artikel struktur dan tata ruang kota malang.pdf

Upload: azzulma-aieda

Post on 02-Mar-2016

1.192 views

Category:

Documents


107 download

TRANSCRIPT

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 1

    MENGKAJI TATA RUANG KOTA MALANG DENGAN TEORI KONSENTRIS

    DAN TEORI SEKTORAL

    (relevansi tata ruang kota dengan membandingkan teori-teori kota)

    Aida Izzul Imah (130721616028)

    Pendidikan Geografi

    Fakultas Ilmu Sosial

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    Abstrak

    Kota merupakan suatu sistem, dimana didalamnya terdapat suatu

    keteraturan komponen-komponen yang ada ataupun struktur-struktur yang

    terdapat dalam kota menjadi saling berkaitan. Baik itu dari segi sosial,

    ekonomi, budaya, politik serta unsur-unsur lain yang melengkapi suatu sistem

    dalam kota. Jika mendalami kajian tentang kota, tidak lepas dari pembahasan

    mengenai keruangannya dimana hal tersebut menjadi aspek suatu sistem itu

    berada. Sedangkan, keruangan kota itu sendiri juga mengalami

    perkembangan termasuk kota Malang. Dan dalam rangkaian proses

    perkembangan tata ruang sangat mempengaruhi struktur tata ruang yang ada

    sekarang maupun yang akan datang. Adapun pengaruh tersebut terlihat pada

    pola penggunaan lahan, struktur tata ruang, model tata ruang, pola pergerakan

    dan pola pengembangan. Sehingga, tata ruang menjadi sangat penting dibahas

    dalam mengkaji suatu kota. Dalam mengkaji tata ruang sendiri terdapat

    beberapa teori yang dapat digunakan yakni teori konsentris dan teori sektoral.

    Dalam penulisan artikel ini yang mengkaji tentang tata ruang kota malang

    dengan teori konsentris dan teori sektoral, akan dikaji menggunakan metode

    penulisan studi penelitian lapangan. Sehingga data serta informasi yang

    diperoleh berdasarkan fakta di lapangan yang kemudian diolah oleh penulis

    sehingga menjadi bacaan yang dapat digunakan sebaik-baiknya.

    Kata Kunci : Tata ruang, kota Malang, teori konsentris, teori sektoral

    Struktur fisik sebuah kota, umumnya dibentuk oleh dua unsur utama yaitu unsur buatan

    manusia dan unsur yang bersifat alamiah. Unsur buatan manusia antara lain terdiri dari

    bangunan, jalan dan jembatan. Sedangkan unsur alamiah misalnya ialah pepohonan, sungai,

    bukit dan lembah. Kedua unsur berada di atas bidang lahan yang mempunyai karakteristik

    tertentu. Secara keseluruhan keduanya membentuk gubahan ruang dan masa yang disebut

    landscape kota atau urban design. Pada hakekatnya setiap kota memiliki ciri landscape kota

    yang berbeda-beda wujudnya, yang dipengaruhi oleh kekuatan sosial, politik, ekonomi dan

    budaya yang melatar belakanginya. Selain dipengaruhi oleh unsur-unsur fisik, urban design

    juga dipengaruhi oleh unsur-unsur non fisik seperti kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik,

    budaya masyarakat setempat serta kepranataan yang berlaku. Unsur-unsur non fisik tersebut

    akan melatar belakangi tampilan fisik suatu kota atau bagian kota. Menurut Danisworo dalam

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 2

    Ichwan (2010), unsur non fisik yang perlu diperhatikan di Indonesia adalah kehadiran sektor

    informal di dalam berbagai sektor kehidupan dan kegiatan kota.

    Kota akan selalu mengalami perkembangan, berawal dari pusat kota menuju zona-zona

    berikutnya yang merupakan bagian dari kota. Zona merupakan area yang memiliki fungsi

    sendiri-sendiri sesuai dengan karakteristik zona itu sendiri. Zonasi terhadap lahan adalah salah

    satu hal penting dalam kegiatan perencanaan wilayah. Bintarto (1989) dalam Sheptinia (2014)

    menjelaskan bahwa perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zona-zona yang berada di

    dalam wilayah perkotaan. Perkembangan kota terlihat dari penggunaan lahan yang membentuk

    zona-zona tertentu dalam ruang perkotaan. Zonasi ini muncul karena terdapat perbedaan nilai

    lahan akibat munculnya pembagian lahan (zoning) sesuai dengan kebutuhan dan fungsi lahan

    tersebut. Struktur ruang merupakan suatu susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan

    serta sistem prasarana maupun sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-

    ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Struktur ruang kota dipengaruhi oleh

    beberapa faktor. Di antaranya adalah fungsi pemerintah dan lembaga publik, pasar lahan yang

    kompetitif, dan perilaku social masyarakat kota tersebut.

    Keruangan kota juga terdapat suatu struktur ruang yaitu merupakan suatu susunan

    pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana yang berfungsi

    sebagai pendukung kegiatan sosial, ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional.

    Selain itu, sebagai pelengkap dalam kota juga terdapat susunan tata ruang yakni merupakan

    wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun tidak. Struktur

    ruang kota sendiri juga memiliki elemen-elemen pembentuk seperti kumpulan dari pelayanan

    jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi

    secara berkelompok dalam pusat pelayanan. Selanjutnya adalah kumpulan dari industri

    sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir yang cenderung untuk berkumpul

    pada suatu tempat. Kemudian lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia

    dan ruang terbuka hijau. Dan yang terpenting dari struktur ruang kota harus terdapat jaringan

    transportasi yang menghubungkan atas ketiga tempat diatas. Elemen-elemen diatas memang

    tergolong dalam elemen dari struktur kota yang paling sederhana karena kota merupakan kajian

    keruangan yang luas jangkauannya, sehingga elemen-elemen pembentuk dalam kota mejadi

    faktor utama dalam perkembangan kota itu sendiri. Namun, dalam pengkajian mengenai kota

    harus terdapat rencana tata ruang yang merupakan bentuk rencana yang telah

    mempertimbangkan kepentingan berbagai sektor kegiatan masyarakat dalam mengalokasikan

    lahan/ruang beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya (bersifat komprehensif) Sesuai

    dari makna dari rencana tata ruang merupakan dasar bagi pemanfaatan ruang/lahan. Sedangkan

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 3

    pola pemanfaatan ruang adalah gambaran alokasi ruang untuk berbagai jenis pemanfaatan

    lahan yang direncanakan. Rencana tata ruang yang berkualitas merupakan prasyarat dalam

    penyelenggaraan penataan ruang.

    Penulisan artikel ini penulis mengkaji mengenai teori konsentris terhadap tata ruang

    kota Malang. Berikut ini adalah teori-teori struktur ruang kota yang meliputi; pertama, Teori

    Konsentris teori ini dikemukakan oleh Burgess. Menurutnya kota mengalami perkembangan

    dari inti di tengah atau pusat kota. Kemudian meluas ke tepi-tepi dan keluar. Bentuknya

    menjadi lingkaran-lingkaran berlapis 4 yang terdiri dari inti kota yaitu Central Business

    District (CBD), daerah peralihan, permukiman sederhana atau perumahan para pekerja,

    perumahan elite atau perumahan yang lebih baik, dan wilayah komuter atau zona para penglaju.

    Kedua, Teori Sektor Homer Hoyt adalah penemu teori ini. Ia berpendapat bahwa

    perkembangan kota lebih kepada sektor-sektor tertentu daripada lingkaran. Perkembangan

    yang terjadi di dalam kota berangsur-angsur menghasilkan kembali sektor-sektor yang sama

    terlebih dahulu. Inti dari konsep ini adalah saling melengkapi. Ketiga, Teori Pusat Berganda

    Teori ini merupakan gabungan dan pengembangan dari teori konsentris dan teori sektor. Teori

    pusat berganda menjelaskan bahwa pertumbuhan kota yang bermula dari pusat kota menjadi

    rumit karena muncul pusat-pusat tambahan yang masing-masing berfungsi menjadi kutub

    pertumbuhan. Lalu muncul tata guna lahan yang melengkapi fungsional pusat kota tersebut.1

    Dari penjelasan mengenai hal yang akan dikaji oleh penulis diatas, diketahui bahwa suatu kota

    erat kaitannya dengan tata ruang dan struktur dari kota itu sendiri. Sehingga erat juga kaitannya

    dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Burgess maupun Homer Hoyt mengenai teori

    konsentris dan teori sektoral yang akan dibahas dalam artikel ini.

    METODE

    Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode studi lapangan. Dimana penelitian

    atau observasi dilakukan langsung di lapangan yang menjadi objek penelitian yakni kota

    Malang sebagai acuan untuk pengumpulan data. Selain itu, dengan memperhatikan tujuan yang

    dikaitkan dengan topik yang diteliti, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

    deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini tidak memakai data secara

    statistik. Penelitian dengan cara kualitatif ini dengan menjabarkan atau menganalisis suatu

    1 Septiinia. 2014. Kebijakan Tata Ruang dan Implementasinya di Kota Malang. Online

    http://www.slideshare.net/Sheptiinia/kpp-30116695 diakses tanggal 11 Oktober 2014

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 4

    obyek yang diteliti, bagaimana fakta obyek dilapangan kemudian dikompilasi dan atau

    membandingkan dengan konsep yang ada.

    Instrumen penelitian yang merupakan alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan

    dalam penelitian diantaranya adalah,

    a. Pedoman observasi, yaitu berisi kerangka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian.

    b. Pedoman Dokumentasi, yaitu terdiri dari garis besar data yang diperlukan.

    c. Field Note (Buku Catatan), digunakan oleh peneliti berupa catatan lapangan untuk

    mencatat apa yang didengar, diamati, dan dialami dalam pada saat wawancara dan

    observasi

    Data yang diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisa dengan tujuan untuk

    meringkas atau menyederhanakan data agar lebih dapat berarti dan dapat diinterpretasikan,

    sehingga permasalahan dapat dipecahkan. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    analisis deskriptif. Yang mana proses tersebut dimulai dari mereduksi data dengan

    pengabstrakan dan menyederhanakan data yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.

    Kemudian penyajian data dilakukan dengan menyusun informasi-informasi yang ada.

    Sehingga pada tahap akhir yakni penarikan kesimpulan, data dikumpulkan dan dianalisis

    menjadi tulisan yang padu.

    Penelitian ini, juga terdapat fokus penelitian. Karena, pusat perhatian dimaksudkan

    untuk memberi batasan masalah yang akan diteliti sehingga memudahkan pelaksanaan

    penelitian. Hal ini dikarenakan masalah yang akan diteliti tidak melebar dan pengumpulan data

    dapat dilakukan secara tepat. Penelitian ini difokuskan pada gambaran umum mengenai tata

    ruang dan struktur tata ruang kota Malang serta relevansinya dengan teori konsentris.

    Penulisan artikel ini juga terdapat sumber-sumber data sebagai penguat pendapat dari

    penulis. Sumber data yang digunakan mencakup sumber data primer yakni sumber data yang

    diperoleh langsung dari lapangan selama penelitian. Sumber data sekunder mencakup data-

    data yang diperoleh dari kajian pustaka ebagai penguat pendapat penulis namun tidak

    mendominasi.

    HASIL

    Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah khususnya di Kota Malang

    dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan Penduduk, kemajuan

    ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan

    jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa

    perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 5

    non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan tersebut apabila tidak ditata

    dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak terarah dan penurunan kualitas

    pemanfaatan ruang. Struktur tata ruang merupakan unsur yang terpenting dalam

    pengembangan sebuah kota. Perencanaan infrastruktur harus mengacu pada struktur ruang

    yang telah ditetapkan, hal ini agar tidak terjadi kesenjangan antar wilayah dalam satu kota.

    Sistem kepusatan suatu kota dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penduduk yang dilayani,

    yang digambarkan sebagai suatu struktur hirarki mulai dari tingkat pelayanan yang tertinggi

    sampai terendah.

    Penjelasan sebelumnya mengenai yang akan dikaji dalam artikel penelitian ini

    mengenai teori-teori struktur ruang kota terhadap tata ruang kota Malang. Dalam studi

    kepustakaan yang ada, dimana terdapat teori konsentris yang menjelaskan bahwa suatu kota

    terdiri dari zona yang diawali dari titik pusat yang merupakan inti dari suatu kota itu sendiri

    yang kemudian diikuti dengan 4 zona secara berlapis dan berurutan.

    Fakta dalam studi lapangan yang telah dilakukan adalah,

    1. Zona CBD

    Zona yang merupakan pusat kota ini terletak pada daerah sekitar alun-alun dan

    Balaikota (tugu teratai). Pada zona ini terlihat jelas adanya bagian-bagian yang menjadi

    komponen penting dalam zona inti kota. Baik itu kegiatan maupun infrastrukturnya.

    2. Zona peralihan

    Zona tersebut terletak pada bagian timur dari alun-alun tepatnya didaerah sekitar

    lintasan kereta api yakni di daerah sekitar Jalan Mangun Sarkoro. Zona peralihan nampak

    jelas pada daerah-daerah tersebut. Yang mana terjadi penurunan kualitas lingkungan

    pemukiman.

    3. Zona perumahan para pekerja

    Zona ini terletak dibagian timur dan sebagian selatan setelah zona peralihan yakni

    daerah-daerah disekitar Jalan Muharto, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Kebalen Wetan, dan

    Jalan Kota Lama.

    4. Zona perumahan yang lebih baik

    Zona tersebut berada di sebelah barat dan sebagian selatan dan utara alun-alun dengan

    kapasitas yang lumayan luas. Mulai dari Jalan Aries Munandar, Jalan Halmahera, Jalan

    Sarif al-qodar, Jalan Kauman, Jalan Kawi, Jalan Arjuno, Jalan Ijen dan sekitarnya.

    5. Zona para penglaju

    Zona ini, berada disebelah utara. Yakni pada kawasan terminal dan sekitarnya yang

    mendekati pada daerah sub urban.

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 6

    PEMBAHASAN

    Kota pada awalnya tidak lebih dari suatu pemukiman atau desa-desa yang secara umum

    tersebar disekitar kawasan, akan tetapi karena nilai straategis dan potensi yang dimiliknya

    maka desa tersebut perlahan tumbuh menjadi ramai dan tumbuh menjadinsuatu kota atau

    perkotaan. Pada beberapa tempat pertumbuhannya bahkan sangay cepat dan menjadi perkotaan

    dengan aktivitas dan kegiatan yang sangat ramai. Dengan bertambahnya aktivitas kegiatan dan

    bertambah luasnya ukuran wilayah maka terbangun sutu kota atau perkotaan. Yang disebabkan

    oleh beberapa faktor mulai dari pertumbuhan penduduk, migrasi. Sehingga karena faktor

    tersebut tidak jarang jika terjadi pemekaran wilayah untuk memenuhi kebutuhan perumahan

    dan tempat-tempat aktivitas lainnyasehingga mengorbankan keberadaan lahan hijau. Oleh

    karena itu, agar dalam pengembangan suatu kota menjadi pembangunan berkelanjutan dan

    berwawasan lingkungan maka dibuatlah tata ruang kota itu sendiri.

    Berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dijelaskan diatas, tata ruang kota Malang

    sebagai objek kajian dalam penelitian ini, tidak menggunakan teori konsentris. Yakni zona-

    zona berurutan secara berlapis-lapis. Dari zona CBD (Central Bussiness District), zona

    peralihan, zona perumahan para pekerja, zona perumahan yang lebih baik dan zona para

    penglaju. Dalam artian, penataan ruang kota Malang tidak disesuaikan dengan teori konsentris

    seperti apa yang telah dikemukakan burgess sebelumnya. Lebih jelasnya akan dibahas setiap

    zona oleh penulis berikut ini.

    Zona CBD atau DPK (daerah pusat kegiatan) daerah tersebut merupakan pusat dari

    segala kegiatan kota antara lain seperti sosial, politik pemerintahan, sosial budaya, ekonomi

    dan teknologi. Diantaranya terdapat department store, smartshops, office building, banks,

    hotels, headquarters of economic, social, civic and political life (Yunus:2012). Sedangkan

    dalam tata ruang kota Malang sendiri zona tersebut berada disekitar alun-alun kota. Yang mana

    terdapat komponen-komponen yang melengkapi zona tersebut. Diantaranya pusat

    pemerintahan yakni disebelah timur terdapat kantor bupati Malang dan pusat-pusat

    pembelanjaan yakni ramayana dan Mall Carefour, serta perbankan (bank CIMB Niaga).

    Disebelah selatan terdapat kantor pos serta KPPN. Sedangkan disebelah barat terdapat Bank

    Mandiri, masjid, Kantor asuransi dan gereja. Selain itu, di sebelah utara terdapat kantor pajak,

    Sarinah, Hotel Riche dan Samsat. Dari deskripsi diatas, dapat diketahui bahwa daerah tersebut

    bisa dibilang sebagai inti kota karena telah sesuai dengan karakterisstik yang ada yakni terdapat

    pusat pemerintahan, bank, hotel, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Selain itu, zona CBD juga

    terletak di sekitar balaikota atau tugu teratai. Di kawasan tersebut terdapat pusat pemerintahan

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 7

    yakni balai kota itu sendiri dan kantor DPRD kota Malang, terdapat pusat pendidikan,

    kemiliteran, stasiun kota dan lain-lain.

    Zona kedua yang melapisi inti kota, yakni zona peralihan yang merupakan zona transisi.

    Disebut zona transisi karena setelah daeraah pusat kota yang merupakan inti dari sutu kota

    kemudian mengalami transisi karena beberapa faktor yang mempengaruhi seperti faktor

    ekonomi dan lain-lain. Pada kawasan ini telah mengalami peurunan kualitas lingkungan

    pemukiman. Dan daerah ini juga sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut

    slum area karena zona ini dihuni penduduk miskin. Tetapi sebenarnya zona ini merupakan

    zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di

    luarnya. Mengenai faktanya di kota Malang, zona peralihan memang berada setelah zona CBD

    atau inti kota, tetapi tidak menyelimuti keseluruhan pada lapisan kedu melainkan zona tersebut

    hanya berada pada sebagian bagian timur dan sebagian bagian selatan dari pusat kota tersebut

    yakni pada daerah sekitar kawasan Jalan Muharto.

    Zona selanjutnya adalah zona perumahan para pekerja yang berada pada lapisan ketiga

    dalam konsep teori konsentris. Menurut teori, zona ini banyak ditempati oleh perumahan

    pekerja-pekerja pabrik, industri dan lain-lain. Daerah ini berada sedikit jauh dari pusat kota

    yang ditempati oleh kelompok-kelompok kelas menengah. Namun, kondisi pemukimannya

    lebih baik daripada zona 2 meskipun dari ekonomi kelas menengan atau low medium status.

    Secara empiris dari hasil penelitian, zona tersebut juga tidak berada pada daerah dilapisan

    ketiga setalah pusat kota dan zona peralihan. Melainkan berada hanya dibagian timur dan

    tenggara. Jadi, tidak menyelimuti 2 zona sebelumnya.

    Keempat adalah zona perumahan yang lebih baik, yang ditandai dengan adanya

    kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum

    eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi. Zona ini dihuni oleh penduduk yang berstatus

    ekonomi menengah-tinggi. Kondisi ekonomi umumnya stabil sehingga lingkungann

    permukimannya menunjukkan derajad keteraturan yang cukup tinggi. Fasilitas-fasilitas

    infrastruktur juga terencana dengan baik. Sedangkan, di kota Malang sendiri daerah ini terletak

    di bagian barat alun-alun dan barat daya. Namun, jika secara teori dalam teori konsentris zona

    ini berada pada lapisan ke empat dan menyelimuti lapisan sebelumnya, tetapi dalam tata ruang

    kota Malang sendiri zona ini tidak demikian. Melainkan, di tata ruang kota malang zona ini

    tidak ada di bagian timur dan hanya menyelimuti sebagian dari zona-zona sebelumnya.

    Zona terakhir adalah zona para penglaju. Timbulnya penglaju merupakan suatu akibat

    adanya desentralisasi pemukiman sebagai dampak sekunder dari aplikasi teknologi daibidang

    transportasi dan komunikasi. Kawasan ini berada di daeah pinggiran kota dengan pemukiman

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 8

    dari kelas menengah hingga kualitas tinggi. Pada teori konsentris, zona ini berda pada lapsan

    kelima dan menyelimuti 4 zona sebelumnya. Namun, kenyataan di lapangan berkaitan dengan

    tata ruang kota Malang. Zona tersebut berada di bagian utara saja didaerah terminal arjosari

    dan sekitarnya, daerah ini hampir dekat dengan daerah sub urban.

    Gambar 1. (a) model teori konsentris menurut Burgess

    Gambar 2. (b) Ilustrasi Konsep tata ruang Kota Malang

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 9

    Jika dilihat dari gambar tersebut dan disesuaikan dengan penjelasasan-penjelasan

    sebelumnya, terlihat jelas bahwa tata ruang kota Malang tidak menggunakan teori konsentris.

    Pada gambar (a) yang merupakan model zona konsentris secara berlapis-lapis terbagi dalam 5

    zona, dalam tata ruang kota Malang sendiri yakni pada gambar (b) terbagi atas 6 BWK (bagian

    wilayah kota) dan tdak berlapis melainkan mengelompok pada wilayah tertentu sesuai dengan

    BWK tersebut. Untuk menguatkan pendapat dari penulis, berikut akan dijelaskan mengenai

    rencana struktur kota Malang dan pembagian BWK tersebut.

    Adapun Rencana Struktur Ruang Kota Malang adalah sebagai berikut :

    1. Pusat Kota Malang tetap berada di Kecamatan Klojen yaitu di Kawasan Alun-alun dan

    sekitarnya.

    2. Pusat BWK Malang Tengah (Pusat Kota) berada di Kecamatan Klojen yaitu di Kawasan

    Alun-alun dan sekitarnya.

    3. Pusat BWK Malang Utara berada di Kecamatan Lowokwaru yaitu di Kawasan sekitar

    Universitas Islam Malang (Unisma), Pasar Dinoyo, dan sekitarnya.

    4. Pusat BWK Malang Timur Laut berada di sebagian wilayah Kecamatan Blimbing yaitu di

    Kawasan sekitar Pasar Blimbing dan sekitarnya.

    5. Pusat BWK Malang Timur berada sebagian wilayah Kecamatan Kedungkandang yaitu di

    Kawasan sekitar Perumahan Sawojajar dan sekitarnya.

    6. Pusat BWK Malang Tenggara berada di sebagian wilayah Kecamatan Sukun dan sebagian

    wilayah Kecamatan Kedungkandang yaitu di Kawasan sekitar Pasar Gadang dan

    sekitarnya.

    7. Pusat BWK Malang Barat berada di sebagian wilayah Kecamatan Sukun yaitu di Kawasan

    sekitar Universitas Merdeka, Plaza Dieng, dan sekitarnya.2

    2 http://www.malangkota.go.id/pdf/Bahan_Web_rtrw.pdf

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 10

    Gambar 3. Peta Tata Ruang Kota Malang berdasarkan BWK

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 11

    Gambar 4. tata ruang kota Malang dari peta

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 12

    Berdasarkan kedua peta diatas, juga terlihat letak BWK tidak sama dengan pembagian

    zona menurut konsentris.

    Pembagian Kota ke dalam 6 BWK (Bagian Wilayah Kota)

    1. BWK Malang Tengah, meliputi wilayah Kecamatan Klojen. Fungsi utama yaitu

    pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa, sarana olahraga, pendidikan dan

    peribadatan.

    2. BWK Malang Utara, meliputi wilayah Kecamatan Lowokwaru. Fungsi utama yaitu

    pendidikan, perdagangan dan jasa, industri besar/menengah dan kecil serta wisata budaya.

    3. BWK Malang Timur Laut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Blimbing. Fungsi utama

    yaitu terminal, industri, perdagangan dan jasa, pendidikan dan sarana olah raga.

    4. BWK Malang Timur, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Kedungkandang. Fungsi

    utama yaitu perkantoran, terminal, industri dan sarana olahraga.

    6. BWK Malang Tenggara, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Sukun dan sebagian

    Kecamatan Kedungkandang. Fungsi utama yaitu perdagangan dan jasa, Sport Centre

    (GOR Ken Arok), Gedung Convention Center, industri, dan perumahan.

    7. BWK Malang Barat, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Sukun. Fungsi utama yaitu

    perdagangan dan jasa dan pendidikan3

    Gambar 5. Model teori sektoral oleh Homer Hoyt

    3 ibid

    Keterangan:

    1. Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau

    CBD

    2. Zone of wholeshale light manufacturing

    3. Zona pemukiman kelas rendah

    4. Zona pemukiman kelas menengah

    5. Zona pemukiman kelas tinggi

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 13

    Jika pada penjelasan mengenao relevansi teori konsentris dalam tata ruang kota Malang

    diatas tidak relevan antara tata ruang kota Malang dengan teori konsentris, penulis

    membandingkan dengan teori sektoral. Yang mana teori sektor, zona tertentu menyebar ke

    kawasan atau lingkungan yang dianggap nyaman. Apabila dilihat dengan gambar sebelumnya

    mengenai tata ruang kota Malang, teori ini sedikit lebih relevan dengan kondisi tata ruang kota

    Malang sendiri. Tetapi terdapat perbedaan pada beberapa zona. Yakni zona 5, jika pada teori

    sektoral zona ini berada dibagian timur, dalam tata ruang kota Malang sebenarnya, zona ini

    berada dibagian barat hingga daerah-daerah sekitar kampus. Namun, bagian lain dari zona-

    zona tersebut sedikit mirip dengan gambaran dari tata ruang kota Malang.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Ruang suatu wilayah, pembentukan struktur ruang dilakukan dengan menata hierarki

    kota yang ada secara efesien. Berdasarkan hasil analisa tentang struktur wilayah, untuk

    menciptakan struktur ruang yang efisien, maka diperlukan penataan dan pengalokasian

    berbagai kegiatan perkotaan.

    Penjelasan yang disampaikan diatas, disampaikan bahwa tata ruang kota Malang tidak

    sesuai dengan teori konsentris. Dalam artian tidak menggunakan teori konsentris dalam

    penataan tata ruang kota Malang itu sendiri. Secara umum, pola perkembangan Kota Malang

    dapat dikatakan menyebar dengan kecenderungan perkembangan radial konsentris dimana

    pada awalnya sebagian besar kegiatan terutama perdagangan dan jasa terkonsentrasi di dalam

    satu kawasan, yaitu pusat kota dan kemudian menyebar pada sub-sub pusat kotanya. Lebih

    jelasnya, jika dalam teori konsentris zona yang ada berkembang secara berlapis-lapis. Dalam

    kenyataan di lapangan mengenai tata ruang kota Malang sendiri tidak menggunakan teori

    tersebut dalam perkembangan tata ruang kotanya. Jika dilihat dari sejarah, perkembangan tata

    ruang kota Malang memang pada dasarnya dipengaruhi oleh proses perkembangan kota itu

    sendiri. Pada awal perkembangannya, ketika Belanda mulai menguasai Malang, bentuk kota

    mulai berubah menjadi grid seperti yang banyak terdapat di negara-negara Eropa. Pada masa

    ini perkembangan kota cenderung berpola memusat dipusat kota, yaitu sekitar alun-alun.

    DAFTAR RUJUKAN

    Ichwan, Dwi. 2010. RTRW Kota Malang Konsep dan Strategi. Online http://one-

    geo.blogspot.com/2010/01/rtrw-kota-malang-konsep-dan-strategi.html diakses pada

    tanggal 10 Oktober 2014

  • Struktur dan Tata Ruang Kota Malang 14

    Ichwah, Dwi. 2010. RTRW Kota Malang Strategi Pengembangan. Online http://one-

    geo.blogspot.com/2010/01/rtrw-kota-malang-strategi-pengembangan.html diakses

    pada tanggal 8 Oktober 2014

    http://www.malangkota.go.id/pdf/Bahan_Web_rtrw.pdf

    Sheptiinia. 2014. Zonasi Lahan dan Pemanfaatannya. Online

    http://www.slideshare.net/Sheptiinia/kpp-30116695 diakses pada tanggal 10 Oktober

    2014

    Yunus, Hadi Sabari. 2012. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar. Yogyakarta