK UI.

Singh, M. (2004). Heated, humidified air for the common cold. Cochrame Database Syst. Rev (2):

CD001728.

Slamet, J.S. (2000). Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan medikal bedah. (edisi 8). Alih bahasa: Agung Waluyu.

Jakarta: EGC.

Stanhope, M and Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. The Mosby Year

Book. St Louis.

Wong, D. L., Hockenberry, & M., Wilson, D., Winkelsein, M., L., & Schwatrz, P. (2008). Buku

ajar keperawatan pediatrik. (edisi 6). (Monika Ester penterjemah). Jakarta: EGC.

World Health Organization. (2008). Indonesian Strategic Plan to Stop TB 2006-2010. Jakarta:

Depkes RI.

Yoga, T (2007). Diagnosis TB pada anak lebih sulit. Mediakom info sehat untuk semua:

Departemen Kesehatan.