asalan dokumen

3
PENDAHULUAN Dalam memilih antibiotik untuk pasien anak, diperlukan pemahaman farmakologi klinis obat yang akan dipergunakan. Farmakologi klinis obat menjelaskan farmakodinamik obat yaitu interaksi antara penjamu dengan oba farmakokinetiknya mengenai pengetahuan bagaimana cara tubuh penjamu mengamankan pengaruh obat tersebut. Hal lain yang perlu diperhati dosis, cara pemberian dan indikasi pengobatan antibiotik: apakah sebagai pengobatan awal (pengobatan empiris), pengobatan definitif (berdasa biakan) atau untuk pencegahan (profilaksis). !im peneliti "ohn Hopkins melaporkan bahwa pemberian antibiotik prof pada pasien#pasien anak dalam waktu jam sebelum menjalani operasi, sang menurunkan risiko infeksi serius pasca operasi. $aknanya adalah, sedikit untuk pencegahan maka akan berdampak besar bagi pengobatan. % &nak#anak yang mendapat antibiotik di luarperiode 'emas' jam ini, cenderung mengalami infeksi serius pada lesi operasi sebesar # % ka tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan sederhana yang dapat mem bahwa anak mendapat profilaksis pada saat yang tepat, dapat mencegah komp serius dan mengurangi lama perawatan di rumah sakit. % $enurut perkiraan *nstitute for Healthcare *mpro+ement, ada hampir infeksi pasca bedah yang terjadi di &merika /erikat setiap tahunnya. !imbulnya infeksi pasca bedah meningkatkan risiko kematian hampir % kali lipat. mem lama perawatan sebesar % kali lipat, dan meningkatkan biaya sebe untuk setiap pasiennya. $eskipun antibiotika profilaksis preoperatif meru standar pada orang dewasa, tetapi panduan standar pemberian antibiotika i anak anak yang menjalani operasi belum ada. % Dengan mengkaji hampir operasi yang dilakukan pada anak#anak ya berusia lebih dari 2 tahun, para peneliti menemukan adanya 2 infeksi dib dalam tempat operasi. karena bentuk infeksi ini lebih serius dibanding in superfisal, maka keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi serius dan meme

Upload: meilisaeca

Post on 04-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berkas

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Dalam memilih antibiotik untuk pasien anak, diperlukan pemahaman farmakologi klinis obat yang akan dipergunakan. Farmakologi klinis obat menjelaskan farmakodinamik obat yaitu interaksi antara penjamu dengan obat, dan farmakokinetiknya mengenai pengetahuan bagaimana cara tubuh penjamu mengamankan pengaruh obat tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dosis, cara pemberian dan indikasi pengobatan antibiotik: apakah sebagai pengobatan awal (pengobatan empiris), pengobatan definitif (berdasarkan hasil biakan) atau untuk pencegahan (profilaksis).1 Tim peneliti John Hopkins melaporkan bahwa pemberian antibiotik profilaksis pada pasien-pasien anak dalam waktu 1 jam sebelum menjalani operasi, sangat menurunkan risiko infeksi serius pasca operasi. Maknanya adalah, sedikit waktu untuk pencegahan maka akan berdampak besar bagi pengobatan.2Anak-anak yang mendapat antibiotik di luar periode 'emas' 1 jam ini, cenderung mengalami infeksi serius pada lesi operasi sebesar 3 - 3 1/2 kali lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan sederhana yang dapat memastikan bahwa anak mendapat profilaksis pada saat yang tepat, dapat mencegah komplikasi serius dan mengurangi lama perawatan di rumah sakit.2Menurut perkiraan Institute for Healthcare Improvement, ada hampir 780.000 infeksi pasca bedah yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Timbulnya infeksi pasca bedah meningkatkan risiko kematian hampir 2 kali lipat. memperpajang lama perawatan sebesar 2 kali lipat, dan meningkatkan biaya sebesar $ 50.000 untuk setiap pasiennya. Meskipun antibiotika profilaksis preoperatif merupakan standar pada orang dewasa, tetapi panduan standar pemberian antibiotika ini pada anak anak yang menjalani operasi belum ada.2 Dengan mengkaji hampir 1000 operasi yang dilakukan pada anak-anak yang berusia lebih dari 6 tahun, para peneliti menemukan adanya 36 infeksi dibagian dalam tempat operasi. karena bentuk infeksi ini lebih serius dibanding infeksi kulit superfisal, maka keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi serius dan memerlukan pengobatan agresif seperti operasi tambahan dan pemberian antibiotika jangka panjang.2 Dari 36 kasus, sebanyak 28% mendapat pengobatan di luar periode 1 jam, yaitu lebih dari 1 jam sebelum operasi dan setelah operasi dimulai. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi risiko infeksi termasuk keadaan medik yang mendasarinya, dan riwayat operasi sebelumnya.2 Anak bukanlah orang dewasa kecil, karena mereka memiliki sifat yang dapat sangat berbeda. Semua keadaan itu menyebabkan penentuan dosis pada anak terjadi dengan perhitungan umur/12 atau berat badan anak/berat badan dewasa kali dosis dewasa. Perhitungan empirik tersebut sering tidak dapat diterapkan, karena anak bukan dewasa kecil. Mereka berbeda dalam banyak hal, seperti penyerapan usus, metabolisme obat, ekskresi obat, dan juga kepekaan reseptor dalam tubuh.3 Oleh karena itu, perhatian khusus perlu diberikan terhadap farmakokinetik pada kelompok umur ini. Perbedaan farmakokinetik anatara anak-anak dan pasien lain masih belum diteliti secara mendalam.4 Hal yang lebih memprihatinkan lagi ialah bahwa populasi anak memang merupakan golongan umur yang tidak mempunyai data tentang pemakaian antibiotik karena tidak / jarang dilakukan uji klinik seperti terhadap orang dewasa. Dosis obatnya-pun bukan hasil dose-ranging studies (studi penentuan dosis yang cukup kompleks). Walaupun tidak ada peraturan yang tidak membolehkan penelitian pada anak di seluruh dunia, perijinan obat pada anak jarang diberikan secara khusus oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, dan anehnya tidak diminta oleh FDA sebagai syarat perijinan pemasaran. Hal tersebut berlaku di seluruh dunia, seolah ada hambatan melakukan studi pada anak. Khusus di Jepang, perempuan juga tidak boleh (dilarang) dijadikan subyek percobaan uji klinik. Hal itu menyebabkan tidak adanya data tentang pemakaian obat pada kedua jenis manusia ini, padahal orang tua diminta datanya oleh FDA bila diperlukan, karena mereka bereaksi lain disbanding populasi muda.3