artikel_020409_1 ttg jasa giro

7
KAJIAN AKUNT ANSI ATAS BUNGA JASA GIRO DI REKENING BENDAHARA PENGELUARAN YANG BELUM DISETORKAN KE KAS NEGARA PADA TANGGAL PELAPORAN Oleh: Sibdit Standar Akuntansi Pemerintahan, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan I. Pendahuluan Sesuai dengan ketentuan pasal 24 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah pusat/daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum. Dalam prakteknya, saat ini terdapat dua variasi perlakuan bunga atas rekening giro Bendahara Pengeluaran. Disatu sisi rekening giro Bendahara pengeluaran satker diberikan pendapatan jasa giro oleh bank. Namun, di sisi yang lain, terdapat pula rekening giro yang tidak diberikan jasa giro oleh bank. Sejauh ini ini belum ada keseragaman persepsi atas praktek akuntansi mengenm penyajian pendapatan jasa giro yang belum disetorkan oleh bendahara pengeluaran pada tanggal pelaporan di neraca. Sampai kajian ini disusun, akun kas yang disediakan dalam sistem akuntansi instansi hanya ada dua yaitu Kas di Bendahara Penerimaan dan Kas di Bendahara Pengeluaran. Berdasarkan hal ini, sebagian berpandangan agar saldo jasa giro tersebut diakuntansikan ke dalam akun Kas di Bendahara Pengeluran. Sebagian lagi berpendapat bahwa saldo jasa giro tersebut hams diakuntansikan ke dalam akun Kas di Bendahara Penerimaan. Bahkan, terdapat pihak yang menyarankan agar saldo jasa giro tersebut tidak diakuntansikan, namun cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan pertimbangan bahwa nilai jasa giro tidak material. 1

Upload: saipskp

Post on 01-Jul-2015

180 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: artikel_020409_1 ttg jasa giro

KAJIAN AKUNT ANSI

ATAS

BUNGA JASA GIRO DI REKENING BENDAHARA PENGELUARAN YANG

BELUM DISETORKAN KE KAS NEGARA PADA TANGGAL PELAPORAN

Oleh:

Sibdit Standar Akuntansi Pemerintahan, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan, Ditjen Perbendaharaan

I. Pendahuluan

Sesuai dengan ketentuan pasal 24 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, pemerintah pusat/daerah berhak memperoleh bunga dan/atau

jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum. Dalam prakteknya, saat ini

terdapat dua variasi perlakuan bunga atas rekening giro Bendahara Pengeluaran.

Disatu sisi rekening giro Bendahara pengeluaran satker diberikan pendapatan jasa

giro oleh bank. Namun, di sisi yang lain, terdapat pula rekening giro yang tidak

diberikan jasa giro oleh bank.

Sejauh ini ini belum ada keseragaman persepsi atas praktek akuntansi mengenm

penyajian pendapatan jasa giro yang belum disetorkan oleh bendahara pengeluaran

pada tanggal pelaporan di neraca. Sampai kajian ini disusun, akun kas yang

disediakan dalam sistem akuntansi instansi hanya ada dua yaitu Kas di Bendahara

Penerimaan dan Kas di Bendahara Pengeluaran. Berdasarkan hal ini, sebagian

berpandangan agar saldo jasa giro tersebut diakuntansikan ke dalam akun Kas di

Bendahara Pengeluran. Sebagian lagi berpendapat bahwa saldo jasa giro tersebut

hams diakuntansikan ke dalam akun Kas di Bendahara Penerimaan. Bahkan,

terdapat pihak yang menyarankan agar saldo jasa giro tersebut tidak diakuntansikan,

namun cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan

pertimbangan bahwa nilai jasa giro tidak material.

1

Page 2: artikel_020409_1 ttg jasa giro

Standar Akuntansi Pemerintahan belum mengatur secara khusus tentang perlakuan

akuntansi atas bunga jasa giro. Padahal, kontradiksi pandangan atas perlakuan

akuntansi untuk pendapatan jasa giro di rekening Bendahara Pengeluaran terse but

dapat menyebabkan tidak terpenuhinya karakteristik kualitatif laporan keuangan

pemerintah pusat yang "andal" dan "dapat dibandingkan". Berkenaan dengan hal itu,

kajian ini memberikan argumentasi bahwa untuk penyusunan laporan keuangan tahun

anggaran 2008, pendapatan bunga jasa giro yang belum disetorkan ke kas Negara

pada tanggal pelaporan sebaiknya disajikan sebagai Kas di Bendahara Pengeluaran di

dalam Neraca.

II. HasH Kajian

Berdasarkan kajian atas ketentuan perundang-undangan terkait substansi jasa giro di

rekening giro Bendahara Pengeluaran, telah diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Jasa giro Bendahara Pengeluaran harus diakui dan disajikan dalam

Laporan Keuangan

Menurut Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), terdapat

2 kriteria minimum untuk pengakuan suatu peristiwa atau kejadian, yaitu apabila:

• kejadian atau peristiwa tersebut memberikan manfaat ekonomi;

• kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur

atau dapat diestimasi dengan handal.

Apabila dihubungkan dengan kriteria minimum tersebut, maka pendapatan jasa

giro Rekening Bendahara Pengeluaran haruslah diakuntansikan karena (1) jasa

giro tersebut memberikan manfaat arus masuk ke kas negara berupa Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP) dan (2) nilai jasa giro tersebut dapat diukur dengan

andal karena nilainya tertera secara eksplisit di dalam rekening giro Bendahara

Pengeluaran.

b. Substance over Form: Pendapatan Jasa Giro Bendahara Pengeluaran yang

Belum Disetorkan ke Kas Negara pada Tanggal Pelaporan sebaiknya

disajikan dalam Akun Kas di Bendahara Pengeluaran

2

Page 3: artikel_020409_1 ttg jasa giro

Dalam hal penyajian saldo jasa giro rekening Bendahara di neraca, kami

berpandangan untuk menerapkan prinsip substance over form sebagaimana

disajikan berikut.

a) Aspek Formal Jasa Giro

• Bahwa jasa giro dari rekening Bendahara Pengeluaran adalah penerimaan

negara

Undang-undang Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan mengatur bahwa

Pemerintah pusatl Pemda berhak memperoleh bung a danljasa giro atas dana

yang disimpan pada bank umum (pasal 24 ayat 1). Lebih lanjut, pasal 25 ayat

1 Undang-Undang Nomor 1/2004 mengatur bahwa bunga dan atau jasa giro

yang diperoleh pemerintah merupakan pendapatan negara atau daerah.

Dalam tatanan operasional, KMK No. 318/KMK.02/2004 tentang

Penyimpanan Uang Negara pada Bank-bank Pemerintah mengatur secara

khusus bahwa terhadap rekening Bendaharawan umum/bendaharawanl

Pemegang rekening atas nama Pemerintah pusat danlatau Pemda pada Bank

Umum yang merupakan Persero dan atau Bank Pembangunan Daerah,

dikenakan jasa giro dan disetor ke kas Negara/Daerah sebagai

Penerimaan Negara/Daerah.

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan ini dapat disimpulkan bahwa jasa

giro dari rekening giro Bendahara Pengeluaran di Pemerintah Pusat adalah

penerimaan negara yang harus disetor ke kas negara .

• Bahwa Administirasi terhadap pendapatan negara menjadi tanggung jawab

Bendahara Penerimaan.

Peraturan Menteri Keuangan 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara

Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

K1L1KantorISatuan Kerja menyatakan bahwa Bendahara Penerimaan adalah

orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,

menatausahakan dan mempertanggungjawabkan pendapatan negara dalam

3

Page 4: artikel_020409_1 ttg jasa giro

rangka pelaksanaan APBN pada kantor satuan kerja Kementerian Negara

Lembaga.

b). Aspek Substansi : Jasa Giro diadministrasikan oleh Bendahara

Pengeluaran

Secara substansi, wujud jasa giro rekening Bendahara Pengeluaran adalah

berupa kas yang diperoleh sebagai hasil (yield) dari saldo uang yang tertanam

di rekening giro Bendahara Pengeluaran. Pada prakteknya, adalah tanggung

jawab Bendahara Pengeluaran untuk menatausahakan dan menyetorkan saldo

jasa giro yang masih tersisa pada tanggal pelaporan ke kas negara.

c). Justifikasi Memasukkan Saldo jasa Giro ke dalam Kas di Bendahara

Pengeluaran

Dalam Bultek 01, definisi Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh

kas, baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yang berada di

bawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari

pelaksanaan tugas pemerintahan (PNBP). Sementara, Kas di Bendahara

Pengeluaran didefinisikan sebagai kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah

tanggung jawab bendahara pengeluaran yang berasal dari sisa UP yang belum

dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke kas negara per tanggal

negara. Dari definisi terse but dapat disusun suatu premis bahwa definisi suatu

akun kas melekat dengan substansi pengelolaan kas tersebut, yaitu: (i) Akun

Kas di Bendahara Pengeluaran untuk menampung saldo kas yang dikelola

Bendahara Pengeluaran dan (ii) Akun Kas di Bendahara Penerimaan untuk

menampung saldo kas yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

Mengacu kepada ketentuan di dalam Bultek 01 tersebut maka transaksi­

transaksi di luar uang persediaan seperti saldo jasa giro atas rekening

bendahara pengeluaran pad a tanggal pelaporan tidak dapat disajikan sebagai

Kas di Bendahara Pengeluaran (karena bukan merupakan bagian dari sisa UP

yang belum dipertanggungjawabkan) dan tidak dapat pula disajikan sebagai

4

Page 5: artikel_020409_1 ttg jasa giro

Kas di Bendahara Penerimaan (karena dana tersebut tidak berada di bawah

tanggung jawab Bendahara Penerimaan). Namun demikian, karena jasa giro

tersebut memenuhi kriteria minimal pengakuan dan pengukuran sesuai

ketentuan Standar Akuntansi Pemerintahan, maka jasa giro tersebut harus

tetap diakuntansikan.

Salah satu altematif adalah dengan membuat akun baru seperti akun Kas

Lainnya di neraca Sistem Akuntansi Instansi. Namun, altematif ini memiliki

risiko j ika harus diimplementasikan dalam penyusunan laporan keuangan

kementerian negara dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2008.

Risiko tersebut terkait dengan ketersediaan waktu mengingat bahwa saat ini

kementerian negara/lembaga telah menyusun Laporan Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

unaudited pun sedang dalam proses penyusunan.

Dengan mempertimbangkan aspek risiko tersebut dan dengan mengunggulkan

secara relatif subtansi pengelolaan jasa giro yang berada pada Bendahara

Pengeluaran dari aspek formalnya, untuk penyusunan laporan keuangan tahun

anggaran 2008, jasa giro Bendahara Pengeluaran tersebut lebih memadai jika

diklasifikasikan dalam akun Kas di Bendahara Pengeluaran. Hal ini

dikarenakan bahwa tanggung jawab Bendahara Pengeluaran sesungguhnya

tidak hanya sebatas pengelolaan uang persediaan, tetapi Bendahara

Pengeluaran juga bertindak sebagai Wajib Pungut, mengelola LS gaji dan

honor, mengelola pengembalian belanja, serta penyimpanan dan penyetoran

jasa giro. Agar informasi di dalam laporan keuangan tidak bias, perlu

diberikan pengungkapan yang cukup di dalam Catatan atas Laporan Keuangan

mengenai pendapatanjasa giro tersebut.

5

Page 6: artikel_020409_1 ttg jasa giro

III. Penutup

Saldo jasa giro Bendahara Pengeluaran yang belum disetorkan pada tanggal

pelaporan memenuhi syarat untuk disajikan di dalam neraca karena memenuhi

kriteria minimal pengakuan dan pengukuran sesuai ketentuan Standar Akuntansi

Pemerintahan. Namun demikian, terdapat perbedaan persepsi tentang kebijakan

akuntansi atas saldo jasa giro tersebut. Ketentuan formal yang ada saat ini belum

didapat dijadikan rujukan yang pasti untuk menetapkan penyajian saldo jasa giro

Bendahara Pengeluaran yang belum disetorkan pad a tanggal pelaporan sebagai Kas

di Bendahara Pengeluaran atau pun sebagai Kas di Bendahara Penerimaan. Sesuai

dengan fakta bahwa jasa giro ditempatkan pada rekening giro Bendahara

Pengeluaran, maka dengan mengacu pada prinsip substansi mengungguli bentuk

formal (substance over form), sebaiknya jasa giro Bendahara Pengeluaran yang

belum disetorkan pada tanggal pelaporan disajikan sebagai Kas di Bendahara

Pengeluaran disertai dengan pengungkapan yang cukup di dalam Catatan atas

Laporan Keuangan.

Untuk memberikan kepastian dalam aspek formal, KSAP perlu mengembangkan

ruang lingkup pos Kas di Bendahara Pengeluaran agar lebih merepresentasikan

keseluruhan wewenang dan tanggung jawab Bendahara Pengeluaran. Lebih lanjut,

untuk implementasinya perlu disediakan akun-akun terkait di dalam sistem

akuntansi.

6

Page 7: artikel_020409_1 ttg jasa giro

Daftar Pus taka

Departemen Keuangan. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73 tahun 2008.tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan PertanggungjawabanBendahara K/L/Kantor/Satuan Verja.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2005. Buletin Teknis Nomor 1 tentangPenyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat.

Departemen Keuangan. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan.

Departemen Keuangan. 2004. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara.

Departemen Keuangan. 2004. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 318 tahun 2004tentang Penyimpanan Uang Negara pada Bank-bank Pemerintah.

7