aspek budaya dalam pemberian asi beliau mengajarkan banyak makna hidup. ayah, terimakasih atas...

121
ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN BUBULAK KOTA BOGOR TAHUN 2010 OLEH : RAYUNI FIRANIKA 106104003493 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2010 M

Upload: vuongphuc

Post on 27-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

KELURAHAN BUBULAK KOTA BOGOR TAHUN 2010

OLEH :

RAYUNI FIRANIKA

106104003493

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2010 M

Page 2: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

KELURAHAN BUBULAK KOTA BOGOR TAHUN 2010

Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk memenuhu persyaratan gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

RAYUNI FIRANIKA

106104003493

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2010 M

Page 3: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

KELURAHAN BUBULAK KOTA BOGOR TAHUN 2010

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

RAYUNI FIRANIKA NIM 106104003493

Jakarta, 18 Desember 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA

NIP. 132146260 NIP. 197812162009012005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH

JAKARTA 1432 H / 2010

Page 4: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH

JAKARTA

Jakarta, 18 Desember 2010

Penguji I

Hartiah Haroen, Skp, MNg

NIP. 196511271989032001

Penguji II

Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

NIP. 132146260

Penguji III

Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA

NIP. 197812162009012005

Page 5: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH

JAKARTA

Jakarta, 18 Desember 2010

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tien Gartinah, MN

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarifhidayatullah Jakarta

Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp.And

Page 6: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Rayuni Firanika

NIM : 106104003493

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan

Tahun akademik : 2006

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi

saya yang berjudul:

ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN

BUBULAK KOTA BOGOR TAHUN 2010

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sangsi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 18 Desember 2010

Rayuni Firanika

Page 7: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rayuni Firanika

Tempat/Tgl Lahir : Depok, 4 Juni 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kp. Pitara Rt/Rw 06/013 No. 113. Kel. Pancoran Mas

Kec.Pancoran Mas Depok 16436

Riwayat Pendidikan : 1. SDN Kemiri Muka III Depok (1994-2000)

2. SMPN 242 Jakarta Selatan (2000-2003)

3. SMAN 109 Jakarta Selatan (2003-2006)

4. Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta (2006-2010)

Page 8: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, 18 Desember 2010 Rayuni Firanika, NIM :106104003493 Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2010 xvii + 92 Halaman+ 5 Tabel + 1 Bagan + 5 Lampiran

ABSTRAK Ibu menyusui merupakan perilaku budaya dimana tidak terlepas dari pandangan budaya yang telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan yang bersangkutan (Swaswono & Meutia, 1998). Banyak penelitian yang telah dilakukan menyatakan budaya sebagai faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif. Dilain pihak, budaya juga berperan untuk mendukung kesehatan. Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang memperhatikan aspek budaya dalam pemberian ASI eksklusif dari ibu menyusui yang sudah berhasil dalam memberikan ASI eksklusif

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran aspek budaya dalam pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan teori “Sunrise Model’s” dari Leininger untuk melihat aspek budaya dalam pemberian ASI. Penelitian dilakukan di Kelurahan Bubulak Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Informan pada penelitian ini sebanyak 10 orang dengan rincian 3 orang sebagai informan utama 7 orang sebagai informan pendukung. Informan adalah ibu menyusui yang telah berhasil dalam memberikan ASI eksklusif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya yang mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah keterikatan keluarga dan sosial sebagai pemberi dukungan untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan, budaya yang tidak mendukung adalah adanya pantangan dan mitos pada pemberian ASI eksklusif. Perilaku ibu yang berhasil dalam pemberian ASI eksklusif dikarenakan dapat membedakan budaya yang dapat mendukung kesehatan ataupun memperburuk kesehatan yang tercermin dari pengambilan keputusan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya meskipun banyak mitos dan pantangan dalam ibu menyusui.

Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian mengenai aspek budaya dalam pemberian ASI eksklusif pada semua ibu yang tidak berhasil dalam pemberian ASI eksklusif. Kata Kunci: ASI eksklusif, budaya, Leininger Daftar bacaan : 57 Buku (1986-2010)

Page 9: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES

Undergraduated Thesis, November 18 2010 Rayuni Firanika, NIM : 106104003493 Cultural Aspects of Exclusive Breastfeeding in Kelurahan Bubulak, City of Bogor in 2010 xviii + 92 Pages + 5 Tables + 1 Figures + 5 Appendixes

Breastfeeding cultural behavior which is inseparable from cultural views that

have been passed down through the generations in the culture concerned (Swaswono & Meutia, 1998). Many studies have been done stating culture as inhibiting factors in exclusive breastfeeding. On the other hand, culture also plays a role to support health. For that we need a study that takes into account the cultural aspects of exclusive breastfeeding from nursing mothers who have succeeded in giving exclusive breastfeeding.

The purpose of this research is to know the description of cultural aspects in exclusive breastfeeding. This study uses the theory of "Sunrise Model's" from Leininger to see the cultural aspects of breastfeeding. The study was conducted in Kelurahan Bubulak Bogor City. This research is a qualitative research method of in-depth interviews and observation. Informants in this study as many as 10 people with the details of 3 people as key supported informanst 7 people as supporters. Informant is nursing mothers who have succeeded in giving exclusive breastfeeding. Maternal behaviors that succeed in exclusive breastfeeding due to cultural difference that can support their health or aggravate health as reflected by the decision to give exclusive breastfeeding their babies despite the many myths and taboos in nursing mothers.

Recommendation for further research on the cultural aspects of exclusive breastfeeding to all mothers who did not succeed in exclusive breastfeeding. Key word: Exclusive Breastfeeding; Culture, Leininger References: 57 Books (1986-2010)

Page 10: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Aspek

Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun

2010”. Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna

mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang

tak terhingga saya ucapkan kepada:

1. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan

Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi.

3. Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan dan Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan

motivasi.

4. Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA selaku Pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan motivasi.

Page 11: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

5. Ibunda dan ayahanda tercinta serta kakak dan adik tersayang terimakasih atas

doa dan dukungannya yang senantiasa mengiringi langkahku. Bundaku

tersayang, terimakasih untuk selalu menyelipkan namaku dalam setiap doamu.

6. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan

motivasi.

7. Segenap staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan

8. Segenap staff Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor.

9. Para informan dan ibu kader Kelurahan Bubulak yang telah membantu dalam

proses penelitian ini.

10. My anggel’s: redaksi harian Republika, dr.Erry & keluarga, para pembaca harian

Republika Agustus 2008, bapak Farid, staff BAZMA, especially alm. H.

Chuban Bustami, MM terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan

kepadaku hingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

11. Sahabat-sahabatku, sahabat PSIK ’06 terimakasih atas doa dan dukungannya.

12. Sahabat-sahabatku Neng-eneng tersayang Chucan, Uthie, Septy, Lulu, Nabila,

Ama, Yeni, Kiki, Erma terima kasih atas segala doa dan motivasinya.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses skripsi ini,

karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah swt. Semoga skripsi ini bisa

dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat. Amiin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 18 Desember 2010

Penulis

Page 12: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Skripsi ini terbuat atas dorongan orang-orang yang menyayangiku. Selalu memberikan motivasi, doa, serta inspirasi untuk

mengerjakannyalebih giat. Untuk Mama, Bapak, Kakakdan Adikku tercinta, jazakumullah,semoga Allah SWT merahmati kalian.

Satu nama yang sangat memotivasi ku dalam pembuatan skripsi ini. Beliau mengajarkan banyak makna hidup.

Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. Tepat satu tahun Allah SWT

menitipkanmu pada keluargaku. Satu tahun yang sangat menyenangkan dan mengesankan. Sarat akan makna dalam setiap kejadian. Ayah, ini satu langkah untuk menuju cita-cita besarku. I could draw you into my heart if your eyes weren’t closed to me

And i would draw you into the world behind the one you’ll see

Page 13: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 7

C. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 8

D. Tujuan.................................................................................. 8

1. Tujuan Umum ............................................................... 8

2. Tujuan Khusus .............................................................. 8

Page 14: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

E. Manfaat ................................................................................ 9

1. Bagi Peneliti ................................................................. 9

2. Untuk Profesi Keperawatan ........................................... 9

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................... 9

4. Bagi Puskesmas ............................................................. 9

F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI ...................................................................................... 11

1. Definisi ASI ................................................................... 11

2. Definisi Pemberian ASI Eksklusif .................................. 11

3. Alasan Pemberian ASI Eksklsusif sampai 6 Bulan .......... .. 12

4. Manfaat ASI ................................................................... 13

a. Manfaat bagi bayi ............................................... 14

b. Manfaat bagi ibu ................................................. 16

c. Manfaat bagi negara............................................ 17

B. Kebudayaan ......................................................................... 18

1. Definisi Kebudayaan ..................................................... 18

2. Ciri Kebudayaan............................................................ 19

3. Peran Kebudayaan terhadap Kesehatan .......................... 19

C. Konsepsi Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif

di Indonesia.......................................................................... 21

Page 15: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

D. Konsep Trancultural Nursing Leininger ............................... 23

1. Definisi Trancultural Nursing ....................................... 23

2. Paradigma Trancultural Nursing ................................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir ..................................................................... 34

B. Definisi Istilah ..................................................................... 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................. 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 36

C. Instrumen Penelitian............................................................. 36

D. Informan Penelitian .............................................................. 37

E. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................. 39

F. Validasi Data ....................................................................... 41

G. Tekhnik Analisis Data .......................................................... 42

H. Etika Penelitian .................................................................... 43

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Bubulak .................................. 44

B. Karakteristik Informan ......................................................... 46

1. Informan Utama ............................................................. 47

2. Informan Pendukung ...................................................... 48

Page 16: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

C. Gambaran Sosial dan Keterikatan Keluarga dalam

Pemberian ASI Eksklusif ..................................................... 49

1. Sumber Dukungan .......................................................... 49

a. Dukungan Keluarga ................................................. 50

b. Dukungan NonKeluarga .......................................... 52

2. Bentuk Dukungan ........................................................... 53

a. Dukungan Fisik ....................................................... 53

b. Dukungan emosoional ............................................. 54

c. Dukungan Informasional.......................................... 55

D. Gambaran Nilai Budaya dan Gaya Hidup

Masyarakat Bubulak............................................................. 56

1. Definisi ASI Eksklusif .................................................... 56

2. Menyusui merupakan hal yang alami .............................. 57

3. Memberikan makanan dan minuman pada bayi

di bawah umur enam bulan ............................................. 58

4. Mapas ............................................................................. 59

5. Pantangan dan anjuran .................................................... 60

6. Sikap terhadap budaya ................................................... 63

7. Perilaku terhadap budaya ................................................ 64

E. Faktor lain yang muncul ....................................................... 65

F. Hasil wawancara dengan informan pendukung(Kader) ......... 66

Page 17: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 69

B. Pembahasan ......................................................................... 69

1. Karakteristik Informan ................................................... 69

a. Suku ......................................................................... 69

b. Penghasilan keluarga ................................................ 70

c. Tinggal dekat ............................................................ 71

2. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ............................ 72

a. Sumber Dukungan ................................................... 72

b. Bentuk Dukungan .................................................... 75

3. Gambaran Nilai Budaya dan Gaya Hidup

Masyarakat Bubulak ....................................................... 78

4. Hasil Observasi .............................................................. 82

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 85

B. Saran ................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 87

LAMPIRAN

Page 18: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Definisi Istilah…..…………………………………………......

Pengumpulan data untuk uji coba pedoman wawancaradi

Kelurahan Kemiri Muka Depok…………………..…………...

Pengumpulan data penelitian di Kelurahan Bubulak Kota

Bogor…………………………………………………………..

Karakteristik Informan………………………………………..

Karakteristik Informan Pendukung…………………………...

35

38

38

48

49

DAFTAR BAGAN

Page 19: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Nomor

Bagan

Halaman

Bagan 2.3 Leininger’s Sunrise model…………………………………... 32

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin melakukan penelitian di Kelurahan Bubulak

Page 20: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

2. Penjelasan penelitian

3. Persetujuan menjadi informan

4. Data demografi informan

5. Pedoman Wawancara Mendalam

6. Lembar Observasi

7. Hasil Gambaran Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

Bubulak

BAB I

PENDAHULUAN

Page 21: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

A. Latar Belakang

ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi (Depkes, 2005).

ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi

dalam segala suasana yang diperlukan (Solihin, 2000). Kandungan dalam ASI

terdapat zat pembangun (protein, mineral), zat pengatur (vitamin, mineral,

protein, air) dan zat tenaga (hidrat arang, lemak) (Sastroamidjojo, 1992).

ASI memberikan perlindungan dari berbagai macam penyakit. Penelitian yang

dilakukan oleh University of Minnesota Cancer Center tahun 2003 yang dikutip

oleh Handajani dan Suradi (2004), menyatakan bahwa resiko bayi yang mendapat

ASI untuk terkena Leukemia (kanker darah), turun sampai 30% bila dibandingkan

dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Penelitian lain dari Filipina tahun 2002

menegaskan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif serta dampak negatif

pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare.

Seorang bayi berusia di bawah enam bulan yang diberi air putih, teh, atau

minuman herbal lainnya beresiko terkena diare dua sampai tiga kali lebih banyak

dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif (Linkages, 2002).

ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit. Bayi yang

diberi ASI lebih sedikit kemungkinannya untuk mengidap penyakit-penyakit

seperti radang paru-paru, diare, infeksi telinga dan beberapa infeksi lainnya yang

disebabkan oleh kuman. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila

mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan otak bayi serta dapat

Page 22: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

mengurangi timbulnya penyakit lainnya seperti asma, kanker, kencing manis dan

obesitas (Harmsway, 2002). Anak yang tidak diberi ASI eksklusif mempunyai

kemungkinan lebih besar menderita kekurangan gizi dan obesitas, serta ketika

dewasa lebih mudah terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi,

dan diabetes (Amiruddin dan Rostia, 2006)

Berdasarkan penelitian akan pentingnya pemberian ASI eksklusif, World

Health Organization (WHO) (2001) mengubah rekomendasi mengenai lamanya

pemberian ASI eksklusif dari empat bulan pertama kelahiran bayi menjadi enam

bulan. Dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF) WHO

merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia

dua tahun, yaitu: 1) Memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi

menyusui dini dalam satu jam setelah lahir, 2) Menyusui secara eksklusif sejak

lahir sampai umur enam bulan, 3) Mulai memberi makanan pendamping ASI

(MP-ASI) yang bergizi sejak bayi berusia enam bulan, dan 4) Meneruskan

menyusui sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Dalam agama Islam durasi

pemberian ASI disebutkan dalam Firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 233:

لھ والوالدات یرضعن أوالدھن حولین كاملین لمن أراد أن یتم الرضاعة وعلى المولود

ف نفس إال وسعھا ال تضآر والدة بولدھا وال مولودلھ رزقھن وكسوتھن بالمعروف ال تكل

ما بولده وعلى الوارث مثل ذلك فإن أرادا فصاال عن تراض منھما وتشاور فال جناح علیھ

دكم فال جناح علیكم إذا سلمتم مآءاتیتم بالمعروف واتقوا اهللا وإن أردتم أن تسترضعوا أوال

)233(واعلموا أن اهللا بما تعملون بصیر

Page 23: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah

memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang

tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang

ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,

dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih

(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka

tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang

lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmiati dan Besral (2008)

menyebutkan durasi pemberian ASI sangat berpengaruh terhadap ketahanan

hidup. Pemberian ASI dengan durasi empat sampai lima bulan dapat

meningkatkan ketahanan hidup bayi 2,6 kali lebih baik daripada durasi kurang

dari empat bulan, pemberian ASI dengan durasi enam bulan atau lebih dapat

meningkatkan ketahanan hidup bayi 33,3 kali lebih baik dari pada durasi kurang

dari empat bulan.

Menyikapi pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah

menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan

pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak

dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis.

Page 24: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Ditinjau dari manfaat keunggulan ASI, sangat disayangkan jika ibu yang baru

melahirkan tidak memberikan ASI secara eksklusif atau bahkan menghentikan

sama sekali pemberian ASI kepada bayinya. Meskipun menyusui sudah menjadi

budaya Indonesia, namun upaya meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI

eksklusif masih diperlukan karena pada kenyataannya praktek pemberian ASI

eksklusif belum terlaksana sepenuhnya.

Cakupan ASI di Indonesia belum mencapai angka yang diharapkan yaitu

sebesar 80%. Berdasarkan SDKI tahun 2007, bayi berumur di bawah lima tahun

sebesar 32% yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan, dan angka ini

lebih rendah dibandingkan laporan pada SDKI 2002-2003 yaitu sebesar 40%.

Dengan adanya penurunan persentase pemberian ASI eksklusif pada SDKI tahun

2007 dibandingkan tahun 2002-2003, dapat berpengaruh terhadap kualitas sumber

daya manusia pada masa yang akan datang dan berdampak pada status kesehatan

masyarakat, yang mana dapat memungkinkan terjadinya peningkatan angka

kesakitan dan kematian pada bayi.

Menurut SDKI tahun 2007, di daerah Jawa Barat proporsi Anak yang diberi

ASI dalam satu jam setelah lahir adalah 46,9% dan yang diberi ASI dalam satu

hari pertama sejak lahir 60,2%. Mengenai median lamanya pemberian ASI

eksklusif di Jawa Barat adalah 1,2 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman

dan makanan pendamping ASI sudah mulai diberikan secara dini daripada yang

dianjurkan. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang tingkat pencapaian

cakupan ASI eksklusif masih cukup rendah. Pada tahun 2007 angka cakupan ASI

di kota ini sebesar 16,28%. Kelurahan Bubulak merupakan salah satu kelurahan

Page 25: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

dari wilayah UPTD Puskesmas Sindang Barang. Di tahun 2009, angka cakupan

ASI eksklusif di Puskesmas ini masih cukup rendah yaitu sebesar 25.8% (Dinkes

Kota Bogor, 2009).

Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI,

pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung

program peningkatan penggunaan ASI, gencarnya promosi susu formula, rasa

percaya diri ibu yang masih kurang, rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat

ASI bagi bayi dan dirinya (Depkes RI, 2005; Roesli, 2008).

Sistem sosial, budaya dan kebudayaan merupakan bagian dari kerangka

budaya. Budaya atau kebudayaan merupakan keseluruhan dari kekuatan dan hasil

kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatnya dengan

belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat

(Kuntjaraningrat, 2002). Selanjutnya E.B Taylor (1897) mengungkapkan dalam

Widyosiswoyo, kebudayaan sebagai suatu keseluruhan yang kompleks, yang di

dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat.

Kebudayaan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

manusia. Manusia yaitu individu, keluarga, atau kelompok yang memiliki nilai-

nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan

melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan

untuk mempertahankan kebudayaan pada setiap saat di mana pun dia berada.

Page 26: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Leininger (2002) membagi dimensi sosial budaya menjadi 7 faktor, yaitu: 1)

faktor teknologi, 2) faktor religius dan falsafah hidup, 3) faktor sosial dan

keterikatan keluarga, 4) nilai-nilai budaya dan cara hidup, 5) faktor kebijakan dan

peraturan yang berlaku, 6) faktor ekonomi, dan 7) faktor pendidikan. Faktor-

faktor tersebut mempengaruhi perilaku kesehatan.

Menurut Leininger dalam kehidupan bermasyarakat setiap anggota keluarga

mempunyai peran dan tanggung jawab dalam melakukan interaksinya mempunyai

keterbatasan yang dilandasi tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.

Perbedaan dan kekhususan adanya peran yang beragam dalam keluarga

menunjukkan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi

dalam keterikatan keluarga.

Kebudayaan berperan terhadap perilaku kesehatan individu maupun kelompok

masyarakat. Kebudayaan dapat menopang perilaku kesehatan maupun dapat

memperburuk kesehatan. Begitupun dengan perilaku pemberian ASI eksklusif

yang tidak terlepas dari pandangan budaya yang telah diwariskan turun-temurun

dalam kebudayaan yang bersangkutan (Swaswono & Meutia, 1998). Ibu

menyusui merupakan suatu praktek budaya, dimana terdapat norma-norma

perilaku yang berbeda dalam budaya.

Banyak penelitian yang telah dilakukan melihat budaya dalam pemberian ASI

eksklusif sebagai hal yang berkontribusi dalam faktor kegagalan. Seperti

penelitian Yulfira dkk (1998) yang mengatakan bahwa faktor sosial budaya

merupakan faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif dengan pemberian

madu, pisang pada bayi dibawah enam bulan.

Page 27: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Dilain pihak budaya juga dapat menjadi faktor keberhasilan dalam pemberian

ASI eksklusif. sebagaimana sifat budaya yang dapat memperburuk kesehatan dan

mendukung kesehatan. Seperti penelitian yang telah dilakukan di Skandinavia

oleh Perez-Escamilla et. Al (1993) melihat masyarakat secara tradisional dapat

memberikan pengaruh yang baik dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan adanya

studi tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana ibu menyusui dapat berhasil

dalam pemberian ASI secara eksklusif dan mengabaikan faktor budaya yang tidak

mendukung kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Menyikapi pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah

menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan

pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak

dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis.

Ditinjau dari manfaat keunggulan ASI, sangat disayangkan jika ibu yang baru

melahirkan tidak memberikan ASI secara eksklusif atau bahkan menghentikan

sama sekali pemberian ASI kepada bayinya. Meskipun menyusui sudah menjadi

budaya Indonesia, namun upaya meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI

eksklusif masih diperlukan karena pada kenyataannya praktek pemberian ASI

eksklusif belum terlaksana sepenuhnya. Seperti di Kelurahan Bubulak angka

cakupan ASI eksklusif sebesar 25,8 % yang belum mencapai angka yang

diharapkan sebesar 80%.

Page 28: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Kebudayaan berperan terhadap perilaku kesehatan individu maupun kelompok

masyarakat. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa faktor budaya memberikan

kontribusi terhadap rendahnya angka cakupan ASI eksklusif, di lain pihak budaya

juga berperan untuk mendukung kesehatan. Untuk itu diperlukan suatu penelitian

yang memperhatikan aspek budaya dalam pemberian ASI eksklusif dari ibu

menyusui yang sudah berhasil dalam memberikan ASI eksklusif dan

mengabaikan faktor budaya yang tidak mendukung kesehatan.

C. Pertanyaan penelitian

a. Bagaimana faktor sosial dan keterikatan keluarga dalam pemberian ASI

eksklusif di Kelurahan Bubulak kota Bogor?

b. Bagaimana nilai budaya dan cara hidup dalam pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Bubulak kota Bogor?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aspek budaya dalam

pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran faktor sosial dan keterikatan keluarga dalam

pemberian ASI eksklusif.

b. Mengidentifikasi gambaran nilai budaya dan cara hidup dalam pemberian

ASI eksklusif.

Page 29: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti

untuk melakukan penelitian lain pada masa yang akan datang.

2. Untuk profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan wawasan

keilmuan keperawatan anak dalam mengembangkan program pembelajaran

keperawatan anak, khususnya dalam pemberian ASI eksklusif sebelum

melakukan intervensinya, perawat dapat mempertimbangkan aspek budaya

dari ibu menyusui.

3. Untuk penelitian selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan

penelitian lain dengan ruang lingkup yang sama.

4. Bagi Puskesmas

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat pada

pihak puskesmas untuk meningkatkan program pemberian ASI eksklusif.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang tujuannya

untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang aspek budaya dalam

pemberian ASI eksklusif. Informan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang

mempunyai bayi berumur 6-12 bulan dan telah berhasil dalam pemberian ASI

Page 30: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

eksklusif.. Informan yang dipilih adalah yang berdomisili di wilayah kelurahan

Bubulak, kota Bogor. Tipe keluarga Informan adalah keluarga besar (extended

family). Penelitian ini dilakukan pada bulan Novermber 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 31: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

A. ASI

1. Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling sempurna untuk

bayi karena didalamnya terkandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2002; WHO, 2003).

Sedangkan, menurut Soetjiningsih (1997) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi

lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi

oleh kedua belah kelanjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi.

ASI merupakan makanan pilihan utama untuk bayi, menyusui memberi

banyak keuntungan baik dalam hal nutrisi, imunologi dan psikologis (Bobak,

2005).

2. Definisi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Roesli (2004) ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI

secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan

tim.

Menurut WHO (2006) pengertian pemberian ASI eksklusif adalah bayi

hanya diberikan ASI saja, baik secara langsung ataupun tak langsung

(diperah). Secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal sebagai

berikut: yaitu hanya ASI saja sampai umur enam bulan dimana menyusui

dimulai tiga puluh menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan

Page 32: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

makanan prelaktal seperti air gula atau air tajin kepada bayi baru lahir.

Menyusui sesuai kebutuhan bayi, memberikan kolostrum kepada bayi,

menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal), termasuk pemberian ASI pada

malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin/mineral dan obat dalam

bentuk drops atau sirup.

Berbagai definisi mengenai pola menyusui menurut WHO (2006) adalah

sebagai berikut:

“Breastfeeding: the child has received breast milk direct from the breast or “exclusive breastfeeding: the infant has received only breastmilk direct from the mother or a wet nurse, or expressed breast milk, no other liquids or solids with the exception of drops or syrups consisting of vitamins, mineral supplements, or medicines. Predominant breastfeeding: the infant’s predominant source of nourishment has been breast milk. However, the infant may also have received water and water based drinks (sweetened an flavored water, teas, infusion, etc) fruit juice; oral rehydration salt solution (ORS), DROPS and syrup froms of vitamins, minerals and medicines, and ritual fluids (in limited quantities). With the exception of fruit juice and sugar water, no food based fluid is allowed under this definition.”

3. Alasan Pemberian ASI Eksklusif sampai Enam Bulan

ASI sangat cocok diberikan pada bayi karena (Linkages, 2002): (a) ASI

mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh

kembang sampai umur enam bulan. Bayi yang mendapat makanan lain,

misalnya makanan lumat atau pisang hanya akan mendapat banyak

karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang dan anak lebih

mudah menderita kegemukan dengan segala akibatnya. (b) Bayi dibawah usia

enam bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna, sehingga

belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa

enzim yang memudahkan pemecahan makanan. (c) Ginjal bayi yang masih

Page 33: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan mengandung

mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada

bayi, misalnya zat warna dan pengawet. (e) Makanan tambahan bagi bayi

yang muda mungkin menimbulkan alergi (Perinasia, 2003).

4. Manfaat ASI

ASI merupakan makanan ideal dengan komposisi yang tepat serta

disesuaikan dengan kebutuhan bayi (Depkes, 2002). ASI juga mengandung

nutrien-nutrien khusus yang diperlukan untuk pertumbuhan otak manusia.

Nutrien ini sedikit atau tidak didapati sama sekali pada susu sapi, antara lain

taurin suatu bentuk zat putih telur (protein) yang hanya terdapat pada ASI

yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel otak (Perinasia,

2003).

Asam lemak ikatan panjang merupakan asam lemak utama ASI (70%)

yang hanya sedikit sekali didapatkan pada susu sapi. Asam lemak ikatan

panjang ini penting untuk pertumbuhan otak dan jaringan saraf. Laktosa

merupakan zat hidrat arang utama ASI untuk perkembangan saraf pusat.

Dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif

selama enam bulan akan optimal dengan kualitas prima. Berikut ini berbagai

manfaat dari ASI:

a. Manfaat bagi bayi

Page 34: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang

dirasakan, berikut manfaat bagi bayi:

1) ASI sebagai nutrisi, ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal

dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,

baik kualitas maupun kuantitasnya (Suharyono, 1992; Roesli, 2004;

Perinasia, 2003).

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Bayi yang baru lahir secara

alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya

melalui plasenta, namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun

segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat

kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada

waktu berusia sekitar sembilan sampai dua belas bulan. Pada saat itu

zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk badan bayi belum

mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.

Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI,

karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang

akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,

parasit dan jamur (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

3) ASI meningkatkan kecerdasan karena ASI mengandung nutrien

khusus yang diperlukan otak bagi bayi agar tumbuh optimal, nutrien-

nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit sekali

Page 35: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

terdapat pada susu sapi, nutrien tersebut adalah: taurin, laktosa, asam

lemak ikatan panjang (AA, DHA, omega-3, omega-6). Mengingat hal

tersebut, pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif

selama enam bulan akan tumbuh optimal dengan kualitas yang optimal

pula (Roesli, 2000; Perinasia, 2003; Suradi, 2004).

4) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering

berada dalam dekapan ibunya karena menyusu akan merasakan kasih

sayang ibunya. Ia akan merasa aman dan tenteram, terutama karena

masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak

dalam kandungan. Perasan terlindungi dan disayang inilah yang

menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian

yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Suharyono, 1992;

Roesli, 2004; Perinasia, 2003; Suradi, 2004).

5) ASI mengurangi kejadian karies dentis. Insiden karies dentis pada bayi

yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding dengan yang

mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot

terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak

dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan

merusak gigi. Kecuali itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang

tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis (Perinasi, 2003).

Page 36: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

6) ASI mengurangi kejadian maloklusi. Salah satu penyebab maloklusi

rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat

menyusu dengan botol dan dot (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

b. Manfaat bagi ibu

Manfat ASI bagi ibu dapat:

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Pada ibu yang menyusui

terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk meningkatkan

konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih

cepat berhenti, mengurangi perdarahan sehingga mengurangi

kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena

kekurangan besi. Hal ini akan menurunkan angka kematian Ibu

melahirkan (Roesli 2004; Perinasia 2003; Suradi, 2004).

2) Menjarangkan kehamilan, menyusui merupakan cara kontrasepsi yang

aman, murah dan cukup berhasil. Hal ini terjadi melalui mekanisme

hormon untuk ovulasi sehingga terjadi Lactational Amenorrhea

(LAM). Selama LAM memberikan efek pencegahan yang baik

terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan (Roesli, 2004; Nindya,

2001; Perinasia, 2003; Suradi, 2004). Ibu memberi ASI eksklusif dan

belum haid, 98% akan tidak hamil pada enam bulan pertama setelah

melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia dua belas

bulan (Roesli, 2004). Mengecilkan rahim, kadar oksitosin ibu

Page 37: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim akan kembali

ke ukuran sebelum hamil (Roesli, 2004).

3) Lebih cepat langsing kembali, oleh karena menyusui memerlukan

energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun

selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan

lebih cepat kembali keberat badan sebelum hamil (Roesli, 2004).

4) Tidak merepotkan dan menghemat waktu (Roesli, 2004).

5) Lebih ekonomis dan murah (Roesli, 2004).

6) Praktis dan mudah dibawa kemana-mana. ASI dapat diberikan dimana

saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/minum serta dalam

suhu yang selalu tepat (Roesli, 2004).

c. Manfaat ASI bagi negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor

protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi

yang dapat menurunkan angka kematian bayi. Beberapa penelitian

epidemiologis menyebutkan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari

penyakit infeksi (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Anak yang mendapat ASI

lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat

susu formula (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula (Roesli, 2004;

Perinasia, 2003).

Page 38: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. Anak yang hanya

mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga

kualitas penerus bangsa akan terjamin. (Roesli, 2004; Perinasia,

2003).

B. KEBUDAYAAN

1. Definisi Kebudayaan

Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan itu keseluruhan dari

kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang

harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam

kehidupan masyarakat. Kata culture (bahasa Inggris) dari kata colore

(Yunani), berarti mengubah, mengerjakan, terutama dalam hal mengolah

tanah atau bertani, berkembang menjadi culture yang berarti segala daya dan

aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Taylor (1987) dalam Widyosiswoyo, kebudayaan merupakan keseluruhan

yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang

didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo

Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,

rasa, dan cipta masyarakat.

Page 39: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Menurut Leininger (2002) budaya adalah norma atau tindakan dari

anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberikan petunjuk

dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

2. Ciri kebudayaan

Adapun ciri dari kebudayaan menurut George M Foster (1986):

a. Nilai dan norma dalam unsur kebudayaan jadi acuan kehidupan.

b. Menjadi kebiasaan sehari-hari.

c. Senang dapat pujian atas kepatuhan berbudaya.

d. Ikhlas mendapat hukuman atas kesalahan berbudaya.

e. Menolak nilai dan norma serta keorganisasian intervensi budaya asing.

f. Menerima perubahan kebudayaan dari ide bersama.

g. Menerima perubahan kebudayaan dari mencontoh atau meminjam

kebudayaan suku bangsa lain sepanjang dipandang tidak merusak

kebudayaan.

3. Peran Kebudayaan terhadap Kesehatan

1. Kebudayaan dapat menopang upaya kesehatan

a. Menanamkan nilai dan norma serta keorganisasian (kelembagaan)

kesehatan yang benar dan fleksibel (sosialisasi).

b. Memperkaya ide, aktivitas sosial, serta materi budaya dalam

masyarakat tentang kesehatan, penyakit dan penyembuhannya

(pengembangan dan sinkronisasi).

c. Memperluas pengetahuan dan implementasi ajaran agama di bidang

kesehatan (penggalian dan aplikasi ajaran agama).

Page 40: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

d. Meningkatkan inovasi (uji coba dan implementasi) ilmu pengetahuan

dan teknologi masyarakat dalam mengenali penyakit, penyebab dan

penyembuhannya (validitas dan reliabilitas).

e. Mengupayakan keterjangkauan biaya obat oleh rakyat (nilai ekonomi).

f. Menjaga jangann sampai resistensi atas obat (modern dan tradisional)

yang relevan.

g. Konsisten menjalankan tindakan hukum bagi pelanggar regulasi

kesehatan.

Dari uraian tersebut, memperlihatkan bahwa kesehatan memerlukan

dukungan kebudayaan idea, aktivitas sosial, serta materi kebudayaan dari segi

agama, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, keorganisasian sosial

masyarakat, bahasa dan komunikasi, serta kesenian masyarakat. Terutama

adalah penggunaan kebiasaan hidup masyarakat untuk mensukseskan upaya

kesehatan baik pendekatan modern maupun tradisional.

2. Kebudayaan dapat memperburuk kesehatan

a. Nilai dan norma dalam unsur universal kebudayaan dapat merusak

kesehatan.

b. Kebudayaan medis modern tidak terterima masyarakat pendukung

suatu kebudayaan.

c. Kebudayaan medis modern tidak mengapresiasi nilai medis tradisional

yang efektif.

d. Biaya pengobatan tidak terjangkau masyarakat pengguna jasa.

Page 41: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

e. Tidak adanya asuransi kesehatan bagi pengguna obat atas kesalahan

penyembuh atau lembaga pengembangan kesehatan.

f. Dampak penggunaan teknologi kehidupan yang tidak terkendalikan.

Dari uraian di atas jelas bahwa kebudayaan sangat menentukan maju

mundurnya sistem kesehatan dalam upaya menjaga dan meningkatkan

kualitas kesehata di masyarakat, bangsa maupun dunia internasional.

Kemauan untuk berkolaborasi yang didasarkan kepada keterukuran efektifivas

dalam upaya kesehatan menjadi suatu keharusan.

C. Konsepsi Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi

budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan

pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh,

pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun medis dianjurkan

selama dua tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat

sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur enam bulan. Sesuai disertasi oleh Maas

(2004), bahwa pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin memberikan

nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu dan didiamkan

selama satu malam) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka

percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk

bayi.

Kebiasaan masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi

sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula

Page 42: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, teh

manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (Maas, 2004).

Demikian pula halnya dengan pembuangan kolostrum (ASI yang pertama kali

keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, kolostrum ini dianggap sebagai susu

yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang

kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa kolostrum dapat

menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, kolostrum

sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi. Walaupun pada

masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang

besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi

permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis

sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.

Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini

disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik

pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat

Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan

laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang

menyusui untuk memakan telur. Adanya pantangan makanan ini merupakan

gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang

dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah,

udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau

dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan keseimbangan

unsur-unsur tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi makanan atau

Page 43: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

menjalani pengobatan yang bersifat lebih "dingin" atau sebaliknya. Pada,

beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya dipandang

dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus memakan makanan yang "panas" dan

menghindari makanan yang "dingin". Hal sebaliknya harus dilakukan oleh ibu

yang sedang hamil (Reddy, 1990).

D. Konsep Transcultural Nursing Leininger

1. Definisi Transcultural nursing

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada

proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan

dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit

didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini

digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau

keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Konsep dalam transkultural nursing:

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak

dan mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih

diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu

tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang

optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan

Page 44: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan

asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan

tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang

datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap

bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang

dimiliki oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya

yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada

mendiskreditkan asal muasal manusia.

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi

pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan

kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,

menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-

orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,

dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya

kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk

meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,

mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada

Page 45: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi

kehidupan manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui

nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,

mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok

untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,

hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan

untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang

lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi

daripada kelompok lain.

2. Paradigma Transcultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural

sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam

terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya

terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan

dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-

nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan

pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia

memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap

saat dimana pun dia berada.

Page 46: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam

mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan

merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya

yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat

yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat

mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat

dalam rentang sehat-sakit yang adaptif.

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang

mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.

Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien

dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan

yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam

atau diciptakan oleh manusia seperti daerah khatulistiwa, pegunungan,

pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir

tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.

Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang

berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke

dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu

harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan

tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol

Page 47: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,

seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar

belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan

individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam

asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,

mengakomodasi/negosiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien

(Leininger, 1991).

Pengkajian klien sesuai dengan latar belakang budaya yang dirancang

berdasarkan tujuh dimensi sosial budaya yang ada pada “Sunrise Model

Theory” yaitu:

a. Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau

mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan

kesehatan. Keterpaparan ibu terhadap media massa baik media cetak

maupun media elektronik mempunyai pengaruh terhadap perilaku

pemberian ASI. Dengan kebiasaan membaca surat kabar atau majalah

serta kebiasaan mendengar siaran radio dan mengikuti acara televisi

kemungikanan besar ibu memiliki pengetahuan yang benar tentang tata

cara pemberian ASI yang benar (Kasnodiharjo, 1998).

Page 48: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Promosi dalam bentuk iklan berfungsi dalam merangsang perhatian,

persepsi, sikap dan perilaku sehingga dapat menarik konsumen untuk

menggunakan suatu produk. Pada saat media massa berkembang seperti

sekarang ini, promosi melalui media massa merupakan kekuatan besar

dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Misalnya, beberapa studi di

Bogor menunjukkan iklan merupakan sumber informasi utama dalam

berbelanja susu formula bayi oleh ibu rumah tangga (65%) (Tresnawati,

1997 dalam Dodik ).

b. Faktor religi dan falsafah hidup (religious dan philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang

realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat

kuat untuk menempatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan di atas

kehidupannya sendiri. Emosi keagamaan mendorong orang untuk berlaku

serba religi. Kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata

kelakuan yang baku disebut dengan upacara keagamaan atau religious

ceremony atau rites (Koenjtaraningrat, 1992). Faktor religi yang dikaji

meliputi: agama yang dianut, apakah ada ritual agama klien yang

berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Menurut Friedman (1998) dalam kehidupan bermasyarakat setiap

anggota keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab dalam melakukan

interaksinya mempunyai keterbatasan yang dilandasi tanggung jawab

masing-masing anggota keluarga. Perbedaan dan kekhususan adanya

Page 49: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing-masing anggota

keluarga mempunyai peran dan fungsi dalam keterikatan keluarga. Faktor

yang dikaji meliputi: tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam

keluarga, dukungan apa saja yang diberikan keluarga dalam hal pemberian

ASI eksklusif.

Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada

prinsipnya adalah suatu kegiatan yang bersifat emosional maupun

psikologi yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI

(Roesli, 2004). Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau

penyuluhan tetang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya

ketika ia harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan harmonis dalam

keluarga akan sangat mempengaruhi lancarnya proses laktasi (Lubis,

2002).

Peningkatan peran suami berupa perhatian kepada istri sangat

dibutuhkan suatu proses dalam produksi ASI yaitu reflek oksitosin.

Pikiran ibu yang positif akan merangsang kontraksi otot sekeliling

kelenjar alveoli hingga mengalirkan ASI ke duktus laktiferus kemudian

diisap oleh bayi (Roesli, 2004).

Depkes (1999) juga menyebutkan suami, kelurga dan masyarakat

memberi dukungan psikososial bagi ibu yang menyusui. Penelitian

Asmijati (2000) di Tangerang mendapatkan ada hubungan antara

dukungan keluarga/masyarakat dengan pemberian ASI eksklusif

responden yang mendapatkan dukungan keluarga/masyarakat 4,70 kali

Page 50: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

lebih besar dalam pemberian ASI eksklusif dari pada responden yang

tidak mendapatkan dukungan keluarga/masyarakat.

d. Nilai-nilai budaya dan cara hidup (cultural values and lifeways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan

oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma

budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas

pada penganut yang terkait. Hal yang dikaji meliputi: apakah klien punya

pantangan makanan/minuman yang berkaitan dengan menyusui,

bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan turun-temurun

mengenai menyusui.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan litas budaya

(Andrew and Boyle, 1995). Di Indonesia pemberian ASI eksklusif

disesuaikan dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36

tentang kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan

air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas

indikasi medis.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Pemanfaatan sumber-sumber material yang dimiliki dalam perilaku

kesehatan atau perawatan. Hal yang dapat dikaji meliputi: penghasilan

Page 51: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

keluarga, bagaimana keluarga memanfaatkan sumber-sumber material

dalam perilaku menyusui.

g. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar pendidikan individu menjadi pengalaman dalam menempuh jalur

pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu

maka keyakinan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap

budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang dapat dikaji

meliputi: tingkat pendidikan ibu serta kemampuannya untuk belajar aktif

mandiri tentang perilaku menyusui.

Menurut hasil penelitian Soeparmanto (2006) ibu-ibu yang tamat SD

mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan

dengan ibu yang tidak tamat SD. Ibu-ibu yang tidak tamat SLTP atau

SLTA mempunyai kemungkinan menyusui secara eksklusif 4 kali

dibandingkan ibu-ibu yang tidak tamat SLTP atau SLTA.

Dalam beberapa budaya, menyusui adalah praktek tradisional. Banyak

sekali pandangan mengenai praktek menyusui khususnya dalam

pemberian ASI eksklusif. Faktor sosial budaya dapat mempengaruhi

perilaku menyusui. Faktor sosial budaya memberikan pandangan terhadap

perilaku menyusui dimana akan mempengaruhi perilaku dan perawatan

individu terhadap kesehatan. Perilaku kesehatan ini akan mempengaruhi

kesejahteraan individu, kelompok, masyarakat dan institusi dalam sistem

kesehatan (Margaret, 2003).

Page 52: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Bagan. 2.3 Leininger’s Sunrise model to depict Theory of Cultural Care diversity

and Universality. (Leininger, 2001)

E. Penelitian terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hibah Osman, Lama El Zen dan Livia Wick

dengan judul “Cultural Belief that may Discourage Breastfeeding amoung

Page 53: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Lebanon Women” menunjukkan terdapat kepercayaan budaya yang berpotensi

menghambat perilaku menyusui pada perempuan Libanon sekitar 24%.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara melalui

telepon dengan responden sebanyak 353 ibu menyusui.

2. Penelitian yang dilakukan Liqian Qiu, Yun Zhao,Colin w binns, Andy H Lee,

Xing Xie dengan judul “A Cohort Study of Infant Feeding Practice in City

Suburban and Sosial Areas in Zhejian Province PR China 2005”

menggunakan metode studi kohort longitudinal menunjukkan pemberian ASI

eksklusif di kota lebih rendah dibandingkan dengan di desa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Higgins (2000) yang berjudul “Puertorican

Culture Beliefs; Influence Infant breastFeeding Practices in Western

Newyork” dengan metode kualitatif pendekatan ethnonursing menunjukkan

keterikatan keluarga dan budaya yang diwariskan turun temurun

mempengaruhi praktek pemberian menyusui. Penelitian ini dilakukan oleh 15

informan yaitu 10 informan kunci dan 5 informan umum.

Page 54: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Aspek budaya dalam perilaku menyusui ASI eksklusif dapat diketahui melalui

dimensi sosial budaya dalam teori yang dikemukakan oleh Leininger. Leininger

(2002) membagi dimensi sosial budaya menjadi 7 faktor, yaitu: 1) faktor

teknologi, 2) faktor religius dan falsafah hidup, 3) faktor sosial dan keterikatan

keluarga, 4) nilai budaya dan cara hidup, 5) faktor kebijakan dan peraturan yang

berlaku, 6) faktor ekonomi, dan faktor pendidikan. Dua dari ketujuh faktor diatas

yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: faktor sosial dan keterikatan

keluarga, serta nilai budaya dan cara hidup. Berikut adalah kerangka pikir dalam

penelitian ini :

Bagan 3.1 Kerangka Pikir

Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif

Faktor sosial dan keterikatan keluarga

Pemberian ASI

eksklusif

Nilai budaya dan cara

hidup

Page 55: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

B. Daftar Istilah

Tabel 3.1. Daftar Istilah

No Nama

Variabel

Definisi Istilah Metode Alat Ukur Hasil Ukur Sumber

Informan

Validasi

1. Faktor sosial

dan

keterikatan

keluarga

hal-hal yang

dipengaruhi akibat

kontak sosial dengan

keluarga dan

masyarakat

- Wawancara

mendalam

- Observasi

- Pedoman WM

- Lembar

observasi

- Pengambil

keputusan

- Dukungan

keluarga

- Dukungan non

keluarga

- Ibu

menyusui

- Anggota

keluarga

lainnya

- suami

- Triangulasi

sumber

-Triangulasi

metode

2. Nilai-nilai

budaya dan

gaya hidup

norma budaya atau

aturan kelompok

dilakukan oleh

penganut budaya

yang dianggap baik

atau buruk

- Wawancara

mendalam

- Pedoman WM

- Lembar

observasi

- jenis budaya

- Sikap

- Perilaku

- Ibu

menyusui

- Anggota

keluarga

lainnya

- Suami

- Kader

posyandu

- Triangulasi

sumber

-Triangulasi

metode

Page 56: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh

jawaban atau informasi yang mendalam tentang pendapat atau perasaan seseorang

yang memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat tentang sikap,

kepercayaan, motivasi, dan perilaku individu (Pollit, Beck & Hungler, 2001).

Pendekatan kualitatif merupakan suatu pradigma penelitian untuk

mendeskripsikan peristiwa, prilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu

secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi (Satori & Komariah, 2009 dalam

Saryono 2010).

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bubulak Kota Bogor pada bulan November

2010.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pedoman wawancara mendalam yang berbentuk pertanyaan dengan bantuan

alat pencatat (tape recorder).

2. Observasi

Page 57: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan

peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang,

pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.

Keuntungan metode ini adalah peneliti mendapat informasi langsung dari

informan

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive)

dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy).

Mengacu pada prinsip tersebut, maka sumber informasi atau informan dalam

penelitian ini adalah:

1. Informan

Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali data mengenai aspek

budaya dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Bubulak.

Informan informan ini terdiri dari ibu menyusui dengan kriteria:

a. Ibu menyusui dengan umur bayi 6-12 bulan yang telah berhasil ASI

eksklusif.

b. Dapat berkomunikasi dengan baik.

c. Tipe keluarga: keluarga besar (extended family)

2. Informan pendukung

a. Suami klien.

b. Anggota keluarga lainnya (ibu, bibi, mertua)

c. Kader Posyandu

Page 58: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Tabel 4.1 Pengumpulan data untuk uji coba pedoman wawancara

di Kelurahan Kemiri Muka Depok;

Sumber

informasi

Metode Jumlah Kriteria Tempat

Ibu menyusui

yang mempunyai

bayi berumur 6-

12 bulan

Wawancara

Mendalam

dan

Observasi

1 1. ibu menyusui yang

mempunyai bayi

berumur 6-12 bulan.

2. Dapat berkomunikasi

dengan baik

Rumah

informan

Tabel 4.2 Pengumpulan data penelitian di Kelurahan Bubulak Kota Bogor

Sumber informasi Metode Jumlah Kriteria Tempat

Informan utama:

1. Ibu menyusui

WM

3

1. Ibu menyusui yang dengan

umur bayi 6-12 bulan yang

telah berhasil ASI eksklusif.

2. Dapat berkomunikasi dengan

baik.

3. Tipe keluarga: keluarga besar

Rumah

informan

Page 59: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

E. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksananakan pada bulan November 2010.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman mahasiswa

untuk tugas mencatat.

2. Tahap pengumpulan data

a. Tahap persiapan pengumpulan data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin

penelitian kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya mengadakan

pertemuan dengan informan dan informan pendukung untuk

Informan pendukung:

1.Anggota keluarga

lainnya

(ibu/mertua/bibi)

2. Suami

3. Kader posyandu

WM

WM

WM

3

3

1

(extended family).

1. Tinggal serumah dengan

informan utama.

2. Dapat berkomunikasi dengan

baik.

1.Dapat berkomunikasi dengan

baik.

1.Kader aktif di Kelurahan

Bubulak.

Rumah

informan

Rumah

informan

Rumah kader

Page 60: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

menjelaskan tujuan penelitian, kriteria informan yang dipilih, dan

menyesuaikan jadwal.

b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan

laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode yang

dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian

kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.

1). Untuk data primer meliputi :

a) Wawancara

Wawancara, menurut Lexy J Moleong (2006) dijelaskan

bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Pada metode ini, peneliti dan responden berhadapan langsung

(face to face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan

tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan

permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya, peneliti

memakai jenis wawancara seperti yang dikatakan oleh Faisol

(1990) yaitu: Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara

dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan

leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan muncul secara

sepontan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi

ketika melakukan wawancara.

Page 61: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Dengan tehnik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung,

luwes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang

didapat lebih banyak dan luas mengenai Aspek Budaya dalam

Pemberian ASI eksklusif.

b). Observasi

Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya

serta untuk pengecekan data dan memperkaya informasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait

dengan penelitian. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk

melengkapi hasil penelitian.

F. Validasi Data

Untuk menjaga validitas data, maka dilakukan triangulasi. Triangulasi yang

ada meliputi (Kresno dkk, 2006).

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross-check data dari

sumber yang berupa informan berbeda-beda. Datanya harus memperkuat

atau tidak ada kontradiksi dengan yang lainnya.

2. Triangulasi metode

Page 62: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dalam

mengumpulkan data yaitu selain menggunakan metode FGD,

wawancara juga dilakukan observasi.

3. Triangulasi Data

a. Analisa data dilakukan oleh lebih dari satu orang.

Analisa data bisa dilakukan oleh peneliti dan orang lain yang ahli

dalam analisa kualitatif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

interpretasi yang dilakukan hasilnya sama dengan yang dilakukan

oleh orang lain.

b. Minta umpan balik dari informan.

Umpan balik tersebut berguna bukan saja untuk alasan etik

atau memperbaiki kesempatan agar hasilnya akan dilaksanakan

tetapi juga untuk memperbaiki kualitas proposal, data dan

kesimpulan yang ditarik dari data tersebut.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber

dan triangulasi metode karena triangulasi data sulit dilakukan,

biayanya mahal dan membutuhkan waktu yang lama.

G. Teknik Analisa Data

Hasil data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan pendekatan

analisis kualitatif, yaitu :

1. Reduksi Data

Page 63: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Reduksi data adalah proses pemilahan data kasar, mencari hal-hal yang

pokok dan membuat transkrip data hasil wawancara seperti apa adanya.

Adapun tujuan dari tahap ini adalah memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Display Data

Display data adalah tekhnik penyajian data dalam bentuk uraian

singkat, grafik, dan matriks. Langkah ini didapatkan setelah peneliti

melakukan penyusunan data dalam bentuk transkrip data selanjutnya.

3. Analisis Isi

Analisis yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-

teori yang ada pada tinjauan kepustakaan (content analysis).

4. Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan adalah menganalisis data yang dapat dicoba

dibuat suatu kesimpulan hal penelitian.

H. Etika penelitian

Penelitian yang dilakukan telah mendapat ijin dari puskesmas Sindang

Barang melalui surat pengantar dari kepala Dinkes Kota Bogor. Sebelum

melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan pendekatan terhadap

informan berupa wawancara sesuai dengan kriteria dan aspek pedoman

wawancara. Peneliti melindungi hak-hak calon informan untuk mengambil

keputusan sendiri dalam hal berpartisipasi pada penelitian ini maupun tidak

Page 64: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

berpartisipasi, tidak ada paksaan informan untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Kerahasian untuk menjaga rasa aman dan nyaman informan dibuat

dengan lembar persetujuan (informed consent). Dengan informed consent

tersebut informan memahami tentang penelitian yang dilakukan dan

menyatakan setuju untuk berpartisipasi didalam penelitian (Dempsey, 2002).

Formulir persetujuan yang diberikan untuk pasrtisipan berisi tentang

penjelasan: tujuan penelitian, kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan,

manfaat penelitian, persetujuan mendapat jawaban dari informan, persetujuan

partisipan dapat mengundurkan diri kapan saja dan jaminan anominitas serta

kerahasiaan (Pollit & Hungler, 2001).

Penggunaan alat perekam seperti tape recorder dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari informan dan telah dijelaskan tujuan

penggunaannya.

Page 65: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Bubulak

Kelurahan Bubulak merupakan wilayah Kecamatan Bogor Barat di Kota

Bogor. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Semplak di sebelah utara,

Kelurahan Margajaya di sebelah selatan, Kelurahan Sindangbarang di sebelah

Timur, dan Kelurahan Situ Gede di sebelah barat. Luas wilayah Kelurahan

Bubulak sebesar 157,085 ha/m2 terbagi atas luas pemukiman, persawahan,

perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran dan prasarana umum.

Sebagian besar wilayah Kelurahan Bubulak terdiri dari luas perkebunan sebesar

33 ha/m2, persawahan sebesar 43,265 ha/m2, dan pemukiman sebesar 47,2 ha/m2.

Keadaan tanah merupakan dataran tinggi karena merupakan daerah dekat dengan

pegunungan. Suhu rata-rata daratan adalah 290C.

Penduduk Kelurahan Bubulak terdiri dari berbagai macam etnis yang bersifat

heterogen. Adanya penduduk asli dan pendatang memberikan keanekaragaman

etnis. Adapun etnis penduduk Kelurahan Bubulak diantaranya etnis Aceh, Batak,

Minang, Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Dayak, Bugis, Makassar Ambon,

dan Flores. Sebagian besar penduduk Kelurahan Bubulak beretnis Sunda.

Keanekaragaman bukan hanya pada etnis saja namun terjadi pada agama yang

dianut. Agama yang dianut penduduk Kelurahan Bubulak yaitu Islam 14050

orang, Kristen sebnyak 58 orang, Katolik sebnyak 45 orang, Hindu sebanyak 17

Page 66: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

orang, dan Budha sebanyak 5 orang. Kenekaragaman ini memberikaan kekayaan

budaya di wilayah Kelurahan Bubulak.

Tingkat pendidikan masyarakat kelurahan bubulak terdiri dari: Taman Kanak-

kanak (TK) sebanyak 473 orang, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3222 orang,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1433 orang, Sekolah Menengah

Atas (SMA) sebanyak 1545 orang, dan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 1424

orang.

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Bubulak sebagian besar sebagai

pengusaha kecil dan menengah seperti membuka toko atau warung, karena di

lihat dari letaknya Kelurahan Bubulak ini berada di posisi strategis dekat dengan

terminal dan dilalui oleh banyak kendaraan dari beberapa wilayah tetangga.

Selain itu, banyak berdiri fasilitas umum lainnya seperti sekolah, kantor

pemerintahan, pertokoan dan fasilitas kesehatan.

Sarana kesehatan yang ada terdiri dari apotik, posyandu, toko obat, praktek

dokter, rumah bersalin. Terdapat lima belas posyandu di Kelurahan Bubulak yang

tersebar di setiap RW. Posyandu diadakan setiap bulan. Kelurahan Bubulak

berada di bawah cakupan wilayah Puskesmas Sindangbarang. Letak geografis

Kelurahan Bubulak sangat strategis. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari

Puskesmas Sindangbarang.

B. Karakteristik Informan

Pada penelitian ini informan yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu

informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah ibu menyusui

Page 67: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

dengan usia bayi 6-12 bulan yang telah berhasil ASI eksklusif. Karakteristik

informan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah umur, pekerjaan, suku,

agama, pendidikan, penghasilan keluarga, usia bayi, dan banyak anak.

Sedangakan informan pendukung adalah suami, anggota keluarga lainnya yang

tinggal serumah dengan informan utama. Berikut akan dijelaskan karakteristik

informan di Kelurahan Bubulak:

1. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu meyusui yang bayinya

berusia 6-12 bulan yang telah berhasil ASI eksklusif bertempat tinggal di

wilayah Kelurahan Bubulak yang terdiri dari 3 orang. Kisaran usia informan

termuda adalah 22 tahun dan tertua 25 tahun. Dua dari tiga informan bersuku

Sunda sedangkan sisanya bersuku Jawa. Ketiga informan beragama Islam.

Pendidikan terendah SMP, sedangkan yang tertinggi S1. Dua dari tiga

informan bekerja yaitu sebagai guru SD dan pedagang, sedangkan satunya

tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga ketiga

informan beragam yaitu Rp 1.800.000,00 hingga tertinggi Rp. 5.000.000,00.

Ketiga informan tinggal bersama keluarga lainnya (extended family). Ada

yang tinggal bersama ibu, mertua ataupun bibi. Usia bayi informan paling

kecil 7 bulan dan paling besar 11 bulan. Ketiga informan merupakan ibu

muda dengan jumlah anak paling sedikit satu orang dan paling banyak dua

orang.

Page 68: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Tabel 5.1

Karakteristik Informan

No Variabel Informan

1 2 3

1 Nama Ny. A Ny. P Ny.S

2 Umur (thn) 25 22 24

3 Suku Sunda Sunda Jawa

4 Agama Islam Islam Islam

5 Pendidikan S1 SMP SMA

6 Pekerjaan Guru Pedagang IRT

7 Penghasilan keluarga

(perbulan)

4.000.000 5.000.000 1.800.000

8 Tinggal dekat Ibu

kandung

Bibi Mertua

9 Usia bayi (bln) 8 7 11

10 Jumlah anak 2 2 1

2. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah keluarga klien, yaitu

suami dan anggota keluarga lainnya yang tinggal satu rumah klien.

Wawancara dengan informan pendukung dilakukan untuk mendapatkan

Page 69: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

informasi tambahan sebagai cross check data serta memperkaya data

penelitian.

Tabel 5.2

Karakteristik Informan Pendukung

No Variabel Informan

1 2 3 4 5 6

1 Nama Tn. A Tn. P Tn. S Ny. T Ny. R Ny. B

2 Usia (thn) 31 24 25 50 57 52

3 Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam

4 Pendidikan

terakhir

S1 SMP D III SMP SD SD

5 Suku Minang Sunda Jawa Sunda Jawa Sunda

6 Hubungan

dengan

informan

Suami Suami Suami Ibu

kandung

Bibi Mertua

C. Gambaran Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga dalam pemberian ASI

Eksklusif

Dukungan sosial dan keterikatan keluarga dapat mendukung pemberian ASI

eksklusif. Berikut akan dijelaskan bentuk dan sumber dukungan yang ada ketika

ibu menyusui ASI eksklusif.

Page 70: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

1. Sumber Dukungan

Sumber dukungan yang didapatkan oleh ibu selama menyusi ASI

eksklusif melalui dukungan keluarga (dukungan suami, anggota keluarga

lainnya seperti ibu, mertua ataupun bibi), dukungan nonkeluarga

(tetangga/teman).

a. Dukungan Keluarga

1) Dukungan suami

Tiga informan mengatakan bahwa mereka memperoleh dukungan

dari suami selama menyusui ASI eksklusif. Berikut kutipannya:

“Suami saya tidak mempermasalahkan saya kasih ASI eksklusif sama anak saya, malah dia mendukung saya buat kasi ASI secara eksklusif. senang rasanya bila saling mendukung …” (Ny. A, 25th, guru) ’’Suami mah dukung, saya disuruh untuk kasih ASI saja...” (Ny. P, 22 th, pedagang) “Suami saya mendukung sekali dalam pemberian ASI eksklusif, bersyukur punya suami dia. Nih buktinya banyak bacaan yang dibelikan untuk saya (sambil memperlihatkan beberapa buku, Tabloid, dan majalah ibu Anak).” (Ny. S, 24 th, IRT)

Ketiga suami informan mendukung pernyataan informan bahwa

mereka sangat pendukung istrinya masing-masing dalam pemberian

ASI eksklusif untuk bayi mereka. Berikut kutipannya:

“Saya turut mendukung istri untuk menyusui eksklusif sampai enam bulan” (Tn. A, 31 th) “Iya mendukung istri… “ (Tn. P, 24 th) ‘Tentunya sangat mendukung istri ya (sambil merangkul pundak istrinya dengan tangan).” ( (Tn. S, 25 th)

2) Dukungan anggota keluarga lainnya

Page 71: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Dalam keluarga biasanya anggota keluarga lainnya turut berperan

dalam hal merawat anak. ibu, mertua ataupun bibi turut memberikan

kontribusi kepada ibu menyusui. Mereka biasanya memberikan

pengalaman mereka sewaktu merawat anaknya dulu. Dukungan ini

dapat membantu dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Berikut

kutipannya:

“Untungnya ibu juga kan kader jadi mengerti kalau dalam hal seperti ini, jadinya saya dianjurkan memberikan ASI secara eksklusif…” (Ny. A, 25 th, guru) “Ibu sih nyuruhnya dikasi ASI aja. Soalnya dulu ibu juga gitu, semua ASI. nggak dikasih susu botol. Bibi juga sama sih …” (Ny. P, 22 th, pedagang) “Mamah bilang kalo bisa sampe anak umur dua tahun dikasi ASI...” (Ny. S, 24 th, IRT)

Anggota keluarga seperti ibu, mertua dan bibi ikut berperan dalam

merawat bayi yang baru lahir. Kehamilan dan kelahiran merupakan

media pengajaran kepada anak mereka untuk mengajarkan bagaimana

mengurus anak dalam hal ini adalah mengurus cucu mereka masing-

masing. Berikut kutipan ungkapannya:

“Menyusui kan baik untuk kesehatan, apalagi saya juga sudah tahu dari penyuluhan-penyuluhan gimana pentingnya ASI untuk bayi, jelas saya mendukung apa yang dilakukan anak saya untuk memberikan ASI eksklusif” (Ny. T, 50 th) “Pasti mendukung yah” .(Ny. R, 57 th) “Ngedukung banget kalau ASI eksklusif biar bayinya juga sehat (sambil menganggukan kepala)”. (Ny. B, 52 th)

Page 72: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Pernyataan ini juga didukung oleh suami informan bahwa

keberadaaan anggota keluarga lainnya memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif ini. Berikut pernyataannya:

“Pastinya orang tua ya. Ibu mertua saya kebetulan dekat … beliau mendukung dalam pemberian ASI ini” (Tn. A, 31 th) “Orang tua saya, dan mertua karena deket. Kalo orang tua paling cuma via telepon aja bilanginnya”. (Tn. S, 25 th) Dukungan dari keluarga juga mempengaruhi ibu menyusui dalam

pengambilan keputusan untuk memberikan ASI secara eksklusif.

Berikut ungkapannya:

“Ibu ya. Belajar dari ibu juga. Apalagi kalau habis penyuluhan tentang ASI ibu langsung kasih tahu saya”. (Ny. A, 25 th, guru) “Mama. dan alhamdulillah suami juga. Kan enak ya, kalau sama-sama mendukung”. (Ny. R, 24 th, IRT)

Ada juga yang mengambil keputusan sendiri, tidak dipengaruhi

oleh siapa-siapa.

“Sendiri aja. Apalagi saya juga jauh dari orang tua”. (Ny. B, 22 th, pedagang)

3. Dukungan nonkelurga

Interaksi sosial memberikan dampak pada pemberian ASI

eksklusif. Selain keluarga, teman ataupun tentangga sekitar rumah

juga dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif.

Berikut ungkapan informan:

“Iya kadang-kadang suka bilangin” (Ny. A, 25 th, guru) “Suka juga dikasih tau sama tetangga”. (Ny. B, 22 th, pedagang)

Page 73: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

“Sama teman juga sama tetangga dibilangin tentang ASI. (Ny. R, 24 th, IRT)

2. Bentuk dukungan

Bentuk dukungan yang diperoleh oleh ibu menyusui terdiri dari dukungan

fisik, dukungan emosional dan informasional.

a. Dukungan fisik

Dua dari tiga informan memperoleh dukungan fisik dalam keterlibatan

ibu, metua ataupun bibi dalam kegiatan mengurus bayi seperti:

memandikan bayi, pemijatan payudara. Berikut ungkapan informan:

“Waktu pertama sesudah melahirkan ibu membantu dalam memandikan bayi.”(Ny. A, 25 th, guru) “Habis ngelahirin payudara saya bengkak, terus disuruh dikompres. Badan juga lagi itu diurutin sama bibi. Biar nggak ada orang tua tapi bibi udah kaya ibu sendiri.(Ny. P, 22 th, pedagang) “Iya ibu ngurusin segala keperluan bayi dan saya. “(Ny. S, 24 th, IRT)

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan anggota keluarga bahwa

dirinya sering membantu dalam mengurus bayi dan ibunya misalnya

dalam memandikan bayi, memberi pijatan pada payudara agar tidak

bengkak dan memberikan kompres air hangat pada payudara yang

bengkak.

“Seminggu pertama saya bantu mengurus cucu. Maklum masih baru-baru.” (Ny. T, 50 th) “Biar saya cuma bibi, dia udah saya anggap anak sendiri. pasti repot kalo ada anak yang lahiran. Pasti bantu ini itu. Mandin bayi, terus

Page 74: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

juga kasih tahu apa aja yang suka dialamin sama ibu yang mau nyusuin misalnya teteknya suka bengkak”. (NY. R, 57 th) “Semuanya dibantuin dulu. Apalagi pertama-tama sehabis ngelahirin kan masih belum terbiasa mungkin. Waktu sehabis ngelahirin sampe sebulan juga dibantu sama besan”. (Ny. B, 52 th)

b. Dukungan emosional

Tiga informan memperoleh dukungan dari suami dalam bentuk sikap

penghargaan atau menghargai Istri yang sedang menyusui. Berikut

ungkapan informan:

“Nggak apa-apa memberikan ASI (Ny. A, 25 th, guru) ”Katanya bagus anak di kasih ASI”. (Ny. P, 22 th, pedagang) “Waktu pertama-tama payudara saya bengkak, terus lecet putingnya. Trus suka sakit kalo lagi menyusui, suami juga suka nanya kenapa dan paling dia bilang sabar ya nanti juga terbiasa.” (Ny. S, 24 th, IRT)

Dua dari tiga informan pendukung juga menyatakan menghargai istri

yang sedang dalam masa menyusui. Berikut kutipannya:

“Ya mendukung sekali istri ya. Malah ini kan baik untuk kesehatan anaknya juga. Karena saya nggak merasakan menyusui saya cuma suka tanya apa keluhannya sama istri saya. Ya kan, Mah (sambil melontarkan pertanyaan pada istrinya)”. (Tn. A, 31 th) “Ngertiin aja kalo lagi capek ngurusin bayi. kan repot ya” (Tn. R, 24 th)

c. Dukungan informasional

Salah satu bentuk dukungan yang diberikan kepada ibu menyusui

adalah dengan memberikan informasi. Informasi ini sangat dibutuhkan

Page 75: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

bagi ibu menyusui. Satu informan memperoleh informasi tentang

pengertian ASI eksklusif, satu informan memperoleh informasi tentang

pentingnya memberikan ASI pada bayi, satu informan mendapatkan saran

mengenai. Berikut kutipan ungkapannya:

“Suami saya suka beliin saya majalah tentang ibu anak. Dari situ saya banyak tahu tentang ASI eksklusif. Terus ibu juga suka kasih tahu kalau misalnya dia baru dapet penyuluhan’. (Ny. A, 25 th, guru) “Iya, ibu saya, mertua, juga bibi suka ngebilangin gimana cara nyusuin anak, cara gendongnya gimana”. (Ny. B, 24 th, pedagang) “Semua diajarin sama mamah. Dari hamil suka dikasih tahu katanya nanti bayinya dikasih ASI jangan formula. Jangan dikasih apa-apa dulu sebelum enam bulan. Makannya juga harus yang bagus yang bergizi gitu”. (Ny. S, 24 th, IRT)

Pernyataan ini didukung oleh pernyataan anggota keluarga lainnya dan

suami. Berikut kutipannya.

“Kalau pulang kerja saya suka beliin majalah ibu dan anak untuk istri saya. Jadi ada banyak majalah, buku, tabloid tentang ibu anak disini, supaya bisa baca-baca”.(sambil menunjukkan buku, tabloid dan majalah tentang ibu anak.” (Tn. A, 31 th) “Suka dikasih tahu sama bibi, ngerawat anak gimana, nyusuinnya gimana”. (Ny. R, 57 th) “Emang diajarin ya. Namanya juga orang tua suka ngasih tahu, nanti kalo ngurusin anak harus benar. Kalau bisa jangan dikasih susu botol, biar ASI aja”. (Ny. B, 52 th)

D. Gambaran Nilai Budaya dan Gaya Hidup Masyarakat Bubulak

Masyarakat Bubulak terdiri dari berbagai macam suku. Sebagain besar

masyarakat Bubulak merupakan suku sunda. Agama yang dianut oleh sebagian

besar masyarakat Bubulak adalah agama Islam. Terdapat budaya positif dan

Page 76: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

negatif yang terdapat di Bubulak berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif.

Berikut akan dijelaskan mengenai budaya yang terdapat di Bubulak.

1. Definisi ASI eksklusif

Ketiga informan telah mengetahui pengertian dari pemberian ASI

eksklusif yaitu pemberian ASI selama enam bulan pertama tanpa

makanan/minuman apapun. Dua dari tiga informan belum menjawab dengan

sempurna pengertian ASI eksklusif. Berikut kutipannya.

“ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan selama enam bulan”. (Ny. P, 22 th, pedagang ) Namun dua informan menjawab dengan jawaban yang tepat. Berikut

kutipannya.

“ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan/minuman tambahan selama enam bulan pertama”. (Ny. A, 25 th, guru) “ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi selama enam bulan tanpa dikasih apa-apa, misalnya minuman atau makanan”. (Ny. S, 24 th, IRT)

Informan pendukung baik suami dan anggota keluarga lainnya juga

mempunyai pendapat yang sama dengan informan utama mengenai

pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI selama enam bulan

pertama tanpa makanan/minuman apapun. Berikut kutipannya.

“ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja yang diberikan selama enam bulan pertama.” (Ny. T, 50 th) “ASI eksklusif bayi diberikan hanya ASI saja selama enam bulan”. (Ny. B, 52 th) “ASI eksklusif adalah menyusui selama enam bulan tanpa diberikan apa-apa”. (Tn. A, 31 th)

Page 77: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

“ASI eksklusif adalah menyusui selama enam bulan”. (Tn. P, 24 th) “ASI eksklusif adalah memberikan ASI selama eman bulan pertama kelahiran pada bayi.” (Tn. S, 25 th)

Namun ada juga anggota keluarga yang menjawab tidak tahu arti dari

ASI eksklusif. berikut kutipannya:

“Nggak tahu. Saya tahunya menyusui aja”. (Ny. B, 52 th)

2. Menyusui merupakan hal yang alami

Masyarakat Bubulak menganggap menyusui merupakan hal yang

alami setelah proses melahirkan. Adanya perubahan fisik dan psikologis

yang dialami merupakan hal yang wajar dalam melaksanakan tugas

sebagai ibu. Berikut kutipannya:

“Menyusui proses alamiah yang wajar dialamai oleh seorang ibu. Sudah kodrat wanita sebagai ibu untuk menyusui anaknya”. (Ny. A, 25 th, guru) “Menyusui itu tugas kita sebagai ibu”. (Ny. P, 22 th, pedagang) “Wajar saja jika seorang ibu setelah melahirkan terus menyusui anaknya karena ini tugas kita sebagai ibu” (Ny. S, 24 th, IRT)

Pernyataan ketiga informan ini didukung dengan pernyataan informan

pendukung yang menyatakan bahwa menyusui adalah tugas seorang ibu.

Berikut kutipannnya:

“Menyusui memang tugas sebagai ibu”. (Ny. T, 50 th) “Nyusuin anak kan emang tugas ibu”. (Ny. R, 57 th) “Ibu memang udah tugasnya nyusuin kan”. (Ny. B, 52)

Page 78: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

“Mengandung anak, melahirkan, serta menyusui adalah amanah dari Tuhan untuk seorang wanita”. (Tn. A, 31 th) “Menyusui hal biasa buat seorang ibu. Sudah menjadi kewajiban ibu”. (Tn. P, 24 th) “Udah kodrat seorang perempuan untuk menyusui”. (Tn. S, 25 th)

3. Memberikan Makanan dan Minuman pada Bayi dibawah Umur Enam

Bulan

Masyarakat Bubulak mengatakan pada hari pertama setelah

melahirkan biasanya diberikan madu atau air gula pada bibir bayi, ini

berguna untuk memberikan tenaga pada bayi. Pemberian minuman lainnya

yaitu seperti kopi yang berguna untuk mencegah sakit step pada bayi,

pemberian air tumbukan daun pare yang diberikan untuk mengeluarkan

kotoran dari mulut bayi. Selain diberikan minuman juga diberikan

makanan seperti pisang. Pisang yang diberikan untuk bayi biasanya jenis

pisang mas. Pisang diberikan pada usia yang bervariasi. Ada yang

memberikan pada usia lima hari, usia satu bulan ataupun dua bulan.

Pemberian pisang ini ada yang mengatakan sebagai bekal untuk perut

bayi yang belum terisi makanan. Ada juga yang mengatakan supaya

anaknya nanti menjadi anak yang baik seperti filosofi pisang mas. Berikut

kutipannya:

“Disini biasanya bayi yang baru lahir suka diberi madu biar kuat. Madu diolesin kebibir bayi”. (Ny. A, 25 th, Guru) “Iya dikasi madu atau air gula.., kadang suka kopi dikasi sasendok ku si bayi... malahan eta tetangga saya dikasi air bejekan daun paria (pare, daun parianya teh (pare) dibejek, terus airnya diminumin ke bayinya. Katanya biar bayinya muntah dan kotorannya keluar… suka dikasi pisang mas juga pas abis lahir”. (Ny. P, 22 th, pedagang)

Page 79: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

“Iya disini mah orang-orang suka dikasi pisang, madu, kopi biar nggak step”. (Ny. S, 25 th, IRT)

Pernyataan ketiga informan diatas didukung dengan pernyataan ibu,

mertua, bibi dan kader posyandu yang menyatakan bahwa masyarakat di

Bubulak umumnya memberikan madu, air gula, pisang kepada bayi

mereka. Berikut kututipannya:

“Dikampung sini ibu-ibunya suka ngasih bayinya madu, kopi, sama pisang”. (Ny. T, 50 th) “Ya namanya juga orang kampung, katanya kalo anak nangis itu berarti laper jadi dikasih pisang. Biar gak sakit step dikasih kopi sesendok kalo bapaknya ngopi”. (Ny. R, 57 th) “Bayi dikasih madu bair ada tenaga juga biar ASInya manis… ada sih yang dikasih pisang biar anaknya nggak rewel”. (Ny. B, 52 th) “Disini banyak para ibu yang memberikan makanan/minuman pada bayi dibawah umur enam bulan. Biasanya bayi dikasih madu/air gula, kopi biar nggak step, pisang. Nggak heran kalau ASI ekskklusif disini masih cenderung rendah.”. (Ny. E, 48 th)

4. Mapas

Masyarakat Bubulak mengenal istilah “mapas”. Dua dari informan

menyebutkan ada istilah “mapas” bagi ibu setelah melahirkan yang

ditandai dengan sudah putusnya tali pusat bayi. mapas adalah suatu masa

dimana ibu harus menjalani pantangan dalam memilih makanan yang

dimakan. Makanan yang belum pernah dimakan sebelum puput pusar

tidak boleh dimakan pada masa mapas. Lamanya masa mapas ini hingga

bayi berusia satu tahun. Berikut ungkapan informan.

Page 80: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

“Setelah bayi puput pusar biasanya kalau disini ibu harus patang makannya… setelah puput pusar namanya mapas. Misalnya sebelum bayi puput kita nggak pernah makan daging, terus pas mapas kita nggak boleh makan daging. Intinya makanan yang belum pernah dimakan waktu sebelum puput, nggak boleh dimakan saat mapas”. (Ny. A, 25 th, Guru) “Ari disini mah kalo udah puput puser anaknya, ibunya dibilang mapas kitu. Katanya teh ari belum pernah dimakan sebelum mapas, pas masa mapas nggak boleh dimakan..(Kalau disini jika sudah puput pusar anaknya, ibunya dibilang mapas begitu. Katanya kalau belum pernah dimakan sebelum mapas, ketika mapas nggak boleh dimakan)”. (Ny. P, 22 th, pedagang)

Begitupun dengan pernyataan informan pendukung terutama kader

posyandu yang menyatakan di masyarakat Bubulak ada istilah mapas pada

ibu setelah melahirkan. Berikut kutipannya:

“Kalau kita udah melahirkan sampe setahun biasanya nggak boleh makan yang asem-asem, mangga muda. Kata orang tua kalau makan yang asem-asem nanti cepet punya anak lagi… apalagi kalo makan pisang katanya gak boleh…pisang kan licin jadi nanti katanya peranakannya turun lagi”’ (Ny. T, 50 th) “Kalo udah puput si ibu harus pantang makannya. Biasanya disebut mapas.”.(Ny. R, 57 th) “Mapas adalah masa bu dimana sudah mulai menjalankan pantangan dalam makan. Mapas itu mulai saat lepasnya tali pusar atau puput pusar.” (Ny. E, 48 th)

5. Pantangan dan Anjuran

Masyarakat Bubulak mengenal istilah pantangan. Dalam masa ibu

menyusui pantangan ditekankan pada makanan yang dikonsumsi.

Pantangan ini merupakan pengeruh budaya yang bersifat negatif, karena

pantangan tidak mendukung ibu menyusui secara kesehatan. Pantangan

yang dijalani ibu setelah melahirkan yaitu: tidak boleh makan makanan

Page 81: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

yang berbau amis seperti telur, daging, dan ikan karena menurut mereka

akan memperlambat proses penyembuhan luka jahitan setelah melahirkan,

tidak boleh makan buah yang asam karena takut akan hamil lagi, serta

tidak boleh makan buah pisang karena akan menyebabkan rahim turun.

Berikut ungkapan informan:

“Disini suka ada pantangan. kaya nggak boleh makan yang anyir-anyir (berbau amis) misalnya ikan, telor biar darahnya dan luka jahitannya cepet sembuh. Terus juga nggak boleh makan pisang. Katanya licin. Nanti peranakannya turun”. (Ny. A, 25 th, Guru) “Awalnya sebelum ngelahirin, mertua bilangin nggak boleh makan yang anyir-anyir (baunya amis) biar darahnya nggak bau dan jahitannya cepat kering, tapi setelah dibilangin bidan, saya kan lahirnya di bidan,kata bidan kalau nggak ada pantangan dalam makanan mertua juga ngebolehin makan apa saja..” (Ny. P, 22 th, pedagang)

Pernyataan ketiga informan didukung oleh ungkapan ibu

kandung/mertua dan kader posyandu. Berikut ungkapan informan

pendukung.

“Iya orang sini mah emang banyak pantangannya. Biasanya tuh orang habis ngelahirin nggak boleh makan yang amis, nggak boleh makan yang asem-asem. Tapi kan karena kita udah dikasih tahu sama petugas kesehatan puskesmas, sama bidan, juga suka ada penyuluhan kalau itu semua nggak apa-apa. Tidak ada pantangan setelah melahirkan”. (Ny. T, 50 th) “Kata orang dulu mah, kalau habis ngelahirin biar cepet sembuh kita harus mutih, nggak boleh makan yang anyir-anyir (bau amis) misalnya telor, daging, ikan biar nggak bau darahnya trus jahitannya juga cepet sembuh. Tapi setelah dibilangin sama bidan watu menantu saya ngelahirin, saya nggak pake pantangannya lagi”. (Ny. R, 57 th) “Diadat saya memang ada pantang. Sebenarnya pantangannya sama orang sini.. nggak boleh makan yang amis. Tapi saya nggak nyuruh anak buat ngejalaninnya”. (Ny. B, 52 th)

Page 82: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

“Disini segala banyak pantangan buat ibu menyusui, misalnya buah aja nggak boleh makan yang asem-asem ,terus nggak boleh makan yang anyir-anyir (bau amis).” (Ny. E, 48 th)

Ada juga informan yang menyebutkan tidak ada pantangan dalam ibu

menyusui. Berikut kutipannya:

“Saya nggak ada pantangan apa-apa”. (Ny. S) Selain pantangan, pada ibu menyusui juga dianjurkan mengkonsumsi

banyak sayuran untuk melancarkan ASI. Berikut kutipannya:

“Paling disuruh makan sayur-sayuran. Bayem, katuk. supaya ASInya lancer”. (Ny. A, 25 th, Guru) “Makan sayur bening misalnya katuk, sop-sopan. Terus kacang ijo.” (Ny. P, 22 th, pedagang) “Iya mamah suka masakin sayur-sayuran. Katuk, bayam, kacang merah.” (Ny. S, 24 th, IRT)

Begitupun dengan pernyataan anggota keluarga yang lainnya yang

mengungkapkan bahwa mereka menganjurkan ibu menyusui untuk

mengkonsumsi sayur-mayur. Berikut ungkapannya:

“Tiap hari pasti disayurin. Misalnya bayem, katuk, kacang-kacangan.” (Ny. T, 50 th) “Biar ASInya lancar dibuatin sayur misalnya sayur sop-sopan, bayem, katuk gitu”. (Ny. R, 57 th) “Saya suruh makan sayur biar ASI lancer. Dikasih sayur bening.” (Ny. B, 52 th)

6. Sikap terhadap Budaya

Page 83: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari ketiga informan

menyikapi budaya sebagai hal yang dapat dilakukan apabila memberikan

manfaat pada mereka. Namun sebaliknya, budaya yang tidak dilaksanakan

jika tidak memberikan manfaat untuk mereka. Berikut kutipannya:

“Sikap saya sama budaya yang ada, selagi budaya itu baik buat saya dan anak saya, ya saya ikutin. Tapi kalau tidak baik saya nggak ikutin apalagi kalau nggak sesuai sama kesehatan. menurut saya memberikan pisang, madu nggak baik buat kesehatan anaknya”. (Ny. A, 25 th, Guru) “Kalau itu mah baik buat saya sama anak, ya saya laksanain pantangannya, tapi selama nyusuin saya nggak ada pantangan apa-apa. Mertua juga nggak nyuruh ada pantangan”. (Ny. P, 22 th, pedagang) “Saya jalanin mitos, pantangan yang baik-baik saja, yang baik buat kesehatan”. (Ny. S, 24 th, IRT)

Dua dari tiga informan pendukung menyatakan pernyataan yang sama

dalam hal menyikapi budaya. Berikut kutipannya:

“Orang sini emang banyak pantangannya untuk ibu setelah melahirkan. Kita ambil yang baik-baiknya ya”. (Ny. T, 50 th) “Iya jangan diikutin yah, kalau nggak baik..” (Ny. R, 57 th)

Meskipun informan pendukung merupakan keluarga terdekat informan

utama, namun dalam hal menyikapi budaya tidak selalu sama. Ada yang

turut mengikuti budaya tanpa mengevaluasi baik dan buruknya terhadap

kesehatan. Berikut kutipannya:

“Namanya juga orang tua dulu. Kita mah ngikutin aja ya. …” (Ny. B, 52 th)

Page 84: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

7. Perilaku terhadap Budaya

Perilaku yang muncul dalam pemberian ASI eksklusif dikelurahan

bubulak dari ketiga informan semuanya memberikan ASI secara eksklusif.

berikut kutipannya:

“Walaupun ada pantangan ini itu dimasyarakat sini saya tetap memberikan ASI saja sampe enam bulan tanpa dikasih madu, ataupun pisang.” (Ny. A, 25 th, Guru) “Belajar dari ibu.. ibu juga dulu anaknya dikasih ASI semua. Jadi saya juga dikasih ASI” (Ny. P, 22 th, pedagang) “Anak saya dikasih ASI tok sampe enam bulan.. tidak ada pantangan apa-apa. Sama ibu juga bebas-bebas aja mau makan apa”. (Ny. S, 22 th, IRT)

Budaya positif yaitu menghargai nasehat orang tua terdapat pada

masyarakat bubulak. Ibu menyusui menjalankan nasehat yang diberikan

oleh ibu kandung ataupun mertua mereka. Dukungan ini berdampak

positif karena anggota keluarga lainnya seperti ibu, mertua, bibi dari

informan menganjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif. berikut

kutipannya:

“Anak saya memberikan ASI eksklusif.”( Ny. T, 50 th) “Iya anaknya dikasih ASI aja”. (Ny. R, 57 th) “Iya cucu saya susunya ASI aja sampe enam bulan’. (Ny. B, 52 th)

Suami yang turut mendukung juga membenarkan pernyataan informan

utama yaitu istrinya yang telah memberikan ASIeksklusif. Berikut

kutipannya:

“Istri saya jelas memberikan ASI eksklusif”. (Tn. A, 31 th)

Page 85: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

“Anak saya ASI eksklusif”. (Tn. P, 24 th) “Istri saya memberikan ASI eksklusif untuk anak saya. (Tn. S, 25 th)

E. Faktor Lain yang Muncul

Hasil analisis data kualitatif muncul faktor lain dalam pemberian ASI

eksklusif. dua dari tiga informan merupakan wanita yang bekerja diluar rumah

yaitu sebagai pedagang dan sebagai guru. Namun, pekerjaan bukan hambatan

dalam pemberian ASI eksklusif. berikut kutipannya:

“Saya seorang guru SD. Alhamdulillah tempat mengajarnya dekat dengan rumah saya. Hanya naik angkot sebentar dan pulang bubaran sekolah juga jam 12. Dengan demikian kalau pagi biasanya saya memerah ASI terus nanti ditaruh kulkas. Jika anak saya haus dan saya belum pulang, tidak perlu khawatir karena ada persediaan ASI di kulkas”. (Ny. A, 25 th, Guru) “Suami ada lapak di terminal. Jadi saya bantu-bantu jualan dengan suami. Dari umur dua bulan anak suka dibawa kalau jualan biar saya tetep bisa nyusuin anak.” (Ny. P, 22 th)

Keputusan tetap memberikan ASI eksklusif pada ibu menyusui pada

wanita yang bekerja dikarenakan mereka mengetahui pentingnya ASI

eksklusif. berikut kutipannya:

“Kita kan tahu ASI itu penting sekali bagi bayi, apalagi ASI eksklusif untuk ketahanan tubuh supaya anaknya nggak gampang sakit. Jadi walaupun saya ngajar, harus tetap memberikan ASI”. (Ny. A, 25 th, Guru) “Kata bidan dikasih ASI biar anaknya sehat, nggak gampang sakit. Jadi saya kasih ASI sama anak saya”. (Ny. P, 22 th pedagang)

F. Hasil Wancara dengan Informan Pendukung (Kader Posyandu)

Informan utama dalam penelitian ini adalah sebagian kecil masyarakat

Bubulak yang memberikan ASI secara eksklusif. bisa dikatakan satu dari

Page 86: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

dua puluh ibu menyusui bisa adalah yang memberikan ASI secara

eksklusif. faktor budaya di Kelurahan bubulak dapat memberikan dampak

ppositif dan negatif terhadap pemberian ASI eksklusif. Berikut

kutipannya:

“Angka cakupan ASI dikelurahan ini cukup kecil, banyaknya bayi yang diberikan makanan atau minuman sebelum umur enam bulan menjadi faktor kegagalan dalam ASI eksklusif. Dan inilah budaya yang ada di masyarakt Bubulak”. (Ny. E, 48 th)

Banyak alasan yang dikemukanan ibu menyusui terkait dengan

pemberian makanan/minuman pada bayi di bawah umur enam bulan.

Berikut kutipannya:

“Makanan atau minuman yang biasa dikasih pada bayi di bawah enam bulan yaitu: pisang biasanya pisang mas. Alasan diberi pisang karena anaknya rewel jadi harus diberi makan, ada juga yang bilang untuk bekel anak di dalam perut. Diasanya dikasih umur 2 hari sampe lima hari. Ada juga yang dikasi madu, kalau nggak ada pake air gula agar ASI pertamanya manis, dikasih kopi juga biar anaknya nggak kena step ”. (Ny. E, 48 th)

Selain pemberian makanan tambahan sebelum waktunya budaya

masyarakat Bubulak yaitu adanya beberapa mitos atau pantangan pada ibu

menyusui. Tentunya hal ini akan mempengaruhi kualitas produksi ASI

dari ibu menyusui. Pantangan yang ada ditekankan pada makanan yang

dikonsumsi ibu menyusui misalnya, tidak boleh makan buah yang asam,

tidak boleh makan yang berbau amis, dan tidak boleh makan pedas.

Berikut kutipannya:

“Ibu-ibu disini segala dipantang. Kalau orang lahir tuh makannya mutih apalagi setelah mapas. Nggak boleh makan yang amis biar jahitannya cepet sembuh, pantang makan yang asem-asem misalnya

Page 87: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

mangga muda, katanya nanti kalau makan yang nuda-muda peranakannya muda lagi jadi cepat hamil. Pantang makan pisang karena pisang itu licin jadi nanti peranakannya licin lagi. Padahal mah semuanya nggak nyambung sama kesehatan. Kita juga ibu kader udah berusaha memberikan penyuluhan mengenai ASI. Tapi tetep aja nggak ngaruh. kurang ngena sama ibu-ibu disini karena lebih percaya sama orang tua dulu, walaupun ada beberapa yang mendengarkan serta mempraktekannya”. (Ny. E, 48 th) Budaya masyarakat Bubulak ada yang baik yaitu menghormati orang

yang lebih tua. Dalam kehamilan dan kelahiran biasanya orang tua

ataupun mertua turut dalam mngurus cucu mereka. Orang tua akan

senantiasa mengajarkan cara mengurus bayi kepada anaknya. Jika orang

tua memberikan masukan dan dorongan yang baik mengenai ASI

eksklusif biasanya anak pun akan mengikuti nasehat orangtuanya. Namun,

sebaliknya jika orangtua memberikan masukan yang tidak mendukung

pemberian ASI eksklusif makan anaknya pun tidak akan memberikan ASI

eksklusif. berikut kutipannya:

“Disini ibu-ibunya susah dibilangin karena biasanya mereka nurutnya sama orang tuanya. Kader udah kasih penyuluhan tentang ASI eksklusif percuma aja kalau orang tuanya nggak ngajarin ASI eksklusif. jadi kuncinya ASI eksklusif salah satunya pengajaran dari orang tua”. (Ny. E, 48 th)

Dukungan dari suami sangat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI

eksklusif. berikut kutipannya:

“Dukungan suami itu sebenarnya penting. Perempuan disini kebanyakan pasrah sama keputusan suami. Kalau suami bilang A istri ngikut aja meskipun belum tuntu benar. Sama halnya kaya pemberian ASI eksklusif kadang suami malah yang memutuskan anaknya diberi susu formula saja karena nggak mau repot keluhan istrinya. Nah, yang enak kalau suaminya juga mendukung, tapi ada juga yang tidak dukungan apa-apa alias terserah istri”. (Ny.E, 48 th)

Page 88: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Pengetahuan yang diperoleh ibu menyusui juga mempengaruhi

perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif. pengetahuan bukan hanya

diberikan melalui pendidikan formal yaitu di sekolah, namun pengetahuan

bisa didapat melalui penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas

kesehatan. Semua kembali pada kemauan ibu untuk memperoleh

informasi demi memberikan perilaku kesehatan yang baik untuk

keluarganya. Berikut kutipannya:

“Disini yang ASI eksklusif nggak bisa dilihat dari pendidikan. Ada yang pendidikannya tinggi, tapi nggak kasih ASI eksklusif, ada juga yang pendidikannya rendah malah kasih ASI eksklusif. Mau kalau dikasih tahu, mau juga ngikutin penyuluhan. Jadi enak diajarinnya tuh mau. Tapi banyak juga sih yang udah pendidikannya rendah terus susah dibilangin. Anaknya nggak dikasih ASI eksklusif. Ya, tergantung kemauan ibunya sih ya. juga tergantung pengetahuannya sendiri. Biasanya ada kemajuan nih kalau abis penyuluhan, mungkin karena jadi banyak tahu kali ya. Tapi, banyak faktor juga sih, ya keluarga, atau juga tetangga-tetangganya”. (Ny. E, 48 th)

Page 89: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:

1. Metode observasi yang dilakukan kurang optimal karena observasi dilakukan

selama wawancara.

2. Informan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kelompok kecil dari

budaya yang ada di masyarakat Bubulak. Bisa dikatakan dalam hal ini, ibu

yang menyusui ASI secara eksklusif hanyalah sebagian kecil dari masyarakat

Bubulak, sehingga informannya hanya sedikit.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Informan

a. Suku

Hasil penelitian menunjukkan dua dari tiga informan berasal dari

suku Sunda yang merupakan suku terbesar di daerah Bubulak. Satu

informan lagi berasal dari suku Jawa. Menurut Harsojo (1976) baik

suku Sunda maupun suku Jawa mempunyai kekerabatan yang

dipengaruhi oleh adat istiadat yang diteruskan secara turun-temurun.

Page 90: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk

mempertahankan kebudayaan pada setiap saat dimana pun dia berada.

Kebudayaan berperan terhadap perilaku kesehatan individu maupun

kelompok masyarakat. Kebudayaan dapat menopang perilaku

kesehatan maupun dapat memperburuk kesehatan. Begitupun dengan

perilaku pemberian ASI eksklusif yang tidak terlepas dari pandangan

budaya yang telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan yang

bersangkutan (Swaswono & Meutia, 1998).

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan

budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,

hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,

kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik

positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak khususnya

dalam hal pemberian ASI eksklusif.

b. Penghasilan keluarga

Penghasilan keluarga mempengaruhi cara hidup. Penghasilan

keluarga dapat mendukung pemberian ASI eksklusif ataupun

sebaliknya. Dalam pemberian ASI eksklusif dapat dilihat bagaimana

keluarga memanfaatkan sumber-sumber material dalam perilaku

pemberian ASI eksklusif. pemanfaatan penghasilan keluarga dapat

dilihat seperti dalam pemilihan nutrisi untuk ibu menyusui,

Page 91: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

penggunaan vitamin, penggunaan obat ataupun jamu, dan pembelian

media untuk menambah pengetahuan ibu.

c. Tinggal dekat

Kelompok yang paling dekat dengan manusia adalah keluarga

batih. Keluarga batih atau keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-

anak yang belum menikah atau belum membentuk keluarga batih

sendiri. Keluarga batih di Indonesia berkaitan erat dengan unit yang

lebih besar lagi, yang lazimnya disebut kelompok kekerabatan.

Menurut Soekanto (2004) keluarga yang merupakan penambahan dari

keluarga inti dapat disebut dengan keluarga besar (extended family)

dimana terdapat penambahan anggota seperti sepupu, bibi, mertua,

paman, nenek, kakek, dan lain-lain.

Di Indonesia fungsi kekerabatan masih sangat kuat terutama pada

masyarakat-masyarakat bersahaja-tradisonal. Kehidupan kelompok

kekerabatan tersebut berpusat pada tradisi kebudayaan yang telah

dipelihara secara turun-temurun (Harsojo, 1983 dalam

Koentjaraningrat). Pemberian ASI merupakan hal yang diwariskan

secara turun-temurun. Fungsi kekerabatan dalam hal ini yaitu

pembelajaran mengenai ASI didapat anak dari ibu, bibi, mertua atau

nenek. Pengambilan keputusan dalam pemberian ASI eksklusif

Page 92: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

dipengaruhi oleh pengajaran anggota keluarga lainnya dalam

memberikan informasi mengenai ASI.

Dalam penelitian ini informan utama yang diteliti adalah ibu

menyusui yang tinggal bersama keluarga lainnya atau dapat disebut

keluarga besar (extended family). Adapun tujuan yaitu untuk melihat

dukungan dari keluarga selain suami. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa keterikatan keluarga memberikan kontribusi

terhadap pola pengasuhan bayi baru lahir dan tentunya juga

memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan untuk

memberikan ASI eksklusif.

Penelitian yang dilakukan Yulfira dkk (2007) juga

mengungkapkan menyebutkan pola pengasuhan bayi baru lahir

dilakukan oleh bibi/tante, nenek/orangtua.

2. Faktor Sosial dan Keterikatan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif

a. Sumber dukungan

Karl (1983) dalam Soekanto mengatakan bahwa dukungan sosial dari

orang lain yang relevan menjadi penentu yang luas dari sebuah perilaku.

Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan yang diberikan oleh

lingkungan sosial seperti dukungan petugas kesehatan, dukungan teman

atau tetangga dan dukungan keluarga tentunya.

1) Suami

Page 93: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya dukungan dari

suami kepada istri untuk memberikan ASI secara eksklusif. The

Academy of Breastfeeding Medicine America (2003)

mengemukakan bahwa proses menyusui adalah proses bertiga

yaitu bayi, ibu dan ayah. Proses ini akan berjalan lancar untuk

kerjasama ketiganya. Penelitian Menon, dkk pada tahun 2001

mengungkapkan pengambilan keputusan dalam pemberian ASI

eksklusif oleh ibu salah satunya di pengaruhi oleh peran suami.

Penelitian Djuwantono (1996) menyatakan hubungan positif

antara lama pemberian ASI dengan dukungan suami.

Namun, sebenarnya jauh sekali sebelum penelitian terbukti, Al

Qur’an sudah menjelaskan bahwa proses penyusuan sampai

penyapihan memang harus kerjasama atas ayah dan ibu. Firman

Alah SWT dalam suruat Al-Baqarah ayat 233 menyebutkan,

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Ayat diatas menyebutkan beberapa hukum yaitu: 1)

kesempurnaan menyusui adalah dua tahun. Itu adalah hak anak

Page 94: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

jika dia memerlukannya. Allah Ta’ala memperkuatnya dengan

kata-kata kamilaini agar lafazh haulaini tidak ditafsiri hanya

setahun lebih, 2) tanggung jawab dari menyusui ini adalah hak

kedua orang tua baik ayah maupun ibu, dan 3) jika orang tua

ingin menyapih anaknya sebelum genap dua tahun atas kerelaan

mereka dan musyawarah tanpa membahayakan anak itu pun boleh

(Al-Jauziyah, 2007).

2) Ibu kandung/mertua

Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah ibu menyusui

yang tinggal bersama keluarga besar (extended family). Hasil

penelitian menunjukkan adanya keterikatan keluarga untuk saling

membantu. Keterikatan keluarga juga memberikan dorongan pada

ibu agar menyusui secara eksklusif. Penelitian Arora (2000)

menyatakan keluarga sebagai sumber informasi terbesar sehingga

ibu memutuskan untuk memberikan ASI eksklusif.

Pernytaan diatas juga diperkuat dengan penelitian Ibrahim

(2000) yang memberikan hasil bahwa dukungan keluarga

memberikan pengaruh positif terhadap perilaku menyusui. Ibu

yang mendapatkan dukungan keluarga akan mempunyai

kesempatan dua kali untuk menyusui bayinya secara eksklusif

dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan

keluarga.

Page 95: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Hasil penelitian ini menunjukkan pola pengasuhan biasanya

dilakukan oleh nenek. Disini tampak bahwa ibu kandung/mertua

berperan dalam pengasuhan anak, terutama dalam pemberian

makan dan minuman kepada bayi.

3) Teman ataupun tetangga

Selain dukungan keluarga, dukungan sosial yang berasal dari

bukan keluarga juga dapat memberikan dorongan dalam pemberian

ASI eksklusif. hasil penelitian menunjukkan teman/tetangga turut

memberikan dukungan dengan memberikan informasi kepada ibu

menyusui.

Menurut Cobb dan Jones (1984) yang dikutip oleh Niven

(2000) dukungan sosial juga dukungan yang berasal dari teman

ataupun interaksi dengan tetangga lainnya. Lingkungan tetangga

juga mempunyai pengaruh terhadap pola kehidupan keluarga.

b. Bentuk Dukungan

1) Dukungan Fisik

Hasil penelitian menunjukkan bentuk dukungan pada ibu

menyusui dapat berupa bantuan fisik. Dukungan fisik diberikan oleh

keluarga dalam membantu proses ibu menyusui. Adapun bentuk

dukungan fisik misalnya membantu menggendong bayi, membantu

merawat bayi, dan memandikan bayi. Seorang ibu dengan bayi

Page 96: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

pertamanya mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui yang

sebetulnya hanya karena tidak tahu cara-cara yang sebenarnya dan

apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang kurang baik

yang dialami orang lain hal ini memungkinkan ibu ragu untuk

memberikan ASI pada bayinya (Perinasia, 2004). Untuk itu biasanya

ibu kandung/mertua mempraktekkan bagaimana cara mengurus bayi

kepada anak.

2) Dukungan Emosional

Hasil penelitian menunjukkan bentuk dukungan yang dapat

diberikan bisa melalui dukungan emosional dengan menghargai ibu

menyusui. Dukungan ini dapat berupa penghargaan pada ibu menyusui

dengan memberikan pujian. Dukungan keluarga merupakan faktor

pendukung yang pada prinsipnya adalah suatu kegiatan yang bersifat

emosional maupun psikologi yang diberikan kepada ibu menyusui

dalam memberikan ASI (Roesli, 2004). Dalam penelitian ini terlihat

bahwa dukungan emosional dari keluarga yaitu suami ataupun ibu

kandung/mertua sangat mempengaruhi dalam pemberian ASI

eksklusif.

3) Dukungan Informasional

Faktor yang mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif salah

satunya adalah informasi mengenai ASI eksklusif. informasi ini

didapat dengan memberikan dukungan kepada ibu menyusui. Dalam

Page 97: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

penelitian ini dukunagn informasional yang dikemukakan adalah

dukungan yang diberikan suami dengan memberikan pengetahuan

melalui majalah, buku dan tabloid. Bukan hanya suami, anggota

keluarga lainnya pun seperti ibu, mertua, bibi turut memberikan

informasi seputar pentingnya ASI, cara menggendong bayi dan lain-

lain.

Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau

penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi

sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan

harmonis dalam keluarga akan sangat mempengaruhi lancarnya proses

laktasi (Lubis, 2000).

Dukungan informasional yang dimaksud dalam peneltian ini

adalah bentuk dukungan yang menambah informasi bagi ibu

menyusui. Informasi dapat berupa bacaan dari tabloid, majalah atupun

buku dan juga dapat berupa nasehat. Dukungan informasional

diperoleh dari keluarga yaitu suami dan ibu kandung/mertua dan

dukungan nonkeluarga yaitu teman ataupun tetangga.

Gambaran faktor sosial dan keterikatan dalam pemberian ASI

ekslusif di Kelurahan Bubulak yaitu terdapat keterikatan dan

kekerabatan yang erat dengan suami dan anggota keluarga

lainnya.begitupun dengan teman atau tetangga. Ini memberikan

pengaruh pada ibu menyusui untuk membuat keputusan memberikan

ASI eksklusif. Dalam Sunrise Model’s faktor sosial dan keterikatan

Page 98: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

keluarga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan. dalam hal ini sosial

dan keterikatan keluarga menunjukkan perilaku yang mendukung

kesehatan. Budaya yang sudah mendukung kesehatan dapat terus

dilakukan (cultural care preservation dan maintenance) untuk

mendukung ibu agar memberikan ASI secara eksklusif.

3. Gambaran Nilai Budaya dan Cara Hidup Masyarakat Bubulak

Selain faktor sosial dan dukungan keterikatan keluarga, faktor budaya dan

gaya hidup juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif. hasil wawancara mendalam dengan sejumlah informan

menunjukkan bahwa masyarakat Bubulak menganggap menyusui atau

memberikan ASI kepada bayi yang baru dilahirkan mmerupakan tindakan

atau cara yang alamiah dan sudah merupakan kodrat.

Nilai budaya masyarakat Bubulak menganggap menyusui bayi adalah

kodrat berkaitan dengan tugas dan peranannya sebagai ibu. Dalam hal ini,

tampak bahwa nilai-nilai budaya tentang menyusui masih melekat dan

diyakini oleh sebagian besar masyarakat setempat. Dengan kata lain, nilai

budaya dianggap memberikan pengaruh kepada ibu untuk memberikan ASI.

Hal ini pun menunjukkan bahwa budaya memberikan pengaruh yang positif

untuk kesehatan.

Selanjutnya dalam masyarakat di wilayah penelitian juga terdapat

kepercayaan terhadap pola makan ibu menyusui. Menurut keyakinan mereka

ada beberapa jenis makanan yang pantang dikonsumsi ibu menyusui dan baru

melahirkan. Jenis makanan tersebut adalah makanan yang berbau amis seperti

Page 99: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

ikan, daging, dan telur, buah yang masam seperi mangga, nanas pisang juga

tidak boleh dikonsumsi. menurut informan pantangan tersebut dianggap hal

yang ditaati apabila memberikan dampak yang positif dengan kesehatan ibu

dan bayi.

Namun sebagian besar masyarakat memantang makanan tersebut karena

ingin menaati adat istiadat walaupun yang menjalankannya tidak paham atau

yakin akan logika memantang. Mereka sekedar mematuhi orangtua dan

menganggap sudah menjalankan tradisi setempat.

Dimasyarakat Bubulak juga terdapat tradisi pada bayi yang baru lahir

yaitu memberikan madu atau air gula agar ASInya terasa manis, dan

memberikan kopi supaya anak tidak terkena step. Ada juga yang memberikan

air dari remasan daun pare untuk membersihkan kotoran bayi dari mulut.

Kebiasaan tersebut dilakukan turun-temurun dan masih diyakini oleh

masyarakat. Hasil penelitian Widodo (2001) juga mengungkapkan

mengungkapkan hal yang sama. Dari hasil penelitian ini terungkap

makanan/minuman yang diberikan pada bayi baru lahir serta alasan pemberian

makanan tambahan kepada bayi baru lahir. Demikian juga hasil penelitian

Sudiman mengungkapkan bahwa sebagian besar ibu memberikan makanan

pendamping ASI kepada bayinya pada usia muda yaitu nol 0-3 bulan, dengan

alasan agar bayi tidak rewel.

Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Swasono (1998) dari

penelitiannya diungkapkan bahwa ada sejenis makanan yang dipantang,

diantaranya bermacam-macam ikan karena dianggap menyebabkan peranakan

Page 100: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

jadi licin dan menjadi kambuh lagi sakitnya. Buah-buahan seperti pepaya,

mangga, pisang akan menyebabka perut menjadi bengkak dan cepat hamil

kembali.

Dari gambaran tersebut terlihat bahwa berbagai alasan yang dikemukakan

oleh ibu-ibu untuk tidak mengkonsumsi sejenis makanan tertentu bagi wanita

yang sedang menyusui dilandasi oleh pandangan budaya. Tentunya hal ini

memberikan kontribusi dalam kegagalan pemerian ASI eksklusif.

Selain terdapat pantang, ada anjuran bagi ibu menyusui. Ibu menyusui

dianjurkan mengkonsumsi sayur-mayur seperti bayam, katuk, dan kacang-

kacangan. Semua jenis makanan yang dianjurkan tersebut dianggap dapat

memberbanyak dan memperlancar ASI, sehingga bayi yang disusui menjadi

sehat. Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan Rina (1998) bahwa

makanan yang dianggap baik untuk ibu menyusui antara lain daun katuk, daun

bayam, kacang panjang dan daun pepaya. Daun-daunan ini dianggap dapat

menambah ASI.

Informan pada penelitian ini adalah ibu yang sudah berhasil menyusui ASI

secara kesklusif dan didapatkan bahwa sikap dan perilaku informan tidak

terlalu dipengaruhi oleh budaya. Dalam menyikapi budaya yang ada informan

terlah dapat membedakan pengaruh negatif dan positif terhadap kesehatan ibu

dan bayi. informan sudah dapat berfikir secara rasional karena telah

memperoleh pengetahuan dari keluarga, petugas kesehatan, media massa

(tabloid, buku, majalah).

Page 101: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Hal diatas juga membuktikan bahwa pentingnya pengertahan ibu

menyusui agar mempunyai sikap dan perilaku untuk memberikan ASI secara

eksklusif. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang memadainya

pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif yang menjadikan

penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif (Novaria

(2000) dalam Kamalia (2005)). Pengetahuan atau kognitif merupakan hal

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya

kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif

yang menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI

eksklusif.

Perilaku ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dalam hal

ini tampak bahwa pengalaman dan pendidikan sejak kecil juga mempengaruhi

sikap dan pola menyusui ibu terhadap bayinya. Seorang wanita yang jika

dalam keluarganya atau lingkungan sosialnya secara teratur mempunyai

kebiasaan menyusui atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara

teratur, akan mempunyai pandangan yang positif tentang pemberian ASI

eksklusif.

Gambaran nilai budaya dan cara hidup masyarakat Bubulak mengenai ASI

eksklsuif sebagai suatu yang alamiah, kodrat, dan tugas seorang ibu dapat

memberikan kontribusi yang baik untuk mendukung ibu dalam memberikan

ASI eksklusif. Namun, adanya pantangan atau mitos yang menjalankannya

dapat memberikan pengaruh yang buruk untuk ASI eksklusif. Untuk

Page 102: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

pantangan dan mitos hendaknya petugas kesehatan dapat melakukan

pendekatan terhadap budaya. Strategi yang digunakan dalam asuhan

keperawatan adalah melestarikan/mempertahankan budaya,

mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien

(Leininger, 2002).

Intervensi mengenai pantangan dan mitos pada hal ini dapat dilakukan

dengan negosiasi budaya. Negosiasi budaya dilakukan untuk membantu klien

beradaptasi terhadap budaya yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat

membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih

mendukung peningkatan kesehatan, misalnya pantang makan yang berbau

amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

Informan dalam penelitian ini adalah ibu yang sudah berhasil dalam

memberikan ASI eksklusif, dalam hal ini bukan berarti informan tidak

mengikuti budaya, namun informan sudah dapat mengevaluasi budaya mana

yang mendukung kesehatan dan yang tidak mendukung kesehatan. ini

disebabkan karena sudah ada evaluasi dari pengetahuan yang dimiliki

informan terhadap budaya yang ada.

4. Hasil Observasi

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian yang tidak

didapatkan dalam wawancara mendalam maka peneliti melakukan wawancara

dan observasi kepada informan. Berikut ini sikap dan tingkah laku serta

keadaan lingkungan informan saat diwawancara:

Page 103: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

a. Ny. A

Wawancara dilakukan pada tanggal 2-5 November 2010. Observasi

dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Ny. A terlihat kooperatif

dan menerima kedatangan peneliti di rumah. Selama wawancara

berlangsung subyek antusias dalam menjawab pertanyaan dari peneliti.

Subyek menceritakan pengalamannya memberikan ASI eksklusif. subyek

tinggal bersama ibu kandung dan adik bungsunya yang masih kuliah. Dua

kali pertemuan rumah tampak sepi karena semua anggota keluarga sedang

beraktivitas diluar rumah, hanya kedua anaknya yang tampak sedang tidur

siang. Hari ketiga wawancara rumah tampak ramai ada ibu dan adik Ny.

A. Adik Ny. A sibuk dengan pekerjaan rumah dan ibu Ny.A terlihat

sedang memberi makan bayi Ny.A. dirumah Ny.A terdapat televisi, radio

dan dvd player. Ny. A juga menunjukkan beberapa tabloid dan majalah

ibu anak yang diletakkan dibawah meja ruang tamu.

b. Ny. P

Wawancara dilakukan pada tanggal 2-6 November 2010. Dua kali

wawancara dilakukan di rumah dan satu kali dilakukan di toko tempat Ny.

A berdagang. Dirumah Ny. P tinggal bersama bibi dan tiga orang

sepupunya. Selama wawancara subyek berbicara dengan logat sunda.

Subyek menceritakan tentang pengalamannya selama menyusui ASI

eksklusif. subyek juga memperkenalkan bibinya kepada peneliti. Aktivitas

dirumah terlihat ramai, tampak dua orang anak perempuan yang sedang

Page 104: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

membantu bibi Ny. M mengerjakan urusan dapur. Satu anak laki-laki

tarlihat sedang menonton televisi.

Di toko Ny. P menjual aneka minuman, makanan ringan dan rokok.

Toko berukuran 3x3 meter dan terdapat sekat untuk Ny. P beristirahat dan

sebagai tempat sholat. Ditoko juga terdapat televisi. Saat wawancara,

tugas menjaga toko dilakukan oleh suami Ny. P. Saat di Toko, bayi Ny. P

turut dibawa. Sambil diselingi kegiatan menyusui Ny.P menjawab

pertanyaan dari peneliti. Tidak tampak kesulitan dalam mengurus bayi.

c. Ny. S

Wawancara dilakukan tanggal 3-7 November 2010 di rumah subyek.

Observasi dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Ny. S terlihat

kooperatif dan menerima kedatangan peneliti. Setiap kali kedatangan

peneliti Ny. S menyambutnya dengan menjabat tangan. Saat wawancara

berlangsung sering terlihat anak Ny. S melakukan aktivitas disekitar Ny.S

misalnya bermain. Ini menjadi hambatan dalam wawancara karena fokus

subyek terbagi dengan anaknya. Pertama kali dilakukan wawancara Ny.S

tampak sepi. Hanya ada anak Ny.S. Wawancara kedua dan seterusnya

rumah tampak ramai. Tampak anak laki-laki yang merupakan adik ipar

Ny. S sedang bermain dengan anak Ny. S. Satu kali wawancara mertua

Ny. S ikut mendampingi dan terkadang menambahkan pernyataan Ny. S.

Ibu mertua tidak tampak mendominasi. Terkadang ibu mertua Ny. S

terlihat menganggukkan kepala saat Ny. S menjelaskan. Ny. S

Page 105: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

menunjukkan tabloid, majalah dan buku tentang anak yang disusun rapi

disatu rak buku.

Page 106: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yakni keberhasilan

pemberian ASI eksklusif dilatarbelakangi oleh:

1. Faktor sosial dan keterikatan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Bubulak kota Bogor mendukung ibu menyusui untuk

memberikan ASI secara Eksklusif. Adapun jenis dukungan yang diberikan

berupa dukungan fisik, dukungan emosional, dan dukungan informasional.

2. Terdapat Nilai budaya dan cara hidup dalam pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Bubulak kota Bogor yang mendukung dan tidak mendukung

kesehatan. Budaya yang mendukung pemberian ASI eksklusif adalah

adanya dukungan sosial dan keterikatan keluarga kepada ibu menyusui

untuk memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan yang tidak

mendukung kesehatan seperti adanya pantangan dalam makan dan adanya

tradisi mapas.

3. Perilaku yang diambil oleh ibu yang berhasil menyusui ASI eksklusif

mempertahankan pemberian ASI eksklusif tanpa mengikuti pantangan dan

mitos yang ada setelah mendapatkan evaluasi terhadap budaya yang tidak

mendukung kesehatan. Sehingga, untuk ibu yang tidak ASI eksklusif

Page 107: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

dapat mengikuti perilaku ibu yang berhasil dalam pemberian ASI

eksklusif.

B. Saran

1. Keluarga

Mempertahankan dukungan terhadap ibu menyusui agar memberikan

ASI eksklusif seperti dukungan fisik, dukungan emosional, maupun

dukungan informasional.

2. Puskesmas Sindangbarang

Memberikan pendekatan bukan hanya pada ibu menyusu tetapi juga

perlu dilakukan pada keluarga seperti orang tua, suami, mertua, dan bibi

misalnya melakukan penyuluhan pada suami sewaktu mengantar

pemeriksaan kehamilan, penyuluhan ke majlis taklim yang mana biasanya

terdapat ibu-ibu ataupun nenek, perpanjangan tokoh masyarakat seperti

penyuluhan pada ibu kader.

C. Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian terhadap banyak informan dan dapat juga

dilakukan penelitian aspek budaya pada ibu menyusui tidak hanya yang berhasil

dalam pemberian ASI eksklusif.

Page 108: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

DAFTAR PUSTAKA

Academy of Breastfeeding Medicine (AMB). 2003. Supporting on Exclusive

Breasfeeding. journal of AMB.Diunduh dari

http://www.bfmed.org/media/files/documentsAMBjournal/pdf/2003. diakses

tanggal 25 Oktober 2010

Al jauziyah, Qayyim, Ibnul. 2007. Fiqih Bayi. buku asli Tuhfatul-Maudud bi

Ahkamil-Maulud. Penerjemah Ansori Umar Sitanggal. Editor: Tri joko

Setiadi. Cetakan pertama. Jakarta: FIKR Rabbani Group

Amiruddin, R dan Rostia. 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI

Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan di Kelurahan Pa’baeng-Baeng Makasar

Tahun 2006. Bagian Epidemiolog FKM Unhas

Andrews, M & Boyle, J.S. 1995.Transcultural Concepts in Nursing Care, Second

edition, Philadelphia, J.B Lippincot Company

Arora. Et.al. 2000. Major Factor Influencing Breastfeeding rates mother Perception

of Father’s Attitude and Milk Supply. Pediatics, Volume 106, No. 5

Asmijati. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Raksa, Kecamatan Tiga Raksa, Dati II

Tangerang Tahun 2000. Tesis. Depok: FKM UI

Biro Pusat Statistik. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007.

Jakarta

Bobak, I.M., dkk. (1995) Maternity Nursing. Edisi 4. Jakarta: EGC

Briawan Dodik. 2004. Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap Pergeseran

Penggunaan Air Susu Ibu (ASI). Program Pascasarjana. Bogor: IPB

Depkes RI, 2002. Strataegi Nasional Peningkatan Penggunaan ASI Sampai Tahun

2005 Kerjasama Depkes, Depdagri, Depnaker dan Trans, Kementrian Negara

Pemberdayaan Perempuan, WHO, Program For Appropiate Technology in

Health Jakarta. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta: Dpkes RI

----------. 2005. Manajemen Laktasi; Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas

Kesehatan di Puskesmas. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta: Depkes RI

Page 109: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Djuantono, dkk. 1996. Situasi Pemberian ASI Terutama ASI Eksklusif Pada Wanita

Di Sekitar Pabrik Tekstil di Lima Kecamatan Wilayah Kab. Bandung

Tahun1995.Majalah Kedokteran Bandung edisi 28 Januari 2006.

Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2009. Profil Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009.

Bogor

Friedman, Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga. Teori dan Praktek. Edisi 3. Jkarta:

EGC

Foster George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan Priyanti Pakan &

Meutia Hatta S., Jakarta: UI Press, 1986

Harmsway. 2002. Why Breastfeeding is Still Best for Baby. Greater Boston

Physicians For Socila Responsibility (GBPSR). Diunduh dari http

://www.ise.org/psr/. Diakses tanggal 25 Juni 2010

Higgins, B. 2000. Puerto Rican cultural beliefs: Influence on infant feeding practices

in western New York. Journal of Transcultural Nursing, 11(1), 19-30.

Ibrahim, Tilaili. 2000. Analisis Pola Menyusui Bayi Di Kecamatan Beuran

Kabupaten Aceh Besar Provinsi D.I Aceh Tahun 2000. Tesis Depok: FKM UI

Kamalia, Dina. 2005.Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare

pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Tahun

2004/2005.Skripsi, Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang

Kasnodiharjo, 1998. Hubungan Karakteristik Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif.

Info Kesehatan Masyarakat. Volume XII, Nomor 1, Desember 1998, Hal 53-

57

Koentjaraningrat. 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

---------------------, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Kresno, Sudarti. 2006. Aplikasi dan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: FKM

UI

Leininger, Madeleine M. Transcultural Nursing: Concepts, Theorist, Reaserch &

Practice. 3rd Edition. USA: McGraw-Hill

Page 110: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Linkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: Satu-Satunya Sumber

Cairan yang dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diunduh dari http :

//linkages.go.id/download/asi.pdf. Diakses tanggal 10 Maret 2010

Lubis, Nuchsin Umar. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian

ASI di Kota Balikpapan Tahun 2002. Tesis. Depok: FKM UI

Maas, L.T., 2004. Kesehatan Ibu dan Anak: Persepsi Budaya dan Dampak

Kesehatan, FKM Universitas sumatera Utara

Maleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakaryas

Menon, P., Akhtar, N. and Habichat, J., 2001. An Ethnographic Study of The

Influences on Maternal Decision Making about Infant Feeding Practices in

Rural Bangladesh. Antwerp Belgium: Proceedings of the International

Colloquium. D/2002/045-/1: 175-190

Nindya, S. 2001. Dampak Pemberian ASI Eksklusif terhadap Penurunan Kesuburan

seorang Wanita. Jakarta: Cermin dunia Kedokteran

Niven, N. 2000. Psikologi kesehatan : Pengantar untuk Perawat dan

ProfesionalKesehatan lain. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC

Nurmiati dan Besral. 2008. Pengaruh Durasi Pemberian ASI terhadap

Ketahanan Hidup Bayi di Indonesia. Makara Kesehatan Volume 12

Nomor 2 Desember 2008. Hal 47-52

Osman, H. et. al.2009. Cultural Belief that may Discourage Breastfeeding amoung

Lebanon Women. Department of Health Behavior and education, Faculty of

Health Sciences, American University of Beirut, Lebanon. Published on

Noveember 2, 2009. Provide by PubMed.gov diunduh

darihttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1988350. Diakses tanggal 8 Januari

2010 Perez-Escamilla R, Cohen et. al. 1993. Maternal Lactation Performance in a Low-

Income Honduran Population: evidence for the role of infants. American

Journal of Clinical Nutrition 1995;61(3):528-534

Page 111: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia). 1994. Melindungi, meningkatkan

dan mendukung Menyusui : Peran Khusus pada Pelayanan Kesehatan ibu

Hamil dan Menyusui. Pernyataan Bersama WHO/UNICEF

--------------, 2003. Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi

Indonesia Jakarta

Polit, D. F. & Hungler, B.P. 2001. Nursing Reaserch: Principles and Methods. 6th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins

Qiu, Liqian. Et. al. A Cohort Study of Infant Feeding Practice in City Suburban and

Sosial Areas in Zhejian Province PR China 2005. International Breastfeeding

Journal provide by BioMed Central, Published on March 3, 2008. Diunduh

dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2292702/. Diakses

tanggal 14 Februari 2010.

Reddy, P.H. 1990 "Dietary practices during pregnancy, lactation and infaancy :

Implications for Health", Health Transition : The Culture. Social and

Behavioral determinants of Health. Volume II. Disunting oleh John C.

Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Lembaran Negara RI tahun 2009 No. 5036. Sekretariat Negara. Jakarta

Rina, Anggoro, A. 1998. Status Gizi Ibu dan Bayi Ditinjau dari Pola Makan Ibu

Selama Menyusui. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol V.

No.6/1998.

Roesli, Utami. 2004. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya

------------------, 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Cetakan I. Jakarta:

Pustaka Bunda.

Rulina, Suradi Suharyono d.k.k., 1992, ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Saryono. Anggraeni, Mekar Dwi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam

bidang Kesehatan. Jakarta: Numed

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan

Anak. cetakan ke-3. Jakarta: Rineka Cipta

Page 112: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Soeparmanto dan Rahayu, Catur. 2006. Hubungan Antara Pola Pemberian ASI

dengan Faktor Sosial, Ekonomi, Demografi, dan Perawatan Kesehatan .

Badan Penelitian dan Pengembangan, Surabaya: Puslitbang Pelayanan

Kesehatan,

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC

Solihin, Pujiadi. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka

Sostroamidjoyo. A.S. 1992. Zat-Zat dalam ASI. Jakarta: Dian Rakyat

Suradi.2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Diunduh dari http:

//www.depkes.go.id diakses tanggal 3 Februari 2010

Swasono, Meutia Farida. 1998. Beberapa Aspek Sosial Budaya Kehamilan,

Kelahiran serta Perawatan Ibu, Jakarta: UI Press

WHO. 2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding(IYCF) (A55/15 0f

16 April 2002) and as Endorsed by Fifty-Fifth World Helath Assembly. World

Health Organization..Geneva

----------, 2006. Exclusive Breastfeeding. Diunduh dari http:

//www.who.int/who.Breastfeeding.html. Diakses 11 Maret 2010.

----------. 2006. Nutrition Infant and Young Child. Diunduh dari http:

//www.who.int/who.CAH-exclusivebreastfeeding.html. Diakses 11 Maret

2010.

---------. 2006. What is the Definition of Breastfeeding. Diunduh dari http:

//www.lalecheleague.org/ba/feb00.html. Diakses 24 Maret 2010

Widodo, Yekti.. 2001. Kebiasaan Memberikan Makanan Kepada Bayi Baru lahir di

Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Media penelitian dan Pengembangan

Kesehatan

Widyosiswoyo, Supartono. 2004. Ilmu Budaya Dasar.edisi revisi cetakan ke-5.

Editor: Anita Vidiayanti. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yulfira dkk. 2007. Faktor Sosial Budaya yang Melatarbelakangi Pemberian ASI

Eksklusif. Medika No.2 Tahun XXXIII. Feb.2007. hal 88-89

Page 113: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Rayuni Firanika

NIM : 106104003493

Alamat : Kp. Pitara RT 03 RW 16 NO. 113 Keluran Pancoran Mas Kec.

Pancoran Mas. Depok 16436

Status : Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Aspek Budaya dalam Pemberian ASI

eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2010”. Penelitian ini akan

menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Oleh karena itu,

berikut ini saya menjelaskan beberapa hal terkait dengan penelitian yang akan saya

lakukan :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai

faktor sosial budaya yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

2. Manfat penelitian ini secara garis besar adalah meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan, khususnya peran serta perawat dalam membantu ibu

menyusui agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

3. Pengambilan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara

mendalam beberapa kali dengan partisipan dan berlangsung 60-90 menit

untuk setiap partisipan atau sesuai kesepakatan, begitupun mengenai waktu

Page 114: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

dan tempat wawancara. Selama wawancara berlangsung, partisipan

diharapkan dapat menyampaikan secara utuh.

4. Selama wawancara dilakukan, peneliti akan menggunakan alat bantu

penelitian berupa catatan dan recorder utnuk membantu kelancaran

pengumpulan data.

5. Semua catatan dan data yang berhubungan dengan penelitian ini akan

disimpan dan dijaga kerahasiannya. Hasil rekaman akan dihapus segera

setelah kegiatan penelitian selesai dilakukan.

Jakarta, Juni 2010

Peneliti

Page 115: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Lampiran

PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

(consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama (initial) :

Umur :

Pekerjaan :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian

dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan

manfaat penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia menjadi partisipan

dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran

serta tanpa paksaan dari siapapun.

Bogor, November 2010

Yang Menyatakan,

(……………………….)

Page 116: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

DATA DEMOGRAFI INFORMAN

Inisial informan : …………………………………..

Umur : …………………………………..

Suku :…………………………………..

Agama :…………………………………..

Pendidikan terakhir :…………………………………..

Pekerjaan :…………………………………..

Penghasilan perbulan :…………………………………..

Tinggal bersama dalam satu rumah dengan :…………………………………..

Usia bayi :…………………………………..

Jumlah anak :…………………………………..

Hubungan dengan informan :………………………………..*)

Keterangan *: untuk informan pendukung

Page 117: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

1. Apakah ibu menyusui secara eksklusif?

2. Apakah arti ASI eksklusif?

3. Sosial dan keterikatan keluarga

a. Siapakah yang mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI eksklusif?

Apakah alasan ibu mengikutinya?

b. Bagaimana sikap keluarga, suami, teman dalam mendukung ibu untuk

memberikan ASI eksklusif?

c. Apa yang dilakukan suami, kelurga, tetangga/teman untuk mendukung

ibu dalam pemberian ASI eksklusif?

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

a. Bagaimana pandangan masyarakat disini terhadap ibu yang menyusui?

b. Apa saja yang ibu ketahui mengenai pantangan atau mitos dalam

pemberian ASI eksklusif?

c. Bagaimana respon ibu dengan adanya budaya tersebut dimasyarakat?

Page 118: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

LEMBAR OBSERVASI

Subyek : 1/2/3

Tanggal :

Wawancara ke :

Waktu : s.d

Tempat :

Catatan lapangan

1. Proses atau kegiatan selama wawancara berlangsung

2. Kondisi rumah pasien atau tempat wawancara

3. Benda yang ada di sekitar subjek

4. Penampilan informan saat wawancara

5. Sikap, mimik,intonasi, respon nonverbal informan saat wawancara

6. Orang yang berada di sekitar informan

7. Gangguan khusus selama wawancara

8. Interaksi sosial informan pada lingkungan (keluarga, teman, tetangga)

Page 119: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2010

No Aspek budaya dalam

pemberian ASi eksklusif

Informan Hasil Ny. A Ny. P Ny. S

1. Apakah ibu menyusui

secara eksklusif?

Ya Ya Ya Semua informan berhasil dalam memberikan ASI eksklusif

2. Apakah arti ASI

eksklusif?

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan/minuman tambahan selama enam bulan pertama

eksklusif adalah ASI yang diberikan selama enam bulan

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi selama enam bulan tanpa dikasih apa-apa, misalnya minuman atau makanan

Arti ASI eksklusi: Pemberian ASI saja tanpa makanan/minuman tambahan selama enam bulan

3. Sosial dan keterikatan

keluarga:

d. Siapakah yang

mempengaruhi ibu

untuk memberikan

ASI eksklusif?

Apakah alasan ibu

mengikutinya?

e. Bagaimana sikap

keluarga, suami,

teman dalam

mendukung ibu

untuk memberikan

ASI eksklusif?

f. Apa yang dilakukan

Ibu kandung. Karena ibu sering mendapat penyuluhan Suami, ibu dan teman bersikap mendukung Suami: membelikan buku, majalah, tabloid anak. Ibu: membantu memandikan bayi.

Sendiri. Karena jauh dari orangtua Suami, ibu, bibi dan teman bersikap mendukung Suami: Bibi: membantu mengompres Teman: memberi informasi

Ibu dan suami. Karena mendapat dukungan dari keduanya. Suami, mertua, dan teman/tetangga bersikap mendukung. Suami: membelikan buku, tabloid, majalah tentang anak. Ibu: membantu mengurus bayi Teman: member informaasi

Yang mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan untuk memberikan ASI eksklusif:

- Suami - Ibu

kandung/mertua Sikap keluarga suami dan teman/tetangga: bersikap baik, mendukung dalam pemberian ASI eksklusif Dukungan yyang diberikan: - Dukungan fisik:

membantu mengurus bayi seperti memandikan bayi. mengompres payudra,

Page 120: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

suami, kelurga,

tetangga/teman untuk

mendukung ibu

dalam pemberian ASI

eksklusif?

memijat setelah melahirkan.

- Dukungan emosional: memberikan pujian, menghargai.

- Dukungan informasional: memberitahu informasi tentang ASI eksklusif, membelikan tabloid, majalah dan buku sebagai media untuk menambah pengetahuan

4. Nilai-nilai budaya dan

cara hidup

a. Bagaimana

pandangan

masyarakat disini

terhadap ibu yang

menyusui?

b. Apa saja yang ibu

ketahui mengenai

pantangan atau mitos

dalam pemberian ASI

eksklusif?

c. Bagaimana respon

ibu dengan adanya

budaya tersebut

dimasyarakat?

Menyusui proses alamiah yang wajar dialami dan sudah kodrat wanita sebagai ibu Bayi diberi madu, Ada istilah mapas, pantangan tidak boleh makan amis, tidak boleh makan pisang. Dianjurkan banyak makan sayur-mayur Memilih budaya yang mendukung baikuntuk kesehatan. Pemberian ASI eksklusif tetap dilakukan

Menyusui tugas sebagai ibu Bayi diberi air gula, kopi, remasan daun pare. Istilah mapas, tidak boleh makan amis Dianjurkan banyak makan sayur-mayur Jika baik dilakukan, jika tidak baik tidak dilkukan. ASI eksklusif tetap dilaksanakan

Suatu kewajajaran sebagai untuk menyusui sebagai tugas ibu Bayi diberi pisang, madu, kopi. Tidak tahu pantangan. Dianjurkan banyak makan sayur-mayur Menjalankan mitos dan pantangan yang baik untuk kesehatan. Untuk ASI eksklusif tidak ada pantangan yang dilaksanakan

Nilai budaya mengenai menyusui: Menyusui dipandang suatu kewajaran, proses alamiah, kodrat ibu, tugas seorang ibu Budaya yang ada pada masa ASI eksklusif: - Memberikan makanan/

minuman seperti, kopi, air gula, madu, pisang emas dan diberikan remasan daun pare.

- Ada istilah mapas yang merupakan waktu untuk melaksanaka pantangan dalam mengkonsumsi makanan.

- Anjuran untuk memakan bayak sayur-mayur. Terutama sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan.

- Sikap terhadap budaya: baik untuk kesehatan akan

Page 121: ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI Beliau mengajarkan banyak makna hidup. Ayah, terimakasih atas segala dukungannya. Atas segala doa yang telah kau berikan kepadaku. ... · 2013-4-11

dilaksanakan, sebaliknya jika tidak baik untuk kesehatan tidak akan dilaksanakan.

- Perilaku: tetap memberikan ASI eksklusif. tidak melaksanakan budaya yang ada seperti mapas, memberikanan makanan/minuman pada bayi dibawah umur 6 bulan.