askep gerontik masalah depresi .doc

65
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa adalah dilihat dari harapan hidup penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara berkembang yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan Martono,1999). Meningkatnya status kesehatan masyarakat, selain digambarkan dengan makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga dapat digambarkan dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai akibat penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian menyebabkan terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Makin panjangnya umur harapan hidup disamping sebagai suatu kebanggaan tetapi dilain pihak juga merupakan tantangan yang sangat berat, mengingat tidak sedikit masalah yang bisa timbul sebagai dampak penuaan. Penyakit – penyakit pada lansia pada umumnya memiliki karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif yang kronis. Sering kali keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi yang patologis, sehingga hanya berupa suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and Vaughan, 1986). Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan

Upload: muhammad-faizal-rifai

Post on 10-Aug-2015

410 views

Category:

Documents


81 download

DESCRIPTION

psikososial

TRANSCRIPT

Page 1: askep gerontik masalah depresi .doc

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa adalah dilihat dari harapan

hidup penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara

berkembang yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan

Martono,1999). Meningkatnya status kesehatan masyarakat, selain digambarkan

dengan makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga dapat digambarkan

dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai akibat

penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian menyebabkan

terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Makin panjangnya umur

harapan hidup disamping sebagai suatu kebanggaan tetapi dilain pihak juga

merupakan tantangan yang sangat berat, mengingat tidak sedikit masalah yang

bisa timbul sebagai dampak penuaan. Penyakit – penyakit pada lansia pada

umumnya memiliki karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif yang

kronis. Sering kali keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi

yang patologis, sehingga hanya berupa suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness)

(Pearson and Vaughan, 1986). Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat

keluhan sakit dari penduduk Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992

sebesar 21,0 % dan menunjukkan peningkatan yang sangat berarti pada tahun

1995 yakni sebesar 55,8 % (Djojosugito,2000).Pandangan sebagian masyarakat

yang menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan sakit-

sakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak

berdaya sehingga segala aktifitas sangat dibatasi (Menuh,2000).

Bagaimanapun kuatnya kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir

yang dilakukan akhirnya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan

mengalami kemunduran baik aktivitas fisik, pemanfaatan fungsi psikologis

maupun kegiatan sosial. Sebenarnya keadaan para Lansia tidak separah seperti

menurut pandangan dan mitos-mitos, karena mereka masih memiliki potensi dan

dapat menjadi usia keemasan (golden age) dan atau senior citizen. Akibatnya

jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan

Page 2: askep gerontik masalah depresi .doc

meningkat lebih cepat (Nugroho,1992). Dengan meningkatnya harapan hidup,

perlu diwaspadai kemungkinan peningkatan jumlah orang yang menderita cacat

dan pada manusia lansia (manula; usia diatas 65 tahun) sering dijumpai berbagai

gangguan, diantaranya: gangguan daya ingat (memori), gangguan kecerdasan

(kognitif), gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan

koordinasi. Pada saat ini pergeseran kondisi sosial masyarakat yang mengarah

pada pola hidup individu mengakibatkan kondisi hidup lansia semakin menderita.

Banyak lansia yang ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidakmampuan merawat

dan tidak sedikit dari mereka kini hidup di jalanan dan hanya sebagian kecil yang

masih beruntung bisa dirawat di Panti-Panti Wreda. Keadaan ini memerlukan

antisipasi dari semua pihak termasuk diantaranya profesi keperawatan.

Keadaan lansia yang serba terbatas memerlukan perlakuan hak asasi sama

seperti manusia lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun, bantuan

peningkatan kesejahteraan sosial dan sentuhan keperawatan yang khusus sehingga

dapat mengurangi angka morbiditas lansia serta menjadikan mereka hidup lebih

sejahtera sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu praktek keperawatan lansia di

Panti Wreda merupakan suatu langkah nyata untuk merealisasikan upaya

perawatan khususnya keperawatan bagi lansia, dengan fokus peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, optimalisasi fungsi fisik dan mental serta

pemerliharaan kesehatan untuk mendapatkan ketenangan hidup dan berproduktif.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah melakukan proses pembelajaran lapangan/klinik diharapkan dapat

mempelajari asuhan keperawatan pada lansia di Panti Werda Sosial

“Bahagia“ Magetan.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian perawatan pada lansia

Page 3: askep gerontik masalah depresi .doc

b. Melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada lansia

c. Melakukan tindakan keperawatan pada lansia

d. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada lansia di Panti Sosial

Werda “Bahagia” Magetan.

C. Lingkup/Batasan Masalah

Pada laporan kasus ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Lansia Ny.

C dengan Gangguan Pola Makan Akibat Gastritis” di Panti Sosial Tresna

Werdha “Bahagia” Magetan.

D. Sistematika Penulisan

Asuhan Keperawatan ini disusun dengan mengunakan metode diskriptif

dalam bentuk studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada lansia di Panti

Wreda Bahagia Magetan. Adapun langkah penulisan studi kasus ini sebagai

berikut :

a. Studi pustaka dengan mempelajari literatur ilmiah

b. Studi kasus dengan melakukan asuhan langsung pada lansia mulai

pengkajian hingga evaluasi.

Page 4: askep gerontik masalah depresi .doc

Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Lingkup/Batasan Masalah

D. Sistematika Penulisan

BAB 2 TINJAUAN TEORI

A. Teori – teori tentang proses penuaan

B. Teori Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan kasus Gastritis

BAB 3 TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

B. Rencana Keperawatan

C. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

D. Evaluasi

BAB 4 PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

Page 5: askep gerontik masalah depresi .doc

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI-TEORI TENTANG PROSES PENUAAN

Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai

saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum

tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki

perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor

ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua

berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami

pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan

kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya.

Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme

biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengerusakan dan

Perbaikan”.

a. Batasan-batasan Lansia

Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para

ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi

sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses penuaan berdasarkan

teori psikologis ditekankan pada perkembangan. World Health Organization

(WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :

1. Middle Aggge (45-59 tahun)

2. Erderly (60-74 tahun)

3. Old (75-90 tahun)

4. Very old (> 91 tahun)

Menurut Birren dan Renner dalam Johanna E.P (1991; 75) usia biologis

dapat diberi batasan sebagai suatu estimasi posisi seseorang dalam hubungannya

dengan potensi jangka hidupnya. Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna,

EP (1993, 75) mengatakan bahwa usia biologis adalah proses genetik yang

berhubungan waktu, tetapi terlepas dari stres, trauma dan penyakit. Seseorang

dikatakan muda secara biologis apabila secara kronologis tua, tetapi organ-organ

Page 6: askep gerontik masalah depresi .doc

tubuhnya, seperti jantung, ginjal, hati, saluran pencernaan, tetap berfungsi seperti

waktu muda.

Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan,

belajar, intelegnsi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini

masih baik dan stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa.

Usia sosial menekankan peran dan kebiasaan seseorang dalam

hubungannya dengan orang lain dan menjalankan perannya dengan penuh

tanggung jawab di mayarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan :

1. Herediter

2. Nutrisi

3. Status Kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stress

b. Proses penuaan

1. Pengertian

Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak

terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia

dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk

mempersiapkan dirinya menghadapi “ketidakmampuan” dan bahkan

kematian (Cox, 1984).

2. Teori-teori Proses Penuaan

a. Teori Biologi

1) Perubahan biologi yang berasal dari dalam (intrinsik)/ Teori

Genetika

a) Teori jam biologi (Biological clock theory). Proses menua

dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan dari dalam. Umur

seseorang seolah-olah distel seperti jam.

b) Teori menua yang terprogram (program aging theory), sel

tubuh manusia hanya dapat membagi diri sebanyak 50 kali.

Page 7: askep gerontik masalah depresi .doc

c) Teori Mutasi (somatic mutatie theory), setiap sel pada saatnya

akan mengalami mutasi.

d) The Error Theory, “Pemakaian dan rusak” kelebihan usaha dan

stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).

2) Perubahan biologik yang berasalah dari luar/ekstrinsik (Teori Non

Genetika).

a) Teori radikal bebas, meningkatnya bahan-bahan radikal bebas

sebagai akibat pencemaran lingkungan akan menimbulkan

perubahan pada kromosom pigmen dan jaringan kolagen.

b) Teori imunlogi, perubahan jaringan getah bening akan

mengakibatkan ketidakseimbangan sel T dan terjadi penurunan

fungsi sel-sel kekebalan tubuh, akibatnya usia lanjut mudah

terkena infeksi.

b. Teori Psikologik

1) Maslow Hierarchy Human Needs Theory

Teori Maslow mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia yang

meliputi 5 hal (kebutuhan biologik, keamanan dan kenyamanan ,

kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri.

2) Jung’s Theory of invidualism

Teori individualism yang dikemukakan Carl Jung (1960)

mengungkapkan perkembangan personality dari anak-anak,

remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan hingga dewasa tua

(lansia) yang dipengaruhi baik dari internal maupun eksternal.

3) Course of Human Life Theory

Chorlotte Buhler juga merupakan penganut teori psikologik

dengungkapkan bawa teori perkembangan dasar manusia yang

difokuskan pada identifikasi pencapaian tujuan hidup seseorang

dalam melalui fase-fase perkembangan.

Page 8: askep gerontik masalah depresi .doc

4) Eight Stages of Life Theory

Teori “Eight Stages of Life” yang dikemukakan Erikson (1950)

adalah suatu teori perkembangan psikososial yang terbagi atas 8

tahap, yang mempunyai tugas dan peran yang perlu diselesaikan

dengan baik :

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

Tahap V

Tahap VI

Tahap VII

Tahap

VIII

Masa bayi timbul kepercayaan dasar (basic trust)

Tahap penguasaan diri (autonomi)

Tahap inisiatip

Timbulnya kemauan untuk berkarya (Industriousness)

Mencari identitas diri (Identy)

Timbulnya keintiman (Intimacy)

Mencapai kedewasaan (generativity)

Memasuki usia lanjut akan mencapai kematangan

kepribadian (ego Integrity), dia merupakan orang yang

memiliki integritas dalam kepribadian sehingga mampu

berbuat untuk kepentingan umum. Kegagalan pada tahap

ini akan menyebabkan cepat putus asa.

Demikian juga dengan teori “Developmental Task” yang dikemukakan

Havighurst (1972) bahwa masing-masing individu melalui tahap-tahap

perkembangan secara spesifik dan terjadi variasi/perbedaan antara individu satu

dengan lainnya.

Tahap perkembangan ini harus dilalui dengan baik sehingga individu akan

merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.

Page 9: askep gerontik masalah depresi .doc

3. Peran Perawat pada klien lansia sesuai Proses Penuaan.

Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang

membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu

upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi

pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi

pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting

dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.

Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk

merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :

1). Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan

kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia semasa

hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa

dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan

progresivitasnya.

Perawatan fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih

mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-

hari bisa dipenuhi sendiri.

b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan

bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah

peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang berhubungan

dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya, dan

untuk itu perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia.

Page 10: askep gerontik masalah depresi .doc

Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting

dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat

timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran

kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap

gangguan infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat

sebagai pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan

badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal

makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur

atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat penting

dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya

potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.

2). Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.

Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai

salah satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama

usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan

kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta

menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan

pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang

membutuhkan kehadiran orang lain.

3). Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.

Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan

bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala

sesuatu yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran

perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang

perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk

menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.

Page 11: askep gerontik masalah depresi .doc

Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih

lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana

aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang

disenangi sebatas kemampuannya.

Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi

pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa

terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan

dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain

menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur

dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.

Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak

dapat dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-

lahan dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi

sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru

tetap memberikan rasa puas dan bahagia.

4. Penutup

Sejalan dengan program peningkatan Sumber Daya Manusia seluruh

masyarakat Indonesia, maka peran perawat yang diintervensikan terhadap para

lansia meliputi konsep pembinaan kesehatan terpadu, terarah, kontinu dan

memiliki jangkauan yang seluas-luasnya. Hal ini sejalan dengan proses penuaan

yang terjadi pada lansia baik secara proses biologik, sosiologik maupun

psikologik yang memerlukan suatu pendekatan yang komprehensif dan

memandang lansia secara holistik.

Peran perawat dalam konsep pembinaan ini meliputi pelayanan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif, adapun upaya pelayanan disesuaikan dengan

keadaan lansia dengan penekanan pada upaya pelayanan promotif dan preventif.

Kegiatan promotif dan preventif lebih dititik beratkan pada penyuluhan kesehatan,

pencegahan cedera, peningkatan kesadaran hidup sehat dengan terapan

tercapainya pola dan perilaku yang selalu mengarah pada hidup sehat dan

sejahtera.

Page 12: askep gerontik masalah depresi .doc

Kepustakaan

Annette G. Lueckenotte, 1996. Gerontologic Nursing, Saint Louis Mosby Year Book. Inc.

Barbara C. Long, 1989. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Saint Louis. Mosby Year Book. Inc.

Darmojo, Boedhi dan Martono Hadi. 2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI.

Depkes RI. 1994. Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: PPNI.

Effendy Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakar-ta: EGC

Hardywinoto dan Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi; Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hudak and Gallo, 1994. Keperawatan Kritis, Philadelphia Lippincott Company.

Lueckenotte, 1998. Pengkajian Gerontologi. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Wahjudi Nugroho, 1992. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Page 13: askep gerontik masalah depresi .doc
Page 14: askep gerontik masalah depresi .doc

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Lanjut Usia

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh

setiap orang. Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998

adalah 60 tahun. Depkes dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat

penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:

(1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki

lansia

(2) Kelompok lansia (65 tahun keatas)

(3) Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

B. Proses Terjadinya Penuaan

Proses terjadinya penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara

lain:

1. Biologi

a. Teori "Genetic Clock";

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program

jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu

tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan

berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian

Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu

dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam

kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teorierrorcatastrophe) hal

penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor

penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang

menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui

bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini

terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan

menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

Page 15: askep gerontik masalah depresi .doc

b. Teori “Error”

Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik

adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999).

Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai

macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan

tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan

kerukan sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori “Autoimun”

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang

dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh

mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik

menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan

mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami

perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya

Goldstein(1989) dikutif dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin

bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987

dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh

sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,

daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel

patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994

dikutif dari Nuryati, 1994)

d. Teori “Free Radical”

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam

tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal

Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat

merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,

protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari

Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin

Page 16: askep gerontik masalah depresi .doc

banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,

kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

e. Wear &Tear Teori

Kelebihan usaha dan stress menyababan sel tubuh rusak.

f. Teori kolagen

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan

kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

2. Teori Sosiologi

a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan

secara langsung.

b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan

adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.

c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti

hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.

d. Teori Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan

mempercepat proses penuaan.

3. Teori Psikologis

a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai

aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai

kebtuhan yang sempurna.

b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas

dalam perkembangan kehidupan.

c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga

lingkungan ada tingkat maksimumnya.

d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas

perkembangan sesuai dengan usianya.

B. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

1. Perubahan Fisik

a. Sistem pernafasan pada lansia.

Page 17: askep gerontik masalah depresi .doc

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume

udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya )

sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami

penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan

normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.

5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose

oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua

kejaringan.

6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri

juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh

sendiri.

7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus

alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya

obstruksi.

c. Sistem persyarafan.

1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.

2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

3) Mengecilnya syaraf panca indera.

4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

1) Penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk skeris.

b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar.

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

Page 18: askep gerontik masalah depresi .doc

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya

gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau

pada skala.

2) Pendengaran.

a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 %

terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan

otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin.

3) Pengecap dan penghidu.

a) Menurunnya kemampuan pengecap.

b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan

selera makan berkurang.

4) Peraba.

a) Kemunduran dalam merasakan sakit.

b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Page 19: askep gerontik masalah depresi .doc

Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

( mengakibatkan pusing mendadak ).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

d. Sistem genito urinaria.

1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50

%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan

mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria

( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang

ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi

BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut

usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Atropi vulva.

5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga

permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya

lebih alkali terhadap perubahan warna.

6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi

kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

e. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

Page 20: askep gerontik masalah depresi .doc

3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada

di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH

dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya

pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen,

testosteron.

7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari

sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa

(stess).

f.Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput

lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari

syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat

penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

g. Sistem muskuloskeletal.

1) Tulang kehilangan densikusnya rapuh.

2) resiko terjadi fraktur.

3) kyphosis.

Page 21: askep gerontik masalah depresi .doc

4) persendian besar & menjadi kaku.

5) pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi

badan berkurang ).

a. Gerakan volunter gerakan berlawanan.

b. Gerakan reflektonik Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi

terhadap rangsangan pada lobus.

c. Gerakan involunter Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi

terhadap suatu perangsangan terhadap lobus

d. Gerakan sekutu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk

menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

h. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.

1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan

hilangnya jaringan adiposa

3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga

tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya

aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan

penyembuhan luka luka kurang baik.

6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna

rambut kelabu.

8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang

menurun.

9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun.

Page 22: askep gerontik masalah depresi .doc

10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak rendahnya akitfitas otot.

I. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

1) Perubahan sistem reprduksi.

a) selaput lendir vagina menurun/kering.

b) menciutnya ovarium dan uterus.

c) atropi payudara.

d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara

berangsur berangsur.

e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi

kesehatan baik.

2) Kegiatan sexual.

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi

kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang

mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga

sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara

biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses

reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai

manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan

sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial,

Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang

lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani

sexualitas.

Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan

cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa

ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa

Page 23: askep gerontik masalah depresi .doc

harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat

bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang

menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi

hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. kesehatan umum

c. Ttingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e. Lingkungan

Perubahan kepribadian yang drastis keadaan inijarang terjadi lebih sering

berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin

oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam

sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan

jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan

psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-

tekanan dari faktro waktu.

Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.

1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,

kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan

kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.

3. Gangguan halusinasi.

4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

Page 24: askep gerontik masalah depresi .doc
Page 25: askep gerontik masalah depresi .doc

2.4 Konsep Gangguan Harga Diri

Gangguan harga diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau

beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri

(Carpenito, 1999). Harga diri merupakan satu dari empat komponen konsep diri.

Gangguan konsep diri merupakan kategori diagnostik umum.

2.4.1 Batasan karakteristik ganguan harga diri (Carpenitto) :

- Pengungkapan diri negatif

- Ekpresi malu atau rasa bersalah

- Ekpresi diri sebagai seorang yang tidak dapat mengatasi suatu situasi.

- Merasionalisasi penolakan

- Ketidakmampuan untuk menentukan tujuan

- Pemecahan masalah yang buruk

- Menunjukkan gejala depresi (ggn tidur, ggn makan).

- Mencari jaminan secara berlebihan

- Perilaku penyalahgunaan diri

- Menolak mencoba situasi baru

- Mengingkari masalah-masalah nyata

- Proyeksi rasa bersalah/ tanggungjawab terhadap masalah

- Merasionalisasikan kegagalan pribadi

- Hipersensivitas terhadap kritik ringan

- Penuh kata-kata yang muluk.

2.4.2. Faktor-faktor yang berhubungan

Gangguan harga diri dapat merupakan kejadian episodik atau masalah kronis.

Kegagalan untuk memecahkan suatu masalah atau stress berurutan dapat

menimbulkan harga diri rendah kronis. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi

sepanjang waktu.

2.4.3 Patofisiologi

Page 26: askep gerontik masalah depresi .doc

Gambar 1. Hubungan harga diri dengan timbulnya berbagai masalah

keperawatan.

Dari konsep diatas dapat dirumuskan beberapa diagnose keperawatan pada klien

yang mengalami gangguan harga diri yaitu:

1). Gangguan harga diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah

finansial, masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi.

2). Resiko infeksi b.d penurunan daya tahan

3). Resiko cedera b.d gangguan fungsi vaskuler

2.5 Konsep Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan harga diri

2.5.1. Pengkajian

- Kaji hal yang berhubungan dengan karakteristik atau identitas klien secara

umum termasuk genogram serta riwayat hidup klien terutama yang behubungan

dengan kondisi klien saat ini.

- Kaji tentang keadaan umum

- Kaji tentang keadaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik

Perubahan penampilan :- Kehilangan bagian tubuh- Kehilangan fungsi tubuh- Bentuk badan berubah

Situasional:- Kebutuhan tidak terpenuhi- Kurangnya umpan balik positif- Perasaan diabaikan- Perasaan kegagalan skunder ; tidak bekerja, masalah

finansial, kehilangan kerja, masalah hubungan dengan keluarga, riwayat penyalah gunaan hubungan.

- Harapan yang tak terelealisasi- Penolakan oleh keluarga- Persaasaan tidak berdaya akibat institusionalisasi- Riwayat berbagai kegagalan

Maturasi :- Berhubungan dengan kehilangan (orang, fungsi, finansial, pekerjaan)

Harga diri rendah Ggn konsep diri (Harga diri)

Stress

HPA AXIS

ACTH

Korteks adrenal (cortisol)(Perubahan sistem imun)

Medulla adrenal(Peningkatan katekolamin )

Resiko terjadi infeksiNadi meningkat, Tek. Darah meningkat, Respirasi

meningkat

Resiko terjadi trauma

Page 27: askep gerontik masalah depresi .doc

- Kaji tentang kemampuan ADL klien dan lakukan penilaian dengan indeks ADL

Katz.

- Kaji tentang data mental, dengan sekala depresi beck, Short Portable Mental

Status Questionnaire (SPMSQ), dan Mini Mental State Exam (MMSE) serta

tingkat keasadarn klien.

2.5.2 Rencana Keperawatan

1). Gangguan harga diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah

finansial, masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi.

Tujuan :

Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :

- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri

- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri

- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri

Kriteria:

- Klien dapat aktif beraktivitas

- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari

- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.

Intervensi :

INTERVENSI RASIONALISASI

1. Tetapkan hubungan saling percaya perawat klien dengan cara: Dorong individu meng-

ungkapkan perasaan. Dorong individu bertanya tentang

masalah dan penanganan serta akibat jika masalah stress tidak diatasi

Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan

Perjelas mengenai konsep harga diri, perawatan dan pemberi pelayanan perawatan.

1 Dengan adanya saling percaya klien akan mau mengungkapkan perasaan yang terpendam yang beresiko menimbulkan stress sehingga dengan proses katarsis beban hidup klien akan berkurang sehingga harga diri klien akan menjadi semakin baik.

Page 28: askep gerontik masalah depresi .doc

Hindari kritik negatif Berikan privasi atau lingkungan

aman.1 Tingkatkan interaksi sosial

Hindari perlindungan ber-lebihan Dorong gerakan/latihan

2 Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu

3 Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif.

4 Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain

5 Beri dorongan terhadap aktivitas posistif dan kontak dengan teman yang telah dilakukan.

6 Bantu kien mengepresikan pikiran dan perasaannya.

7 Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan dan kejujuran serta berikan bimbingan prilaku sesuai norma.

2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga semakin banyak proses katarsis yang dapat dilakukan dengan klien.

3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri klien.

4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai dengan kondisinya saat ini.

5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari berbagai dukungan koping.

6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga mampu meningkatkan harga diri klien menciptakan situasi hubungan yang saling membantu.

7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga dapat merduksi stress.

8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung dapat mengurangi kesempatan klien menyendiri yang dapat memunculkan timbulnya stress.

2). Resiko infeksi b.d penurunan daya tahan

Tujuan :

Setelah dirawat klien tidak mengalami infeksi

Kriteria:

- Personal higiene baik

- Klien tahu pengaruh stress dengan tibulnya penyakit infeksi

- Tanda-tanda infeksi tidak muncul

INTERVENSI RASIONAL

1 Lakukan HE tentang pengaruh stress terhadap ttimbulnya penyakit infeksi.

1 Stress dapat meningkatkan kadar kortisol yang bersifat imunosupresan.

Page 29: askep gerontik masalah depresi .doc

2 HE agar klien aktif melakukan latihan fisik

3 HE agar klien makan makanan dengan jumlah dan kualitas yang cukup.

4 He dan beri contoh agar klien menjaga kebersihan lingkungannya setiap hari.

5 He agar klien teratur menjaga kebersihan dirinya.

2 Aktivitas dapat meningkatkan status imunologi.

3 Makanan sebagai sumber energi, pembangun serta vitamin yang bermanfaat bagi daya tahan klien.

4 Lingkungan yang sehat akan mencegah terjadinya perkembangan penyakit terutama penyakit akbat lingkungan.

5 Tubuh yang bersih akan mencegah timbulnya penyakit seperti diare, dan penyakit kulit.

Page 30: askep gerontik masalah depresi .doc

BAB 3TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian A. Data BiografiNama : HRJenis kelamin : Laki-lakiGolongan darah : -Tempat & tanggal lahir : Kediri, 29 September 2001Pendidikan terakhir : SDAgama : IslamStatus perkawinan : DudaTinggi badan/berat badan : 164 cm /BB 64 kgPenampilan : Rapi dan ceria dengan ciri tubuh tinggi

sedang kulit agak gelap, rambut putihAlamat : Desa Wedi, RT I, RW 01, Wedi, Kec.

Gedangan, Sidoarjo

Orang yang mudah dihubungi : Agus SalimHubungannya dengan klien : KeponakanAlamat & telepon : Desa Wedi, RT 01, RW 01, Wedi, Gedangan

Sidorajo Telp -Tanggal pengkajian : 26 November 2001

B. Riwayat KeluargaGenogram :

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan = Lansia yang dirawat

Page 31: askep gerontik masalah depresi .doc

C. Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini : -Alamat pekerjaan : -Berapa jarak dari rumah :-Alat transportasi :-

Pekerjaan sebelumnya : Sebagai pedagang hasil bumi dan ternak antar provinsi

Berapa jarak dari rumah : Hingga luar pulau jawa spt: Sumatra dan NTB

Alat tranpoertasi : Kapal Laut dan Mobil

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Semasih kuat bekerja klien mempunyai penghasilan yang cukup banyak. Gaya hidupnya sangat konsumstif. Lansia mempunyai sejumlah rumah dan tabungan. Akan tetapi setelah menderita Stroke 1998 kelien kehabisan ahrta yang dimiliki dan terpaksa hidup dari rumah ke rumah bekas teman-temannya semasa sukses. Hinga pada akhirnya bosan dan memutuskan masuk ke Panti.

D. Riwayat Lingkungan HidupType tempat tinggal : permanen milik keponakan Jumlah kamar : 3 buah kamar tidur 1 kamar mandi, 1 dapurKondisi tempat tinggal : sempit dan sumpekJumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : laki 3..orang, perempuan 2 orgDerajat privasi : Kurang diperhatikan dan dihargai oleh keponakanTetangga terdekat : -Alamat dan telepon : -

E. Riwayat RekreasiHobbi/minat : Main sepak bola dan bulu tangkis serta menariKeanggotaan dalam organisasi : -Liburan/perjalanan : Keliling Jawa dan Sumatra sambil mencarai

barang dagangan.

F. Sistem PendukungPerawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Puskesmas Pembantu, WediJarak dari rumah : 1 KmRumah Sakit : RS Dr. Soetomo jaraknya 15 kmKlinik : Dr Umum jaraknya 1 km kmPelayanan keehatan di rumah : -Makanan yang dihantarkan : -Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : -

Page 32: askep gerontik masalah depresi .doc

Lain-lain : -G. Diskripsi kekhususan

Kebiasaan ritual : Lansia beragama islam sebelum sakit agak jarang sholat. Jarang ikut puasa penuh. Sekarang lansia ikut puasa penuh dan sholat 5 waktu.

Yang lainnya : Klien suka menari

H. Status KesehatanStatus kesehatan umum selama setahun yang lalu : tekanan darah tinggi dan

badan bagian kanan lemah.

Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Lansia sudah terdeteksi menderita tekanan darah tinggi sejak tahun 1998

Keluhan utama : Provokative/Paliative : Sulit tidur Quality/Quantity : Tidur hanya 3-4 jam sehari Region : - Severity scale : Sangat susah jika memejamkan mata Timing : Bila teringat akan bayangan masa lalu yang

sukses. Timbul perasaan bersalah karena tidak mampu bertanggung jawab terhadap keluarga.

Obat-obatan yang digunakan klien saat iniNO NAMA OBAT DOSIS KET

12

B1Paracetamol

1X11X1

Untuk obat sakit pegal badannya.

Status imunisasi : tak ingat Alergi :

* Obat-obatan : -* Makanan :-* Faktor lingkungan: -

Penyakit yang diderita: saat dikaji lansia tidak merasakan adanya suatu penyakit. Tetapi setelah diamati, tangan kanan kien sering bergerak tanpa kontrol (khorea), setiap menceritakan masa lalaunya lansia selalu menangis tersedu-sedu. Lansia selalu mengungkapkan alasan klise bahwa hidup sudah digarisakan Tuhan, sambil menangis.

I. Aktivitas Hidup Sehari-hari

Page 33: askep gerontik masalah depresi .doc

Indeks Katz : A ; Lansia mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.

Oksigenasi : Nafar 18 X/mnt, Suara paru normal, Wh -/-, Rh -/-, batuk -, sesak -

Cairan dan eklektrolit : Minum utama air putih 5 gelas (@200 cc)/hari ditambah teh. Lansia tidak minum kopi.

Nutrisi : Klien saat ini mengikuti puasa penuh. Makan 2 kali sehari dengan lauk sesuai yang disediakan Panti. Semua makanan yang disediakan bisa dihabiskan. Nafsu makan baik. Sebelum puasa lansia biasa makan 3 X sehari.

Eliminasi : bab 1 kali sehari pagi, jumlah dan konsistensi normal.Aktivitas : Klien aktif beraktivitas seperti mengikuti kegiatan sosialisasi,

ibadah dan kegiatan lain yang dilaksanakan oleh panti. Klien merasa aagak susah jika berjalan karena kaki kanannya lemah dan keseimbangan tubuhnya kurang baik.

Istirahat dan tidur : klien tidak pernah tidur siang, malam klien biasa tidur pk. 01.00 dan bangun pk. 3.00. Klien sering terbayang-bayang kesuksesan masa lalu dan rasa bersalah akibat tidak bisa bertanggungjawab terhadap keluarga.

Personal hygiene : Kepala bersih, hidung, telinga dan mulut bersih. Klien mandi 2 X sehari dengan sabun, klien menggosok gigi 2 X sehari dengan menggunakan pasta gigi. Kuku kaki klien tampak kotor, hitam dan panjang. Kulit bersih

Seksual : Lansia mengatakan masih mempunyai keinginan sek terhadap lawan jenis. Lansi masih bisa terangsang dan ereksi bila melihat tubuh wanita yang seksi. Tetapi klien menyadari sekarang klien sudah ada di panti dan harus mengikuti aturan yang ada.

Rekreasi : Klien dapat berekreasi dengan sesama lansia melalui kegiatan rekreasi yang dilakukan oleh Panti setap hari Rabu. Dengan kegiatan ini klien dapat menyalurkan hobi menarinya.

Psikologis : Persepsi klien : Lansia mengatakan bahwa dia memilih tinggal di

Panti karena merasa tidak perhatikan lagi rumah, lansia tidak mampu bekerja lagi dan tidak memiliki dana yang cukup untuk menghidupi dirinya dan keluarga. lansia mengatakan telah gagal dalam hidupnya. Tetapi lansia menayadari bahwa semua ini merupakan nasib dan garis hidup yang harus dijalani (iucapkan sambil menangis).

Konsep diri : Lansia merasa telah gagal mengahapi hidup. Emosi : Lansia menangis setiap menceritakan keadaan dirinya dan

riwayat kehidupannya. Klien suka bercanda dan tertawa. Adaptasi : Lansia cepat akrab dengan petugas. Lansia mengatakan

betah tinggal di Panti. Mekanisme pertahanan diri: Rasionalisasi

J. Tinjauan SistemKeadaan umum : Tubuh segar, terlihat sehat dan dapat beraktivitas secara

penuh

Page 34: askep gerontik masalah depresi .doc

Tingkat kesadaran: Kompos mentisGCS : E4 V5 M6 Total : 15Tanda vital : S: 36,8 o C, Nadi : 72 X/mnt, Tensi : 140/80. RR : 18 X

1. Kepala : Rambut uban semua, benjolan tidak ada, kulit kepala bersih

2. Mata-Telinga-Hidung : Katarak (-), visus 6/6, klien mengalami kesulitan jika menutup mata kanan. Pendengaran baik, serumen (-), hidung tidak ditemukan kelainan.

3. Leher : Tidak ditemukan benjolan ataupun bendungan vena jugularis.

4. Dada dan punggung : Bentuk normal, simetris, gerakan simetris, Suara paru vesikuler. Suara jantung S1 S2 normal, icts kordis pada ICCC 4-5 kiri. Tulang belakang tidak ditemukan kelainan.

5. Abdomen dan pinggang : Pada pemeriksaan abdomen dan pinggang tidak ditemuka kelainan.

6. Ektremitas atas dan bawah : Kelemahan pada ektremitas kanan (tangan kanan khorea) kaki kanan kemampuan kontraksinya menurun. Otot quadrisep femuralis mengecil. Ektremitas kiri dalam keadaan normal.

7. Sistem immune : Tidak ditemukan adanya kelainan yang berhubungan dengan sistem imun.

8. Genetalia : bersih dan normal

9. Reproduksi : lansia merasa masih mamapu melakukan aktivitas seksual.

10 Persarafan : Adanya kelemahan pada nervus kranialis IV, VI, dan VII

11 Pengecapan : lansia masih mampu membedakan semua rasa.

12 Penciuman : Tidak ditemukan gangguan penciuman

13 Taktil respon : Tidak ada masalah

K. Status Kognitif / Afektif / Sosial 1. Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ ):Kesalahan 0/ mental

utuh 2. Mini - Mental State Exam ( MMSE ): Nilai 30/ fungsi mental normal 3. Inventaris Depresi Beck: Nilai 15 ( Dpresi sedang) 4. APGAR Keluarga : Nilai 4 : kondisi keluarga tidak kondusif untuk lansia.

Page 35: askep gerontik masalah depresi .doc

L. Data Penunjang

1. Laboratorim :- 2. Radiologi :- 3. EKG : - 4. USG :- 5. CT- Scan :-

6. Obat - obatan : B1 1X1 dan Paracetamol 1X1

II. ANALISA DATA

NO

DATA (SIGN/SYMPTOM) INTERPRETASI

(ETIOLOGI)

MASALAH(PROBLEM

)1 2 3 4

1

2

3

Lansia merasa gagal dalam hidup, lansia merasa tidak mampu bekerja lagi, tidak punya dana, lansia merasa tidak mampu bertanggungjawab terhadap keluarga, Dulu lansia sebagai pedagang yang sukses. Bila teringat masa lalu lansia sering sulit tdur. Lansia tidur 3-4 jam/hari. Setiap bercerita masa lalu lansia menangis. Selalu menggunakan pembelaan bahwa semua ini sudah nasib dengan justufikasi rasional.

Skala depresi beck 15 (depresi sedang), susah tidur, tidur 3-4 jam/hari. Komunikasi kurang. Perasaan bersalah yang berkepanjangan. Kuku kotor, kamar kotor,

Kelemahan pada ektremitas kanan, riwayat hipertensi sejak 1991, riwayat stroke tahun 1999, tempat tidur tinggi, lokasi Panti yang naik turun

Kegagalan hidup.

Stress/ggn daya tahan

Kondisi vaskuler dan ektremitas yang belum stabil serta lingkungan yang tidak kondusif.

Ggn harga diri

Resiko terjadi infeksi.

Resiko terjadi trauma

Page 36: askep gerontik masalah depresi .doc

3.2 Prioritas Diagnose Keperawatan1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak

adekuat ditandai dengan skala depresi ……, tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan mekanisme koping rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga menolak klien.

2) Resiko terjadi trauma/jatuh b.d kelemahan bagian tubuh dan tekanan darah yang tidak stabil

3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan yang menahun.

3.3. Perencanaan

1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat ditandai dengan skala depresi ……, tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan mekanisme koping rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga menolak klien.

Tujuan :

Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :

- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri

- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri

- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri

Kriteria:

- Klien dapat aktif beraktivitas

- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari

- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.

Page 37: askep gerontik masalah depresi .doc

:

Page 38: askep gerontik masalah depresi .doc

Rencana tindakan

Hari/tanggal INTERVENSI RASIONALISASI

Selasa, 27/11/2001

Rabu, 28/11/2001

1 Tetapkan hubungan saling percaya perawat klien dengan cara: Dorong individu meng-ungkapkan perasaan. Dorong individu bertanya tentang masalah

dan penanganan serta akibat jika masalah stress tidak diatasi

Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan

Perjelas mengenai konsep harga diri, perawatan dan pemberi pelayanan perawatan.

Hindari kritik negatif Berikan privasi atau lingkungan aman.

2 Tingkatkan interaksi sosial Hindari perlindungan ber-lebihan Dorong gerakan/latihan

3 Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu4 Diskusikan tentang realitas harapan dan

alternatif.5 Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain

6 Beri dorongan terhadap aktivitas posistif dan kontak dengan teman yang telah dilakukan.

7 Bantu kien mengepresikan pikiran dan

1 Dengan adanya saling percaya klien akan mau mengungkapkan perasaan yang terpendam yang beresiko menimbulkan stress sehingga dengan proses katarsis beban hidup klien akan berkurang sehingga harga diri klien akan menjadi semakin baik.

2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga semakin banyak proses katarsis yang dapat dilakukan dengan klien.

3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri klien.

4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai dengan kondisinya saat ini.

5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari berbagai dukungan koping.

6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga mampu meningkatkan harga diri klien menciptakan situasi hubungan yang saling membantu.

Page 39: askep gerontik masalah depresi .doc

perasaannya.

8 Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan dan kejujuran serta berikan bimbingan prilaku sesuai norma.

7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga dapat merduksi stress.

8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung dapat mengurangi kesempatan klien menyendiri yang dapat memunculkan timbulnya stress.

Page 40: askep gerontik masalah depresi .doc

2) Resiko terjadi trauma/jatuh/stoke berulang b.d kelemahan bagian tubuh tekanan darah yang tidak stabil dan riwayat stroke

Tujuan

Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan mencegahan terhadap resiko terjadi trauma dan trauma tidak terjadi

Kriteria :

- Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya

- Lantai tidak licin

- Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar

- Tempat tidur aman

- Klien bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur

- Tekanan darah normal

HARI/TANGGAL INTERVENSI RASIONALISASI

Rabu, 28/11/2001 1 Amankan benda-benda berbahaya yang ada di sekitar klien.

2 Perhatikan agar lantai jangan terlalu licin

3 He agar klien hati-hati bila baru bangun terutama jika kepala pusing. Beritahu agar klien jangan salah posisi jika bergerak.

4 Jaga agar tempat tidur bersih dan tidak terlalu tinggi.

1 Untuk mencegah timbulnya trauma fisik akibat benda terutama benda tajam

2 Lantai licin dapat menyebabkan terpeleset sehingga lansia bisa jatuh.

3 Bangun yang tiba-tiba dapat menyebabkan hipotensi ortostatik sehingga klien bisa jatuh. Posisi yang benar dapat mencegah timbulnya penyakit akibat kerja.

4 Tempat tidur yang bersih dapat mencegah timbulnya trauma (dekubitus). TT yang tinggi dapat menyebabkan jatuh.

Page 41: askep gerontik masalah depresi .doc

Lakukan pemeriksaan fisik secara teratur dan he agar klien mengurangi jumlah garam.

5 Dengan pemeriksaan fisik dapat diketahui faktor resiko sehingga dapat lebih mudah mencegah timbulnya trauma.

3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan yang menahun.Tujuan :

Setelah dirawat klien tidak mengalami infeksi

Kriteria:

- Personal higiene baik

- Klien tahu pengaruh stress dengan tibulnya penyakit infeksi

- Tanda-tanda infeksi tidak muncul

HARI/TANGGAL INTERVENSI RASIONAL

Kamis, 29/11/2001 1 Lakukan HE tentang pengaruh stress terhadap ttimbulnya penyakit infeksi.

2 HE agar klien aktif melakukan latihan fisik

3 HE agar klien makan makanan dengan jumlah dan kualitas yang cukup.

4 He dan beri contoh agar klien menjaga kebersihan lingkungannya setiap hari.

5 He agar klien teratur menjaga kebersihan dirinya.

1 Stress dapat meningkatkan kadar kortisol yang bersifat imunosupresan.

2 Aktivitas dapat meningkatkan status imunologi.

3 Makanan sebagai sumber energi, pembangun serta vitamin yang bermanfaat bagi daya tahan klien.

4 Lingkungan yang sehat akan mencegah terjadinya perkembangan penyakit terutama penyakit akbat lingkungan.

5 Tubuh yang bersih akan mencegah timbulnya penyakit seperti diare, dan penyakit kulit.

Page 42: askep gerontik masalah depresi .doc

3.4 Pelaksanaan

Hari/tgl Tindakan Evaluasi formatif(Hasil)

Selasa27/11/01

08.00-14.00

Rabu, 28/11/2001Pk. 08.00-10.00

1 Membina hubungan saling percaya perawat klien dengan cara:

Perkenalan lebih intensif Mendorong individu meng-ungkapkan

perasaan. Mendorong individu bertanya tentang

masalah dan penanganan serta akibat jika masalah stress tidak diatasi

Menjelaskan mengenai konsep harga diri, perawatan dan pemberi pelayanan perawatan.

2 Menganjurkan agar klien melakukan interaksi sosial dengan penghuni lain.secara terbuka.

3 Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu

4 Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif.

5 Menyampaikan kondisi yang dialami klien sehubungan dengan adanya gejala post stroke yang berpengaruh terhadap prilaku klien saat ini.kepada penanggungjawab panti.

6 Memberi dorongan terhadap aktivitas posistif dan kontak dengan teman yang telah dilakukan.

7 Membantu klien mengepresikan pikiran dan perasaannya.

8 Melibatkan klien dalam aktivitas sosial

3.5 Evaluasi

Page 43: askep gerontik masalah depresi .doc
Page 44: askep gerontik masalah depresi .doc

DAFTAR PUSTAKA

Ader R & Cohen N. (1991). The Influence Of Conditioning On Immune Response, Psychoneuroimmunology. 2 nd Ed. Academic Press Inc. San Diego

Azis H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. AKPER Dr. Otten. Bandung. (Makalah)

Bouchard C, (1990). The Field of The Phisical Activity Science. Human Konetics Books. Champaign.

Darmojo dan Martono, (1999). Geriatri. PercetakanYudistira. Jakarta,

Departemen Kesehatan R.I, (1995), Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta

Djojosugito. A.H.M (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat. Bandung. (Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI).

Lueckenotte. (1998) (alih Bahasa Maryunani). Pengkajian Gerontologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Nuryati M.(1994). Proses Menua.AKPER Dr. Oten. Bandung. (Makalah)

Nurgiwiati.E. (1994) Perubahan-Perubahan Psikososial Pada Usia Lanjut. AKPER Dr. Oten. Bandung.

Soedoso (1995). Cedera Olahraga. EGC.Jakarta.

Shadikin. dr. (1999). Modulasi Imunologi Pada Pemberian Aktivitas Dengan Metode DLF. UNAIR. Surabaya.

Stevens P.J.M, F. Bordui, Van Der Weyde (1999), Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta

Page 45: askep gerontik masalah depresi .doc

BAB IIITINJAUAN KASUS

Page 46: askep gerontik masalah depresi .doc

BAB IVPEMBAHASAN

Dalam pengkajian klien dengan gangguan pola makan akibat dari

gangguan sistem pencernaan yaitu terjadi akibat dari peningkatan produksi asam

lambung menyebabkan gangguan pada pola aktivitas sehari-hari dan pemenuhan

asupan nutrisi yang berkurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan sistem

pernafasan, sistem kardiovaskueler, sistem perkemihan, sistem reproduksi masih

dalam batas normal.

Masalah-masalah yang muncul adalah gangguan rasa nyaman;nyeri, asupan

nutrisi kurang dari kebutuhan dan kemampuan dalam perawatan mandiri.

Dalam intervensi dan implementasi secara umum tidak banyak perbedaan,

hanya saja perlu modifiksi untuk mempermudah dan bersifat operasional sehingga

bisa dilaksanakan dan diaplikasikan oleh klien sesuai dengan kemampuan dan

sumber daya dan dana yang ada.

Evaluasi dari yang telah dilakukan dari berbagai tindakan baik

independent maupun interdependent dan dalam catatan perkembangannya

memberikan evaluasi yang baik walaupun tidak maksimal.

Page 47: askep gerontik masalah depresi .doc

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Proses menua terjadi pada setiap individu dengan masalah-masalah

yang bervariasi sesuai dengan tingkat kemampuan fisik, psikologis, sosial

dan lingkungannya sebelum menjelang masa tuanya.

2. Pelayanan perawatan klien Ny. C meliputi pemenuhan kebutuhan

akan nutrisi bagi tubuh dan kebutuhan aktivitas sehari-hari seoptimal

mungkin, memelihara dan meningkatkan kesehatannya, bimbingan

keterampilan perawatan mandiri dan penjelasan tentang status gizi serta

faktor-faktor yang mempengaruhi proses ketuaan.

3. Dalam menyelenggarakan implementasi perawat melibatkan klien

untuk mengatasi masalah yang terjadi.

4. Kegiatan pelayanan yang diberikan juga menitikberatkan pada

promotif dan preventif serta minimal curatif dan rehabilitatif.

5. Proses pendokumentasian dilakukan tiap hari untuk mengikuti

perkembangan klien dalam bekerja sama mengatasi masalahnya.

B. Saran

1. Pelayanan lanjut usia diselenggarakan dalam bentuk pelayanan

kepererawatan secara komprehensif dengan melibatkan beberapa disiplin

ilmu meliputi bidang kesehatan, rehabilitasi dan sosial.

2. Peningkatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara terpadu

sesuai dengan media yang sehingga dapat mengoptimalkan lansia dalam

memenuhi kehiudpan sendiri secara mandiri sehingga siap

diresosialisasikan.