askep apendix.doc

37
BAB I TINJAUAN TEORITIS 1. Definisi Apendiccitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis. Jenis yang akut apendiks juga didefinisi kan sebagai peradangan yang terjadi di daerah apendiks yang terjadi secara mendadak. ( Buku Ajar Bedah, 1994 ) Macam-macam apendiccitis, antara lain : 1. Apendiccitis akut Suatu peradangan apendiks yang terjadi secara akut atau mendadak. 2. Apendiccitis infiltrat Suatu peradangan apendiks yang terjadi dimana usus omentum mengelompok sehingga membentuk ke suatu infiltrad apendiks. 3. Apendiksitis kronis Suatu peradangan apendiks yang telah sembuh tetapi menimbulkan sicatrik dan menimbulkan

Upload: febrian-romandika

Post on 07-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi

Apendiccitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis. Jenis

yang akut apendiks juga didefinisi kan sebagai peradangan yang terjadi

di daerah apendiks yang terjadi secara mendadak. ( Buku Ajar Bedah,

1994 )

Macam-macam apendiccitis, antara lain :

1. Apendiccitis akut

Suatu peradangan apendiks yang terjadi secara akut atau

mendadak.

2. Apendiccitis infiltrat

Suatu peradangan apendiks yang terjadi dimana usus omentum

mengelompok sehingga membentuk ke suatu infiltrad apendiks.

3. Apendiksitis kronis

Suatu peradangan apendiks yang telah sembuh tetapi menimbulkan

sicatrik dan menimbulkan nyeri atau kolik. ( Kapita Selekta

Kedokteran, 2000 )

2. Anatomi dan Fisiologi

Sebagaimana diketahui kolon mulai sebagai kantong yang mekar

dan padanya terdapat apendiks vermiformis atau umbai cacing. Apendiks

juga terdiri atas keempat lapisan yang sama dengan lambung, dinding

lapisan luar adalah membran serosa yaitu peritonium yang membalut

usus dengan erat.

Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapisan serabut – serabut

saja. Lapisan luar terdiri atas serabut longitudinal dan dibawah ini ada

lapisan tebal terdiri atas serabut sirkuler. Diantara kedua lapisan serabut

berotot ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe dan pleksus saraf.

( Buku Ajar Bedah, 1994 )

Dinding submukosa terdapat antara otot sirkuler, lapisan yang

merupakan perbatasannya. Dinding submukosa dan mukosa dipisahkan

oleh selapis otot diatas yang disebut mukosa muskularis. Dinding

mukosa dalam yang disebut valvulae koniventes yang memberi kesan

seperti anyaman halus. Lapisan submukosa pada apendiks berisi

sejumlah besar jaringan limfe. Yang dianggap menyerupai tonsil,

sebagian terletak dibawah sekum dan sebagian dibelakang sekum atau

disebut retro sekum. Dalam apendiksitis, apendiks meradang yang

umumnya menghendaki operasi apendiktomi. ( Anatomi dan Fisiologi

untuk Paramedis, 2000 )

3. Patofisiologi

Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen

apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur

karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. ( Kapita

Selekta Kedokteran, 2000 )

Obstruksi apendiks yang menyebabkan mucus yang diproduksi

mucosa terbendung, makin lama makin banyak dan menekan dinding

apendiks sehingga menekan aliran limfe yang menyebabkan dinding

apendiks odema. Hal ini merangsang tunika serosa dan perineum veseral.

Oleh karena itu persarafan apendiks sama dengan usus, maka rangsangan

itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umbilikus, mukus yang

terkumpul terinfeksi menjadi nanah, timbul aliran vena terganggu

meradang, meluas mengenai perineum setempat menimbulkan rasa sakit

diperut kanan bawah. ( Urologi untuk Praktek Umum, 1996 )

Aliran artei terganggu timbul alergen, dinding apendiks rapuh lalu

pecah timbul perforasi, bila omentum dan usus berdekatan dapat

mengelilingi apendiks atau daerah perforasi, akan ada masalah lokal yang

dapat berisi nanah (pus) bila sembuh terdapat gejala hilang timbul dan

kemudian hari akan menjadi apendiksitis kronis. ( ( Buku Ajar Bedah,

1994 )

4. Etiologi

Apendiccitis akut disebabkan oleh :

a. Adanya biji – bijian yang menimbulkan peradangan

b. Adanya tumor yang menyebabkan obstruksi

c. Adanya carsinoma dan carsinoid

d. Struktur akibat fibrosis karena peradangan sebelumnya. ( Kapita

Selekta Kedokteran, 2000 )

5. Komplikasi

a. Perforasi

b. Peritonitis

c. Abses apendiks

d. Pileflebitis (tromboplebilitis septik vena portal)

6. Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa apendiksitis dilakukan

apendiktomi selekas mungkin untuk mengurangi resiko perforasi.

Berikan antibiotik dan cairan infus sampai pembedahan dilakukan.

Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan

( Standar Perawatan Pasien, 1998 )

Pasca operasi :

Observasi tanda – tanda vital

Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar

Anjurkan pasien puasa

Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak

ditempat tidur

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identifikasi data

a. Identitas klien

Nama : Ny “Y”

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Sudah kawin

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Jl.Aligatmir 13 Ilir Palembang

Diagnos medis : Appendiccitis akut

No Med Reg : 06/04/62

Ruangan : Dahlia

Tanggal masuk RS : 10 April 2006Tanggal operasi :

15 April 2006

Tanggal pengkajian : 16 April 2006

Nama Identitas penanggung jawab: Tn

“T”

Umur : 40 Tahun

Jenis kelamin : Laki – laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMU

Agama : Islam

Hub dengan pasien : Suami

Alamat : Jl. Aligatmir 13 Ilir Palembang

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Klien datang ke dengan keluhan perut terasa sakit pada

daerah kanan bawah. Sakit yang dirasakan seperti ditusuk –

tusuk, klien tidak mampu berjalan dengan baik, sakit ini

dirasakan sejak lebih kurang tiga hari yang lalu.

b. Riwayat kesehatan sekarang

P : Klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi

appendiks.

Q : Nyeri dirasakan bertambah jika klien bergerak dan

berkurang jika klien dalam keadaan diam.

R : Klien merasakan nyeri pada daerah perut kanan bawah

post operasi.

S : Nyeri yang dirasakan klien berada pada tingkat sedang

dan datang secara intermiten.

T : Nyeri post operasi appendiks dirasakan setelah 1 hari

post operasi.

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang

sama dan penyakit kronis lainnya..

c. Riwayat kesehatan keluarga

Didalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit

seperti ini.

3. Aktivitas sehari – hari

Pola aktivitas Dirumah Dirumah sakit post

operasi 1. Pola nutrisi

Makan 3 x1 porsi, dengan

menu yang bervariasi

3 x ½ porsi makan

bubur saring sesuai

diit

Minum

Nafsu makan

7-8 gelas perhari

Klien dapat

3 – 6 gelas perhari

Klien menghabiskan

2. Pola Eliminasi

BAB

BAK

3.Istirahat

Tidur siang

Tidur malam

4. Personel

hygine

Mandi

Gosok gigi

5. Aktivitas

menghabiskan 1

porsi

1 x sehari, warna

kuning konsentrasi

lunak

3 – 4 x sehari warna

kuning jernih

Klien jarang tidur

siang karena klien

sering beraktivitas di

siang hari

6 – 8 jam / hari

(Jam 21.00-05.00)

2 x sehari mandi

sendiri dengan

menggunakan sabun

mandi, mencuci

rambut setiap kali

mandi

2 x sehari

Klien dapat

½ porsi

Selama di RS baru 1

x dan warnanya

kuning

2 – 3 x sehari warna

kuning jernih

1 – 2 jam sehari

(Jam 14.00-16.00)

5 – 6 jam / hari

(Jam 23.00-05.00)

2 x sehari dengan

menggunakan lap

basah dibantu oleh

keluarga atau

perawat

1 x sehari

Klien tampak

berbaring tidak dapat

bergerak bebas,

dalam bergerak klien

melakukan aktivitas

sehari – hari tanpa

bantuan dari orang

lain

dibantu oleh

keluarganya

6. Pemeriksaan fisik post operasi

a. Keadaan umum

Kesadaran : Compos Mentis

Temperatur : 370 C

Nadi : 86 x / menit

Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

Respirate rate : 24 x / menit

b. Keadaan khusus

Kepala

Bentuk : Bulat

Warna rambut : Hitam panjang

Kebersihan : Bersih tidak ada ketombe

Ekspresi wajah : Klien tampak meringis

Mata

Bentuk : Simetris

Penglihatan : Dapat melihat jelas tanpa menggunakan

alat bantu

Pupil : Isokor

Sklera : Tidak ada icterus

Konjungtiva : Tidak anemis

Telinga

Bentuk : Simetris

Pendengaran : Dapat mendengar dengan jelas

Cairan telinga : Bersih ,Tidak terdapat cairan serumen

Hidung

Bentuk : Mancung

Penciuman : Baik, dapat membedakan bau

Mulut

Gigi : Tidak ada karies

Bibir : Kering

Leher

Bentuk : Simetris tidak ada pembesaran

Gerakan : Dapat berotasi, fleksi dan ekstensi

Kulit

Turgor : Elastis

Warna kulit : Sawo matang

Peny kulit : Tidak ada

Kebersihan : Bersih Tidak terdapat penyakit kulit

Dada

Bentuk : Simetris

Frekuensi RR : 24 x / menit

Sesak nafas : Tidak ada

Abdomen

Bentuk : Simetris

Keadaan : Tegang

Nyeri : Pada luka operasi

Hati dan lien : Tidak teraba

Luka operasi : Masih basah

Sistem Saraf

Aktivitas motorik : Masih dapat melakukan aktivitas

motorik

Ekstermitas bawah : Baik

Sensorik : Masih dapat menerima rangsangan

dari luar

7. Psikososial spiritual

Psikologis

Klien dan keluarga merasa tenang tehadap penyakit yang

diderita klien, klien ditemani oleh ayah dan ibunya.

Sosial

Hubungan klien dengan ibu dan ayah serta kedua adiknya

baik dan juga dengan orang disekitarnya dan perawat di RS.

Spiritual

Klien beragama Islam selama dirawat klien tidak pernah

menjalankan ibadah.

8. Data penunjang

Laboratorium

Hb : 12 gr%

Leukosit : 6700/ml

Eosinopil : 1 %

Basofil : 0 %

Batang : 3%

Segmen : 76%

Limfosit : 25%

Monosit : 5%

9. Penatalaksanaan atau therapi

Infus : RL, D5 %,NaCl = 1 : 1 : 1 gtt 20 x / menit

Injeksi : Cefotaxim 2 x 1 gr

Sagestam 2 x 80 mg

Suppos :Pronalgest sup 3 x 1 / hari

10. Penatalaksanaan Keperawatan

Mengatur posisi klien di tempat tidur senyaman mungkin

post operasi.

Anjurkan klien melakukan tehnik distraksi dan relaksasi

post operasi.

Lakukan perawatan luka post operasi dengan tehnik

aseptik dan antiseptik.

Melihat apakah ada tanda – tanda infeksi ( rubor, tumor,

dolor, color, functie laesae ) pada daerah post operasi.

Monitor vital sign .

B. ANALISA DATA

No Data Kemungkinan

penyebab Masalah

1. Tanggal 16 April 2006

Data subjektif- Klien mengatakan nyeri

pada daerah post operasi

- Mengeluh bila digerakkan

Data obyektif- Ekspresi wajah klien

meringis- Klien gelisah- Luka operasi masih

basah

Post operasi apendiccitis

Luka operasi

Terputusnya jaringan

dan saraf

Ketegangan lapisan otot

Merangsang saraf sensorik

Medula spinalis

Gangguan rasa nyaman nyeri

2.

Tanda – tanda vital- Suhu : 37 0 C- Nadi : 86 x / menit- TD : 120 / 80 mmHg- RR : 24x / menit

Data Subyektif

- Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi bila digerakkan

Otak

Nyeri

Adanya luka operasi

Nyeri

Takut menggerakkanEkstrimitas bawah

Aktivitas terhambat

Gangguan aktivitas

3.

Data obyektif- Klien hanya berbaring

saja ditempat tidur, tidak bergerak, ke kiri, ke kanan dan duduk.

- Adanya luka operasi - Klien tampak meringis

bila bergerak- Klien dalam

beraktivitas sering dibantu keluarga

Tanggal 17 April 2006Data Subyektif - Klien mengatakan mual - Klien mengatakan tidak

ada nafsu makan

Nyeri luka operasi

Merangsang sistem pencernaan

Peningkatan asam

Gangguan pemenuhan nutrisi

4.

- Klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi berkurang

Data obyektif- Klien tidak pernah

menghabiskan makanannya

Data subyektif- Klien mengatakan nyeri

pada daerah post operasi berkurang

Data obyektif - Klien post operasi

apendiktomi- Adanya luka operasi

Temperatur : 36,40 CNadi : 84 x / mntTD : 120/80 mmHgRR : 20 x/menit

lambung

Mual

Anorexia

pemenuhan nutrisi terhambat

Post operasi apendiks

Luka operasi

Invasi kuman

Potensial terjadinya infeksi pada luka

operasi

Resti terjadinya infeksi

C. PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan rasa nyaman ; nyeri .

2. Gangguan pola aktivitas.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi.

4. Resti terjadinya infeksi.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan luka post

operasi.

2. Gangguna pola aktivitas berhubungan dengan luka post operasi.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anorexia

4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan invasi kuman.

Daftar Isi

BAB I TINJAUAN TEORITIS

……………………………………………….. 1

1. Defenisi

……………………………………………………………. 1

2. Anatomi dan Fisiologi

……………………………………………... 1

3. Patofisiologi

……………………………………………………….. 2

4. Etiologi

……………………………………………………………. 3

5. Komplikasi

………………………………………………………... 3

6. Penatalaksanaan

…………………………………………………… 3

BAB II TINJAUAN KASUS

…………………………………………………... 4

A. PENGKAJIAN

……………………………………………………. 4

1. Identifikasi data

……………………………………………….. 4

2. Riwayat kesehatan

…………………………………………….. 4

3. Aktivitas sehari – hari

…………………………………………. 5

4. Pemeriksaan fisik post operasi

………………………………… 7

5. Psikososial spiritual

…………………………………………… 9

6. Data penunjang

………………………………………………... 9

7. Penatalaksanaan atau therapy

…………………………………. 9

B. ANALISA DATA

………………………………………………… 10

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

…………………… 12

D. ASUHAN

KEPERAWATAN……………………………………. 13

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : LUSIANAH

NIM : 20323 AK

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny “Y” dengan

gangguan Sistem

Pencernaan : Post Apendiccitis di Ruangan Dahlia

Rumah Sakit Tk II DR. Ak Gani Palembang

Tingkat : III A

Pembimbing/CI

Penguji

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.”Y” DENGAN POST APPENDICCITIS AKUT DIRUANG DAHLIA

RUMAH SAKIT TK.II.DR.AK.GANIPALEMBANG

DISUSUN OLEH

NAMA : LUSIANAH NIM : 20323 AK TINGKAT : III.A

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SWJANGKATAN KE XII

TAHUN AJARAN 2005-2006

ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA MEDIS : APENDICCITIS AKUTNOMOR REG : 085002

Tanggal Diagnosa keperawatanPerencanaan

Implementasi EvaluasiTujuan Intervensi Rasionalisasi

1 2 3 4 5 6 702 Mei 2006 1. Gangguan rasa

nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi

Data subjektif :

Klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi

Data objektif :

Keadaan umum

Adanya luka operasi.

Wajah klien tampak meringis

Tujuan jangka panjang :

Rasa nyaman terpenuhi

Tujuan jangka pendek :Dalam waktu 2-6jam Nyeri berkurangKeadaan umum baik Ekspresi wajah tidak meringis lagi

Kaji skala nyeri

Atur posisi klien ditempat tidur (semifowler)

Dengan mengkaji skala nyeri diharapkan dapat mengetahui karakteristik tipe dan lokasi nyeri

Dengan mengatur posisi klien ditempat tidur yang senyaman mungkin diharapkan nyeri berkurang

Mengkaji skala nyeri klien dengan dapat mengetahui lokasi nyeri dan mengetahui tipe nyeri serta mengetahui tindakan yang akan dilakukan

Mengatur posisi klien pada posisi tidur klien senyaman mungkin

Tanggal 04 Mei 2006

S : Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang.O : Klien tampak

lemah A : Masalah dapat

teratasi sebagian

P : Therapi dilanjutkan

T/D : 120/80 mmHg

Anjurkan klien melakukan tehnik ditraksi

Dengan menganjurkan tehnik ditraksi dan

Menganjurkan klien tehnik ditraksi dan

Nama : Tn “U”Umur : 25 tahunRuangan : Cempaka

Temperatur : 370 C

Nadi : 86 x / mnt

RR : 24 x / mnt

2. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan luka post operasi.

Data subjektif :

Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi bila digerakkan

Tujuan jangka panjang :Aktivitas kembali normal

dan relaksasi

Kolaborasi dengan tim medis

Anjurkan pada klien untuk beraktivitas yang ringan

relaksasi diharapkan dapat mengurangi persepsi klien terhadap nyeri.

Dengan kolaborasi bersama team medis lainnya diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri dengan pemberian therapi

Dengan menganjurkan klien untuk beraktivitas yang ringan diharapkan tidak terjadi kekakuan sendi

relaksasi dapat berupa mengajak klien untuk melatih dan membaca serta mendengar musik

Melakukan kolaborasi dengan team medis dalam memberi obat analgesik yaitu pronalges suppos 3 x sehari

Menganjurkan pada klien untuk melakukan aktivitas ringan misalnya menggerakkan ekstrimitas atas dan bawah

Tanggal 04 Mei 2006

S : Klien dapat mengubah posisi sendiri, namun masih sedikit memerlukan bantuan keluarga

Data objektif :

Klien hanya berbaring saja ditempat tidur tidak bergerak ke kiri ke kanan dan bergerak

Adanya luka operasi

Klien takut menggerakkan daerah operasi

Klien dalam beraktivitas dibantu keluarga

Tujuan jangka pendek :Dalam waktu 1 x24jam Diharapkan klien dapat melakukan aktivitas ringan

Motivasi klien untuk melakukan aktivitas

Libatkan keluarga dalam membantu klien malakukan aktivitas atau bergerak

Dengan motivasi klien untuk melakukan aktivitas sendiri diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan

Dengan melibatkan anggota keluarga klien dalam membantu klien beraktivitas diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi nyeri yang di timbulkan

Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas sendiri seperti miring kekiri kekanan

Melibatkan keluarga dalam membantu klien beraktivitas atau bergerak misalnya membantu klien untuk duduk, makan, minum dan mandi

O : Klien tampak lemah

A : Masalah dapat teratasi sebagian

P : Therapi dilanjutkan

03 Mei 2006 3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anorexia

Data Subyektif

Klien mengatakan mual

Klien mengatakan tidak ada napsu makan

Klien mengatakan

Tujuan jangka panjang :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Tujuan jangka pendek :Dalam waktu 1x24 jamKlien mampu menghabiskan makanannya

Beri makanan yang hangat

Beri makanan sedikit tapi sering

Dengan memberikan makanan yang hangat diharapkan dapat mengurangi rasa mual dan merangsang pola nafsu makan klien Dengan memberikan makanan sedikit tapi sering

Memberi makanan yang hangat yaitu menyuruh klien makan pada saat makanan dihidangkan pada waktunya

Memberi makanan dengan frekuensi sedikit tapi sering dengan 3 x

Tanggal 04 Mei 2006 Klien dapat menghabiskan 1 porsi makananO : Klien tampak

baik A : Masalah

teratasi sebagian

P : Therapy dilanjutkan

nyeri pada daerah post operasi berkurang

Data Objektif

Klien tidak pernah menghabiskan makananya

Beri makanan yang bervariasi

diharapkan pasien mau menghabiskan makanannya

Dengan memberikan makanan yang bervariasi diharapkan nafsu makan meningkat

sehari nasi dan lauk pauk yang diselingi dengan snack misalnya : roti tawar

Memberikan makanan dengan frekuensi yang berbeda 3 x sehari sesuai diet

Kolaborasi dengan team gizi

Rawat luka operasi.

Dengan melakukan kolaborasi dengan team gizi diharapkan kebutuhan gizi klien terpenuhi.

Dengan merawat luka operasi diharapkan tidak terjadi infeksi atau menghambat perkembangan bibit penyakit.

Melakukan kolaborasi dengan team gizi dalam pemberian diit

Merawat luka operasi dengan tehnik aseptik dan anti septik dalam setiap tindakan yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah kerja dan tetap menjaga kesterilan alat – alat instrument.

4. Potensial tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan invasi kumanData subjektif :

Klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi berkurang

Data Objektif :

Klien Post operasi

apendiktami Adanya luka

operasi Tem : 36.5 0C Nadi : 84 x /mnt T/D : 120/80 RR : 20 x/mnt

Tujuan jangka panjang :Infeksi tidak terjadi

Tanggal 04 Mei 2006

S : Klien mulai dapat beraktivitas O : Luka operasi

klien mulai kering

A : Masalah dapat teratasi sebagian

P : Therapy dilanjutkan

Tujuan jangka pendek :Dalam waktu 2 x 24 jam

Luka operasi kering

Tanda – tanda infeksi tidak ada

Monitor tanda – tanda infeksi

Kolaborasi dengan medis dalam pemberian therapy.

Dengan monitor tanda – tanda infeksi diharapkan dapat mengetahui apakah terdapat infeksi pada luka post operasi

Dengan pemberian therapy diharapkan dapat mengurangi atau membunuh

Memonitor tanda – tanda infeksi apakah ada rubor, kalor, dolor, tumor dan funtci laesia.

Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai

Monitor tanda vital sign

kuman sehingga -luka bekas operasi cepat sembuh

Dengan memonitor tanda vital sign dapat mengetahui perkembangan klien lebih lanjut.

dengan petunjuk dokter yaitu pemberian cefotaxim 2 x 1 gram, sagestam 2 x 80 mg.

Memonitor vital sign tiap 8 jam sekali.Temperatur : 36,50

CNadi : 84 x / mntRR : 20 X / mntTD : 120 /70 mmHg