askep asma

7
 II. Konsep Keperawatan Pengkajian Keperawata n Anamnesis Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien dengan asma. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopic. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya factor non-atopik. Tempat tinggal yang menggamb arkan kondisi tempat klien berada. Berdasarkan tempat alamat tersebu t, dapat diketahui pula factor yang memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Status  perkawinan dan gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan factor pencetus serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga dapat dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan allergen. Hal ini yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tangga l masuk rumah sakit !"S#, nomor rekam medis, asuransi kesehata n dan diagnosis medis.  $eluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, adanya keluhan sulit untuk bernafas. Riwayat Penyakit Saat Ini $lien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala la in seperti whee%ing,  pengugunaan otot bantu pernafasan, kelelahan,gangguan kesadaran, sianosis dan perubahan tekanan darah.  Serang an asma mendad ak secara klinis dapat dibag i menjad i tiga stadium . Stadi um  pertama ditandai dengan batul-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan  bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. $lien meras a sesak nafas , berusah untuk nafas da lam, ekspir asi memanj ang di ikut i buny i mengiwhee%ing#. $lien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karean aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama nafas meningkat karena asfiksia.  Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang bias diminum klien dan memeriksa kem&ali setiap jenis obat apakah masih rele&an untuk digunakan kembali. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit ya ng pernah di der ita pada masa-masa da hulu sep er ti adany a ineksi saluran  pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. "iwayat serangan asma, frekuensi, waktu dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringkan gejala asma. Riwayat Penyakit Keluarga Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pad anggota keluarga karena hipersensiti&itas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan. Pengkajian Psiko-Sosio-Kultural $ec emas an dan kop ing yan g tid ak efek tif seri ng did apa takan pad a kli en den gan asma  bronchial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme  peran dalam keluarga. 'angguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus  bagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalami ketidak harmonisan hubungan dengan orang lain, sampai menghalangi ketakutan tidak dapat menjalani peranan seperti semula.

Upload: himmanafistshoffiljihadi

Post on 04-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

II. Konsep KeperawatanPengkajian KeperawatanAnamnesisPengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien dengan asma. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopic. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya factor non-atopik. Tempat tinggal yang menggambarkan kondisi tempat klien berada. Berdasarkan tempat alamat tersebut, dapat diketahui pula factor yang memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan factor pencetus serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga dapat dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan allergen. Hal ini yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi kesehatan dan diagnosis medis. Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, adanya keluhan sulit untuk bernafas.Riwayat Penyakit Saat IniKlien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, pengugunaan otot bantu pernafasan, kelelahan,gangguan kesadaran, sianosis dan perubahan tekanan darah. Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batul-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas , berusah untuk nafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi(wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karean aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama nafas meningkat karena asfiksia. Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang bias diminum klien dan memeriksa kemvali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.

Riwayat Penyakit DahuluPenyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya ineksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringkan gejala asma.Riwayat Penyakit KeluargaPada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pad anggota keluarga karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan.Pengkajian Psiko-Sosio-KulturalKecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatakan pada klien dengan asma bronchial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalami ketidak harmonisan hubungan dengan orang lain, sampai menghalangi ketakutan tidak dapat menjalani peranan seperti semula.Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup SehatGejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya hidunya sesuai kondisi yang tidak akan menimbulkan serangan asma.Pola Hubungan dan PeranGejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupan secara normal. Klien perlu menyesuaikan diri kondisinya dengan hubungan dan peran klien, baik di lingkungan rumah tangga, masyarakat, ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang terjadi setealh klien mengalami serangan asma.Pola Persepsi dan konsep DiriPerlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapat menhambat respons kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri salah juga akan menjadi stressor dalm kehidupan klien. Semakin banyak stressor yang ada pada kehidupan klien dengan asma dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma berulang.

Pola Penanggulangan StressStress dan ketegangan emosional merupakan factor intrinsic pencetus serangan asma. Oleh karena itu perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh stress terhadap kehidupan klien serat cara penangulangan terhadap stressor.Pola Sensorik dan KognitifKelainan pada pola persepsi dan kognitif akan memengaruhi konsep diri klien dan akhirnya memengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga kemungkaian terjadi seranagn asma berulang pun akan semakin tinggi.Pola Tata Nilai dan KepercayaanKedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya didunia dipercaya dapat meningkatakan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan mendekati diri kepada Nya merupakan metode penanggulangan sters yang konstruktif.Pemeriksaan fisikKeadaan umumPerawat juga perlu mengkaji tentang kesadarn klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernafasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.B1 (Breathing)InspeksiPada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernafasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernafasan dan frekuensi pernafsan.PalpasiPada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.PerkusiPada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.AuskultasiTerdapat suara vesikuler yang meningkatkan disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi nafas tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.B2 (Blood)Perawat perlu memonotori dampak asma pada status kardiovaskuler meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,tekanan darah, dan CRT.B3(Brain)Pada saat inspeksi,tingkat kesadarn perlu dikaji. Di samping itu, diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis,somnolen, atau koma.B4(Bladder)Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonotor ada tidaknya oligouria, karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.B5(Bowel)Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pengkaji tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien dengan sesak nafas,sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi,hal ini karena terjadi dipnea saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.B6(Bone)Dikaji adanya edema ekstremitas,tremor dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,kelembapan,mengelupas atau bersisik, pendarahan, pruritus,eksim,dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan istirahat klien yang meliputi berapa lama(Muttaqin,2008)

Diagnosa KeperawatanDiagnosa 1:Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi, bronkhospasme ditandai dengan sekresi mucus yang kental, adanya wheezing,RR meningkat (lebih dari 22x/mnt), HR meningkat (lebih dari 100x/mnt), napas dangkal dan cepat, menggunakan otot bantu napas.Tujuan :Bersihan jalan napas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jamKriteria Hasil:Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektifTidak ada suara nafas tambahan dan wheezingPernapasan klien normal ( 16 -20 x /menit) tanpa adanya pengguanaan otot bantu napas.Frekuensi nadi 60-120 x /menit.Intervensi:Mandiri :1.)Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.2.)Kaji Warna, kekentalan dan jumlah sputumRasional : karekteristik sputum dapat menunjukkan barat ringannya obstruksi.3.)Atur posisi semifowlerRasional : posisi semi fowler meningkatkan ekspansi paru.4.)Ajarkan cara batuk efektif dan terkontrolRasional : batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran secret yang melekat dijalan napas.5.)Bantu klien latihan napas dalam.Rasional : ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.6.)Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikanRasional : Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan mengefektifkan pembersihan jalan nafas.7.)Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural dranase, perkusi,fibrasi dada.Rasional : fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan secret.Kolaborasi :1.)Kolaborasi pemberian obat bronkodilatorRasional : Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area broncus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.2.)Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen mukolitik dan ekspektoranRasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan jalan napas .3.)Kolaborasi dengan dokter pemberian obat kortikostiroid.Rasional : kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkus.Diagnosa 2Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy/kelelahan di tandai dengan sesak napas, takipnea, orthopnea, tarikan interkostal/penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas, napas pendek, napas pursed-lip.Tujuan:Pola nafas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan selama x 24Kriteri Hasil :pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu napas.Tidak terdapat suara nafas tambahan atau wheezing.Status tanda vital dalam batas normal.- nadi 60 - 100x /menit- RR 16-20 x/mntKlien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi pernapasan.

Intervensi:Mandiri :1.)Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.2.)Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha respirasi.Rasional : Memantau pola pernafasan harus dilakukan terutama pada klien dengan gangguan pernafasan .3.)Perhatikan pergerakan dada , amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu napas, serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal.Rasional : melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat mengetahui kelainan yang terjadi pada klien .4.)Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi napas tambahan.Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan adanya gangguan pada pernapasan.5.)Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.Rasional : Ansietas dapat memicu pola pernapasan seseorang.6.)Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasanRasional : Teknik distraksi dapat merileksasikan otot otot pernapasan.Kolaborasi :1)Kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator.Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.Diagnosa 3Pertukaran gas berhubungan dengan kelelahan otot respiratory ditandai dengan dispnea, peningkatanPCO2, peningkatan penggunaan otot bantu napasTujuan :Pertukaran gas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam.Kriteria Hasil :Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam pernapasan.Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napasFrekuensi nadi 60-120 x /menit.Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2 lebih dari 50 mm Hg dan PH 7,35-7,40 )Saturasi oksigen dalam darah lebih dari 90%

Intervensi:1.)Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasil GDA,intake dan output.Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien.2.)Tempatkan klien pada posisi semi fowlerRasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.3.)Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda-tanda toksisitas.Rasional : pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronchus seperti kondisi sebelumnya.4.)Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat dengan aktivitas.Rasional : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu.Kolaborasi:1.)Berikan terapi intravem sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)Rasional : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat dan tepat mengikuti keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obat darurat.2.)Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernafasan.Diagnosa 4:Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan, dispnea, sianosisTujuan :Dalam waktu x24 jam setelah diberikan intervensi klien dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan .Kriteria hasil :Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannyaPernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napasFrekuensi nadi 60-120 x /menit.Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang diajarkan

Intervensi:a.)Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan oksigenRasional : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .b.)Ajarkan progam relaksasiRasional : mempertahankan, memperbaiki pola nafas teratur .c.)Buat jadwal aktivitas harian ,tingkatkan secara bertahap.Rasional : mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasand.)Ajarkan teknik napas efektif.Rasional : meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi .e.)Pertahan kan terapi oksigen tambahan .Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah.f.)Kaji respon abnormal setelah aktivitas.Rasional : respon abnormal meliputi nadi , tekanan darah , dan pernafasan yang meningkat .g.)Beri waktu istirahat yang cukup.Rasional : meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan .Kolaborasi :a)Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk melakukan latihan /aktivitas harian sesuai jadwal.Rasional: latihan/aktivitas harian memungkinkan kemampuan otot bantu nafas(Doengoes,2000)