aspal buton
TRANSCRIPT
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 6Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1. Fisiografi dan Geomorfologi Regional
Buton dapat dibagi menjadi tiga zona (Gambar 2.1) berdasarkan
fisiografi dan geomorfologinya (Sikumbang dan Sanyoto, 1981 dan
Davidson, 1991) yang diakibatkan oleh pengaruh struktur dan litologi pada
zona tersebut, yaitu:
Zona Buton Utara, yang didominasi oleh dataran rendah dan punggungan pantai berbentuk tapal kuda dengan dikelilingi gunung-
gunung sepanjang Utara, Barat, Timur dimana tren umum
pegunungan tersebut adalah baratlaut tenggara.
Zona Buton Tengah, didominasi oleh deretan pegunungan lebar dibentuk dari barisan pegunungan yang sedikit melengkung
sepanjang Utara-Selatan dengan tren ke arah utara, sedangkan
sepanjang pantai barat terdiri dari topografi dengan relief rendah
yang berarah timur-laut.
Zona Buton Selatan, terdiri dari topografi yang berupa lembah dan bukit dengan trend arah timur-laut, teras-teras terumbu yang
terangkat, dan topografi karst yang berupa haystack (perbukitan
gamping) dan ditulangpunggungi oleh Pegunungan Kapantoreh.
Daerah penelitian masuk kedalam Zona Buton Selatan. Topografi
yang berupa lembah dan bukit menandakan pengaruh struktur perlipatan.
Munculnya Pegunungan Kapantoreh dengan litologi ofiolit menandakan
struktur sesar anjak sehingga litologi tersebut dapat muncul ke permukaan.
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 7Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Dari analisa data penginderaan jauh terlihat adanya terumbu yang
tumbuh dibagian selatan Pulau Buton dan adanya estuarin yang tenggelam
dan atoll yang turun dibagian utara. Hal ini diinterpretasikan sebagai bukti
bahwa bagian utara Pulau Buton mengalami penurunan relatif terhadap bagian
selatan Pulau Buton (Davidson, 1991 op.cit. Smith, 1989)
Gambar 2.1 Pembagian zona fisiografi dan provinsi geomorfologi Pulau Buton
(sumber : ERI/Geoservices, 1990)
Provinsi Buton Utara
Provinsi Buton Tengah
Provinsi Buton Selatan
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 8Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
2.2. Tektonik Regional
Buton dianggap sebagai suatu pecahan dari benua Australia-New
Guinea sama halnya dengan busur kepulauan Banda lainnya (Gambar
2.2). Anggapan ini diperoleh dari adanya kesamaan pada kandungan fosil
yang berumur Mesozoik, susunan stratigrafi sebelum terjadi pemisahan,
dan waktu terjadinya pemisahan dengan busur kepulauan Banda lainnya.
Gambar 2.2 Busur Kepulauan Banda yang merupakan fragmen dari Australia.
(sumber: Daly et.al, 1987)
Pada awalnya Buton dipercaya terdiri dari 2 buah lempeng mikro-
kontinen yang terpisah. Lempeng pertama mencakup bagian timur Pulau
Buton dan Pulau Tukang Besi dan lempeng kedua mencakup bagian barat
Pulau Buton dan Pulau Muna (Davidson, 1991 op.cit Hamilton, 1979).
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 9Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Namun dengan data geologi dan geofisika terbaru, dipercaya daerah Buton
terdiri dari 3 buah lempeng mikro-kontinen yang terdiri dari Pulau Buton,
Muna/SE Sulawesi, dan Tukang Besi, yang terlibat dalam suatu tumbukan
ganda (Davidson, 1991)
Sejarah tektonik dan stratigrafi di Pulau Buton dipengaruhi oleh 4
peristiwa tektonik (Davidson, 1991), yaitu:
1. Masa pre-rift pada Permian sampai Akhir Trias ketika Pulau Buton
masih menjadi bagian dari Australia
2. Masa rift-drift ketika Pulau Buton mulai memisahkan diri dari
Australia dan menuju timurlaut pada Trias Akhir sampai Oligosen .
3. Masa deformasi. pembentukan cekungan dan pengisian cekungan (syn-
post orogenic) pada Miosen Awal sampai Pliosen yang diawali dengan
tumbukan Pulau Buton dengan Pulau Muna (Sulawesi Tenggara)
4. Masa deformasi yang lebih muda (recent orogenic) pada Pliosen
sampai sekarang yang dimulai dengan Tumbukan Pulau Buton dengan
Pulau Tukangbesi.
Pada pertengahan Trias, Buton masih merupakan bagian dari benua
Australia-New Guinea. Trias Tengah-Akhir mulai masa transisi dari pre-
rift menjadi rift (Gambar 2.3). Stratigrafi pre-rift Triassic Buton terdiri
dari sedimen klastik yang berasal dari kontinen yang diendapkan secara
tidak selaras diatas batuan metasedimen Permian.
Transisi ke suatu lingkungan laut lepas dengan sedimentasi passive
margin mulai di masa Pertengahan ke Akhir Jurassic dengan karbonat laut
dalam sebagai litologi yang dominan. Kejadian ini dicirikan dengan
adanya penurunan intensitas pengendapan sedimen klastik yang terbawa
dari area benua dan peningkatan intensitas sedimen karbonat yang berasal
laut terbuka yang terendapkan di lingkungan laut dalam. Sedimentasi laut
dalam berasosiasi dengan masa drift menuju ke utara yang berlangsung
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 10Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
dari pertengahan Jura sampai Oligosen dimana dominan litologi yang
terendapkan adalah karbonat yang berasal dari laut terbuka.
Gambar 2.3 Rekonstruksi sejarah geologi Pulau Buton
(Sumber: ERI/Geoservices 1990)
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 11Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Tumbukan pertama yang terjadi pada Miosen Awal membuat lapisan
yang berumur Kapur Akhir sampai Oligosen terdeformasi membentuk
struktur slump dan menghasilkan aliran runtuhan (Gambar 2.4). Efek dari
tumbukan Pulau Buton dengan Pulau Muna / Sulawesi Tenggara terekam
pertama kali di bagian selatan Pulau Buton pada awal Miosen (N3) dimana
berkembang sesar anjak dan lipatan hasil deformasi thin-skinned. Saat
tumbukan terjadi, kerak samudra antara P. Muna dan P. Buton terobduksi
dan, membentuk pegunungan ofiolit yang disebut Pegunungan
Kapantoreh. Klastik syn-orogenic diendapkan sebagai akibat dari sesar
naik yang mengikuti arah kemiringan lapisan dan erosi dari pengangkatan
strata Trias-Oligosen dan dikategorikan sebagai sedimen molasse.
Pada kala Miosen di Buton Utara terendapkan karbonat laut dalam
sedangkan di Buton Selatan terendapkan sedimen klastik kasar. Perbedaan
pengendapan yang terjadi pada daerah Buton Utara dan Buton Selatan
secara teori disebabkan oleh adanya penunjaman yang oblique sehingga
menyebabkan terbentuknya sesar geser dan sesar yang terjal dengan
pengangkatan yang bersifat lokal dan beberapa penurunan ini
(Chamberlain et al.,1990, op.cit. Davidson 1991)
Tumbukan kedua pada masa Pliosen Awal menghasilkan
pengangkatan daratan di Buton Selatan lebih banyak dibandingkan Buton
Utara, hal ini dibuktikan dengan geomorfologi dan distribusi dari terumbu
Pleistosen dan perkembangan estuary yang tenggelam dan attol yang
mengalami penurunan di Buton Utara (Smith, 1983 op.cit. Davidson 1991)
yang mengindikasikan adanya pengangkatan di Buton Selatan semantara
Buton Utara mengalami penurunan. Maksimum perbedaan antara kedua
blok sekitar 700 m.
Struktur terakhir di Buton, terutama di bagian selatan,
menunjukkan distribusi umum dari tren litologi arah jurus NE-SW dengan
kemiringan regional E-SE akibat dari rotasi tektonik akibat dari tumbukan
ke dua antara lempeng Buton dan Tukang Besi.
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 12Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Gambar 2.4 Model rekonstruksi tektonik lempeng di Pulau Buton
(sumber: Nolan, 1989 op.cit. Davidson, 1991)
2.3. Stratigrafi Regional
Sedimentasi pada masa sebelum pemisahan (pre-rift) kemungkinan terdiri
dari metasedimen yang diendapkan tidak selaras dengan endapan turbidit yang
berasal dari kontinen Australia-New Guinea. Pengendapan terjadi pada paparan
benua, kemungkinan pada terban-terban (grabens) yang terbentuk pada saat
pemisahan terjadi.
Sedimentasi yang terjadi pada masa pemisahan dan mulai bergerak
terbentuk sebagai respons terhadap awal pemisahan pada Trias Akhir, mulai
bergerak pada Jurasik Tengah dan mulai bergerak ke arah barat laut. Stratigrafi
pada Trias Akhir berupa turbidit, sedangkan pada Jurasik dan Oligosen berupa
kalsilutit laut dalam.
Stratigrafi Buton berkisar dari Permian(?) sampai saat ini dan didominasi
oleh karbonat marin yang diendapkan di lingkungan neritik luar sampai bathyal
atas. Davidson (1991) mengelompokkan stratigrafi ke dalam 4 kejadian
tektonostratigrafi, yaitu Sedimentasi Pre-Rift yang terdiri dari Fm. Doole, Fm.
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 13Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Winto, Fm. Ogena; Sedimentasi Rift-Drift yang terdiri dari Fm. Rumu, Fm.
Tobelo; Sedimentasi Syn & Post Orogenic yang terdiri dari Fm. Tondo dan
Fm. Sampolakosa; Sedimentasi deformasi yang lebih muda (Fm. Wapulaka).
Gambar 2.5 Kolom stratigrafi regional Pulau Buton
(sumber: Davidson, 1991)
2.3.1 Sedimentasi Pre-Rift
Sedimentasi Pre-Rift mencakup batuan metamorfik
Doole/Lakansai berumur awal Trias, Fm. Winto berumur Trias
Tengah, dan Fm. Ogena berumur Jura Akhir (?).
Stratigrafi Buton dimulai dari batuan paling tua dari Fm. Doole
yang terdiri dari filit dan batusabak. Fm. Winto berumur Trias
terendapkan diatas Fm. Doole yang terdiri dari sedimen klastik,
terutama serpih. Diatas Fm. Winto diendapkan Fm. Ogena yang
berumur Jura Akhir yang terdiri dari endapan serpih dan karbonat laut
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 14Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
dalam. Serpih dari Fm. Winto dan Ogena mengandung banyak
material organik, yang dapat dijadikan sebagai sumber hidrokarbon.
Fm. Winto
Batuan sedimen tertua Pra-Neogen yang diketahui di Buton
termasuk kedalam Fm. Triasik Winto. Terdiri dari lapisan timbunan
konglomerat dan perselingan batupasir, terdapat di bagian utara
cekungan. Fm. Winto diendapkan dalam air dangkal sampai agak
dalam.
Fm. Ogena
Secara stratigrafi batuan Fm. Winto ditutupi oleh Fm. Ogena.
Kontaknya diperkirakan selaras pada sumur Sampolakosa-1S.
Ketebalan stratigrafi minimum Fm. Ogena adalah 500 m di Buton
Selatan dan diperkirakan 1.000 m di Buton Utara. Litologinya terdiri
dari batugamping berlapis baik dan interkalasi serpih tipis.
Batugamping di Buton Utara mengandung rijang dalam jumlah kecil.
Fm. Ogena berumur Jura Awal, dan merupakan endapan laut dalam.
2.3.2 Sedimentasi Rift-Drift
Sedimentasi Rift-Drift terdiri dari Fm. Rumu yang berumur Jura
Akhir, dan Fm. Tobelo yang berumur Kapur hingga Oligosen.
Karbonat laut dalam mendominasi sikuen ini. Fm. Tobelo yang
berumur Kapur atas terdiri dari batugamping pelagik dengan nodul
dari rijang merah, dan sedimentasinya berlanjut hingga Eosen Atas
dan Oligosen yang sebagian besar adalah karbonat.
Fm. Rumu
Di Buton Selatan, Fm. Rumu di interpretasikan selaras diatas Fm.
Ogena. Lokasi-tipenya berada di Sungai Rumu Buton Tenggara yang
termasuk kedalam daerah penelitian. Fm. Rumu dibedakan menjadi 3
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 15Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
fasies berbeda, yaitu kalsilutit berwarna merah muda dengan rijang
merah, batulempung abu-abu pucat mengandung belemnites dan
dolomit dan batugamping wackstones. Litologi semacam ini belum
dijumpai dilain tempat di Buton. Di Buton Utara Fm. Rumu tidak
dijumpai. Kemungkinannya, penyebaran Fm. Rumu terbatas atau
merupakan fasies ekivalen dengan suksesi Ogena. Bila hal ini
merupakan masalahnya, maka ada suatu hiatus antara Fm. Ogena dan
yang lebih muda, batuan Fm. Tobelo di Buton Utara.
Smith 1983 op.cit Davidson 1991 mengajukan dua model
pengendapan guna menjelaskan pencampuran litologi yang
terendapkan pada laut dangkal dan litologi yang terendapkan pada laut
dalam. Model pertama mengasumsikan percampuran tersebut
dipengaruhi oleh struktur daripada stratigrafi. Model kedua berasumsi
sedimen tersebut sebagian bersifat allochtonous dan percampuran
terjadi ketika transportasi sedimen laut dangkal sebagai aliran debris
bawah laut.
Fm. Tobelo
Batuan termuda pada sekuen sedimen Pra-Neogen merupakan
bagian dari Fm. Tobelo. Umur batuannya dari Kapur Bawah sampai
Oligosen. Litologinya berupa batugamping masif atau berlapis dengan
lensa-lensa atau nodul rijang. Batugampingnya mikritik,
terrekristalisasi, sangat banyak urat-urat (kalsit) dan stilolit. Contoh
batuan yang diambil untuk analisis paleontologi tidak mengandung
fauna, kemungkinan akibat telah terjadinya rekristalisasi.
Ofiolit Kapantoreh
Batuan ofiolit berumur Kapur tersingkap sepanjang batas barat
Pulau Buton. Singkapan terbesar terdapat di perbukitan Kapantoreh
Buton Selatan. Sesar-sesar kecil yang membatasi perlapisan juga
terdapat sepanjang batas barat Cekungan Lambale. Batuannya
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 16Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
terutama berupa serpentinit, gabro dan dolerit. Dan keberadaannya di
diatas sekuen Pra-Neogen interpretasi akibat tektonik.
2.3.3 Sedimentasi Syn dan Post Orogenic
Sedimen Syn-dan Post-Orogenic termasuk sedimen molassic dari
Formasi Miosen Tondo dan karbonat dari Formasi Pliosen
Sampolakosa. Klastik Tondo berasal dari erosi dan upthrusted lapisan
Pra-Miosen selama tumbukan Buton dan Muna/Sulawesi Tenggara
pada Miosen Awal-Tengah. Fasies klastik halus diinterpretasikan
sebagai turbidit distal yang berangsur, dan diatasnya diendapkan
fasies klastik kasar secara selaras. Litologi yang dominan adalah
mudstone, batulempung, batulanau, dan batupasir. Di lain pihak, napal
dan kalkarenit dan batugamping terumbu yang berada di atas Fm.
Sampolakosa terbentuk akibat dari regional subsidence pulau Buton
pada masa Pliosen.
Fm. Tondo
Kelompok Tondo dapat dipetakan menjadi tiga litofasies; 1).
fasies klastik kasar (konglomerat dan batupasir litik), 2) fasies klastik
halus (dominannya mudstone dengan interkalasi abatupasir) dan 3)
fasies batugamping.
Fm Tondo yang berada di Buton Selatan didominasi oleh litologi
batuan klastik Miosen Tengah Akhir. Unit batugamping Miosen
Tengah-Akhir berkembang secara lokal pada tinggian purba.
Fasies batugamping Tondo di interpretasi terbentuk pada kondisi
paparan (shelf). Akan tetapi di Buton Selatan batugamping turbidit
tipis-tipis berinterkalasi dalam unit fasies klastik. Napal, kalkarenit
dan batugamping terumbu yang menutupi Fm. Sampolakosa
diendapkan pada lingkungan neritik luar sampai batial dengan sedikit
sampai tidak ada input terrigenous. Fasies batugamping basal terdiri
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 17Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
dari batugamping neritik masif diendapkan pada lingkungan neritik
luar (Davidson, 1991).
Fasies klastik kasar Fm. Tondo terdiri dari terutama konglomerat
dan batupasir litik berbutir medium sampai kasar. Fasies klastik Fm.
Tondo di interpretasi terutama sebagai himpunan kipas turbidit laut
dalam berasal dari batuan lebih tua Pra-Neogen dan ofiolitik yang
mengalir dari tinggian purba. Struktur sedimen yang umum adalah
sekuen menghalus ke atas, graded bedding, dan liquifaction
(Davidson, 1991). Di Buton Selatan, sekuen tersebut berkisar dari
Miosen Awal (N3/N4) sampai awal Miosen Akhir (N15/N16). Fasies
klastik halus Fm. Tondo di interpretasi sebagai turbidit distal. Litologi
dominannya, batulumpur, batulempung, batulanau dan batupasir.
Semua sedimen ini berlaminasi tipis, urai, dan mengandung lapisan
tipis karbonan dan hancuran tumbuhan. Batupasirnya berbutir halus
dan tersemen baik dengan kalsit atau dolomit. Foraminifera
planktonik sangat banyak dan menunjukkan suatu pendalaman gradual
selama pengendapan di neritik luar sampai batial atas pada Miosen
Akhir (Davidson, 1991).
Fm. Sampolakosa
Fm. Sampolakosa terdiri dari napal dan kalkarenit. Batuannya
berumur Pliosen dan menandakan berhentinya pengisian cekungan-
cekungan Neogen, mungkin akibat erosi dan penurunan lokal pada
tinggian purba. Bagian dasar dari puncak terumbu ditutupi oleh napal
mengandung foram bentonik spesies paparan laut dangkal (Davidson,
1991).
2.3.4 Sedimentasi Recent Orogenic
Ketidakselarasan Fm. Wapulaka yang menutupi Fm. Sampolaka
terdiri dari Pliosen Akhir hingga Pleistosen (N21 N22), tersementasi
dengan buruk, mengalami karstifikasi, batugamping bioklastik laut
dangkal, lingkungan pengendapan terumbu atau dekat terumbu.
-
BAB II Geologi Regional
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 18Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Fm. Wapulaka
Fm. Wapulaka (Pleistosen) terdiri dari batugamping terumbu
dicirikan sering membentuk teras-teras dan hasil dari pengangkatan
terakhir pada blok sesar yang diendapkan pada lingkungan
pengendapan laut dangkal, neritik dalam, dan terumbu atau dekat
terumbu. Total ketebalan Fm. bergantung pada derajat pengangkatan
blok yang ditunjukkan makin tebalnya endapan batugamping
terumbudi daerah Buton Selatan
~?F\&b_?