askep luka bakar

Upload: jalalia-bachtiar

Post on 18-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kesehatan Keperawatan

TRANSCRIPT

Tugas: Final Semester

MATA KULIAH: INTEGUMENMAKALAH TENTANG ASKEP LUKA BAKAR

Disusun oleh:N U R M I N A2010 31 0000 24

JURUSAN S1 KEPERAWATANUNIVERSITAS PATRIA ARTHA2014/2015

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangLuka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya yakni:1. Bagaimana konsep medis pada luka bakar?2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien luka bakar?C. Tujuan MasalahBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan masalahnya yakni:1. Untuk mengetahui konsep medis pada luka bakar.2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.

BAB IIKONSEP MEDISA. DefinisiLuka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi.B. Patofisiologi Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar, area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya. Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24 jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari. Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase penyembuhan tanpa infeksi 7-21 hari. Derajat tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih, mengenai jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang). Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan. Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri. Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan injury jaringan. Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak. Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler. C. Komplikasi Syok hipovolemik Kekurangan cairan dan elektrolit Hypermetabolisme Infeksi Gagal ginjal akut Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema. Paru dan emboli Sepsis pada lukaD.Klasifikasi Luka Bakara. Berdasarkan penyebab :1. Luka bakar yang disebabkan oleh radiasi2. Luka bakar yang disebabkan oleh air panas3. Luka bakar yang disebabkan oleh listrik4. Luka bakar yang disebabkan oleh bahan/ zat kimia5. Luka bakar yang disebabkan oleh api dan sebagainyab. Berdasarkan kedalaman luka

c. Berdasarkan ukuran luas luka bakarWallace membagi tubuh atas bagian 9 % atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu :1) Kepala dan leher : 9%2) Lengan masing-masing 9% : 18%3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%4) Tungkai masing-masing 18% : 36%5) Genital/ perineum : 1%Total : 100%d. Berdasarkan berat ringannya luka bakarUntuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan bebebrapa faktor antara lain :Persentase area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuhKedalaman luka bakarUmur klienRiwayat pengobatan yang laluTrauma yang menyertai atau bersamaanE. Manifestasi Klinis Riwayat terpaparnya Lihat derajat luka bakar Status pernapasan; tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya pengeluaran urine atau anuri. Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi.F. Penatalaksanaan Terapeutik Mempertahankan jalan nafas Pemberian oksigen 100% untuk intoksikasi karbon monoksida. Monitor analisa gas darah Escharotomy Terapi cairan; formula Parkland sering digunakan; pada anak 4 ml ringer laktat/kg berat badan/luas permukaan luka bakar, dalam 24 jam pertama setelah luka bakar. Setengah jumlah cairan yang dihitung diberikan dalam 8 jam pertama setelah terjadinya cedera. Setengah sisanya diberikan merata selama 16 jam berikutnya. Pantau pengeluaran urin harus mencapai (1 ml/kg berat badan/jam). Kemudian 24 jam kedua terapi cairan ringer laktat dengan dekstrosa 5%. Terapi albumin dapat diberikan bila indikasi. Monitor kelebihan cairan Lakukan kateterisasi untuk memantau urine autput (pengeluaran urine) Monitor serum elektrolit sesuai program. Antibiotik untuk mencegah infeksi Terapi analgetik Perawatan luka harus steril Hidroterapi Terapi fisik Skin graff bila indikasi Monitor gravitasi urine atau berat jenis urine. Penderita dengan luas luka bakar lebih dari 15 % tidak boleh diberikan cairan per oral pada awalnya karena dapat terjadi ilius.

G. Pemeriksaan diagnostik:1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN1. Pengkajian PrimerPemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.

a) Airway Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel. Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan napas, berupa agitasi: (hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan perut pada saat bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan bibir (sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada tidaknya darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan obstruksi parsial, antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan suara parau(laring) dan yang kedua yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu feel, pada tahap ini perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung pasien.

b) BreathingPada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau tidak, keteraturannya, dan frekuensinya. Pada tahap listen (mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan suara tambahan napas. Tahap terakhir yaitu feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas, lakukan perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop.

c) Circulation Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaran darah untuk memastikan apakah jantung bekerja atau tidak. Pada tahap look atau melihat, yang dilakukan yaitu mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama berapa kali per menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas, ada tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung kapilery reptile, dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel, yang dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis, dan carotis). Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada tahapan listen, yang didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah.Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat pendarahan. PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat. Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.

d) DisabilityYang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar: dilatasi. Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial. e) ExposureSetelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari mencari cidera.2. Pengkajian SekunderPengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks, dan lain-lain.

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Ketiganya dievaluasi dan distabilkan secara bersamaan, sistem sirkulasi harus dievaluasi untuk tanda-tanda dan gejala-gejala syok. Jangan hanya berpatokan pada tekanan darah sistolik sebagai indikator utama syok; hal ini menyebabkan diagnosis lambat.Mekanisme kompensasi mencegah penurunan tekanan darah sistolik secara signifikan hingga pasien kehilangan 30% dari volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, dan perfusi kulit lebih diperhatikan. Juga, pasien yang mengkonsumsi beta bloker mungkin tidak mengalami takikardi, tanpa memperhatikan derajat syoknya.Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentase volume darah yang hilang. Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada pasien hipovolemik sering tidak nyata. Penanganan sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan klasifikasi awal.1) Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)2) Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)3) Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)4) Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)

Ada empat daerah perdarahan yang mengancam jiwa meliputi: dada, perut, paha, dan bagian luar tubuh : Dada sebaiknya diauskultasi untuk mendengar bunyi pernapasan yang melemah, karena perdarahan yang mengancam hidup dapat berasal dari miokard, pembuluh darah, atau laserasi paru. Abdomen seharusnya diperiksa untuk menemukan jika ada nyeri atau distensi, yang menunjukkan cedera intraabdominal. Kedua paha harus diperiksa jika terjadi deformitas atau pembesaran (tanda-tanda fraktur femur dan perdarahan dalam paha). Seluruh tubuh pasien seharusnya diperiksa untuk melihat jika ada perdarahan luar. Pada pasien tanpa trauma, sebagian besar perdarahan berasal dari abdomen. Abdomen harus diperiksa untuk mengetahui adanya nyeri, distensi, atau bruit. Mencari bukti adanya aneurisma aorta, ulkus peptikum, atau kongesti hepar. Juga periksa tanda-tanda memar atau perdarahan. Pada pasien hamil, dilakukan pemeriksaan dengan speculum steril. Meskipun, pada perdarahan trimester ketiga, pemeriksaan harus dilakukan sebagai double set-up di ruang operasi. Periksa abdomen, uterus,atau adneksa.

3. Pengkajian Umuma.Aktifitas/istirahat:Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.b.Sirkulasi:Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).c.Integritas ego:Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.d.Eliminasi:Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.e.Makanan/cairan:Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.f.Neurosensori:Gejala: area batas; kesemutan.Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).g.Nyeri/kenyamanan:Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.h.Pernafasan:Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).i.Keamanan:Tanda:Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan trauma inhalasi2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena luka bakar.4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi jaringan.C. INTERVENSI KEPERAWATAN1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan trauma inhalasiTujuan : Meningkatkan pertukaran gas dan bersihan jalan nafasa. Kaji pertukaran gas yang adekuat dan bersihan jalan nafasb. Catat Frekuensi, kualitas dan dalamnya respirasic. Aturan posisi tubuh pasien untuk mengurangi kerja pernafasan serta meningkatkan ekspansi dada yang maksimald. Berikan oksigen yang dilembabkan atau pelaksanaan ventilasi mekanis2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringanTujuan: Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanana. Ajarkan teknik-teknik relaksasi kepada pasien (distraksi)b. Berikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol sendiri proses perawatan lukanyac. Berikan analgetik sesuai anjuran3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena luka bakarTujuan: Memperbaiki Integritas Kulit dengan Perawatan Lukaa. Catat setiap perubahan atau kemajuan dalam proses kesembuhan lukab. Inpeksi luka pada setiap penggantian balutan.c. Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan gejala infeksi4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi jaringanTujuan: Memulihkan keseimbangan Cairan dan Elektrolita. Kaji Tanda-tanda Vital b. Pantau keluaran urin dengan seringc. Pantau Kadar elektrolit serumd. Volume cairan yang diinfuskan harus sebanding dengan volume haluaran urinD. EVALUASI1. Pertukaran gas dan bersihan jalan nafas meningkat2. Nyeri dan ketidaknyamanan berkurang3. Integritas Kulit dengan Perawatan Luka teratasi4. Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi

PERAWATAN LUKA BAKARLuka bakar perlu ditutup dengan kain yang bersih atau kasa pembalut, untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut dari permukaan luka, dan mengurangi nyeri pada daerah-daerah ketebalan tertentu dari luka bakar. Selanjutnya korban diselimuti dengan selimut bersih guna mencegah kehilangan panas tubuh dan mengurangi resiko hipotermi. Korban dengan cedera sedang atau berat harus segera dibawa ke rumah sakit untuk perawatan yang tepat. Jika lama perjalanan ke rumah sakit tempat perawatan lebih dari 45 menit, atau bila pasien mengalami pendarahan sehubungan dengan cedera mekanis di dalamnya, maka larutan garam fisiologis perlu diberikan memakai kanula terbesar yang dapat pasang pada vena perifer.Rendaman dalam air es atau pemakaian kantong-kantong es dapat mengurangi nyeri pada daerah-nyeri kecil luka bakar dengan ketebalan parsial. Dan juga dapat mengurangi derajat kerusakan jaringan pada pasien-pasien tersebut. Tindakan ini dapat dilakukan dalam 10 hingga 15 menit setelah cedera. Kantong es dan rendaman dalam air es jangan dilakukan pada luka bakar yang luas selama lebih dari 15 menit.Hal-hal yang menentukan pada pasien-pasien luka bakar antara lain luas dan dalamnya luka bakar, lokasi luka, usia pasien, zat penyebab, ada tidaknya trauma mekanis penyerta dan penyakit lain yang sudah ada sebelumnya. Beberapa penyakit seperti nekrolisisepidermal toksik dan penyebab cedera kulit yang lebih luas lainnya, dapat sangan menyerupai luka bakar dan memerlukan sumber daya dan keahlian yang sama untuk menanganinya.Luka bakar ringan perlu dibersihkan dengan desinfektan deterjen bedah, dilakukan debridement, dan dibiarkan mongering. Jika memakai kasa pembalut maka perlu diganti setiap 3 hari dan luka diinspeksi. Jika proses penyembuhan berjalan memmuaskan, maka kasa pembalut dapat diberikan lagi, namun jika timbul infeksi pasien perlu dirawat di rumah sakit, dan luka dirawat dengan kemoterapi topical dam antibiotic sistemik.

Referensi :Brunner & Suddarth, (1996) Text Book of Medical-Surgical Nursing, Kuncara, et.al. (2001) (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.Suriadi & Yuliani, (2001) Asuhan Keperawatan pada Anak, CV. Sagung Seto, Jakarta.Hudak & Gallo. (1997).Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.Marylin E. Doenges. (2000).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.Brunner and suddart. (1997).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.