artikel online (news)

6
Cadangan Devisa Global Menyusut Oleh Bloomberg Business, Senin, 06 April 2015 Share on facebookShare on twitterShare on linkedinShare on google_plusone_shareShare on emailShare on print Era satu dekade kenaikan cadangan devisa yang dikumpulkan bank sentral seluruh dunia mulai berakhir. Pada Maret lalu, cadangan devisa global menurun ke US$11,6 triliun dari rekor US$12,03 triliun, menandai berakhirnya lonjakan lima kali lipat yang dimulai sejak 2004. Memang, penurunan cadangan devisa itu bisa jadi salah satu penyebabnya adalah penguatan dolar yang membuat nilai tukar euro, salah satu mata uang utama untuk cadangan devisa, menjadi lebih rendah. Sebagian besar euro untuk cadangan devisa dikumpulkan bank sentral negara berkembang seperti China dan Rusia yang rata-rata menambah US$284 ke cadangan devisa tiap tahun selama satu dekade ini. Selain masalah kembalinya dominasi dolar sebagai mata uang utama dunia, penurunan cadangan devisa bisa menimbulkan implikasi serius bagi pasar global. Dengan menurunnya cadangan devisa, pasar berkembang akan semakin sulit menggenjot pasokan uangnya untuk mengganjal pelemahan pertumbuhan ekonomi global yang bisa semakin menekan pelemahan euro. "Ini adalah tantangan besar bagi pasar berkembang," kata Stephen Jen, mantan ekonom Dana Moneter Internasional yang ikut mendirikan SLJ Micro Partners LLP di London, Senin 6 April. "Kini mereka membutuhkan lebih banyak stimulus perekonomian. Benih volatilitas di masa depan sudah ditabur." Negara berkembang menguasai dua per tiga cadangan devisa global dan membelanjakan US$54 miliar di antaranya pada kuartal keempat 2014 atau tertinggi sejak krisis finansial global 2008 menurut prediksi Credit Suisse Group AG. China yang merupakan pemegang cadangan devisa terbesar, bersamaan dengan negara-negara penghasil komoditas, menyumbang penurunan terbesar karena bank sentralnya menjual dolar untuk menutup keluarnya arus modal dan untuk mengganjal nilai tukar mata uang masing-masing. Indeks mata uang pasar berkembang Bloomberg telah mengalami penurunan 15% selama setahun ini. Cadangan devisa China turun menjadi US$3,8 triliun pada Desember lalu dari posisi puncak US$4 triliun pada Juni menurut data Bank Rakyat China. Cadangan devisa Rusia mengalami penurunan 25% selama setahun ini menjadi US$361 miliar pada Maret, sedangkan Arab Saudi yang merupakan pemegang cadangan devisa terbesar ketiga setelah China dan Jepang telah mengurangi US$10 miliar dari cadangannya sejak Agustus sehingga kini menjadi US$721 miliar. Menurut Deutsche Bank, tren seperti ini tampaknya masih akan terus berlanjut di tengah masih lesunya harga minyak dan juga rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi pasar berkembang yang akan mengurangi arus dolar masuk yang dipakai untuk menambah cadangan devisa. Indonesia merupakan satu dari sedikit negara berkembang dan juga produsen komoditas yang masih mampu menaikkan cadangan devisanya. Posisi cadangan devisa Indonesia sampai akhir Februari 2015 sebesar US$115,5 miliar, meningkat US$1,3 miliar dari posisi akhir Januari menurut data Bank Indonesia, tertinggi sejak Juli 2013 saat cadangan devisa masih di bawah US$95 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa Indonsia tercapai pada Agustus 2011 ketika jumlahnya mencapai US$124 miliar. Sumber utama cadangan devisa Indonesia adalah hasil ekspor minyak dan gas pemerintah.

Upload: jaesshierotic

Post on 16-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Artikel tentang devisa dan perekonomian

TRANSCRIPT

  • Cadangan Devisa Global Menyusut

    Oleh Bloomberg Business, Senin, 06 April 2015

    Share on facebookShare on twitterShare on linkedinShare on google_plusone_shareShare on emailShare on print

    Era satu dekade kenaikan cadangan devisa yang dikumpulkan bank sentral seluruh dunia mulai berakhir. Pada Maret lalu, cadangan devisa global menurun ke US$11,6 triliun dari rekor US$12,03 triliun, menandai berakhirnya lonjakan lima kali lipat yang dimulai sejak 2004. Memang, penurunan cadangan devisa itu bisa jadi salah satu penyebabnya adalah penguatan dolar yang membuat nilai tukar euro, salah satu mata uang utama untuk cadangan devisa, menjadi lebih rendah.

    Sebagian besar euro untuk cadangan devisa dikumpulkan bank sentral negara berkembang seperti China dan Rusia yang rata-rata menambah US$284 ke cadangan devisa tiap tahun selama satu dekade ini. Selain masalah kembalinya dominasi dolar sebagai mata uang utama dunia, penurunan cadangan devisa bisa menimbulkan implikasi serius bagi pasar global. Dengan menurunnya cadangan devisa, pasar berkembang akan semakin sulit menggenjot pasokan uangnya untuk mengganjal pelemahan pertumbuhan ekonomi global yang bisa semakin menekan pelemahan euro. "Ini adalah tantangan besar bagi pasar berkembang," kata Stephen Jen, mantan ekonom Dana Moneter Internasional yang ikut mendirikan SLJ Micro Partners LLP di London, Senin 6 April. "Kini mereka membutuhkan lebih banyak stimulus perekonomian. Benih volatilitas di masa depan sudah ditabur."

    Negara berkembang menguasai dua per tiga cadangan devisa global dan membelanjakan US$54 miliar di antaranya pada kuartal keempat 2014 atau tertinggi sejak krisis finansial global 2008 menurut prediksi Credit Suisse Group AG. China yang merupakan pemegang cadangan devisa terbesar, bersamaan dengan negara-negara penghasil komoditas, menyumbang penurunan terbesar karena bank sentralnya menjual dolar untuk menutup keluarnya arus modal dan untuk mengganjal nilai tukar mata uang masing-masing. Indeks mata uang pasar berkembang Bloomberg telah mengalami penurunan 15% selama setahun ini.

    Cadangan devisa China turun menjadi US$3,8 triliun pada Desember lalu dari posisi puncak US$4 triliun pada Juni menurut data Bank Rakyat China. Cadangan devisa Rusia mengalami penurunan 25% selama setahun ini menjadi US$361 miliar pada Maret, sedangkan Arab Saudi yang merupakan pemegang cadangan devisa terbesar ketiga setelah China dan Jepang telah mengurangi US$10 miliar dari cadangannya sejak Agustus sehingga kini menjadi US$721 miliar. Menurut Deutsche Bank, tren seperti ini tampaknya masih akan terus berlanjut di tengah masih lesunya harga minyak dan juga rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi pasar berkembang yang akan mengurangi arus dolar masuk yang dipakai untuk menambah cadangan devisa.

    Indonesia merupakan satu dari sedikit negara berkembang dan juga produsen komoditas yang masih mampu menaikkan cadangan devisanya. Posisi cadangan devisa Indonesia sampai akhir Februari 2015 sebesar US$115,5 miliar, meningkat US$1,3 miliar dari posisi akhir Januari menurut data Bank Indonesia, tertinggi sejak Juli 2013 saat cadangan devisa masih di bawah US$95 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa Indonsia tercapai pada Agustus 2011 ketika jumlahnya mencapai US$124 miliar. Sumber utama cadangan devisa Indonesia adalah hasil ekspor minyak dan gas pemerintah.

  • Dampak yang akan terasa adalah tekanan terhadap euro mengingat mata uang tunggal Eropa itu selama ini banyak dibeli oleh bank sentral yang ingin mendiversifikasi cadangan devisanya. Nilai tukar euro sejak awal tahun telah melemah terhadap 29 dari 31 mata uang utama setelah Bank Sentral Eropa menjalankan agenda stimulus moneternya guna menghindari deflasi. Pada 16 Maret lalu, nilai tukar euro terhadap dolar menyentuh titik terendah dalam 12 tahun di US$1,0458 sebelum kemudian sedikit menguat menjadi US$1,0981 pada Senin 6 April di Tokyo.

    Sumbangan euro terhadap cadangan devisa global turun ke 22% pada 2014 atau yang terendah sejak 2002, sedangkan dolar mencapai titik tertinggi dalam lima tahun ke posisi 63% cadangan devisa global menurut laporan Dana Moneter Internasional pada 31 Maret lalu. "Timur Tengah dan China merupakan dua negara yang bakal menerima tekanan berlanjut yang bisa menguras cadangan devisa mereka dalam beberapa tahun mendatang," kata George Saravelos, kepala riset kurs mata uang Deutsche Bank, dalam catatannya. "Bank sentral mereka harus menjual euro-nya."

    Sumber :

    http://www.businessweekindonesia.com/9426/cadangan-devisa-global-menyusut#.VZagLPmqqko

    Cadangan Devisa Naik, Analis Pun Salah Prediksi

    Editor Sabtu, 07/09/2013 07:04 WIB

    Bisnis.com, JAKARTA Bank Indonesia (BI) mengumumkan posisi cadangan devisa.

    Di luar prediksi, cadangan devisa pada posisi 30 Agustus 2013 menguat menjadi

    US$92,97 miliar dari posisi bulan sebelumnya US$92,67 miliar atau naik sekitar

    US$320 juta.

    Meskipun tipis, kenaikan itu membalikan tren penurunan yang terjadi sejak April

    lalu. Cadangan devisa pada Juli sempat terjerembab ke posisi terendah

    sejak November 2010. Padahal, pada akhir tahun lalu sempat mencapai posisi

    tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, yakni di level US$120 miliar.

  • Peningkatan cadangan devisa ini menggugurkan proyeksi pelaku pasar dan ekonom

    yang menilai cadangan negara ini akan tergerus akibat besarnya defisit neraca

    perdagangan yang didorong impor yang besar.

    Pada Kamis (5/9/2013), pasar memprediksi cadangan devisa Agustus bakal merosot

    dengan merespons penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 0,55%

    ke level 4.050,86. Rupiah pun terkoreksi sebesar 2,09% menjadi Rp11.649 per dolar

    AS.

    Perjudian terhadap besaran cadangan devisa masih terjadi pada Jumat (6/9/2013)

    siang, menjelang pengumuman bank sentral. Pasalnya, rupiah sempat menembus

    level Rp11.700 per dolar AS. Namun, berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, pada

    penutup an perdagangan Jumat rupiah naik 4,06% ke posisi Rp11.176 per dolar AS.

    IHSG pun ditutup menguat 21,49 poin atau naik 0,53% ke level 4.072,35. Sepanjang

    pekan ini, indeks mencetak aksi jual bersih (net sell) Rp803,32 miliar, sedangkan pekan

    lalu net sell Rp1,12 triliun.

    Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston mengatakan data cadangan devisa

    Agustus 2013 yang diluar prediksi analis dan ekonom menciptakan sentimen positif di

    pasar.

    Ini unexpected, tapi dia juga enggak menjelaskan secara detail kenapa naik. Namun,

    ini sifatnya sementara sih, katanya.

    Senada dengan Ariston, analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menilai

    cadangan devisa sedikit naik karena sikap BI yang menahan diri untuk tidak

    melakukan intervensi dan menyimpan devisanya selama sebulan terakhir.

  • Namun, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menyatakan

    kenaikan indeks lebih karena sentimen regional. Bursa regional tercatat variatif, indeks

    Hang Seng menguat 0,10%, Nikkei melemah 1,45%, dan Straits Times menguat 0,29%.

    Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk Agustinus Prasetyantoko menilai kenaikan

    cadangan devisa karena efektivitas operasional moneter. Namun, secara

    fundamental, saat ini ekonomi nasional masih belum membaik. (ltc)

    Apps Bisnis.com available on:

    Source : Bisnis Indonesia (7/9/2013)

    Editor : Linda Teti Silitonga

    http://finansial.bisnis.com/read/20130907/11/161339/cadangan-devisa-naik-analis-pun-salah-prediksi

    Cadangan Devisa Turun Karena Dipakai Untuk

    Intervensi Rupiah

    Sri Mas Sari Jum'at, 08/05/2015 17:45 WIB

    Bisnis.com, JAKARTA--Posisi cadangan devisa akhir April tercatat US$110,9 miliar,

    lebih rendah dibandingkan dengan posisi Maret US$111,6 miliar.

    Bank Indonesia menyatakan peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar

    negeri pemerintah menyebabkan penurunan itu. Selain itu, cadangan juga digunakan

    untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

    "Namun, posisi cadangan devisa per akhir April 2015 masih cukup membiayai 6,9 bulan

    impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta

  • berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Direktur

    Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs, Jumat (8/5/2014).

    Bank sentral menilai cadangan devisa itu mampu mendukung ketahanan sektor

    eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

    Editor : Hendri Tri Widi Asworo

    http://finansial.bisnis.com/read/20150508/9/431384/cadangan-devisa-turun-karena-dipakai-untuk-

    intervensi-rupiah-

    Cadangan Devisa Kembali Melorot

    Yanita Petriella Jum'at, 08/05/2015 16:23 WIB

    Bisnis.com, JAKARTA--Cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2015 tercatat

    kembali turun menjadi US$110,9 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir

    Maret 2015 sebesar US$111,6 miliar.

    "Peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan

    penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan

    fundamentalnya mendorong turunnya posisi cadangan devisa tersebut," ujar

    Direktur Departemen Komunikasi Peter Jacobs seperti dikutip dari siaran pers, Jumat

    (8/5/2015).

    Namun demikian, tuturnya, posisi cadangan devisa per akhir April 2015 masih cukup

    membiayai 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri

    pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

  • "Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan

    sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke

    depan," jelasnya.

    Penurunan cadangan devisa ini berlanjut setelah pada Maret 2015 sempat merosot dari

    posisi Februari 2015 sebesar US$115,5 miliar. Tekanan nilai tukar rupiah terhadap

    dolar AS membuat Bank Indonesia melakukan intervensi agar tidak bergejolak terlalu

    tajam.

    Editor : Hendri Tri Widi Asworo

    http://finansial.bisnis.com/read/20150508/9/431378/cadangan-devisa-kembali-melorot