bab ii telaah pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Tabungan
Nopirin, (1996:51) Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai
bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk
konsumsi. Selanjutnya (Kuncoro, 1997) Usaha memobilisasi tabungan atau
menghimpun dana pihak ketiga ditentukan oleh kesanggupan dan kemauan
masyarakat dari sisi penabung serta peran (fungsi intermediasi) perbankan
dari sisi penghimpun dana. Sedangkan (Arsyad, 1999) menyatakan bahwa
tabungan masyarakat ditentukan oleh perilaku tabungan perusahaan dan
perilaku tabungan rumah tangga. Ketidak serasian hubungan antara
masyarakat dan perbankan sering menghambat usaha untuk memobilisasi
tabungan (Suryana, 2000). Selanjutnya (Suryapraja, 2006) menekankan
bahwa tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang
dipersamakan dengan itu. Briliant (2008) menjelaskan tabungan merupakan
pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakanFurham (1999) berpendapat
ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan jumlah
atau proporsi dari pendapatan disposabelnya yang akan dialokasikan untuk
menabung. Hal tersebut selain dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan yang
harus dipenuhi pada saat sekarang, perbedaan kondisi tak terduga (darurat)
dari tiap rumah tangga, perbedaan tingkat pendidikan, dapat juga
dipengaruhi oleh pendapatan yang dimiliki oleh sebuah rumah tangga.
Sedangkan Dynan dkk (2004). Salah satu faktor yang paling mempengaruhi
proporsi tabungan sebuah rumah tangga adalah pendapatan yang dimiliki
rumah tangga tersebut. Selain faktor pendapatan, salah satu bagian yang
tidak dapat terpisahkan dalam keputusan untuk melakukan tindakan
menabung adalah seberapa besar pengalokasian pendapatan rumah
tangganya untuk konsumsi. Hal ini terjadi karena dalam berbagai level
pendapatan, keputusan untuk konsumsi secara langsung berhubungan pula
dengan keputusan untuk menabung, Abel dkk (2008). Studi perbandingan
yang dilakukan terhadap pola konsumsi rumah tangga kaya dan miskin
menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
konsumsi masing-masing kelompok, Rahma (2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi proporsi tabungan rumah
tangga adalah pendapatan (Dynan dkk, 2004). Pendapatan rumah tangga
memiliki hubungan yang positif yang sangat kuat dengan proporsi tabungan
rumah tangga. Hal ini terjadi karena tabungan bergerak meningkat seiring
dengan peningkatan pendapatan Sementara itu, konsumsi merupakan bagian
dari pendapatan yang dipergunakan. Selisih antara pendapatan dan konsumsi
adalah proporsi untuk tabungan. Setiap rumah tangga atau kelompok rumah
tangga memiliki pola atau struktur konsumsi dan pengeluaran yang berbeda
Rachman dan (Supriyati, 2004). Konsumsi yang dilakukan oleh rumah
tangga dipertimbangkan berdasarkan waktu masa kini dan masa depan.
Semakin besar konsumsi yang dinikmati hari ini, maka semakin kecil yang
dapat dinikmati pada hari esok. Jumlah total konsumsi yang besar di waktu
saat ini berpengaruh terhadap proporsi tabungan untuk konsumsi yang akan
datang, Mankiw (2000:456).
Boediono (1992) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari
penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Sedangkan Purnomo (1993) menyatakan pendapatan adalah semua
penghasilan yang diterima setiap orang dalam kegiatan ekonomi dalam satu
periode tertentu. Selanjutnya Dyckman (2002:234) bahwa pendapatan adalah
“arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau
penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode
dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain
yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang
berlangsung”. Selanjut Tohir (2004) menyatakan pendapatan adalah uang
yang diterima oleh segenap orang dan merupakan balas jasa untuk faktor-
faktor produksi.
Rumah tangga dengan konsumsi makanan dan non makanan yang
tinggi diduga berpengaruh terhadap besarnya proporsi tabungan. Bagi
sebagian orang, tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak
dibelanjakan. Namun bagi orang-orang yang memahami perencanaan
keuangan, tabungan dilakukan terlebih dahulu sebelum terjadi pengeluaran
untuk konsumsi. Jadi, pendapatan yang diperoleh dialokasikan terlebih
dahulu untuk ditabung dan kemudian sisanya digunakan untuk tindakan
konsumsi, (Keown, 2007).
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menabung
Secara umum calon nasabah yang akan menabung tentu memilih
bank yang dapat memberikan keuntungan dan kemudahan. Setiap nasabah
akan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu untuk
memutuskan menabung. Selain itu nasabah juga memperhatikan kualitas
pelayanan serta produk yang ditawarkan sehingga nasabah termotivasi untuk
menggunakannya. Nasabah akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut
untuk mencari kepuasan dalam menyimpan dananya di bank, karena
bagaimanapun konsumen dalam perilakunya akan mencari kepuasan yang
maksimal dalam memenuhi kebutuhannnya. Dengan demikian, Setiadi
(2003:13) secara umum terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal.
2.2.1.Faktor Internal
Faktor internal, Setiadi (2003:13) merupakan faktor yang berasal dari
diri sendiri misalnya aspek piosiologis dan aspek psikologis. faktor internal
terdiri dari :
1. Pengalaman (memory) merupakan suatu proses pembelajaran dan
pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan
formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari
perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek, Knoers
& Haditono (1999). Sedangkan (KBBI, 2005) Pengalaman merupakan
sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman
dapat diartikan juga sebagai memori episodic, yaitu memori yang
menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu
pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi
otobiografi, Daehler & Bukatko (Syah, 2003).
2. Kepribadian (personality ); Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) memberi
definisi kepribadian sebagai berikut:“Personality is the sum total of
actual or potential behavior-patterns of the organism as determined by
heredirty and environment; it originates and develops through the
functional interaction of the three main sectors into which these behavior
patterns are the conative sector (character), the affective sector
(temperament), and the somatic sector (constution). Kepribadian adalah
totalitas pola perilaku yang nyata atau potensial dari organisme yang
ditentukan oleh gen dan lingkungan; kepribadian berasal dan berkembang
melalui interaksi fungsional dari tiga sektor utama yaitu sektor konatif
(karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi).
Sedangkan Allport Jess Feist & Gregory J. Feist, (2010:85) kepribadian
adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik individu yang
menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Koentjaraningrat (Alex Sobur 2009) menyebut
kepribadian sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.
3. Motivasi (motivation); adalah “pendorongan“; suatu usaha yang disadari
untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu, Ngalim Purwanto, (1998:71). Pengertian motivasi, yaitu: suatu
tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya,
Martin Handoko, (1992:9). Dengan demikian motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya,
Hamzah B.Uno, (2008: 3).
4. Sikap (attitude); merupakan derajat afek positif atau afek negatif terhadap
suatu objek psikologis Thurstone (Azwar, 2007). Mekanisme mental yang
mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut
menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya
atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri
individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul
tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga
dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi
di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang.
Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, Azwar (2007).
Selanjutnya Eagle dan Chaiken (A. Wawan dan Dewi M. 2010)
mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi
terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam prosesproses kognitif,
afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi di atas menunjukkan
bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang
umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku
(cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi
(menyebabkan respon-respon yang konsisten).
5. Persepsi (perception) is defined as the process by which an individual
selects, organizes and interprets stimuli into a meaningful and coherent
picture of the world”, Schiffman dan Kanuk (2004:158). Dalam bertindak
seseorang dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Kotler
dan Amstrong (2008:214) , persepsi adalah proses dimana seseorang
memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk
suatu yang berarti mengenai dunia. Sedangkan Tatik Suryani, (2008:97-
98) persepsi sebagai suatu proses yang diawali oleh suatu stimuli yang
mengenai indra manusia untuk kemudian dilakukan respon
2.2.2. Faktor Eksternal
faktor eksternal, Setiadi (2003:13) merupakan faktor yang berasal
dari luar, dimana dalam penulisan ini, yang merupakan Faktor eksternal yang
mempengaruhi keputusan menabung terdiri dari : Pelayanan, tingkat suku
bunga dan lokasi.
1. Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yanga dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun Kotler, (Laksana 2008).
Sedangkan Gronroos (Tjiptono 2005) menyatakan bahwa pelayanan
merupakan proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang
biasa (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan
dan karyawan, jasa dan sumber daya, fisik atau barang, dan sistem
penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.
Sementara Lovelock dkk, (Tjiptono 2005) mengemukakan perspektif
pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap bisnis jasa dipandang
sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama: (1) operasai
jasa; dan (2) penyampaian jasa.
2. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate). Dalam kegiatan perbankan sehari-
hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu : (1)
Bunga Simpanan yaitu merupakan Bunga yang diberikan sebagai
rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di
bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar kepada
nasabahnya. Sebagai contoh : jasa giro, bunga tabungan, bunga deposito.
(2) Bunga Pinjaman yaitu Bunga yang diberikan kepada para peminjam
atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.
Sebagai contoh : bunga kredit. Lipsey dkk, (1997:471) suku bunga adalah
harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada
periode waktu tertentu. Suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu (a)
suku bunga nominal (b) suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal
adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah
uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio
daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang
dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal
dengan laju inflasi. Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari
suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh
dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman Karl dan Fair (2001:635). Sedangkan Sunariyah (2004:80)
adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase
uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber
daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) seperti berikut
ini; Pertama, Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai
dana lebih untuk diinvestasikan. Kedua, Suku bunga dapat digunakan
sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya,
pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila
perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka
pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan
sektor lain. Ketiga, Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk
mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur
sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Suku bunga itu sendiri
ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu: penawaran tabungan dan permintaan
investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih
antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai
pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan
akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku
bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan
sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh
tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat. Rahmat dan Maya
(2011:101), bunga merupakan suatu bentuk penghasilan bagi pemilik
uang yang karena pengorbanannya selama waktu tertentu untuk
melepaskan kesempatan untuk tidak menggunakan uang tersebut karena
digunakan oleh pihak lain, sedangkan menurut Kasmir (2012:154), suku
bunga merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya
Prasetiantono (2000) jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih
suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan
pengembalian yang menguntungkan, sehingga p ada posisi ini,
permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah
karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio
perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah
uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan
jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi.
Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik
lagi untuk menyimpan uangnya di bank.
3. Lokasi. Lupiyoadi (2001) lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan
harus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis
interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu; (1) Konsumen mendatangi
pemberi jasa, sehingga perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat
dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus
strategis. (2) Pemberian jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi
tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian
jasa tetap berkualitas. (3) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu
secara langsung, berarti penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui
sarana tertentu seperti telepon, komputer, ataupun surat, dalam hal ini
lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antar kedua belah
pihak dapat terlaksana. Tjiptono, (2006) Pemilihan lokasi memerlukan
pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut: (a) Akses
yaitu kemudahan untuk menjangkau (b) Visiabilitas yaitu kemudahan
untuk dilihat (c) Lalu lintas (d) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa
memberikan peluang yang besar terjadinya impuls buying (e) Kepadatan
dan kemacetan bisa menjadi hambatan.
Maski (2010) bahwa keputusan nasabah dalam memilih atau tidak
memilih Bank dalam menabung dipengaruhi oleh karakteristik Bank,
pelayanan dan kepercayaan pada bank, pengetahuan dan obyek fisik. Maski
(2010) lebih menegaskan bahwa Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan
Bank sebagai Tempat Menabung adalah Bauran Pemasaran (Jasa, Tarif
Harga, Pendukung Fisik, Proses) Serta Dimensi Kualitas Jasa (Reliability,
Responsiveness, Assurance). Sedangkan Lupiyoadi (2001) menyatakan
lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan harus bermarkas dan
melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang
mempengaruhi lokasi, yaitu; (1) Konsumen mendatangi pemberi jasa,
sehingga perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen
sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis. (2) Pemberian
jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi
yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa tetap berkualitas.
(3)Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung, berarti
penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti
telepon, komputer, ataupun surat, dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak
penting selama komunikasi antar kedua belah pihak dapat terlaksana.
Sedangkan Setiadi (2003:13) faktor yang mempengaruhi minat konsumen
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor pribadi,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, sikap dan motivasi. Sedangkan
faktor eksternal terdiri atas faktor promosi, produk, lokasi, dan pelayanan.
Menabung sama halnya dengan berinvestasi, oleh karena itu Atkins dan Dyl
(1997) bahwa Dalam melakukan investasi dalam bentuk tabungan akan
dihadapkan pada banyak pilihan. Sehingga nasabah harus dapat memilih
bank yang mempunyai prospek yang baik dimasa yang akandatang dalam
menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi nasabah.Dalam melakukan
investasi pengaturan biaya transaksi yang efektif dan analisis yang hati-hati
dapat menghasilkan return yang besar.
Ada dua kekuatan dari faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan psikologis yang
keduanya terdiri dari dari beberapa indikatoratau penunjuk yang bisa
menjelaskan faktor kekuatan sosial budaya dan faktor kekuatan psikologis.
Pertama, indikator dari faktor kekuatan budaya, antara lain: (a) faktor
budaya; (b) faktor kelas social; (c) faktor kelompok anutan; dan (d) faktor
keluarga. Kedua, kekuatan psikologis terdiri
dari : (a) faktor pengalaman belajar; (b) faktor kepribadian; (c) faktor sikap
dan keyakinan; dan(d) konsep diri atau self-concept.
Temuan terbaru oleh Kotlikoff (1989) menyatakan bahwa sekitar 30
% tabungan keluarga di USA dapat diterangkan melalui motive
precautionary nature (tindakan pencegahan yang alami), misalnya dalam
bentuk kecemasan tentang usia tuanya. Hal ini juga ditemukan di Belanda
dan Swedia. Sementara Johnson (1999) menemukan adanya motif antisipasi
keadaan darurat dan pendidikan anak-anaknya pada orang Asia. Sedangkan
penelitian di Jepang oleh Horioka & Watanabe (1997) menemukan bahwa
orang jepang menabung karena alasan menghadapi pensiun dan tindakan
pencegahan. Keluarga di Australia mengemukakan motif menabung adalah
untuk alasan pensiun, liburan dan pencegahan serta investasi rumah,
membayar tagihan, pendidikan anak dan pembelian barang yang tahan
lama.Sementara motif untuk mewariskan harta kurang penting di kalangan
mereka (Haris, Loundes dan Webster, 2002). Komunitas orang Inggris
menyatakan bahwa yang lebih penting adalah tabungan untuk pegangan
masa depan sedangkan orang Israel dan Italia untuk pendidikan dan
kesehatan anak-anaknya (Webley, 2000).
Xiao dan Anderson (1993) dan Xiaon dan Olson (1993) menguraikan
teori Maslow dan hipotesa behavioral life cycle dalam pendekatan mereka.
Mereka menemukan bahwa keluarga menunjukkan perbedaan motivasi
dalam menabung dan menabung menurut perbedaan kategori mental
accounting akan menentukan perbedaan kebutuhan. Xiao dan Noring (1994)
mengatakan bahwa motivasi untuk mengkonsumsi saat ini dan yang akan
datang dapat didefinisikan sebagai kebutuhan financial yang merupakan
refleksi dari kebutuhan yang dideskripsikan oleh Maslow. Tingkat kebutuhan
financial paling rendah memfokuskan pada konsumsi saat ini sedangkan
yang paling tinggi adalah konsumsi masa depan. Hal ini berarti bahwa ketika
sebuah keluarga mempunyai sumber keuangan yang memadai (pendapatan,
assest dan keuangan bersih) lebih memungkinkan memiliki kebutuhan
financial lebih tinggi.
Browning dan Lusardi (1996) menambahkan adanya down-payment
motive, yaitu keinginan (hasrat) untuk mengakumulasikan keseluruhan uang
untuk digunakan sebagai alat pembayaran terhadap barang yang mahal dan
tahan lama seperti rumah atau mobil.Setiap rumah tangga akan memutuskan
berapa banyak dari jumlah pendapatan yang akan dikonsumsi dan yang akan
ditabung untuk masa depan, Mankiw (2000). Sehingga menabung memiliki
tujuan untuk; Menghemat pengeluaran agar hidup tidak boros, Mengatur
keuangan dengan baik, Merencanakan dan mempersiapkan hari depan,
Menyukseskan pembangunan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahdzan dan Tabiani (2013)
menemukan bahwa faktor demografi yang mempengaruhi keputusan
menyimpan dana oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anak, status pernikahan, dan
pengalaman bekerja.Rahmatia (2004) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan
mempengaruhi tingkat konsumsi individu sehingga keputusan untuk
menabung atau tidak juga tergantung dari jenis pekerjaan seseorang serta
pendapatan yang diperoleh. Edward W. Reed dan K. Gill (1995) yang
memperngaruhi nasabah dalam menabung adalah kemanfatan, lokasi,
pelayanan dan tingkat suku bunga. Lokasi suatu bank akan mempengaruhi
kelancaran dari usaha tersebut. Sedangkan (Fred Selnes, 1993) bahwa pada
bisnis-bisnis industry dan jasa, nama (merk) lebih sering dihubungkan
dengan reputasi perusahaan dari pada dengan produk atau jasa itu sendiri.
Karena itu salah satu pertimbangan nasabah dalam menabung di bank adalah