askep lansia dg ra

16
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997). Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun(Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991). Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut (lansia) juga meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16 juta jiwa. Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia. Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007). B. TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sbb: 1!br0ken!! Tujuan Umum Mengetahui gambaran umum tentang rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia. 1!br0ken!! Tujuan Khusus 1!br0ken!! Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, serta tanda dan gejala yang terjadi pada lansia penderita rheumatoid artritis. 2!br0ken!! Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang sesuai diberikan pada lansia dengan rheumatoid arthriti 1

Upload: dian-rachmat-saputro

Post on 19-Jul-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep ra

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadapkesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan tarafkesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena denganmeningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yangditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanandan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akanmengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhikemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansiamenjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidaksemua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduklansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya samasekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% darikelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalahkesehatan(HealthyPeople,1997).

Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempatiurutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55tahun(Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO diJawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakitlansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).

Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut (lansia)juga meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16 juta jiwa.Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia 60 jutajiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia.Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan.Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhanfavorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi danjantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007).

B. TUJUANTujuan dari penulisan makalah ini adalah sbb:1!br0ken!! Tujuan Umum Mengetahui gambaran umum tentang rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia.1!br0ken!! Tujuan Khusus

1!br0ken!! Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, serta tanda dan gejala yang terjadipada lansia penderita rheumatoid artritis.

2!br0ken!! Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang sesuai diberikanpada lansia dengan rheumatoid arthriti

1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1.1 Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,

itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid

arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)

mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya

menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membrane synovial yang

menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.

AR adalah suatu penyakit kronis, seistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan

dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur

yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati,

skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi

dan bertambah parahnya penyakit.

2.1.2 Etiologi

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor

predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi

virus.

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan

mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :

2

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.

Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena

virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen

dari tulang rawan sendi penderita.

2.1.3 Patofisiologi

Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi

dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-

enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan

akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan

erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak

sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif

dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa

serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama

dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang

cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus

(Long, 1996).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok.

3

ü Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat.

Terdapat faktor rheumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam

kelompok ini dapat mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.

ü Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi kriteria dari American Rheumatologic

Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan

simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.

ü Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan penggul.

Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan

pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan

genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat

sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis

rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.

Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap.

1. Terapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan

synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis

mungkin ada.

2. Secara radiologis, keruakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin

mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.

3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi.

Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan

deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.

4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya

imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti

nodula-nodula mungkin terjadi.2.1.5 Komplikasi

4

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yangmerupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obatpengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadifaktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakanantara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibatketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.1.6 Kriteria DiagnostikDiagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar

pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:

1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan4. Arthritis yang simetris5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)

Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuhkriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsungsekurang-kurangnya 6 minggu.

2.1.7 PenatalaksanaanPenanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk

dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri denganmenggunakan agens antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efekantiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapatmenyebabkan gejala system gastrointestinal dan system saraf pusat. Obat anti-inflamasi nonsteroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikanoleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati perlu dilakukan.

Terapi kortikosteroid yang di injeksikan melalui sendi mungkin di gunakan untuk infeksi didalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunankekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangilebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6minggu.

Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronisdan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klienharus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi,merekaharus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatuprogram aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatantekanan pada sendi.

2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN2.2.1 Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organlainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atauremisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahatGejala

5

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuanpada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh padagaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.Tanda

§ MalaiseKeterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

2. KardiovaskulerGejala

Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudiankemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas egoGejala

§ Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,§ Faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )§ Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang

lain).

4. Makanan/ cairanGejala

§ Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia§ Kesulitan untuk mengunyah

TandaPenurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.

5. HygieneGejala

Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

6. NeurosensoriGejala

Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

7. Nyeri/ kenyamananGejala Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).

8. KeamananGejala

Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

9. Interaksi sosialGejala

Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

2.2.2 Diagnosa1. Nyeri (akut )

6

Berhubungan denganAgen pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi

sendi.Ditandai dengan

§ Keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, kelelahan§ Berfokus pada diri/penyempitan focus§ Perilaku distraksi/respon autonomic§ Perilaku berhati-hati atau melindungi

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi§ Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol§ Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan§ Mengikuti program farmakologis yang diresepkan§ Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program control/nyeri

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

Kaji keluhan nyeri, kukalitas, lokasi,intensitas (skala 0-10), dan waktu. Catatfaktor yang mempercepat dan tanda rasasakit nonverbal

Membantu menentukan kebutuhanmanajemen nyeri dan keefektifanprogram

Berikan matras/kasur lembut dan bantalkecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuaikebutuhan

Matras lembut dan bantal kecilmencegah pemeliharaan kesejajarantubuh yang tepat, mengistirahatkansendi yang sakit. Peninggian linentempat tidur menurunkan tekanan sendiyang terinflamasi/nyeri

Berikan posisi nyaman waktu tidur/dudukdi kursi. Tingkatkan istirahat di tempattidur sesuai indikasi

Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baringdiperlukan untuk membatasi nyeri ataucedera sendi

Pantau penggunaan bantal, karung pasir,bebat, dan brace

Mengistirahatkan sendi yang sakit danmempertahankan posisi netral. Catatan :penggunaan brace menurunkan nyeri,dan mengurangi kerusakan sendi.

Anjurkan mandi air hangat/pancuran padawaktu bangun. Sediakan waslap hangatuntuk mengompres sendi yang sakitbeberapa kali.

Panas meningkatkan relaksasi otot danmobilitas, menurunkan rasa sakit dankekakuan di pagi hari. Sensitivitas padapanas dapat hilang dan luka dermal.Dapat sembuh

Berikan massase yang lembut Meningkatkan relaksasi ataumengurangi ketegangan otot.

Gunakan teknik manajemen stress, missal,relaksasi progresif dan distraksi, sentuhanterapeutik, biofeedback, visualisasi,pedoman imajinasi, hipnotis diri danpengendalian napas.

Meningkatkan relaksasi, memberikanrasa control, dan meningkatkankemampuan koping.

Libatkan dalam aktivitas hiburan yangsesuai situasi individu

Memfokuskan kembaliperhatian,memberikan stimulasi,meningkatkan rasa percaya diri dan

7

perasaan sehat.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai petunjuk Asetilsalisilat (Aspirin)

NSAID lainnya ; ibuprofen, naproksen,piroksikam, fenoprefen

D-penisilamin ( cuprimine )

Antasida

Produk kodein

ASA bekerja antiinflamasi dan efekanalgesic ringan mengurangi kekakuandan meningkatkan mobilitas.Digunakan bila tidak ada efek terhadapaspirin

Mengontrol efek sistemik rematoidarthritis jika terapi lainnya tidakberhasilDiberikan dengan agen NSAID untukmeminimalkan iritasi atauketidaknyaman lambung.Narkotik umumnya kontraindikasikarena sifat kronis dari kondisi.

10. Bantu dengan terapi fisik, missal sarungtangan parafin

Member dukungan panas untuk sendiyang sakit

11. Siapkan intervensi operasi( sinovektomi )

Penangkatan sinovium yang meradangmengurangi nyeri dan membatasiprogresif perubahan degenerative.

2. Kerusakan mobilitas fisikBerhubungan dengan

§ Deformitas skeletal§ Nyeri, ketidaknyamanan§ Intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Ditandai dengan§ Keengganan untuk mencoba bergerak atau ketidakmampuan untuk bergerak dalam lingkungan

fisik§ Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/kontroldan

massa (tahap lanjut).Kriteria hasil/kriteria evaluasi

§ Mempertahankan fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur§ Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi bagian tubuh§ Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Evaluasi pemantauan tingkatinflamasi/rasa sakit pada sendi

Tingkat aktivitas atau latihan tergantungdari perkembangan proses inflamasi

Pertahankan tirah baring.duduk. jadwalaktivitas untuk memberikan periodeistirahat terus-menerus dan tidur malamhari

Istirahat sistemik dianjurkan selamaeksaserbasi akut dan seluruh fasepenyakit untuk mencegah kelelahan,mempertahankan kekuatan.

Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihanresistif dan isometrik

Meningkatkan fungsi sendi, kekuatanotot dan stamina

8

Ubah posisi dengan sering Menghilangkan tekanan jaringan danmeningkatkan sirkulasi

Posisikan dengan bantal, kantung pasir,bebat, dan brace

Meningkatkan stabilitas jaringan(mengurangi risiko cedera),mempertahankan posisi sendi yangdiperlukan dan kesejajaran tubuh,mengurangi kontraktur.

Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher Mencegah fleksi leher

Dorong klien memeprtahankan posturtegak dan duduk tinggi, berdiri, sertaberjalan

Memaksimalkan fungsi sendi,mempertahankan mobilitas

Berikan lingkungan aman, misalmenaikkan kursi, menggunakan pegangantangga pada bak/pancuran dan toilet,penggunaan alat bantu mobilitas atau kursiroda

Menghindari cedera akibatkecelakaan/jatuh

Kolaborasi

9. Konsul dengan ahli terapi fisik atauokupasi dan spesialis vokasional

Memformulasikan program latihanberdasarkan kebutuhan individual dangmengindentifikasi bantuan mobilitas.

10. Berikan matras busa atau pengubahtekanan

Menurunkan tekanan pada jaringanyang mudah pecah dan mengurangirisko imobilitas dan dekubitus.

11. Berikan obat sesuai indikasi :- Agen antireumatik, misal emas, natrium

tiomelat (myochrysin) atau auranofin(ridaura)

- Steroid

Krisoterapi (garam emas) menghasilkanremisi terus-menerus, tetapimengakibatkan inflamasi rebound bilaterjadi penghentian/efek samping, mispusing, penglihatan kabur, syokanafilaksis.Menekan inflamasi sistemik.

3. Gangguan Gambaran DiriBerhubungan dengan

§ Perceptual kognitif§ Psikososial§ Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum§ Peningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitas

Ditandai dengan§ Respon verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi dari bagian tubuh yang sakit§ Bicara negative tentang diri sendiri, focus pada kekuatan/fungsi masa lalu, dan penampilan§ Perubahan gaya hidup/kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, dan

ketergantungan pada orang terdekat§ Perubahan padea keterlibatan social, rasa terisolasi§ Perasaan tidak brdaya, putus asa

Kriteria hasil/kriteria evaluasi§ Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,

perubahan gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan§ Menerima perubahan gaya tubuh dan mengintegrasikan ke dalam konsep diri§ Menyusun tujuan/rencana realitas untuk masa depan

9

§ Mengembangkan keterampilan perawatan diri agar dapat berfungsi dalam masyarakat.

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Dorong pengungkapan mengenai prosespenyakit dan harapan masa depan

Berikan kesempatan mengidentifikasirasa takut/kesalahan konsep danmenghadapi secara langsung

2. Diskusikan persepsi klien mengenaibagaimana keluarga menerimaketerbatasan

Isyarat verbal atau nonverbal keluargaberpengaruh pada bagaimana klienmemandang dirinya

3. Bantu klien mengekspresikan perasaankehilangan

Untuk mendapatkan dukungan prosesberkabung yang adaptif

4. Perhatikan perilaku menarik diri,penggunaan menyangkal/terlalumemperhatikan tubuh

Menunjukkan emosional/metodekoping maladaptive sehinggamembutuhkan intervensi lebihlanjut/dukungan psikologis.

5. Bantu klien mengidentifikasi perilakupositif yang membantu koping

Membantu mempertahankan controldiri dan meningkatkan harga diri.

6. Ikutkan klien dalam merencanakanperawatan dan membuat jadwal aktivitas

Meningkatkan perasaan kompetisi atauharga diri, mendorong kemandirian, danpartisipasi terapi.

7. Berikan bantuan positif Memungkinkan klien merasa senangterhadap dirinya; menguatkan perilakupositif;serta meningkatkan percaya diri

Kolaborasi

8. Rujuk pada konselling psikiatri Klien/keluarga membutuhkan dukunganselama berhadapan dengan prosesjangka panjang

9. Berikan obat sesuai indikasi (missalantiansietas)

Dibutuhkan saat munculnya depresihebat sampai klien dapat menggunakankemampuan koping efektif.

4. Kurang Perawatan DiriBerhubungan dengan

§ Kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, dan nyeri pada waktu bergerak§ Depresi§ Pembatasan aktivitas

Ditandai dengan§ Ketidakmampuan mengatur aktivitas kehidupan sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, dan

eliminasi).Kriteria hasil/kriteria evaluasi

§ Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual§ Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri§ Mengidentifikasi sumber pribadi atau komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

10

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4)sebelum timbul penyakit

Melanjutkan aktivitas denganberadaptasi pada keterbatasan saat ini

Kaji respons emosional klien terhadapmerawat kemampuan merawat diri yangmenurun dan beri dukungan emosional.

Perubahan kemampuan merawat diridapat membangkitkan perasaan cemasdan frustasi, dimana dapat mengganggukemampuan lebih lanjut

Pertahankan mobilitas, control terhadapnyeri dan program latihan

Mendukung kemandirian fisik atauemosional

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalamperawatan diri. Identifikasi modifikasilingkungan.

Meningkatkan kemandirian yang akanmeningkatkan harga diri

Beri dorongan agar berpartisipasi dalammerawat diri. Aktivitas yang terjadwalmemungkinkan waktu untuk merawat diri.

Partisipasi klien dalam merawat dirimeningkatkan harga diri danmenurunkan perasaan ketergantungan.

Biarkan klien mengontrol lingkungansebanyak mungkin, bantu klien hanya jikadiminta.

Memberi kesempatan mengontrol dapatmeningkatkan harga diri danmenurunkan perasaan ketergantungan.

Jelaskan berapa lama kemampuanmerawat diri yang menurun diharapkanuntuk bertahan, jika diketahui.

Dapat mengurangi ketakutan akanketergantungan jangka panjang ataupermanen.

Kolaborasi

8. Konsultasi dengan ahli terapi okupasi Menentukan alat bantu memenuhikebutuhan individu.

5. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar), mengenai Kondisi, Prognosis, dan PengobatanBerhubungan dengan

§ Kurangnya pemajanan/mengingat§ Kesalahan interpretasi informasi

Ditandai dengan§ Pertanyaan atau permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep§ Tidak dapat mengikuti instruksi atau terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi§ Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan perawatan§ Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten

dengan mobilitas atau pembatasan aktivitas.

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

11

Mandiri

Tinjau proses penyakit, prognosis, danharapan masa depan

Memberikan pengetahuan dimana kliendapat membuat pilihan berdasarkaninformasi.

Diskusikan kebiasaan klien dalampenatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat, latihan dan istirahat.

Tujuan control penyakit adalah untukmenekan inflamasi atau jaringan lainuntuk mempertahankan fungsi sendidan mencegah deformitas

Bantu dalam merencanakan jadwalaktivitas terintegrasi yang realitas,istirahat, perawatan pribadi, pemberianobat, terapi fisik dan manajemen stress.

Memberikan struktur dan mengurangiansietas pada waktu menangani prosespenyakit kronis kompleks.

Tekankan pentingnya melanjutkanmanajemen farmakoterapeutik

Keuntungan dari terapi obat tergantungpada ketepatan dosis, missal aspirindiberikan secara regular untukmendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.

Rekomendasikan penggunaan aspirinbersalut atau salisilat nonasetil

Preparat bersalut dicerna denganmakanan, meminimalkan iritasi gaster,mengurangi risiko perdarahan.

Anjurkan mencerna obat denganmakanan, susu, atau antasida padasebelum tidur

Membatasi iritasi gaster. Pengurangannyeri dapat meningkatkan tidur dankadar darah serta mengurangi kekakuanpada pagi hari.

Tinjau pentingnya diet yang seimbangdengan makanan yang banyakmengandung vitamin, protein, dan zatbesi.

Meningkatkan perasaan sehat danperbaikan atau regenerasi jaringan.

Dorong klien obesitas untuk menurunkanberat badan dan berikan informasipenurunan berat badan sesuai kebutuhan

Penurunan berat badan mengurangitekanan pada sendi, terutama pinggul,lutut, pergelangan kaki, dan telapakkaki.

Berikan informasi mengenai alat bantu,missal tongkat atau palang keamanan.

Mengurangi paksaan untukmenggunakan sendi danmemungkinkan klien ikut serta seecaralebih nyaman dalam aktivitas yangdibutuhkan.

10. Diskusikan teknik menghemat energy,misal, duduk daripada berdiri untukmempersiapkan makanan dan mandi

Mencegah kepenatan, memberikankemudahan perawatan diri, dankemandirian.

11. Dorong mempertahankan posisi tubuhyang benar pada saat istirahat dan waktumelakukan aktivitas, misal, menjaga agarsendi tetap meregang, tidak fleksi

Mekanika tubuh yang baik harusmenjadi bagian dari gaya hidup klienuntuk mengurangi tekanan sendi dannyeri.

12

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanRA adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kroni yang tidak diketahui penyebabnya,

dikarakteristikkan oelh kerusakan dan poriliferasi membrane synovial yang menyebabkankerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.

Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yangjika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yangprogresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormonsex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditaspenyakit ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.

3.2 Saran Penyakit musculoskeletal bukan merupakan suatu konsekuensi penuaan yang tidak dapatdihindari dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanaysebagai akibat penuaan. Sebagai seorang perawat , untuk mengatasi terjadinya cedera sebagaiakibat efek perubahan postur tubuh sebagai seorang perawat kita harus dapat menjadi perawatyang terpercaya untuk meningkatkan kesehatan merekan sendiri dan melakukan latihan yangteratur, postur tubuh dan diet yang benar setiap hari dalam kehidupan mereka sendiri, kemudiandalam merawat lansia yang mengalami masalah musculoskeletal kita harus dapat memahamisuatu pemahaman terkait masalah tersebut, agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik.

13

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/rheumatoid-artritis.html. Askep Muskuloskeletal. dipostkan Tyo di

09.56 PM ( Diakses tanggal 30 Oktober 2013)Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika.

Jakarta. 2011Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih.

Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba

Medika. Jakarta. 2011

14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I IPENDAHULUAN......................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................... 2

2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS....................................... 2

2.1.1 Definisi................................................................................... 2

2.1.2 Etiologi................................................................................... 2

2.1.3 Patofisiologi............................................................................ 3

2.1.4 Manifestasi Klinis................................................................... 4

2.1.5 Komplikasi.............................................................................. 5

2.1.6 Kriteria Diagnostik................................................................. 5

2.1.7 Penatalaksanaan...................................................................... 5

2.2.... TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN.................... 6

2.2.1 Pengkajian.............................................................................. 6

2.2.2 Diagnosa/Intervensi................................................................ 7

BAB 3 Kesimpulan dan Saran.................................................................... 13

3.1 Kesimpulan............................................................................... 13

3.2 Saran......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 14

15

16