as- kep pada pasien dengan halusinasi - unpi.docx

85
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO JANUARI, 12 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Dia yang Maha Kuasa, berkat penyertaannya saya dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi Pendengaran ini dan sudah selayaknya kita manusia selalu berpandangan tanpa bimbing dan ijin Yang Maha Kuasa, kita manusia apakah yang bisa kita lakukan. Dengan terselesaikannya Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi Pendengaran ini, penulis telah memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa, karena LaporanAsuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi Pendengaran ini merupakan persyaratan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan UNPI Manado umumnya, bagi saya khususnya untuk mendapatkan nilai praktek yang dilaksanakan di R.S.K.D Kelas A Pemerintah provinsi Sulawesi Utara, Ruang Perawatan Katrili. Besar harapan saya kiranya Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi ini, walaupun masih jauh dari yang sempurna baik secara kerangka penyusunan maupun materi yang diangkat, dapat menjadi nilai tambah baik pengetahuan dan wawasan tentang HALUSINASI yang sering di jumpai di ruang perawatan pasien jiwa. Kritik dan saran yang EVOLTA ~ 1 ~

Upload: oktaviano-allen-lintang

Post on 26-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Dia yang Maha Kuasa, berkat penyertaannya saya dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi Pendengaran ini dan sudah selayaknya kita manusia selalu berpandangan tanpa bimbing dan ijin Yang Maha Kuasa, kita manusia apakah yang bisa kita lakukan.Dengan terselesaikannya Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi Pendengaran ini, penulis telah memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa, karena LaporanAsuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi Pendengaran ini merupakan persyaratan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan UNPI Manado umumnya, bagi saya khususnya untuk mendapatkan nilai praktek yang dilaksanakan di R.S.K.D Kelas A Pemerintah provinsi Sulawesi Utara, Ruang Perawatan Katrili.Besar harapan saya kiranya Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi ini, walaupun masih jauh dari yang sempurna baik secara kerangka penyusunan maupun materi yang diangkat, dapat menjadi nilai tambah baik pengetahuan dan wawasan tentang HALUSINASI yang sering di jumpai di ruang perawatan pasien jiwa. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis, hingga di kemudian hari semakin sempurna dalam menyusun Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi seperti ini. Sekian

Salam hangat

MEIYATI ISRAEL

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.1Daftar isi.. 2BabIKonsep Dasar halusinasiA. Pengertian.3B. Klasifikasi halusinasi..4C. Penyebab5D. Tanda dan gejala 6E. Patofisiologi....7BabIIKonsep dasar Asuhan Keperawatan halusinasi Klien dengan halusnasiA. Pengkajian.8B. Diagnosa keperawatan..13C. Rencana Asuhan keperawatan...13D. Strategi Pelaksanaan Asuhan KeperawatanKlien Dengan halusinasi pendengaran..34BabIIIAsuhan keperawatan pada Tn. O.R denganHalusinasi pendengaran di ruangan Katrili45Daftar Pustaka..60

BAB IKONSEP DASAR HALUSINASI

A. PENGERTIANHalusinasi adalah sebagai keadaan di mana ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasikan dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang di terima oleh panca indera yang ada (Fortinash, 1995). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realistis atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000). Halusinasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang di mulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend, 1998). Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua sistem panca indera.

B. KLASIFIKASI HALUSINASIPada klien gangguan jiwa biasanya dapat ditemukan beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, sebagai berikut :1. Halusinasi pendengaranKarakteristiknya adalah dengan mendengarkan suara-suara, terutama suara orang berbicara atau sedang membicarakan klien dan biasanya suara-suara ini sangat familiar dengan klien. Halusinasi ini adalah yang paling sering ditemukan daripada halusinasi yang lain.2. Halusinasi penglihatanKarakteristiknya adalah dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Halusinasi penglihatan bisa menyenangkan ataupun menakutkan.3. Halusinasi penciuman/penghiduKarakteristiknnya bisanya ditandai dengan adanya bau busuk, bau amis, atau bau yang sangat menjijikan, seperti darah, urine, atau feses, bisa juga berbau harum. Biasanya ada hubungannya dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.4. Halusinasi peraba/sentuhanKarakteristiknya ditandai dengan adanya rasa nyeri atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contohnya seperti merasakan adanya sensasi listrik berasal dari tanah, benda mati atau orang lain.5. Halusinasi pengecapanKarakteristiknya ditandai dengan adanya rasa dimulut tanpa ada stimulus yang dirasakan oleh indera pengecapan klien6. Halusinasi sinestetikDitandai dengan klien dapat merasakan fungsi, seperti contoh darah yang mengalir dalam pembuluh darah vena atau arteri, makanan yang dicerna, pembentukan urine.C. PENYEBABMenurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :1. Faktor predisposisia. Biologis : Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).b. Psikologis : Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.c. Sosial Budaya : Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.2. Faktor PresipitasiSecara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

D. TANDA DAN GELALAMenurut Towsend & Mary (1995)1. Berbicara, senyum dan tertawa sendiri2. Mengatakan mendengar suara, melhat, menghirup, mengecap dan merasakan sesuatu yang tidak nyata.3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, mengganti pakaian dan berhias diri yang rapi.5. Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah tersinggung, cepatjengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau cepat dan tidak masuk akal, berkeringat banyak.

E. PATOFISIOLOGIFaktor terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) di bagi menjadi empat fase yang terdiri dari :1. Fase pertamaKlien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannya ke dalam hal-hal yang menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan dating klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.2. Fase keduaKecemasan meningkat dan berhubung an dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensorinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah-olah halusinasi dating dari orang lain atau tempat lain.3. Fase ketigaHalusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut member kesenangan dan rasa aman sementara.4. Fase keempatKlien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat. Atau bahkan selamanya.

BAB IIKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HALUSINASI

I. PENGKAJIAN A. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Faktor perkembangan terlambat Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan 2. Faktor komunikasi dalam keluarga Komunikasi peran ganda Tidak ada komunikasi Tidak ada kehangatan Komunikasi dengan emosi berlebihan Komunikasi tertutup Orang tua yang membandingkan anak anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua 3. Faktor sosial budaya Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakitkronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi. 4. Faktor psikologisMudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.

5. Faktor biologisAdanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbic. 6. Faktor genetikAdanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami schizoprenia dan kembar monozigot.

B. PERILAKUBibir komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk angguk, seperti mendengar sesuatu, tiba tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.

C. FISIK 1. Activity Daily Living (ADL) Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebihan, agitasi gerakan atau kegiatan ganjil. 2. Kebiasaan Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat obatan dan zat halusinogen dan tingkah laku merusak diri. 3. Riwayat kesehatan

Schizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat. 4. Riwayat schizofrenia dalam keluarga 5. Fungsi sistim tubuh Perubahan berat badan, hipertermia (demam) Neurologikal perubahan mood, disorientasi Ketidak efektifan endokrin oleh peningkatan temperatur

D. STATUS EMOSI Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.

E. STATUS INTELEKTUAL Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman dan kecap, isi pikir tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.

F. STATUS SOSIAL Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan.

Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori ; Halusinasi Pendengaran

Isolasi sosial Defisit perawatan diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial : menarik diri.3. Kerusakan interaksi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses fikir.5. Perubahan proses fikir berhubungan dengan harga diri rendah.6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya minat.

III. RENCANA INTERVENSI PERAWATAN 1. Diagnosa keperawatan I : Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran Tujuan umum : Klien dapat mengendalikan halusinasinya. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi 1. Bina hubungan saling percaya Salam terapeutik Perkenalkan diri Jelaskan tujuan interaksi Buat kontrak yang jelas Menerima klien apa adanya Kontak mata positif Ciptakan lingkungan yang terapeutik 2. Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.3. Dengarkan ungkapan klien dengan rasa empati. Rasional 1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien.2. Ungkapan perasaan oleh klien sebagai bukti bahwa klien mempercayai perawat.3. Empati perawat akan meningkatkan hubungan terapeutik perawat-klien Evaluasi Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan kondisinya secara verbal TUK 2 : Klien dapat mengenali halusinasinya Intervensi : 1. Adakan kontak secara sering dan singkat.2. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal klien yang terkait dengan halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam di tengah tengah pembicaraan).3. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat.4. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi.5. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul.6. Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi. Rasional : 1. Mengurangi waktu kosong bagi klien untuk menyendiri.2. Mengumpulkan data intervensi terkait dengan halusinasi.3. Memperkenalkan hal yang merupakan realita pada klien.4. Melibatkan klien dalam memperkenalkan halusinasinya.5. Mengetahui koping klien sebagai data intervensi keperawatan selanjutnya.6. Membantu klien mengenali tingkah lakunya saat halusinasi. Evaluasi : 1. Klien dapat membedakan hal yang nyata dan yang tidak setelah 3-4 kali pertemuan dengan menceritakan hal hal yang nyata.2. Klien dapat menyebutkan situasi, isi dan waktu timbulnya halusinasi setelah 3 kali pertemuan.3. Klien dapat mengungkapkan respon perilakunya saat halusinasi terjadi setelah 2 kali pertemuan. TUK 3 : Klien dapat mengendalikan halusinasinya Intervensi : 1. Identifikasi tindakan klien yang positif.2. Beri pujian atas tindakan klien yang positif.3. Bersama klien rencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.4. Diskusikan ajarkan cara mengatasi halusinasi.5. Dorong klien untuk memilih cara yang disukai untuk mengontrol halusinasi.6. Beri pujian atas pilihan klien yang tepat.7. Dorong klien untuk melakukan tindakan yang telah dipilih.8. Diskusikan dengan klien hasil atau upaya yang telah dilakukan.9. Beri penguatan atas upaya yang telah berhasil dilakukan dan beri solusi jika ada keluhan klien tentang cara yang dipilih. Rasional : 1. Mengetahui cara cara klien mengatasi halusinasi baik yang positif maupun yang negatif.2. Menghargai respon atau upaya klien.3. Melibatkan klien dalam menentukan rencana intervensi.4. Memberikan informasi dan alternatif cara mengatasi halusinasi pada klien.5. Memberi kesempatan pada klien untuk memilihkan cara sesuai kehendak dan kemampuannya.6. Meningkatkan rasa percaya diri klien.7. Motivasi respon klien atas upaya yang telah dilakukan.8. Melibatkan klien dalam menghadapi masalah halusinasi lanjutan Evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan dan saat halusinasi terjadi setelah dua kali pertemuan.2. Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 cara mengatasi halusinasi. TUK 4 : Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya. Intervensi : 1. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.2. Bantu klien untuk memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.3. Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping.4. Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat Rasional : 1. Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang efek obat terhadap halusinasinya.2. Memastikan klien meminum obat secara teratur.3. Mengobservasi efektivitas program pengobatan.4. Memastikan efek obat obatan yang tidak diharapkan terhadap klien. Evaluasi : Klien meminum obat secara teratur sesuai instruksi dokter. TUK 5 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasi. Intervensi : 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.2. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan keluarga dalam merawat klien.3. Beri penguatan positif atas upaya yang baik dalam merawat klien.4. Diskusikan dan ajarkan dengan keluarga tentang : halusinasi, tanda tanda dan cara merawat halusinasi.5. Beri pujian atas upaya keluarga yang positif. Rasional : 1. Sebagai upaya membina hubungan terapeutik dengan keluarga.2. Mencari data awal untuk menentukan intervensi selanjutnya.3. Penguatan untuk menghargai upaya keluarga.4. Memberikan informasi dan mengajarkan keluarga tentang halusinasi dan cara merawat klien.5. Pujian untuk menghargai keluarga. Evaluasi : 1. Keluarga dapat menyebutkan cara cara merawat klien halusinasi.

2. Diagnosa keperawatan II : Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi sosial : menarik diri. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sehingga halusinasi dapat dicegah. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Intervensi : 1. Bina hubungan saling percaya Menyapa klien dengan ramah Mengingatkan kontrak Terima klien apa adanya Jelaskan tujuan pertemuan Sikap terbuka dan empati

Rasional : Kejujuran, kesediaan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat. Evaluasi : Setelah 2 kali pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat. TUK 2 : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri. Intervensi : 1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri.3. Diskusikan bersama klien tentang menarik dirinya.4. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya. Rasional : 1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan tindakan yang selanjutnya.2. Untuk mengetahui alasan klien menarik diri.3. Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungan sosialnya. Evaluasi : Setelah 1 kali pertemuan klien dapat menyebutkan penyebab atau alasan menarik diri. TUK 3 : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain. Intervensi : 1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain. Rasional : 1. Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain.2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan.3. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Evaluasi : Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan dengan orang lain Mendapat teman Dapat mengungkapkan perasaan Membantu memecahkan masalah TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap. Intervensi : 1. Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.2. Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap antara lain : Klien-perawat Klien-perawat-perawat lain Klien-perawat-perawat lain-klien lain Klien-kelompok kecil (TAK) Klien-keluarga 3. Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan.4. Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien. Rasional : 1. Untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan.2. Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.3. Membantu klien dalam mempertahankan hubungan inter personal.4. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Evaluasi : Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, misalnya: Membalas sapaan perawat Kontak mata positif Mau berinteraksi TUK 5 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam berhubungan dengan orang lain. Intervensi : 1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.2. Dorong klien untuk mengemukakan perasaan keluarga.3. Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti : makan, ibadah dan rekreasi.4. Jelaskan kepada keluarga tentang kebutuhan klien.5. Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan dengan klien yaitu memperlihatkan perhatian dengan kunjungan rumah sakit.6. Beri klien penguatan misalnya : membawa makanan kesukaan klien. Rasional : 1. Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan klien.2. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan klien dengan keluarga.3. Membantu klien dalam meningkatkan hubungan interpersonal dengan keluarga.4. Klien menarik diri membutuhkan perhatian yang khusus.5. Keterlibatan keluarga sangat membantu dalam mengembangkan interaksi dengan lingkungannya.6. Meningkatkan rasa percaya diri klien kepada keluarga dan merasa diperhatikan. Evaluasi : 1. Setelah 2 kali pertemuan klien dapat membina hubungan dengan keluarga.2. Keluarga mengunjungi klien ke rumah sakit setiap minggu secara bergantian.

3. Diagnosa keperawatan III :Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Tujuan umum : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri. TUK 1 : Klien dapat memperluas kesadaran diri. Intervensi : 1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya.2. Diskusikan kelemahan yang dimiliki klien.3. Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan.4. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki klien.5. Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki klien.6. Beritahukan bahwa ada hikmah di balik kekurangan yang dimiliki. Rasional : 1. Mengidentifikasikan hal hal positif yang masih dimiliki klien.2. Mengingatkan klien bahwa ia manusia biasa yang mempunyai kekurangan.3. Menghadirkan realita pada klien.4. Memberikan harapan pada klien.5. Memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi.6. Agar klien tidak merasa putus asa.

Evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 kali pertemuan.2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan untuk mencapai keberhasilan. TUK 2 : Klien dapat menyelidiki dirinya. Intervensi : 1. Diskusikan dengan klien ideal dirinya, apa harapan selama di RS, rencana klien setelah pulang dan apa cita cita yang ingin dicapai.2. Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya.3. Beri kesempatan klien untuk berhasil.4. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai. Rasional : 1. Untuk mengetahui sampai dimana realistis dari harapan klien.2. Membantu klien membentuk harapan yang realistis. 3. Meningkatkan percaya diri klien.4. Meningkatkan penghargaan terhadap perilaku yang positif. Evaluasi : Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya setelah 1 kali pertemuan. TUK 3 : Klien dapat mengevaluasi dirinya. Intervensi :

1. Bantu klien mengidentifikasi kegiatan atau yang berhasil dicapainya.2. Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut.3. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab sebab kegagalan.4. Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasinya.5. Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Rasional : 1. Mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal.2. Memberi kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri.3. Mengetahui apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien.4. Mengetahui koping yang selama ini digunakan oleh klien.5. Memberikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu usaha. Evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 kali pertemuan.2. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kali pertemuan. TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realistis. Intervensi :

1. Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapainya.2. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien.3. Bantu klien memilih priotitas tujuan yang mungkin dapat dicapainya.4. Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.5. Tunjukkan keterampilan dan keberhasilan yang telah dicapai klien.6. Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok.7. Beri reinforcement positif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok. Rasional : 1. Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki.2. Mempertahankan klien untuk tetap realistis.3. Agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan.4. Menghargai keputusan yang telah dipilih klien.5. Memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.6. Memberikan kesempatan klien di dalam kelompok mengembangkan kemampuannya.7. Meningkatkan harga diri klien. Evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kali pertemuan.2. Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kali pertemuan.

TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya. Intervensi : 1. Diskusikan dengan keluarga tanda tanda harga diri rendah.2. Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai klien tidak mengejek, tidak menjauhi.3. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada klien.4. Anjurkan pada keluarga untuk menerima klien apa adanya.5. Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga. Rasional : 1. Mengantisipasi masalah yang timbul.2. Menyiapkan support sistem yang akurat.3. Memberikan kesempatan pada klien untuk sukses.4. Membantu meningkatkan harga diri klien.5. Meningkatkan interaksi klien dengan anggota keluarga. Evaluasi : 1. Keluarga dapat menyebutkan tanda tanda harga diri rendah. Mengatakan diri tidak berharga Tidak berguna dan tidak mampu Pesimis dan menarik diri dari realita 2. Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien secara tepat setelah 2 kali pertemuan.

4. Diagnosa keperawatan IV : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir. Tujuan umum : Klien dapat mengontrol halusinasinya. TUK 1 : Klien dapat mengenal akan wahamnya. Intervensi : 1. Adakan kontrak sering dan singkat. Gunakan teknik komunikasi terapeutik. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas. 2. Jangan membantah atau menyangkal keyakinan pasien. Rasional : Hal ini mendorong untuk menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan akhirnya mendorong klien untuk mendiskusikannya. Untuk memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti akan tindakan dan komunikasi pasien membantah atau menyangkal tidak akan bermanfaat apa apa. Evaluasi : Klien dapat mengenal akan wahamnya setelah mendapat penjelasan dari perawat dalam 4 x pertemuan. TUK 2 : Klien dapat mengendalikan wahamnya. Intervensi : 1. Bantu klien untuk mengungkapkan ansietas, takut atau tidak aman.2. Focus dan kuatkan pada orang orang yang nyata, ingatan tentang pikiran irasional. Bicarakan kejadian kejadian dan orang orang yang nyata.3. Diskusikan cara untuk mencegah waham, contoh percaya pada orang lain, belajar akan kenyataan, bicara dengan orang lain, yakin akan dirinya bahwa tidak ada yang akan mengerti perasaannya bila tidak cerita dengan orang lain. Rasional : 1. Ungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak terancam akan mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah terpendam.2. Diskusikan yang berfokus pada ide ide yang salah tidak akan mencapai tujuan dan mungkin buat psikosisnya lebih buruk jika pasien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yang meningkat, pikiran waham dapat dicegah. Evaluasi : 1. Klien dapat mengendalikan wahamnya dengan bantuan perawat dengan menggunakan cara yang efektif dalam 4 x pertemuan. TUK 3 : Klien dapat mengevaluasi dirinya. Intervensi : 1. Bantu klien mengidentifikasi kegiatan atau keinginan yang berhasil dicapainya.2. Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan.3. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab sebab kegagalan.4. Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasi.5. Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Rasional : 1. Mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal.2. Memberi kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri.3. Mengetahui koping yang selama ini digunakan oleh klien.4. Memberikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu usaha. Evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 x pertemuan.2. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 x pertemuan. TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realistis. Intervensi : 1. Bantu klien memuaskan tujuan yang ingin dicapainya.2. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien.3. Bantu klien untuk memilih prioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya.4. Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.5. Tunjukkan keterampilan yang telah dicapai klien.6. Ikutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok. Rasional : 1. Agar klien dapat tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki.2. Mempertahankan klien agar tetap realistis.3. Agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan.4. Menghargai keputusan yang telah dipilih klien.5. Memberi penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.6. Memberikan kesempatan klien di dalam kelompok mengembangkan kemampuannya.

5. Diagnosa keperawatan V :Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri rendah kronis. Tujuan umum : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri. TUK 1 : Klien dapat memperluas kesadaran diri Intervensi : 1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya.2. Diskusikan kelemahan yang dimiliki klien.3. Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan.4. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengan kelebihan yang dimiliki.5. Beritahukan klien bahwa ada hikmah di balik kekurangan yang dimiliki Rasional : 1. Mengidentifikasi hal hal positif yang masih dimiliki klien.2. Mengingatkan klien bahwa klien manusia biasa yang mempunyai kekurangan.3. Menghadirkan harapan pada klien.4. Agar klien tidak merasa putus asa Evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 x pertemuan.2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan untuk mencapai keberhasilan TUK 2 : Klien dapat menyelidiki dirinya Intervensi : 1. Diskusikan dengan klien ideal dirinya, apa rencana selama di RS, rencana klien setelah pulang dan apa cita cita yang ingin dicapai.2. Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya.3. Beri kesempatan pada klien untuk berhasil.4. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai Rasional : 1. Untuk mengetahui sampai dimana realistis dan harapan pasien.2. Membantu klien untuk membentuk harapan yang realistis.3. Meningkatkan rasa percaya diri klien.4. Memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif Evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan cita cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya setelah 1 x pertemuan. 6. Diagnosa keperawatan VI :Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas. Tujuan umum : Klien dapat melakukan perawatan diri TUK 1 : Klien mengetahui keuntungan melakukan perawatan diri Intervensi : 1. Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri.2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatan diri.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan perawatan diri Rasional : 1. Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri.2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang telah diberikan.3. Reinforcement posisitf dapat menyenangkan hati pasien Evaluasi : Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri seperti memelihara kesehatan dan memberi rasa nyaman dan segar. TUK 2 : Klien mengetahui kerugian jika tidak melakukan perawatan diri Intervensi : 1. Diskusikan tentang kerugian tidak melakukan perawatan diri.2. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan kerugian tidak melakukan perawatan diri. Rasional : 1. Untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri.2. Reinforcement positif untuk menyenangkan hati klien. Evaluasi : Klien dapat menyebutkan kerugian dari tidak melakukan perawatan diri seperti terkena penyakit, sulit mendapat teman. TUK 3 : Klien berminat melakukan perawatan diri Intervensi : 1. Dorong dan bantu klien dalam melakukan perawatan diri.2. .Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri Rasional :1. Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri.2. Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk melakukan perawatan diri. Evaluasi : Klien melakukan perawatan diri seperti : mandi memakai sabun 2 x sehari, menggosok gigi dan mencuci rambut, memotong kuku.

IV. STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HALUSINASIDalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa, ada yang kita kenal dengan strategi pelaksanaan (SP) dan dewasa ini sudah menjadi pedoman di rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia. Adapun untuk klien dengan diagnosa keperawatan Halusinasi pendengaran, strategi pelaksanaan asuhan keperawatannya ada terdiri atas 4 strategi pelaksanaan untuk klien dan 3 strategi pelaksanaan untuk keluarga klien.1. Strategi Pelaksanaan pada klien.a. Strategi Pelaksanaan 1 Pasien (SP1 Pasien)Cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara I : Menghardik Halusinasi.ORIENTASISelamat pagi RR, saya perawat yang akan merawat RR, nama saya NM,biasanya di panggil N, RR biasanya dipanggil apa?.Bagaimana perasaan RR pagi ini? apa keluhan RR saat ini?Baiklah bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara-suara yang selama ini RR dengar tapi tak tampak wujudnya? di mana kita akan bercakap-cakap? di ruang tamu? berapa lama?bagaimana kalau 30 menit?.KERJAApakah RR mendengar suara tanpa ada wujudnya?apa yang dikatakan suara itu?Apakah terus menerus terdengar atau hanya sewaktu-waktu?kapan yang paling sering RR mendengar suara?Berapa kali dalam sehari RR mendengar suara?Pada keadaan yang bagaimana RR mendengar? apakah bila RR lagi sendirian?.Apakah yang RR rasakan pada saat mendengar suara itu?Apaka yang RR lakukan bila mendengar suara itu?bila RR melakukan itu, suara itu akan menghilang?Bagaimana kalau saat in kita belajar cara-cara mencegah suara-suara itu muncul?RR, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama dengan menghardik suara itu, kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, Ketiga, Melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah terjadual, dan yang keempat, dengan minium obat yang teratur.Bagaimana kalau saat ini kita belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan menghardik.Caranya adalah seperti berikut ini : saat suara-suara itu muncul, langsung RR mengatakan, pergi saya tidak mau mendengarkan,saya tidak mau dengar, kamu suara palsu.lakukan beulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. sekarang coba RR peragakan yang suster peragakan tadi,nah begitu,bagus sekali! coba lagi!Ya bagus, RR sudah baik melakukannya.TERMINASIbagaimana perasaan RR sekarang setelah melakukan latihan tadi? kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan lakukan cara tadi, Oke!Bagaimana kalau kita buat jadual latihan supay RR terbiasa dengan latihan tadi?Kalau begitu sampai di sisni dulu latihannya, nanti kita bertemu lagi untuk melatih cara-cara yang lain, selama saya tidak ada RR latihan sendiri ya?Kita ketemu besok pagi lagi ya? ditempat ini saja?bagaiman kalau jam 09.00?bagus, sampai jumpa besok ya, selamat pagi

b. Strategi Pelaksanaan 2 Pasien (SP2 Pasien)Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua : bercakap-cakap dengan orang lain.ORIENTASISelamat pagi RR, bagaimana perasaan RR pagi ini?Apakah suara-suaranya masih muncul?Apakah cara yang kita latih kemarin sudah RR pakai ?Berkurangkah suara suara itu? Sesuai janjinya, sekarang sudah jam 09.00 kita akan latihan mengontrol suara yang RR dengar denga cara yang kedua, yaitu dengan bercakap dengan orang lain. kita akan latihan selama 30 menit, bagaimana?disini saja ya?KERJAcara yang kedua untuk mencegah suara-suara muncul adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.Jadi begini bila RR mulai mendengar suara-suara itu muncul, langsung saja RR cari teman untuk di ajak berbicara dengan RR. Minta Teman untuk bercakap dengan RR.Contohnya seperti ini : tolong, say mulai mendengar suara-suara, ayo bercakap-cakap dengan saya, atau bila nanti RR sudah pulang, di rumag ada kakak atau orang tua RR, katakana, kak, tolong bercakap-cakap dengan saya, saya mulai mendengar suara-suara. Begitu caranya, cobasaat ini RR peragakan cara yang suster contohkan tadi,ya bagus seperti itu dan jangan lupa untuk diulang-ulang latihannya ya!TERMINASI bagaimana perasaan RR sekarang setelah melakukan latihan tadi? kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan lakukan cara tadi, Oke!Bagaimana kalau kita buat jadual latihan supay RR terbiasa dengan latihan tadi?Kalau begitu sampai di sisni dulu latihannya, nanti kita bertemu lagi untuk melatih cara-cara yang lain, selama saya tidak ada RR latihan sendiri ya?Kita ketemu besok pagi lagi ya? ditempat ini saja?bagaiman kalau jam 09.00?bagus, sampai jumpa besok ya, selamat pagi

c. Strategi Pelaksanaan 3 Pasien (SP3 Pasien)Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga : Melakukan Aktivitas terjadual.ORIENTASISelamat pagi RR, bagaimana perasaan RR pagi ini?Apakah suara-suaranya masih muncul?Apakah cara yang kita latih kemarin sudah RR pakai ?Berkurangkah suara suara itu? Sesuai janjinya, sekarang sudah jam 09.00 kita akan latihan mengontrol suara yang RR dengar denga cara yang ketiga, yaitu dengan melakukan aktivitas yang sudah terjadual. kita akan latihan selama 30 menit, bagaimana?disini saja ya?KERJAKalau di rumah biasanya pekerjaan apa yang RR lakukan?Kalau pagi-pagi biasanya kegiatan apa? setelah itu apa yang kemudian RR kerjakan (Terus gali sampai malam sehingga di dapatkan kegiatan seharian yang bisa Klien buat satu hari). Wah,..banyak sekali kegiatannya, mari kita latih dulu dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut), bagus sekali, RR sudah baik melakukannya.Kegiatan-kegiatan ini dapat membantu RR mencegah suara-suara itu kembali.Kegiatan yang lain nanti kita.TERMINASIbagaimana perasaan RR sekarang setelah melakukan latihan tadi? kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan lakukan cara tadi, Oke!Bagaimana kalau kita buat jadual latihan supay RR terbiasa dengan latihan tadi?Kalau begitu sampai di sisni dulu latihannya, nanti kita bertemu lagi untuk melatih cara-cara yang lain, selama saya tidak ada RR latihan sendiri ya?Kita ketemu besok pagi lagi ya? ditempat ini saja?bagaiman kalau jam 09.00?bagus, sampai jumpa besok ya, selamat pagi

d. Strategi Pelaksanaan 4 Pasien (SP4 Pasien)Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan menggunakan obat secara teratur.ORIENTASISelamat siang pak, sesuai janjinya kita akan ketemu siang ini bukan?Bagaiman kabarnya hari ini, apakah latihan mengontrol halusinasi tetap teratur dilakukan, dengan menghardik, dengan bercakap-cakap dengan orang lain, serta dengan melakukan aktivitas yang terjadual? Bagus kalau begitu!.Coba mantri lihat jadwal kegiatan hariannya.Bagaiman kalau saat ini kita mulai dengan latihan mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat?Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?Di mana kita akan berbincang-bincang?Bagaimana kalau di ruang tamu?KERJA (Perawat membawa obat pasien)Bapak sudah mendapat obat dari dokter bukan?.Berapa macam obat yang bapak minum?Warna apa saja obatnya?Bagus!, Jam berapa biasanya minum obatnya?Bagus kalau begitu!Obatnya ada tiga macam, yang warna oranye namanya CPZ atau Chlorpromazine kepanjangannya, gunanya agar pikiran menjadi tenang, yang putih ini namanya THP atau Trihexypenidyl kepanjangannya, gunanya agar rileks dan tidak tegang, dan yang warna merah jambu ini adalah HLP atau Halloperidol kepanjangannya, gunanya agar pikiran teratur dan menekan munculnya suara-suara. Semuanya di minum pada jam 07.00 pagi, jam 13.00 siang dan jam 19.00 malam secara tetap dan teratur setiap hari.bila nanti minum obat, mulut bapak akan terasa kering, untuk mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu.Bila mata terasa berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.Nanti kalau sudah pulang nanti setiap kali minum obat jangan lupa memperhatikan aturan pemakaiannya, seperti jam minum obat, dosisnya, macam obatnya, jangan lupa baca ya nama obatnya,pak.Satu hal yang sangat penting jangan pernah berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter dulu, karena akan berakibat kekambuhan penyakit bapak, ingat ya pak!Sekarang mari kita masukkan waktu minum obat dalam jadwal harian bapak.TERMINASIBagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benarCoba sekarang bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum!bagaimana cara minum obat yang benar.Dengan begini sudah berapa cara halusinasi yang sudah kita pelajari? benar, nah sekarang kita masukan cara mengatasi halusinasi dengan minum obat ke dalam jadwal kegiatan harianbaik seperti itu.Sekali yang paling penting jangan sampai lupa atau berhenti minum obat ya pak, minum obatnya yang teratur!Bagaimana besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan yang sudah kita latihan beberapa hari ini dan sejauh mana dapat mencegah halusinasi bapak.Baiklah, mantri permisi dulu ya, sampai jumpa besok terima kasih atas waktunya dan selamat siang.

2. Strategi Pelaksanaan pada keluarga klien.a. Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga (SP1 Keluarga) Pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.ORIENTASISelamat pagi pak, perkenalkan nama saya A L, saya perawat di ruangan katrili ini, saya yang merawat R R, nama Bapak siapa, senangnya dipanggil apa?.Bisakah kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Bapak hadapi?Berapa lama Bapak kita bisa berbincang-bincang?bagaiman Kalau 30 menit?.Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Pak?Bagaiman kalau di kantor perawat?.KERJAPak, apa masalah yang Bapak hadapi dalam merawat R R?apa yang bapak lakukan?Baik pak, saya akan coba menjelaskan tentang halusinasi yang dialami R R dan hal-hal yang perlu bapak perhatikan.Pak, gejala yang dialami oleh RR itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.Tanda-tandanya bicara-bicara dan tertawa sendiri atau marah-marah tanpa sebab.Kalau RR mengatakan bahwa ada orang yang menyuruhnya melakukan sesuatu dengan keadaan RR yang tidak stabil maka hal itu mungkin tidak benarUntuk itu kami perawat yang merawat RR mengharapkan bapak dapat ikut terlibat aktif dalam mengatasi halusinasi yang di alami RR.Ada beberapa cara yang digunakan untuk membantu RR mengatasi halusinasinya.Cara-cara yang diterapkan pada RR adalah seperti : pertama dihadapan RR jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. katakana saja bapak percaya bahwa RR memang mendengar suara-suara itu tetapi bapak sendiri tidak mendengarnya.kedua, jangan biarkan RR berdiam seorang diri dan melamun, karena kalau dibiarkan maka halusinasinya akan muncul lagi. Upayakan ada orang yang mengalihkannya dengan bercakap-cakap atau memberikan kegiatan bersama seperti makan bersama, berdoa bersama-sama, atau kegiatan lain yang bisa dilakukan bersama RR. tentang kegiatan yang dapat dilakukan RR, di RSJ saya telah membuat jadual kegiatan kegiatan harian yang sehari-hari dilakukan RR. Jadi bapak dapat memantau dan membantu RR melaksanakannya, ya pak, dan jangan lupa untuk memberikan pujian bila RR melakukannya. Ketiga, dengan menggunakan obat secara teratur.Obatnya ada tiga macam, yang warna oranye namanya CPZ atau Chlorpromazine kepanjangannya, gunanya agar pikiran menjadi tenang, yang putih ini namanya THP atau Trihexypenidyl kepanjangannya, gunanya agar rileks dan tidak tegang, dan yang warna merah jambu ini adalah HLP atau Halloperidol kepanjangannya, gunanya agar pikiran teratur menekan halusinasinya. Semuanya di minum pada jam 07.00 pagi, jam 13.00 siang dan jam 19.00 malam secara tetap dan teratur setiap hari.bila nanti minum obat, mulut RR akan terasa kering, untuk mengatasinya bisa mengisap-isap es batu.Bila mata terasa berkunang-kunang, anjurkan RR untuk sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.Nanti kalau RR sudah pulang nanti setiap kali minum obat jangan lupa memperhatikan aturan pemakaiannya, seperti jam minum obat, dosisnya, macam obatnya, jangan lupa baca ya nama obatnya,pak.Satu hal yang sangat penting jangan pernah berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter dulu, karena akan berakibat kekambuhan halusinasinya RR, ingat ya pak!Nah, bapak sudah lihatkan apa yang saya ajarkan kepada R R bila halusinasi R R muncul, Bapak bisa membantu dan mengingatkan R R tentang jadwal latihan mengontrol halusinasi yang sudah dibuat yaitu dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang terjadual dan minum obat teratur.kalau R R melakukan latihannya dengan baik, jangan lupa untuk memuji R R, ya pak.TERMINASIBagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara merawat R R?Coba Bapak sebutkan lagi cara merawat R R.Setelah ini coba bapak ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk R R ya pakBagaiman kalau pada kunjungan berikut, kalau boleh 3 hari lagi untuk latihan cara-cara yang sudah kita bicarakan tadi langsung pada R R.Tempatnya di sini saja ya pak?Baiklah kalu begitu sampai ketemu 3 hari lagi ya pak, terima kasih atas kunjungannya, selamat sore dan sampai jumpa lagi.

b. Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga (SP2 Keluarga)Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol halusinasi langsung dihadapan pasien.ORIENTASISelamat pagi Bapak, sesuai dengan janjinya 3 hari yang lalu hari ini kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol halusinasi R R. Bagaiman Pak?masih ingat diskusi kita yang lalu?adakah yang ingin bapak tanyakan?berapa lama bapak ingin kita latihan?Bagaiman kalau kita latihan di sini saja?sebentar saya panggilkan R R supaya kita bisa latihan bersama.KERJARR, bapaknya RR sangat ingin membantu RR mengendalikan suara-suara yang sering RR dengar, untuk itu bapak datang untuk mempraktekkan cara menekan suara-suara yang RR dengar, supaya nanti bila RR mulai mendengar suara-suara, bapak akan mengingatkan dan membantu RR, seperti berikut.coba bapak praktekkan cara memutus halusinasi yang sedang RR alami seperti yang sudah kita pelajari.tepuk punggung RR dan bimbing RR mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut.Bagus sekali, pak, RR! bagaimana RR?senang bukan di bantu oleh bapak?sekarang saya ingin memperlihatkan jadual kegiatan harian RRbagus bukan, ya pak jadual kegiatan RR dan sudah dilakukan oleh RR dengan baik sekali, bapak harus memuji RR karena RR pintar malakukannya, bukan begitu pak!.Nah, sekarang bapak dan mantra akan ke ruang perawat dulu, ya RR.TERMINASIBaik pak, R R, latihan kita sudah selesai, bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan cara-cara mengontrol halusinasi langsung kepada R R?.Bisakah bapak menyebutkan ada berapa cara mengontrol halusinasi?Selanjutnya tolong pantau dan beri motivasi kepada R R melaksanakan jadwal kegiatan harian yang telah di buat di rumah nanti. jangan lupa berikan pujian untuk R R Bila dapat melakukan dengan benar ya Pak.Baiklah cukup sekian pertemuannya kali ini, pak terima kasih atas kunjungannya, sampai ketemu lagi,selamat pagi.

c. Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga (SP3 Keluarga)Membuat perencanaan pulang bersama keluargaORIENTASISelamat pagi R R, bapak, karena besok R R sudah diperbolehkan untuk pulang, maka sekarang kita akan membicarakan jadual kegiatan R R nanti di rumah.Bagaimana pak, apakah selama bapak membesuk apakah sudah dilatih terus cara merawat bapak?apakah sudah dipuji keberhasilannya?.Nah, sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, di sini saja?Berapa lama bapak dan R R mau kita bicara?bagaimana kalau 30 menit?KERJABapak, R R, jadwal yang telah dibuat selama di rumah sakit tolong dilanjutkan nanti di rumah ya, baik aktivitasnya maupun jadwal minum obatnya. Mari kita lihat jadwal harian R R.Hal-hal yang perlu dan sangat penting mejadi perhatian lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh R R selama di rumah. kalau ternyata nantinya R R menolak minum obat atau RR terus menerus mendengar suara-suara menganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, serta memperlihatkan perilaku yang berbahaya, segara mencari pertolongan ke RSJ atau petugas kesehatan terdekat, tetapi bila tidak bisa diatasi dirumah segera bawa R R ke RSJ.TERMINASIBagaimana bapak? adakah hal yang kurang di mengerti dan ingin di tanyakan?Nanti bila ada yang perlu ditanya, bapak a dapat datang ke mari atau menghubungi saya di No. HP. 085340553XXX.Baiklah, silakan bapak mengurus administrasinya.Saya akan menyiapkan obat-obatan dan perlengkapan untuk pulang.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. O.RDENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KATRILI R.S.K.D Kelas A PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA

I. IDENTITAS PASIENNama Pasien: Tn. O.RTTL (Umur): 65 tahunPendidikan: SMTP(TT)Pekerjaan: -Status Perkawinan: MenikahAgama: ProtestanAlamat: Marisi lama, Jg. II, Kec. Poigar

Nama Penanggung jawab: Tn, Nahor MangaisPekerjaan: SwastaHubungan dengan Pasien: saudaraAlamat Lengkap: Marisi lama, Jg. II, Kec. Poigar

II. ALASAN MASUK/KELUHAN UTAMA: Marah-marah, Merontak. Melempar rumah orang. Bicara sendiri, kacau dan tak karuan. Mendengar bisikan.III. FAKTOR PREDISPOSISI Pemakaian obat antipsikotik terputusIV. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum: Cukup baik. Kesadaran: Komposmentis Tanda-tanda vital: - Tensi : 120/80 mmHg- Nadi: 80 x/mnt.: - Resp. : 20 x/mnt- Suhu Badan : 36,50 CV. PSIKOSOSIAL1. Genogram

**Keterangan : Pasien : Laki-laki : Perempuan

2. Konsep diri Gambaran diriPasien mengatakan cukup puas dengan keadaan dirinya walau saat ini dia lagi sakit jiwa. Identitas diriPasien anak pertama dari tiga bersaudara PeranSaat sakit ini banyak hal yang tidak bisa dilakukan pasien Ideal diriPasien mengatakan ingin cepat sembuh Harga diriPasien mengatakan selama berada di rumah sakit, merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi3. Hubungan Sosial Cukup baik ditandai dengan kunjungan dari saudara di rumah sakit4. Spiritual Selama di rumah sakit pasien hanya ikut kegiatan ibadah yang diadakan oleh rumah sakit.VI. STATUS MENTAL1. Penampilan:RapiTidak rapiSesuaiTidak sesuai

2. Pembicaraan:Cepat/KerasLambatMutisme

3. Aktivitas Motorik:LesuTegangGelisahTik

GrimasenTremorKompulsif

4. Alam Perasaan:SedihPutus asaEforiaKetakutanKhawatir

5. Afek:DatarTumpulLabilTidak sesuai

6. Interaksi selama wawancara : KooperatifBermusuhan/tidak kooperatifMudah tersinggung

Kontak mataDefensifCuriga

7. Persepsi:HalusinasiPasien sering mendengar bisikan.

Ilusi

8. Proses Pikir : SirkumsialTangensialKehilangan asosiasi

Flight of ideasBlockingPerseverasi/Berulang-ulang

Pasien mudah beralih pembicaraan secara tiba-tiba, atau mudah berpindah pindah gagasan.

9. Isi Pikir: ObsesiFobiaHipokondriadepresonalisasi

Ide terkaitPikiran magisWahamWaham yang bisar

10. Tingkat kesadaran:BingungSedasiStupor

Orientasi waktu/tempat/orangBaikTerganggu

11. Memori:Ganguuan daya ingat jangka panjangTergangguTidak terganggu

Gangguan daya ingat jangka pendekTergangguTidak terganggu

Gangguan daya ingat saat iniTergangguTidak terganggu

Konfabulasi (pembicaraan tak sesuai kenyataan)AdaTidak ada

12. Tingkat konsentrasi: Mudah beralihDapat berkonsentrasiTidak mampu berkomunikasi

13. Kemampuan penilaian :Mampu mengambil keputusanTidak mampu mengambil keputusan

14. Daya Tilik : Mengingkari penyakit yang di deritaMenerima penyakit yang di deritaMenyalahkan hal-hal diluar dirinya

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANGNOMandiriBantuanKeterangan

1Makan

2Mandi

3Berpakaian

4Berhias

5Defekasi

6Miksi

7Istirahat & tidur

8Penggunaan obat-obatan

9Pemeliharaan kesehatan

10Aktivitas dalam rumah

11Aktivitas luar rumah

VIII. MEKANISME KOPING Adaptif: Maladaptif: Marah

PENGELOMPOKAN DATAData subyektifData obyektif

Pasien mempunyai riwayat merontak/mengamuk di rumah menurut kakaknya Pasien mengatakan mendengar bisikan orang, membicarakan dirinya.

Marah-marah bila ada kemauan yang tidak terpenuhi. Suka menyendiri. Berbicara sendiri, tertawa Menyendengkan telinga ke arah tertentu Tanda-tanda : Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt Suhu : 36,50 C Resp. : 20 x/mnt

ANALISA DATANoDataMasalah

1DS: Pasien mengatakan mendengar bisikan orang, membicarakan dirinya.DO: mondar-mandir, marah tanpa sebab, dan pasien tampak menyendiri.Gangguan persepsi sensorik : halusinasi pendengaran

2DS: Pasien mempunyai riwayat mengamuk di rumah, menurut orang tuanyaDO: Pasien mudah tersinggung dan mudah marah-marah dengan sesama temanResiko perilaku kekerasan

IX. MASALAH KEPERAWATAN Halusinasi pendengaran Resiko kekerasan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Isolasi sosial : menarik diri.

X. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran Risiko Perilaku kekerasan diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran. Isolasi sosial : menarik diri

POHON MASALAH (PROBLEM TREE)

Isolasi Sosial : Menarik DiriHalusinasi PendengaranResiko Perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO JANUARI, 12 2012

EVOLTA ~ 56 ~

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNama : Tn. O.RUmur : 65 tahun Ruangan : KatriliNoDiagnosakeperawatanRencacana asuhan Keperawatan

TujuanKriteriaIntervensi

1Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran DS : Pasien mengatakan ada suara-suara tanpa ujudDO: Pasien tampak suka menyendiri. Pasien suka bicara-bicara sendiri, tertawa-tawa Menyendengkan telinga ke arah tertentu1. Terbinanya hubungan saling percaya.2. Latihan cara mengontrol halusinasi berhasi dilaksanakan.

Klien mau terlibat dalam interaksi secara aktif. Klien secara sukarela melatih cara mengontrol halusinasi.SP 1 Pasien :1. Bina Hubungan saling percayaa. Salam terapeutikb. Perkenalkan diric. Jelaskan tujuan interaksid. Buat kontrak yang jelas2. Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisi klien)3. Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat dari halusinasi pendengaran 4. Latih pasien untuk mencegah terjadinya halusinasi pendengaran seperti :a. Dengan menghardikb. Bercakap-cakap dengan orang lainc. Melakukan aktivitas yang sudah terjaduald. Teratur minum obat5. Bantu dalam mempraktekan cara yang telah diajarkan6. anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol halusinasi yang sesuai 7. anjurkan pasien untuk memasukkan cara mengontrol halusinasi yang telah dipilih kedalam jadwal.8. ciptakan lingkungan yang nyaman dan terapeutik.9. libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok10. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antipsikotik.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATANNama : Tn. O.RUmur : 65 tahun Ruangan : KatriliTanggalJamDxImplementasiEvaluasi (S.O.A.P)Paraf

Kamis, 13/01-201211.001SP 1 Pasien :1. Membina Hubungan saling percayaa. Mengucapkan salam terapeutik,: selamat pagi, Bapak, apa kabarnya pagi ini?b. Memperkenalkan diri, : Saya adalah suster yang akan merawat bapak pagi ini, nama saya Meiyati Israel, biasa dipanggil dengan suster Ati bercakap-cakap tentang suara-suara yang sering bapak dengar, apakah suara-suara itu dan melatih cara-cara mencegah suara-suara itu muncul. c. Membuat kontrak yang jelas, : Untuk kita bercakap-cakap, bagaimana kalau di ruang tamu saja dan waktunya sekitar 30 menit, bagaimana menurut bapak? 2. Mengadakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisi klien)3. Mendiskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat dari halusinasi pendengaran 4. Melatih pasien untuk mencegah terjadinya halusinasi pendengaran seperti :a. Dengan menghardik, caranya : Pertama, tutup telinga dan kemudian dengan lantang mengatakan seolah-olah ditujukan ke suara itu, pergi saya tidak mau mendengar apa yang kamu katakan, pergi!.b. Bercakap-cakap dengan orang lain, caranya : Bila suara-suara itu mulai muncul, segara dekati seseorang dan minta tolong untuk bercakap-cakap untuk mengalihkan suara-suara itu.c. Melakukan aktivitas yang sudah terjadual, caranya : Kegiatan/aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien dari bangun pagi sampai tidur malam di buatkan jadualnya secara tetap agar klien memiliki kegiatan yang teratur untuk dilakukan setiap hari, dengan demikian klien tidak ada waktu untuk sendiri dan melamun.d. Teratur minum obat, caranya : Klien di beri tahu tentang obat yang digunakannya baik bentuknya, warnanya, nama obat, efek obat dan cara mengatasinya, dan cara minumnya serta manfaat minum obat, juga di beri tahu agar tidak berhenti minum obat walaupun suara-suara sudah tidak ada dan harus sepengetahuan dokter.5. Membantu dalam mempraktekan cara yang telah diajarkan6. Menganjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol halusinasi yang sesuai 7. Menganjurkan pasien untuk memasukkan cara mengontrol halusinasi yang telah dipilih kedalam jadwal.8. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan terapeutik.9. Melibatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok10. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antipsikotik.1. Subyektif : Klien mengatakan senang berkenalan. Klien mengatakan merasa agak lega setelah latihan mengontrol halusinasi Klien mengatakan masih ada suara yang berbisik-bisik.

2. Obyektif : Klien mau bertemu Mau bersalaman Bersedia untuk bercerita Kontak mata (+) Body language tampak relaks Raut wajah tenang Tanda-tanda vital : Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt SB : 36,50 C Resp. : 20 x/mnt

3. Assesment :Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

4. Plan :Melanjutkan intervensi no. 2, 4, 5, 8, 9, 10.

Meiyati Israel

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Model Praktek Keperawatan professional jiwa (MPKP Jiwa), Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Dan World Health Organization Indonesia, 2006.2. Budiana keliat (1999). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta, EGC 3. Cook & Fountaine (1987). Essentials mental health nursing. Addison-wesley publishing Company. 4. Rasmun (2001). Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta : Fajar Interpratama 5. Stuart & Sudden (1988). Buku saku keperawatan jiwa 6. Towsend, Mary C (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri 7. Kaplan & Sadock (1998). Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta : Widya Medika