askep inkontinensia urine.docx

Upload: damba-yani

Post on 02-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    1/9

    ASKEP INKONTINENSIA URINE

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita usia lanjut.

    Seperti halnya dengan keluhan pada suatu penyakit bukan merupakan suatu diagnosa sehingga

    perlu dicari penyebabanya. (Brocklehurst dkk, 1987)

    Inkontenensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali

    atau terjadi diluar keinginan. (Brunner, Sudart. 2002:1394)

    B. ETIOLOGI

    Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi

    organ kemih, antara lain : melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali,

    kebisaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat

    menahan air seni. Selain itu adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih,

    sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit,sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.

    Penyebab inkontinensia urine antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian

    bawah, efek obat-obatan, produksi urine meningkat atau adanya gangguan kemampuan /

    keinginan ke toilet. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi

    infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau

    uretritis atrofi penyebabnya, maka dilakukan terapi estrogen topical. Terapi perilaku harus

    dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan bila terjadi impaksi feses, maka harus

    dihilangkan misalnya dngan makanan kaya serat, mobilitas, asuhan cairan yang adekuat, atau

    jika perlu penggunaan laksatif. Inkontinensia urine juga bisa terjadi karena produksi urineberlebih karena berbagai sebab. Misalnya gangguan metabolik, seperti diabetes melitus yang

    harus tetap dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan

    mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretic seperti kafein.

    C. MANIFESTASI KLINIS

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    2/9

    Inkontinesia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi antara lain:

    Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau

    bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan diseliling daerah saluran kencing.

    Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih.

    Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak

    dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebih.

    D. PATOFISIOLOGI

    Inkontinensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan

    suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan

    timbul sensasi urgensi. Lesi LMN dihubungkan dengan kelemahan sfingter yang dapat

    bermanifestasi sebagai stress inkontinensia dan ketidakmampuan dari kontraksi detrusor yang

    mengakibatkan retensi kronik dengan overflow. Ada beberapa pembagian inkontinensia urine,

    tetapi pada umumnya dibagi dalam 4 kelompok :

    a) stress urinary incontinence terjadi apabila urine secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan

    tekanan di dalam perut. Dalam hal ini, tekanan di dalam kandung kencing menjadi lebih besar

    daripada tekanan pada uretra. Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa,

    bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan tkanan pada rongga perut. Pengobata dapat

    dilakukan tanpa operasi (misalnya dengan Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan),

    maupun secara operasi (cara yang lebih seering dipakai).

    b) Urge incontinence timbul pada keadaan otot detrusor yang tidak stabil, diman otot ini bereaksi

    secara berlebihan. Gejalanya antara lain perasaan ingin kencing yang mendadak, kencing

    berulang kali, kencing malam hari. Pengobatannya dilakukan dengan pemberian obat dan latihan.

    c) Total inkontinensia dimana kencing mengalir ke luar sepanjang waktu dan pada segala posisi

    tubuh, biasanya disebabkan oleh adanya fistula (saluran abnormal yang menghubungkan sutu

    organ dalam tubuh), misalnya fistula vesikovaginalis (terbentuk saluran antara kandung kencing

    dengan vagina) dan atau fistula uretrovaginalis (saluran antara urethra dengan vagina). Bila ini

    dijumpai, dapat ditangani dengan tindakan operasi.

    d) Overflow incontinence adalah urine yang mengalir isinya yang sudah terlalu banyak di dalam

    kandung kemih akibat otot detrusor yang lemah. Biasanya hal ini dijumpai pada Gangguan saraf

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    3/9

    akibat penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang, atau saluran kencing yang tersumbat.

    Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing (merasa urine masih tersisa di dalam kandung

    kemih), urine yang keluar sedikit dan pancarannya lemah. Pengobatannya diarahkan pada

    sumber penyebabnya.

    E. PENATALAKSANAAN

    Penanganan inkontinensia urine tergantung factor penyebab yang mendasarinya, namun

    demikian sebelum terapi yang tepat dimulai, munculnya masalah ini harus di identifikasi terlebih

    dahulu.

    Yang sering dikerjakan pada penderita lanjut usia dengan incontinensia urine adalah

    memasang kateter secara menetap. Untuk beberapa pertimbangan, misalnya memantau produksi

    urine dan mengatur balance cairan hal ini masih dapat diterima, tetapi sering kali pemasangan

    kateter ini tidak jelas dan mengandung resiko untuk terjadinya komplikasi umumnya adalah

    infeksi.

    Ada 3 macam katerisasi pada inkontinensia urine :

    1. katerisasi luar

    terutama pada pria yang memakai system kateter kondom. Efek samping yang utama adalah

    iritasi pada kulit dan sering lepas.

    2. katerisasi intermiten

    katerisasi secara intermiten dapat dicoba, terutama pada wanita lanjut usia yang menderita

    inkontinensia urine. Frekuensi pemasangan 2-4x sehari dengan sangat memperhatikan sterilisasi

    dan tehnik prosedurnya.

    3. Katerisasi secara menetap

    Pemasangan kateter secara menetap harus benar-benar dibatasi pada indikasi yang tepat.

    Misalnya untuk ulkus dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena ada inkontinensia

    urine ini. Komplikasi dari katerisasi secara terus-menerus ini disamping infeksi. Juga

    menyebabkan batu kandung kemih, abses ginjal dan bahkan proses keganasan dari saluran

    kemih.

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    4/9

    Memang lebih rumit dan membutuhkan biaya serta tenaga untuk memakai pembalut-

    pembalut serta alas tempat tidur dengan bahan yang baik daya serapnya, dan secara teratur

    memprogram penderita untuk berkemih.

    Tetapi untuk jangka panjang, dapat diharapkan resiko morbiditas yang menurun, dengan begitu

    juga berpengaruh pada penurunan biaya perawatan.

    Pengelolaan inkontinensia urine pad apenderita usia lanjut, secara garis besar dapat

    dikerjakan sebagai berikut :

    Program rehabilitasi

    Melatih respon kandung kemihagar baik lagi

    Melatih perilaku berkemih

    Latihan otot-otot dasar panggul

    Modifikasi tempat untuk berkemih

    Katerisasi baik secara berkala atau menetap

    Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, osterogen

    Pembedahan, misalnya untuk mengangkat penyebab sumbatan atau keadaan patologi lain.

    Lain-lain, misalkan penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk kemudahan berkemih,

    penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan penyerap khusus untuk mengurangi dampak

    inkontinensia

    Menurut Kane dkk,untuk masing-masing tipe dari inkontinensia ada beberapa hal khusus yang

    dianjurkan, misalnya :

    1. Inkontinensia tipe stress

    Latihan otot-otot dasar panggul

    Latihan penyesuaian berkemih

    Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogen

    Tindakan pembedahan memperkuat mura kandung kemih

    2. Inkontinensia tipe urgensi

    Latihan mengenal berkemih dan menyesuaikan

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    5/9

    Obat-obatan untuk merelaksasikan kandung kemih dan estrogen

    Tindakan pembedahan untuk mengambil sumbatan dan lain-lain keadaan patologik yang

    menyababkan iritasi saluran kemih bagian bawah.

    3.

    Inkontinensia tipe luapan

    Kateterisasi bila mungkin secara intermiten dan kalau mungkin secara menetap.

    Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan

    4. Inkontinensia tipe fungsional

    Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan berkemih.

    Pakaian dalam dan kain penyerap khusus lainnya

    Penyesuaian atau modifikasi lingkungan tempat berkemih.

    Kalau perlu digunakan obat-obat yang merelaksasikan kandung kemih

    Pemakaian obat-obatan yang merelaksasikan otot-otot kandung kemih, pada umumnya

    mempunyai sifat anti kolinergik. Efek samping yang harus diperhatikan antara lain mulut terasa

    kering dan bahkan dapat mencetuskan terjadinya retensi urine. Kemungkinan retensi urine ini

    diperbesar bila ada penyakit diabetes mellitus atau obstruksi pada muara kandung kemih.

    Demikian obat-obatan dengan sifat anti-koligenik ini dapat menyebabkan penurunan fungsi

    kognitif, delirium dan hipotensi postural (Brocklehurst dkk; Kane dkk)

    Penggunaan obat-obatan hormonal, bila berlangsung beberapa bulan harus secara siklik,

    dan jika perlu ditambahkan progesteron. Bila diberikan dalam kombinasi demikian, efek

    samping masing-masing obat harus diperhatikan misalnya: perdarahn pervaginam dan

    kemungkinan kearah keganasan.

    F. KOMPLIKASI

    Hipovolemia

    Iritasi

    Infeksi

    Retensi urine

    Penurunan fungsi kognitif

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    6/9

    Delirium

    Postural hipotensi

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE

    A. PENGKAJIAN

    I. Identitas klien

    a) klien

    nama :

    umur :

    jenis kelamin :

    alamat :

    agama :

    tanggal masuk :

    No.CM :

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    7/9

    Diagnosa masuk :

    b) penanggung jawab

    Nama :

    Umur :

    Jenis kelamin :

    Alamat :

    Pekerjaan :

    Hub.dgn klien :

    II. Keluhan utama

    III. Riwayat penyakit sekarang

    IV. Riwayat penyakit dahulu

    V. Riwayat penyakit keluarga

    VI. Pola fungsional

    B. DIAGNOSA

    1.

    Gangguan konsep dari berhubungan dengan penurunan kontrol miksi

    2. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan iritasi

    3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

    C. INTERVENNSI

    1. Gangguan konsep dari berhubungan dengan penurunan kontrol miksi

    Intervansi :

    Kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang dialaminya

    Beri informasi klien tentang penyakitnya

    Dorong klien untuk menyatakan perasaan

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    8/9

    Dorong klien untuk beraktivits dan berinteraksi dalam lingkunganya

    2. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan iritasi

    Intervensi :

    Inspeksi keadaan kulit terhadap perubahan warna, turgor, perhatikan kemerahan

    Ubah posisi dengan sering

    Berikan perawatan kulit

    Jaga kulit agar tetap kering

    Berikan pakaian dari bahan yang dapat menyerap air

    3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

    Intervensi :

    Beri informasi klien tentang penyakitnya

    Kaji balace cairan

    Berikan cairan sesuai indikasi

    Motivasi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Inkontinensia urine merupakan keluhan yang banyak dijumpai pada lanjut usia.

    Prevalensi meningkat dengan bertambahnya umur, lebih banyak didapat pada wanita dan pada

    penderita lansia yang dirawat dibangsal akut.

    Pengelolaan dan tindakan keperawatan lansia yang mengalami inkontinensia urine

    dimulai antara lain dengan membedakan apakah secara garis besar penyebab dari segi urologi

    atau masalah neurologi. Kemudian penting untuk diketahui apakah inkontinensia terjadi secar

    akut dan kronik .

    B. Saran

  • 8/10/2019 ASKEP INKONTINENSIA URINE.docx

    9/9

    Bantulah lansia dalam memperoleh kesehatan yang optimal

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner&suddarth. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

    Doengoes, Marilyn E. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan dan Proses Penyakit. Jakarta: EGC

    Brocklehurst, at all. 1987. Urinary Incontinence Geriatric Medicine For Student3rdEd. Churchill

    Livingstone

    D