askep - tifoid

Upload: aiiq-nto-andri

Post on 14-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    1/20

    BAB I

    KONSEP DASAR PENYAKIT

    1. Definisi

    Definisi tifoid menurut para ahli adalah sebagai berikut :

    a. Tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonela typhi (Harison,

    1991)

    b. Tofoid danp parutifoid (selanjutnya disebut tofoid) adalah infeksi akut usus

    halus (Sarwono, 1996)

    c. Typus aedoninalis adalah penyakit yang biasanya terdapat pada saluran cerna

    dengan diagnosa demam yang lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan

    kesadaran.

    Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tifoid adalah

    penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonela typhi ditandai

    dengan demam satu minggu dan disertai gangguan saluran pencernaan serta

    gangguan kesadaran.

    2. Etiologi dan Predisposisi

    a. Etiologi

    Etiologi / penyebab dari tiphoid menurut Sarwono (1996) adalah karena

    kuman Salmonella. Adapun kuman Salmonella penyebab typhoid adalah :

    1) Salmonela typhi

    2) Salmonela pra typhi A

    3) Salmonela pra typhi B

    4) Salmonela pra typhi C

    b. Predisposisi

    Menurut Sarwono (1996) penyebaran tifoid tidak bergantung pada iklim,

    tetapi banyak di jumlah di negara yang beriklim tropis. Hal ini disebabkan

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    2/20

    karena penyediaan bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan individu dan

    lingkungan.

    3. Manifestasi Klinik

    Gejala dapat timbul secara tiba-tiba / bersangsur-angsur yaitu antara 10 sampai 14

    hari. Mulainya samar-samar bersama nyeri kepala, malaise, anoreksia dan

    demam, rasa tidak enak di perut dan nyeri di seluruh baban. Minggu pertama

    keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :

    demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi

    /diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaaksis.

    Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas yaitu : demam, bradikardi

    relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor),

    hepatomegali, splevomegali, meteorismus, gangguan mental (Sommnoleh,

    Stupor, Koma, Delisium) (Sarwono, 1996).

    4. Patofisiologi

    Kuman Salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati aliran

    selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran linfa ke kelenjar mesentrium

    mengadakan multipikasi (bakteremia). Biasanya pasien belum tempak adanya

    gejala klinik (asimtomatik) seperti mual, muntah, tak enak badan, nafsu makan

    menurun, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endotesual. Tetapi

    kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam

    peredaran darah mengalami bakteremia sehingga tubuh merangsang untuk

    mengeluarkan sel plogan akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel plogan inilah

    yang mempengaruhi pusat termoregulasi dihipotalamus sehingga timbul gejala

    demam dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi

    gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman

    menuju ke organ-organ tersebut (hati, limfa, empedu), sehingga timbul

    peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan,

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    3/20

    terutama pada folikel limfosial dan apabiloi kuman tersebut dihancurkan oleh sel-

    sel tersebut maka penyakit berangangsur-angsur mengalami perbaikan dan

    apabila tidak dihancurkan akan menyebar keseluruh organ sehingga timbul

    komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien (Rahmat Juwono, 1994).

    5. Anatomi dan Fisiologi

    a. Usus Halus

    Istestinum minor (usus halus) adalah bagian dari sistem pencernaan

    makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya

    6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan

    absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan

    mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkulasi), lapisan otot

    memanjang (m.longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

    Usus halus besar dibagi dalam beberapa bagian :

    1. Duodenum

    Disebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda

    melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Bagian kanan

    duodenum terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri.

    Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledoktus dan

    saluran pankreas (dukus wirsungi / pankreatikus). Dinding doedenum

    mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar

    ini disebut kelenjar-kelenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah

    intestinum.

    2. Yeyunum dan Ileum

    Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m. dua per lima

    bagian atas adalah (yeyenum) dan panjangnya 2-3 meter. Dan ileum

    dengan panjang 4-5 m. Lekukan yeyunum dan ileum melekat pada

    dinding aedomen posterior dengan perantarandan lipatan peritonium yang

    berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium. Akar mesentrium

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    4/20

    memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang dan vena mesentrika

    superior, pembuluh limfe dan syaraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium

    yang membentuk mesentrium. Sambungan antara yeyunum dan ileum

    tidak mempunyai batas yang tegas.

    Ujung bawah ileum berhubungan dengan selkum dengan parantaraan

    lubang yang bernama Orifisium tleosekalis, orifisium ini diperkuat oleh

    spinteeer ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula selkalis /

    valvula baukini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon

    asendens tidak masuk kembali keadaan ileum.

    3. Mukosa usus halus

    b. Usus Besar

    Panjangnya 1 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam

    keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,

    jaringan ikat.

    Bagian-bagian usus besar adalah:

    1. Seikum

    Dibawah seikum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti

    coaling sehingga disebut juga limba coding, panjangnya 6 cm. Seluruhnya

    ditutupi peritonium mudah bergerak walaupun tidak mempunyai

    mesentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang

    masih hidup.

    2. Kolon Asendens

    Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur

    ke atas dari ileeum ke bawah hati. Di bawah hati membengkok ke kiri.

    Lengkungan ini disebut fleksura hepatika, dilanjut sebagai kolon

    transversum

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    5/20

    3. Kolon transversum

    Panjangnya 38 cm dari kolon asendus sampai ke kolon desendens

    berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat flexura hepatika dan

    sebelah kiri terdapat fleksura uenalis.

    4. Apendiks

    Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir selkum

    mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat

    dilewati isi usus.

    5. Kolon pesendevis

    Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur

    dari atas ke bawah dari fleksura uenalis sampai ke depan ileum kiri,

    bersambung dengan kolon signoid.

    6. Kolon sigmoid

    Merupakan lanjutan dari kolon disendens terletak miring, dalam rongga

    pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S. ujung bawahnya

    berhubungan dengan rektum.

    c. Rektum dan Anus

    Terletak dibawah kolon signoid yang menghubungkan intestinum mayor

    dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os

    koksigis.

    Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum

    dengan dunia luar (udara luar) terletak di dasar pelvis dindingnya diperkuat

    oleh 3 spincter :

    1. Spincter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak

    2. Spincter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak

    3. Spincter ani eksterunus, bekerja menurut kehendak

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    6/20

    6. Sirkulasi

    Pasokan darah kolon berasal dari arteri mesenterika superior dan luferior :

    a. Caecum, kolon asendens dan transversum proksimal dipasok oleh cabang

    arteri mesenterika superior

    b. Kolon transversum distal, desendon, sigmoid, dan rektum bagian atas dipasok

    oleh cabang arteri pudenda interna

    Pola pasokan darah sangat penting dalam menentukan daerah yang

    memungkinkan terkena iskemia (contohnya daerah watershed sekitar flexura ilen

    sangat rawan terkena) dan karena drainase limfatik mengikuti pola yang sama,

    sangat bermanfaat meramalkan distribusi metastasis kelenjar limfe dari lokasi

    tumor (Underwood, 1996).

    7. Persyaratan

    Usus mempunyai jaringan syaraf yang kompleks terdiri atas neuron otonom

    motorik dan sensorik serta sistem saraf enterik yang terpisah. Pasokan simpatis

    berasal dari gangilon diluar usus difleksus seilaka dan masenterika. Gangila

    parasimpatis ditemukan seilaka dan mesenterika. Gangila parasimpatis ditemukan

    dalam dinding halus dan ini bersama neuron yang berhubungan membentuk dua

    anyaman saraf, plektus submukosa (meisner) dan pleksus mesenterikus

    (awerbach).

    Pleksus saraf menciptakan dna mengkonduksi irama elektrik dasar pada

    usus. Rangsangan saraf parasimpatis meningkatkan kontraksi muskular (terutama

    pada lapisan sirkulasi bagian bawah dalam). Pasokan darah dan aktivitas sekresi,

    merangsang pasokan sistem yang mempunyai efek berlawanan. Sistem saraf

    enterik mempunyai reseptor sensor pada mukosa dan dinding usus besar, yang

    akan merespon volume dan komposisi usus, dan melalui hubungan dengan neuron

    yang menimbulkan respon yang cepat pada sistem reseptor.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    7/20

    8. Fisiologi

    a. Usus Halus

    Fungsi usus halus antara lain :

    1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui

    kapilet-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

    2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino

    3. Karbohidrat diserap dalam bentuk emulsi, lemak

    Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang

    menyempurnakan makanan :

    1. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik

    2. Eripsin menyempurnakan penceranaan protein menjadi asam amino :

    a. Laktose mengubah latase menjadi monosokarida

    b. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida

    c. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida

    (Syafudin, 1992)

    Usus halus mempunyai epitel khusus yang mempunyai daerah permukaan

    yang luas, struktur seperti viii pada mukosa dapat mengoptimalkan absorbsi

    baik di bawah kendali aktif maupun pasif.

    a. Sel endokren

    Sel gobelt yang mensekresi muklus dan sel endokrin tersebar diantara sel-

    sel absortif. Sel endokrin memproduksi hormon usus yang sangat

    bervariasi. Sel endokrin juga ditemukan diantara sel-sel proliferasi

    (enteroblas) dari kripta intestinum. Di sini, banyak-banyak sel endokrin

    berupa enterokromafin dan memproduksi serotonin (5-HT) yang

    mempunyai peranan penting dalam pengendalian usus dan pasokan darah.

    b. Sel paneth

    Mengandung granula yang kaya ilsozim, peranan sel ini belum diketahui,

    tetapi agaknya berhubungan erat dengan sel stem. Keberadaannya pada

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    8/20

    epitel metaplastik memberi petunjuk kemungkinan memproduksi faktor

    lokal yang meregulasi sel proliferasi dan berdiferensiasi.

    c. Kelenjar biunner

    Submukosa duodenum mengandung kelenjar biunner, berupa kumpulan

    asinus yang mensekresi banyak mukus. Disamping memproduksi banyak

    mukus alkailu yang penting untuk melindungi mukosa terhadap serangan

    asam pada duodenum proksimal.

    d. Jaringan Limfoid

    Jaringan ikat mukosa (lamina propia) mengandung banyak limfatik

    (laktasol). kapiler darah, sel limfosit yang infiltratif, sel plasma, eosinofil

    dan sel mast sel limfoid membentuk lengan imunitas mukosa yang

    penting, dikenal sebagai mukosa assoceiated lymphoid tissue (MALT).

    b. Usus Besar

    Menurut Syaifudin, 1992, usus besar mempunyai beberapa fungsi :

    1. Menyerap air dan makanan

    2. Tempat tinggal bakteri koli

    3. Tempat feces

    Banyak bakteri yang terdapat dalam usus besar berfungsi mencerna bahan dan

    membantu penyerapan zat-zat gizi. bakteri di dalam usus besar juga berfungsi

    membuat zat-zat penting seperti vitamin K. bakteri ini penting untuk fungsi

    normal dari usus. beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan

    gangguan bakteri di dalam usus besar. akibatnya terjadi iritasi yang bisa

    menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadilah diare.

    jenis pergerakan pada saluran pencernaan, gerakan mencampur yang membuat

    isi usus terus menerus tercampur setiap saat dan gearkan propulsive

    (mendorong) yang menyebabkan makanan bergerak ke depan sepanjang

    saluran pencernaan dengan kecepatan sesuai untuk pencernaan dan obsorbsi.

    Menurut Underwood, 1996, usus besar mempunyai beberapa fungsi-fungsi:

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    9/20

    a. Sebagai tempat pengimbunan dan eliminasi mempunyai sisa-sisa

    makanan.

    b. Berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit

    c. Berperan penting dalam degradasi kompleks karbohidrat dan nutrien

    bakteri lainnya.

    c. Rektum dan Ancis

    Rektum adalah sebuah yang beraal dari ujung usus besar dan berakhir dianus.

    biasnaya ructum ini kosong karena disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu

    pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam

    rectum, maka timbul keinginan untuk BAB. Anus merupakan lubang diujung

    saluan pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus

    terbentuk dari permukaan tubuh / kulit dan sebagian lainnya dari usus. Suatu

    cinoin berotot (spincer ahl) menjaga dari tetap tertutup.

    9. Komplikasi

    Komplikasi yang dapat terjadi dari tifoid menurut Rahmat Juwono ( ) adalah :

    a. Komplikasi intestinal, meliputi :

    1) Perdarahan usus

    2) Perforasi usus

    3) Ileus paralitik

    b. Komplikasi ekstra intestinal

    1) Komplikasi kardiovaskuler

    Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan

    tromboflebitis.

    2) Komplikasi darah

    Anemia hemolitik, tromeostopenia dan sindrom urenia hemolitik.

    3) Komplikasi paru

    Pneumonia, emplema dan pleuritis

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    10/20

    4) Komplikasi hepar dan kandung empedu

    Hepatitis dan kolesistitis

    5) Komplikasi ginjal

    Glomnerulonefritis, plelonefritis dan peringfritis

    6) Komplikasi tulang

    Osteomielitis, periostitis, sponalitis dna artiltis

    7) Komplikasi neuropsikiatrik

    Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis, perifer, sindrom

    guillain-barre, psikosis dan sindrom ketatonia.

    10. Penatalaksanaan

    Menurut Rahmat Juwono penalaksanaan tifoid terdiri dari 3 bagian yaitu :

    a. Perawatan

    Penderita tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan

    pengobatan. Pendeita harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari. Besar

    demam / kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk

    mencegah komplikasi perdarahan / perforasi usus. Penderita dengan kesadaran

    menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu utnuk

    menghindrai komplikasi pneumonia hipostaltik dan dektubitas.

    b. Diet

    Dimasa lalu penderita tifoid diberi dubur sarving, kemudian dubur kasar dan

    akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan penderita. Pemberian dubur saring

    ini dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus, karena ada

    pendapat bahwa lukus-lukus perlu diistirahatkan. Banyak penderita tidak

    menyukai dubur saring karena tidak sesuai dengan selera mereka. Karena

    mereka hanya makan sediti dan ini berakibat keadaan umum dan gizi

    penderita semakin mundur dan masa penyembuhan menjadi lama.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    11/20

    Makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang

    sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita

    tifoid.

    c. Obat

    Obat-obatan antimikroba yang sering dipergunakan ialah : kloromfenikol,

    tiamfenikol, ko trimoksozol, ampisilin dan amoksilin.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    12/20

    BAB II

    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

    A. Pengkajian

    1. Riwayat Penyakit Dahulu

    Adakah riwayat penyakit tifoid sebelumnya.

    2. Demografi

    a. Jenis Kelamin

    Tidaka da perbedaan resiko terjadi tifoid antara laki-laki dan perempuan.

    b. Umur

    Di daerah endemik tofoid, insiden tertinggi didapat pada anak-anak. Orang

    dewasa sering mengalami infeksi ringan yang sembuh sendiri dan menjadi

    kebal. Insiden pada penderita yang berumur 12 tahun ke atas adalah 70-

    80%, penderita berumur 12-30 tahun adalah 10-20%, penderita berumur

    30-40 tahun adalah 5-10%.

    c. Lingkungan tempat tinggal

    Lingkungan daerah yang kumuh, seperti daerah yang dekat dengan TPA

    atau bisa terjadi pada rumah yang tempat pembuangan sampahnya,

    jaraknya terlalu dekat dengan rumah.

    d. Gaya hidup

    Kebiasaan / gaya hidup yang dapat mempengaruhi terjadinya tifoid adalah

    gaya hidup / kebiasaan yang kurang sehat. Misalnya kebiasaan tidak cuci

    tangan baik sebelum maupun sesudah makan, tidak menutup makanan.

    e. Pekerjaan

    Adapun pekerjaan yang beresiko terjadi tofoid misalnya pemulung,

    penjual pedagang kaki lima.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    13/20

    3. Pola Pengkajian Fokus

    a. Aktifitas / istirahat

    Gejala : kelemahan, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan

    aktifitas / kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.

    b. Sirkulasi

    Tanda : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi

    dan nyeri)

    Kemerahan, area ekimosis

    Kulit / membran mukosa turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah

    (dehidrasi / malnutrisi).

    c. Itegritas ego

    Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal misal perasaan tak berdaya / tak

    ada harapan.

    Stres akut / kronis, misal hubungan dengan keluarga / pekerjaan,

    pengobatan yang mahal.

    Tanda : Menolak, perhatian menyempit dan depresi.

    d. Eliminasi

    Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang timbul,

    sering, tak kontrol, flatus lembut dan semi cair, bau busuk dan

    berlemak (steatorea) melena.

    Konstipasi hilang timbul.

    Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik / adanya peristaltik

    yang dapat dilihat.

    Hemoroid, fisura anal, oligouria.

    e. Makanan / cairan

    Gejala : Anoreksia, muak muntah

    Penurunan berat badan

    Tidak toleran pada diet / sensitif, misal susu, dan makanan

    berlemak.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    14/20

    Tanda : Penurunan lemak subkutan / masa otot

    Tonus otot buruk dan turgor kulit buruk

    Membran mukosa pucat.

    f. Higiene

    Gejala : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.

    Bau badan.

    Tanda : Menolak, perhatian menyempit dan depresi.

    g. Nyeri / kenyamanan

    Gejala : Nyeri tekan abdomen dan nyeri kram pada kuadran kanan

    bawah, nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum).

    Nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal

    Nyeri mata, fotofobia

    Tanda : Nyeri tekan abdomen / distensi.

    h. Keamanan

    Gejala : Riwayat lupus eritematosis, anemia hemolitik, vaskuiltis

    Peningkatan suhu 39,6-40oC

    Penglihatan kabur

    Tanda : Lesi kulit mungkin ada, misal aritemia nodusum (meningkat,

    nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka,

    pioderma gangienosa (lesi tekan pukulan / lepuh dengan batas

    keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.

    Aukilesa spondilitis.

    i. Seksualitas

    Gejala : Frekuensi menurun / menghindari akfititas seksual

    j. Interaksi sosial

    Gejala : Masalah hubungan / peran sehubungan dengan kondisi

    ketidakmampuan aktif dalam sosial.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    15/20

    4. Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan feses

    Darah samar mungkin positif (erosi mukosa), steatorea dan garam empedu

    dapat ditemukan.

    b. Foto

    Menekan barium dapat menunjukkan penyempitan lumen pada ileum

    terminal, kekakuan dinding usus, mukosa mudah terangsang / lukus.

    c. Pemeriksaan sigmoideskopi

    Dapat menunjukkan edema hiperemik mukosa kolon, celah transversal /

    lukus longitudinal.

    d. Darah lengkap

    Anemia (hipokromik, kadang-kadang makrositik) dapat terjadi karena

    malnutrisi / malabsorbsi / tekanan fungsi sumsum tulang (proses inflamasi

    usus), peningkatan sel darah putih.

    e. Kolonoskopi

    Mengidentifikasi adanya perubahan lumen dinding (menyempit/tidak

    teratur), menunjukkan obstruksi usus.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    16/20

    B. Pathway

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    17/20

    C. Diagnosa Keperawatan

    1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang

    tidak adekuat.

    2. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.

    3. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan nyeri tekan (peradangan

    pada usus).

    4. Gangguan eliminasi BAB : diare / kaonstipasi berhubungan dengan perubahan

    peristaltik usus.

    5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan.

    6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

    D. Fokus Intervensi dan Rasional

    1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang

    tidak adekuat.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi

    terpenuhi.

    Kriteria Hasil : BB stabil / peningaktan BB, tidak ada tanda malnutrisi,

    kebutuhan nutrisi terpenuhi.

    Intervensi :

    - Timbang berat badan tiap hari

    Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / kefektifan

    therapi.

    - Dorong tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.

    Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah

    penurunan kalori dan simpanan energi.

    - Anjurkan klien istirahat sebelum makan

    Rasional : Menandakan peristaltik dan meningkatkan energi untuk

    makan.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    18/20

    - Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,

    dengan situasi tidak terburu-buru.

    Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / kefektifan

    therapi.

    - Dorong tirah baring / pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.

    Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah

    penurunan kalori dan simpanan energi.

    - Anjurkan klien istirahat sebelum makan.

    Rasional : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk

    makan.

    - Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,

    dengan situasi tidak terburu-buru.

    Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih

    kondusif untuk makan.

    - Catat masukan dan perubahan symtomologi

    Rasional : Memberikan rasa kontrol pada klien dan memberikan

    kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan,

    dinikmati, dapat meningkat masukan.

    Kolaborasi :

    - Pertahankan puasa sesuai indikasi

    Rasional : Istirahat usus menurunkan peristaltik usus dan diare dimana

    menyebabkan malaesorbsi / kehilangan nutriel.

    - Berikan nutrisi parental total, tetapi IV sesuai indikasi.

    Rasional : Dapat mengistirahatkan saluran G1 sementara memberikan

    nutrisi penting.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    19/20

    2. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan

    terpenuhi.

    Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat.

    Intervensi dan Rasional :

    - Kaji tanda-tanda vital

    Rasional : Hipotensi, takikardi, demam, dapat menunjukkan respon

    terahdap efek kehilangan cairan.

    - Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor

    kulit.

    Rasional : Dapat mengetahui kehilangan cairan berlebihan atau

    dehidrasi.

    - Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hindari kerja / batasi

    aktifitas.

    Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk

    menurunkan kehilangan cairan usus.

    - Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar.

    Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat memasukan

    defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko

    perdarahan.

    Kolaborasi :

    - Berikan caioran parenteral, tranfusi darah sesuai indikasi.

    Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan

    penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan / anemia.

  • 7/30/2019 Askep - Tifoid

    20/20

    3. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan nyeri tekan (peradangan

    pada usus).

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang /

    berkurang.

    Kriteria Hasil : Klien hilang / berkurang

    Klien tampak rileks

    Intervensi dan Rasional :

    - Dorong klien untuk melaporkan nyeri

    Rasional : Untuk dapat mentoleransi nyeri

    - Kaji laporan kram abdomen / nyeri, catat lokasi, lamanya intensitas (skala

    0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

    Rasional : Nyeri selama defekasi seiring terjadi pada klien dengan tiba-

    tiba dimana dapat berat dan tidak dimana dapat berat dan

    terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat

    menunjukkan penyebaran penyakit / terjadi komplikasi.

    4. Gangguan eliminasi BAB : diare / kaonstipasi berhubungan dengan perubahan

    peristaltik usus.

    5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan.

    6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

    1. s