askep kusta

23
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KUSTA (MORBUS HANSEN) BY V.M.ENDANG SRI PURWADMI RAHAYU

Upload: mary-peterson

Post on 03-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

daASDSD

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KUSTA (MORBUS HANSEN)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KUSTA (MORBUS HANSEN)BY V.M.ENDANG SRI PURWADMI RAHAYUDEFINISIKusta (Morbus Hansen, Lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan saraf pusat. PATOFISIOLOGIPenyebab kusta adalah mycobacterium leprae makula , infiltrat. Setelah M. leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh terhadap masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem immunitas seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem immunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang kearah lepromatosa.

Teori yang paling banyak digunakan adalah penularan melalui kontak/sentuhan yang berlangsung lama, namun berbagai penelitian mutakhir mengarah pada droplet infection yaitu penularan melalui selaput lendir pada saluran napas. M. leprae tidak dapat bergerak sendiri dan tidak menghasilkan racun yang dapat merusak kulit, sedangkan ukuran fisiknya yang lebih besar dari pada pori-pori kulit. Oleh karena itu, M. leprae yang karena sesuatu hal menempel pada kulit kita, tidak dapat menembus kulit jika tidak ada luka pada kulit.

Respons pada saraf perifer pembesaran dan nyeri pada saraf ulnaris, aurikularis magnus, poplitea lateralis, tibialis posterior, medianus, radialis dan saraf fasialis .Respons kerusakan saraf ulnaris anestesia pada ujung jari pada anterior kelingking dan jari manis, clawing kelingking dan jari manis, atrofi, hipotenar, dan otot interoseus dorsalis pertama.

Respons kerusakan saraf medianus anes tesia pada ujung jari anterior, ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, dan tidak mampu aduksi ibu jari, clawing ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan ibu jari kon traktur.Respons kerusakan saraf radialia anestesia dorsum manus tangan gantung (wrist drip), tidak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPengambilan kerokan jaringan kulit bateroskopis kustaPemeriksaan lepronim dan histaminHistopatologikPemeriksaan lainnyaTERAPI KUSTATabel 1. Obat dan dosis regimen MDT-PB (Pausibilier)

Pengobatan MDT untuk kusta tipe PB dilakukan dalam 6 dosis minimal yang diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6 dosis maka dinyatakan RFT (Released From Treatment = berhenti minum obat kusta) meskipun secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO (1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion of Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam pengawasan.

Obat & Dosis MDT Kusta PBDewasaDewasaAnakBB < 35 kgBB > 35 kg10-14 thnRifampisin(diawasi petugas)450 mg/bln 600 mg/bln 450 mg/bln(12-15 mg/kgBB/bln)Dapson(Swakelola)50 mg/hr(1-2 mg/kgBB/hr)100 mg/hr50 mg/hr(1-2 mg/kgBB/hr)Tabel 2. Obat dan dosis regimen MDT-MB (Multibilier)

50 mg/hr (swakelola) 200 mg/bln (diawasi) dan dilanjutkan esok50 mg/hr (swakelola)Dapson(Swakelola)50 mg/hr(1-2 mg/kgBB/hr)100 mg/hr50 mg/hr(1-2 mg/kgBB/hr)

Obat & Dosis MDT Kusta MBDewasaAnakBB < 35 kgBB > 35 kg10-14 thnRifampisin(diawasi petugas)450 mg/bln 600 mg/bln 450 mg/bln(12-15 mg/kgBB/bln)Klofazimin300 mg/bln (diawasi petugas)dan dilanjutkan esok300 mg/bln (diawasi petugas)dan dilanjutkan esok

Pengobatan MDT untuk Kusta tipe MB dilakukan dalam 24 dosis yang diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Setelah selesai minum 24 dosis maka dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri BTA positif. Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.Namun dibalik program MDT, ternyata masih terdapat efek samping yang ditimbulkan MDT yang dilaporkan. Berikut ini tindak lanjut terhadap efek samping MDT yang mungkin terjadi (Rekomendasi UPK Kusta Depkes RI dan WHO, tahun 2000), yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Efek Samping dan Tindak Lanjut

Kemudian beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditanyakan sebelum memulai pengobatan (Rekomendasi UPK Kusta Depkes RI dan WHO, tahun 2000), antara lain :

Regimen MDTTindak LanjutTindak LanjutObat SubsitusiRifampisinObat MDT dapat diteruskan.Obat MDT dapat diteruskan.-KlofaziminObat MDT dapat diteruskan.Obat MDT dapat diteruskan.Etionamid dan Protionamid (Tidak dianjurkan, ES hepatotoksik).DapsonStop Dapson dan segera rujuk penderita ke RS.Stop Dapson dan segera rujuk penderita ke RS.Tabel 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memulai pengobatan Kusta

Keadaan PenderitaTindakan yang harus dilakukanJaundice (warna kuning pada kulit/mata)Rujuk ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Obat jangan diberikan, tunda sampai warna kuning hilang (fungsi hati sudah normal).AnemiaBerikan obat anemia disamping obat kustaTuberkulosis (TB)Pengobatan TB dengan Rifampisin tetap diberikan dan tambahkan obat kusta lainnya. Rifampisin pada kemasan obat kusta jangan diberikan lagi.HamilObat kusta tetap diberikanAlergi SulfaDDS jangan diberikan Terdapat beberapa hal yang perlu disampaikan sehingga penderita mendapat penjelasan sebelum diberikan pengobatan MDT, antara lain :Lama pengobatan.Cara minum obat.Kusta dapat disembuhkan, bila minum obat teratur dan lengkap.Bahaya yang terjadi bila minum obat tidak teratur yaitu dapat menularkan kepada keluarga dan orang lain, dan juga dapat menjadi cacat.Bila ada keluhan selama masa pengobatan diminta segera periksa ke Puskesmas.

Bila penderita kehilangan rasa raba atau sakit, jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mencegah cacat.Penderita yang sudah cacat fisik tidak akan kembali normal, tetapi perawatan diri tetap diperlukan supaya cacat tidak berlanjut.Walaupun saat ini telah terdapat pengobatan MDT terbaru dengan sistem ROM (Rifampisin-Ofloksasin-Minosiklin) dan pengembangan obat alternatif (Klaritromisin, Eritromisin, Roksitromisin dan sebagainya), tetapi tetap masih dianjurkan regimen MDT-WHO (1995) dengan Rifampisin-Klofazimin-DDS sebagai terapi medikamentosa utama dari penatalaksanaan Kusta di Indonesia.

PENGKAJIAN Kelainan / kerusakan saraf tepi dapat bersifat sensorik, motorik dan otonom. Sensorik : hipoestesi ataupun anestesi pada kulit yang terserangMotorik : kelemahan otot biasanya pada daerah ekstremitas atas, bwh, muka dan otot mata.Adanya pembesaran saraf tepi : n. ulnaris aurikularis magnus, poroneus komunis, tibialis posterior, dan beberapa saraf lain.

Adanya hipopigmentasi ataupun eritema tus dengan adanya gangguan estesi yang jelas. Adanya facies leonina (gejala infiltrasi yang difus di muka), penebalan cuping telinga, madarosis (penipisan alis mata bagian late - ral), dan adanya anestesia simetris pd kedua tangan kaki gejala lebih lanjut akibat banyaknya kuman. Teknik untuk menilai adanya anestesia lokal dengan cara menggoreskan ujung jarum suntik ke sisi tengah lesi ke arah kulit normal, bila sensasi nyeri (-) pada area goresan tes anestesi lokal (+) NURSING DIAGNOSISKerusakan integritas kulit b.d lesi sekunder akibat mycobacterium lepraeGangguan citra diri b.d perubahan struk tur kulit, perubahan dalam penampilan efek dari kerusakan saraf ulnaris, medianus dan radialisRisiko terhadap penularan infeksi b.d sifat menular dari organisme atau kurangnya pengetahuan tentang sumber-sumber atau pencegahan infeksi4. Risiko terhadap ketidakefektifan penata laksanaan program terapeutik b.d ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi (penyebab, perjalanan penyakit), pencegahan, pengobatan, dan perawatan kulit.

RENCANA KEPERAWATAN / INTERVENSIDK no. 2 :Tujuan : setelah diberikan tindakan kepera - watan 1 x 24 jam diharapkan citra diri pasien meningkatKriteria evaluasi :Mampu menyatakan / mengkomunikasi kan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadiMampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi

Intervensi :Kaji perubahan dari gangguan persepsi sampai derajat ketidakmampuanRasional :Menentukan bantuan individual dalam menyusun renpra atau pemilihan intervensiDukung perilaku atau usaha seperti pening -katan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasiRasional :Pasien dapat beradaptasi terhadap perubah -an dan pengertian tentang peran individu masa mendatangMonitor gangguan tidur dan peningkatan kesulitan konsentrasiRasional :Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnyaKolaborasi untuk pemberian regimen MDTRasional :Multi Drug Therapy (MDT) diberikan selama 6 9 bulan dan diminum di depan petugasEVALUASITerjadi peningkatan integritas kulitPeningkatan citra diri Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksiTerpenuhinya informasi kesehatan (pasien dan keluarga mengetahui kondisi (penyebab, perjalanan penyakit), pencegahan, pengobatan, dan perawatan kulit.

THANK YOU