askep syok kardiogenik

22
askep syok kardiogenik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai. satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini mengambil peranan penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.

Upload: kikey-wulans

Post on 16-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep syok kardiogenik

askep syok kardiogenik

BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar BelakangSyok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan

kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan

metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat

dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali

keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang

berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya

dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.

 satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya

adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang

diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan

fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu

keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan

dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara

80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini

mengambil peranan penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna

menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.

Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung akut

dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan komplikasi

infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat tinggi.

Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56%

(GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian yang

terpenting pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit.

           

Page 2: askep syok kardiogenik

B.     Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan secara

langsung kepada klien dengan penyakit syok kardiogenik

2.       Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit syok

kardiogenik penulis dapat:

         Melakukan pengkajian kepada klien dengan penyakit syok kardiogenik secara

komprehensif.

         Melakukan rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

ditemukan.

         Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat.

         Melaksanakan evaluasi hasil asuhan yang telah di laksanakan.

         Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan dalam bentuk

makalah.

BAB IILAPORAN PENDAHULUAN

A.     DEFINISI

Page 3: askep syok kardiogenik

  Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan

yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi

yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya

ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau

berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan

pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali

per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas

antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik. (www.fkuii.org)

  Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal

jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot

jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah

jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak,

ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok

kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga

terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia.

(Brunner & Suddarth, 2001)

  Syok kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak

adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung,

manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah,

kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 1998)

B.     ETIOLOGI

1.      Gangguan kontraktilitas miokardium.

Page 4: askep syok kardiogenik

2.      Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru

dan/atau hipoperfusi iskemik

3.      Infark miokard akut ( AMI)

4.      Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum,

atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat)

syok kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil

5.      Valvular stenosis

6.      Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)

7.      Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui

penyebabnya )

8.      Trauma jantung

9.      Temponade jantung akut

10.  Komplikasi bedah jantung

C.     MENIFESTASI KLINIS

1.      Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan

apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)

2.      Hipoperfusi jaringan

3.      Keadaan mental tertekan/depresi

4.      Anggota gerak teraba dingin

5.      Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).

6.      takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)

7.      Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit

8.      Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg

9.      Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis,

perspirasi)

10.  Distensi vena jugularis

11.  Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.

12.  Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.

Page 5: askep syok kardiogenik

13.  Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut

Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan :

A.    Keluhan Pokok

1.      Oliguri (urin < 20 mL/jam).

2.      Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).

3.      Nyeri substernal seperti IMA.

B.     Tanda Penting

1.      Tensi turun < 80-90 mmHg

2.      Takipneu dan dalam

3.      Takikardi

4.      Nadi cepat

5.      Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru

6.      Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar

7.      Sianosis

8.      Diaforesis (mandi keringat)

9.      Ekstremitas dingin

10.   Perubahan mental

C. Kriteria

Adanya disfungsi miokard disertai :

  1. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.

2.      Produksi urin < 20 mL/jam.

3.       Tekanan vena sentral > 10 mmH2O

4.      Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi

D.     PATOFISIOLOGI

Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi

gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang

Page 6: askep syok kardiogenik

pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran

darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun,

yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut

kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan.

Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan

lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi,

penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.

Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal

jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel

kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan

mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir

diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End

Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai

pompa yang efektif.

E.      PATHWAY

F.      PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :

1.      Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.

2.      Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk

mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg

3.      Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus

diatasi dengan pemberian morfin.

4.      Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.

5.      Bila mungkin pasang CVP.

6.      Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Medikamentosa :

Page 7: askep syok kardiogenik

1.      Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri

2.      ansietas, bila cemas

3.      Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi

4.      Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit

5.      Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak

adekuat

Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.

6.       Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.

7.      Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m

8.      Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi jaringan.

Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

G.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia

dan kerusakan pola.

2.      ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel

hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.

3.      Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan

dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau

peningkatan tekanan pulmonal.

4.      Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.

5.      Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi

serta mengkaji potensi arteri koroner.

6.      Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi

ginjal, terapi diuretic.

7.      Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF

memperburuk PPOM.

8.      AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia

dengan peningkatan tekanan karbondioksida.

Page 8: askep syok kardiogenik

9.      Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan

jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan

Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).

H.     KOMPLIKASI

1.       Cardiopulmonary arrest

2.        Disritmi

3.       Gagal multisistem organ

4.       Stroke

5.       Tromboemboli

Page 9: askep syok kardiogenik

BAB III

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A.     PENGKAJIAN

1.       Pengkajian primer

         Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai

adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara

dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas

tambahan seperti snoring.

         Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,

retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi

suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji

adanya trauma pada dada.

          Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output

serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna

kulit, nadi.

         Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

2.       Pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat

menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan

environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula

ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN / PRIORITAS MASALAH

Page 10: askep syok kardiogenik

1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.

2.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).

3.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek otot sekunder akibat  gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.

4.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat.

C.     ASUHAN KEPERAWATAN NCP

NO.

DIAGNOSA

KEPERAWA

TAN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas ditandai dengan sesak nafas, gangguan frekwensi pernafasan, batuk-batuk

Setelah diberikan askep selama 3x 24 jam diharapkan pola nafas efektif

kriteria hasil :

Klien tidak sesak nafas

Frekwensi pernafasan normal

Tidak ada batuk-batuk

1.      Evaluasi frekwensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan, contoh adannya dispnea, penggunaan obat bantu nafas, pelebaran nasal

2.       Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun atau tidak adannya bunyi

1.      Respon pasien berfariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sikulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari pengunaan analgesik berlebihan. Pengenalan disini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi

2.      Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan

Page 11: askep syok kardiogenik

nafas dan adannya bunyi nafas tambahan, contoh krekels atau ronki

3.      Kalaborasi dengan beriakan tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesuai indikasi

3.      Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya adanya penurunan/ gangguan ventilasi

2. Ketidakefektifan ferfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena)

Setelah diberikan askep 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer efektif

Kriteria hasil :  Klien tidak

nyeri

  Cardiac out put normal

  Tidak terdapat sianosis

  Tidak ada edema (vena)

1.      Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.

        Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik

2.      Kalaborasi        Pantau data

laboratorium,contoh : GBA, BUN, creatinin, dan elektrolit

        Beri obat sesuai indikasi: heparin atau natrium warfarin (coumadin)

1.      Vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.

        Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboflebis.

2.       -     Indikator perfusi      atau fungsi      organ

        Dosis rendah heparin mungkin diberika secara profilaksis pada pasien resiko tinggi dapat untuk menurunkan resiko trombofleblitis atau pembentukan trombusmural. Coumadin obat pilihan untuk terapi anti koangulan jangka panjang/pasca pulang

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme refleks otot sekunder

Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien merasa nyaman

1.      Pantau atau catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal dan repon hemodinamik ( contoh: meringis, menangis, gelisah, berkeringat,

1.      Mengetahui tingkat nyeri agar dapat mengetahui perencanaan selanjutnya

Page 12: askep syok kardiogenik

akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis

Kriteria Hasil :

       Tidak ada nyeri

       Tidak ada dispnea

       Klien tidak gelisah

       Klien tidak meringis

mengcengkram dada, napas cepat, TD/frekwensi jantung berubah)

2.      Bantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam perlahan, perilaku diskraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi

3.      Kalaborasi

        Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, misalnya morfin, meperidin (demerol)

2.      Membantu dalam menurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan kontrol situasi, meningkatkan perilaku positif.

3.       meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai fase akut atau nyeri dada beulang yang tidak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM dapat menganggu indikator diagnostik dan tidak diabsorsi baik oleh jaringan kurang perfusi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay oksigen dengan kebutuhan (penurunan atau terbatasnya curah jantung) ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat

Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas dengan mandiri

Kriteria Hasil ;

  Klien tidak mudah lelah

  Klien tidak lemas

1.      Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta

2.      Catat respon kardio pulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat

1.      Hipertensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan, (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung

2.      Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekwensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga meningkatkan kelelahan dan kelemahan

Page 13: askep syok kardiogenik

  Klien tidak pucat

3.      Kaji presipitator atau penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri, obat

4.      Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas

5.      Berikn bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode aktivitas dengan periode istirahat

6.      Kalaborasi        Impelementasikan

program rehabilitasi jantung atau aktivitas

3.      Kelemahan adalah efek samping dari beberapah obat (beta bloker, Trakuiliser dan sedatif). Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan

4.      Dapat menunjukkan meningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas

5.      Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard atau kebutuhan oksigen berlebihan

6.      Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung atau komsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfusi jantung tidak dapat membaik kembali

Page 14: askep syok kardiogenik

BAB IV

PENUTUP

  KESIMPULAN

Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan

mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok

serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama

penderita mengalami syok

Syok adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem kardiovaskuler

(jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh

dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan

oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan

berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung

atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau

dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi

atau infeksi)

  SARAN

1.    Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi

seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala

ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan

pertolongan segera.

Page 15: askep syok kardiogenik

2.    Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency  untuk melakukan

pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.

Page 16: askep syok kardiogenik

   

DAFTAR PUSTAKA

http://sumberkeperawatan.blogshop.com/2010/07/

cardiovaskuler.

http;//sumberkeperawatan.blogshop.com/

http://www.makalahkesehatan.co.cc/2010/12/syok-

k ardiogenik.html

http://www.syok kardiogenik.com

http://yuflihul.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-gawat-

darurat-

      pada.html