artikel ilmiah - · pdf filesatu perilaku hidup bersih dan sehat. ... hygiene, and healthy...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SD
TENTANGCUCI TANGAN
“Untuk memenuhi salah
PROGRAM STUDI
STIKES KUSUMA HUSADA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SDKELAS 4,5,6
TENTANGCUCI TANGAN
ARTIKEL ILMIAH
“Untuk memenuhi salah satupersyaratan guna mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
YUNITHA LEO LEDE
NIM. ST 151042
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
KELAS 4,5,6
Sarjana Keperawatan”
SARJANA KEPERAWATAN
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa SD Kelas
4,5,6 Tentang Cuci Tangan
Yunitha Leo Lede1), Ika Subekti Wulandari2), Agnes Sri Harti3)
1) Mahasiswa Program Studi Sarjana KeperawatanSTIKes Kusuma Husada Surakarta
2) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3)Dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak
Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat tersebut dapat dicapai, dengan Program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun adalah salah
satu perilaku hidup bersih dan sehat. Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa
perlu dijaga dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu
30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan
PHBS sehingga anak sekolah dapat menjadi agen perubahan, baik dilingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa SD Kelas 4,5,6 Tentang Cuci Tangan.
Jenis penelitian quasi eksperimen dengan desain one group pre test - post test non
equavivalent control group yang dilakukan di SDN 02 Selokaton Karanganyar dan teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden
sebanyak 86 responden dibagi 2 kelompok yaitu 43 siswa sebagai kelompok intervensi
dan 43 siswa sebagai kelompok kontrol. Analisa data dilakukan menggunakan uji statistik
non parametik yaitu uji Wilcoxon dan Uji Mann Withney Test.
Kesimpulan penelitian adalah adanya peningkatan pengetahuan pada siswa SDN 02
Selokaton Karangayar dengan p value (0,00 < 0,05) dan ada perbedaan pengetahuan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p value (0,00 < 0,05).
Saran yang diberikan kepada pihak sekolah agar meningkatkan pendidikan kesehatan
melalui materi tambahan tentang cuci tangan, hidup bersih dan sehat.
Kata kunci : Pendidikan kesehatan, tingkat pengetahuan, cuci tangan
Daftar pustaka : 44 (2004-2015)
1
The Effect of Health Education to the Knowledge Level of Hand Washing in the 4, 5, 6
Grade Students of Elementary School
Yunitha Leo Lede1), Ika Subekti Wulandari2), Agnes Sri Harti3
1)Students ofUndergraduate Nursing Program STIKes Kusuma Husada Surakarta
2),Lecturer in Undergraduate Nursing Courses STIKes Kusuma Husada Surakarta
3)Lecturer D3 Nursing Courses STIKes Kusuma Husada Surakarta
Abstract
The realization of the public health status can be achieved with The Program of
Clean and Healthy Life Behavior. Healthy behavior through hand washing is one of the
clean and healthy life behaviors. School children are the future generation whose health
needs to be saved and protected. The number of school age are big enough, there are
30% of the total population of Indonesia. It is a golden age for instilling PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat - Clean and Healthy Life Behavior), so that school children can
be the agents of change in schools, families and communities. The purpose of this
research is to determine the effect of health education to the knowledge level of hand
washing in the 4, 5, 6 grade students of elementary school.
Research was quasi experimental design with one group pre test - post test non
equavivalent control group. It was done at SDN 02 Selokaton Karanganyar. The
sampling technique was using purposive sampling with 86 respondents divided into 2
groups with 43 students in intervention group and 43 students in control group. The data
analyzes is done by using statistical test of non parametik with Wilcoxondan test and
Mann Whitney test.
The conclusion of research showed that there was knowledge improvement in
students of SDN 02 Selokaton Karangayar with p value of 0.00 <0.05, and there were
different knowledge in the intervention group and the control group with p value of 0.00
<0.05.
For the advice given to the school, it is expected that the school improve health
education through additional material on hand washing, hygiene, and healthy life.
Keywords : Health Education, Knowledge Level, Hand Washing
Bibliography : 44 (2004-2015)
2
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan di Indonesia
merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi semua
orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang tinggi guna
tercapainya negara yang kuat.
Terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat tersebut dapat dicapai,
dengan Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Program PHBS
merupakan upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Menurut Yusup, (2008) salah satu dari
empat kunci kegiatan PHBS untuk
meningkatkan pencapaian derajat
kesehatan adalah meningkatkan
perilaku cuci tangan yang benar yaitu
cuci tangan dengan air yang mengalir
dan sabun.
Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) adalah salah satu
perilaku hidup bersih dan sehat, hal ini
telah menjadi perhatian dunia. Masalah
kurangnya praktek cuci tangan tidak
hanya terjadi dinegara berkembang saja
tetapi juga terjadi dinegara maju dan
kebanyakan masyarakatnya masih lupa
untuk mencuci tangan.
Anak sekolah merupakan generasi
penerus bangsa perlu dijaga dan
dilindungi kesehatannya. Jumlah usia
sekolah yang cukup besar yaitu 30%
dari jumlah penduduk Indonesia
merupakan masa keemasan untuk
menanamkan PHBS sehingga anak
sekolah dapat menjadi agen perubahan,
baik dilingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat.
Anak usia sekolah dasar sangat rentan
terhadap dengan kejadian diare, karena
umur 6-12 tahun mempunyai kebiasaan
jajan disekolah, tidak mencuci tangan
sebelum makan dan kurang
pengawasan dari orang tua. Mereka
lebih sering jajan es atau kue-kue yang
mana bahan makanan yang mereka
konsumsi sudah tercemar oleh kuman
sehingga menyebabkan diare.
Menurut Proverawati dan Rahmawati,
(2012) manfaat dari cuci tangan
berguna untuk pencegahan penyakit
yaitu dengan cara membunuh kuman
ditangan. Mencuci tangan dengan
benar, maka tangan menjadi bersih dan
bebas dari kuman. Apabila tangan
dalam keadaan bersih akan mencegah
penularan penyakit seperti diare,
cacingan, penyakit kulit, Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan flu
burung.
Hasil pelaksanaan program PHBS
tentang mencuci tangan, menurut studi
3
WHO tahun 2007 menyatakan kejadian
diare menurun 45% dengan perilaku
mencuci tangan pakai sabun, 32%
dengan meningkatkan akses masyarakat
terhadap sanitasi dasar dan 39%
perilaku pengelolaan air minum yang di
rumah tangga, dengan upaya tersebut
kejadian diare menurun sebanyak 94%.
Berdasarkan penelitian Afrina (2009)
mengenai praktik cuci tangan, menurut
standard WHO mengungkapkan bahwa
ternyata dari 27 responden (100%)
tidak melakukan praktik cuci tangan
tersebut dengan benar. Hal ini
disebabkan karena responden tidak
melakukan langkah-langkah praktik
cuci tangan secara urut dan benar.
Sebanyak 25 responden (92,6%) positif
terdapat bakteri Staphylococcus sp pada
tangannya, 22 responden (88,0%) yang
telapak tangannya mengandung bakteri
jenis Staphylococcus dan 3 responden
(12,0%) pada telapak tangannya
mengandung jenis bakteri patogen yaitu
Staphylococcus aureus.
Cuci tangan merupakan perilaku sehat
yang telah terbukti secara ilmiah dapat
mencegah penyebaran penyakit
menular seperti diare. Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) dan flu burung,
bahkan disarankan untuk mencegah
penularan influenza. Banyak pihak
yang telah memperkenalkan perilaku
ini sebagai intervensi kesehatan yang
sangat mudah, sederhana dan dapat
dilakukan oleh mayoritas masyarakat
Indonesia (DepKes RI, 2009).
Menurut Setiawati dan Dermawan,
(2008) Konsep dari pendidikan
kesehatan adalah proses belajar pada
individu, kelompok atau masyarakat
dari tidak tahu tentang nnilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak
mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu
dan lain sebagainya. Beberapa jurnal di
dunia melaksanakan penelitian yang
berkaitan dengan cuci tangan pakai
sabun. Menurut Chan (2009), dengan
judul artikel The Effects of Hand
Washing and Facemaskson Prevention
of Influenza Infection, penelitian ini
melibatkan 259 orang yang tinggal di
Hongkong, bahwa dengan mencuci
tangan dan menggunakan masker
membantu mencegah penyebaran virus
influenza kira-kira 36 jam dihitung
sejak gejala influenza ditemukan. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Park dkk (2007),
menyebutkan cuci tangan dengan sabun
merupakan cara untuk mencegah
penyakit H1N1 dan Influenza.
Berdasarkan studi pendahuluan yang di
lakukan tanggal 14 Juni 2016 pada
siswa SD di SDN 02 Selokaton
karanganyar didapatkan informasi
jumlah keseluruhan siswa - siswi kelas
4
4,5,6 berjumlah 111 orang. Hasil
wawancara terhadap 10 orang siswa -
siswi, 7 orang mengatakan tidak
mengetahui tentang cuci tangan yang
baik dan benar dan 3 orang mengatakan
mampu melakukan cuci tangan yang
baik dan benar tetapi ada beberapa
urutan cuci tangan yang mereka
lakukan belum tepat. Berdasarkan 10
orang siswa - siswi yang diwawancarai
pernah mengalami batuk, pilek dan
diare. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru didapatkan informasi
kurangnya penerapan anak-anak dalam
mencuci tangan dibuktikan dengan
pada saat jam istirahat anak-anak tidak
mencuci tangan pada saat sebelum dan
sesudah jajan. Sebelumnya pernah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang
cuci tangan tetapi pendidikan kesehatan
tersebut tidak dilaksanakan secara rutin.
Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan siswa SD
kelas 4,5,6 tentang cuci tangan di SDN
02 Selokaton Karanganyar
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
merupakan penelitian kuantitatif quasi
eksperimendengandesainone group pre
test-post test non equavivalent control
group. Penelitian ini dilakukan di SDN
02 Selokaton Karanganyarpada bulan
januari 2017. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 86 sampel yang kemudian
dibagi menjadi 43 siswa sebagai
kelompok intervensi dan 43 siswa
sebagai kelompok kontrol. Teknik
pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling.Kriteria inklusi
yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Siswa – siswi SD yang bersedia
menjadi responden.
2. Siswa – siswi kelas 4,5,6.
Kriteria eksklusi yang digunakan dalam
penKelitian ini sebagai berikut: Siswa -
siswi yang tidak hadir dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar dan Siswa -
siswi yang
tidakmengikutisecaralengkapkegiatan
pendidikan kesehatan tentang cuci
tangan mulaidaripre-test, intervensi,
post-test.
Instrumen pengumpulan data
menggunakan kuesioner, leaflet dan
lembar observasiuntuk mendapatkan
data tingkat pengetahuan siswa SD
tentang cuci tangan di SDN 02
Selokaton. Cara analisis data yaitu
univariat untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan
analisis bivariat untuk mengetahui
hubungan keterkaitan dua variabel
5
dengan menggunakan uji statistik non
parametik yaitu uji Wilcoxon dan Uji
Mann Withney Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis univariat
Tabel1.Tingkat pengetahuan siswa SD
tentang cuci tangan pre-test pendidikan
kesehatanpadakelompokintervensi dan
kelompok kontrol Januari 2017
Tingkat
pengeta
huan
Pre-test
Kelo
mpok
Inter
vensi
F
%
Kelom
pok
Kontrol
F
%
Kurang
Cukup
Baik
22
21
0
51.2
48.8
0
6
36
1
14.0
83.7
2.3
Total 43 100 43 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang mencuci tangan
yang benar pada anak SDN 02
Selokaton Karangayar sebelum
pemberian pendidikan kesehatan pre-
test pada kelompok intervensi
mempunyai pengetahuan yang kurang
yaitu sebanyak 22 orang (51,2%).
Kurangnya pengetahuan anak SDN 02
Selokaton Karanganyar tentang cara
mencuci tangan yang benar dikarenakan
kurangnya informasi tentang cara
mencuci tangan serta manfaat dari
mencuci tangan itu sendiri dari guru
maupun petugas kesehatan setempat,
serta kurangnya informasi yang
didapatkan responden tentang cara
mencuci tangan yang benar melalui
media masa seperti majalah, koran,
radio, televisi, dan internet. Menurut
Notoatmodjo (2012) masyarakat yang
lebih banyak mendapat informasi dari
media masa seperti televisi, radio,
majalah dan koran akan memperoleh
informasi dan pengetahuan yang lebih
banyak dari pada yang tidak pernah
terpapar media sama sekali.
Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan. Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan kepada
seseorang kepada orang lain untuk
mencapi tujuan tertentu. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin muda pula pada
penerimaan informasi. Peneliti
berpendapat bahwa pengetahuan anak
SDN 02 Selokaton Karangayar masih
kurang karena anak SD
belummendapatkan informasi tentang
caramencuci tangan yang benar dari
petugas kesehatan setempat maupun
para guru serta dari berbagai sumber
seperti majalah, koran, televisi, dan
internet.
Hasil penelitian pada kelompok kontrol
menunjukkan bahwa pengetahuan
tentang mencuci tangan yang benar
pada anak SDN 02 Selokaton
Karanganyar sebelum pemberian
pendidikan kesehatan pre-test pada
kelompok kontrol mempunyai
6
pengetahuan yang cukup yaitu pada
pre-test sebanyak 36 orang (83,7%).
Cukupnya pengetahuan anak SDN 02
Selokaton Karanganyar tentang cara
mencuci tangan yang benar dikarenakan
cukupnya informasi serta manfaat dari
mencuci tangan itu sendiri melalui
informasi yang didapatkan dari guru,
petugas kesehatan setempat, media
masa seperti majalah, koran, radio,
televisi, dan internet.
Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan. Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang
kepada orang lain untuk mencapi tujuan
tertentu. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin muda pula
pada penerimaan informasi. Hal ini
sesuai dengan penilitian Mubarak
(2008), Pendidikan berarti bimbingan
yang di berikan seseorang pada orang
lain terhadap suatu hal agar mereka
dapat memahaminya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi dan
akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya dan
sebaliknya.
Faktor lain juga yang mempengaruhi
cukupnya pengetahuan responden
tentang cara mencuci tangan yang benar
yaitu karena pengalaman pribadi
maupun orang lain tentang manfaat dari
mencuci tangan yang benar itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan teori menurut
Wawan dan Dewi (2011) yang
mengatakan bahwa pengalaman pribadi
pula juga dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan
cara mengulangi kembali pengalaman
yang pernah diperoleh dalam
memecahnya permasalahan yang
dihadapi dimasa lalu.
Tabel 2.Tingkat pengetahuan siswa SD
tentang cuci tangan post-test
pendidikan
kesehatanpadakelompokintervensi dan
kelompok kontrol Januari 2017
Tingkat
pengeta
huan
Post-
test
Kelo
mpok
Inter
vensi
F
%
Kelo
mpok
Kon
trol
F
%
Kurang
Cukup
Baik
0
5
38
0
11.6
88.4
16
26
1
37.26
0.52.
3
Total 43 100 43 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang cara mencuci
tangan yang benar pada siswa SDN 02
Selokaton Karanganyar setelah
pemberian pendidikan kesehatan Post-
test yaitu berupa pemutaran video yang
berdurasi 03:03 menit dan pembagian
leaflet serta penjelasan tambahan dari
peneliti selama 15 menit pada
kelompok intervensi benar. Penelitian
ini sama dengan penelitian yang
7
dilakukan oleh Dhiah, pengetahuan
responden baik sebanyak 38 orang
(88.4%). Hasil penelitian di atas
menunjukkan adanya pengaruh dari
pendidikan kesehatan yang dapat
meningkatkan pengetahuan responden
tentang cara mencuci tangan yang Nur
(2012) yang dilakukan pada anak SD 2
Jambidan Banguntapan Bantul terhadap
31 responden dimana diperoleh hasil
pengetahuan sesudah memberikan
pendidikan kesehatan sebagian besar
berada pada kategori baik berjumlah 30
siswa (96,8%).
Hal ini sama dengan teori yang
menyebutkan bahwa pengetahuan
merupakan hasil tahu dari seseorang
yang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan
terhadap suatu objek terjadi melalui
panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba Notoatmodjo (2010).
Peningkatan pengetahuan disebabkan
karena pemberian pendidkan kesehatan
tentang cara mencuci tangan yang
benar, hasil penelitian ini sesuai dengan
yang dikemukan oleh Mubarak (2008)
yang menjelaskan bahwa tujuan utama
pendidikan kesehatan adalah agar orang
mampu menerapkan masalah dan
kebutuhannya sendiri, mampu
memahami terhadap apa yang mereka
lakukan terhadap masalahnya, dengan
sumber daya yang ada pada mereka
ditambah dengan dukungan dari luar,
dan mampu memutuskan kegiatan yang
tepat guna untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Mardela (2012), pendekatan
edukasi merupakan pendekatan yang
paling cocok terhadap upaya
pemecahan masalah kesehatan
masyarakat melalui faktor pengetahuan
dibandingkan dengan pendekatan
tekanan. Hal ini dikarenakan perubahan
atau tindakan pemeliharaan kesehatan
yang dihasilkan oleh edukasididasarkan
kepada pengetahuan dan kesadaraannya
melalui proses pembelajaran sehingga
perilaku tersebut diharapkan akan
berlangsung lama dan menetap karena
didasari oleh kesadaran. Peneliti
berpendapat bahwa tingkat pengetahuan
seseorang akan bertambah bila sudah
mendapatkan pendidikan dan informasi
kesehatan tentang cara mencuci tangan
yang benar.
Hasil penelitian pada kelompok kontrol
menunjukkan bahwa pengetahuan
tentang mencuci tangan yang benar
pada anak SDN 02 Selokaton
Karanganyar sesudah pemberian
pendidikan kesehatan post-test pada
kelompok kontrol mempunyai
pengetahuan yang cukup yaitu post-
testsebanyak 26 orang (60,5%).
8
Cukupnya pengetahuan anak SDN 02
Selokaton Karanganyar tentang cara
mencuci tangan yang benar dikarenakan
cukupnya informasi serta manfaat dari
mencuci tangan itu sendiri melalui
informasi yang didapatkan dari guru,
petugas kesehatan setempat, media
masa seperti majalah, koran, radio,
televisi, dan internet.
Tabel 3. Hasil observasi tingkat
pengetahuan siswa SD tentang cuci
tangan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol Januari 2017
Hasil
Observasi
Tingkat
pengetahuan
Kelompok
Intervensi
Kelompok
Kontrol
F % F %
Benar 34 79.1 30 69.8
Tidak benar 9 20.9 13 30.2
Total 43 100 43 100
Hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan data bahwa karakteristik
pelaksanaan cuci tangan sebagian besar
responden melakukan cuci tangan
dengan benar pada kelompok intervensi
sebayak 34 orang (79,1%) dan pada
kelompok kontrol sebanyak 30 orang
(69,8%). Hal ini sejalan dengan teori
Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2010) bahwa pengetahuan terbentuk
karena tiga faktor yaitu faktor
predisposisi (pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi dan sebagainya), faktor
pemungkin (sarana dan prasaran atau
fasilitas yang memadai), faktor penguat
berdasarkan segi fasilitas masih
kurangnya fasilitas yang memadai
untuk siswa mencuci tangan seperti:
kurang mencukupinya sabun, tidak
adanya keran air di tempat strategis
(tempat yang sering dikunjungi anak-
anak) dan tidak adanya poster tentang
pentingnya mencuci tangan.
2. Analisis bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang di
lakukan untuk mengetahui hubungan
keterkaitan dua variabel (Notoatmodjo,
2012).
Tabel 4. Pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
siswa SD tentang cuci tangan
padakelompokintervensidankelompokk
ontrolpre-test post-test Januari 2017
Variabe
l
Kelompo
k Mean T
P
value
Tingkat
Pengeta
huan
(kelom
pokinte
r
vensi)
Pre-test 1.2791 -
5,870
0,000 Post-test 2.8837
Tingkat
Pengeta
huan
(kelom
Pokkon
trol)
Pre-test 1.7674 -
1,732
0,083 Post-tets 1.8372
Hasilpenelitianrata-rata pre-testtingkat
pengetahuantentangcucitanganpadakelo
mpokintervensiadalah 1,2791dan rata-
9
rata post-test padakelompok intervensi
adalah 2,8837.
HasilujistatistikdenganWilcoxonmenunj
ukkanp
valuepadakelompokintervensiadalah
0,00< 0,05,
sehinggaterdapatpengaruhpendidikanke
sehatan terhadap tingkat pengetahuan
siswa SD tentang cuci tangan.
Hasilpenelitianrata-rata pre-test
tingkatpengetahuantentangcucitanganpa
dakelompokkontroladalah 1,7674 dan
rata-rata post-test pada kelompok
kontrol adalah 1,8372.
HasilujistatistikdenganWilcoxonmenunj
ukkan p valuepadakelompok kontrol
adalah 0,083 > 0,05 ,
sehinggatidakterdapatpengaruhpendidik
ankesehatan terhadap tingkat
pengetahuan siswa SD tentang cuci
tangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
tentang cara mencuci tangan dengan
benar terhadap pengetahuan anak SD
dengan p value (0,00< 0,05). Ada
perubahan yang positif terhadap
pengetahuan pada siswa di SDN 02
Selokaton Karanganyar yang telah
diberikan pendidikan kesehatan, hal ini
mengidentifikasi bahwa tujuan
pendidikan kesehatan telah berhasil
karena dapat mengubah pemikiran yang
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu,
sejalan dengan yang dikemukan oleh
Depkes RI (2012) menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan adalah satu
proses pemberian bantuan dari petugas
konseling melalui pertemuan tatap
muka dimana petugas konseling
menyampaikan informasi yang tidak
memihak serta memberikan dukungan
informasi agar siswa SD mampu
mengenali keadaan dirinya dan masalah
yang dihadapinya sehingga dapat
membuat keputusan yang tepat dan
mantap bagi diri sendiri.
Didukung oleh penelitian lain yang
melakukan penelitian tentang pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap perilaku
cuci tangan pakai sabun pada anak usia
sekolah di SD 02 Jambidan
Banguntapan Bantul Dhiah, Nur (2012)
bahwa ada pengaruh pendidikan
kesehatan pada pengetahuan mencuci
tangan pakai sabun untuk usia sekolah.
Dari hasil yang peroleh di atas bahwa
terdapat peningkatan pengetahuan
dilihat dari sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini
bisa terjadi dikarenakan pada saat
pemberian kesehatan terdapat
perpindahan informasi dari pemberi
informasi kepada responden melalui
penyuluhan, pemutaran video dan
pembagian leaflet. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2010) bahwa pendidikan
10
kesehatan dalam jangka waktu pendek
dapat menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan individu,
kelompok dan masyarakat. Menurut
Notoatmodjo (2010) mengemukakan
bahwa pengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pasca indra manusia
yakni pengelihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia didapat
melalui penglihatan dan pendengaran.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Muninja (2010) bahwa tujuan
pendidikan kesehatan adalah mengubah
perilaku masyarakat kearah perilaku
sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal,
untuk mewujudkan perubahan perilaku
yang diharapkan setelah menerima
penyuluhan tidak dapat terjadi
sekaligus. Pencapaian target
penyuluhan kesehatan dibagi menjadi
tujuan jangka pendek yaitu terjadi
pencapaian perubahan pengetahuan,
tujuan jangka menengah hasil yang
diharapkan adalah adanya peningkatan
pengertian, sikap, dan keterampilan
yang akan mengubah perilaku sehat,
dan tujuan jangka panjang adalah dapat
menjalankan perilaku sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
Peningkatan pengetahuan responden
setelah mengikuti pendidikan kesehatan
tentang cara mencuci tangan yang benar
memperkuat teori Notoatmodjo (2012)
tingkat pengetahuan seseorang ada
enam tingkat yaitu : tahu, memahami,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Namun pada hasil penelitian ini masih
hanya terlihat dari tataran tahu dan
memahami. Pada tataran aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi belum
ditindak lanjut oleh peneliti, hal ini
disebabkan aplikasi, analisis dan
sintesis serta evaluasi dapat berkaitan
dengan cara mencuci tangan yang
benar.
Faktor penguat meningkatnya
pengetahuan adalah informasi saat
dilakukan pendidikan kesehatan pada
responden dengan metode leaflet dan
pemutaran video yang diterima
responden yang dipelajari lebih lanjut.
Langkah penting dalam pendidikan
kesehatan adalah membuat pesan yang
disesuaikan dengan sasaran termasuk
dalam pemilihan media, intensitasnya
dan lamanya penyampaian pesan.
Penyampaian informasi dipengaruhi
oleh metode dan media yang digunakan
yang mana metode dan media
penyampaian informasi dapat
memberikan efek yang signifikan
terhadap peningkatan pengetahuan
Notoatmodjo (2014).
11
Peningkatan pengetahuan pada
responden dapat dipengaruhi oleh
faktor interaksi antara responden.
Materi yang tidak dimengerti oleh
responden kemudian mendapat jawaban
dari anggota responden yang lain
ataupun dari tutornya yang memang
mengetahui materi tentang cara
mencuci tangan yang benar.
Keberhasilan dari pendidikan kesehatan
ini juga sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa metode pendidikan
kesehatan dapat memberikan gambaran
tentang objek yang baru, bersifat
informatif dan dapat menghemat waktu
karena sebagian peserta memahami
materi dalam waktu yang bersamaan.
Hasil penelitian tentang keberhasilan
metode penyuluhan dan pemutaran
video ini dapat diterima karena faktor
peserta lebih suka mendengar dan
melihat secara langsung tentang cara
mencuci tangan yang benar Estriana
(2014).
Tabel 5.Perbedaan tingkat pengetahuan
siswa SD
tentangcucitanganpadakelompokinterve
nsidankelompokkontrol Januari 2017
Varia
bel
Kelo
mpok
M
ea
n
T P
value
Tingkat
pengeta
huan
Inter
vensi
-7,811 0,00
Kon
Trol
Hasil uji statistik dengan Mann Whitney
diperoleh p value pada adalah 0,00<
0,05 sehingga terdapat perbedaan
tingkat pengetahuan siswa SD tentang
cuci tangan, karena dilihat dari
observasi responden sangat antusias
terhadap kegiatan. Hal ini disebabkan
responden mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan yang
benar melalui audio visual dan leaflet
yang sudah dibagikan. Hal ini juga
sesuai dengan peneliti sebelumnya
Ratna Wati (2011) ada peningkatan
pengetahuan tentang perilaku hidup
bersih sehat dan cuci tangan pakai
sabun dengan menggunakan media
leaflet dan metode ceramah.
Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan dan dengan
memberikan pendidikan kesehatan akan
menambah pengalaman serta informasi
khususnya tentang mencuci tangan.
Pendidikan berarti bimbingan yang di
berikan seseorang pada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat
memahaminya. Menurut Notoatmodjo
12
(2012) dalam proses pembentukkan
atau perubahan perilaku dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berasal baik
dari dalam maupun individu itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain
persepsi, motivasi, proses belajar dan
lingkungan. Hal ini sejalan dengan teori
yang di kemukan oleh Bandura (2013)
yang menyatakan bahwa faktor
lingkungan mempengaruhi kesehatan
dan perubahan perilaku secara individu
dan kelompok.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari tujuan penelitian dan
hasil penelitian yang diperoleh dari
pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan siswa SD
tentang cuci tangan kelas 4,5,6 di SDN
02 Selokaton Karanganyar maka
peneliti mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan siswa SD
tentang cuci tangansebelum
pendidikan kesehatan pada
kelompok intervensi berpengetahuan
kurang sebanyak 22 orang (51,2%)
dan kelompok kontrol adalah
berpengetahuan cukup sebanyak 36
orang (83,7%).
2. Tingkat pengetahuan siswa SD
tentang cuci tangan sesudah
pendidikan kesehatan pada
kelompok intervensi berpengetahuan
baik sebanyak 36 orang (88,7%) dan
kelompok kontrol berpengetahuan
cukup sebanyak 26 orang (60,5%).
3. Hasil uji statistik dengan Wilcoxon
menunjukan p value adalah 0,00<
0,05 , sehingga terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan siswa
SDtentang cuci tangan.
SARAN
1. Bagi anak
Memberikan informasi tentang
pendidikan kesehatan mencuci
tangan sehingga dapat meningkatkan
perilaku anak tentang hidup bersih
yang diawali dengan mencuci
tangan dan memberikan informasi
tentang manfaat yang didapat bagi
kesehatan dengan melakukan cuci
tangan yang baik dan benar.
2. Bagi sekolah
Memberikan pengetahuan bagi
pihak sekolah tentang pentingnya
pendidikan kesehatan mencuci
tangan dengan baik dan benar serta
mendorong para guru untuk
memberikan materi tambahan
mengenai mencuci tangan dan hidup
bersih dan sehat.
3. Bagi peneliti
13
Meningkatkan pengalaman dan
wawasan bagi peneliti sendiri dalam
komunikasi dan menyampaikan
pendidikan kesehatan di kalangan
anak usia sekolah dan menambah
informasi untuk penelitian
selanjutnya tentang pengetahuan
cuci tangan dengan menggunakan
metode yang berbeda, sampel dan
populasi yang lebih banyak serta
dapat menganlisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan cuci
tangan.
4. Bagi institusi
Menambah referensi baik untuk
institusi maupun para dosen dalam
memberikan materi kepada
mahasiswa tentang cuci tangan
pakai sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Dhiah, Nur. (2012). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
pada Anak Usia Sekolah di SD 2
Jambidan Banguntapan Bantul.
Skripsi.
Depkes RI. (2012). Panduan
Manajemen PHBS Menuju
Kabupaten / Kota Sehat.
Departemen RI: Jakarta.
Estriana (2014). Pengaruh Modeling
Media Video Cuci Tangan Terhadap
Kemampuan Cuci Tangan pada
Siswa Kelas 4 di SD Wonosari 02
Mangkang Semarang. Skripsi
Mardela (2012). Peran Edukasi
Kesehatan. Jakarta
Mubarak (2008). Ilmu Keperawatan
Komunitas, Kedua. Jakarta: Sagung
Seto.
Muninja. (2010). Manajemen
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Notoatmodjo. S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Notoatmodjo. S. (2010).Kesehatan
Masyarakat. Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Notoatmodjo. S. (2014).Promosi
Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Ratna, Wati. (2011). Pengaruh
Pemberian Penyuluhan PHBS
Tentang Mencuci Tangan Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Mencuci
Tangan pada Siswa Kelas V di SDN
Bulukantil Surakarta. Skripsi.
14