askep gangguan pola tidur
DESCRIPTION
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan pola tidurTRANSCRIPT
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Pola Tidur
Nama : I Made Hadiartadana
NIM : 1102105022
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2011
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia (Istirahat & Tidur)
1. Pengertian
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional dan
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas, melainkan juga berhenti sejenak.
Kondisi tersebut membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri
atau diam setelah melakukan kerja keras; suatu keadaan untuk melepaskan lelah;
bersantai un tuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal
yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton 1986). Tidur merupakan suatu
kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan
proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru,
perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, member waktu organ tubuh untuk istirahat
maupun untuk menjaga keseimbangan metabolism dan biokimiawi tubuh (Mass,
2002). Dengan perkataan lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri
yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih
kepada suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki cirri, yaitu adanya aktivitas
yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya perubahan proses
fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap rangsiangan dari luar.
Tabel. Kebutuhan Dasar Manusia
Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
2. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme
serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat
tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh system pengaktivasi
retikularis. System tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat,
termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti
norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan
serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu
bulbar synchronizing regional (BSR).sedangkan saat bangun bergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan system limbic. Dengan
demikian, system batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
- Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
- Dilatasi pembuluh darah perifer
- Kadang-kadanng terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
- Relaksasi otot-otot rangka
- Basal matabolsme rate menurun 10-30%
3. Jenis-jenis dan Tahapan Tidur
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. pertama, jenis tidur yang disebabkan
oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis tidur
tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat
lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur yang
disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun
kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan
jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).
a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam,
atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Cirri-ciri tidur nyenyak adalah
menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Cirri lainnya
adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun,
frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan
metabolism menurun.
Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan
memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap
tersebut yaitu; kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang berfrekuensi
tinggi dan bervoltase rendah; istirahat tenang yang dapat diperlihatkan pada
gelombang alfa; tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis
beta atau delta yang bervoltase rendah; dan tidur nyenyak gelombang lambat
dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 perdetik.
Tahapan tidur jenis NREM:
a. Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan cirri sebagai
berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun,
serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
b. Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan cirri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung
dan frekuensi napas menurun, temperature tubuh menurun, metabolism
menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
c. Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan cirri denyut nadi, frekuensi napas,
dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adnya dominasi
system parasimpatis sehingga sulit dibangunkan.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan cirri kecepatan jantung dan
pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.
b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang
terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul 80-
100 menit. Namun apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka awal tidur sangat
cepat dan bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
Biasanya disertai denngan mimpi aktif
Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibis kuat
proyeksi spinal atas system pengaktivasi retikularis.
Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolism
meningkat
Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan
menunjukkan gejala-gejal sebagai berikut:
Cenderung hiperaktif
Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
Nafsu makan bertambah
Bingung dan curiga
Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:
Bangun (Pratidur)
NREM I Tidur REM
NREM II NREM II
NREM III NREM III
NREM IV
Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 1997)
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa factor. Kualitas tersebut dapat
menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini factor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain;
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur denna
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengna baik sehingga tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti
penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur
untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya
kesulitan tidur atau bahakan tidk bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan
pada system pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang
tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat
proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang tidak aman dan nyaman bagi
seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi
proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran
karena ancaman pada system nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito,
2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat
menyebabkan insomnia; antidepresan yang dapat menekan REM; kafein yang
dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur;
golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi
protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat
proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam
amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
sehingga dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
5. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu
mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu inisial insomnia. Intermiten insomnia, dan terminal insomnia.
Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan individu unutk jatuh tidur atau
memulai tidur. Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur
karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada
malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebakan adanya rasa
khawatir dan tekanan jiwa.
b. Hipersomia
Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur berlebuhan. Pada
umumnya, lebih dari Sembilan jam pada malam hari, yang disebabkan oleh
kemingkinan masalah psikologis, depresi, cemas, gangguan sususnan system saraf
pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolism.
c. Parasomia
Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan
pola tidur. Misalnya somnmbulisme yang banyak terjadi pada anak-anak yaitu
pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
d. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur. Enuresis
ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan enuresis diurnal. Enuresis nocturnal
merupakan mengompol pada waktu tidur. Umumnya, terjadi sebagai gangguan
tidur NREM. Enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur.
e. Somnambulisme
Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup
adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu,
menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit kemudian kembali tidur.
f. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tidak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada saat dimana serangan
tidur tersebut dating
.
g. Night terrors
Night terrors merupakan mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak-anak. Setelah
tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat, dan
ketakutan.
h. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi factor
yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran
napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
jika dilewati udara pernapasan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengkajian
(1) Identitas Pasien
Nama : By.B
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl. MRS :
Tgl. Pengkajian :
Dx Medis :
(2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub. dgn pasien :
(3) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : pusing, nyeri
Riwayat penyakit sekarang :
Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Riwayat kesehatan keluarga
(4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolic
c. Pola cairan dan metabolic
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola aktivitas dan latihan
f. Pola eliminasi
g. Pola persepsi dan kognitif
h. Pola reproduksi dan seksual
i. Pola persepsi dan konsep diri
j. Pola mekanisme koping
k. Pola nilai dan kepercayaan
(5) Pengkajian Fisik
- Keadaan umum pasien
- Kesadaran
- Pemeriksaan TTV
(6) Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan radiologic
Analisa (pengelompokan data)
DS :
Klien mengeluh nyeri
Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan selalu mengantuk
Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi beberapa jam kemudian
DO :
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
Klien tampak bingung
Klien sesak nafas
Frekuensi pernafasan klien >24 x/menit
Frekuensi nadi klien >100 x/menit
2. Diagnose Keperawatan yang Berkaitan dengan Gangguan Pola Tidur
Dari sekian penyakit yang berhhubungan dengan gangguan pola tidur, saya
mengangkat penyakit insomnia. Dimana insomnia dimungkinkan muncul dari pasien
yang menderita asma.
Diagnose yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yaitu:
- Insomnia yang berhubungan dengan factor lingkungan (bising) yang ditandai
dengan pasien menyatakan sulit tidur
3. Perencanaan
No Diagnose
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Insomnia yang
berhubungan
dengan factor
lingkungan
(bising) yang
ditandai dengan
pasien
menyatakan sulit
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama … x24 jam,
pasien dapat tidur
dengan rasa nyeri yang
berkurang dengan
criteria hasil:
Comfort Status:
NIC Label :
Enviromental
Management : Comfort
Pilih teman
sekamar yang
memiliki kesamaan
kepentingan
Teman sekamar
yang memiliki
kepentingan
terhadap
lingkungan yang
tidur Enviroment
Terciptanya
lingkungan
yang kondusif
untuk tidur
Terciptanya
lingkungan
yang penuh
kenyamanan
lingkungan
Kurangi
pengunjung
Cegah interupsi-
interupsi yang
tidak perlu dan
izinkan dalam
beberapa periode
Kecilkan volume
dari bunyi
handphone atu
alarm
sama
memungkinkan
minimalisasi suara
bising pada kamar
Pengunjung yang
terlalu banyak bisa
menimbulkan
suara yang bising
Interupsi-interupsi
yang tidak perlu
mengurangi atau
mengganggu
waktu tidur pasien
Volume yang
kecil bisa
mengurangi
gangguan tidur
pada pasien
4. Evaluasi
S: pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan nyenyak
O: pasien tidak mengalami kesulitan dalam tidur
A: Insomnia yang berhubungan dengan factor lingkungan (bising) yang ditandai
dengan pasien menyatakan sulit tidur
P: intervensi dilanjutkan