bab ii telaah pustaka -...

17
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Tabungan Nopirin, (1996:51) Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi. Selanjutnya (Kuncoro, 1997) Usaha memobilisasi tabungan atau menghimpun dana pihak ketiga ditentukan oleh kesanggupan dan kemauan masyarakat dari sisi penabung serta peran (fungsi intermediasi) perbankan dari sisi penghimpun dana. Sedangkan (Arsyad, 1999) menyatakan bahwa tabungan masyarakat ditentukan oleh perilaku tabungan perusahaan dan perilaku tabungan rumah tangga. Ketidak serasian hubungan antara masyarakat dan perbankan sering menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan (Suryana, 2000). Selanjutnya (Suryapraja, 2006) menekankan bahwa tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang dipersamakan dengan itu. Briliant (2008) menjelaskan tabungan merupakan pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakanFurham (1999) berpendapat ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan jumlah atau proporsi dari pendapatan disposabelnya yang akan dialokasikan untuk

Upload: buidan

Post on 30-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Tabungan

Nopirin, (1996:51) Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai

bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk

konsumsi. Selanjutnya (Kuncoro, 1997) Usaha memobilisasi tabungan atau

menghimpun dana pihak ketiga ditentukan oleh kesanggupan dan kemauan

masyarakat dari sisi penabung serta peran (fungsi intermediasi) perbankan

dari sisi penghimpun dana. Sedangkan (Arsyad, 1999) menyatakan bahwa

tabungan masyarakat ditentukan oleh perilaku tabungan perusahaan dan

perilaku tabungan rumah tangga. Ketidak serasian hubungan antara

masyarakat dan perbankan sering menghambat usaha untuk memobilisasi

tabungan (Suryana, 2000). Selanjutnya (Suryapraja, 2006) menekankan

bahwa tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi

tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang

dipersamakan dengan itu. Briliant (2008) menjelaskan tabungan merupakan

pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakanFurham (1999) berpendapat

ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan jumlah

atau proporsi dari pendapatan disposabelnya yang akan dialokasikan untuk

menabung. Hal tersebut selain dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan yang

harus dipenuhi pada saat sekarang, perbedaan kondisi tak terduga (darurat)

dari tiap rumah tangga, perbedaan tingkat pendidikan, dapat juga

dipengaruhi oleh pendapatan yang dimiliki oleh sebuah rumah tangga.

Sedangkan Dynan dkk (2004). Salah satu faktor yang paling mempengaruhi

proporsi tabungan sebuah rumah tangga adalah pendapatan yang dimiliki

rumah tangga tersebut. Selain faktor pendapatan, salah satu bagian yang

tidak dapat terpisahkan dalam keputusan untuk melakukan tindakan

menabung adalah seberapa besar pengalokasian pendapatan rumah

tangganya untuk konsumsi. Hal ini terjadi karena dalam berbagai level

pendapatan, keputusan untuk konsumsi secara langsung berhubungan pula

dengan keputusan untuk menabung, Abel dkk (2008). Studi perbandingan

yang dilakukan terhadap pola konsumsi rumah tangga kaya dan miskin

menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah

konsumsi masing-masing kelompok, Rahma (2011).

Salah satu faktor yang mempengaruhi proporsi tabungan rumah

tangga adalah pendapatan (Dynan dkk, 2004). Pendapatan rumah tangga

memiliki hubungan yang positif yang sangat kuat dengan proporsi tabungan

rumah tangga. Hal ini terjadi karena tabungan bergerak meningkat seiring

dengan peningkatan pendapatan Sementara itu, konsumsi merupakan bagian

dari pendapatan yang dipergunakan. Selisih antara pendapatan dan konsumsi

adalah proporsi untuk tabungan. Setiap rumah tangga atau kelompok rumah

tangga memiliki pola atau struktur konsumsi dan pengeluaran yang berbeda

Rachman dan (Supriyati, 2004). Konsumsi yang dilakukan oleh rumah

tangga dipertimbangkan berdasarkan waktu masa kini dan masa depan.

Semakin besar konsumsi yang dinikmati hari ini, maka semakin kecil yang

dapat dinikmati pada hari esok. Jumlah total konsumsi yang besar di waktu

saat ini berpengaruh terhadap proporsi tabungan untuk konsumsi yang akan

datang, Mankiw (2000:456).

Boediono (1992) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari

penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.

Sedangkan Purnomo (1993) menyatakan pendapatan adalah semua

penghasilan yang diterima setiap orang dalam kegiatan ekonomi dalam satu

periode tertentu. Selanjutnya Dyckman (2002:234) bahwa pendapatan adalah

“arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau

penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode

dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain

yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang

berlangsung”. Selanjut Tohir (2004) menyatakan pendapatan adalah uang

yang diterima oleh segenap orang dan merupakan balas jasa untuk faktor-

faktor produksi.

Rumah tangga dengan konsumsi makanan dan non makanan yang

tinggi diduga berpengaruh terhadap besarnya proporsi tabungan. Bagi

sebagian orang, tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak

dibelanjakan. Namun bagi orang-orang yang memahami perencanaan

keuangan, tabungan dilakukan terlebih dahulu sebelum terjadi pengeluaran

untuk konsumsi. Jadi, pendapatan yang diperoleh dialokasikan terlebih

dahulu untuk ditabung dan kemudian sisanya digunakan untuk tindakan

konsumsi, (Keown, 2007).

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menabung

Secara umum calon nasabah yang akan menabung tentu memilih

bank yang dapat memberikan keuntungan dan kemudahan. Setiap nasabah

akan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu untuk

memutuskan menabung. Selain itu nasabah juga memperhatikan kualitas

pelayanan serta produk yang ditawarkan sehingga nasabah termotivasi untuk

menggunakannya. Nasabah akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut

untuk mencari kepuasan dalam menyimpan dananya di bank, karena

bagaimanapun konsumen dalam perilakunya akan mencari kepuasan yang

maksimal dalam memenuhi kebutuhannnya. Dengan demikian, Setiadi

(2003:13) secara umum terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan

eksternal.

2.2.1.Faktor Internal

Faktor internal, Setiadi (2003:13) merupakan faktor yang berasal dari

diri sendiri misalnya aspek piosiologis dan aspek psikologis. faktor internal

terdiri dari :

1. Pengalaman (memory) merupakan suatu proses pembelajaran dan

pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan

formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang

membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari

perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek, Knoers

& Haditono (1999). Sedangkan (KBBI, 2005) Pengalaman merupakan

sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman

dapat diartikan juga sebagai memori episodic, yaitu memori yang

menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu

pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi

otobiografi, Daehler & Bukatko (Syah, 2003).

2. Kepribadian (personality ); Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) memberi

definisi kepribadian sebagai berikut:“Personality is the sum total of

actual or potential behavior-patterns of the organism as determined by

heredirty and environment; it originates and develops through the

functional interaction of the three main sectors into which these behavior

patterns are the conative sector (character), the affective sector

(temperament), and the somatic sector (constution). Kepribadian adalah

totalitas pola perilaku yang nyata atau potensial dari organisme yang

ditentukan oleh gen dan lingkungan; kepribadian berasal dan berkembang

melalui interaksi fungsional dari tiga sektor utama yaitu sektor konatif

(karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi).

Sedangkan Allport Jess Feist & Gregory J. Feist, (2010:85) kepribadian

adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik individu yang

menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Koentjaraningrat (Alex Sobur 2009) menyebut

kepribadian sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan

perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.

3. Motivasi (motivation); adalah “pendorongan“; suatu usaha yang disadari

untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan

tertentu, Ngalim Purwanto, (1998:71). Pengertian motivasi, yaitu: suatu

tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang

menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya,

Martin Handoko, (1992:9). Dengan demikian motivasi merupakan

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya,

Hamzah B.Uno, (2008: 3).

4. Sikap (attitude); merupakan derajat afek positif atau afek negatif terhadap

suatu objek psikologis Thurstone (Azwar, 2007). Mekanisme mental yang

mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut

menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya

atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri

individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul

tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga

dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi

di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang.

Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, Azwar (2007).

Selanjutnya Eagle dan Chaiken (A. Wawan dan Dewi M. 2010)

mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi

terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam prosesproses kognitif,

afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi di atas menunjukkan

bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang

umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku

(cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi

(menyebabkan respon-respon yang konsisten).

5. Persepsi (perception) is defined as the process by which an individual

selects, organizes and interprets stimuli into a meaningful and coherent

picture of the world”, Schiffman dan Kanuk (2004:158). Dalam bertindak

seseorang dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Kotler

dan Amstrong (2008:214) , persepsi adalah proses dimana seseorang

memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk

suatu yang berarti mengenai dunia. Sedangkan Tatik Suryani, (2008:97-

98) persepsi sebagai suatu proses yang diawali oleh suatu stimuli yang

mengenai indra manusia untuk kemudian dilakukan respon

2.2.2. Faktor Eksternal

faktor eksternal, Setiadi (2003:13) merupakan faktor yang berasal

dari luar, dimana dalam penulisan ini, yang merupakan Faktor eksternal yang

mempengaruhi keputusan menabung terdiri dari : Pelayanan, tingkat suku

bunga dan lokasi.

1. Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yanga dapat ditawarkan

oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud

dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun Kotler, (Laksana 2008).

Sedangkan Gronroos (Tjiptono 2005) menyatakan bahwa pelayanan

merupakan proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang

biasa (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan

dan karyawan, jasa dan sumber daya, fisik atau barang, dan sistem

penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.

Sementara Lovelock dkk, (Tjiptono 2005) mengemukakan perspektif

pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap bisnis jasa dipandang

sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama: (1) operasai

jasa; dan (2) penyampaian jasa.

2. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate). Dalam kegiatan perbankan sehari-

hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu : (1)

Bunga Simpanan yaitu merupakan Bunga yang diberikan sebagai

rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di

bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar kepada

nasabahnya. Sebagai contoh : jasa giro, bunga tabungan, bunga deposito.

(2) Bunga Pinjaman yaitu Bunga yang diberikan kepada para peminjam

atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.

Sebagai contoh : bunga kredit. Lipsey dkk, (1997:471) suku bunga adalah

harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada

periode waktu tertentu. Suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu (a)

suku bunga nominal (b) suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal

adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah

uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio

daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang

dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal

dengan laju inflasi. Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari

suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh

dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah

pinjaman Karl dan Fair (2001:635). Sedangkan Sunariyah (2004:80)

adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase

uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber

daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) seperti berikut

ini; Pertama, Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai

dana lebih untuk diinvestasikan. Kedua, Suku bunga dapat digunakan

sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan

permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya,

pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila

perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka

pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan

sektor lain. Ketiga, Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk

mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur

sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Suku bunga itu sendiri

ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu: penawaran tabungan dan permintaan

investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih

antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai

pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan

akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku

bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan

sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh

tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat. Rahmat dan Maya

(2011:101), bunga merupakan suatu bentuk penghasilan bagi pemilik

uang yang karena pengorbanannya selama waktu tertentu untuk

melepaskan kesempatan untuk tidak menggunakan uang tersebut karena

digunakan oleh pihak lain, sedangkan menurut Kasmir (2012:154), suku

bunga merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip

konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya

Prasetiantono (2000) jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih

suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan

pengembalian yang menguntungkan, sehingga p ada posisi ini,

permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah

karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio

perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah

uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan

jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi.

Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik

lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

3. Lokasi. Lupiyoadi (2001) lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan

harus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis

interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu; (1) Konsumen mendatangi

pemberi jasa, sehingga perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat

dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus

strategis. (2) Pemberian jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi

tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian

jasa tetap berkualitas. (3) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu

secara langsung, berarti penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui

sarana tertentu seperti telepon, komputer, ataupun surat, dalam hal ini

lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antar kedua belah

pihak dapat terlaksana. Tjiptono, (2006) Pemilihan lokasi memerlukan

pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut: (a) Akses

yaitu kemudahan untuk menjangkau (b) Visiabilitas yaitu kemudahan

untuk dilihat (c) Lalu lintas (d) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa

memberikan peluang yang besar terjadinya impuls buying (e) Kepadatan

dan kemacetan bisa menjadi hambatan.

Maski (2010) bahwa keputusan nasabah dalam memilih atau tidak

memilih Bank dalam menabung dipengaruhi oleh karakteristik Bank,

pelayanan dan kepercayaan pada bank, pengetahuan dan obyek fisik. Maski

(2010) lebih menegaskan bahwa Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan

Bank sebagai Tempat Menabung adalah Bauran Pemasaran (Jasa, Tarif

Harga, Pendukung Fisik, Proses) Serta Dimensi Kualitas Jasa (Reliability,

Responsiveness, Assurance). Sedangkan Lupiyoadi (2001) menyatakan

lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan harus bermarkas dan

melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang

mempengaruhi lokasi, yaitu; (1) Konsumen mendatangi pemberi jasa,

sehingga perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen

sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis. (2) Pemberian

jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi

yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa tetap berkualitas.

(3)Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung, berarti

penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti

telepon, komputer, ataupun surat, dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak

penting selama komunikasi antar kedua belah pihak dapat terlaksana.

Sedangkan Setiadi (2003:13) faktor yang mempengaruhi minat konsumen

adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor pribadi,

pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, sikap dan motivasi. Sedangkan

faktor eksternal terdiri atas faktor promosi, produk, lokasi, dan pelayanan.

Menabung sama halnya dengan berinvestasi, oleh karena itu Atkins dan Dyl

(1997) bahwa Dalam melakukan investasi dalam bentuk tabungan akan

dihadapkan pada banyak pilihan. Sehingga nasabah harus dapat memilih

bank yang mempunyai prospek yang baik dimasa yang akandatang dalam

menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi nasabah.Dalam melakukan

investasi pengaturan biaya transaksi yang efektif dan analisis yang hati-hati

dapat menghasilkan return yang besar.

Ada dua kekuatan dari faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan psikologis yang

keduanya terdiri dari dari beberapa indikatoratau penunjuk yang bisa

menjelaskan faktor kekuatan sosial budaya dan faktor kekuatan psikologis.

Pertama, indikator dari faktor kekuatan budaya, antara lain: (a) faktor

budaya; (b) faktor kelas social; (c) faktor kelompok anutan; dan (d) faktor

keluarga. Kedua, kekuatan psikologis terdiri

dari : (a) faktor pengalaman belajar; (b) faktor kepribadian; (c) faktor sikap

dan keyakinan; dan(d) konsep diri atau self-concept.

Temuan terbaru oleh Kotlikoff (1989) menyatakan bahwa sekitar 30

% tabungan keluarga di USA dapat diterangkan melalui motive

precautionary nature (tindakan pencegahan yang alami), misalnya dalam

bentuk kecemasan tentang usia tuanya. Hal ini juga ditemukan di Belanda

dan Swedia. Sementara Johnson (1999) menemukan adanya motif antisipasi

keadaan darurat dan pendidikan anak-anaknya pada orang Asia. Sedangkan

penelitian di Jepang oleh Horioka & Watanabe (1997) menemukan bahwa

orang jepang menabung karena alasan menghadapi pensiun dan tindakan

pencegahan. Keluarga di Australia mengemukakan motif menabung adalah

untuk alasan pensiun, liburan dan pencegahan serta investasi rumah,

membayar tagihan, pendidikan anak dan pembelian barang yang tahan

lama.Sementara motif untuk mewariskan harta kurang penting di kalangan

mereka (Haris, Loundes dan Webster, 2002). Komunitas orang Inggris

menyatakan bahwa yang lebih penting adalah tabungan untuk pegangan

masa depan sedangkan orang Israel dan Italia untuk pendidikan dan

kesehatan anak-anaknya (Webley, 2000).

Xiao dan Anderson (1993) dan Xiaon dan Olson (1993) menguraikan

teori Maslow dan hipotesa behavioral life cycle dalam pendekatan mereka.

Mereka menemukan bahwa keluarga menunjukkan perbedaan motivasi

dalam menabung dan menabung menurut perbedaan kategori mental

accounting akan menentukan perbedaan kebutuhan. Xiao dan Noring (1994)

mengatakan bahwa motivasi untuk mengkonsumsi saat ini dan yang akan

datang dapat didefinisikan sebagai kebutuhan financial yang merupakan

refleksi dari kebutuhan yang dideskripsikan oleh Maslow. Tingkat kebutuhan

financial paling rendah memfokuskan pada konsumsi saat ini sedangkan

yang paling tinggi adalah konsumsi masa depan. Hal ini berarti bahwa ketika

sebuah keluarga mempunyai sumber keuangan yang memadai (pendapatan,

assest dan keuangan bersih) lebih memungkinkan memiliki kebutuhan

financial lebih tinggi.

Browning dan Lusardi (1996) menambahkan adanya down-payment

motive, yaitu keinginan (hasrat) untuk mengakumulasikan keseluruhan uang

untuk digunakan sebagai alat pembayaran terhadap barang yang mahal dan

tahan lama seperti rumah atau mobil.Setiap rumah tangga akan memutuskan

berapa banyak dari jumlah pendapatan yang akan dikonsumsi dan yang akan

ditabung untuk masa depan, Mankiw (2000). Sehingga menabung memiliki

tujuan untuk; Menghemat pengeluaran agar hidup tidak boros, Mengatur

keuangan dengan baik, Merencanakan dan mempersiapkan hari depan,

Menyukseskan pembangunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahdzan dan Tabiani (2013)

menemukan bahwa faktor demografi yang mempengaruhi keputusan

menyimpan dana oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anak, status pernikahan, dan

pengalaman bekerja.Rahmatia (2004) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan

mempengaruhi tingkat konsumsi individu sehingga keputusan untuk

menabung atau tidak juga tergantung dari jenis pekerjaan seseorang serta

pendapatan yang diperoleh. Edward W. Reed dan K. Gill (1995) yang

memperngaruhi nasabah dalam menabung adalah kemanfatan, lokasi,

pelayanan dan tingkat suku bunga. Lokasi suatu bank akan mempengaruhi

kelancaran dari usaha tersebut. Sedangkan (Fred Selnes, 1993) bahwa pada

bisnis-bisnis industry dan jasa, nama (merk) lebih sering dihubungkan

dengan reputasi perusahaan dari pada dengan produk atau jasa itu sendiri.

Karena itu salah satu pertimbangan nasabah dalam menabung di bank adalah

reputasi perusahaan tersebut di mata nasabahnya. Karena kepercayaan

merupakan salah satu faktor utama bagi nasabah untuk mempercayakan

uangnya ditabung atau diinvestasikan pada bank tersebut.