askep bumil dengan anemia
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul
ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola,
penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner,
saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait
kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap
daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui
pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini
memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita
hamil dengan nilai hematologi normal. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah
untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan
curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi
ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya,
preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus
anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat,
anemia sel sabit dan talasemia.
B. TUJUAN
Tujuan umum :
Mengetahui pengaruh anemia pada masa kehamilan dan asuhankeperawatannya pada ibu
hamil dengan anemia.
1 | K e p . M a t e r n i t a s
Tujuan khusus :
a. Mengetahui pengertian anemia pada ibu hamil
b. Mengetahui penyebab dari anemia pada masa kehamilan
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia
2 | K e p . M a t e r n i t a s
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb
< 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifudin, 2002)
2. EPIDEMIOLOGI/INSIDEN KASUS
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia beresiko
membutuhkan transfusi darah.Sekitar 80% kasus anemia pada wanita hamil merupakan
anemia defisisiensi besi. Dan 20 % lainnya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai
anemia didapat, termasuk anemia asam folat, anemia sel sabit, dan talasemia. Badan
kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu
hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring
dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut.
3. ETIOLOGI
Menurut Mochtar( 1998) penyeban anemia pada umunya adalah :
a. Perdarahan
b. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
3 | K e p . M a t e r n i t a s
c. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
d. Kelainan darah
e. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
f. Malabsorpsi
Penyebab anemia pada kehamilan :
a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
e. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil
a. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun
b. Perdarahan akut
c. Pekerja berat
d. Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi
4. PATOFOISIOLOGI
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan
ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali
normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen
plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
5. KLASIFIKASI
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi besi (62,3%)
4 | K e p . M a t e r n i t a s
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan
besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan
makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlapau
banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi
bertambah dalam kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besi
tidak bertambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih – lebih
pada kehamilan kembar.
b. Anemia megaloblastik( 29,0%)3
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat
( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin B12( cynocobalamin).
c. Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang kurang
mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan.
Darah tepi menunjukan gambara normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri – ciri
defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia hipoplastik karena
kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh
sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat – obatan.
d. Anemiahemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila
hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa
kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita
anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yakni :
(1) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis,
eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel sabit,
hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.
(2) Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada infeksi
( malaria, sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid,
kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada defisiensi
G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin,
limfasarkoma, penyakit hati, dll. ( Ilmu Kebidanan, 451-457)
5 | K e p . M a t e r n i t a s
6. GEJALA KLINIS
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang – kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun( anoreksia), konsentrasi hilang,
nafas pendek,( pada anemia parah), dan keluhan mual muntah pada hamil muda, palpitasi.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus.
Auskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
a. Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
b. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
9. PENATALAKSANAAN
a. Therapy pengobatan
1) Therapy oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagianbesar
tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet
besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya
cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk
menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang
lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan
dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan
6 | K e p . M a t e r n i t a s
ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan
nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada
wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita
normal.Pengobatan yang lain:
Asam folik 15 – 30 mg per hari
Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
2) Therapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan penyerapan
oenyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Therapy parenteral
ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi
(imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)
b. Pencegahan
1) Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
2) Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan zat
besi.
3) Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi dan
penyakit cacingan.
4) Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat menghambat
penyerapan zat besi.
10. KOMPLIKASI
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.
a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus,
missed abortus dan kelainan kongenital.
b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin
7 | K e p . M a t e r n i t a s
sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder,
janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena
ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio
placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan
involusio uteri.
8 | K e p . M a t e r n i t a s
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
b. Sirkulasi
Riwayat kehilangan darah kronis,
Palpitasi.
CRT lebih dari dua detik
c. Integritas Ego
Cemas, gelisah, ketakutan
d. Eliminasi
Konstipasi.
Sering kencing.
e. Makanan / cairan
Nafsu makan menurun
Mual/ muntah
f. Nyeri / kenyamanan
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
g. Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifita
h. Seksual
Dapat terjadi pendarahan pervagina
Pendarahan akut.sebelumnya
Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya.
9 | K e p . M a t e r n i t a s
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
b. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan/ke sel
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen
d. Risiko cedera terhadap janin
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
Berat badan klien dalam batas normal.
Klien tidak mengalami mual-muntah
Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
Intervensi
Mandiri
1. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan mutrisi dulu/sekarang dengan menggunakan
batasan 24 ja. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit.
R: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan
sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan.
2. Dapatkan riwayat kesehatan; catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun, lebih dari 35
tahun).
R: remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia, dan klien lansia mungkin cenderung
obesitas/diabetes gestasional.
3. Pastikan tingkat penegetahuan tentang kebutuhan diet.
10 | K e p . M a t e r n i t a s
R: menentukan kebutuhan belajar khusus. Pada periode pranatal, laju basal metabolik
meningkatkan (khususnya pada kehamilan lanjut) karena peningkatan aktivitas tiroid
yang berhubungan dengan pertumbuhan fetus dan jaringan pada ibu, menjadi
potensial risiko terhadap klien dengan nutrisi buruk. Penambahan 800 mg zat besi
diperlukan selama kehamilan untuk perkembangan jaringan ibu/janin dan kondisi
janin di dalam rahim. Selama trismester ketiga, kebutuhan terhadap zat besi minimal,
dan diet seimbang dengan peningkatan kebutuhan kalori biasanya adekuat.
4. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen
vitamin/zat besi setiap hari.
R: materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan
kemungkinan klien memilih diet seimbang.
5. Evaluasi motivasi/sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan
balik tentang informasi yang telah diberikan.
R: bila klien telah termotivasi untuk emmperbaiki diet, evaluasi lebih lanjut atau
intervensi lain mungkin dapat diindikasikan.
6. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang tabu
selama kehamilan.
R: dapat menunjukkan motivasi untuk mengikuti anjuran pemberi layanan kesehatan.
Sebagai contoh beberapa budaya menolak zat besi, meyakini bahwa ini mengeraskan
tulang ibu dan emmbuat sulit melahirkan.
7. Perhatikan adanya pika/ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat
motivasi untuk memakannya.
R: memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin didasarkan pada
kebutuhan psikologis,fenomena budaya, respon terhadap lapar, dan/atau respon tubuh
terhadap kebutuhan nutrisi. (misalnya mengunyah es dapat menandakan anemia).
Catatan: mencerna kanji untuk pakaian dapat menimbulkan anemia defisiensi; dan
mencerna lempung/tanah liat dapat mengakibatkan gangguan fekal/BAB.
8. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravid biasanya. Berikan
informasi tentang penambahan pranatal yang optimum.
R: ketidak adekuatan penambahan berat badan pranatal dan/atau di bawah berat
badan normal masa kehamilan, meningkatkan risiko reetardasi pertumbuhan
11 | K e p . M a t e r n i t a s
intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir rendah. Penelitian
menemukan adanya hubungan positif antara kegemukan ibu pregravid dan
peningkatan angka morbiditas perinatal berkenaan dengan kelahiran preterm.
9. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.
R: mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negatif pada status nutrisi
pranatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
10. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).
R: mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa
oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau kadar Ht kurang atau
sama dengan 37 % dipertimbangkan anemia pada trimester pertama.
11. Ukur pembesaran uterus.
R: malnutrisi ibu berefek negatif terhadap pertumbuhan janin dan memperberat
penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran
perkembangan janin dan kemungkinan lebih lanjut.
Kolaborasi
1. Buat rujukan yang perlu sesuai indikasi (misalnya, pada ahli diet, pelayanan sosial)
R: mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi; dapat membatasi
anggaran keuangan.
2. Rujuk pada program makanan wanita, bayi, anak-anak dengan tepat.
R: yayasan penyelenggara program makanan suplemen membantu meningkatkan
secara optimal nutrisi ibu/janin.
b. Dx 2 : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan/ke sel
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam,perfusi ke jaringan/ke
sel efektif dengan kriteria hasil :
Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
Tidak terdapat kebiruan pada kulit
CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)
12 | K e p . M a t e r n i t a s
Intervensi :
Mandiri
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.
R: kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien.
R: keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari 2 dapat
menandakan anemia.
3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi, atau takikardi. Catat perubahan pada
aktivitas janin (hipoaktif atau hiperaktif).
R: mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon pada
penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap
deficit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
4. Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus.
R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin
tidak efektif ddalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
5. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri
R: menghilangkan tekanan vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta
atau janin dan pertukaran oksigen.
Kolaborasi
1. Berikan suplemen oksigen pada klien
R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.sehingga kapasitas
oksigen yang dibawa janjin meningkat.
2. Lakukan/ ulang NST sesuai indikasi
R: mengevaluasi secara elektronik respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat
dalam menentukan kesejahteraan janin (tes reaktif) versus hipoksia (nonreaktif).
3. Ganti kehilangan darah/ cairan ibu.
13 | K e p . M a t e r n i t a s
R: mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. Bila
penyimpanan oksigen menetap, janin kehabisan tenaga untuk melakukan mekanisme
koping, dan kemungkinan SSP rusak / janin meninggal.
c. Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien
dapat beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil :
Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit; TD 90/60-140/90
mmHg)
Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah
Intervensi :
Mandiri
1. Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral
kiri/miring, dan penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan
meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.
2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau
penurunan stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif).
R. aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami intoleransi
aktivitas karena kurang latihan akan menyebabkan otot menjadi atrofi.
4. Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat, tanda vital, dan
pengkajian.
R : Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interupsi
untuk tindakan berikutnya
5. Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur.
R : Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.
14 | K e p . M a t e r n i t a s
6. Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan radio, dan menonton
televisi, atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga.
R : Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktivitas.
d. Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x….diharapkan risiko cedera
pada janin dapat tertanggulangi, dengan kriteria hasil :
Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)
Hasil USG tidak menunjukan tanda – tanda abnormalitas.
Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan
Intervensi
Mandiri
1. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi/oksigenasi ibu mempunyai
dampak yang sama pada kadar oksigen janin/plasenta. Janin yang tidak mendapatkan
cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat
yang menimbulkan kondisi asidosis.
2. Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin
R: secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan tanda yang
sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai terjadi cedera pada janin
akibat kekurangan nutrisi.
3. Kaji terhadap mual/muntah berlebihan.
R: Memajankan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan dapat
memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.
4. Bantu dalam screening dan kelainan genetik.
R: Kelainan seperti anemia sel sabit mengharuskan tindakan yang khusus untuk
mencegah efek negatif dalam pada pertumbuhan janin.
5. Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan genetik
R: Retardasi pertunbuhan intrauterus/pascanatal, malformasi dan retardasi mental
dapat terjadi.
15 | K e p . M a t e r n i t a s
6. Pantau DJJ selama krisis sel sabit
R: Asidosis /hipoksia ibu, khusus pada trimester ketiga dapat mengakibatkan
kelainan SSP janin. Krisis berulang mempredisposisikan klien dan janin pada
peningkatan mortalitas dan laju morbiditas.
7. Lakukan pemeriksaan leofold untuk mengetahui keadaan janin terutama mengukur
tinggi fundus.
R: tinggi fundus sesuai usia kehamilan merupakan satu tanda bahwa pertumbuhan
janin dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan.
Kolaborasi
1. Berikan suplemen oksigen sesuai kebutuhan
R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, khususnya pada adanya
anemia berat atau bila sirkulasi maternal menurun
2. Ultrasonografi
R: Penyakit anemia dapat mengakibatkan IUGRnya menurun
e. Dx 5 ; Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai
anemia
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat.
Kriteria hasil :
Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia
Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan
Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi anemia
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.
16 | K e p . M a t e r n i t a s
R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap
informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar. Penyerapan informasi
ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap untuk belajar.
2. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-mengajar.
R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas yang
nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar.
3. Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang.
R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan/atau tindakan.
4. Anjurkan periode istirahat reguler 2 sampai 3 kali sehari pada posisi miring kiri
setelah pulang. Bila tirah baring dilanjutkan, anjurkan klien menggunakan sebagian
waktu dalam sehari di tempat tidur.
R : Tingkatkan relaksasi dan kurangi kelelahan. Bila klien bangun dan bergerak,
istirahat di kamar tidur dapat memaksimalkan istirahat. Namun, klien yang
sepenuhnya tirah baring dapat merasa terisolasi dan bosan tanpa ”perubahan
pandangan”.
5. Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak nutrisi untuk kebutuhan ibu dan
janin.
R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin
terutama zat besi, asam folat, vit. B 12, dll. Dan berikan informasi kepada pasien
tentang dampak obat-obatan terutama SF yang dapat menyebabkan mual dan muntah
oleh karena itu ajarkan cara memakan obat dengan benar misalnya mengkonsumsi
buah-buahan yang mengandung vitamin C untuk membantu mempercepat reabsorpsi
obat dan menganjurkan pasien untuk tidak meminum kopi atau teh selama meminum
obat karena akan memperlambat reabsorpsi obat.
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan oleh perawat, hasil yang diharapkan
terhadap klien adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah
b. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan kelembapan)
17 | K e p . M a t e r n i t a s
c. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan lelah
d. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai kehamilan
e. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti tindakan dan
prosedur perawatan.
18 | K e p . M a t e r n i t a s
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi.
Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala
anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise,
lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
B. SARAN
Saran yang dapat kelompok kami berikan dalam makalah ini adalah agar setiap ibu hamil
dapat mengetahui gejala-gejala anemia selama kehamilan. Jangan lupa untuk memeriksakan
kehamilan secara rutin sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Serta memakan makanan yang
dibutuhkan tubuh selama dalam proses kehamilan. Dan saran yang bisa kami berikan kepada
para perawat lain adalah agar kita harus mengetahui tanda dan gejala ibu hamil dengan
anemia. Apabila kita nanti menemukan ibu hamil dengan anemia, kita dapat memberikan
penkes untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi pada ibu tersebut dan janinnya.
19 | K e p . M a t e r n i t a s