abstrak - repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/682/1/skripsi_pdf_e.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
ABSTRAK
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGGUNAAN LILIN SEBAGAI
PENYEGAR DALAM JUAL BELI BUAH
(Studi pada Penjual Buah Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung)
Oleh :
INDAH AMALIA
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses jual beli buah
yang mengandung lilin sebagai penyegar di Pasar Gintung Tanjung Karang
Bandar Lampung. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin
sebagai penyegar dalam jual beli buah (studi pada Penjual buah Pasar Gintung
Tanjung Karang Bandar Lampung).
Sebagaimana diketahui bahwa buah-buahan tidak memiliki daya tahan
kesegaran yang cukup lama, khususnya buah apel. Hal ini berbeda dengan buah
impor, karena buah impor sudah terdapat lilin pada dasar kulit buah apel tersebut.
Lilin tersebut melindungi buah dari bakteri, sehingga bakteri tadi tidak dapat
menembus ke dalam kulit buahnya, sehingga buah-buahan yang sudah dilapisi
oleh lilin bisa bertahan lama. Praktek pelilinan ini sudah dilakukan di Negara asal
buah-buahan tersebut dipetik. Tujuan pelilinan agar buah bisa bertahan lama saat
dikirim di negara-negara di seluruh dunia, dalam keadaan buah yang masih segar.
Jika buah berlilin ini sering dikonsumsi dalam jangka panjang, maka akan
menimbulkan gangguan kesehatan dalam tubuh. Dalam hal ini konsumen tidak
mengetahui bahwa buah yang dibeli nya tersebut terdapat lilin, sehingga jual beli
ini bisa dikatakan jual beli yang mengandung unsur penipuan, penjual tidak
memberikan keterangan yang sebenarnya oleh pihak konsumen.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses jual beli buah
yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang
Bandar Lampung. Untuk mengetahuai tinjauan hukum Islam tentang penggunaan
lilin sebagai penyegar dalam jual beli buah pasar Gintung Tanjung Karang Bandar
Lampung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), Guna
mendapatkan data yang mendukung penelitian ini menggunakan beberapa metode
data, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian
ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. Setelah data
terkumpul maka dianalisis menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan
metode berfikir deduktif.
Berdasarkan hasil penelitian ini adalah 1) proses jual beli yang dilakukan
oleh penjual dan pembeli di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ini
bahwa pembeli tidak mengetahui buah-buahan yang telah dibelinya terdapat lilin
pada dasar kulit buah apel tersebut. Pembeli merasa dirugikan ketika mengetahui
2
bahwa buahnya terdapat lilin. 2) Penggunaan lilin sebagai penyegar pada buah
tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat jual beli yaitu objek
dalam jual beli haruslah bermanfaat. Selain itu, di dalam Undang-undang juga
telah dijelaskan bahwa buah-buahan yang memakai lilin berbahaya jika
dikonsumsi dalam jangka panjang, karena akan membahayakan kesehatan tubuh.
Oleh karena itu penjualan buah-buahan yang memakai lilin tidak diperbolekan
dalam hukum Islam. Karena merugikan salah satu pihak, yaitu pembeli yang tidak
mengetahui buah yang dibeliny terdapat lilin pada dasar buah tersebut.
3
4
5
MOTTO
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepadamu” (Q.S. An-Nisa : 29)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2006),
h.65
6
PERSEMBAHAN
Tiada yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selain Engkau.
Engkau curahkan kasih-mu pada setiap mahluk-Mu.
Telah banyak karunia yang Engkau berikan kepadaku ya Allah, termasuk
terselesainya karya kecil yang membanggakan ini.
Dengan ketulusan dan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Indawan yang sudah tenang disana,
serta Ayahanda Damiri S.Pd dan Ibunda Malikhatun terimakasih untuk cinta,
kasih sayang, pengorbanan, dukungan, serta nasihat dan do‟a yang tiada henti
untuk menanti keberhasilanku.
2. Kakak-kakak dan adik-adikku semoga kita semua bisa membuat orang tua
kita selalu tersenyum bahagia. Dan nenekku tersayang Zaenah, pamanku
Vikri Akmaludin, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
motivasi.
3. Almamater tercinta Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung yang telah mendidik, mengajarkan, serta mendewasakan dalam
berfikir dan bertindak secara baik.
RIWAYAT HIDUP
7
Nama lengkap Indah Amalia, dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1995 di
Purwodadi, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Putri pertama dari satu
bersaudara, buah perkawinan pasangan Bapak Indawan dan Ibu Malikhatun.
Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 04 Gisting Bawah dan
selesai pada tahun 2007. Setelah itu melanjutkan pendidikan menengah pertama
pada SMP Muhammadiyah 01 Gisting, tamat pada tahun 2010. Selanjutnya
menempuh pendidikan pada jenjang menengah atas pada SMA Muhammadiyah
01 Gisting, selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama melanjutkan
pendidikan kejenjang pendidikan tinggi, pada Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, mengambil Program Studi Muamalah pada Fakultas
Syari‟ah.
KATA PENGANTAR
8
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya
berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual
Beli Buah” dapat diselesaikan. Salawat serta salam disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikut-pengikutnya yang setia.
Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada
program Srata Satu (S1) Jurusan Muamalah Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan
Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam bidang ilmu
Syari‟ah.
Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak lupa
dihaturkan terimakasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terimakasih
disampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Alamsyah, S.Ag, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN
Raden Intan Lampung yang senantiasa tanggap terhadap kesulitan-kesulitan
mahasiswa.
2. Bapak H.A Khumaidi Ja‟far, S.Ag., M.H. selaku ketua jurusan Muamalah
Fakultas Syari‟ah.
3. Ibu Yufi Wiyos Rini Masykuroh, S.Ag., M.Si., dan Bapak Khoiruddin M.S.I
masing-masing selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan memotivasi
hingga skripsi ini selesai.
4. Bapak dan Ibu Dosen, para Staf Karyawan Fakultas Syari‟ah.
5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas Syari‟ah
dan Institut yang telah memberikan informasi, data, referensi, dan lain-lain.
6. Bapak Nofiandri selaku penjual buah di pasar Gintung Tanjung Bandar
Lampung yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan data-data
yang penyusun butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
9
7. Sahabat-sahabatku Lusiana, Nurul Mukromah, Selly Nuridah Choirunnisa,
Arnis Alfiana, mbak Fitri Hasanah, Nurul Fauziah, Ulfa Fauziah, Ana
Efriyani yang telah meluangkan waktunya untuk membantu proses
penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman KKN kelompok 41 angkatan 2016, serta teman-teman Fakultas
Syari‟ah jurusan Muamalah angakatan 2013 kelas A,B,C yang telah
memberikan motivasi dan memberikan warna dalam sejarah hidupku selama
perjalanan menjadi mahasiswa UIN Raden Intan Lampung.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT, tentunya dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal itu tidak lain disebabkan karena batasan
kemampuan, waktu, dan dana yang dimiliki. Untuk itu kiranya para Pembaca
dapat memberikan masukan dan saran-saran, guna melengkapi tulisan ini.
Akhirnya, diharapkan betapapun kecilnya karya tulis (skripsi) ini dapat
menjadi sumbangan yang cukup berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman.
Bandar Lampung, 11 Febuari 2017
Indah Amalia
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. ii
PERSETUJUAN ................................................................................... iv
10
PENGESAHAN ..................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ......................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul ................................................................. 3
C. Latar Belakang Masalah ............................................................. 4
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 7
F. Metode Penelitian ....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Jual Beli ................................................................ 14
B. Dasar Hukum Jual Beli ............................................................ 17
C. Rukun dan Syarat Jual Beli ...................................................... 20
D. Macam-Macam Jual Beli ......................................................... 28
E. Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam ....................................... 33
F. Asas-asas Jual Beli .................................................................. 40
G. Batal dan Berakhirnya Jual Beli................................................ 42
H. Tinjauan Umum Tentang Lilin ................................................ 46
1. Pengertian Lilin .................................................................. 46
2. Kandungan Bahan Kimia dalam Buah ............................... 46
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pasar Gintung ............................................. 51
1. Sejarah Singkat Pasar Gintung ........................................... 51
2. Struktur Organisasi Pasar Gintung .................................... 52
B. Mekanisme Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar Buah di Pasar
Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ................................... 55
1. Proses Jual Beli Buah yang Mengandung Lilin sebagai
Penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar
Lampung .............................................................................. 55
2. Penggunaan Lilin sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah
di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ............. 60
11
BAB IV ANALISA DATA
A. Proses Jual Beli Buah yang Mengandung Lilin sebagai
Penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar
Lampung ............................................................................... 66
B. Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai
Penyegar dalam Jual Beli Buah ................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebagaiamana kerangka awal guna mendapatkan gambaran yang jelas dan
memudahkan dalam memahami skripsi ini. Maka perlu adanya uraian terhadap
penegasan arti dan makna dari beberapa istilah yang berkaitan dengan tujuan
skripsi ini. Dengan penegasan tersebut diharapkan tidak akan terjadi kesalah
pahaman terhadap pemaknaan judul dari beberapa istilah yang digunakan,
disamping itu langkah ini merupakan proses penekanan terhadap pokok
permasalahan yang akan dibahas.
Adapun judul proposal ini adalah TINJAUAN HUKUM ISLAM
TENTANG PENGGUNAAN LILIN SEBAGAI PENYEGAR DALAM JUAL
BELI BUAH (Studi pada Penjual Buah Tanjung Karang Bandar Lampung).
1. Tinjauan : adalah pendapat meninjau, pandangan, pendapat sesudah
menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya.2 Tinjauan yang dimaksud adalah
melihat kejadian yang terjadi di lapangan dan disesuaikan dengan hukum
islam yang sebenarnya.
2. Hukum Islam : Ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT berupa
aturan dan larangan bagi umat Islam.3 Sedangkan menurut Prof. Dr.T.M
Hasbi Ash Shiddieqy di dalam kitabnya Fiqh Muamalah, mengartikan
2 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka
Amani),h. 552 3 Khalaf Abdul Wahab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994), h.154
13
hukum Islam sebagai segala yang dikeluarkan (ditetapkan) Allah untuk
manusia. Baik yang berupa perintah maupun tata aturan alamiah yang
mengatur kehidupan masyarakat dan hubungan mereka satu sama lainnya
dan membatasi tindakan mereka.4
3. Penggunaan : proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu.5
4. Lilin : adalah bahan terbuat dari parafin, mudah mencair jika dipanaskan,
dapat dipakai sebagai pelita dan/atau untuk membatik.6 Lilin yang dimaksud
ini adalah lilin untuk melapisi pada kulit buah apel.
5. Penyegar : adalah sesuatu yang menyegarkan.
6. Jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak.7 Adapun
menurut kalangan Hanafiyah, pertukaran harta (benda) dengan harta
berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).8 Secara singkat pengertian jual
beli adalah suatau transaksi yaitu menyerahkan hak milik atau suatu barang
kepada pihak kedua, dengan menerima harga yang telah disetujui, berupa
uang atau suatu perjanjian timbal balik, dimana pihak penjual berjanji untuk
menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak pembeli
membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari
perolehan hak milik tersebut.
4 Hasbi Ash Shidieqy, Fiqh Mu‟amalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h.57 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011) h.466 6Ibid., h.592 7 Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Cet Ke-
1, h. 173 8 Rachmad syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet. Ke-4, h. 73
14
7. Buah : adalah bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik (biasanya
berbiji).9 Buah yang dimaksud dalam masalah ini adalah buah apel.
Jadi dari istilah-istilah di atas tersebut menjelaskan bahwa menggunakan
lilin sebagai penyegar buah yaitu memakai lilin yang dilakukan dengan cara
mencairkkan lilin yang berguna untuk melapisi kulit buah agar tetap terlihat bagus
dan segar. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat penulis maksudkan
judul proposal ini adalah TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG
PENGGUNAAN LILIN SEBAGAI PENYEGAR DALAM JUAL BELI BUAH.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan penulis dalam memilih judul ini adalah sebagai berikut:
1. Alasan Obyektif
Adanya kegiatan yang melakukan jual beli yang dengan cara penggunaan
lilin sebagai penyegar buah, karena dengan menggunakan penyegar tersebut
akan memberikan jangka yang panjang bagi buah untuk membusuk, dan juga
bagi seorang penjual buah bertujuan agar buah yang dijual tidak cepat
membusuk.
2. Alasan Subyektif
a. Obyek kajian sesuai dengan bidang Mu‟amalah Fakultas Syari‟ah UIN
Raden Intan Lampung.
b. Tersedianya banyak referensi serta data-data lapangan yang menunjang
penulis untuk mengadakan penelitian.
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Edisi Keempat, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991) h.211
15
C. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia
hingga akhir. Islam diatur oleh syariat yang didasarkan pada ketuhanan Allah
SWT. Yang sumber utamanya adalah Al-Qur‟an. Islam pun mengatur secara jelas
apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan terhadap kehidupan atau
didalam bisnis.
Bisnis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi
secara efisien.10
Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma
mendefinisikan serangkaian aktifitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak
dibatasi jumlahnya (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang atau jasa) termasuk
profit, namun dibatasi dalam cara memperoleh dan pendayagunaan hartanya.11
Setiap manusia diwajibkan mencari rizeki yang ada didunia ini. Salah satu
usaha yang dianjurkan agama adalah dengan harta jual beli.12
Jual beli adalah
suatu perjanjian tukar menukar barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan
sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan syara‟ (hukum islam).13
10 Muslich, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta : Adipura, 2004), h.46 11 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma,
Menggagas Bisnis Islam (Jakarta : Gema Isnani Press, 2002), h.18 12 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung : alm Arif Bandung, 1997) 13 Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Bandar Lampung : IAIN
Raden Intan Lampung, 2015
16
Tidak hanya agama, pemerintah pun telah memberikan peraturan dan
penegasan mengenai kualitas makanan yang dikonsumsi agar tidak
membahayakan jiwa manusia. Perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan
dan perkembangan di bidang perekonomian, perindustrian dan perdagangan telah
menghasilkan beberapa varian dalam hal barang dan jasa yang dapat diperoleh
secara cepat dan mudah. Dampak dari perkembangan tersebut terutama sekali
terlihat pada hal buah-buahan dengan berbagai cara pengolahan dan
pembuatannya. Agar hasil nya akan terlihat baik, tahan lama, dan unggul
dikompetitifnya dunia perdagangan, seperti buah-buahan yang menggunakan
pengawet berupa lilin agar buah-buahannya tetap segar, tanpa berpikir dampak
dari campuran bahan kimia bagi kesehatan.
Contohnya untuk sekarang ini banyak beredaran buah-buahan yang
menggunakan lilin. Sebagaimana diketahui bahwa buah-buahan tidak memiliki
daya tahan kesegaran yang cukup lama, khususnya buah apel. Hal ini berbeda
dengan buah impor, karena buah impor sudah terdapat lilin pada dasar kulit buah
apel tersebut. Lilin tersebut melindungi buah dari bakteri, sehingga bakteri tadi
tidak dapat menembus ke dalam kulit buahnya, sehingga buah-buahan yang sudah
dilapisi oleh lilin bisa bertahan sampai lama. Apel yang telah dilapisi lilin tersebut
bisa bertahan 3 sampai 6 bulan dan masih tetap terlihat segar. Praktek pelilinan ini
sudah dilakukan di Negara asal buah-buahan tersebut dipetik. Tujuan pelilinan
tersebut agar bisa bertahan lama sampai diterima di negara-negara di seluruh
dunia, dalam keadaan buah yang masih segar. Jika buah berlilin ini sering
17
dikonsumsi dalam jangka panjang, akan menimbulkan gangguan kesehatan dalam
tubuh.
Dalam hal ini konsumen tidak mengetahui bahwa buah yang dibelinya
tersebut terdapat lilin, sehingga jual beli ini bisa dikatakan jual beli yang
mengandung unsur penipuan, penjual tidak memberikan keterangan yang
sebenarnya oleh pihak konsumen.
Hal inilah yang terjadi pada distributor buah yang ada di pasar Gintung
Tanjung Karang Bandar Lampung yang sudah lama dijalani. Untuk itu distributor
tidak mau banyak mengeluh karena buah-buahannya beresiko cepat BS (busuk)
saat diterima. Buah-buahan tersebut diberikan pengawet seperti lilin agar tetap
terihat segar dan tidak cepat busuk saat diperjual belikan.
Karena itulah diperlukan penelitian yang mendalam agar dapat membahas
masalah ini untuk mengetahui penyebab semakin banyaknya penjual buah yang
menjual buahnya menggunakan lilin, terkait mengenai adanya isu Buah yang
menggunakan lilin sebagai penyegar buah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Tentang
Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan
yang timbul, diantaranya:
1. Bagaimana proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar
di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung?
18
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai
penyegar dalam jual beli buah?
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu:
1. Untuk mengetahui proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai
penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui tinjauan hokum Islam tentang penggunaan lilin
sebagai penyegar dalam jual beli buah.
Kegunaan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis, sebagai wahana untuk menambah kehasan keilmuan.
b. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu syarat
memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar S.H. pada Fakultas
Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field
research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah kehidupan yang
sebenarnya.14
Mengingat penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan maka
dalam pengumpulan data dilakukan pengolahan data-data yang bersumber dari
lapangan (lokasi penelitian). Dalam hal ini akan langsung mengamati dan meneliti
tentang jual beli menggunakan lilin sebagai penyegar buah.
14 Hadi Sutrisno, Metode Research, (Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1994),
h.142
19
Selain lapangan penelitian ini juga menggunakan penelitian
kepustakaan (Library Research) sebagai pendukung dalam melakukan penelitian
dengan menggunakan berbagai literatur yang sesuai dengan masalah yang
diangkat dalam penelitian.
2. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara aktual dan cermat.
Metode deskriptif pada hakikatnya adalah mencari teori bukan untuk menguji
teori metode ini menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Penelitian
bertindak sebagai pengamat.
3. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data disini adalah subjek dari mana data
diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data ada dua, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.15
Biasanya
melalui angket, wawancara, jajak pendapat dan lain-lain. Dalam
penelitian ini data primer diperoleh langsung dari pedagang buah dan
pembeli di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
15
Marzuki, Metodologi Riset, BPFE-VII, Cet 4, Yogyakarta, 1997,h.55.
20
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulanya, jadi data sekunder berasal dari tangan kedua.
Diperoleh melalui badan atau instansi yang bergerak dalam proses
pengumpulan data, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta.16
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data
penelitian dengan pengamatan. Peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau, yang digunakan
sebagai sumber data penelitian.17
Observasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi secara lansung, dalam artian peneliti
ikut langsung terjun ke lapanga untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dimana peneliti
mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang ada pada
pedagang buah yang memakai lilin sebagai penyegar buah di pasar
Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
b. Interview ( wawancara )
Metode interview adalah suatu pengumpulan data dengan cara
Tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih saling
berhadap-hadapan secara fisik yang diarahkan pada pokok
16 Sedamayanti, Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,2001), h.73 17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet ke-11 (Bandung:
Alfabeta, 2010), h.227
21
permasalahan tertentu. Penelitian ini menggunakan wawancara
secara bebas dan terpimpin, yaitu dengan menyiapkan beberapa
pertanyaan yang telah ditentukan, tentunya yang berkaitan dengan
permasalahan.
Interview yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
fakta-fakta atau keterangan dari para distributor buah dan para
pembeli buah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
para pedagang buah yang ada di pasar Ginung Tanjung Karang
Bandar Lampung yang menjadi objek penelitian. Metode interview
yang digunkan dalam penelitian ini adalah interview bebas (tidak
berstruktur), sehingga responden secara spontan dapat
mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Dengan
demikian bisa diperoleh gambaran yang lebih luas mengenai
masalah yang sedang diteliti kepada penjual buah pasar Gintung
Tanjung Karang Bandar Lampung.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
sesuatu yang berkaitan dengan masalah variabel yang berbentuk
catatan, gambar, majalah, surat kabar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.18
Dokumentasi ini dilakukan di Pasar
Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
18
Ibid., h. 240
22
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian19
atau keseluruhan unit manusi, dapat
juga berbentuk gejala atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama, adapun
yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah pedagang buah dan pembeli
buah yang berjumlah <100 orang.
Sampel adalah contoh yang mewakili dari populasi dan cermin dari
keseluruhan objek yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari beberapa populasi dan digunakan sebagai objek penelitian. Adapun
teknik yang digunakan memilih sampel, menggunakan Random Sampling yaitu
pemilihan sekelompok subjek yang akan dijadikan sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.20
Menurut Sugiono dalam bukunya “apabila subyek penelitiannya < 100
lebih baik diambil semua. Mengingat jumlah populasi yang penulis temukan
dalam penelitian ini < 100 orang, yaitu 10 orang.
a. Para penjual buah di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar
Lampung sebanyak 2 orang.
b. Pembeli buah sebanyak 8 orang.
6. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan cara, antara lain:
a. Pemeriksaan Data (Editing)
19 Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1991), h.102 20 Sutrisno, Metodologi Reseach Pendekatan Kwalitatif, R&D, Bandung, 2009, h.
120
23
Adalah pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena
kemungkinan data yang masuk atau data yang terkumpul itu tidak
logis dan meragukan.21
Data yang diedit merupakan data hasil
penelitian tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai
penyegar buah.
b. Systematizing
Yaitu melakukan penyusunan pokok bahasaan secara
sistematis atau berurutan sehingga memudahkan pembahasan.
c. Tabulasi data
Setelah dilakukan pemeriksaan data dan sistematika data
yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari studi literature,
selanjutnya data dimasukan dalam bentuk table data
kependudukan, data pemerintah, dan lain-lain.22
7. Metode Analisis Data
setelah data dikumpulkan, diedit, sistematika data dan tabulasi data, maka
langkah selanjutnya data dianalisis secara kualitatif, yaitu suatu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tulisan atau lisan
dari orang-orang yang berprilaku yang dapat dimengerti.23
Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara
deskriptif, yaitu suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, sistematis.
21 Sugiono, Op.Cit, h.107 22 Kartini Kartono, Pengertian Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni,
1990), h.33 23 Lexy L. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-XIV, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2001), h.3
24
Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban
atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan menggunakan cara
berfikir deduktif. Cara berfikir deduktif adalah metode analisa data dengan cara
bermula dari data yang bersifat umum tersebut, kemudian ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus.24
24 Sutrisno Hadi, Methodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,
1984), h.42
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Jual Beli
Jual beli disebut bai‟ dalam bahasa Arab. Bai‟ adalah suatu transaksi yang
dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang
dengan harga yang disepakatinya.25
Sedangkan perdagangan atau jual beli
menurut bahasa berarti al-Bai‟, al-Tijarah dan al-Mubadalah, sebagaimana Allah
Swt berfirman:
Artinya: … mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi
(Faathir: 29).26
Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai
berikut.
1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan.27
2. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar-menukar yang sesuai dengan
aturan Syara‟.
3. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola dengan ijab dan qabul,
dengan cara yang sesuai dengan syara‟.
25 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
h. 143 26 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro,
2006), h. 349 27
Hendi suhendi. Fiqh Muamalah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 68
26
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu
perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak
lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan
Syara‟ dan disepakati.
Sesuai dengan ketetapan hukum maksudnya ialah memenuhi persyaratan-
persyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli
sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi tidak sesuai dengan
kehendak Syara‟.28
Benda dapat mencakup pengertian barang dan uang, sedangkan sifat benda
tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda yang berharga dan dapat
dibenarkan penggunaannya menurut Syara‟. Benda itu adakalanya bergerak
(dipindahkan) dan ada kalanya tetap (tidak dapat dipindahkan), ada yang dapat
dibagi-bagi, ada kalanya tidak dapat dibagi-bagi, ada harta yang ada
perumpamaannya (mitsli) dan tidak ada yang menyerupai (qimi) dan yang lain-
lainnya. Penggunaan harta tersebut dibolehkan sepanjang tidak dilarang syara‟.
Benda-benda seperti alkohol, babi, dan barang terlarang lainnya haram
diperjualbelikan sehingga jual beli tersebut dipandang batal dan jika dijadikan
harga penukar, maka jual beli tersebut dianggap fasid.
R. Subekti, mengatakan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian dimana
pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan hak milik atas suatu barang,
28
Ibid., h. 69
27
sedangkan pihak lain menyanggupi akan membayar sejumlah uang sebagai
harga.29
Jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu jual beli yang
bersifat umum dan jual yang bersifat khusus.
1. Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar-menukar sesuatu
yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah akad yang
mengikat dua belah pihak. Tukar-menukar yaitu salah satu pihak
menyerahkan ganti penukaran atas suatu yang ditukarkan adalah dzat
(berbentuk), ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya
atau bukan hasilnya.30
2. Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik,
penukarannya bukan mas bukan pula perak, bendanya dapat direalisir dan
ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu
ada di hadapan si pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui
sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.31
B. Dasar Hukum
29 R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Praditya Paramita,
1983), h. 327 30 Ibid., h. 327 31
Hendi suhendi. Op.Cit, h. 70
28
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah Saw.
Landasan jual beli, yaitu:
1. Al-Qur‟an
Q.S. Al-Baqarah ayat 275
Artinya: Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…
Q.S. An-Nisa‟ ayat 29
33
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.
Q.S. Al-Baqarah : 282
…
Artinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli.
2. Hadis Nabi Saw
Hadist adalah sumber kedua setelah al-Qur‟an. Dan hal ini
merupakan rahmat dari Allah SWT kepada umatnya sehingga hukum
32 Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 36 33 Ibid., h.65 34
Ibid., h. 37
29
Islam tetap elastis dan dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
Adapun hadist yang menerangkan jual beli adalah:
a. Hadis Jabir bin Abdullah:
Artinya: dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah Saw
bersabda: “Allah mengasihi orang yang murah hati ketika menjual,
ketika membeli dan ketika menagih”. (H.R. Bukhari).
b. Hadis dari „Adbullah bin „Umar:
Artinya: hadis „Abdullah bin „Umar ra., bahwasannya Rasulullah
Saw bersabda: “dua pihak yang saling berjual beli, salah satunya
menggunakan hak memilih (khiyar) terhadap pihak lain, selama
keduanya belum berpisah kecuali mengenai jual beli dengan
khiyar. (H.R Bukhari)
c. Hadis dari Bukhari bin Musa
35 Zainuddin, Dkk, Terjemahan Hadits Shahih Bukhari, Jilid I-IV, (Jakarta: Widjaya,
1992), h. 255, Hadits No: 1020 36 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Koleksi Hadis yang
Disepakati Oleh Al-Bukhari dan Muslim, Penerjemah Muslich Shabir (Semarang: 1993). H.
328, Hadis no. 1039
30
Artinya: mewartakan Ibrahim bin Musa, bercerita „Isa bin Yunus
dari Tsaur, dari Khalid bin Ma‟dan r.a. Rasulullah Saw, bersabda:
tidak ada maknan yang dimakan seseorang, sekali-kali tidak, yang
lebih baik daripada makanan-makanan hasil usaha tangannya
sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Daud a.s., maka dari hasil usaha
tangannya beliau sendiri (H.R Bukhari Muslim).
3. Ijma‟
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.38
Ummat sepakat bahwa jual beli dan penekunannya sudah berlaku (dibenarkan)
sejak zaman Rasulullah hingga hari ini.39
Terakhir, dalil dari ijma‟ bahwa umat Islam sepakat bila jual beli itu
hukumnya boleh dan terdapat hikmah di dalamnya. Pasalnya, manusia bergantung
pada barang yang ada di orang lain dan tentu orang tersebut tidak akan
memberinya tanpa ada imbalan balik. Oleh karena itu, dengan diperbolehkannya
jual beli maka dapat membantu terpenuhinya kebutuhan setiap orang dan
37 Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Al-Mughirah Al-Ja‟fai,
Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004), h. 373. Hadist No. 2072 38 Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 75 39
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 12, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1997), h.48
31
membayar atas kebutuhannya itu. Manusia itu sendiri adalah mahluk sosial,
sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya kerja sama dengan yang lain.
Pada prinsipnya, dasar hukum jual beli adalah boleh. Imam Syafi‟i
mengatakan, “semua jenis jual beli hukumnya boleh kalau di lakukan oleh dua
pihak yang masing-masing mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi,
kecuali jual beli yang dilarang atau diharamkan dengan izin-Nya maka termasuk
dalam kategori yang dilarang. Adapun selain itu maka jual beli boleh hukumnya
selama berada pada bentuk yang ditetapkan oleh Allah.40
C. Rukun Dam Syarat Jual Beli
1. Rukun Jual Beli
Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang yang
berakad (penjual dan pembeli), dan ma‟kud alaih (objek akad).
Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan
sah sebelum ijab dan Kabul dilakukan sebab ijab kabul menunjukkan kerelaan
(keridhaan). Pada dasarnya ijab kabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak
mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya, boleh ijab kabul dengan surat
menyurat yang mengandung arti ijab dan kabul.
Adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan berhubungan dengan hati,
kerelaan dapat diketahui melalui tanda-tanda lahirnya, tanda yang jelas
menunjukkan kerelaan adalah ijab dan kabul.41
40 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.
27 41
Hendi Suhendi, Op.Cit, h. 70
32
Menurut Hanafi, rukun jual beli adalah ijab-qabul yang menunjukkan adanya
maksud untuk saling menukar atau sejenisnya (mu‟athaa). Dengan kata lain,
rukunnya adalah tindakan berupa kata atau gerakan yang menunjukan kerelaan
dengan berpindahnya harga dan barang. Inilah hal pernyataan ulama Hanafi dalam
hal transaksi. Adapun mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa jual beli memiliki
empat rukun yaitu penjual, pembeli, pernyataan kata (ijab-qabul), dan barang.
Pendapat mereka ini berlaku pada semua transaksi.
Ijab menurut Hanafi, adalah menetapkan perbuatan khusus yang menunjukkan
kerelaan yang terucap pertama kali dari perkataan salah satu pihak, baik dari
penjual seperti kata bi‟tu (saya menjual) maupun dari pembeli seperti pembeli
mendahului menyatakan kalimat, “saya ingin membelinya dengan harga sekian.”
Sedangkan qabul adalah apa yang dikatakan kali kedua dari salah satu pihak.
Dengan demikian, ucapan yang dijadikan sandaran hukum adalah siapa yang
memulai pernyataan dan menyusulinya saja, baik itu dari penjual maupun dari
pembeli.
Namun, ijab menurut mayoritas ulama adalah pernyataan yang keluar dari
orang yang memiliki barang meskipun dinyatakannya di akhir. Sementara qabul
adalah pernyataan dari orang yang akan memiliki barang meskipun dinyatakan
lebih awal.
Adapun rukun jual beli menurut mayoritas ulama selain Hanafi ada tiga atau
empat: pelaku transaksi (penjual/pembeli), objek transaksi (barang/harga),
pernyataan (ijab/qabul).42
42
Wahbah Az-Zuhaili, Op Cit, h. 28
33
2. Syarat jual beli
a. Penjual dan pembeli
Syaratnya adalah:
1) Berakal, agar tidak terkecoh
Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
Sebagaimana
firman Allah Swt, dalam surat An-Nisa ayat 5: 43
Artinya: dan janganlah kamu serakah kepada orang-orang
yang bodoh, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
yang dijadikan Allah untukmu sebagai pokok kehidupan.
2) Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa)
Pada dasarnya jual beli itu hendaknya dilakukan atas
kemauan sendiri (adanya kerelaan) atau tidak ada paksaan dari
masing-masing pihak. Karena kerelaan itu adalah perkara yang
tersembunyi dan tergantung pada qarinah diantara ijab dan qabul,
seperti suka sama suka dalam ucapan, penyerahan dan
penerimaan.
3) Tidak mubazir (pemboros)
orang yang pemboros apabila melakukan jual beli, maka jual
belinya tidak sah. Sebab orang yang pemboros itu suka
43
Departemen Agama RI, Op Cit, h. 61
34
menghambur-hamburkan hartanya. Hal tersebut dinyatakan oleh
Allah SWT dalam firmannya surat al-isra ayat 27 yang berbunyi:
Artinya: sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya.44
4) Baligh (berumur 15 tahun keatas/dewasa).
Anak kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang
sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut
pendapat sebagaian ulama, mereka dapat diperbolehkan berjual
beli barang yang kecil-kecil karena kalau tidak diperbolehkan,
sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama
Islam tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan
kesulitan kepada pemeluknya.45
b. Mauqud alaih (objek akad), harga dan barang yang diperjual
belikan.
Syarat-syarat jual beli ditinjau dari ma‟qud „alaih yaitu:
1) Suci barangnya
Ulama malikiyah berpendapat bahwa tidak sah jual beli
barang najis, seperti tulang bangkai dan kulitnya walaupun telah
dimasak, karena barang tersebut tidak dapat suci dengan
44 Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 227 45 Sualiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), cet. 27, h.
279
35
dimasak, termasuk khamr, babi dan anjing. Tetapi sebagian
ulama Malikiyah membolehkan jual beli anjing yang digunakan
untuk berburu, menjaga rumah dan perkebunan.
Menurut madzhab Hanafi dan Zahiri, semua barang yang
mempunyai nilai manfaat dikategorikan halal untuk dijual. Untuk
itu mereka berpendapat bahwa boleh menjual kotoran-kotoran
dan sampah-sampah yang mengandung najis karena sangat
dibutuhkan penggunaannya untuk keperluan perkebunan dan
dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Demikian pula
diperbolehkan menjual setiap barang najis yang dapat
dimanfaatkan selain untuk dimakan dan diminum seperti minyak
najis untuk keperluan penerangan dan untuk cat pelapis serta
diguanakan mencelup wanter. Semua barang tersebut dan
sejenisnya boleh diperjual belikan meskipun najis selama
penggunaannya tidak untuk dimakan.
2) Dapat diambil manfaatnya
Menjual belikan binatang serangga, ular, semut, tikus atau
binatang-binatang lainnya yang buas adalah tidak sah kecuali
untuk dimanfaatkan. Adapun jual beli harimau, buaya, kucing,
ular dan binatang lainnya yang berguna untuk berburu, atau dapat
dimanfaatkan maka diperbolehkan.
3) Milik orang yang melakukan akad
36
Menjual belikan sesuatu barang yang bukan menjadi
miliknya sendiri atau tidak mendapatkan ijin dari pemiliknya
adalah tidak sah.46
Karena jual beli baru bisa dilaksanakan
apabila yang berakad tersebut mempunyai kekuasaan untuk
melakukan jual beli.
4) Dapat diserah terimakan
Barang yang diakadkan harus dapat diserah terimakan secara
cepat atau lambat, tidak sah menjual binatang-binatang yang
sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi, atau barang yang sulit
dihasilkannya.47
5) Dapat diketahui
Barang yang sedang dijual belikan harus diketahui banyak,
berat, atau jenisnya. Demikian pula harganya harus diketahui
sifat, jumlah maupun masanya. Jika barang dan harga tidak
diketahui atau salah satu dari keduanya tidak diketahui, maka jual
beli tidak sah karena mengandung unsur penipuan. Mengenai
syarat mengetahui barang yang dijual cukup dengan penyaksian
barang sekalipun tidak diketahui jumlahnya. Untuk barang
46 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
1996), h. 39 47 Ibnu Mas‟ud, Fiqh Madzhab Syafi‟i Edisi Lengkap, (Bandung: Pustaka Setia), h.
31
37
zimmah (dapat dihitung, ditakar), maka kadar kualitas dan
kuantitas harus diketahui oleh pihak berakad.
Barang yang tidak dapat dihadirkan dalam majlis,
transaksinya disyaratkan agar penjual menerangkan segala
sesuatu yang menyangkut barang itu sampai jelas bentuk dan
ukurannya serta sifat dan kualitasnya. Jika ternyata pada saat
penyerahan barang itu cocok dengan apa yang telah diterangkan
penjual, maka khiyar berlaku bagi pembeli untuk meneruskan
atau membatalkan transaksi.
Demikian juga boleh memperjual belikan barang yang tidak
ada di tempat seperti jual beli yang tidak diketahui secara
terperinci. Caranya kedua belah pihak melakukan akad perihal
barang yang ada tetapi tidak diketahui kecuali dengan perkiraan
oleh para ahli yang biasanya jarang meleset. Sekiranya nanti
terjadi ketidak pastian biasanya pula bukanlah hal yang berat.
Karena bisa saling memaafkan dan kecilnya kekeliruan.
Diperoleh pula jual beli yang diketahui kriterianya saja, seperti
barang yang tertutup dalam kaleng, tabung oksigen, minyak
tanah melalui kran pompa yang tidak terbuka, kecuali waktu
penggunaannya.
c. Ijab dan qabul (sighat/aqad)
Sighat atau ijab-qabul artinya ikatan berupa kata-kata penjual
dan pembeli. Umpamanya: “saya jual benda ini kepadamu untuk
38
kamu miliki”. Kemudian si pembeli mengucapkan, “saya terima”
atau “ya, saya beli.”48
Dalam fiqih al-Sunnah dijelaskan ijab
adalah ungkapan yang keluar terlebih dahulu dari salah satu
pihak sedangkan qabul yang kedua. Dan tidak ada perbedaan
antara orang yang mengijab dan menjual serta mengqabul si
pembeli atau sebaliknya, dimana yang mengijabkan adalah si
pembeli dan yang mengqabul adalah si penjual. Adapun syarat-
syarat umum suatu aqad adalah sebagai berikut:
1. Pihak-pihak yang melakukan aqad telah cukup bertindak
hukum.
2. Objek akad diakui oleh syara‟.
3. Aqad itu tidak dilarang syara‟.
4. Aqad itu bermanfaat.
5. Pernyataan ijab tetap utuh dan shahih sampai terjadinya
qabul.
6. Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis, yaitu suatu
keadaan yang menggambarkan proses suatu transaksi.
7. Tujuan aqad jelas diakui syara‟ dalam jual beli tujuannya
memindahkan hak milik penjual kepada pembeli.
8. Tujuan aqad tidak bertentangan dengan syara‟.
48 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum Perdata Islam, UII
Press, Yogyakarta, 2000, h. 103
39
Berdasarkan syarat umum di atas, jual beli dianggap sah jika
terpenuhi syarat-syarat khusus yang disebut dengan syarat Ijab
dan Qabul sebagai berikut.
1) Orang yang mengucapkan telah balikh dan berakal
2) Qabul sesuai dengan ijab
3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis.49
D. Macam-Macam Jual Beli
Dalam macam atau bentuk jual beli, terdapat beberapa klasifikasi yang
dikemukakan oleh para Ulama, antara lain :
a. Ulama Hanafiyah, membagi jual beli dari segi atau tidaknya menjadi tiga
bentuk, yaitu:50
1) Jual beli yang shahih
Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang shahih apabila jual beli
itu disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik
orang lain, dan tidak bergantung pada Khiyar lagi.
2) Jual beli yang bathil
Jual beli dikatakan jual beli yang bathil apabila salah satu atau
seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli tersebut pada dasar dan
sifatnya tidak disyari‟atkan atau barang yang dijual adalah barang-barang
yang diharamkan syara‟. Jenis-jenis jual beli yang bathil antara lain :
49 Mardani, Fiqih Ekonomi Syari‟ah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 74 50
Narun Harun, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 121-129
40
a) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqih sepakat
menyatakan jual beli seperti ini tidak sah atau bathil. Misalnya,
memperjual belikan buah yang putiknya pun belum muncul
dipohon.
b) Menjual barang yang tidak boleh diserahkan oleh pembeli,
seperti menjual barang yang hilang atau burung piaraan yang
lepas dan terbang di udara. Hukum ini disepakati oleh ulama
Fiqh dan termasuk ke dalam kategori bai al-gharar (jual beli
tipuan).
c) Jual beli yang mengandung unsur penipuan, yang ada lahirnya
baik, tetapi ternyata di balik itu semua terdapat unsur tipuan.
d) Jual beli benda-benda najis, seperti khamr, babi, bangkai, dan
darah karena dalam pandangan Islam adalah najis dan tidak
mengandung harta.
e) Jual beli al-„arbun, yaitu jual beli yang bentuknya dilakukan
melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan
uangnya seharga barang diserahkan kepada penjual, dengan
syarat apabila pembeli tertarik dan setuju maka jual beli sah.
Tetapi apabila pembeli tidak setuju dan barang dikembalikan,
maka uang yang telah diberikan kepada penjual, menjadi hibah
bagi penjual. Kebanyakan fuqaha melarang dengan alasan
41
bahwa jual beli termasuk bab kesamaran dan pertaruhan, juga
memakan harta orang lain tanpa imbalan.51
f) Memperjualbelikan air sungai, air danau, air laut, dan air yang
tidak boleh dimiliki seseorang, karena air yang tidak dimiliki
seseorang merupakan hak bersama ummat manusia, tidak boleh
diperjualbelikan. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw :
Artinya : Diceritakan Tahya bin Bakri, menceritakan Al-Laits
dari „Ukil bin Ibnu Syihab dari Ibnu Musayyib dan Abu
Salamah dari Abu Hurairah r.a., berkata bahwa Rasulullah
Saw. Bersabda: “Tidak boleh ditahan (ditolak) orang yang
meminta kelebihan air, yang akan mengakibatkan tertolaknya
kelebihan rumput.” (H.R. Bukhari Muslim).
3) Jual beli fasid adalah jual beli yang rusak dan apabila kerusakan itu
menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki. Jenis-jenis jual beli
fasid, antara lain :
51 Ibnu Rusyd, Bidayatu‟l Mujatahid,, Terjemah oleh M.A. Abdurrahman dan A.
Haris Abdullah, Jus III, Asy-Syifa‟, Semarang 1990 h. 80 52 Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhori, Jilid
II, No. Hadits 2201, h. 893
42
a) Jual beli al-majhul, yaitu jual beli yang barangnya secara
global tidak dapat diketahui, dengan syarat kemajhulannya
bersifat menyeluruh. Akan tetapi, apabila kemajhulannya
bersifat sedikit, maka jual belinya sah.
b) Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat. Menurut ulama
Hanafiyah, jual beli seperti ini dianggap sah pada saat
persyaratannya terpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan
dalam akad jatuh tempo.
c) Menjual barang yang ghaib yang tidak dapat dihadirkan pada
saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat
langsung oleh pembeli.
d) Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.
e) Barter dengan barang yang diharamkan, umpamanya
menjadikan barang-barang yang diharamkan sebagai harga,
seperti babi, khamr, bangkai, dan darah.
f) Jual beli ajal, misalnya seseorang menjual barangnya kepada
orang lain yang pembayarannya ditunda selama satu bulan,
kemudian setelah penyerahan kepada pembeli, pemilik barang
pertama membeli barang itu dengan harga yang lebih rendah,
sehinga pertama tetap berutang kepada penjual. Jual beli seperti
ini dikatakan fasid karena jual beli ini menyerupai dan
menjurus kepada riba.
43
g) Jual beli anggur dan buah-buahan lainnya untuk tujuan
membuat khamr.
h) Jual beli dengan dua syarat. Misalnya seperti ungkapan
pedagang yang mengatakan, “jika tunai harganya Rp 50.000,
dan jika berutang harganya Rp 75.000”.
i) Jual beli barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari
satuannya. Misalnya membeli tanduk kerbau pada kerbau yang
masih hidup.
j) Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum sempurna
matangnya untuk dipanen.
b. Ulama Malikiyah, membagi jual beli dari segi terlihat atau tidaknya barang
dan kepastian akad, anatara lain :
1) Jual beli dilihat dari segi terlihat atau tidaknya barang, yaitu :
a) Jual beli yang hadir, artinya barang yang dijadikan objek jual beli
Nampak pada saat transaksi berlangsung.
b) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian yaitu jual
beli salam (pesanan). Karena orang yang memesan itu sanggup
menyerahkan modal uang di majlis akad.
2) Jual beli dilihat dari segi kepastian akad, yaitu:
a) Jual beli tanpa khiyar,
b) Jual beli khiyar.
E. Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam
44
Dalam pembagian atau macam-macam jual beli yang dilarang dalam Islam,
Wahbah Az-Zuhaili membagi atau beberapa bagian sebagai berikut :53
a. Jual beli yang dilarang karena pihak-pihak yang berakad. Adapun orang-
orang yang tidak sah jual belinya adalah sebagai berikut:
1. Orang gila
Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan oleh orang yang gila
tidak sah, berdasarkan kesepakatan ulama, karena tidak memiliki sifat
ahliyah (kemampuan). Disamakan dengannya orang yang pingsan,
mabuk, dan dibius.
2. Anak kecil
Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan anak kecil (belum
mumayyiz) dipandang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang
ringan. Adapun jual beli anak yang telah mumayyiz maka tidak sah
menurut Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, karena tidak memilki sifat
ahliyah. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, jual beli
sah jika ada izin walinya dan persetujuannya.
3. Orang buta
Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang dilakukan orang buta sah
jika diterangkan sifat barang yang mau dibeli, karena adanya rasa rela.
Sedangkan menurut ulama Syafi‟iyah tanpa diterangkan sifatnya
dipandang batil dan tidak sah, karena ia dianggap tidak bisa membedakan
53
Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, h. 162
45
barang yang jelek dan baik walaupun diterangkan sifatnya tetap
dipandang tidak sah.
4. Orang yang dipaksa
Menurut ulama Hanafiyah, berdasarkan pengkajian, jual beli yang
dipaksa bersifat menggantung dan tidak berlaku. Jika orang yang dipaksa
membolehkannya setelah terlepas dari paksaan, maka jual belinya
berlaku.
5. Fudhuli
Jual beli fudhuli yaitu jual beli milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya, oleh karena itu, menurut para ulama jual beli yang demikian
dipandang tidak sah, sebab dianggap mengambil hak orang lain
(mencuri).
Ulama malikiyah berpendapat bahwa jual beli semacam ini
diperbolehkan, karena mereka menafsirkan jual beli tersebut kepada
pembelian untuk dirinya dan bukan orang lain. Sedangkan Ulama yang
lain mengategorikan ini kedalam jual beli untuk dirinya sendiri. Oleh
karena itu, para Ulama sepakat bahwa jual beli fudhul tidak sah.
6. Jual beli terhadap orang yang terhalang (sakit, bodoh, atau
pemboros)
Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan oleh orang-orang yang
terhalang baik karena ia sakit maupun kebodohannya dipandang tidak
sah, sebab ia dianggap tidak mempunyai kepandaian dan ucapannya
dianggap tidak dapat dipegang.
46
7. Jual beli Mulja‟
Jual beli Mulja‟ yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang yang
sedang dalam bahaya. Jual beli yang demikian menurut kebanyakan
Ulama tidak sah, karena dipandang tidak normal sebagaimana yang
terjadi pada umumnya.
b. Jual beli yang dilarang karena objek jual beli (barang yang diperjual
belikan) antara lain:
1. Jual beli gharar
Jual beli gharar yaitu jual beli barang yang mengandung
kesamaran. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan jual beli
gharar ialah semua jenis jual beli yang mengandung jahalah
(kemiskinan) atau mukhatarah (spekulasi) atau qumaar (permainan
taruhan).54
2. Jual beli yang barangnya tidak dapat diserahkan
Jual beli yang barangnya tidak dapat diserahkan maksudnya adalah
jual beli barang yang tidak dapat diserahkan, seperti burung yang masih
terbang di udara dan ikan yang masih berenang di air, dipandang tidak
sah karena jual beli seperti ini dianggap tidak ada kejelasan yang pasti.
3. Jual beli majhul
54 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A Marzuki dkk., Jilid
ke-12, (Bandung : Alma‟arif, 1993), h. 74
47
Jual beli majhul adalah jual beli barang yang tidak jelas, misalnya
jual beli singkong yang masih di tanah, jual beli buah-buahan yang
masih berbentuk bunga, dan lain-lain.
4. Jual beli sperma binatang
Dalam jual beli sperma (mani) binatang, maksudnya adalah seperti
mengawinkan seekor pejantan dengan betina agar mendapatkan
keturunan yang baik adalah haram.
5. Jual beli yang dihukumi najis dalam agama Islam (Al-Qur‟an)
maksudnya ialah bahwa jual beli barang-barang yang sudah jelas
hukumnya oleh agama, seperti arak/khamr, babi, bangkai, dan berhala
adalah haram.
Dilarangnya memperdagangkan barang-barang tersebut adalah
karena dapat menimbulkan perbuatan maksiat, dapat membuat orang
berbuat maksiat atau mempermudah dan mendekatkan manusia
melakukan kemaksiatan. Tujuan diharamkannya dapat melambangkan
perbuatan maksiat dan dapat mematikan orang untuk ingat kepada
kemaksiatan serta menjauhkan manusia dari perbuatan maksiat. 55
6. Jual beli anak binatang yang masih di dalam kandungan
Jual beli yang demikian itu adalah haram, sebab belum ada dan
belum tampak jelas. Penjualan ini dilarang, karena penjualan yang gelap
masanya, spekulasi, juga belum diketahui jantan atau betina. 56
55 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Alih Bahasa oleh H. Mu‟amalah
Hamidy, (Surabaya: Bina Ilmu, 2003), h. 352 56 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al Lu‟lu‟ Wal Marjan, penerjemah Salim Bahreisy,
(Surabaya: Bina Ilmu, 2005), h. 518
48
7. Jual beli muzabanah
Jual beli muzabanah yaitu jual beli buah yang basah dengan buah
yang kering. Misalnya jual beli padi kering dengan bayaran padi yang
basah, sedang ukurannya yang sama sehingga akan merugikan pemilik
kering.57
8. Jual beli Muhaqallah
Jual beli muhaqallah yaitu jual beli tanam-tanaman yang masih
diladang atau kebun atau di sawah. Jual beli seperti ini dilarang oleh
agama, karena mengandung unsur-unsur riba di dalamnya (untung-
untungan).
9. Jual beli Mukhadharah
Jual beli mukhadharah adalah jual beli buah-buahan yang belum
pantas untuk dipanen, misalnya rambutan yang masih hijau, mangga yang
masih kecil, dan lain sebagainya. Jual beli seperti ini dilarang oleh agama
karena barang tersebut masih samar (belum jelas) dalam artian bisa saja
buah tersebut jatuh (rontok) tertiup angin sebelum dipanen oleh pembeli,
sehingga menimbulkan kekecewaan salah satu pihak.
10. Jual beli Mulammasah
Jual beli mulammasah adalah jual beli secara menyentuh sehelai
kain dengan tangan atau kaki (memakai), maka diangga telah membeli
kain itu. Jual beli seperti ini dilarang oleh agama, karena mengandung
57 Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Bandar Lampung: IAIN
Raden Intan Lampung, 2015), h.153.
49
tipuan (akal-akalan) dan kemungkinan dapat menimbulkan kerugian pada
salah satu pihak.
11. Jual beli munabadzah
Jual beli munabadzah adalah jual beli secara lempar-melempar,
misalnya: seorang berkata: “lemparkanlah padaku apa yang ada padamu,
nanti kulemparkan pula padamu apa yang ada padaku, setelah terjadi
lempar-melempar, maka terjadilah jual beli. Jual beli seperti ini dilarang
oleh agama, karena mengandung tipuan dan dapat merugikan salah satu
pihak58
.
c. Jual beli yang dilarang karena lafadz (ijab kabul), antara lain:
1. Jual beli mu‟athah
Jual beli mu‟athah yaitu jual beli yang telah disepakati oleh para
pihak (penjual dan pembeli) berkenaan dengan barang maupun harganya
tetapi tidak memakai ijab kabul. Jual beli seperti ini dipandang tidak sah,
karena tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli.
2. Jual beli dengan tulisan (surat menyurat) atau perantara utusan
Jual beli seperti ini sah menurut kesepakatan para ulama. Yang
menjadi tempat transaksi adalah tempat sampainya surat dari pelaku
akad pertama kepada pelaku akad kedua. Jika kabulnya terjadi di luar
tempat tersebut, maka akadnya tidak sah.
3. Jual beli tidak bersesuaian dengan ijab kabul
58Ibid., h. 155
50
Adalah jual beli yang terjadi tidak sesuai antara ijab dari pihak
penjual dengan kabul dari pihak pembeli, maka dipandang tidak sah
karena ada kemungkinan untuk meninggikan harga atau menurunkan
kualitas barang.
4. Jual beli munjiz
Yaitu jual beli yang digantungkan dengan suatu syarat tertentu atau
ditangguhkan pada waktu yang akan datang. Jual beli seperti ini
dipandang tidak sah, karena dianggap bertentangan dengan syarat dan
rukun jual beli.59
5. Jual beli najasyi
Yaitu jual beli yang dilakukan dengan menambah atau melebihi
harga temannya, dengan maksud mempengaruhi orang agar orang itu
mau membeli barang kawannya.
6. Menjual atas penjualan orang lain
Maksudnya bahwa menjual barang kepada orang lain dengan cara
menurunkan harganya. Contohnya seseorang berkata: “kembalikan saja
barang itu kepada penjualnya, nanti barangku saja kau beli dengan harga
yang lebih murah dari barang itu”
Jual beli seperti ini dilarang oleh agama karena dapat menimbulkan
perselisihan (persaingan) tidak sehat di antara penjual (pedagang).
7. Jual beli dibawah harga pasar
59Ibid., h. 157
51
Jual beli dibawah harga pasar maksudnya adalah jual beli yang
dilaksanakan dengan cara menemui orang-orang (petani) desa sebelum
mereka masuk pasar dengan harga semurah-murahnya sebelum tahu
harga pasar, kemudian dijual dengan harga setinggi-tingginya. Jual beli
seperti ini dipandang kurang baik (dilarang), karena dapat merugikan
pihak pemilik barang (petani) atau orang desa.
8. Menawar barang yang sedang ditawar orang lain
Contohnya seseorang berkata: “jangan terima tawaran orang itu,
nanti aku akan membeli dengan harga yang lebih tinggi.” Jual beli
seperti ini dilarang oleh agama sebab dapat menimbulkan persaingan
tidak sehat dan dapat mendatangkan perselisihan diantara pedagang
(penjual).
F. Asas-asas Jual Beli
Transaksi ekonomi maksudnya adalah perjanjian atau akad dalam bidang
ekonomi. Misalnya pada kegiatan jual beli, sewa menyewa, upah mengupah
ataupun kerjasama di bidang pertanian dan perdagangan.
Dalam setiap transaksi ada beberapa prinsip dasar yang diterapkan oleh
Syara‟ (hukum Islam), yaitu:
1. Setiap transaksi pada dasarnya mengikat orang (pihak) yang
melakukan transaksi. Kecuali apabila transaksi itu menyimpang dari
hukum syara‟ misalnya adalah memperdagangkan barang haram.
Pihak-pihak yang bertransaksi harus memenuhi kewajiban yang telah
disepakati dan tidak boleh saling menghianati.
52
2. Syarat-syarat transaksi dirancang dan dilaksanakan secara bebas tetapi
penuh dengan tanggung jawab, dan tidak menyimpang dari hukum
syara‟ dan adab sopan santun.
3. Setiap transaksi dilakukan dengan sukarela, tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
4. Islam mewajibkan agar setiap transaksi dilandasi dengan niat yang
baik dan iklas karena Allah SWT, sehingga terhindar dari segala
bentuk penipuan dan kecurangan. Nabi Muhammad SAW
menyebutkan bahwa: “Aku (Rasulullah) melarang jual beli yang
mengandung unsur penipuan.” (H.R Muslim).
5. „Urf (adat kebiasaan) yang tidak menyimpang dari hukum syara‟ boleh
digunakan untuk menentukan batasan atau kriteria-kriteria dalam
transaksi. Misalnya dalam akad sewa-menyewa rumah. Menurut
kebiasaan setempat, kerusakan rumah sewaan merupakan tanggung
jawab penyewa. Maka dari itu. Pihak yang menyewakan boleh
menuntut penyewa untuk memperbaiki rumah sewaannya. Tapi, pada
saat transaksi atau terjadinya akad, kedua belah pihak telah sama-sama
mengetahui kebiasaan tersebut dan menyepakatinya.
G. Berakhirnya Akad Jual Beli dan Hikmah Jual Beli
berakhirnya akad berbeda fasakh dan batalnya, berakhirnya akad karena
fasakh adalah rusak atau putus akad yang mengikat antara muta‟aqidain (kedua
belah pihak yang melakukan akad) yang disebabkan karena adanya kondisi dan
sifat-sifat tertentu yang dapat merusak iradah. Akad yang batal adalah akad yang
53
menurut dasar dan sifatnya tidak diperbolehkan seperti akad yang tidak terpenuhi
salah satu rukun dan syarat. Sedangkan berakhirnya akad adalah berakhirnya
ikatan antara kedua belah pihak yang melakukan akad (mujib dan qabil) setelah
terjadinya atau berlangsungnya akad secara sah.
Para fuqaha berpendapat bahwa suatu akad dapat berakhir apabila:60
1. Telah jatuh tempo atau berakhirnya masa berlaku akad yang telah
disepakati, apabila akad tersebut memiliki waktu.
2. Terealisasinya tujuan dari pada akad secara sempurna. Misalnya pada
akad tamlikiyyah yang bertujuan perpindahan hak kepemilikan dengan
pola akad jual beli, maka akadnya berakhir ketika masing-masing
pihak yang telah melakukan kewajiban yang menerima haknya.
Penjual telah menyarahkan barangnya dan pembeli memberikan
staman/harga yang telah disepakati.
3. Berakhirnya akad karena fasakh atau digugurkan oleh pihak-pihak
yang berakad. Prinsip umum dalam fasakh adalah masing-masing
pihak kembali kepada keadaan seperti sebelum terjadi akad atau seperti
tidak pernah berlangsung akad.
4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini
para ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis
berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad.
Akad yang bisa berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang
melaksanakan akad, diantaranya adalah akad sewa, ar-rahn, al-kafalah,
60
Mugiati, Hukum Perjanjian Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 42
54
asy-syirkah, al-wakalah, dan al-muzara‟ah. Akad juga akan berakhir
dalam suatu bentuk jual beli yang keabsahan akadnya tergantung pada
persetujuan orang lain apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik
modal.61
5. Berakhirnya akad dengan sebab tidak ada kewenangan dalam akad
yang mauquf. Akad mauquf akan berakhir jika yang berwenang al-
akad tidak mengizinkan.
Allah SWT mensyari‟atkan jual beli bukan hanya sekedar mencari
keuntungan, namun keuntungan yang diperoleh tersebut dapat
dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan
demikian hikmah yang disyari‟atkan jual beli (berdagang) adalah
sebagai berikut:
1. Untuk membina ketentraman dan kebahagiaan.
2. Usaha niaga yang dilakukan maka dapat dicapai keuntungan dan
sejumlah laba yang dipergunakan memenuhi hajat sehari-hari.
Apabila kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi maka diharapkan
ketenangan dan ketentraman jiwa dapat pula dicapai.
3. Memenuhi nafkah keluarga
Salah satu kewajiban muslim diantaranya adalah
memberikan nafkah keluarganya sebagai firman Allah surat al-
Baqarah (2) ayat 233:
61 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: Rajawali Pers,
2000), h. 31
55
…
Artinya: …dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma‟ruf.62
Seorang muslim mendapatkan keuntungan/laba dari usaha
yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan keluarga yang iklas,
karena hal itu termasuk kedalam perbuatan shadaqah. Dan Allah
memberikan ganjaran pahala bagi yang melakukannya dengan
ikhlas.
4. Memenuhi hajat masyarakat
Melakukan usaha perdagangan (jual beli tidak hanya
melaksanakan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan nafkah
keluarganya, namun juga membantu hajat masyarakat, hal ini
disebabkan tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhannya tanpa ada
pertolongan dari orang lain.
5. Sarana ibadah
Keuntungan yang diperoleh dari usahanya (perdagangan)
dapat dipergunakan sebagai sarana ibadah, haji, membayar zakat,
shadaqah, dan lain sebagainya. Membersihkan zakat dan shadaqah
adalah kewajiban seseorang muslim yang memiliki kelebihan
62
Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 57
56
harta, karena di dalam kekayaan terdapat bagian untuk orang yang
membutuhkan (fakir miskin).
6. Menolak kemungkaran
Adapun hikmah yang terakhir adalah menolak
kemungkaran, karena dengan adanya jual beli yang sah, maka
dapat memperoleh rezeki secara halal dan dapat memenuhi
kebutuhan bersama sesuai dengan apa yang diperlukan, sehingga
permusuhan, perampokan, pencurian untuk memenuhi kebutuhan
hidup dapat dihindarkan.
H. Tinjauan Umum Tentang Buah Berlapis Lilin
1. Pengertian Lilin
Lilin adalah zat lemak yang banyak digunakan untuk menyalut berbagai
permukaan sebagai pelindung agar tahan terhadap udara, air, dan perubahan
kimia. Pelapisan lilin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan
mutu buah. Tujuan dari pelilinan untuk mengurangi kerusakan karena
serangan mikroba. Buah yang dilapisi lilin kenampakannya lebih mengkilat
dan mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat
kelayuan, Selain itu luka atau goresan pada permukaan buah dapat tertutupi
oleh lapisan lilin.
Umur simpan apel sangat bervariasi dari yang tersingkat 3 bulan hingga
yang terpanjang 8 bulan. Hal tersebut disebabkan oleh varietas, daerah
57
produksi, cara budidaya, iklim, tingkat kematangan, dan cara-cara
penanganan serta penyimpanan sangat mempengaruhi umur simpan. Hal ini
menunjukan bahwa pelilinan mampu membentuk lapisan pada seluruh
permukaan buah dan menutupi pori-pori secara merata. Proses ini yang
diduga sebagai proses penghambatan sehingga buah lebih tahan lama
dibandingkan dengan tanpa adanya pelilinan.
2. Kandungan Bahan Kimia dalam Buah
Dalam tubuh kita terdiri dari sel-sel, dan alat-alat atau organ-organ.
Bagian-bagian itu sendiri seluruhnya terdiri atas unsur-unsur kimia yang
banyak macamnya. Unsur-unsur kimia ini berkelompok-kelompok menjadi
satu, bercampur, bereaksi dan berinteraksi satu dengan yang lainnya
membentuk suatu susunan yang rumit tetapi terorganisasi dengan rapi.
Kombinasi yang demikian ini sangat banyak jumlahnya dan beraneka ragam
macamnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan berbagai
bahan kimia. Dari mulai makanan yang kita makan, bahan pewarna,
pengawet, sampai pembungkus produk-produk telah menggunakan bahan
kimia. Sebagian besar dari masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari
bahan-bahan kimia tersebut, bahan kimia yang banyak digunakan didalam
kehidupan sehari-hari memang tidak memberikan akibat secara langsung
dan cepat, namun membutuhkan waktu lama. Selaras denga apa yang
disampaikan oleh Badan Karantina Pertanian, bahwa buah impor tersebut
mengandung beberapa unsur kimia yang bisa membahayakan tubuh
manusia, seperti:
58
1. Lilin parafin (proses penghambatan pembususkan buah)
2. Formalin (pengawetan buah)
3. pestisida
4. poly-ethilen dalam pengemasan yang digunakan untuk penekanan
proses pembusukan.63
Menurut hasil penelitian, lilin parafin ternyata memiliki efek Karsinogenik
alias dapat menimbulkan kanker. Apabila lilin parafin hanya terkonsumsi pada
saat tertentu mungkin efek yang dikeluarkannya tidak akan mempengaruhi
kesehatan, namun apabila lilin parafin ini dikonsumsi setiap hari bertahun-tahun
maka akan menibulkan masalah bagi kesehatan. Selain dapat menimbulkan
pengaruh yang serius, orang-orang yang alergi dengan parafin juga dapat langsung
memperlihatkan reaksi alergi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
bahan lilin ini.
Formalin digunakan para produsen buah dari Negara asal untuk
mengawetkan produk buahnya agar bisa tahan lama hingga sampai ketangan
konsumen. Formalin ini mudah mengikat air. Hal yang sama akan menyerang
makanan lainnya, buah misalnya, oleh karenanya buah yang telah terkontaminasi
oleh formalin dalam jangka waktu yang lama, maka kebaikan dari buah itu sendiri
lama-kelamaan akan habis dan hilang hingga yang mengkonsumsinya akan
merasakan rasa yang hampa pada buah tersebut. Jika masuk ketubuh manusia,
formalin juga akan menyerang pada lambung, terlebih bila formalin tersebut
masuk ke tubuh dengan dosis tinggi. Jika digunakan sebagai pengawet makanan
63 http://www.alfinlatife.blogspot.com/2011/8/kandungan-bahan-kimia-dalam-buah.html,
diakses tanggal 22 Januari 2017
59
dalam dosis rendah, efek formalin tidak seketika dirasakan. Tapi bisa
menyebabkan tubuh manusia terinfeksi kanker akibat zat karsinogen yang ada
didalamnya.
Bahan pengawet lainnya, seperti boraks, rhodamine, dan pestisida, sama
berbahayanya dengan formalin. Mengkonsumsi zat ini dalam jangka panjang akan
menimbulkan mutasi genetik, kanker, dan keracunan pada alat-alat reproduksi
manusia. Bila masuk ketubuh ibu yang mengandung dan menyususi, zat ini akan
mempengaruhi perkembangan prilaku pada bayi, gangguan hormonal, dan cacat
lahir.
Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam
konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu
komponen pengendalian. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama
hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat
dikurangi. Sedang pengkontaminasian pestisida pada manusia itu bisa terjadi
ketika proses mengkonsumsinya tidak dicuci sampai bersih terlebih dahulu
terlebih lagi bahan lilin yang digunakan akan memberikan efek semakin kuatnya
pestisida menempel pada buah.
Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan
penuaan dini pada manusia adalah banyaknya bahan kimiawi yang ada di
lingkungan kita, dan rekayasa genetika yang kerap dilakukan pada budidaya
bahan pangan non-organis merupakan salah satu penyebabnya. Beberapa pestisida
bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Menurut NRDC
(Natural Resources Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukan
60
bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak
awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang dilakukan
oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa resiko
terkena penyakit Parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang terekspose
pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah. Masa pembusukan buah organik
bagi setiap buah memiliki masa ketahanan yang berbeda dalam masa
pembusukannya, oleh karenanya perlu diwaspadai terhadap buah-buahan yang
tidak wajar karena terlalu lama bahkan ada yang mencapai 2 tahun. Berikut
kejelasan tentang perkiraan masa tahan maksimal hinga pembusukan terhadap
buah organik/lokal dari awal pemetikan, apel : 30 hari, jeruk : 30 hari, anggur : 15
hari, kelengkeng : 15 hari, pisang : 6 hari, sawo : 6 hari, sirsat : 3 hari.
61
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pasar Gintung
1. Sejarah Singkat Pasar Gintung
Sebelum berdirinya Pasar Pasir Gintung berawal dari Kantor Dinas
Sosial yang kemudian diganti dengan Asrama Tentara. Pada tahun 1972 berubah
menjadi pasar Tempel yang juga menjadi pasar kambing. Pada tahun 1978 pasar
tempel berubah menjadi pasar loak besi. Pada tahun 1988 pasar loak besi berubah
menjadi pasar inpres. Kemudian didirikan pasar tradisional yang biasa disebut
dengan Pasar Pasir Gintung. Pada tahun 2008 Pasar Pasir Gintung menjadi
tanggung jawab pemerintah yaitu Dinas Pasar Kota Bandar Lampung.
Pada tahun 2008 UPTD (Unit Pelaksaan Teknis Dinas) II Pasar Pasir
Gintung berubah menjadi UPT (Unit Pelaksaan Teknis) Pasar Pasir Gintung.
Dasar hukum terbentuknya UPT Pasar Pasir Gintung berdasarkan Perda
(Peraturan Daerah) yang terdiri dari:
a. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1982 tanggal 18 Januari 1982 tentang
Dinas Pasar Kotamadya Dati II Bandar Lampung.
b. Peraturan Daerah No. 3 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi
Dinas Daerah Kota Bandar Lampung dan Keputusan Walikota Bandar
Lampung No. 19 tahun 2008 tentang organisai dan tata kerja Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Bnadar Lampung.
62
2. Struktur Organisasi Pasar Gintung
Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 138 tahun 2008 Tentang
Pembentukan Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pasar
pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung.
Gambar 1
SUB BAGIAN TATA USAHA
ANEDI, S. IP
NIP.1972112019955031001
STAF BAGIAN TATA USAHA
BUDY YAMIN, S.H
NIP.197412112009021001
ARDIANSYAH
RAMA ASMARA
FRISDIAN. M. ASRI
KEPALA DINAS
Drs. GIRENDRA, MM
NIP.19620412 198303 1 015
KEPALA UPT PASAR
YOPI IBRAHIM. YS, S. Sos
NIP.195809131981031008
63
Sumber: data-data yang didapat dari Kantor upt pasar Gintung Tanjung Karang
Bandar Lampung
URUSAN PEMELIHARAAN
TRANTIB PASAR
YUSWAN
NIP.197205042007011010
STAF
HARUN
NIP.197209052008011013
SYAHBUDDIN
NIP.195903151982031010
URUSAN PENDAPATAN
EFRYANTONI
NIP.1968040420090212002
STAF
ABIDIN
NIP.197008102007011015
MUHARDI
NIP.198002022009021005
URUSAN
PEMELIHARAAN DAN
PRASARANA PASAR
HASANUDIN
NIP.196307072006041004
STAF
MURSALIN
NIP.197506022007011007
AS‟ARI
NIP.197807072008011022
BASYAR
NIP.197112252007011012
ROY YAMIN
SILAYUDIANSYAH
NICO MUCHTAR. D
WAHYUDI
NIP.198406142009021008
SAIWAN
NIP.197408122009021003
MARDI
RAHMAN
DENAN
SYAHRULSYAH
ASRY
SUKANA
64
Table 1
Data UPT Pasar Gintung
I. Fasilitas Pasar
1 Luas Tanah Pasar Gintung 1700
2 Luas Bangunan Pasar 2400
3 Ruang Kantor Unit Pasar 1 Unit
4 Ruang Kantor Kantib Pasar 1 Unit
5 Ruang Alat-alat Juru Sapu 1 Unit
6 WC dan Kamar Mandi Umum 1 Unit
7 Kekuatan Daya 2000 Watt
8 Penerangan Lantai Dasar 9 Lampu
9 Penerangan Lantai Atas 11 Lampu
10 Pedagang Ikan Basah _
11 Pedagang Telur _
12 Pedagang Sayur _
13 Pedagang Cabe _
14 Pedagang Ayam Potong _
15 Pedagang Kelapa _
16 Pedagang Buah Impor 4 orang
17 Pedagang Buah Lokal 9 orang
18 Pedagang Kelontong _
65
B. Mekanisme Penggunaan Lilin sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah
1. Proses Jual Beli Buah yang Menggunakan Lilin sebagai Penyegar di
Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung
a. Penjual menjual buah kepada pembeli, jenis buah yang diperjualkan
yaitu buah apel, anggur, jeruk, pir, dll.64
b. Buah yang dijual penjual berasal dari luar negeri, seperti Amerika,
Tiongkok, hingga Afrika.
c. Buah tersebut mengandung lilin, dan pelilinan buah, khususnya buah
apel ini dilakukan ketika buah masih berada di Negara asal buah-buahan
tersebut dipetik. Adapun tahap buah impor ini masuk ke Indonesia yaitu
sebagai berikut:
1. Menentukan jenis barang dan Negara asal buah yang akan
diimpor.
Sebelum mengimpor barang, hal yang sangat perlu
diperhatikan adalah HS Code. (Kodifikasi barang yang
tercantum dalam BTKI 2012 – (Buku Tarif Kepabeanan
Indonesia) menentukan HS Code dengan tepat akan dapat:
a) Menghitung biaya-bea masuk, PPN dan PPH.
b) Menghindari permasalahn pengeluaran barang di Bea dan
Cukai (Custom Process).
c) Dapat mengurus aspek perijinan impor barang tersebut
sebelum importasi barang.
64 Wawancara dengan penjual buah pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung
bapak Noviandri dan bapak Anton, tanggal 22 Januari 2017, pukul 10.00
66
2. Menentukan cara penyerahan barang (negosiasi barang seller) –
Incoterms
Cara penyerahan barang yang terkait dengan tugas dan
tanggung jawab importir dalam pengurusan barang, biaya-biaya
apa saja yang akan ditanggung oleh importir pada saat
mengimpor barang dan resiko yang harus ditanggung oleh
importir.
Contoh: transaski impor adalah pembelian FOB Shanghai,
China, artinya importir wajib untuk mengurus barang dari sejak
barang termuat diatas kapal di pelabuhan Shanghai, China,
mengurus pengangkutan, membayar Bea masuk, PPN dan PPH,
mengurus bongkar, hingga mengantar barang ke tempat atau
gudang importir.
3. Menentukan cara pembayaran impor
Cara pembayaran impor dapat dilakukan baik dengan Non
LC (cash in advance payment, open accound, documentary
credit- LC (Red Clause, Sight LC, usance)
4. Mengurus perjanjian impor
a) Perjanjian pokok, terdiri dari:
1) Legalitas perusahaan: PT, CV
2) API (Angkatan Pengenal Impor)
3) NIK ( Nomor Induk Kepabeanan)
67
b) Perjanjian khusus, yaitu: perjanjian terkait dengan jenis
barang yang akan diimpor
1) Impor buah-buahan: perusahaan harus mengurus
perjanjian: IP - hortikultura (Impor Produsen) atau
sebagai IT – Hortikultura (Impor Terdaftar).
Perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu dalam
mendapatkan IP – Hortikultura atau IT – Hortikultura
sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu:
Permandag No. 16 Tahun 2013, tentang ketentuan
impor produk hortikultura.
c) Menentukan freight forwarder atau transporter yang akan
mengurus barang.
Importir harus tepat dalam memilih siapa pihak yang akan
mengurus barang impor. Kegiatan apa yang menjadi
tanggungjawab importir yang akan diserahkan kepada pihak
freight forwarder atau transporter tergantung dari deal awal
dengan seller.
d) Menentukan jadwal pengiriman barang (importasi barang)
Jadwal pengiriman barang adalah salah satu faktor kritis
yang harus diperhatikan oleh importir. Importir sudah harus
mengetahui berapa lama perjalanan barang (transit time) dari
sejak barang dimuat di pelabuhan pemberangkatan hingga
barang tiba di pelabuhan tujuan, beberapa lama waktu proses
68
penegeluaran barang (proses di Bea dan Cukai), hingga barang
bisa tiba ditempat gudang importir. Jangan sampai, pada saat
barang impor dibutuhkan barang ternyata belum selesai proses
di Bea dan Cukai (Costum Process). Barang terhambat karena
adanya perjanjian khusus yang belum dilengkapi. Menentukan
jadwal pengiriman sebaiknya melakukan konsultasi dengan
pihak freight forwarder yang akan ditunjuk.
e) Melakukan kegiatan importasi barang
Kegiatan importasi barang ini diserahkan kepada freight
forwarder yang ditunjuk oleh importir, kegiatan ini sangat
dipengaruhi tipe transaksi yang disepakati anatara seller dengan
buyer (importir). Kegiatan importasi barang seperti:
1) Mengurus pengangkutan barang
2) Mengurus pengambilan dokumen impor
Dokumen impor adalah dokumen-dokumen yang
diperlukan dalam pengeluaran barang, seperti: Packing List,
Invoice, B/L, Sertifikat Asuransi, COO.
Pengambilan dokumen asli impor tergantung dari cara
pembayaran, jika melakukan pembayaran dengan LC
(Letter of Credit) maka proses pengambilan barang harus
dilakukan kepada Bank pada saat pembukaan L/C. syarat
pengambilan dokumen impor tergantung dari jenis L/C
yang dibuka pada ssat impor barang. Kemudian setelah
69
dokumen asli telah diambil, maka importir akan
menyerahkan dokumen asli tersebut kepada freight
forwarder atau PPJK yang ditunjuk dalam melakukan
proses pengeluaran barang. Dokumen yang perlu diurus
adalah pengambilan DO Impor kepada pelayaran atau
penerbangan dengan menyerahkan Bill of Lading
Asli/Airway Bill Asli.
3) Melakukan proses pengeluaran barang (custom clearance
process)
Proses pengeluaran barang adalah kegiatan dalam
mengeluarkan barang dari pelabuhan tujuan dengan
melakukan proses kepabeanan seperti: membuat dokumen
impor (PIB), membayar Bea masuk, PPN dan PPH, prosese
penjaluran barang (merah, kuning, hijau) hingga melakukan
fiat keluar ke petugas bea dan cukai hingga penarikan
barang. Proses pengeluaran barang ini akan dilakukan oleh
pihak Freight forwarder atau PPJK ( Pengusaha Pengurus
Jasa Kepabeanan).
4) Melakukan pengiriman barang ke tempat/gudang importir
Setelah barang yang diimpor sudah selesai proses
pengeluaran barang, maka pihak freight forwarder atau
PPJK akan mempersiapkan armada trucknya untuk
mengirimkan barang tersebut ke tempat/gudang importir.
70
d. Penjual mengetahui bahwa di dasar kulit buah impor terdapat lilin
sebagai pengawet agar tidak membusuk.
e. Pembeli yang ingin membeli buah bisa langsung datang ke pasar
Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung dari jam 08.00 sampai
16.00.65
f. Pembeli dapat membeli buah apel impor kepada penjual buah dengan
harga 35.000 per kg.
g. Pembeli tidak mengetahui adanya lilin pada dasar kulit buah apel impor
yang telah dibelinya, karena penjual tidak memberitahu kepada pembeli
h. Pembeli pernah ada yang jatuh sakit akibat mengkonsumsi buah impor
yang dibelinya di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
2. Penggunaann Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah di Pasar
Gintung Tanjung Karang
Penjual buah di pasar Gintung memulai mendirikan usaha dengan memiliki
bisnis kecil-kecilan, berjualan buah semangka di amparan pasar Gintung Tanjung
Karang Bandar Lampung, akan tetapi seiring berjalannya waktu bisnis tersebut
menghasilkan omset yang tinggi dan memiliki banyak pelanggan. Sehingga para
pedagang buah yang dulunya memulai dengan bisnis kecil-kecilan akhirnya
memiliki cukup modal untuk berjualan buah dengan lapak tetap dan bisa menjual
buah impor di Distributor pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung
hingga sekarang ini. Buah-buahan yang dijualkan di pasar Gintung umumnya
buah impor seperti buah apel, jeruk, anggur, kelengkeng, pir, dll.
65 Wawancara dengan pembeli buah di pasar Gintung Tanjung Karng Bandar Lampung,
pada tanggal 22 Januari, pukul 11.00
71
Buah-buahan yang biasanya dijualkan oleh pedagang buah di pasar Gintung
adalah buah-buahan yang berasal dari Amerika, Tiongkok, hingga Afrika. Namun
untuk penjual buah yang mengambil buah-buahan di distributor pasar Gintung
Tanjung Karang Bandar Lampung ini tidak mengimpor langsung dari luar negeri,
melainkan buah-buahan tersebut terlebih dahulu di impor di Jakarta, untuk
selanjutnya dikirim kepada distributor buah di pasar Gintung Tanjung Karang
Bandar Lampung, kemudian para pedagang-pedagang eceran langsung
mendatangi distributor buah untuk di jual kan lagi.
Meskipun pedagang buah ini menghasilkan keuntungan yang besar, akan
tetapi usaha ini juga memiliki resiko kerugian yang besar. Mengingat buah yang
beresiko cepat busuk jika tidak cepat terjual. Akan tetapi untuk sekarang ini resiko
yang diterima oleh pedagang buah menjadi kecil. Hal ini disebabkan karena buah-
buahan yang mereka jual adalah buah impor yang bisa bertahan lebih lama. Buah
impor tersebut bisa bertahan 3 sampai 6 bulan tanpa layu dan membusuk. Hal ini
dapat diketahui dari tulisan packing date yang terdapat pada dus buah yang
peneliti temukan saat observasi ke lapangan. Pada observasi tersebut ditemukan
bahwa packing date pada kardus tersbut tertulis tahun 2016, yang saat itu berarti
buah impor yang berasal dari Amerika, Tiongkok dan Afrika dipetik sejak 3 atau
6 bulan yang lalu. Berbeda dari buah bisanya yang berasal dari dalam negeri atau
lokal yang cepat layu dan busuk.
Selain hal tersebut para pembeli yang membeli buah-buahan di penjual buah
pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung lebih senang memilih buah
impor di bandingkan buah lokal. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Para pembeli
72
mengaku bahwa dia lebih menyukai buah impor, karena buah tersebut tidak cepat
busuk, sehingga kerugian yang ditanggung lebih kecil apabila buah tidak terjual
dengan cepat. Selain itu para pembeli memilih buah-buahan impor karena rasa
buah yang manis dan ukurannya lebih besar, dibandingkan dengan buah lokal.
Selain itu tampilan dari buah impor yang terlihat segar dan mengkilap juga
menarik peminat pembeli.
Sudah banyak dimana-mana buah yang memakai lilin untuk lapisan luar
kulit buahnya, kalau tidak memakai lilin buah-buahan impor yang masih ada
dalam perjalan mungkin sudah busuk sampai disini. Maka dari itu lilin ini sebagai
penyegar buah-buahan tersebut, karena lilin sebagai bahan memperlambat
pembusukan, sehingga bakteri susah untuk masuk kedasar kulit buah. Buah impor
semakin membanjiri pasar Indonesia, termasuk telah masuk di pasar Gintung
Tanjung Karang Bandar Lampung.66
Buah-buahan impor yang dibeli oleh ibu Yanti, bapak Ali Alhamidi dan
bapak Vikri Akmaludin belum lama ini, mereka menyatakan bahwa memilih
untuk membeli buah-buahan impor di pasar Gintung itu karena buah-buahan
impor ini memiliki rasa yang manis dan ukuran buahnya pun lebih besar dari buah
lokal biasanya, sehingga banyak yang menyukainya.67
Biasanya buah impor yang dibeli oleh mbak Arnis dan mas Yanto itu buah
apel dan anggur yang rasanya manis. Setelah dibelinya buah-buahan tersebut tidak
langsung habis termakan, melainkan bisa sampai 1 minggu belum habis, akan
66 Wawancara dengan Distributor buah impor bapak Noviandri dan bapak Anton, pada
tanggal 20 Januari 2017, pkl. 10.11 WIB 67 Wawancara dengan pembeli ibu Yanti, Bapak Ali Alhamdi dan bapak Vikri, pada
tanggal 20 Januari 2017, pkl. 10.30 WIB
73
tetapi buah yang di belinya awet tidak cepat layu, tampilannya masih segar
walaupun sudah dalam waktu berminggu-minggu.68
Menurut bapak Adius, ibu Hepri dan ayu menanggapi tentang buah yang di
beli ternyata memakai lilin, mereka tidak ingin membelinya apalagi untuk di
konsumsi. Itu sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia, karena lilin tidak
diperuntukan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Efek buruk buah
berlilin adalah tentu sama saja membahayakan kesehatan, sebab tubuh
memerlukan waktu yang lama untuk mencerna lilin. Bila lilin berkumpul dalam
tubuh, mungkin akan beresiko terkena kanker, seperti kanker usus, hati, atau
bahkan leukemia. Mereka menanggapi bahwa was-was untuk membeli buah
impor, sebaiknya mereka mengkonsumsi buah lokal saja yang dipetik dari petani
kita. 69
Buah-buahan segar peminatnya akan semakin banyak karena masyarakat
kini semakin sadar dengan mengkonsumsi buah bisa membantu menjaga
kesehatan, setiap masing-masing buah memiliki vitamin dan khasiat untuk
mengobati jenis penyakit-penyakit tertentu. Ada dua macam buah yang dijualkan
di pasar gintung ini, yaitu buah lokal dan buah impor. Buah lokal yang di
datangkan dari daerah sekitar dan pulau jawa, buah ini bisa bertahan hanya 3
minggu saja, itu pun sudah lembek dan cenderung busuk. Sedangkan buah-buahan
impor yang di datangkan khusus dari luar negeri seperti Amerika, Tiongkok,
hingga Afrika. Buah impor juga bisa bertahan 3 sampai 6 bulan. Dalam
68 Wawancara denga mbak Arnis dan mas Yanto, pada tanggal 20 Januari 2017, pkl.
13.00 WIB 69 Wawancara dengan bapak Adius, ibu Hepri dan Ayu, pada tanggal 20 Januari 2017,
pkl. 15.09 WIB
74
pengiriman membutuhkan waktu yang lama kira-kira 40 hari didalam perjalanan
untuk bisa sampai di Indonesia.
Maka dari itu buah-buahan impor mayoritas sudah dilapisi oleh lilin yang
dilakukan di negara asal sebelum dikemas dan dikirim ke negara tujuan ekspor
salah satunya ke Indonesia. Penjual buah di pasar Gintung Tanjung Karang
Bandar Lampung masih mengambil buah impor di distributor buah impor yang
buah-buahannya berasal dari luar negeri, karena permintaan yang sangat tinggi
bahwa buah-buahannya sangat menawan dan digembor-gemborkan memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Buah impor juga kini tidak saja memasuki ranah
konsumsi, tetapi juga telah menyerbu ke dalam hal yang lebih substansial, seperti
ritual keagamaan. Sebagian warga lebih suka menggunakan buah impor sebagai
bahan sesajen dalam upacaranya, karena buah impor lebih berkelas dan buahnya
besar-besar.
Mereka telah menyatakan bahwa, mengkonsumsi buah apel tidak dengan
cara dikupas kulitnya, namun hanya dengan dicuci bersih buah apel yang telah
dibelinya dan langsung dikonsumsi bersama kulit buah apel tersebut. Jika dikupas
kulitnya, menurut mereka ribet dan rasanya kurang enak.70
Yang dikatakan oleh bapak Noviandri dan bapak Anton bahwa proses jual
belinya seperti hal biasanya, buah-buahan impor yang didatangkan langsung dari
luar negeri, setelah buah masuk ke Indonesia, buah-buahan tersebut di taruh di
Jakarta, setelah sudah berada di Jakarta buah-buahan impor tersebut, kemudian
70 Wawancara dengan Enam orang pembeli buah-buahan di pasar Gintung Tanjung
Karang Bandar Lampung, tanggal 22 Januari 2017, pukul 09.21 WIB
75
distributor buah impor pasar gintung memesan di Jakarta agar bisa di antarkan
atau bisa diambil sendiri di Jakarta.
Ketika buah-buahan impor tiba di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar
Lampung, para penjual buah yang ada di sekitar pasar gintung mengambil buah-
buahan impor di pasar gintung untuk diperjualkan kepada konsumen.
76
BAB IV
ANALISA DATA
A. Proses Jual Beli Buah yang Mengandung Lilin sebagai Penyegar
di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung
Berdasarkan penjabaran mengenai proses jual beli buah yang
mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang
Bandar Lampung akan dianalisis secara objektif dan sistematis. Proses
jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar
Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung juga akan dianalisis dalam
sudut pandang semaksimal mungkin agar pemecahan masalah dalam
penelitian ini dapat diterima secara ringan dan mudah.
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya bahwa proses
jual beli di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung yaitu:
a. Penjual menjual buah kepada pembeli
b. Buah yang dijual penjual berasal dari luar negeri
c. Buah tersebut mengandung lilin, dan pelilinan buah,
khususnya buah apel ini dilakukan ketika buah masih berada di
Negara asal buah-buahan tersebut dipetik. Adapun tahap buah
impor ini masuk ke Indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan jenis barang dan Negara asal buah yang akan
diimpor.
a) Menghitung biaya-bea masuk, PPN dan PPH.
77
b) Menghindari permasalahn pengeluaran barang di Bea
dan Cukai (Custom Process).
c) Dapat mengurus aspek perijinan impor barang tersebut
sebelum importasi barang.
2. Menentukan cara penyerahan barang (negosiasi barang
seller) – Incoterms
3. Menentukan cara pembayaran impor
4. Mengurus perjanjian impor
a) Perjanjian pokok
b) Perjanjian khusus
c) Menentukan freight forwarder atau transporter yang
akan mengurus barang.
d) Menentukan jadwal pengiriman barang (importasi
barang)
e) Melakukan kegiatan importasi barang
d. Penjual mengetahui bahwa di dasar kulit buah impor terdapat
lilin sebagai pengawet agar tidak membusuk.
e. Pembeli yang ingin membeli buah bisa langsung datang ke
pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung dari jam
08.00 sampai 16.00.
f. Pembeli dapat membeli buah apel impor kepada penjual buah
dengan harga 35.000 per kg.
78
g. Pembeli tidak mengetahui adanya lilin pada dasar kulit buah
apel impor yang telah dibelinya, karena penjual tidak
memberitahu kepada pembeli
h. Pembeli pernah ada yang jatuh sakit akibat mengkonsumsi
buah impor yang dibelinya di pasar Gintung Tanjung Karang
Bandar Lampung.
Proses jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di pasar
Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ini bahwa pembeli tidak
mengatahui buah-buahan yang telah dibelinya terdapat lilin pada dasar
kulit buah apel tersebut. Pembeli merasa dirugikan ketika mengetahui
bahwa buahnya terdapat lilin.
B. Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai
Penyegar Buah
Penjualan buah-buahan yang menggunakan lilin agar buahnya
terlihat segar dan tahan dalam jangka waktu yang cukup lama, pada
dasarnya tidak dibahas secara rinci dalam Islam, tidak ada dalil Al-Qur‟an
dan hadis yang menyebutkan hukum dari penjualan buah-buahan yang
memakai lilin. Masalah hukum boleh atau tidaknya sebenarnya hukum
setiap kegiatan mu‟amalah adalah boleh, sesuai dengan kaidah fiqih yang
berbunyi:
71 Ahmad Sudirman Abbas, Qawa‟id Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, dengan Anglo Media Jakarta, 2004), h.68
79
Artinya: hukum yang pokok dari segala sesuatu adalah boleh, sehingga ada
dalil yang mengharamkannya.
Dari kaidah fiqh di atas, sebenarnya hukum jual beli pada
umumnya tidak ada masalah, karena sejauh ini belum ada dalil yang
mengharamkannya. Akan tetapi, dalam transaksi mu‟amalah ada ketentuan
rukun dan syarat yang harus dipenuhi yang berpengaruh dengan sah atau
tidaknya suatu transaksi.
Artinya: Rasulullah Shallahu „alaihi wa sallam melarang jual beli al-
hashah dan jual beli gharar.72
Dari sabda Rasulullah di atas jelas telah dikatakan Rasulullah
SAW bahwa jual beli gharar itu merupakan hal yang dilarang jadi tidak
ada alasan untuk kita untuk melakukan jual beli yang seperti ini. Sangat
besar mudharatnya apabila kita sebagai ummat Islam sendiri dan akan
menimbulkan kebencian karena telah terjadi kecurangan antara penjual
dan pembeli.
72 HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab : Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi
Gharar, 1513
80
Secara kontekstual, jual beli yang dibahas peneliti memang
ditemukan banyak kejanggalan. Akan tetapi, pada dasarnya dalam jual beli
dalam Islam, unsur yang ada dalam jual beli sudah terpenuhi, suka sama
suka. Sebagaimana firman Allah Swt :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisaa
: 29)
Ayat di atas menerangkan bahwa dalam setiap transaksi jual beli,
hendaknya harus disertai perasaan suka sama suka, tidak ada unsur
paksaan. Sedangkan pada penjualan buah-buahan yang menggunakan lilin
sebagai penyegar dan tahan lamanya buah agar tidak cepat busuk, pembeli
sama sekali tidak mengtahui bahwa terdapat buah-buahan yang terlihat
segar dan tahan lama itu ternyata memakai lilin. Sangat jelas bahwa unsur
suka sama suka tidak terdapat dalam penjualan buah-buahan yang
menggunakan lilin.
73 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro,
2006), h. 65
81
Dari pengertian jual beli adalah tukar-menukar harta dengan harta
lain dan salah satu pihak memberikan imbalan (uang) untuk dipindah
kepemiliknya, sedangkan pihak lain menerima imbalan (uang) tersebut.
Buah-buahan yang memakai lilin sebagai penyegar buah tersebut termasuk
harta, tetapi harta yang tidak dapat ditukar atau dipindah kepemiliknya.
Karena harta itu sendiri dapat disimpan dan digunakan apabila dibutuhkan,
sedangkan buah-buahan yang memakai lilin tidak dapat dikonsumsi untuk
setiap hari, karena lilin bukan untuk dikonsumsi, jika terus menerus
dikonsumsi akan membahayakan kesehatan tubuh.
Penjualan buah-buahan yang memakai lilin sebagai penyegar buah
tersebut agar tahan lama, sudah jelas mengandung unsur penipuan, karena
ditemukan adanya ketidaksesuaian seperti buah pada umumnya. Perilaku
tersebut tidak sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
Artinya: Ibnu Umar ra. Berkata, “Ada seseorang lelaki mengadu
kepada Rasulullah Saw. Bahwa dirinya telah tertipu dalam jual
beli.” Kemudian beliau bersabda, “Apabila kamu berjual beli,
katakanlah, “Janganlah saling menipu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah melarang pedagang tersebut curang dan menipu
pembeli dengan cara tidak memberi tahu bahwa buah-buahannya memakai
lilin agar tidak cepat busuk, penjual sengaja menyembunyikan hal tersebut.
74 Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram Koleksi Hadis-
hadis Hukum, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.324
82
Hal ini sangat bertentangan dengan hadits Rasulullah dan jelas dilarang.
Seharusnya, dalam praktik jual beli harus disertai dengan prinsip kejujuran
yang dilakukan oleh kedua belah pihak, khususnya penjual. Namun, pada
kenyataannya para penjual tidak mengutamakan prinsip kejujuran yang
dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
Selain itu dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen pasal (7) butir 1 dijelaskan bahwa salah satu
kewajiban pelaku usaha adalah “memberi informasi yang benar, jelas, dan
jujur, mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta
memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.” Dan
pada butir 2 lebih diterangkan lagi bahwa “pelaku usaha dilarang
memperdagangkan barang yang rusak, cacat, atau bekas dan tercemar atau
bekas dan tercemar dengan atau tanpa memberikan informasi secara
lengkap dan benar.”
Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku penjual buah yang
memberikan keterangan yang tidak sesuai bertentangan dengan hukum
Islam dan undang-undang karena mengandung unsur penipuan dan
hukumnya tidak diperbolehkan.
Berbicara tentang definisi buah yang memakai lilin yang sudah
jelas rusak dan tidak ada manfaatnya juga diatur dalam Islam, kategori
makanan yang wajib dikonsumsi manusia di dalam al-Qu‟ran sudah
dijelaskan, sebagai firman Allah SWT:
83
Artinya: wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan
baik yang terdapat dibumi… (Q.S. Al-Baqarah : 168)
Penjelasan ayat diatas adalah perintah kepada manusia untuk
memakan makanan yang thayyib (baik) dan halal. Baik dalam hal ini
diartikan bahwa makanan yang hendak kita makan harus bermanfaat bagi
tubuh, mendatangkan kesehatan, dan tidak mengundang penyakit. Jika
dihubungkan dengan buah yang hendak di makan mengandung lilin yang
terdapat di kulitnya, jelas sangat berbeda dan bertentangan dengan
perintah Allah SWT. Yang memerintahkan kita untuk memakan makanan
yang baik.
Selain itu, dalam Undang-undang dijelasakan bahwa buah-buahan
yang memakai lilin tidak boleh dikonsumsi karena didalam buah tersebut
sudah mengandung bahan yang berbahaya.
Berdasarkan penjelasan tentang buah-buahan yang memakai lilin,
baik dalam Islam maupun Undang-undang dapat diambil kesimpulan
bahwa buah berlilin tidak bermanfaat juga tidak boleh dikonsumsi karena
sudah banyak mengandung racun dan berbahaya.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang berhasil dihimpun oleh penelitian
dalam judul skripsi “Tinjauah Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai
Penyegar dalam Jual Beli Buah (Studi Pada Penjual Buah di Pasar Gintung
Tanjung Karang Bandar Lampung), maka penelitian mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses jual beli buah impor di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar
Lampung adalah buah yang berasal dari luar negeri, setelah buah-buahan
masuk ke Indonesia, buah kemudian dikumpulkan di gudang
penampungan seperti di Jakarta, setelah buah berada di Jakarta kemudian
distributor buah Pasar Gintung memesan buah-buahan tersebut untuk siap
dijualkan kepada pedagang pengecer buah, sampai bisa diterima oleh
konsumen. Dalam pertemuan antara penjual dan pembeli, maka terjadilah
proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar
Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung
2. Tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai penyegar buah
adalah tidak diperbolehkan atau batal. Hal ini dikarenakan salah satu
syarat jual beli yaitu objek dalam jual beli haruslah bermanfaat. Adanya
unsur penipuan karena penjual tidak memberitahukan kondisi buahnya
juga salah satu hal yang menyebabkan jual beli tersebut batal. Selain itu, di
85
dalam undang-undang juga telah dijelaskan bahwa buah-buahan yang
memakai lilin berbahaya jika dikonsumsi setiap hari, akan membahayakan
kesehatan tubuh. Oleh karena itu penjualan buah-buahan yang memakai
lilin tidak diperbolekan dalam hukum Islam. Karena buah yang dikirim
dari luar Negeri ke Pasar Gintung terdapat lilin dan buah yang memakai
lilin tersebut sudah dilakukan di Negara asal buah tersebut dipetik.
B. Saran
Berdasarkan analisis data di lapangan dan telah disimpulkan bahwa
penjualan buah-buahan yang memakai lilin sebagai penyegar buah di pasar
gintung Tanjung Karang Bandar Lampung hukumnya tidak diperbolehkan atau
batal, maka penelitian mempunyai beberapa saran, antara lain:
1. Pihak penjual buah harusjujur atau menjelaskan yang sebenarnya
kepada pembeli bahwa buahnya memakai lilin, agar pembeli atau
masyarakat tahu bagaimana cara ia mengkonsumsinya.
2. Untuk pembeli, jika ingin mengkonsumsi buah impor setiap hari,
buah terlebih dahulu dicuci menggunakan air hangat dan dikupas
kulitnya jika ingin mengkonsumsinya.
3. Sebaiknya cerdas memilih buah-buahan yang akan dibelinya, yaitu
pilihlah buah apel lokal (apel malang) atau apel daerah lainnyan di
Indonesia, karena aman dikonsumsi tidak memakai lilin dikulitnya
karena tidak terlalu lama pengirimannya dan untuk menyejahterakan
petani kita, juga menumbuhkan semangat persaudaraan dengan
membeli buah hasil jerih payah petani negeri sendiri daripada
86
memperkaya petani bangsa asing, menggerakan roda perekonomian
desa dan jelas sehat produknya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Khalaf, Wahab. Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Bin Ibrahim Bin Al-Mughirah al-Ja‟fai,
Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004, Hadis no. 2072
Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram Koleksi Hadis-
Hadis Hukum, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995)
Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka
Amani
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2006
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1991
Ash Shidieqy, Hasbi. Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1980
Azhar Basyir, Ahmad, Asas-asas Muamalah Hukum Perdata Islam, UII Press,
Yogyakarta, 2000
Azhar Basyir, Ahmad. Asas-Asas Hukum Muamalat, Yogyakarta: Rajawali Pers,
2000
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an Dan Terjemahan, Bandung: Diponegoro,
2006
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Edisi Keempat, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Jakarta: Gramedia, 2011
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
88
HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab : Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi
Gharar, 1513
Ismail Yusanto, Muhammad, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta : Gema Isnani
Press, 2002
Ja‟far Khumedi, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Bandar Lampung : IAIN
Raden Intan Lampung, 2015.
Kartono, Kartini, Pengertian Metodologi Research Sosial, Bandung: Alumni,
1990, h.33.
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2012
Marzuki, Metodologi Riset,Yogyakarta: BPFE-VII, 1997
Mas‟ud, Ibnu, Fiqh Madzhab Syafi‟I, Edisi Lengkap, Bandung: Pustaka Setia.
Moeloeng, Lexy L, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung,
2001
Mugianti, Hukum Perjanjian Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al Lu‟Lu Wal Marjan, penerjemah salim
Bahreisy, Surabaya: Bina Ilmu, 2005
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Koleksi Hadis yang
Disepakati Oleh Al-Bukhari dan Muslim, Penerjemah Muslich Shabir,
Semarang: 1993, Hadis no. 1039
Muslich, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Adipura, 2004), h.46
Pasaribu, Chairuman, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika,
1996
Qardhawi Yusuf, Halal dan Haram Dalam Islam, Alih bahasa oleh H. Mu‟amalah
Hamidy, Surabaya: Bina Ilmu, 2003
Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994
89
Rusyd Ibnu, Bidayatu‟l Mujatahid, Terjemah oleh M. A. Abdurrahman dan A.
Haris Abdullah, Jus III, Asy-Syifa‟, Semarang, 1990
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A Marzuki dkk, jilid
ke-12, Bandung: Alma‟arif, 1993
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, jilid 12, Bandung : ALM Arif Bandung, 1997
Sedamayanti, Metodologi Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 2001
Subekti R, Kitab Undang-undang Perdata, Jakarta: Praditya Paramita, 1983
Sudirman Abbas, Ahmad, Qawa‟id Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqh, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, dengan Anglo Media Jakarta, 2004
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Cet ke-II,
Bandung: Alfabeta, 2010
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013
Sutrisno, Hadi, Metode Research, Jilid III , Yogjakarta: Fakultas Psikologi UGM,
1997
Syafe‟i Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001
Wardi Muslich, Ahmad. Fikih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2010
Zainudin, Dkk, Terjemahan Hadis Shahih Bukhari, Jilid I-IV, Jakarta: Widjaya,
1993
http://www.alfinlatife.blogspot.com/2011/8/kandungan-bahan-kimia-dalam-
buah.html