contoh kasus dalam layanan bimbingan dan konseling untuk siswa disekolah

41
CONTOH KASUS DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK SISWA DISEKOLAH Oleh : Hamdan Rifay Heron adalah siswa kelas XI di sekolah SMAN I Jakarta, heron merupakan salah satu murid yang dibanggakan oleh para guru dan teman- temannya karena prestasinya yang mengagumkan, baik dalam akademik maupun non akademik (organisasi ekstrakurikuler). Pujian dan simpati masyarakat sekolah membuat Heron merasa bahwa hanya Heronlah yang paling pandai diantara teman- temannya yang lain, terlebih hal itu hingga membuat Heron menjadi seseorang yang suka membangkang kepada kedua orang tuanya, tidak mau membantu orang tuanya , Heron menganggap tanpa orang tua ia dapat menjadi orang yang dibanggakan atau diandalkan orang lain. apa langkah saudara menanggapi permasalahan tersebut?, jelaskan! Menurut Saya, I. IDENTIFIKASI KASUS Dalam hal ini saya mempelajari dan mencari sebab- sebab yang kemungkinan menjadi latar belakang kasus. Dugaan sementara dari opini masyarakat sekolah yang berkembang ; “Kepandaian dan prestasi heron yang menjadi kebanggaan para guru dan teman- temannya membuat Heron merasa paling pandai dari teman- temannya yang kemudian juga menimbulkan sifat membangkang kepada orang tuanya (karena sudah menemukan “kemandirian” menurut konsepnya) .” II. HIMPUNAN DATA Himpunan data dilakukan dalam rangka mencari bukti- bukti administrasi yang menguatkan bahwa Heron merupakan murid yang berprestasi di sekolah (seperti yang diungkapkan pada opini masyarakat sekolah). yang dilakukan antara lain : 1. Pengamatan terhadap raport dan laporan hasil evaluasi kegiatan belajar siswa , dengan tujuan untuk melihat grafik perkembangan prestasi akademiknya.

Upload: ilwan-ramadhan

Post on 18-Jan-2016

1.809 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bK

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

CONTOH KASUS DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELINGUNTUK SISWA DISEKOLAH

Oleh : Hamdan Rifay

Heron adalah siswa kelas XI di sekolah SMAN I Jakarta, heron merupakan salah satu murid

yang dibanggakan oleh para guru dan teman- temannya karena prestasinya yang mengagumkan,

baik dalam akademik maupun non akademik (organisasi ekstrakurikuler).

Pujian dan simpati masyarakat sekolah membuat Heron merasa bahwa hanya Heronlah yang

paling pandai diantara teman- temannya yang lain, terlebih hal itu hingga membuat Heron

menjadi seseorang yang suka membangkang kepada kedua orang tuanya, tidak mau membantu

orang tuanya , Heron menganggap tanpa orang tua ia dapat menjadi orang yang dibanggakan

atau diandalkan orang lain.

apa langkah saudara menanggapi permasalahan tersebut?, jelaskan!

Menurut Saya,

I. IDENTIFIKASI KASUS

Dalam hal ini saya mempelajari dan mencari sebab- sebab yang kemungkinan menjadi latar

belakang kasus.

Dugaan sementara dari opini masyarakat sekolah yang berkembang ; “Kepandaian dan

prestasi heron yang menjadi kebanggaan para guru dan teman- temannya membuat Heron

merasa paling pandai dari teman- temannya yang kemudian juga menimbulkan sifat

membangkang kepada orang tuanya (karena sudah menemukan “kemandirian” menurut

konsepnya) .”

II. HIMPUNAN DATA

Himpunan data dilakukan dalam rangka mencari bukti- bukti administrasi yang

menguatkan bahwa Heron merupakan murid yang berprestasi di sekolah (seperti yang

diungkapkan pada opini masyarakat sekolah). yang dilakukan antara lain :

1. Pengamatan terhadap raport dan laporan hasil evaluasi kegiatan belajar siswa, dengan tujuan

untuk melihat grafik perkembangan prestasi akademiknya.

Page 2: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

2. Pengamatan terhadap data induk dan kartu pribadi, antara lain; (1). guna untuk melihat data

yang tertulis mengenai latar belakang keluarganya?, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi

keluarga secara sosial dan ekonomi, juga untuk mengetahui kedudukan anak atau status heron di

dalam keluarga (sebagai anak tunggal/ anak sulung/ anak bungsu). (2). melihat data yang tertulis

mengenai rentangan kecerdasan dari tes khusus psikologi (IQ/EQ/AQ/SQ)?, dengan tujuan

untuk mengetahui rentang kecerdasan psikologisnya, minat, emosi dsb. (3). melihat data yang

tertulis mengenai minat dan rencana karirnya dimasa depan?, yaitu untuk mengetahui minat

khusus dan rencana karirnya dimasa depan, dari sini saya ingin mempelajari bahwa adakah

kemungkinan dari minat dan cita- citanya yang tinggi sebagai obsesi dan ambisiusmenya

sehingga harga dirinya begitu tinggi (sombong/ambisiusme/sok hebat/irrational believe).

III. APLIKASI INSTRUMENTASI

A. Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk mencari keterangan atau informasi mengenai subyek

yang ingin kita ketahui/ teliti. wawancara yang dilakukan antara lain :

1. Wawancara terhadap Pembina organisasi ekstrakurikuler (Konselor langsung datang menemui

yang dimaksud), tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan prestasi Heron pada bidang

organisasi yang diikutinya. Jenis wawancara adalah wawancara terbuka dengan mendorong

subyek untuk menceritakan banyak hal mengenai sosok Heron diorganisasi dan prestasinya.

Contoh wawancara terbuka :

Konselor ; “Bapak, perkenalkan saya adalah guru BK disekolah ini, nama saya Hamdan,

kedatangan saya kesini untuk mengetahui perkembangan anak- anak yang berada diekskul

ini dibawah asuhan bapak, khususnya untuk heron saya ingin meminta informasi lebih dalam

karena ini langsung berkaitan pada tugas saya sebagai pembimbing untuk membantu heron

pada perkembangan dirinya, untuk itu apakah bapak bersedia/ berkenan untuk saya

wawancarai?”

Bapak Pembina ; “Oh ya, silakan pak jika keterangan saya ini dapat membantu bapak

untuk memenuhi tugas bapak sebagai pembimbing disekolah ini..”

Page 3: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Konselor ; “Ya, mula- mula saya mendapat laporan dari teman- teman dekat heron (yang

mengajukan kasus ke saya) bahwa akhir- akhir ini ia terkesan agak sombong sampai- sampai

membangkang kepada orang tuanya di rumah, dugaan sementara saya adalah pengaruh

prestasi yang membuat harga dirinya menjadi tinggi (sok hebat/ sombong) sehingga ia belaku

demikian kepada orang tuanya..”

“nah.., khususnya diorganisasi yang bapak asuh ini bagaimanakah sosok Heron dan

hubungan pergaulannya dengan bapak juga anak- anak disini?, penghargaan- penghargaan

dan prestasi apa sajakah yang didapatkan heron selama berada diorganisasi ini?”

Dst.. dst..

2. Wawancara terhadap wali kelas dan teman- teman dekat Heron, wawancara dilakukan dalam

rangka mencari keterangan mengenai perubahan sikap dan prilaku heron akhir- akhir ini.

wawancara bersifat terbuka dengan mendorong subyek (wali kelas/ teman- teman Heron) untuk

menceritakan banyak hal mengenai sosok Heron dimata mereka dan prestasinya.

IV. HOME VISIT (Kunjungan rumah)

Home visit dilakukan dalam rangka untuk mencari keterangan atau informasi terhadap

diri klien yang sedang konselor tangani. Tahapan itu antara lain :

1. Mengajukan surat Pemberitahuan Kunjungan Rumah kepada wali murid (orang tua Heron). Surat

pemberitahuan kunjungan rumah berisikan tentang maksud- maksud kedatangan dan tujuan

kunjungan yang akan dilakukan.

2. Mengajukan Surat Tugas Kunjungan Rumah, ditujukan pada wali kelas yang ditugaskan

melakukan pencarian informasi pada kunjungan rumah.

Wawancara terhadap orang tua Heron, tujuannya adalah untuk mengetahui latar

belakang Si kasus (Heron) didalam rumah tinggal, paling tidak adalah informasi- informasi

perubahan prilaku yang ditunjukkan heron belakangan ini ketika berada bersama keluarganya.

Jenis wawancara adalah wawancara tertutup (terpedoman/ terpandu sesuai kebutuhan data yang

dibutuhkan konselor). Jenis pertanyaan wawancara, antara lain (dalam format 5W + 1H) :

1. Apa aktifitas yang paling disukai Heron ketika berada dirumah?

2. Kapan saja (diwaktu apa saja) ketika heron berada dirumah?

Page 4: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

3. Siapakah orang terdekat heron didalam keluarga?

4. Dimana saja tempat yang paling sering dikunjungi heron ketika tidak sedang berada dirumah?

5. Bagaimana sikap heron selama dirumah kepada ibu, bapak dan saudara- saudara lainnya?,

(Improvisasi) Mengapa demikian? apakah Ibu mengetahui sebab- sebab perubahan prilaku

Heron?

V. BIMBINGAN PRIBADI

Setelah didapat ternyata masalah ini lebih dominan terhadap kehidupan pribadinya yaitu

naiknya ukuran self/ harga diri heron karena lingkungan sekolah yang terlalu mengapresiasi

keistimewaan heron sehingga merubah pandangan heron menjadi seorang yang hedonis, buta

karena kedudukan, dan menolak aktualisasi diri yang lebih positif dan bijaksana.

Bimbingan pribadi dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada heron mengenai

cara pandang yang bijaksana kepada Heron agar dalam menanggapi segala pujian itu lebih dapat

digunakan sebagai motivasi positif untuk lebih membanggakan nama sekolah dan bermanfaat

bagi keluarga.

VI. MEMAHAMI HERON DALAM KONSELING RASIONAL EMOTIF

Pandangan Manusia

Manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat secara rasional ataupun tidak

rasional, berfikir dan merasa begitu erat hubungannya dan saling mempengaruhi satu sama lain:

pikiran seseorang dapat menjadi perasaannya dan sebaliknya. Apa yang difikirkan dan dirasakan

sekaligus mengambil bentuk self talk (ST) yang selanjutnya menyerahkan individu bertindak

rasional atau tidak rasional.

kepribadian

1. Perkembangan Kepribadian :

A. Manusia tercipta dengan

a) dorongan untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri

Page 5: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

b) kemampuan untuk self destructive, hedonis, buta, dan menolak aktualisasi diri.

B. Individu sangat mudah dipengaruhi orang lain (suggestible). keadaan ini terlebih- lebih lagi

terjadi pada masa kanak- kanak.

kasus

Heron dipahami sebagai individu yang mengalami permasalahan emosional yang tidak

dapat memfilter dengan tepat terhadap apa- apa yang dikatakan orang lain kepada dirinya (dalam

hal ini ia tidak mampu memfilter dengan bijaksana apresiasi guru dan teman- temannya)

sehingga menjadi masalah bagi dirinya, ia berkehendak mengontrol dunianya, dirinya dan

lingkungannya seakan orang lain tidak memiliki peranan dan tidak berguna bagi dirinya. terlebih

hal itu jika berangsur- angsur hingga menimbulkan penguatan bagi dirinya.

Tujuan konseling

Mengubah pemikiran yang tidak logis, yaitu memerangi pemikiran heron yang tidak

rasional seperti sombong (merasa paling pandai), membangkang kepada orang tuanya dan

menganggap tanpa orang tua ia dapat menjadi orang yang dibanggakan atau diandalkan orang

lain.

Tehnik

konselor bernuansa otoritatif dengan menggunakan tehnik- tehnik yang bersifat langsung,

persuasif, aktif, dan logis seperti pemberian nasehat, terapi kepustakaan, pelaksanaan prinsip-

prinsip belajar, konfrontasi langsung – hal ini untuk mendorong klien beranjak dari pola pikir

tidak rasional ke rasional.

Tiga pola dasar : kognitif, emotif, behavioristik.

a. Konseling kognitif : memperlihatkan kepada klien bhwa ia haruslah meninggalkan sikapnya yang

perfeksionistik apabila ia ingin lebih bahagia, sehingga tidak timbul kecemasan/ keganjalan apa

yang dijalani dirinya. Di sini konselor melaksanakan proses mengajar. perlengkapan yang perlu :

pamflet, buku, rekaman kaset/video, film.

b. Konseling emotif – evokatif : mengubah sistem nilai klien. berbagai teknik digunakan untuk

menyadarkan klien antara yang benar dan salah, sesuai dan tidak sesuai, seperti memberikan

contoh, bermain peran ; teknik unconditional acceptance dan humor, serta exhalation (pelepasan

Page 6: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

beban) agar klien melepaskan pikirannya yang tidk rasional dan menggantinya dengan yang

rasional.

c. Konseling behavioral : mengembangkan pola berpikir dan bertingkah laku yang baru segera

setelah klien menyadari kesalahan- kesalahannya. teknik yang dipakai bersifat eklektik, dengan

pertimbangan :

1) ekonomis dari segi waktu untuk klien dan konselor

2) kesegaran hasil yang dicapai

3) efektifitas teknik yang dipakai untuk bermacam ragam klien

4) kedalaman dan ketahanan (berlangsung lama) dari hasil yang dicapai.

Kepustakaan

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang : IKIP Padang

Suhadi, Al. 2010. Diktat Bimbingan dan Konseling Belajar. Jakarta : UNINDRA

Nurkancana, Wayan. 1993. Pemahaman Individu. Surabaya : Usaha Nasional

Page 7: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGIBIMBINGAN DAN KONSELING)

23 Rabu Mei 2012

Posted by ideafinger in Materi Kuliah

≈ Tinggalkan komentar

Tag

bimbingan dan konseling

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan kepadapenulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Prinsip-PrinsipPembelajaran ini.

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Padakesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suherman. M.Pd. selaku dosenmata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing penulis dalam penyusunanmakalah ini.

Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapatkekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis, dimana penulis telahberusaha semaksimal mungkin dengan bekal pengetahuan yang penulis miliki untuk mencapaihasil yang terbaik. Maka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, kami terbuka untukmenerima kritik-kritik yang konstruktif dari pembaca.

Semoga karya kecil ini dapat menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca dan menjadikanrahmat yang tak putus bagi penulis. Amin.

Bandung, Maret 2012

Penyusun

Page 8: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… i

DAFTARISI………………………………………………………………………………………… ii

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. 1

1.1 Latar belakang……………………………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………… 1

1.3 Tujuan penyusunan………………………………………………………………… 2

BAB II. MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGIBIMBINGAN DANKONSELING)………….…

3

2.1 Masalah-masalah Siswa di Sekolah…………………………………………… 3

2.2 Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan & Konseling…… 9

2.3 Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling……………. 13

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………………36

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………. 18

3.2 Saran…………………………………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….19

Page 9: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan atau masalah yang silih berganti.. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baikdalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpabantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidakdibantu orang lain.

Manusia adalah sasaran pendidikan. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untukmenumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang kearah kematangan. Masing-masingpeserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan individualdiantara mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dankemampuan penyesuaian diri. Dalam dunia pendidikan, peserta didikpun tidak jarang mengalamimasalah-masalah, sehingga tidak jarang dari peserta didik yang menunjukkan berbagai gejalapenyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat.

Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, maka perlu adanyapendekatan-pendekatan melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling. Disini, guru memilikiperananan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasitentang keadaan siswa atau pesrta didik. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerjasama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak bolehditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yangkomprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagaiberikut:

1. Apa masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah?2. Apa pendekatan-pendekatan umum dalam Bimbingan & Konseling?3. Bagaimana strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling?

1.3 Tujuan Penyusunan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah sebagai berikut:

Page 10: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.2. Mengetahui pendekatan-pendekatan umum dalam Bimbingan & Konseling.3. Mengetahui strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.

BAB II

MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATANUMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN

KONSELING)

2.1 Masalah-masalah Siswa di Sekolah

Apakah yang dimaksud “masalah” (persoalan, problema)? Masalah ialah suatu yangmenghambat, merintangi, mempersulit bagi orang dalam usahanya mencapai sesuatu. Bentuk

Page 11: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

konkrit dari hambatan/rintangan itu dapat bermacam-macam, misalnya godaan, gangguan daridalam atau dari luar, tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup. Masalah yang timbul dalamkehidupan siswa di sekolah beraneka ragam, diantaranya sebagai berikut:

1. 1. Masalah Perkembangan Individu

Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Hal ini berarti bahwakarakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristiktersebut menyangkut fisik dan psikis atau sifat-sifat mental.

Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauhperkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung kepadakualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan factorpenting disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu.

Perkembangan dapat berhasil dengan baik, jika factor-faktor tersebut bisa saling melengkapi.Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah. Asuhan dalamperkambangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan.

Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yangseyogianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock(1982) mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan merupakan social expectations(harapan-harapan sosial masyarakat). Dalam arti setiap kelompok budaya mengharapkan paraanggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yangdisetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.

Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut.

1. Kematangan Fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, dan (2)belajar bergaul dengan lawan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja, karenakematangan hormone seksual.

2. Tuntutan Masyarakat secara Kultural, misalnya (1) belajar membaca, (2) belajar menulis, (3)belajar berhitung, dan (4) belajar berorganisasi.

3. Tuntutan dari Dorongan dan Cita-cita Individu itu sendiri, misalnya (1) memilih pekerjaan, dan(2) memilih teman hidup.

4. Tuntutan Norma Agama, misalnya (1) taat beribadah kepada Allah, dan (2) berbuat baik kepadasesama manusia.

Tugas-tugas perkembangan bagi setiap fase perkembangan dalam rentang kehidupan individudapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tugas Perkembangan Usia Bayi dan Kanak-kanak (0,0-6,0 tahun)

1) Belajar berjalan.

2) Belajar Memakan makanan padat.

Page 12: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

3) Belajar berbicara.

4) Belajar buang air kecil dan buang air besar (toilet training).

5) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.

6) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.

7) Belajar memahami konsep-konsep sederhana tentang kehidupan sosial dan alam.

8) Belajar melakukan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain.

9) Belajar mengenal konsep baik dan buruk (mengembangkan kata hati).

10) Mengenal konsep, norma atau ajaran agama secara sederhana.

1. Tugas Perkembangan Usia Sekolah Dasar (7,0-12 tahun)

1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.

2) Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhlukbiologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri).

3) Belajar bergaul dengan teman sebaya.

4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

6) Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari.

7) Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-buruk).

8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri).

9) Belajar mengembangkan sikap postif terhadap kehidupan sosial.

10) Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.

1. Tugas Perkembangan Usia Remaja (13-19 tahun)

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

Page 13: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figure-figur yang mempunyaiotoritas (mengembangkan sikap respek terhadap orangtua dan orang lain tanpa tergantungkepadanya.

3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal.

4) Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar.

5) Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identifikasinya.

6) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

7) Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai,prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

8) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap dan perilaku) yang kekanak-kanakan.

9) Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

10) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi wargaNegara.

11) Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan).

12) Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.

13) Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1. Tugas Perkembangan Usia Dewasa Awal (20-40 tahun)

1) Mengembangkan sikap, wawasan dan pengamalan nilai-nilai (ajaran) agama.

2) Memperoleh atau mulai memasuki pekerjaan.

3) Memilih pasangan hidup.

4) Mulai memasuki pernikahan dan hidup berkeluarga.

5) Mengasuh, merawat dan mendidik anak.

6) Mengelola hidup rumah tangga.

7) Memperoleh kemampuan dan kemantapan karir.

Page 14: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

8) Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat.

9) Mencari kelompok sosial (kolega) yang menyenangkan.

1. Tugas Perkembangan Usia Dewasa Madya (40-60 tahun)

1) Memantapkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama.

2) Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara.

3) Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yangbertanggung jawab dan bahagia.

4) Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspekfisik (penurunan kemampuan dan fungsi).

5) Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga.

6) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir.

7) Memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa, baik di lingkungan kerja maupunmasyarakat.

1. Tugas Perkembangan Usia Dewasa Tua (Lansia: 60 tahun-mati)

1) Lebih memantapkan diri dalam mengamalkan ajaran agama.

2) Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan dan kesehatan fisik.

3) Dapat menyesuaikan diri dengan masa pensiunan (jiak pegawai negeri) dan berkurangnya“income”, penghasilan keluarga.

4) Dapat menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya.

5) Membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia.

6) Memantapkan hubungan yang lebih harmonis dengan anggota keluarga (istri, anak,menantu, cucu, dan saudara).

Dalam mencapai tugas-tugas perkembangan ini, tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Halini disebabkan oleh faktor-faktor (1) tidak atau kurang adanya bimbingan untuk memahami danmenguasai tugas-tugas perkembangan, (2) kurang memiliki motivasi untuk berkembang ke arah

Page 15: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

kedewasaan, (3) mengalami kesehatan yang buruk (sakit-sakitan), (4) cacat tubuh, (5) tingkatkecerdasan yang rendah, dan (6) iklim lingkungan yang kurang baik.

Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan melahirkan perilaku yang menyimpang(delinquency) atau situasi kehidupan yang tidak bahagia, penyimpangan perilaku yang dialamiindividu, sebagai dampak dari tidak tertuntaskannya tugas-tugas perkembangan akan bervariasisesuai dengan fase perkembangannya.

Penyimpangan perilaku yang dialami anak berusia sekolah dasar diantaranya adalah (1) sukamembolos dari sekolah, (2) malas belajar, dan (3) keras kepala. Pada usia remaja, penyimpanganperilaku yang dialaminya seperti (1) suka mengisolir diri, (2) meminum-minuman keras keras,(3) mengkonsumsi obat-obat terlarang atau narkoba, (4) tawuran, (5) malas belajar, (6) kurangbersikap hormat kepada orangtua dan orang dewasa lainnya. Sementara penyimpangan perilakuorang dewasa, diantaranya adalah (1) berselingkuh dengan istri/suami orang, (2) menelantarkankehidupan keluarga (istri dan anak), (3) menjadi biang keladi kerusuhan (provokator) dalammasyarakat, (4) melakukan tindak criminal, dan (5) tidak melaksanakan perintah agama.

Masa belajar disekolah atau perguruan tinggi merupakan masa transisi, sebagai proses untukmencapai kematangan, dan masa persiapan untuk mencapai kehidupan dewasa yang berarti.Dalam hubungan ini sekolah atau perguruan tinggi mempunyai peranan yang penting dalammembantu siswa (mahasiswa) untuk mencapai taraf perkembangan, melalui penuntasan ataupencapaian tugas-tugas perkembangannya secara optimal.

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan yang dapat membantupara siswa atau mahasiswa dalam proses perkembangannya. Demikianlah, pemahaman terhadapmasalah perkembangan dengan prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasarbagi pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling.

1. 2. Masalah Perbedaan Individu

Keunikan Individu mengandung arti bahwa tidak ada 2 orang individu yang sama persis dalamaspek pribadinya,baik aspek jasmani maupun rohaniah. Induvidu yang satu berbeda denganindividu lainya. Timbulnya perbedaan individu ini dapat dikembalikan Kepada factorpembawaan dan lingkungan sebagai komponen utamabagi terbentuknya kmeunikan individu.Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu, meskipun dengan lingkunganyang sama, sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaanindividu, meskipun pembawaannya sama.

Di sekolah sering kali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangatcepat dan ada yang sangat lambat belajar. Ada yang menonjol dalam kecerdasan tertentu tapikurang cerdas pada bidang yang lain.Kenyataan ini akan membawa konsekuensi bagi pelayananpendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar,alat alat pelajaran,pelayanan lainnya. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikandirinya dengan dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini di sebabkan karena pelayananpada pada umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran padaumumnya atau rata-rata.

Page 16: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal darisetiap individu, maka masalah perbedaan individu ini perlu mendapat perhatian dalam pelayananpendidikan. Dengan kata lain sekolah hendaknya memberikan pelayanan kepada para siswasecara individual sesuai dengan keaunikan masing-masing. Usaha melayani siswa secaraindividual ini dapat diselenggarakan melalui program bimbingan dan konseling.

Beberapa segi perbedaaan individual yang perlu mendapat perhatian diantaranya ialah perbedaandalam :

- Kecerdasan

- Prestasi belajar

- Sikap dan kebiasaan belajar

- Motivasi belajar

- Temperamen

- Karakter

- Minat

- Ciri- ciri fisik

- Cita- cita

- Kemampuan dalam komunikasi atau berhubungan interpersonal

- Kemandirian

- Kedisiplinan, dan

- Tangung jawab

Untuk memahami karakteristik diatas, dapat dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Teknik tesmeliputi psikotes dan tes prestasi belajar. Sementara teknik non-tes meliputi angket, wawancara,observasi, sosiometri, autobiografi dan catatan anekdot. Data tentang keragaman atau perbedaantersebut akan besar sekali manfaatnya bagi usaha layanan bimbingan dan konseling.

1. 3. Masalah Kebutuhan Individu

Page 17: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karenaada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagikelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya,maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akanbanyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan.

Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalammemenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usahapemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalammengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yangsebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti telah dikatakan di atas,kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagidirinya.

Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitukebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhanyang harus kita perhatikan ialah kebutuhan:

1. memperoleh kasih sayang;2. memperoleh harga diri;3. untuk memperoleh pengharapan yang sama;4. ingin dikenal;5. memperoleh prestasi dan posisi;6. untuk dibutuhkan orang lain;7. merasa bagian dari kelompok;8. rasa aman dan perlindungan diri;9. untuk memperoleh kemerdekaan diri.

Pengenalan terhadap jenis dan tingkat kebutuhan siswa sangat diperlukan bagi usaha membantumereka. Program bimbingan dan konseling merupakan salah satu usaha kearah itu.

Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarkidari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkat yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhanpada tingkatan paling bawah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.

Hirarki kebutuhan itu meliputi fisiologis (biologis), rasa aman, pengakuan, penghagaan,kognitif, estetika dan aktualisasi diri. Hirarki kebutuhan itu dapat digambarkan dala bentukpiramida sebagai berikut.

Page 18: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

EstetikaKognitif

PenghargaanPengakuan dan Kasih Sayang

Rasa AmanKebutuhan Biologis

Aktualisasi diri

1. Kebutuhan Biologis

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling dasar. Kebutuhan ini berfungsimempertahankan hidupnya secara fisik yaitu kebutuhan akan makan,minuman, seks, istirahatdan oksigen. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan menyebabkan kematian.

1. Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak remaja maupun dewasa. Pada anakkebutuhan akan rasa aman ini Nampak dengan jelas, sebab mereka suka mereaksi secaralangsung sesuatu yang mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi,maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberikan kebebasan (freedom) untukberekspresi. Pada orang dewasa kebutuhan akan rasa aman ini memotivasinya untuk mencarikeraja, menbung uang, atau menjadi peserta asuransi. Orang dewasa yang sehat mentalnyaditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut, dan cemas. Sedangkan yang tidak sehat,ditandai dengan perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar.

1. Kebutuhan akan Pengakuan dan Kasih Sayang

Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara seperti persaudaraan, persahabatan, ataupergaulan yang lebih luas. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan dan curahankasih saying dari orang lain, baik dari orangtua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau orangdewasa lainnya. Kebutuhan untuk diakui sulit dipuaskan pada suasana masyarakat yangmobilisasinya sangat cepat terutama di kota-koa besar yang gaya hidupnya sudah bersifatindividualistic. Sebaliknya kebutuhan ini akan mudah terpuaskan dalam suasana masyarakatyang akrab, penuh persahabatan atau persaudaraan. Kebutuhan akan kasih sayang atau

Page 19: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

mencintai-dicintai dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan lain (persahabatan danpersaudaraan).

Dalam hal ini maslow membedakan antara cinta (love) dengan sex (kebutuhan biologis),meskipun diakuinya bahwa seks merupakan salah satu cara pernyatan kebutuhan cinta. Diasependapat dengan rumusan cinta dari Rogers yaitu bahwa cinta merupakan “Keadaandimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati.” Maslow berpendapat bahwakegagalan mencapai kepuasan kebutuhan cinta atau kasih sayang merupakan penyebab utamadari gangguan emosional atau maladjustment.

1. Kebutuhan akan Penghargaan

Jika seseorang telah merasa diakui, maka dia akan mengembangkan kebutuhan akan perasaanberharga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori yaitu:

1) Harga diri (self esteem) yang meliputi: kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasidan kebebasan

2) Penghargaan dari orang lain(esteem from oher people) yang meliputi: pengakuan,perhatian, prestise, respek dan kedudukan (status)

Memperoleh kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan seseorang memiliki rasa percaya diriakan kemampuan dan penampilannya menjadi kompeten dan produktif dalam semua aspekkehidupan. Sebaliknya apabila seseorang mengalami kegagalan, atau mengalami “lack of self-esteem” maka dia akan mengalami perasaan rendah diri (inferior), tak berdaya, tak bersemangat,dan kurang percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah kehidupan yangdihadapinya.

1. Kebutuhan Kognitif

Secara alami manusia memiliki hasrat ingin memperoleh pemahaman tentang sesuatu. Hasrat inimulai berkembang sejak akhir usia bayi dan awal masa kanak-kanak, yang diekspresikan sebagairasa ingin tahunya (curiosity) dalam bentuk pengajuan pertanyaan-pertayaan tentang berbagaihal, baik terkait dengan dirinya sendiri maupun lingkungannya (sperti benda-benda, hewan, dantumbuh-tumbuhan). Rasa ingin tahu ini biasanya terhambat perkembangannya oleh lingkunganyang terlalu membatasi atau otoriter, baik dilingkungan keluarga maupun sekolah. Kegagalandalam memenuhi kebutuhan ini akan menghambat pencapaian perkembangan kepribadian secarapenuh. Menurut Maslow, rasa ingin tahu ini merupakan ciri mental yang sehat. Kebutuhankognitif ini diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi,menjelaskan, mencari sesuatu atau suasana baru, dan meneliti.

1. Kebutuhan Estetik

Kebutuhan estetik (order & beauty) merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melaluikebutuhan inilah, manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni (sepertilukis, rupa, patung, dan grafis), arsiektur, tata busana, tata boga, dan tata rias. Di samping itu

Page 20: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan akan keteraturan, keserasian, ataukeharmonisan dalam setiap aspek kehidupannya, seperti dalam cara berpakaian (rapi denganketerpaduan warna yang serasi), penataan rumah (penempatan meubeler, vas bunga, dsb), danpemeliharan ketertiban berlalu lintas. Orang yang kurang sehat mentalnya, mengalami gangguanemosional atau stress, biasanya kurang memperhatikan kebutuhan ini seperti: tidak rapi dalamberpakaian, kurang memperhatikan kebersihan, dan kurang apresiatif terhadap keteraturan dankehidupan.

1. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini merupkan puncak dari hierarki kebutuhan manusia, yaitu perwujudan potensi dankapabilitas secara penuh. Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi, namun apabila kebutuhan initidak terpenuhi, dalam arti seseorang itu tidak dapat mengembangkan kemampuan ataupotensinya secara penuh, maka dia akan mengalami kegelisahan, ketidaknyamanan atau frustasi.Contoh: jika seseorang memiliki kemampuan potensial dalam bidang musik, tetapi dia disuruhbekerja sebagai akuntan maka dia akan mengalami kegagalan dalam mengaktualisasikan dirinya.

Maslow berpendapat bila seseorang telah mampu mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actualizing person) berarti dia telah memiliki kepribadian yang sehat. Maslow mengemukakanteori motivasi bagi “self-actualizing person” dengan nama “Metamotivation, Meta-needs, B-Motivation, atau Being Values.” Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan dirinya tidaktermotivasi dirinya untuk mengejar sesuatu yang khusus, mereduksi ketegangan, ataumemuaskan suatu kebutuhan, etapi mencapai tujuan secara menyeluruh (tujuannya untukmemperkaya dan memperluas kehidupannya dan mengurangi keegangan melalui berbagaipengalaman yang menantang). Dia berusaha untuk mengembangkan potensinya secaramaksimal, dengan memperhatikan lingkungannya. Dia juga berada dalam keadaan menjadi(becoming) yaitu spontan, alami, dan senang mengekspresikan potensinya secara penuh.

Sementara itu motivasi bagi mereka yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya, dia namai“D-motivation” atau “deficiency.” Tipe motivasi ini mengejar hal-hal yang khusus untukmemenuhi kekurangan atau kebutuhan dalam dirinya seperti mencari makanan untuk memenuhirasa lapar. Ini berarti bahwa kebutuhan khusus (lapar) untuk tujuan yang khusus (kenyang,menyantap makanan) menghasilkan motivasi untuk memperoleh sesuatu yang dirasakannyakurang (mencari makanan). Motif ini tidak hanya berhubungan dengan kebutuhan fisologis tetapijuga rasa aman, cinta kasih, dan penghargaan.

Terkait dengan Meta-needs di atas, Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalammemuaskannya akan berdampak kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkanpemuasan kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan metapatalogi yang dapat merintangiperkembangannya. Maslow mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki meta-needs danpatalogis seperti yang berada di bawah ini

Ciri-ciri Orang yang Memiliki Meta-Needs dan Patalogis

Meta-needs Metapatalogis

Page 21: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

1) Sikap Percaya

2) Bijak, Baik

3) Indah/Estetis

4) Kesatuan atau Menyeluruh

5) Enerjik/Optimis

6) Pasti

7) Lengkap

8) Adil, Altruis

9) Berani

10) Sederhana/Simple

11) Bertanggung Jawab

12) Penuh makna

1. Tidak Percaya, Sinis, Skeptis

2. Benci dan Memuaskan

3. Vulgar, Mati Rasa

4. Disintegrasi

5. Kehilangan Semangat Hidup, Pasif, Pesimis

6. Chaos, tidak dapat diprediksi

7. Tidak lengkap, tidak tuntas

8. Suka marah-marah, sini, tak adil, egois

9. rasa tidak aman, memerlukan bantuan

10. Sangat kompleks, membingungkan

11. Tak bertanggung jawab

12. Tak tahu makna kehidupan, kehilangan,harapan, dan putus asa

Pengenalan terhadap jenis dan tingkat kebutuhan seseorang (siswa/mahasiswa) sangat diperlukanbagi usaha membantu mereka. Program bimbingan dan konseling merupakan salah satu usahauntuk membantu para siswa untuk memenuhi kebutuhannya secara wajar dan sesuai norma yangberlaku.

1. 4. Masalah Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental

Kegiatan atau tingkah merupakan laku individu pada hakikatnya merupakan cara pemenuhankebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi kebutuhannya, baiksecara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara yang disadari maupun cara yang tidak disadari.Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, indiviidu harus dapat menyesuaikan antarkebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai prosespenyesuaian diri. Individu harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baiklingkungan sekolah, rumah maupum masyararakat.

Proses penyesuaian diri ini menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individusendiri.terdapat 2 jenis proses penyesuain diri. Yaitu : (1) “Well adjusted” yaitu keadaan dimana

Page 22: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kebutuhannya sesuai denganlingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya. (2)Maladjusted yaitu keadaan dimana individu gagal dalam proses penyesuaian tersebut.

1. a. Penyesuaian Normal

Schneiders (1964: 51) berpendapat adalah penyesuaian adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasiketegangan, frustasi, dan konflik secara sukses, serta menghasilkan hubungan yang harmonisantara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.

Selanjutnya akan dijelaskan ciri-ciri orang well adjusted yaitu “ yang mampu merespon(kebutuhan, dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome).” Yang dimaksudefisien adalah hasil yang diperolehnya tidak banyak membuang energi, waktu, dan kekeliruan.Sementara wholesome adalah respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya,hubungan dengan yang lain, dan hubungannya dengan Tuhan.

Orang yang memiliki kemampuan untuk mereaksi kebutuhan dirinya atau tuntutanlingkungannya secara matang, sehat dan efisien sehingga dapat memecahkan konflik-konflikmental., frustasi, dan kesulitan-kesulitan pribadi dan sosialnya tanpa mengembangkan tingkahlaku simtomatik (seperti rasa cemas, takut, khawatir, obsesi, pobia, atau psikosomatik). Diaadalah orang yang berupaya menciptakan hubungan interpersonal dan suasana yang salingmenyenangkan yang berkotribusi kepada perkembangan kepribadian yang sehat.

Orang yang memiliki sikap iri hati, hasud, cemburu, atau, permusuhan merupakan respon yang“unwholesome” (tidak sehat), sedangkan sikap persahabatan , toleransi, dan pemberipertolongan merupakan respon yang “wholesome”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka seseorang itu dapat dikatakan memiliki penyesuaian diriyang normal, yang baik (well adjustment) apabila dia mampu memenuhi kebutuhan danmengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri-sendiri dan lingkungannya, serta sesuaidengan norma agama.

Menurut Schneiders (1964: 274-276) penyesuaian yang normal ini memiliki karakter sebagaiberikut :

1. Absence of excessive emotionality (Terhindar dari ekspresi emosi yang berlebih-lebihan,merugikan, atau kurang mampu engontrol diri).

2. Absence of psychological machanisme (Terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis, sepertirasionalisasi, agresi, kompensasi dan sebagainya).

3. Absence o the sense of personal frustration (Terhindar dari perasaan frustasi atau perasaankecewa karena tidak terpenuhi kebutuhannya).

4. Rational deliberaton and self-direction (Memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yangrasional, yaitu mmpu memecahkan masalah berdasarkan alternative-alternatif yang telahdipertimbangkan secara matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil).

5. Ability to learn (Mampu belajar, mampu mengembangkan kualitas dirinya, khususnya yangberkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah seari-hari).

Page 23: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

6. Utilization of past experience (Mampu memanfaatkan penglaman masa lalu, bercermin ke masalalu bik yang berkaitan dengan keberhasiln maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitashidup yang lebih baik).

7. Realistic, objective attitude (Bersikap objektif dan realistik; mampu menerima kenyataan hidupang dihadap secara wajar; mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional,tidak didasari oleh prasangka buruk atau negative).

1. b. Penyesuaian Menyimpang

Penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan kebutuhanatau upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengannorma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dapat juga dikatakan bahwa penyesuaian yangmenyimpang ini adalah sebagai tingkah laku abnormal (abnormal behavior), terutama terkaitdengan criteria sosiopsokologis dan agama. Penyesuaian yang menyimpang atau tingkah lakuabnormal ini ditandai dengan respon-respon berikut.

1) Reaksi Bertahan

Organisme atau individu dikepung oleh tuntutan dari dalam diri sendiri dan dari luar yangkadang-kadang mengancam rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman organisasinya,individu mereaksi dengan mekanisme pertahan diri.

Mekanisme pertahanan dapat diartikan sebagai respon yag tidak disadari yang berkembangdalam kepribadian individu, dan menjadi menetap, sebab dapat menetap, sebab dapat mereduksiketegangan dan frustasi, dan dapat memuaskan tuntutan-tuntutan penyesuaian diri.

Orang yang berusaha mempertahanan diri sendiri, seolah-olah tidak mengalami kegagalan,menutupi kegagalan, atau menutupi kelemahan dirinya sendiri dengan cara-cara atau alasantertentu. Bentuk reaksi ini diantaranya:

1. Konpensasi : menutupi kelemahan dalam satu hal, dengan cara mencari kepuasan pada bidanglain.

2. Sublimasi : menutupi atau mengganti kelemahan atau kegagalan dengan cara atau kegiatanyang mendapatkan pengakuan (sesuai dengan nilai-nilai) masyarakat.

3. Proyeksi : melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain.

Mekanisme pertahanan diri ini dilatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologis, seperti: inferiority,inadequacy, failure, dan guilt. Masing-masing dasar-dasar psiklogis itu akan dibahas dalamuraian berikut.

a) Perasaan Rendah Diri

Page 24: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Inferioritas ini dapat diartikan sebagai perasaan atau sikap yang pada umumnya tidak disadariyang berasal dari kekurangan diri, baik secara nyata maupun maya (imajinasi)

Inferioritas ini menimbulkan gejala-gejala sikap dan perilaku berikut.

1. Peka (merasa tidak senang) terhadap kritikan orang lain.2. Sangat senang terhadap pujian atau penghargaan.3. Senang mengkritik atau mencela orang lain.4. Kurang senang untuk berkompetisi5. Cenderung senang menyendiri

Berkembangnya sikap inferioritas ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu sebagai berikut.

1. Kondisi fisik: lemah, kerdil, cacat, tidak berfungsi, atau wajah yang tidak menarik.2. Psikologis : kecerdasan di bawah rata-rata, konsep diri yang negative sebagai dampak dari

frustasi yang terus meneruskan dalam memenuhi kebutuhan dasar (seperti selalu gagal untukmemperoleh status, kasih sayang, prestasi, dan pengakuan).

3. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif : hubungan interpersonal dalam keluarga tidak harmonis,kemiskinan, dan perlakuan yang keras dari orang tua.

Proses perkembangan inferioritas dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

PsikologisLingkungan

Kondisi FisikFrustasi dalam memenuhi kebutuhan

Konsep DiriInferioritas

b) Perasaan Tidak Mampu

“Inadequasi” merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan-tuntutan darilingkungan. Contoh: seorang ibu rumah tangga merasa tidak mampu mengelola urusan keluarga;dan seorang siswa mengeluh, karena tidak mampu memenuhi tuntutan akademik di sekolahnya.

Page 25: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Sama halnya dengan inferioritas, factor penyebab perasaan tidak mampu ini adalah: frustasi dankonsep diri yang tidak sehat.

c) Perasaan Gagal

Perasaan ini sangat dekat hubungannya dengan perasaan “inadequacy”, karena jika seseorangsudah merasa bahwa dirinya tidak mampu, maka dia cenderung mengalami kegagalan untukmelakukan sesuatu atau mengatasi masalah yang dihadapinya.

d) Perasaan Bersalah

Perasaan bersalah ini muncul setelah seseorang melakukan perbuatan yang melanggar aturanmoral, atau sesuatu yang dianggap berdosa.

Mekanisme pertahanan diri ini memiliki beberapa bentuk, yaitu sabagai berkut.

1. 1. Kompensasi

Kompensasi diarta sebagai usaha-usaha psikis yang biasanya tidak disadari untuk menutupiketerbatasan atau kelemahan diri dengan cara mengmbangkan respon-respon yang dapatmengurangi ketegangan dan frustasi sehingga dapat meningkatkan penyesuaian individu.

Kompensasi dilakukan dengan tujuan hal-hal berikut.

1) Mensubstitusi pestasi nyata.

2) Mengalihkan perhatian dari ketidakmampuan

3) Memelihara status, harga diri dan interitas.

Untuk mengetahui wujud kompensasi dapat dilihat dari gejalanya yang nampak dalam bentuk-bentuk periaku sebagai berikut.

1) Overreaction (Reaksi yang berlebihan)

2) Identifikasi, seperti ada orangtua yang senang membicarakan keberhasilan anaknya, dalamrangka menutup kelemahan dirinya mencapai hal itu.

3) Bermain dan berfantasi

Page 26: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Penjelasan diatas menunjukan bahwa kompensasi termasuk maladjustment. Walaupun begitudalam kehidupan nyata sehari-hari, tidak sedikit bahwa proses kompensasi itu dapat membantuindividu mencapai kepuasan. Contoh : Ada seorang anak yang mengkompensasi frustasinya(gagal dalam memenuhi kerinduannya untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya)dengan cara mekukn kegiatan bermain.

Contoh ini mengidentifikasikan bahwa kompensasi itu dapat mengatasi masalah tanpamenimbulkan gejala-gejala perilaku yang maladjustment. Agar reaksi kompensasi itu dapatmendukung penyesuaian yang sehat, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut.

1) Dalam mereduksi ketegangan atau frustasi jangan menimbulkan kerusakan pada diri individuitu sendiri.

2) Kembangkanlah kompensasi itu dengan penuh kesabaran dan pertimbangan.

3) Landasilah kompensasi itu dengan kesadaran yang jelas tentang keterbatasan atau kelemahandiri sendiri.

4) Jangan menghindar untuk mencapai prestasi, tetapi tingkatkanlah usaha untuk mencapainya.

5) Jangan mengfungsikan kompensasi sebagai substitusi dari upaya yang baik (sehat).

6) Tingkatkan kesejahteraan psikologis.

1. 2. Sublimasi

Sublimasi adalah pengerahan energy-energi drive atau motif secara tidak sadar ke dalamkegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara social maupun moral.

Sublimasi ini bertujuan untuk mereduksi ketegangan, frustasi, konflik, dan memelihara integritas(keutuhan) ego. Dalam hal ini sublimasi mirip dengan kompensasi, namun begitu terdapatperbedaan diantara keduanya, yaitu kompensasi berkembang dari perasaan “inadequacy”,sedangkan sublimasi berkembang dari “guilty feeling” yang terkait dengan motif-motif agresi,curiocity, kekejaman, dan keibuan.

Beberapa contoh mekanisme sublimasi adalah sebagai berikut:

1. Dorongan keibuan (maternal drive), atau dorongan cinta kasih disublimasikan kepada kegiatan-kegiatan mengajar, kerja social, dan kegiatan lain yang memberi peluang untukmengekspresikan kecintaan kepada anak.

2. Dorongan rasa ingin tahu (curiocity) yang seering diekspresikan ke dalam cara-cara yang tidakdiinginkan, seperti: voyeurism, peeping (mengintip), percakapan seksual, dan gossip (gibah)yang mengakibatkan timbulnya perasaan bersalah atau berdosa dapat disublimasikan ke dalamkegiatan seni dan penelitian ilmiah.

Page 27: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

1. 3. Rasionalisasi

Rasionalisasi dapat diartikan sebagai upaya mereka-reka alasan untuk menutupi suasanaemosional yang tidak nyaman, tidak dapat diterima, atau merusak keutuhan (ego) atau status.

Dengan melakukan perbuatan atau tingkah laku yang nampaknya rasional, individu melindungidirinya dari kritikan diri sendiri dan oranglain dalam upaya memelihara keutuhan ego. Perasaantidak mampu, gagal, dan berdosa merupakan sumber penyebab psikologis rasionalisasi.Walaupun begitu, rasionalisasi digunakan juga dalam berbagai situasi pada saat tuntutanpenyesuaian diri memerlukan pemecahannya.

Untuk mengetahui reaksi rasionalisasi ini pada uraian berikut akan diberikan contoh-contohnya:

1) Seorang siswa tidak dapat melaksanakan tugas untuk bercerita, dengan alasan bukunyalupa tidak dibawa.

2) Seorang pegawai terlambat datang bekerja, dengan alasan kendaraanya terjebak macet.

3) Seorang siswa tidak lulus ujian, dengan alasan sakit.

Setiap kasus diatas mempunyai kesamaan sumber penyebab, yaitu ketidakmampuan menghadapi(1) kegagalan secara wajar, (2) menghadapi kelemahan, dan (3) menerima tanggung jawab.

Para ahli psikologi sepakat bahwa rasionalisasi dapapt merusak integritas pribadi danpenyesuaian diri yang sehat. Rasionalisasi tidak ada bedanya dengan berbohong, karena kedua-duanya menunujukkan gejala inkonsistensi, kontradiksi pribadi, dan inkoherensi. Hal ini terjadikarena kedua-duanya merupakan upaya untuk memelihara integritas pribadi yang fiktif danmenghindari situasi atau kondisi yang nyata.

1. 4. Sour Grape (Anggur Masam)

Istilah ini berasal dari suatu cerita, yaitu: ada seekor rubah yang sangat menyenangi buah anggur,tetapi dia gagal meraih buah anggur tersebut. [ada saat itu dia berbicara pada dirinya, buahangggur itu sangat masam rasanya.

Mekanisme pertahanan diri ini sama dengan rasionalisasi, yaitu sikap menipu diri sendiri (selfdeception). Sikap “sour grape” ini merupakan indikasi ketidakmampuan, dan kelemahankepribadian, karena mendistorsi kenyataan. Oleh karena itu sikap ini merupakan penyesuaian diriyang tidak normal.

Contoh-contoh sikap “sour grape”: siswa yang gagal di sekolah, seorang pekerja yangkehilangan pekerjaannya, seorang suami mencerai istrinya, atau seorang penulis yang gagal

Page 28: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

mempublikasikan karyanya, masing-masing mereka mungkin akan menggunakan mekanisme“sour grape” ini dalam upaya menenangkan perasaan frustasinya.

1. 5. Egosentrisme dan Superioritas

Egosentrisme dan Superioritas merupakan sikap-sikap yang dipandang efektif untuk melindungidampak-dampak buruk dari perasaan inferioritas dan perasaan gagal dalam mencapai sesuatuyang disenangi.

Egosentrisme dapat diartikan sebagai perbuatan pura-pura yang tidak disadari untuk mencapaikualitas superior, dan usaha untuk menyembunyikan inferioritasnya.

Factor-faktor yang menyebabkan berkembangnya sikap egosentris adalah

1. Perasaan tidak aman (insecurity) yang pada umumnya berasal dari perasaan rendah diri(inferiority)

2. Perlakuan orangtua yang sangat memanjakan, atau yang selalu memberikan pujian ataumembangga-banggakannya.

3. 6. Introjeksi dan Identifikasi

Kedua mekanisme pertahanan diri ini sama-sama berusaha untuk memelihara atau melindungiego dari kelemahannya. Introjeksi merupakan mekanisme dengan cara individu berusahamengasimilasi kualitas-kualitas yang diingini atau disenangi dari orang lain atau kelompok.

Efisiensi asimilasi ini tergantung kepada tingkat kemampuan seseorang dalam mengidentifikasidirinya dengan orang lain. Sementara identifikasi diartikan sebagai “suatu proses dimanaseseorang membangun persamaan psikologis dengan orang lain, baik dalam aspek kapasitasmaupun sifat-sifat”. Dapat juga diartikan sebagai “sikap menerima identitas orang lain ataukelompok secara tidak disadari untuk meningkatkan prestige atau harga diri” .

Contoh: anak laki-laki mengidentifikasi kekuatan ayahnya dan kemudian mengintrojeksikualitas-kualitas pribadinya, seperti keberanian dan kematangan.

1. 7. Proyeksi dan Sikap Mencela (Blaming)

Proyeksi merupakan “mekanisme pertahanan diri dimana individu melepas dirinya sendiri darikualitas atau keadaan yang tidak diinginkan dengan cara mengkambinghitamkan orang lain atausesuatu sebagai penyebabnya ”.

Contoh:

Page 29: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

1. Seorang pekerja yang gagal dalam mengerjakan tugasnya memproyeksikan kegagalannyakepada mesin, bukan kepada dirinya yang tidak mampu menyelesaikan tugasnya.

2. Seorang remaja yang nakal memproyeksikan penyebab kenakalannnya kepada orangtuanya,bukan kepada dirinya sendiri.

Proyeksi ini sering dihubungkan dengan reaksi “blamming” dan merefleksikan perasaan tidakmampu dan tidak bersalah yang mendalam,. Ketika seseorang mencela atau menyalahkan oranglain, karena ketidakmampuan dan kegagalannya merupakan indikasi yang baik bahwa dia merasabersalah, dan secara tidak langsung dia telah mencela kelemahan dirinya sendiri.

1. 8. Represi

Represi merupakan proses penekanan pengalaman, dorongan, keinginan, atau pikiran yangbertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan social kea lam tak sadar, karena hal itumengancam keamanan egonya.

Represi melindungi organisme dari ketegangan, frustasi, perusakan ego, dan juga dapatmengembangkan motif-motif yang tidak disadari yang mengraha kepada pembentukan gejala-gejala gangguan tingkah laku.

Semua bentuk mekanisme pertahanan diri tersebut di atas, sama-sama bertujuan untuk mereduksiketegangan, konflik, frustasi, dalam upaya melindungi keamanan egonya. Mekanismepertahanan diri ini bergerak di antara normal dan abnormal. Apabila mekanisme tersebutmendistorsi kenyataan dan melemahkan hubungan social, serta mengarah kepada kerusakan ego,maka mekanisme itu termasuk maladjusment (abnormal).

2) Reaksi Menyerang

Agresi dapat diartikan sebagai sebuah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan dan frustasimelalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa, atau mendominasi.

Berbeda dengan mekanisme penyesuaian diri yang lainnya, reaksi agresi tidak berkontribusi bagikesejahteraan rohaniah individu atau penyelesaian masalah yang dihadapinya.

Agresi ini terefleksi dalam tingkah laku verbal dan nonverbal. Contoh yang verbal: berkatakasar, bertengkar, panggilan nama yang jelek, jawaban yang kasar, sarkasme (perkataan yangmenyakitkan hati), dan kritikan yang tajam. Sementara contoh yang nonverbal, di antaranya:menolak atau melanggar aturan (tidak disiplin), memberontak, berkelahi (tawuran), mendominasiorang lain, dan membunuh.

Agresi ini dipengaruhi beberapa factor, yaitu sebagai berikut:

1. Fisik: sakit-sakitan atau mempunyai penyakit yang sulit disembuhkan.2. Psikis: ketidakmampuan atau ketidakpuasan dalam memenuhi Kebutuhan dasar, seperti rasa

aman, kasih sayang, kebebasan, dan pengakuan social.

Page 30: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

3. Social: perhatian orangtua yang sangat membatasi atau sangat memanjakan, hubungan antaranggota keluarga yang tidak harmonis, hubungan guru siswa yang negative, kondisi sekolah yangtidak nyaman, kegagalan dalam pernikahan, kondisi pekerjaan yang tidak nyaman atau di-PHK(pemutusan hubungan kerja).

Lebih lanjut dikemukakan gejala-gejala perilaku sikap agresif, yaitu sebagai berikut (M. Surya,1976).

1. Selalu membenarkan diri sendiri.2. Mau berkuasa dalam setiap situasi.3. Mau memiliki segalanya.4. Bersikap senang mengganggu orang lain.5. Menggertak, baik dengan ucapan atau perbuatan.6. Menunujukkan sikap permusuhan secara terbuka.7. Menunjukkan sikap menyerang dan merusak.8. Keras kepala.9. Bersikap balas dendam.10. Memperkosa hak orang lain.11. Bertindak serampangan (impulsif)12. Marah secara sadis.

Bentuk mekanisme yang sangat dekat hubungannya dengan agresi adalah “delinquency”, karenakedua-duanya merupakan sikap perlawanan terhadap kondisi yang memfrustasikan pemenuhanKebutuhan atau keinginannya. Delinquency dapat diartikan sebagai tingkah laku individu ataukelompok yang melanggar norma moral yang dijunjung tinggi masyarakat, yang menyebabkanterjadinya konflik antara individu dengan kelompok atau masyarakat.

Tingkah laku nakal (delinquency) dapat dipandang sebagai upaya untuk memenuhi Kebutuhan,dan mereduksi ketegangan, frustasi, dan konflik yang disebabkan oleh tuntutan tersebut.

Healy dan Bronner (Schneiders, 1964:354) mengemukakan tentang karakteristik “delinquency”itu sebagai berikut:

1. Penolakan terhadap situasi yang tidak menyenangkan dengan cara “escape” atau “flight”(melarikan diri) dari situasi tersebut.

2. Memperoleh kepuasan pengganti melalui “delinquency”.3. Upaya memperoleh kepuasan ego, melalui pernyataan sikap balas dendam secara langsung,

baik disadari maupun tidak, sebagai ekspresi dari keinginannya yang tersembunyi untukmenghukum orangtua atau orang lain dengan melakukan perbuatan yang dapat menimbulkankesulitan hidup bagi dirinya.

4. Upaya memperoleh kepuasan pribadi secara maksimum melalui perilaku agresif, sikap antisocial , dan permusuhan terhadap orang-orang yang memiliki otoritas.

Page 31: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Berkembangnya perilaku “delinquency” disebabkan oleh beberapa factor, yaitu sebagai berikut:

1. Factor Psikologis: inferioritas, perasaan tidak aman, tersisihkan dari kelompok (tidak mendapatpengakuan kelompok), kurang mendapat kasih sayang, dan gagal memperoleh prestasi.

2. Factor Lingkungan: broken home, perlakuan orangtua yang sering menghukum, sikap penolakanorangtua, hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis, iklim kehidupan (social, moraldan agama) masyarakat yang tidak kondusif, dan kondisi ekonomi yang morat-marit.

3) Reaksi Melarikan Diri dari Kenyataan

Reaksi "escape'" dan "withdrawal" merupakan perlawanan pertahanan diri individu terhadaptuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan dimana dia hidup. "Escape" merefleksikanperasaan jenuh, atau putus asa; sementara "withdrawal" mengindikasikan kecemasan, atauketakutan. Bentuk-bentuk reaksi "escape" dan "withdrawal" ini diantaranya: (a) berfantasi -melamun, (b) banyak tidur, atau tidur yang patologis: narcolepcy, yaitu kebiasaan tidur yang takterkontrol, (c) meminum-minuman keras, (d) bunuh diri, (e) menjadi pecandu ganja, narkotika,shabu-shabu atau ecstacy, dan (f) regresi.

Contoh: seorang siswa mengalami frustrasi, karena prestasi belajarnya di sekolah rendah.Akhirnya dia menjadi sering melamun (day dreaming). Dia melarikan diri dari dunia nyata danmencari kepuasan di dunia tak nyata (melamun).

Reaksi "escape" dan "withdrawal" berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagaiberikut:

a. Psikologis: frustrasi, konflik, ketakutan, perasaan tertindas, dan kemiskinan emosional.

b. Lingkungan keluarga: orangtua terlalu memanjakan anak, orangtua bersikap menolak terhadapanak, dan orangtua menerapkan disiplin yang keras terhadap anak.

4) Penyesuaian yang Patologis

Penyesuaian yang patologis ini berarti bahwa individu yang mengalaminya perlu mendapatperawatan khusus, dan bersifat klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit (hospitalized).Yang terrnasuk penyesuaian yang patologis ini adalah "neurosis" dan "psikosis."

Untuk membantu para siswa atau mahasiswa agar tercegah dari sikap dan perilaku salah suai diatas, maka pihak sekolah atau perguruan tinggi hendaknya memberikan bantuan agar setiapsiswa (mahasiswa) mampu menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dari timbulnya gejala-gejala salah suai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai suatu lingkungan yangmemberikan kemudahan-kemudahan untuk tercapainya penyesuaian yang baik.

Page 32: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Di atas dikatakan bahwa jika individu gagal dalam penyesuaian diri, maka ia akan sampai padasuatu situasi salah suai. Gejala-gejala salah suai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkahlaku yang kurang wajar atau kelainan tingkah laku.

Gejala-gejala tingkah laku salah suai tersebut seringkali menimbulkan berbagai masalah. Haltersebut tentu saja tidak dapat dibiarkan terus, karena akan mengganggu baik bagi individu itusendiri maupun bagi lingkungan.

Mereka yang menunjukkan gejala-gejala kelainan tingkah laku mempunyai luvondenmgan gagaldalam proses pendidikannya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu usaha nyata untukmenanggulangi grjala-gejala terscbut, dalam hubungan ini bimbingan dan konseling mempunyaiperanan yang cukup penting.

1. 5. Masalah belajar

Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapatdiartikan sebagai bantuan perkembang-an melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajardapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, af'ektif,maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam interaksi denganlingkungan secara efisien.

Dalam kegitatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagipengajar. Misalnya bagaimana menciptakan knndisi yang baik agar berhasil, memilih metodedan alat-alat sesuai dengan jonis dan situasi belajar, membuat rencana belajar bagi siswa,menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitanbelajar, dan sebagainya. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbulmisalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran,belajar berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata pelajaran yang cocok, dan sebagainya.

Keberhasilan belajar siswa/mahasiswa itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal(yang bersumber dari dalam diri sendiri) maupun eksternal (yang bersumber dari luar ataulingkungan).

a. Faktor Internal

Ada beberapa faktor yang harus dipenuhinya agar belajarnya berhasil. Syarat-syarat itu meliputifisik dan psikis. Yang termasuk faktor fisik, di antaranya: nutrisi (gizi makanan), kesehatan dankeberfungsian fisik (terutama pancaindera). Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan kelesuan,lekas mengantuk, lekas lelah, dan kurang bisa konsentrasi. Penyakit juga dapat mempengaruhikeberhasilan belajar, apabila penyakit itu bersifat kronis atau terus menerus dan mengganggukenyamanan. Pancaindera pun sangat berpengaruh terhadap belajar, ka-rena merupakan pintugerbang masuknya informasi dari luar. Oleh karena itu, pemeliharaan yang intensif sangat

Page 33: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

penting bagi individu. Sementara yang masuk faktor psikis di antaranya adalah kecerdasan,motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar, dan suasana emosi. Apabila kedua faktor tersebuttidak terpenuhi atau mengalami gangguan, maka kemungkinan besar individu akan mengalamikesulitan belajar.

Menurut W.H. Burton (Syamsu Yusuf LN dkk., 1992) faktor internal yang mengakibatkankesulitan belajar adalah sebagai berikut.

Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental: (a) kurangnya kemampuan mentalyang bersifat potensial (kecerdasan); (b) kurangnya kemampuan mental, seperti kurangperhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menun-jukkan kegiatan yang berlawanan,kurangnya enerji untuk bekerja atau belajar karena kekurangan makanan yang bergizi, kurangnyapenguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental; dan (c) kesiapan diri yangkurang matang.

Gangguan fisik: (a) kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara; dan (b)gangguan kesehatan (sakit-sakitan).

Gangguan emosi: (a) merasa tidak aman, (b) kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang,situasi, maupun kebutuhan; (c) adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan), perasaan takutyang berlebihan (phobi), perasaan ingin melarikan diri atau menghindar dari masalah yangdialami; dan (d) ketidakmatangan emosi.

b. Faktor Eksternal

Faktor ini meliputi aspek-aspek sosial dan nonsosial. Yang dimak-sud dengan faktor sosialadalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung (bertatap muka atau berkomunikasilangsung), maupun kehadirannya secara tidak langsung, seperti: berupa foto, suara (nyanyian,pembicaraan) dalam radio, TV, dan tape recorder. Sedangkan yang termasuk faktor nonsosialadalah: keadaan suhu udara (panas, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana lingkungan(sepi, bising atau ramai), keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan, kebersihan, ventilasi,dan kelengkapan mebeler), kelengkapan alat-alat atau fasilitas belajar (ATK, alat peraga, buku-buku sumber, dan media komunikasi belajar lainnya).

Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang timbul terutama yangdirasakan oleh siswa sendiri. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantusiswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuankepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilahpenting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk membantu agar mereka berhasildalam belajar.

Layanan bantuan yang seyogianya diberikan kepada para siswa adalah bimbingan belajar.Bimbingan belajar ini meliputi beberapa kegiatan layanan, baik yang bersifat preventif maupunkuratif. Layanan yang bersifat preventif di antaranya dengan pemberian layanan informasisebagai berikut: (a) Sikap dan kebiasaan belajar yang positif; (b) Cara membaca buku yang

Page 34: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

efektif; (c) Cara membuat catatan pelajaran; (d) Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam dan diluar kelas; (e) Cara belajar kelompok; dan (f) Teknik menyusun laporan.

Adapun bimbingan belajar yang bersifat kuratif adalah layanan bantuan bag! para siswa yangmemiliki masalah atau kesulitan belajar. Untuk meinbantu mereka, maka dilakukan langkah-langkah sebagai brrikut.

Mengidentifikasi kasus, dengan cara (1) membandingkan nilai setiap siswa dengan nilai bataslulus kelompok, dan (2) menerima laporan dari sol.iap guru atau wali kelas tentang aktivitasbelajar setiap siswa yang diduga bermasalah dalam belajar.

Mengidentifikasi. letaknya masalah, dengan cara (1) melihat kawasan tujtian belajar mana yangbelum tercapai, dan (2) melihat ruang lingkup atau bahan ajar mana yang belum dikuasai.

Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar (diagnosis). Faktor-faktor penyebabini dapat diklasifikasikan ke dalam dua laktor, yaitu: internal (yang berasal atau bersumber daridiri siswa itu sendiri) dan eksternal (yang bersumber dari luar atau lingkungan).

Prognosis, mengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemungkinanpenyembuhannya.

Treatment, pemberian layanan bantuan sesuai dengan prognosis yang telah dilakukan.

2.2 Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan & Konseling

Dilihat dari pendekatan bimbingan, bimbingan itu dibagi menjadi 4 pendekatan yaitu : (1)pendekatan krisis; (2) pendekatan remedial; (3) pendekatan preventif; (4) pendekatanperkembangan.

1. a. Pendekatan Krisis

Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalamikrisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialamiindividu. Dalam pendekatan krisis ini, konselor menunggu klien yang datang, selanjutnyamereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan klien.

Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Psikoanalisis terpusat padapengaruh masa lampau sebagai suatu hal yang menentukan bagi fungsinya kepribadian padamasa kini. Pengalaman-pengalaman pada masa lima atau enam tahun pertama dari kehidupanindividu dipandang sebagai akar dari krisis individu yang bersangkutan pada masa kini.

1. b. Pendekatan Remedial

Page 35: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Pendekatan remedial adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalamikesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialamiindividu. Dalam pendekatan ini konselor memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individuyang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.

Pendekatan remedial ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik. Pendekatanbehavioristik ini menekankan pada perilaku klien di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dariindividu dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab itu untukmemperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung untuk perbaikanperilaku tersebut.

1. c. Pendekatan Preventif

Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut padaindividu. Konselor berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegahmasalah tersebut.

Pendekatan kuratif ini tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus. Pendekatannya dapatdikatakan mempunyai banyak teknik terapi, tetapi hanya sedikit konsep.

1. d. Pendekatan Perkembangan

Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konselingperkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif, pengembangan, dan outreach.Edukatif karen titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan danpengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik, walaupun hal itu tetap ada dalamkepedulian bimbingan dan konseling perkembangan. Pengembangan, karena titik sentral tujuanbimbingan dan konseling adalh perkembangan optimal dan strategi upaya pokoknya adalahmemberikan kemudahan perkembangan bagi individu melalui perekayasaan lingkunganperkembangan. Outreach, karena target populasi layanan bimbingan dan konseling tidak terbataskepada individu bermasalah dan dilakukan secara individual tetapi meliputiragam dimensi(masalah, target intervensi, setting, metode, lama waktu layanan) dalam rentang yang cukuplebar. Teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalahpembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial dan konseling. (Muro and Kottman,199:5)

2.3 Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

Page 36: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan empat komponen programyaitu: (1) layanan dasar; (2) layanan responsif; (3) perencanaan individual; dan (4) dukungansistem.

1. 1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan2. a. Bimbingan Klasikal

Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuranprogram yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan parasiswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa.Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentangberbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnyadilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memilikipengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentangberbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, danstaf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan(untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layananinformasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspekkehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupuntidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah,dan internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jampengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkansecara pasti untuk semua kelas.

1. b. Bimbingan Kelompok

Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topikyang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (commonproblem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian,dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkanketerampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.

1. c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas

Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalamhal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan gurudan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar,kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya :

1) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa;

2) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam;

3) menandai siswa yang diduga bermasalah;

Page 37: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

4) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching;

5) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konselingkepada guru pembimbing;

6) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminatisiswa;

7) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikaninformasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja,persyaratan kerja, dan prospek kerja);

8) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa);

9) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannyasecara efektif.

1. d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua

Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukankerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadapsiswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasamaini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antarkonselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalahyang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapatdilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang paraorang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnyadapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua(melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untukmelaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar danperilaku sehari-harinya.

1. 2. Strategi untuk Layanan Responsif2. a. Konsultasi

Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolahdalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.

1. b. Konseling Individual atau Kelompok

Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalamikesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melaluikonseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuanalternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling inidapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk

Page 38: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini,masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama lain salingmemberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.

1. c. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)

Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, makasebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang,seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah merekayang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, danpenyakit kronis.

1. d. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)

Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yanglainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan olehkonselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantusiswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengancara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlumendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.

1. 3. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual2. a. Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group Appraisal)

Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa menganalisis dan menilaikemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwakonselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkutpencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, danpengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.

1. b. Individual or Small-Group Advicement

Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan hasilpenilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yangdiperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan)yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaikikelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yangtelah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

1. 4. Strategi untuk Dukungan Sistem2. a. Pengembangan Professional

Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan keterampilannyamelalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-

Page 39: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi keprogram yang lebih tinggi (Pascasarjana).

1. b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi

Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolahlainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk memperolehinformasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa,menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal,serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi iniberkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yangdipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini sepertidengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, sepertiABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yangterkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah GuruBimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapanganpekerjaan).

1. c. Manajemen Program

Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercisekolaha,terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yangbermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itusendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the processof planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of usingall other organizational resources to achieve stated organizational goals”.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalahaspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidaklangsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembagapendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individumemerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatankhusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.

Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikanyang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan parapelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanyalayanan bimbingan dan konseling.

Page 40: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik danberkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dankonseling.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural) pendidikan, dansiswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling disekolah.

3.2 Saran

Untuk menciptakan pelayanan bimbingan secara bermutu, maka para pembimbing, guru, danpersonel sekolah lainnya perlu mendapatkan penambahan, perluasan, atau pendalaman tentangkonsep-konsep atau keterampilan-keterampilan tertentu tentang bimbingan, sesuai dengandeskripsi pekerjaan (kinerja) masing-masing. Bentuk pengembangan staf ini bisa dilaksanakanmelalui seminar atau lokakarya. Melalui kegiatan pengembangan ini diharapkan personelsekolah memiliki kompetensi atau kemampuan sesuai dengan deskripsi kerja(kinerja) masing-masing.

Selain itu, konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, stafsekolah lainnya, dan pihak instansi di luar sekolah (pemerintah dan swasta) untuk memberikanlayanan bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana, dalam upaya memfasilitasiindividu atau peserta didik mengembangkan npotensi dirinya secara optimal, untuk memperolehinformasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa,menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal,serta meningkatkan kualitas program layanan bimbingan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Page 41: Contoh Kasus Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Siswa Disekolah

Yusuf, Syamsu., dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:PT Remaja Rosdakarya

Winkel, W.S. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta: PT Gramedia

Sudrajat, Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. [Online].Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan-dan-konseling/. [4 Maret 2012]