as vi 288_cinta rasulullah pd anak yatim

2
Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda air matanya membasahi mu -kanya yang suci dan putih bersih penuh kelembutan itu. Maka Rasulullah SAW pun lalu memeluknya, tanpa memedulikan bau dan ko- tornya pakaian anak itu, sambil mengusap-usap dan menciumi ubun-ubun kepa- lanya. Lalu sabda Rasul, ”Wahai anak kecil, maukah engkau sebut aku sebagai ayah, dan Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Ha- san dan Husein sebagai saudara laki-lakimu, Fati- mah sebagai saudara per- empuanmu?” Seketika raut wajah anak itu berubah ce- rah. Meski agak kaget, ia tampak sangat bahagia. ”Mengapa aku tidak mau, ya Rasulullah?” Hidup Berdampingan Rasulullah SAW pun lalu membawanya pulang. Disu -ruhnya anak itu mandi, lalu diberikannya pakaian yang bagus dengan minyak wa- ngi harum. Setelah itu, Ra- sulullah mengajaknya ma- Jakarta - “Barang siapa men- cintai dan menyantuni anak- anak yatim, kelak akan hidup berdampingan bersamaku di surga.” (Al-Hadis). Usai menunaikan salat Id dan bersalaman dengan para ja- maah, Rasulullah SAW sege- ra pulang. Di jalan pulang, di- lihatnya anak-anak sedang bermain di halaman rumah penduduk. Mereka tampak ri- ang gembira menyambut hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Pakaian mereka pun baru. Rasulullah SAW mengucap salam kepada me- reka, dan serentak mereka langsung mengerubuti Rasul SAW untuk bersalaman. Sementara itu, tak jauh dari sana, di pojok halaman yang tak terlampau luas, tampak seorang anak kecil duduk sen -dirian sambil menahan tangis. Matanya lebam oleh air mata, tangisnya sesenggukan. Ia mengenakan pakaian bekas yang sudah sangat kotor pe- nuh tambalan di sana-sini. Compang-camping. Melihat anak kecil yang tam- pak tak terurus itu, Rasulullah SAW segera bergegas meng- hampirinya. Dengan nada su- ara pelan penuh kebapakan, Rasulullah SAW bersabda, ”Hai anak kecil, mengapa eng -kau menangis, tidak bermain bersama teman-temanmu?” Rupanya anak itu belum tahu bahwa yg menyapanya ada- lah Rasulullah SAW. Dengan ekspresi wajah tanpa dosa, ia menjawab sambil me -nangis, ”Wahai laki2, ayahku telah meninggal dunia di ha- dapan Rasulullah SAW da- lam sebuah peperangan. Lalu ibuku menikah lagi dan mere- but semua harta warisan. Ayah tiriku sangat kejam. Ia mengusirku dari rumah. Seka -rang aku kelaparan, tidak punya makanan, minuman, pakaian, dan rumah. Dan hari ini aku melihat teman-teman berbahagia, karena semua mempunyai ayah. Aku teri- ngat musibah yang menimpa Ayah. Oleh karena itu, aku menangis.” Seketika Rasulullah SAW tak kuasa menahan haru men- dengar cerita sedih itu. Bulir2 BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013] BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013] BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013] BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013] DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash- - -Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK CINTA RASULULLAH KEPADA ANAK YATIM Halaman 2 Ketika Rasulullah dan Dua Sahabatnya Kelaparan Aji Setiawan - detikRamadan Jakarta - Apabila Anda menik- mati hidangan makanan, mu- lailah dengan mengucap bis- millah. Dan selesai makan hendaknya membaca : 'Alhamdulillahilladzi asba’ana wa an’ama ‘alaina wa afdhala' Suatu hari Abu Bakar Ash Shi -diq keluar dari rumahnya da- lam keadaan gelisah ditengah panas terik matahari. Ketika sampai di masjid, ia melihat sahabat Umar bin Khaththab datang dalam keadaan yang sama. Umar lalu bertanya kepada Abu Bakar,”Mengapa engkau berada di sini?” “Aku di sini karena lapar,” jawab Abu Bakar. “Demikian juga yg menyebab- kan aku datang ke sini,” kata Umar. Lalu keduanya terus berbin- cang-bincang sampai kemudi- an Rasulullah SAW datang menghampiri mereka dan mengucap salam. “Untuk apa engkau berdua datang ke sini?” Tanya Rasul- ullah SAW kepada mereka. “Ya Rasulullah, kami sedang menderita kelaparan,“ jawab salah seorang di antara mere- ka. Rasulullah SAW tersenyum wajahnya berseri. Beliau lalu bersabda, ”Demikian juga yg menyebabkan aku datang ke sini.” Tak lama kemudian mereka bertiga pergi ke rumah salah Demikian sekelumit kisah ke- cintaan Rasulullah SAW ke- pada anak yatim di hari raya. Betapa di hari yang penuh kemenangan itu, hari raya menjadi hari yang menyedih- kan - sementara nasib mere- ka banyak yang luput dari per -hatian. Anak-anak yatim ada -lah makhluk yang senantia- sa berpuasa dalam hidupnya, baik dalam memenuhi kebu- tuhan jasmani maupun roha- ni. Jangankan mengenakan pakaian baru, untuk makan sehari-hari saja sulit. Sungguh, memperlakukan dengan baik dan menyantuni anak yatim pada hari raya - dan tentu hari-hari lainnya - merupakan langkah yg mulia dan terpuji. Dalam Islam, me- reka yang menyantuni anak yatim niscaya memperoleh penghargaan yang sangat tinggi. Sabda Rasul, ”Barang siapa menyantuni anak yatim, dia berada di surga bersamaku seperti ini (Rasulullah mem- persandingkan jari telunjuk beliau dgn dan jari tengah).” Maksudnya, hidup berdam- pingan dengan Rasulullah SAW di surga. ( rmd / rmd ) Beginilah Cinta Rasulullah kepada Anak Yatim Aji Setiawan - detikRamadan Minggu, 18/08/2013 kan bersama. Lambat laun, kesedihan anak itu berubah menjadi kebahagiaan. Dan tak lama kemudian ia keluar dari rumah Rasul sembari tertawa-tawa gembira. Dan ia pun bermain bersama teman-teman sebayanya. ”Sebelumnya kamu selalu menangis. Mengapa seka- rang kamu sangat gembi- ra?” tanya teman-temannya. Dengan gembira anak itu menjawab, “Aku semula la- par, tapi sekarang sudah ke -nyang, dan sekarang berpa -kaian bagus. Sebelumnya aku yatim, sekarang Rasul- ullah adalah ayahku, Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perem -puanku. Nah, bagaimana aku tidak bergembira?” ”Seandainya ayah kami gu- gur di jalan Allah dalam pe- perangan itu, niscaya kami menjadi seperti dia,” kata beberapa kawannya. Namun, kebahagiaan anak yatim itu tidak berlangsung lama. Tak lama berselang beberapa waktu setelah me -nunaikan haji wada, tepat- nya pada hari Senin 12 Ra- biul wwal 11 H (633 M) Ra- sulullah SAW wafat. “Sekarang aku menjadi anak yatim lagi,” katanya sambil keluar dari rumah Rasulul- lah dan menaburkan debu di kepalanya karena merasa sedih. Kata-kata anak itu ke -betulan terdengar oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, yg ber- ada tak jauh dari sana. Maka ia pun lalu ditampung di ru- mah Abu Bakar.

Upload: zoo-genk

Post on 10-Aug-2015

87 views

Category:

Spiritual


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: As vi 288_cinta rasulullah pd anak yatim

Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda

air matanya membasahi mu-kanya yang suci dan putih bersih penuh kelembutan itu. Maka Rasulullah SAW pun lalu memeluknya, tanpa memedulikan bau dan ko-tornya pakaian anak itu, sambil mengusap-usap dan menciumi ubun-ubun kepa-lanya. Lalu sabda Rasul, ”Wahai anak kecil, maukah engkau sebut aku sebagai ayah, dan Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Ha-san dan Husein sebagai saudara laki-lakimu, Fati-mah sebagai saudara per-empuanmu?” Seketika raut wajah anak itu berubah ce-rah. Meski agak kaget, ia tampak sangat bahagia. ”Mengapa aku tidak mau, ya Rasulullah?” Hidup Berdampingan Rasulullah SAW pun lalu membawanya pulang. Disu-ruhnya anak itu mandi, lalu diberikannya pakaian yang bagus dengan minyak wa-ngi harum. Setelah itu, Ra-sulullah mengajaknya ma-

Jakarta - “Barang siapa men-cintai dan menyantuni anak-anak yatim, kelak akan hidup berdampingan bersamaku di surga.” (Al-Hadis). Usai menunaikan salat Id dan bersalaman dengan para ja-maah, Rasulullah SAW sege-ra pulang. Di jalan pulang, di-lihatnya anak-anak sedang bermain di halaman rumah penduduk. Mereka tampak ri-ang gembira menyambut hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Pakaian mereka pun baru. Rasulullah SAW mengucap salam kepada me-reka, dan serentak mereka langsung mengerubuti Rasul SAW untuk bersalaman. Sementara itu, tak jauh dari sana, di pojok halaman yang tak terlampau luas, tampak seorang anak kecil duduk sen-dirian sambil menahan tangis. Matanya lebam oleh air mata, tangisnya sesenggukan. Ia mengenakan pakaian bekas yang sudah sangat kotor pe-nuh tambalan di sana-sini. Compang-camping. Melihat anak kecil yang tam-

pak tak terurus itu, Rasulullah SAW segera bergegas meng-hampirinya. Dengan nada su-ara pelan penuh kebapakan, Rasulullah SAW bersabda, ”Hai anak kecil, mengapa eng-kau menangis, tidak bermain bersama teman-temanmu?” Rupanya anak itu belum tahu bahwa yg menyapanya ada-lah Rasulullah SAW. Dengan ekspresi wajah tanpa dosa, ia menjawab sambil me-nangis, ”Wahai laki2, ayahku telah meninggal dunia di ha-dapan Rasulullah SAW da-lam sebuah peperangan. Lalu ibuku menikah lagi dan mere-but semua harta warisan. Ayah tiriku sangat kejam. Ia mengusirku dari rumah. Seka-rang aku kelaparan, tidak punya makanan, minuman, pakaian, dan rumah. Dan hari ini aku melihat teman-teman berbahagia, karena semua mempunyai ayah. Aku teri-ngat musibah yang menimpa Ayah. Oleh karena itu, aku menangis.” Seketika Rasulullah SAW tak kuasa menahan haru men-dengar cerita sedih itu. Bulir2

BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013]BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013]BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013]BULETIN JUMAT, No.288 / Th.VI 20 Zulhijjah 1434 H [25 Oktober 2013]

DKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid Ash----Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK

CINTA RASULULLAH KEPADA ANAK YATIM

Halaman 2

Ketika Rasulullah dan Dua Sahabatnya

Kelaparan

Aji Setiawan - detikRamadan

Jakarta - Apabila Anda menik-mati hidangan makanan, mu-lailah dengan mengucap bis-millah. Dan selesai makan hendaknya membaca : 'Alhamdulillahilladzi asba’ana wa an’ama ‘alaina wa afdhala' Suatu hari Abu Bakar Ash Shi-diq keluar dari rumahnya da-lam keadaan gelisah ditengah panas terik matahari. Ketika sampai di masjid, ia melihat sahabat Umar bin Khaththab datang dalam keadaan yang sama. Umar lalu bertanya kepada Abu Bakar,”Mengapa engkau berada di sini?” “Aku di sini karena lapar,” jawab Abu Bakar. “Demikian juga yg menyebab-kan aku datang ke sini,” kata Umar. Lalu keduanya terus berbin-cang-bincang sampai kemudi-an Rasulullah SAW datang menghampiri mereka dan mengucap salam. “Untuk apa engkau berdua datang ke sini?” Tanya Rasul-ullah SAW kepada mereka. “Ya Rasulullah, kami sedang menderita kelaparan,“ jawab salah seorang di antara mere-ka. Rasulullah SAW tersenyum wajahnya berseri. Beliau lalu bersabda, ”Demikian juga yg menyebabkan aku datang ke sini.” Tak lama kemudian mereka bertiga pergi ke rumah salah

Demikian sekelumit kisah ke-cintaan Rasulullah SAW ke-pada anak yatim di hari raya. Betapa di hari yang penuh kemenangan itu, hari raya menjadi hari yang menyedih-kan - sementara nasib mere-ka banyak yang luput dari per-hatian. Anak-anak yatim ada-lah makhluk yang senantia-sa berpuasa dalam hidupnya, baik dalam memenuhi kebu-tuhan jasmani maupun roha-ni. Jangankan mengenakan pakaian baru, untuk makan sehari-hari saja sulit. Sungguh, memperlakukan dengan baik dan menyantuni anak yatim pada hari raya - dan tentu hari-hari lainnya - merupakan langkah yg mulia dan terpuji. Dalam Islam, me-reka yang menyantuni anak yatim niscaya memperoleh penghargaan yang sangat tinggi. Sabda Rasul, ”Barang siapa menyantuni anak yatim, dia berada di surga bersamaku seperti ini (Rasulullah mem-persandingkan jari telunjuk beliau dgn dan jari tengah).” Maksudnya, hidup berdam-pingan dengan Rasulullah SAW di surga. ( rmd / rmd )

Beginilah Cinta Rasulullah kepada Anak Yatim

Aji Setiawan - detikRamadan Minggu, 18/08/2013

kan bersama. Lambat laun, kesedihan anak itu berubah menjadi kebahagiaan. Dan tak lama kemudian ia keluar dari rumah Rasul sembari tertawa-tawa gembira. Dan ia pun bermain bersama teman-teman sebayanya. ”Sebelumnya kamu selalu menangis. Mengapa seka-rang kamu sangat gembi-ra?” tanya teman-temannya. Dengan gembira anak itu menjawab, “Aku semula la-par, tapi sekarang sudah ke-nyang, dan sekarang berpa-kaian bagus. Sebelumnya aku yatim, sekarang Rasul-ullah adalah ayahku, Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perem-puanku. Nah, bagaimana aku tidak bergembira?” ”Seandainya ayah kami gu-gur di jalan Allah dalam pe-perangan itu, niscaya kami menjadi seperti dia,” kata beberapa kawannya. Namun, kebahagiaan anak yatim itu tidak berlangsung lama. Tak lama berselang beberapa waktu setelah me-nunaikan haji wada, tepat-nya pada hari Senin 12 Ra-biul wwal 11 H (633 M) Ra-sulullah SAW wafat. “Sekarang aku menjadi anak yatim lagi,” katanya sambil keluar dari rumah Rasulul-lah dan menaburkan debu di kepalanya karena merasa sedih. Kata-kata anak itu ke-betulan terdengar oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, yg ber-ada tak jauh dari sana. Maka ia pun lalu ditampung di ru-mah Abu Bakar.

Page 2: As vi 288_cinta rasulullah pd anak yatim

Halaman 3

seorang sahabat, Abu Ayub Al-Anshari. Namun saat itu Abu Ayub tidak berada di ru-mah, dan mereka disambut oleh istri Abu Ayub dengan rasa hormat dan senang. “Ke manakah Abu Ayub,” tanya Rasulullah SAW. “Baru saja ia pergi tapi akan segera pulang,” jawab istri Abu Ayub. Memang benar apa yang di-katakan oleh istrinya, tak be-rapa lama kemudian Abu Ayub pulang. Ketika melihat Rasulullah bersama dua sa-habat berada di rumahnya, ia sangat gembira. Ia lalu meletakan sejumlah kurma di hadapan Rasulullah SAW. “Mengapa engkau membawa sejumlah kurma yang sebagi-an mentah dan sebagian la-gi masak? Bukankah lebih baik jika engkau mengambil yang masaknya saja?” kata Rasulullah SAW kepada Abu Ayub. “Aku membawa semuanya agar kita dapat memilih yang mana yang disukai.” (Karena ada orang yang senang de-ngan kurma masak, ada juga yang senang dengan kurma masih mentah). Kemudian Abu Ayub pergi untuk menyembelih seekor kambing muda, separuh da-gingnya digoreng, dan sepa-ruhnya digulai. Segera ia menghidangkannya ke ha-dapan Rasulullah SAW. Beliau lalu mengambil sepo-tong roti dan sedikit daging, kemudian diserahkannya ke-pada Abu Ayub dan berkata,

(Segala puji bagi Allah, yang telah mengenyangkan kami dan memberikan kami kenik-matan yang sangat ban-yak). Dengan membaca doa ini, kalian bersyukur kepada Allah.” (HR At-Thahawi dari Abu Salamah, Musykilil Aatsari). ( rmd / rmd )

Ketika Rasulullah dan Dua Sahabatnya Kelaparan

Aji Setiawan - detikRama-dan

Minggu, 18/08/2013

Mereka yang Dibanggakan

Allah SWT

Oleh M Husnaini

Adakah di antara kita yang bercita-cita menjadi pribadi yang memalukan? Semua tentu ingin tampil sebagai pribadi yg membanggakan. Membanggakan di mata se-sama manusia, terlebih di mata Allah. Hadis berikut dapat memandu kita agar menjadi pribadi yang mem-banggakan, khususnya di hadapan Allah. Dari Abu Darda’ RA bahwa Nabi SAW bersabda, "Ada tiga golongan yang kelak di-cintai Allah, dan Allah terta-wa kepada mereka sambil memberikan kabar gembira. Yaitu orang yg apabila me-lihat perang berkecamuk,

”Makanan ini hendaknya eng-kau berikan kepada anak ke-sayanganku, Fatimah. Kare-na ia sudah beberapa hari ini tdk mendapatkan makanan.” Mendapat perintah dari beli-au, Abu Ayub segera pergi menuju rumah Fatimah, un-tuk memberikan roti dan da-ging kambing yg telah dima-sak itu. Sementara itu, Rasul-ullah SAW dan kedua saha-batnya menyantap makanan yang sudah disajikan. Setelah selesai makan, Rasul-ullah SAW bersabda, “Roti, daging dan aneka jenis buah kurma ini adalah nikmat Allah SWT.” Kemudian dengan me-neteskan air mata, beliau melanjutkan, ”Demi Dzat yg jiwaku ada di tangan-Nya, ini semua adalah nikmat Allah SWT yang akan ditanya pada hari kiamat.” Para sahabat memperoleh ke-nikmatan itu dalam keadaan yang sangat membutuhkan-nya. Karena itu mereka mera-sa heran, mengapa kenikmat-an yang diperoleh dalam kea-daan demikian pun akan di-tanya. Lalu Rasulullah SAW bersab-da, “Mensyukuri nikmat2 Allah SWT itu diwajibkan, oleh karena itu, apabila kalian me-nikmati hidangan makanan, minuman mulailah dengan mengucap bismillah dan se-lesai makan, hendaknya membaca, ”Alhamdulillahilladzi as-ba’ana wa an’ama ‘alaina

wa afdhala”

Melakukan jihad sungguh ti-dak mudah. Jihad, apapun bentuknya, tentu akan men-dapat perlawanan dari nafsu. Bisikan nafsu akan selalu berusaha menjauhkan kita dari jihad. Karena itu, ketika manusia mampu berjihad, berarti ia tlh mampu menun-dukkan nafsunya. Ia tidak la-gi mempedulikan kepenting-an dirinya. Dalam hati dan pikiran orang yang benar2 tulus berjihad hanya ada Allah. Jangankan kehilangan harta, waktu, dan tenaga, pe-laku jihad bahkan tidak mau tahu dengan keselamatan nyawanya sendiri. Itulah yg membuat Allah ‘terharu’ se-hingga menyanjung hamba-hamba yang begitu tabah dan sabar itu di hadapan para malaikat. Kedua, bangun malam un-tuk beribadah. Tidak banyak orang yang mau bangun di waktu malam untuk mengha-dap Allah. Kenikmatan istira-hat berupa tidur sangat berat ditinggalkan. Terlebih pada waktu sepertiga malam yang terakhir. Saat itu adalah pu-las-pulasnya tidur, meskipun saat itulah Allah turun ke la-ngit dunia, mengabulkan doa setiap hamba-Nya yang se-dang bersimpuh luruh meng-agungkan nama-Nya. Allah sangat bangga terha-dap hamba-hamba yang rela meninggalkan peraduannya demi menghadap Tuhannya. Dia tidak terpedaya oleh ke-nikmatan duniawi berupa ka-mar yang indah dan istri yg cantik. Padahal semua itu ha-lal baginya. Dia lbh memilih memuji kebesaran Allah me-

Advisor : M. Syaftari, Sandy M. Latief

M. Agoes Joesoef Suwardi Suwardjo

—————————————————————————

RedPel : Prasetya B. U.

Masjid Ash-Shofa

Puri Anggrek Mas - Depok

Ph./ SMS: 0811 10 6452

E-mail / Blog

[email protected] /

http://dkm-ash-

shofa.blogspot.com

Diterbitkan Oleh:

DKM Masjid Ash-Shofa

dia segera ikut berperang di bela-kang orang-orang kare-na Allah. Dia tidak peduli apakah nanti terbunuh atau diselamat-kan Allah. Yang demikian itu cukup baginya, dan Allah ber-kata kepada para malaikat, ‘Lihatlah ham-baku ini bagai-mana dia be-gitu sabar demi Aku’. Kemudian orang yang mem-iliki istri cantik dan kasur yang empuk dan bagus, tetapi dia bangun malam hari. Maka Allah berkata, ‘Dia me-ngabaikan syahwatnya demi mengingat Aku. Padahal ka-lau mau, dia bisa saja tidur’. Kemudian, orang yang dalam bepergian bersama rombong-an, semua orang bangun lalu kembali tidur, maka dia tetap terjaga pada waktu sahur da-lam keadaan lelah atau san-tai." (HR Hakim & Thabrani). Pertama, berjihad dengan segala daya dan kemampuan.

lalui rangkaian ibadah pada saat selainnya sedang tidur. Ketiga, beribadah dlm kea-daan letih. Rajin beribadah dalam keadaan longgar ada-lah hal biasa. Tetapi beriba-dah dalam keadaan sibuk dan letih itu luar biasa. Ha-nya orang-orang dengan ke-imanan prima yang sanggup melakukannya. Allah memuji orang-orang yang demikian. Dalam per-jalanan hanya sekadar con-toh kesibukan dan keletihan. Tetapi, sesungguhnya kesi-bukan bukan hanya dalam kondisi musafir. Di zaman modern seperti sekarang, banyak orang menjadi sibuk meskipun tidak sedang da-lam perjalanan. Pekerjaan yang menumpuk akibat di-kejar target oleh perusahaan juga salah satu bentuk kesi-bukan. Seharian bekerja di kantor juga merupakan se-buah keletihan, malamnya kita masih bisa bangun guna melakukan tahajud, zikir, dan tadarus Alqur’an, maka itu-lah kemuliaan. Allah akan melihat kita dengan bangga. Kita juga akan disediakan kedudukan yang mulia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi-pribadi pili-han, manusia-manusia yang membanggakan di dunia dan akhirat. Hadis ini dapat kita jadikan sebagai pandu-an. Aamiin. (Red: Heri Ruslan).

Republika Online

Selasa, 20 Agustus 2013