askep asma atau rad reactive air-way disease
DESCRIPTION
fTRANSCRIPT
1
1. KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFENISI
Asma atau RAD ( Reactive Air-Way Disease ) adalah gangguan inflamasi kronik
jalan nafas yang melibatkan berbagai sel infalamasi. Dasar penyakit ini adalah
hiperaktifitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan
( mengi dan gerak ). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversibel, namun dapat
menjadi kurang reversibel bahkan relatif non reversible tergantung berat dan lamanya
penyakit. Asma bronkhial adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respons
dari trakhea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimulus yang ditandai dengan
penyempitan bronchus atau bronhiolus dan sekresi yang berlebihan dari kelenjar –
kelenjar dimukosa bronchus.
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti,
namun berbagai penelitian telah menujukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi
dan respon saluran nafas yang berlebihan.
Ada 2 factor yang mempengaruhi terjadinya asma, yaitu :
1. Factor Ekstrisik
asma timbul karena reaksi hipersensivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang
bereaksi terhadap antigen yang terdapat diudara ( antigen – Inhalasi ) seperti debu rumah,
serbuk-sebuk dan bulu binatang.
2. Faktor Intrinsik
Infeksi ( faktor predisposisi)
- Virus yang menyebabkan adalah para influensa virus, respiratori sinsitial virus
- Bakteri miasalnmya : pertusis dan streptococus
- Jamur misalnya : aspengilus
Cuaca ( faktor presipitasi )
Perubahan tekanan udara, suhu, udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan
percepatan.
Iritan bahan (faktor presipitasi ) : kimia, minyak, asap rokok, polutan udarah.
Emosiomnal (faktor presipitasi ) : takut, cemas, dan tegang
Aktivitas yang berlebihan misalnya ( faktor presipitasi ): berlari
2
PENJELASAN PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difusi reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari berikut ini :
- Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas
- Pembengkakan membran yang melapisi bronki
- Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. IgE yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.
Antibody IgE berikatan dengan alergen dan menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat
degranulasi tersebut, histamine dilepaskan. Histamine menyebabkan konstraksi otot polos
bronkhiolus.apabila respon histaminenya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan mengakibatkan
permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang
interstisium paru.
Selain itu, pemajangan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibody menyebabkan pelepasan produk mast ( mediator ) misalnya : histamine,
bradikinin, prostaglandin serta anafilaksis dari subtansi yang bereaksi lambat ( SRS-A ).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar. Jalan
nafas menyebabkan broncospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan
mucus yang sangat banyak.
Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen-antibody
menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi tadi.
Mediator kimia tadi adalah :
1. Histamine adalah kontraksi otot polos, Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi
pembuluh vena,sehingga terjadi edema.Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa
broncus, bronchiolus, mikosa hidung dan mata.
2. Bradikinin adalah kontraksi otot polos broncus,meningkatnya premeabilitas
pembuluh darah,vasodepressor ( penurunan tekanan darah ).
3 . Prostaglandin adalah Bronkonstriksi (terutama prostaglandin F )
3
Pada asma nonalergik, ketika lubang saraf pada jalan nafas dirangsang oleh
faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin
yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asitilkolin secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi merangsang pembentukan mediator kimia. Individu dengan asma
mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
4
PATOFISIOLOGI
Factor Intrinsik Faktor Ekstrinsik ↓ ↓ Infeksi oleh kuman Alergen ↓ Menginfeksi saluran nafas
Respon imun yang buruk terhadap lingkungan ↓
Merangsang produksi antibody IgE ↓ Ikatan Ag-Ab ↓ Merangsang parasimpatis/otonom system nafas: refleks axon neuropeptida ↓ Pengaktifan sel mast sebagai respon imun ( makrofag,eosinofil,limfosit ) ↓ Pengaktifan mediator kimiawi ( bradikinin,histamine.prostaglandin )
Edema broncus Sekresi mucus ↑ Broncospasme Inflamasi ↓ Hiperenponsive jalan nafas ↓ Hipersekresi mucus dalam ← penyempitan jalan nafas → Mukosa saluran nafas Rongga jalan nafas ↓ menebal ↓ Kompensasi tubuh untuk ↓ Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2 yang Penyempitan lumen Batuk bersputum cukup ke jaringan menurun ↓ ↓ ↓ Pemasukan O2 inadekuat kontraksi otot-otot pernafasan Pe↑ produksi sputum ↓ ↓ Metabolisme tubuh meningkat Jalan nafas tidak efektif ↓ Pengeluaran energi berlebihan ↓ Serangan proksisimal Cadangan energi kurang ↓ ↓ Merangsang system Metabolisme ke jaringan terhambat Saraf simpatis ↓ ↓ Kelemahan dan kelelahan otot Mengaktifkan RAS dalam mengaktifkan kerja organ tubuh Dispnea,wheezing,batuk,sputum Perubahan status Merangsang vomiting center Kesehatan klien ↓ ↓ ↓ Rapid Eye Movement Mual/muntah Proses hospitalisasi ( REM ) menurun ↓ ↓ ↓ Anoreksia kurangnya informasi Susah tidur ↓ dan pengetahuan klien Asupan makanan berkurang dan keluarga tentang Penyakitnya ↓ Koping inefektif ↓ Stressor psikologis ↓ Bagi klien dan keluarga
5
PENYIMPANGAN KDM ASMA BRONHKHIAL Factor Intrinsik Faktor Ekstrinsik ↓ ↓ Infeksi oleh kuman Alergen ↓ Menginfeksi saluran nafas
↓
Respon imun yang buruk terhadap lingkungan ↓
Merangsang produksi antibody IgE ↓ Ikatan Ag-Ab ↓ Merangsang parasimpatis/otonom system nafas: refleks axon neuropeptida ↓ Pengaktifan sel mast sebagai respon imun ( makrofag,eosinofil,limfosit ) ↓ Pengaktifan mediator kimiawi ( bradikinin,histamine.prostaglandin )
Edema broncus Sekresi mucus ↑ Broncospasme Inflamasi ↓ Hiperenponsive jalan nafas ↓ Hipersekresi mucus dalam ← penyempitan jalan nafas → Mukosa saluran nafas Rongga jalan nafas ↓ menebal ↓ Kompensasi tubuh untuk ↓ Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2 yang Penyempitan lumen Batuk bersputum cukup ke jaringan menurun ↓ ↓ ↓ Pemasukan O2 inadekuat kontraksi otot-otot pernafasan Pe↑ produksi sputum ↓ ↓ ↓ Metabolisme tubuh meningkat Jalan nafas tidak efektif Pola nafas tidak efektif ↓ ↓ Pengeluaran energi berlebihan Bersihkan jalan nafas ↓ inefektif Serangan proksisimal Cadangan energi kurang ↓ ↓ Merangsang system Metabolisme ke jaringan terhambat Saraf simpatis ↓ ↓ Kelemahan dan kelelahan otott ↓ Mengaktifkan RAS Intoleransi aktivitas dalam mengaktifkan kerja organ tubuh Dispnea,wheezing,batuk,sputum Perubahan status Merangsang vomiting center Kesehatan klien ↓ ↓ ↓ Rapid Eye Movement Mual/muntah Proses hospitalisasi ( REM ) menurun ↓ ↓ ↓ Anoreksia kurangnya informasi Susah tidur ↓ dan pengetahuan klien Asupan makanan berkurang dan keluarga tentang Perubahan pola istirahat ↓ Penyakitnya tidur gangguan nutrisi kurang ↓ dari kebutuhan Koping inefektif ↓ Stressor psikologis ↓ Bagi klien dan keluarga
6
D. Manifestasi Klinik Gejala-gejala umum
1. batuk suatu refleks protektif yang timbul akibat iritasi percabangan
trakeobronikal yang disebabkan oleh rangsangan mekanik, kimia, peradangan,
misalnya: inhalasi debu, asap, dan benda-benda asing kecil.
2. Dispnea penyempitan saluran nafas akibat meningkatnya resistensi non elastis
bronkhial.
3. Wheezing / Mengi pernafasan yang sulit dengan suara khas, yang menyertai
bronkhospasme pada penyakit asma. Suara ini timbul karena penyempitan atau
penyumbatan tenggorok, faring, trakea, atau bronkus, pada saat ekspirasi.
Serangan Asma
1. Seringkali terjadi pada malam hari
2. Mulai serangan mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
3. Kemudian pernafasan lambat, lobarius, mengi
4. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
5. Obstruksi jalan nafas membuat sensasi dispnea
6. Batuk sulit dan kering pada awalnya; diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan
sputum yang berbeda dari lendir encer
7. Total serangan dapat berlangsung selama 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat menghilangkan secara spontan.
Tanda-tanda lanjut:
1. Sianosis sekunder akibat hipoksia berat
2. Gejala-gejala retensi karbon monoksida (misalnya berkeringat, takikardia, dan
desakan nadi melebar)
7
Tanda lain:
1. Diaphoresis (perspirasi atau pengeluaran peluh, khususnya yang berlebihan)
2. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan
3. Kecemasan, labil dan penurunan tingkat kesadaran
4. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
Stadium Asma Bronkhiale
1. Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk proksisimal, karena iritasi dan
batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang
merangsang batuk.
2. Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan
berbusa. Pada stadium ini anak-anak akan mulai merasa sesak nafas berusaha
bernafas lebih dalam. Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak
otot nafas tambahan turut bekerja. Terdapat retraksi supra sternal, epigastrium dan
mungkin juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan membungkuk , tangan
menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat, sianosis
sekitar mulut, toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta bergerak lambat
pada pernafasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernafasan
abnominal, retraksi supra sternal dan interkostal.
3. Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit sehingga
suara nafas hampir tidak terdengar.
Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan juga batuk
seperti ditekan. Pernafasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi nafas yang
mendadak meninggi.
8
E. Penatalaksanaan Medik
1. Pencegahan terhadap pemanjangan alergi
2. Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
3. Terapi cairan potensial
4. Terapi pengobatan sesuai program
- Beta – agonist untuk mengurangi bronkospasme, mendilatasi otot polos
bronchial
• Albuterol (Proventil, ventolin) => 1-2 inhalasi, D:PO = 2-4 mg, t.i.d atau
q.i.d ; maks 8 mg, q.i.d
• Tarbulatin => 1-2 inhalasi. D:PO = 2,5-5 mg, t.i.d. D:SK:0,25-0,5 mg
• Epinefrin => D:SK:0,1-0,5 mg at/ml dr lar 1:1000. A:SK:0,01 mg at/ml dr
lar 1:1000. inhal:1-2 semprotan dari 1:1000
• Metaprotenol => 1-2 inhalasi D:PO:20 mg. t.i.d.q.i.d.
- Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin mempunyai efek bronkodilatasi.
- Antikolinergik, seperti atropine metilnitrat atau atrovent mempunyai efek
bronchodilator yang sangat baik.
- Kortikosteroid diberikan secara IV (hidrokortison), secara oral (mednison),
inhalasi (deksametason)
F. Prognosa
Prognosis sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pengobatan yang diberikan
kepada klien.
9
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Riwayat Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur,
dispnea.
Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa obat.
b. Integritas Ego
Gejala : perubahan pola hidup
Tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang
c. Makanan / cairan
Gejala : tidak selera makan, berat badan menurun
d. Hygiene
Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
e. Pernafasan
Gejala : sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk.
Tanda ; ekspirasi yang memanjang, penggunaan obat otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas mengi, gelisah.
f. Keamanan
Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan.
Tanda : kemerahan, berkeringat
g. Interaksi sosial
Gejala : ketergantungan hubungan \ kurang sistem pendukung.
Tanda : keterbatasan mobilitas fisik.
B. Diagnosa test
a. Sediaan hapus darah tepi dan pemeriksaan sputum.
b. Uji prick tes/ tes tusuk
c. Sinar X dada
d. Uji fungsi paru
e. Tes tantangan metakolin atau histamine
10
f. Analisa gas darah : PaCO2 > 40 mmHg
PaO2 > 70 mmHg
C. Masalah / Diagnosa Keperawatan
a. Peta nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas.
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : derajat spasme bronkus dengan jalan nafas dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal : tidak
ada bunyi nafas mengi.
Kaji frekuensi nafas
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama adanya stress/proses
infeksi akut.
Berikan pada klien posisi yang nyaman
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi.
Pertahanan posisi udara minimum. Misalnya : debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu
Rasional : merupakan faktor pencetus alergi, pernafasan dan dapat
memperberat sesak.
Dorong atau bantu latihan nafas abnomen atau bibir
Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Penatalaksanaan pemberian O2
Rasional : dapat memperbaiki/mencegah terjadinya hipoksia.
Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi
• Bronchodilator
Rasional : merileksikan otot pernafasan dan menurunkan kongesti local,
menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi
mukosa.
11
• Metilxantin
Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan
peningkatan langsung siklus amp. Dapat juga menurunkan
kelemahan otot / kegagalan pernafasan dengan meningkatkan
kontraktilitas diafragma.
b. Bersihkan Jalan Nafas Inefektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus
Intruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk :
• Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin.
• Gunakan nafas diafragmatik.
• Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian dengan perlahan hembuskan
sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus
turun).
• Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut
atau tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek.
• Demonstrasikan pernafasan pushed-up.
Rasional : batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, dapat
menimbulkan frustasi.
• Duduk tegak akan menggeser organ abdominal menjauhi paru,
memungkinkan ekspansi lebih besar.
• Pernafasan diafragma menurun, frekuensi pernafasan meningkatkan ventilasi
alveolar.
• Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan pengeluaran sekret.
• Pernafasan pushed-up memanjangkan ekshalasi untuk melakukan penurunan
udara yang terperangkap.
Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viksositas sekret
• Pertahanan hidrasi adekuan; meningkatkan masukan cairan 24 liter/hari. Bila
tidak dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac output viskositas sekresi.
• Pertahanan kelambapan adekuat udara inspirasi.
• Hindari lingkungan yang mengandung simulasi.
12
Rasional : sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sembatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan
Rasional : pangkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
Dorong dan berikan perawatan mulut
Rasional : hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau
mulut.
Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan
c. Perubahan Pola Istirahat Tidur Berhubungan dengan Sesak nafas dan Batuk
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur
Hindari mengganggu bila mungkin, misal : membangunkan untuk obat atau terapi
Rasional : tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien
mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
Penatalaksanaan pemberian sedatif sesuai indikasi
Rasional : mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama
periode transisi dari rumah ke lingkungan baru. Hindari penggunaan
kebiasaan, karena obat ini menurunkan waktu tidur REM.
d. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Anoreksia
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan dan
evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : pasien distress akut sering anoreksia karena dispnea, produksi
sputum dan obat. Selain itu, banyak pasien dengan asma mempunyai
13
kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat
status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan
aktivitas.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tissue.
Rasional : rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
nafsu makan dan membuat mual dan muntah dengan peningkatan
kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan porsi
kecil tapi sering.
Rasional : membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Timbang berat badan sesuai indikasi jika memungkinkan
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan berat badan
dapat berlanjut meskipun masukan adekuat sesuai teratasi edema.
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
Rasional : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan
meningkatkan masukan.
e. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelamahan dan Kelelahan Otot
Atur posisi yang nyaman bagi klien
Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang
digunakan untuk penyembuhan.
Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital.
14
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut sesuai
indikasi. Dorong penggunaan manajement stress dan pengalihan yang berat.
Rasional : menurunkan stress dan rangsang berlebihan, meningkatkan istirahat.
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
f. Ansietas Berhubungan dengan Kurang Informasi dan Pengetahuan Klien dan Keluarga Tentang Penyakitnya
Kaji perasaan klien dam keluarga , beri sikap empati dan dengarkan keluhan
klien.
Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluarga sehingga dapat bekerja
sama dalam proses perawatan.
Berikan informasi/penjelasan pada klien dan keluarga mengenai kondisi, rencana
perawatan dan diagnosis pasien secara akurat dan memperingatkan kondisi dan
situasi.
Rasional : pemberian informasi yang jelas sehingga menghindari kesalahan
persepsi.
Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa yang didasarkan adalah
kebutuhan dari individu dan kelancaran proses perawatan.
Diskusikan tentang tindakan keperawatan dan medis serta penggunaan obat-obat
yang diberi.
Rasional : penting untuk perkembangan pemulihan atau pencegahan terhadap
komplikasi.
15
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ASMA BRONCHIAIE
No. RM
Tanggal : 07 / 11 / 05
Tempat : IRD RSU Labuang
Baji
I. DATA UMUM 1. Identitas Klien
• Nama : Tn. AR
• Tempat / Tanggal Lahir : Makassar / 31 Desember 1945
• Agama : Islam
• Pendidikan : tidak tamat SD
• Status perkawinan : menikah
• Pekerjaan : wiraswasta
• Umur : 60 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki
• Alamat : Jl. Tinumbu
• Sumber info : Istri klien
2. Identitas Penanggung Jawab
• Nama : Ny. R
• Pendidikan : tidak tamat SD
• Hubungan dgn klien : istri
• Alamat : Jl. Tinumbu
• Umur : 50 tahun
• Pekerjaan : IRT
16
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI 1. Keluhan utama : sesak nafas
2. Riwayat penyakit klien
Klien masuk rumah sakit pada hari senin, 07 November 2005 dengan keluhan
sesak nafas disertai penurunan kesadaran. Sesak nafas dialami + 6 jam sebelum
masuk rumah sakit (pukul 05.00). 2 hari yang lalu klien mengalami sesak nafas
dan berobat di PKM Ujung Pandang Baru. Setelah diberi tindakan dan sesak
berkurang, atas permintaan keluarga klien dibawa pulang. Keluhan sesak nafas
sudah dialami sejak 5 tahun yang lalu dan bila timbul keluhan klien selalu datang
berobat di dokter praktek (Dr. Hardjono). Sesak nafas dirasakan bila usai bekerja
berat atau pada cuaca dingin, dan akan berkurang bila klien minum obat yang
biasa diberikan oleh dokter (obat 3 macam) dan berbaring dengan kepala
ditinggikan.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU 1. Penyakit yang pernah dialami
• Keluarga klien/istri tidak mengetahui, penyakit apa yang pernah dialami klien
sejak kecil. Klien menderita/ ada riwayat rematik.
• Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
• Klien tidak pernah dioperasi.
• Klien punya riwayat asma bronchial dan setiap klien sesak nafas, klien
berobat ke dokter praktek.
• Klien sering mengkonsumsi obat 3 macam : Prednisone, Dexametason, CTM.
2. Kecelakaan : tidak pernah
3. Imunisasi : -
4. Alergi : -
17
Tn. AR Ny. R
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Orang tuan klien sudah meninggal karena lansia, kakak 1, 2, 3, 4 meninggal karena
lansia, kakak kedua meninggal saat masih kecil tanpa diketahui penyebabnya, tidak
ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga. Kedua anak klien pernah menderita
diare, demam, penyakit pernafasan/flu saat kecil genogram.
↑
Keterangan
= laki-laki
= perempuan
= meninggal = klien Tn. AR
------ = tinggal se-rumah
V. RIWAYAT PSIKO – SOSIO – SPIRITUAL 1. Pola kopling : keluarga klien dapat menerima keadaan penyakit klien sebagai
suatu yang biasa terjadi di hari tua.
2. Harapan keluarga klien : penyakit klien dapat segera sembuh dan tidak kambuh
lagi.
3. Faktor stressor : keluarga klien mengatakan klien sering marah-marah bila
anaknya sering keluar malam tanpa izin dengan orang tua.
18
4. Konsep diri : keluarga klien dan klien kadang merasa minder bila tetangga atau
keluarganya menjaga jarak dengan klien bila berbicara.
5. Hubungan dengan anggota keluarga : baik dan harmonis
6. Hubungan dengan masyarakat : klien sering ikut kegiatan di masyarakat.
7. Kegiatan keagamaan : klien rajin sholat dan puasa
8. Bahasa yang sering digunakan : bahasa Makassar
VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Makan
Klien dan keluarga makan 3 x sehari dengan komposisi; nasi, sayur, lauk. Pada
pagi hari klien sarapan dengan teh/kopi dan kue, klien tidak memiliki makanan
pantangan, nafsu makan sejak 1 minggu terakhir agak berkurang.
2. Minum
Klien minum + 8 gelas sehari, klien suka minum kopi sejak mengalami sesak
nafas kebiasaan minum kopi dikurangi dan sekarang klien lebih banyak minum
air putih dan teh pada pagi hari.
3. Pola tidur
Klien tidak pernah/jarang tidur siang karena harus bekerja. Klien tidur malam
sekitar pukul 22.00-05.00. klien dapat tidur dengan tenang, tapi bila timbul sesak
klien susah tidur.
4. Eliminasi BAK
Klien BAK lancer dengan frekuensi 5-6 x sehari (1000-1500 cc), tidak ada
kelainan miksi, 3 hari yang lalu klien susah BAK, hari Sabtu PKM Ujung
Pandang Baru telah dipasangi kateter dan terpasang sampai sekarang.
5. Eliminasi BAB
Klien BAB 1 kali dalam 2 hari. Konsentrasi lunak, tidak ada kelainan.
6. Aktivitas sehari-hari
- Klien bekerja sebagai penjual barang campuran di depan rumahnya sampai
pukul 21.00.
- Klien jarang berolahraga
.
19
7. Personal Hygiene
- Klien mandi 2 x sehari, yaitu pagi dan sore hari, kuku klien pendek tapi kotor
8. Kebiasaan merokok
Klien merokok sejak remaja, sejak 2 tahun yang lalu dibatasi hanya 2 batang
sehari.
VII. PEMERIKSAAN FISIK Hari : Senin, 07 November 2005
1. Keadaan umum : kelemahan diakibatkan oleh sesak nafas
• Vital sign : tensi tak terdengar, nadi tak terasa, S = 39oC, P = 36 kali/menit.
• Tingkat kesadaran : GCS 5 E1 M3 V1
• Ciri-ciri tubuh : kurus, warna kulit hitam
2. Head to toe
• Kulit/integument
Sudah mulai keriput, tidak ada lesi, sianosis (+), edema tungkai (+), keringat
banyak.
• Kepala
Simetris tegak lurus dengan garis tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih,
rambut mulai beruban, bentuk ikal.
• Mata
Ikterus (-), pupil isokor, refleks cahaya (+), konjungtiva pucat.
• Telinga
Bentuk simetris kiri kanan, pendengaran tidak dapat diperiksa, tidak ada nyeri,
serumen sedikit.
• Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, disertai vena jugularis (-), meringis
saat kepala dimiringkan ke kanan, kiri.
• Dada
Bentuk simetris, klavikula menonjol, tulang iga menonjol, terdapat pergerakan
dinding dada saat bernafas.
20
• Abdomen
Bentuk simetris, ikut gerak nafas, tidak ada pembesaran hepar, limpa.
• Genetalia
Terpasang kateter tetap.
• Ekstremitas
Akral dingin, pucat, basah/berkeringat banyak, kapillary refill + 4-5 detik
udema (-).
3. Pengkajian data fokus
• Sistem Pernafasan
Sesak nafas, frekuensi nafas 36 kali/menit, susah untuk bernafas, retraksi
supra stema dan intertorial, bunyi nafas mengi.
• Sistem Kardiovaskuler
TD tidak terdengar, nadi tidak teraba, kapillari refill + 4-5 detik, pucat,
berkeringat banyak.
• Sistem Gastrointestinal
Klien belum makan dan minum selama di Rumah Sakit, mual (-), muntah (-),
bibir kering.
• Sistem Genitourinaria
Terpasang kateter, warna urine kuning, tidak dijumpai partikel darah, volume
500 cc.
• Sistem Muskoloskeletal
Kelemahan, tidak dapat melawan tahanan, edema (-).
• Sistem Neurologi
GCS 5 : E1 M3 V1 , kuku kuduk
4. Pemeriksaan Diagnostik –
5. Penatalaksanaan –
21
III. KASUS
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
- Klg klien mengatakan klien kesulitan
bernafas sehingga kehilangan
kesadaran.
- Klg klien mengatakan susah tidur
apabila sesak nafasnya timbul.
- Klg klien mengatakan kurang nafsu
makan.
- Klg klien mengatakan klien jarang
berolahraga.
TD = tak terdengar
N = tak teraba
S = 39oC
P = 36 kali/menit
- Kelemahan diakibatkan oleh sesak nafas
- Kesadaran menurun GCS=5 E=1 M=3
V=1
- Klien nampak kurus, pucat, dingin dan
berkeringat banyak.
- Klavikula dan iga menonjol pada saat
pernafasan dada.
22
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : - Klg. klien mengatakan
klien kesulitan ber-
nafas sehingga kehi-
langan kesadaran.
Do : - Klavikula dan iga
klien menonjol pada
saat bernafas.
- Bibir klien nampak
kering dan berwara
hitam.
- P = 36 kali/menit
- N = tidak teraba
- TD = tidak terukur
- S = 39 °C
Faktor ekstrinsik
Alergen
Respon imun yang buruk terhadap
lingkungan
Bronkospasme
Hiperesponsive jalan nafas
Penyempitan jalan nafas
Pemasukan O2 inadekuat
Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif
2. Ds : - Klg klien mengatakan
klien kurang nafsu
makan
Do : - Klien nampak kurus
Penyempitan jalan nafas
Serangan proksimal
Dispnea
Anoreksia
Asupan makan berkurang
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
23
No Data Etiologi Masalah
3. Ds : - Klg klien mengatakan
klien susah tidur
apabila sesak nafasnya
timbul.
Do : - Kelemahan yang
disebabkan oleh sesak
nafas.
Penyempitan jalan nafas
Serangan proksimal
Merangsang sistem saraf simpatis
Mengaktifkan RAS
Rapid eye movement (REM) menurun
Susah tidur
Perubahan pola istirahat tidur
Perubahan pola istirahat
tidur
INTERPRETASI DATA
1. Gangguan pola nafas
2. Gangguan kebutuhan nutrisi
3. Gangguan aktivitas istirahat tidur
PERUMUSAN DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola nafas s/d penyempitan jalan nafas d/d
DS : keluarga .klien mengatankan klien kesulitan bernafas
DO : P = 36x/mnt
N : tidak teraba
TD : tidak teratur
S = 39 º C
Klavicula dan iga klien menonjol pada saat bernafas
Bibir klien nampak kering dan hitam
24
2. Perubahan kebutuhan nutrisi s/d kehilangan nafsu makan d/d
DS : Keluarga klien mengatakan klien kurang nafsu makan
DO : Klien nampak kurus
3. Gangguan aktivitas tidur s/d sesak nafas d/d
DS : Keluarga klien mengatakan klien susah tidur apabila sesak nafasnya timbul
DO : Kelemahan yang disebabkan oleh sesak nafas.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatam
Rencana
Tujuan / KH
Tindakan
Intervensi
keperawatan
Rasional
1. Gangguan pola
nafas s/d
penyempitan jalan
nafas d/d
DS: - Klg. klien
mengatakan
klien kesulitan
bernafas
DO: - P : 36x/mnt
- klavicula
dan iga klien
menonjol pada
saaat bernafas
- Bibir klien
nampak kering
Kebutuhan pola
nafas terpenuhi
dengan KH:
- Klien
memperlihatkan
kemampuan
bernafas secara
normal dalam
waktu 3 hari
- Klien
memperlihatkan
kembali normalnya
tanda-tanda vital
dalam waktu 3
hari.
-Tgl 7-11-2005
Pantau frekuensi
nafas klien setiap
hari.
TTD
Ns.SAMBRI, S.Kep
-Tgl 7-11-2005
Berikan posisi yang
nyaman pada klien
setiap hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
Tgl 7-11-2005
Penatalaksanaan
Takipnea biasanya ada
pada beberapa derjat
dan dapat ditemukan
pada penerimaan atau
selama adanya
stress/proses infeksi
akut
Peninggian kepala
tempat tidur
mempermudah fungsi
pernafasan dengan
menggunakan gravitasi
- Dapat
memperbaiki/mencegah
25
dan hitam
- N : tidak
teraba
- TD : tidak
terukur
- S : 39
°C
2. Perubahan pola
nutrisi s/d
kehilangan nafsu
makan d/d
DS : - Klg. klien
mengatakan klien
kurang nafsu
makan.
DO: - klien
nampak kurus.
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan
KH :
-Klien
memperlihatkan
peningkatan nafsu
makan dalam
waktu 5 hari.
-klien
memperlihatkan
peningkatan berat
badan sekitar ½ kg
dalam waktu 2
minggu
pemberian O2 pada
klien selama 3 hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
-Tgl 7-11-2005
Kolaborasi
pemberian
bronchodilator pada
klien selama 3 hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep.
-Tgl 10-11-2005
Pantau kebiasaan
Diet, masukan
makanan saat ini,
catat derajad
kesulitan makan dan
evaluasi BB dan
ukuran tubuh klien
setiap hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
-Tgl 7-11-2007
Pemasangan infus
pada klien saat
masuk rumah sakit
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep.
terjadinya hipoksia.
- Merilekskan otot
pernafasan dan
menurunkan kongesti
lokal,menurunkan
spasme jalan
nafas,mengi, dan
produksi mukosa.
- Pasien distrees akut
sering anoreksia karena
dispnea, produk sputum
dan obat.
- untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan
elektrolit.
26
3. Gangguan
aktivitas tidur s/d
sesak nafas d/d
DS : - Kel. Klien
mengatakan klien
susah tidur
apabila sesak
nafas timbul
DO : - Kelemahan
yang disebabkan
olerh sesak nafas.
Kebutuhan pola
aktivitas tidur
terpenuhi dengan
KH :
- Klien
mengatakan dapat
tidur dengan
teratur 6-8 jam/hari
dalam waktu 5
hari.
- Klien
mengatakan sudah
tidak lemah lagi
dalam waktu 3 hari
-Tgl 10-11-2005
Atur posisi yang
nyaman bagi klien
setiap hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
-Tgl 7-11-2005
Evaluasi respon
pasien terhadap
aktivitas, catat
laporan dispnea,
peningkatan
kelemahan,kelelehan
dan perubahan
tanda-tanda vital
klien setip hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
-Tgl 10-11-2005
Jelaskan pentingnya
istirahat dalam
rencana pengobatan
dan perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat pada klien
dalam waktu 1 hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
- Meningkatkan
istirahat dan
ketenangan,
menyediakan energi
yang digunakan untuk
penyembuhan.
- Menetapkan
kemampuan/kebutuhan
pasien dan
memudahkan pilihan
intervensi
- Pembatasan aktivitas
tentukan dengan respon
individual pasien
tehadap aktivitas dan
perbaikan kegagalan
pernafasan.
27
Dx Keperawatan Implementasi Tindakan Kep’an Evaluasi
- Gangguan pola nafas - Tgl. 7 November 2005 jam 05.00
Pemasangan alat bantu pernafasan
Pemberian posisi nyaman
Kaji frekuensi nafas
- Tgl. 7 November 2005 jam 07.00
Kolaborasi dengan pemberian
bronchodilator
Ds : Klg klien mengatakan klien
kesulitas bernafas.
Do : S = 39 º C
P = 36 kali/menit
N = tidak teraba
TD = tidak terukur
- klavikula dan iga klien
menonjol pada saat
bernafas.
- Bibir klien nampak kering
dan berwara hitam.
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Pantau frekuensi nafas klien
- Berikan posisi yang nyaman pada
klien
- Penatalaksanaan pemberian O2
pada klien
- Kolaborasi pemberian
broncodilator pada klien
- Perubahn pola nutrisi - Tgl 7 November 2005 jam 07.00
Pemasangan infus
- Tgl. 9 November 2005 jam 08.00
Pemasangan NGT
- Tgl. 10 November 2005 jam 07.00
Kaji kebiasaan diet
Ds : Klg klien mengatakan klien
kurang nafsu makan
Do : Klien nampak kurus
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Pantau kebiasaan diet klien
- Pemberian infus pada klien
28
- Gangguan pola tidur - Tgl. 10 November 2005 jam 10.00
Atur posisi yang nyaman klien setiap tidur
- Tgl. 10 November 2005 jam 10.00
Adakan penyuluhan
Ds : Klg klien mengatakan klien
susah tidur.
Do : Kelemahan yang disebabkan
oleh sesak nafas.
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Atur posisi yang nyaman bagi
klien
- Evaluasi respon klien terhadap
aktivitas
- Penyuluhan kepada klien tentang
pentingnya istirahat
29
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth ” Keperawatan Medikal Bedah ” vol 1 edisi 8, EGC: Jakarta.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2001 Jilid II FKUI : Jakarta.
Doenges.E.Marilyn ” Rencana Asuhan Keperawatan ” edisi 3 EGC : Jakarta
Waller.f. Barbara ” Kamus Saku Perawat ” edisi 22 , 2005 EGC : Jakarta.
Patofisiologi edisi 4 jilid II 1995, EGC : Jakarta
30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA “ Tn.AR “ DENGAN
GANGGUAN SISTEM RESPIRATORIUS
ASMA BRONCHIALE
D I S U S U N
oleh : kelompok V 1. EMANUEL.B.GIUS 6. SITI HAJAR
2. FERDINANDUS.N 7. SUTRIANI ASWA
3. RINI HARIYANI 8. SULFAYANTI
4. PATRISIA B. LAHU 9. SUNARTIKA NAUS
5. S A M B R I 10.SKOLASTIKA.AGAS
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA
MAKASSAR 2007