askep bu nurul hivaids

18
ASUHAN KEPERAWATAN HIV PADA BAYI Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah : Sistem Imun Dan Hematologi Dosen pengampu : Nurul Hidayati L, S.Kep, Ns Disusun oleh : 1. Alifah 2. Huda Hanifa 3. Siti Anisah 4. Lie Dwi Radifani 5. Vina Rosma Annida 6. M. Waghfirlana Ully A 7. M. Edi Wibowo 8. Zulfatul Mahmudah PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEKALONGAN

Upload: hollow-shinigami-thesecondgenerationofeandrey

Post on 20-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

andri ke 3

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATANHIV PADA BAYI

Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah : Sistem Imun Dan HematologiDosen pengampu : Nurul Hidayati L, S.Kep, Ns

Disusun oleh :1. Alifah2. Huda Hanifa3. Siti Anisah4. Lie Dwi Radifani5. Vina Rosma Annida6. M. Waghfirlana Ully A7. M. Edi Wibowo8. Zulfatul Mahmudah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS PEKALONGAN

BAB IKONSEP DASAR

A. Definisi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDs) adalah suatu penyakit yang disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh.

B. Etiologi Penyebab penyakit AIDs adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.

HIV teridentifikasi ada dalam kolostrum dan ASI, menyebabkan infeksi kronis pada bayi dan anak.

Infeksi yang ditularkan ibu ini akan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah terkena infeksi berulang, seperti infeksi saluran cerna, infeksi jamur, infeksi tuberkulosis,dsb sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu.

C. Tanda dan GejalaGejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah:1. Gangguan tumbuh kembang2. Kandidiasis oral3. Diare kronis4. Hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien)

Anak dengan HIVsering datang berobat karena infeksi diare berulang, infeksi jamur di mulut, tuberkulosis dengan gizi kurang, atau bahkan sampai gizi buruk.

D. Penularan Tanpa intervensi yang baik, penularan HIV dari bayi kepada bayinya dapat melalui: Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)(5-10 %) Selama persalinan (intrapartum)(10-20 %) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (postpartum) Sebagian besar (90%), infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu, hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses tranfusi.

E. Faktor risiko Dari cara penularan tersebut di atas maka faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah:1. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual, 2. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,3. bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena, 4. bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang, 5. anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah seksual), dan 6. anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

F. Pathway

G. Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :1. Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.

2. Saat melahirkan Penggunaanantiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.3. Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI.Untuk mengurangi resiko penularan, ibu dengan HIV positif bisa memberikan susu formula pengganti ASI, kepada bayinya. Namun, pemberian susu formula harus sesuai dengan persyaratan AFASS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Acceptable = mudah diterima, Feasible = mudah dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable = berkelanjutan, dan Safe = aman penggunaannyaPada daerah tertentu di mana pemberian susu formula tidak memenuhi persyaratan AFASS, ibu HIV positif harus mendapatkan konseling jika memilih untuk memberikan ASI eksklusif.H. Penatalaksanaan Asuhan ibu : ikuti panduan Center for Disease Control (CDC) untuk profilaksis antiretrovirus gestasionalAsuhan bayi : dengan pemberian obat-obat ARV, maka daya tahan tubuh anak dapat meningkat dan mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya.

I. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan assay antibodi dapat mendeteksi antibodi terhadap HIV. Tetapi karena antibodi anti HIV maternal ditransfer secara pasif selama kehamilan dan dapat dideteksi hingga usia anak 18 bulan, maka adanya hasil antibodi yang positif pada anak kurang dari 18 bulan tidak serta merta menjadikan seorang anak pasti terinfeksi HIV. Karenanya diperlukan uji laboratorik yang mampu mendeteksi virus atau komponennya seperti: assay untuk mendeteksi DNA HIV dari plasma assay untuk mendeteksi RNA HIV dari plasma assay untuk mendeteksi antigen p24 Immune Complex Dissociated (ICD).

Teknologi uji virologi masih dianggap mahal dan kompleks untuk negara berkembang. Real time PCR(RT-PCR) mampu mendeteksi RNA dan DNA HIV, dan saat ini sudah dipasarkan dengan harga yang jauh lebih murah dari sebelumnya. Assay ICD p24 yang sudah dikembangkan hingga generasi keempat masih dapat dipergunakan secara terbatas. Evaluasi dan pemantauan kualitas uji laboratorium harus terus dilakukan untuk kepastian program. Selain sampel darah lengkap (whole blood) yang sulit diambil pada bayi kecil, saat ini juga telah dikembangkan di negara tertentu penggunaan dried blood spots (DBS) pada kertas saring tertentu untuk uji DNA maupun RNA HIV. Tetapi uji ini belum dipergunakan secara luas, masih terbatas pada penelitian.Meskipun uji deteksi antibodi tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif HIV pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan, antibodi HIV dapat digunakan untuk mengeksklusi infeksi HIV, paling dini pada usia 9 sampai 12 bulan pada bayi yang tidak mendapat ASI atau yang sudah dihentikan pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum dilakukannya uji antibodi. Dasarnya adalah antibodi maternal akan sudah menghilang dari tubuh anak pada usia 12 bulan.Pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan uji antibodi termasuk uji cepat (rapid test) dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV sama seperti orang dewasa.Pemeriksaan laboratorium lain bersifat melengkapi informasi dan membantu dalam penentuan stadium serta pemilihan obat ARV. Pada pemeriksaan darah tepi dapat dijumpai anemia, leukositopenia, limfopenia, dan trombositopenia. Hal ini dapat disebabkan oleh efek langsung HIV pada sel asal, adanya pembentukan autoantibodi terhadap sel asal, atau akibat infeksi oportunistik.Jumlah limfosit CD4 menurun dan CD8 meningkat sehingga rasio CD4/CD8 menurun. Fungsi sel T menurun, dapat dilihat dari menurunnya respons proliferatif sel T terhadap antigen atau mitogen. Secara in vivo, menurunnya fungsi sel T ini dapat pula dilihat dari adanya anergi kulit terhadap antigen yang menimbulkan hipersensitivitas tipe lambat. Kadar imunoglobulin meningkat secara poliklonal. Tetapi meskipun terdapat hipergamaglobulinemia, respons antibodi spesifik terhadap antigen baru, seperti respons terhadap vaksinasi difteri, tetanus, atau hepatitis B menurun.

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor resiko yang potensial, termasuk praktek seksual, dan penggunaan obat bius (IV). Status fisik dan psikologi klien harus dinilai. Fokus pengkajian meliputi status nutrisi, kulit dan membran mukosa, status respiratorius, status cairan dan elektrolit, dan tingkat pengetahuan, interaksi sosial.II. Diagnosa Keperawatan1. Risiko Infeksi b.d peningkatan kerentanan sekunder akibat perlemahan sistem imun2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan pencernaan3. Kelelahan b.d defisiensi nutrisi4. Isolasi Sosial b.d penyakit

III. Rencana Keperawatan1. Risiko Infeksi b.d peningkatan kerentanan sekunder akibat perlemahan sistem imun.Tujuan: Ibu klien dapat mengetahui risiko infeksi, Dapat memonitor faktor risiko yang ada di sekitar, menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi, klien memiliki sistem imun yang adekuat.

IntervensiRasional

Berikan informasi risiko infeksi apa saja yang dapat muncul. Ajarkan lifestyle yang sehat. Instruksikan untuk menjaga hygiene, baik bagi untuk ibu maupun bayi. Agar ibu klien mengetahui resiko infeksi yang muncul dan dapat mencegahnya sebelum terjadi. Untuk mencegah dan mengurangi penularan infeksi. Untuk melindungi tubuh ibu dan bayi terhadap infeksi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan pencernaan.Tujuan : nutrisi tubuh tercukupi sesuai dengan kebutuhan

IntervensiRasional

Anjurkan agar asupan protein dan vitamin C klien ditingkatkan. Berikan informasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi. Monitor pemberian ASI atau susu formula. Untuk meningkatkan system imun bayi. Dengan adekuatnya nutrisi, dapat mencegah, atau mengurangi terjangkitnya infeksi. Asi merupakan salah satu media penularan HIV dari ibu ke bayi.

3. . Kelelahan b.d defisiensi nutrisiTujuan : klien mampu meminimalisir kelelahan, menjaga daya tahan tubuh, mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan bantuan ibu.

IntervensiRasional

Kaji faktor yang menyebabkan kelelahan Kurangi ketidaknyamanan fisik Tingkatan tirah baring Monitor pola dan jumlah tidur Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian untuk makanan yang ideal bagi klien

Agar mengetahui intervensi yang akan diterapkan Pasien bisa istirahat dengan optima. Mengurangi aktivitas Memudahkan perawat dalam mengetahui sejauh mana tingkat ketidaknyamanan Dengan nutrisi yang adekuat, pasien akan mendapat energi yang cukup untuk melakukan aktivitas Agar klien nafsu makannya meningkat dan bisa membantu beraktifitas

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC

Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E (2001) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC

Rampengan & Laurentz (1997) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta : EGC

Robbins, dkk (1998) Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Jakarta : EGC

RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR (2000), Instalasi Rawat Inap Anak, Surabaya.

Syahlan, JH (1997) AIDS dan Penanggulangan. Jakarta : Studio Driya Media

Wartono, JH (1999) AIDS Dikenal Untuk Dihindari. Jakarta : Lembaga Pengembangan Informasi Indonesia