askep kehamilan etopik terganggu dan mola

39
ASKEP KEHAMILAN EKTROPIK TERGANGGU, MOLA oleh KELAS SANTA TERESA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS 2010 1 Keperawatan Maternitas I

Upload: ian

Post on 24-Jun-2015

1.446 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU, MOLA

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

ASKEP KEHAMILAN EKTROPIK TERGANGGU, MOLA

oleh

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

2010

BAB II

1

Keperawatan Maternitas I

Page 2: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

TINJAUAN TEORETIS

2.1 KET (Kehamilan Ektropik Terganggu)

1.Konsep KET

a) Pengertian

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata

dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik

dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila

pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat

berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut

kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektropik adalah kehamilan yang terjadi diluar yang

semestinya atau tidak pada tempatnya.(kelompok 9)

Sebagian besar wanita

yang mengalami kehamilan

ektopik berumur antara 20 –

40 tahun dengan umur rata-

rata 30 tahun. Namun,

frekuensi kehamilan ektopik

yang sebenarnya sukar

ditentukan. Gejala kehamilan

ektopik terganggu yang dini

tidak selalu jelas.biasanya

kehamilan entropic ini terjadi karena seorang wanita terlambat haid,

dengan nyeri perut, tetapi nyeri lebih sering dirasakan pada bagian kiri

dan kanan,pusing bahkan terkadang pingsan dan sedikit mengeluarkan

darah pervagina.

b) Etiologi penyebab kehamilan ektropik terganggu)

2

Keperawatan Maternitas I

Page 3: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel

telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa

studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :

a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan

pada motilitas saluran telur.

b. Riwayat operasi tuba.

c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.

d. Kehamilan ektopik sebelumnya.

e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.

f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.

g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-

perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat

terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.

h. Operasi plastik pada tuba.

i. Abortus buatan

c) Patofisiologi KET(Kehamilan ektropik terganggu)

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik

terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju

kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak

dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.

Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini

1). Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan

jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus

tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar

dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu

banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

2. )Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,

sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.

3. )Faktor abortus ke dalam lumen tuba.

Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada

3

Keperawatan Maternitas I

Page 4: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi

secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal.

Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-

kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan

kematian.

d) Manifestasi klinis KET (Kehamilan Ektropik Terganggu)

Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat

berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam

rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga

sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada

lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,

tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan

umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervagina merupakan

tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.

Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik

terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala

perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh

abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga

sulit untuk membuat diagnosanya.

Gejala terpenting KET (Kehamilan Ektropik Terganggu)

Nyeri perut

Gejala ini dijumpai hampir pada semua

penderita.datang setelah mengangkat benda yang

berat ,BAB,dan terkadang sewaktu pasien sedang

beristirahat.

Amenorrehoe

Walaupun amenorrehoe sering ditemukan dalam

anamnesa kita tidak boleh menarik kesimpulan

bahwa kehamilan tuba tidak mungkin kalau gejala

ini tidak ada.

4

Keperawatan Maternitas I

Page 5: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Pendarahan pervagina

Dengan matinyansel telur akan mengalami

degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan

pendarahan, pendarahan ini umumnya sedikit.

Shock , karena hipivolemia

Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

Nyeri pada palpasi: perut penderita biasanya tegang

dan agak kembung.

Pembesaran uterus: karena pengaruh hormone

kehamilan.

Tumor pada rongga panggul, disebabkan karena

kumpulan darah dituba dan sekitarnya.

Gangguan kencing: karena perangsangan

peritoneum oleh darah didalam riongga perut.

Perubahan darah:diduga bahwa kadar Hb turun pada

kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan

yang banyak kedalam rongga perut, bahwa turunnya

Hb disebabkan karena darah diencerkan pleh air

dari jaringan untuk mempertahankan volume darah.

e) Diagnosa kehamilan ektropik terganggu

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Gangguan ktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses

infeksi.

5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

f) 2. Pemeriksaan fisis

a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah

adneksa.

b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat

5

Keperawatan Maternitas I

Page 6: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu

perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding

abdomen.

c. Pemeriksaan ginekologis

Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada

uteris kanan dan kiri.

g) 3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).

Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah

dapat meningkat.

b. USG

– Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri

- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri

- Adanya massa komplek di rongga panggul

c.. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui

apakah dalam kavum Douglas ada darah.

d.. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

e Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan

kantong gestasi di luar uterus.

f) Penanganan pada kehamilan ektropik terganggu

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.

Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit

bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum

penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak

mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus

dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan

penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini

menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian

tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan

6

Keperawatan Maternitas I

Page 7: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang

berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum

terangkat

Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi,

infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika

dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat

mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di

rumah sakit

g.) komplikasi kehamilan ektropik terganggu

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu ):

- Infeksi

- Sterilitas

- Pecahnya tuba falopii

- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio

h.) Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Ektropik Terganggu

Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi

klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,

umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya

perdarahan pervaginam berulang.

3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

7

Keperawatan Maternitas I

Page 8: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

o Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi

ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan

pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari

usia kehamilan.

o Riwayat kesehatan masa lalu

o Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah

dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di

mana tindakan tersebut berlangsung.

4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah

dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah

ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan

dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan

penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya

dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan

yang menyertainya.

7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak

klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan

kesehatan anaknya.

8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi

yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi

oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan Fisik :

8

Keperawatan Maternitas I

Page 9: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas

pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi

terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,

bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya

keterbatasan fifik, dan seterusnya.

Palpasi

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan

jari.

o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi

uterus.

o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor.

o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon

nyeri yang abnormal.

Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau

jaringan yang ada dibawahnya.

o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut

apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

9

Keperawatan Maternitas I

Page 10: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang

terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan

darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau

denyut jantung janin.

(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

B. Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan

proses infeksi.

5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

DIAGNOSA I

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

Ekspresi wajah tenang

TTV dalam batas normal

Intervensi :

Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.

Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat

membantu menentukan intervensi yang tepat.

Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam

Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan

salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.

Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi

Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman

dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga

dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.

10

Keperawatan Maternitas I

Page 11: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Beri posisi yang nyaman

Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area

luka/nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga

nyeri tidat dapat dipersepsikan.

DIAGNOSA II

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri

Kriteria Hasil :

Kebutuhan personal hygiene terpenuhi

Klien nampak rapi dan bersih.

Intervensi :

Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien

dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi

kebutuhan hygienenya.

Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien

ketergantungan pada perawat.

Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya

Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk

mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian

dalam memenuhi kebutuhannya.

Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu

memenuhi kebutuhan klien.

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi

secara mandiri.

11

Keperawatan Maternitas I

Page 12: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

DIAGNOSA III

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu

Kriteria Hasil :

Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.

Konjungtiva tidak anemis.

Intervensi :

Kaji pola tidur

Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam

menentukan intervensi selanjutnya.

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur

Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat

merangsang untuk tidur.

Batasi jumlah penjaga klien

Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di

ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.

Memberlakukan jam besuk

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam

Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien

dapat tenang dan mudah tidur.

DIAGNOSA IV

Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas

Kriteria Hasil :

Tanda-tanda vital dalam batas normal

12

Keperawatan Maternitas I

Page 13: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Klien tidak mengalami komplikasi.

Intervensi :

Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis

Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi,

pola demam dapat membantu diagnosa.

Pantau suhu lingkungan

Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus

mendekati normal.

Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak

Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.

Berikan kompres hangat

Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga

dapat menurunkan suhu tubuh.

Kolaborasi pemberian obat antipiretik

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada

hipothalamus.

DIAGNOSA V

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

Ekspresi wajah tenang

Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.

Intervensi :

13

Keperawatan Maternitas I

Page 14: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu

klien.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga

mengurangi kecemasan.

Mendengarkan keluhan klien dengan empati

Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka

klien akan merasa diperhatikan.

Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan

Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti

tentang penyakitnya.

Beri dorongan spiritual/support

Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat

berkurang.

14

Keperawatan Maternitas I

Page 15: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

2.2 MOLA HYDATINOSA

Konsep Molahydatidosa

a).Pengertian

Mola hydatidosa adalah suatu Kehamilan yang ditandai dengan

adanya villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari

beberapa macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma

villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang2

terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.

Hamil anggur atau

Mola hidatidosa adalah

kehamilan abnormal berupa

tumor jinak yang terjadi

sebagai akibat kegagalan

pembentukan “bakal janin”,

sehingga terbentuk jaringan

permukaan membran (vili)

mirip gerombolan buah

anggur.Tumor jinak mirip

anggur tersebut asalnya dari

trofoblas, yakni sel bagian

tepi ovum atau sel telur,

yang telah dibuahi, yang

nantinya melekat di dinding

rahim dan menjadi plasenta

(tembuni) serta membran

yang memberi makan hasil pembuahan.

Hamil anggur atau Mola hidatidosa dapat terjadi karena:

• Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya perubahan

(degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia

kehamilan minggu ke 3 sampai minggu ke 4.

15

Keperawatan Maternitas I

Page 16: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

• Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya

terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi sel telur yang

telah dibuahi) .

• Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.

b.) Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya

adalah :

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat

dikeluarkan.

3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.

4. Paritas tinggi .

5.Kekurangan proteinf.I

6.nfeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)

c.) Patofisiologi

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari

penyakit trofoblast :

* Teori missed abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan

peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan

akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

* Teori neoplasma dari Park

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal

dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul

gelembung.

16

Keperawatan Maternitas I

Page 17: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

* Studi dari Hertig

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-

mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya

embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang

terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan

melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (SILVIA, Wilson, 2000 :467)

d.) Manifestasi klinis

Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa

adalah:

a.Amenore dan tanda-tanda kehamilan

b.Perdarahan pervaginan berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada

keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

c.Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

d.Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun

uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.

e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

e.) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

f.) Penanganan Molahydatinosa

1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.

2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di

mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus

pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting,

17

Keperawatan Maternitas I

Page 18: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji

kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau

DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta

Sisson.

3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.

4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).

5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di

atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien

dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan

sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500

ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan

preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap

pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih

aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan

peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga

pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti

tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi.

Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat

lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan

masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi

MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2

minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi

hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan

fertilisasi.

g.) komplikasi Molahydatidosa

Komplikasi

18

Keperawatan Maternitas I

Page 19: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Komplikasi mola hidatidosa meliputi :

- Perdarahan hebat

- Anemis

- Syok

- Infeksi

- Perforasi uterus

- Keganasan (PTG)

h.) Asuhan Keperawatan pada Molahydatidosa

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi

klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,

umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan

ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang.

3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

* Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah

Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,

pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

* Riwayat kesehatan masa lalu

* Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh

klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut

berlangsung.

4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah

dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary,

penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

19

Keperawatan Maternitas I

Page 20: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari

genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit

menular yang terdapat dalam keluarga.

6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,

lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji

kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.

7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien

mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan

anaknya.

8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi

yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi

oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum

dan saat sakit.

Pemeriksaan Fisik :

* Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada

penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap

drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,

pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan

seterusnya.

* Palpasi

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban

dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

20

Keperawatan Maternitas I

Page 21: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan

posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang

abnormal.

* Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan

tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada

dibawahnya.

o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan

pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding

perut atau tidak.

* Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop

dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.

Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk

bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

B. Intervensi

DIAGNOSA I

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

* Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

* Ekspresi wajah tenang

* TTV dalam batas normal

Intervensi :

21

Keperawatan Maternitas I

Page 22: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

* Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.

Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu

menentukan intervensi yang tepat.

* Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam

Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah

satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.

* Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi

Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan

distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat

mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.

* Beri posisi yang nyaman

Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area

luka/nyeri.

* Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri

tidat dapat dipersepsikan.

DIAGNOSA II

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri

Kriteria Hasil :

* Kebutuhan personal hygiene terpenuhi

* Klien nampak rapi dan bersih.

Intervensi :

* Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam

merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan

hygienenya.

* Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien

ketergantungan pada perawat.

22

Keperawatan Maternitas I

Page 23: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

* Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya

Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan

kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi

kebutuhannya.

* Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu

memenuhi kebutuhan klien.

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara

mandiri.

DIAGNOSA III

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu

Kriteria Hasil :

* Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.

* Konjungtiva tidak anemis.

Intervensi :

* Kaji pola tidur

Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam

menentukan intervensi selanjutnya.

* Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

* Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur

Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang

untuk tidur.

* Batasi jumlah penjaga klien

Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di

ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.

* Memberlakukan jam besuk

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

* Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam

23

Keperawatan Maternitas I

Page 24: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat

tenang dan mudah tidur.

DIAGNOSA IV

Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas

Kriteria Hasil :

* Tanda-tanda vital dalam batas normal

* Klien tidak mengalami komplikasi.

Intervensi :

* Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis

Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola

demam dapat membantu diagnosa.

* Pantau suhu lingkungan

Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati

normal.

* Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak

Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.

* Berikan kompres hangat

Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat

menurunkan suhu tubuh.

* Kolaborasi pemberian obat antipiretik

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.

DIAGNOSA V

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehata

Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

* Ekspresi wajah tenang

* Klien tidak sering bertanya tentang penyakitn

Intervensi :

24

Keperawatan Maternitas I

Page 25: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

* Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.

* Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi

kecemasan.

* Mendengarkan keluhan klien dengan empati

Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan

merasa diperhatikan.

* Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan

Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti

tentang penyakitnya.

* Beri dorongan spiritual/support.

.

BAB III

25

Keperawatan Maternitas I

Page 26: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

PENUTUP

3.1 Simpulan

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari

bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan

“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi

abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut

maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

Mola hydatidosa adalah suatu Kehamilan yang ditandai dengan adanya

villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa macam

tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus. Biasanya

kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang-kadang terdapat juga di

saluran telur ataupun ovarium.

Kehamilan ektropik itu terkadi diluar yang semestinya.Kehamilan

molahydatinosa dtu terjadi karena ditandai karena adanya villi korialis yang tidak

normal.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa DIII Keperawatan tingkat II mampu mengaplikasikan

asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami gangguan ( KET dan mola

hidatinosa)

DAFTAR PUSTAKA

26

Keperawatan Maternitas I

Page 27: ASKEP KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DAN MOLA

http://images.google.co.id/images?hl=jw&gbv=2&tbs=isch

%3A1&sa=1&q=mola+hidatidosa&btnG=Temokne

http://images.google.co.id/images?hl=jw&gbv=2&tbs=isch

%3A1&sa=1&q=sistem+reproduksi&btnG=Temokne

Sastrawinata, Sulaiman. Prof. R.1982.Obstetri Patologi.Bandung:

ELSTAR OFFSET

Wikntosastro, hanifah, dr. Prof DSOG.2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Ed.

1; Cet. 5;Jakarta:Bina Pustaka

27

Keperawatan Maternitas I