artikel hasil penelitian

12
1 HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROMA DISPEPSIA PADA REMAJA MADRASAH ALIYAH SWASTA ULUMUL QURAN PAGAR AIR ACEH BESAR Cut Anita 1 , Azmunir M. Yc 2 , Teuku Mamfaluti 3 ABSTRAK Sindroma dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat umum dijumpai dalam kehidupan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindroma dispepsia sangat sering diabaikan dan di anggap sebagai keluhan biasa oleh masyarakat. Padahal jika dilihat dampak jangka panjangnya, sindroma ini dapat menimbulkan kerugian bagi penderita. Dispepsia disebabkan oleh multifaktor salah satunya adalah pola makan. Untuk dapat terbentuk pola makan yang baik maka diperlukan pengetahuan yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh siswa/i Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar yang dipilih secara total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan responden mengenai pola makan yang menyebabkan sindroma dispepsia dalam kategori cukup sebanyak 71 orang (64,5%) dan kategori baik sebanyak 39 orang (35,5%). Kejadian dispepsia pada responden sebanyak 56 orang (50,9%) sedangkan yang tidak dispepsia sebanyak 54 orang (49,1%). Hasil analisa Chi- Square dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05) didapatkan nilai X 2 hitung (5,448) > X 2 tabel (3,841), nilai p value < 0,05 yaitu 0,02 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. Kata Kunci : pengetahuan pola makan, kejadian sindroma dispepsia, remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar 1 ) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 ) Kepala Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 3 ) Staf Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUDZA Banda Aceh

Upload: reza-alan

Post on 10-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

artikel hasil penelitian yang diberikan keapada

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Hasil Penelitian

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN

SINDROMA DISPEPSIA PADA REMAJA MADRASAH ALIYAH

SWASTA ULUMUL QURAN PAGAR AIR ACEH BESAR

Cut Anita1 , Azmunir M. Yc

2 , Teuku Mamfaluti

3

ABSTRAK

Sindroma dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat umum

dijumpai dalam kehidupan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindroma dispepsia

sangat sering diabaikan dan di anggap sebagai keluhan biasa oleh masyarakat. Padahal jika

dilihat dampak jangka panjangnya, sindroma ini dapat menimbulkan kerugian bagi penderita.

Dispepsia disebabkan oleh multifaktor salah satunya adalah pola makan. Untuk dapat

terbentuk pola makan yang baik maka diperlukan pengetahuan yang baik pula. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma

dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. Desain

penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian

adalah seluruh siswa/i Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar yang

dipilih secara total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah diuji validitas

dan reliabilitas. Hasil penelitian dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat. Dari hasil

penelitian didapatkan bahwa pengetahuan responden mengenai pola makan yang

menyebabkan sindroma dispepsia dalam kategori cukup sebanyak 71 orang (64,5%) dan

kategori baik sebanyak 39 orang (35,5%). Kejadian dispepsia pada responden sebanyak 56

orang (50,9%) sedangkan yang tidak dispepsia sebanyak 54 orang (49,1%). Hasil analisa Chi-

Square dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05) didapatkan nilai X2

hitung(5,448) > X2

tabel(3,841),

nilai p value < 0,05 yaitu 0,02 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan pada

penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pola makan

dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran

Pagar Air Aceh Besar.

Kata Kunci : pengetahuan pola makan, kejadian sindroma dispepsia, remaja Madrasah Aliyah

Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar

1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2) Kepala Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

3) Staf Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Banda Aceh

Page 2: Artikel Hasil Penelitian

2

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF DIET AND THE

OCCURENCE OF DYSPEPSIA SYNDROME AMONG ADOLESCENTS

IN MADRASAH ALIYAH SWASTA ULUMUL QURAN

PAGAR AIR ACEH BESAR

Cut Anita1 , Azmunir M. Yc

2 , Teuku Mamfaluti

3

ABSTRACT

Dyspepsia syndrome is one of the very common health problems in society, especially

teenagers. Dyspepsia syndrome has always been neglected and considered an insignificant

symptom by the people. But if we see the long-term impact, this syndrome can cause harm to

the patient. Dyspepsia has many causes, one of which is the diet behaviour. To arrange a

healthy diet, sufficient knowledge is important. This study aimed to analyze the relationship

between knowledge of diet and the occurence of dyspepsia syndrome among adolescents in

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. The design of this research is

a descriptive analytic with cross sectional approach. The samples were all students of

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar who were selected by total

sampling technique. The data were collected by using questionnaire that had been tested by

validity and reliability test. The result of this research was analyzed by using univariate and

bivariate analyses. The result showed that 71 people (64,5%) had sufficient knowledge about

diet that causes dyspepsia syndrome and 39 people (35,5%) had good knowledge about it.

The number of respondents who-suffered dyspepsia was 56 (50,9%) and the number of those

who did not was 54 (49,1%). Chi-Square analysis result with an error rate of 5% (α=0.05)

showed that the value of X2

count(5,448) > X2

table(3,841), p value < 0,05 is 0,02 indicating that

Ho is rejected. The conclusion of this research is that there is a significant relationship

between knowledge of diet and the occurence of dyspepsia syndrome among adolescents in

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

Keywords: knowledge of diet, the occurence of dyspepsia syndrome, adolescents in Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar

1) Student of Medical Faculty, Syiah Kuala University, Banda Aceh

2) Head of Biology Department at Medical Faculty, Syiah Kuala University, Banda Aceh

3) Internal Medicine Staff of Medical faculty/RSUDZA, Syiah Kuala University, Banda Aceh

Page 3: Artikel Hasil Penelitian

3

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan di

Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

masalah yaitu di satu pihak penyakit

menular masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang belum banyak

tertangani dan di lain pihak telah terjadi

peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak

menular yang banyak disebabkan oleh

berubahnya pola konsumsi makanan dan

gaya hidup(1)

.

Salah satu masalah kesehatan yang

disebabkan oleh perubahan pola konsumsi

makanan dan gaya hidup adalah sindroma

dispepsia. Sindroma dispepsia merupakan

kumpulan gejala yang diakibatkan karena

adanya kelainan saluran pencernaan bagian

atas, khususnya lambung. Gejala tersebut

dapat berupa nyeri di ulu hati, rasa panas

di dada, perut terasa penuh, perut

kembung, cepat kenyang, mual yang

terkadang disertai muntah, anoreksia, serta

sendawa berlebihan(2)

.

Dispepsia yang sering disebut

penyakit maag oleh masyarakat merupakan

salah satu masalah kesehatan yang sering

ditemui dalam praktek sehari-hari, yaitu

hampir 30% kasus dijumpai pada praktek

umum dan 60% kasus pada praktek

gastroenterologi(3)

. Prevalensi dispepsia

antara satu populasi dengan populasi

lainnya juga sangat bervariasi. Prevalensi

terjadinya dispepsia di Iran mencapai

29,9%(4)

, sedangkan di Hongkong 18,4%,

Jepang 17%, Turki 28,4%, dan India

30,4%(5)

. Di Indonesia, khususnya di

Jakarta pada tahun 2010 proporsi dispepsia

mencapai 58,1%(6)

. Di Aceh, berdasarkan

informasi yang peneliti peroleh dari Dinas

Kesehatan Provinsi Aceh, belum ada data

yang masuk dari kabupaten/ kota mengenai

sindroma dispepsia. Namun, masyarakat di

kabupaten/ kota mengalami kejadian

dispepsia tersebut. Hal ini terbukti dengan

adanya data yang tercatat di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

(RSUDZA) Banda Aceh pada tahun

2011/2012, jumlah kasus dispepsia secara

keseluruhannya adalah 61 kasus, yang

terdiri dari Aceh Besar 21 kasus (34,4%),

Banda Aceh 19 kasus (31,1%), Aceh Pidie

7 kasus (11,47%), Aceh Barat 5 kasus

(8,2%), Aceh Utara 4 kasus (6,6%),

Sabang 2 kasus (3,2%), Aceh Tengah 2

kasus (3,2%), dan Aceh Selatan 1 kasus

(1,6) yang umumnya berumur antara 15 -

45 tahun (profil di RSUDZA, 2011).

Namun, berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Reshetnikov et al. (2001) di

Novosibirsk, Siberia Barat pada usia muda

didapatkan bahwa umur 14 - 17 tahun yang

paling sering mengalami dyspepsia(7)

.

Sindroma dispepsia merupakan

salah satu masalah kesehatan yang

disebabkan oleh banyak faktor,

diantaranya adalah pola makan yang

cenderung tidak sehat dan tidak teratur.

Pola makan yang tidak teratur umumnya

menjadi masalah yang sering timbul pada

remaja. Hal ini dapat disebabkan karena

meningkatnya aktivitas, baik aktivitas di

sekolah maupun di luar sekolah. Akibat

pola makan yang tidak teratur tersebut

dapat menyebabkan lambung sulit untuk

beradaptasi dan akan memproduksi asam

lambung secara berlebihan sehingga pada

akhirnya dapat menyebabkan lesi pada

dinding mukosa lambung yang dapat

berlanjut timbulnya gastritis dan tukak

lambung(8)

. Penelitian Annisa (2009)

mengemukan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara ketidakteraturan

makan dengan kejadian dispepsia pada

remaja(9)

. Penelitian Reshetnikov dan

Kurilovich (2007) juga menyatakan bahwa

jeda antara jadwal makan yang lama dan

ketidakteraturan makan sangat berkaitan

dengan gejala dispepsia(10)

.

Berdasarkan hasil survey awal yang

peneliti lakukan ke Madrasah Aliyah

Swasta (MAS) Ulumul Quran Pagar Air

Aceh Besar, sebagian besar remaja di

MAS tersebut sering mengalami gejala

dispepsia yang terkadang mengganggu

aktivitas mereka. Pada umumnya, banyak

dari kalangan remaja sangat jarang

mengatasi keadaan dispepsia. Hal ini

disebabkan karena tingkat pengetahuan

dan kesadaran remaja masih sangat rendah/

Page 4: Artikel Hasil Penelitian

4

minim mengenai pentingnya cara menjaga

kesehatan lambung yang salah satunya

adalah dengan menjaga pola makan agar

tetap teratur setiap harinya(11)

. Oleh karena

itu, diperlukan pengetahuan untuk

menumbuhkan kesadaran yang pada

akhirnya akan menyebabkan seseorang

berperilaku sesuai dengan pengetahuan

yang dimilikinya.

Penelitian ini akan dilakukan di

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran

Pagar Air Aceh Besar. Alasan penentuan

lokasi penelitian antara lain adalah untuk

menjaga homogenitas dari sampel.

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran ini

merupakan sekolah yang menggunakan

fasilitas asrama. Dengan berdomisilinya

para remaja di asrama, mereka mulai

terlepas dari perhatian orang tua dan

mempunyai kemandirian dalam

menentukan makanan yang mereka

konsumsi. Selain itu, belum ada penelitian

serupa yang pernah dilakukan di Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air

Aceh Besar, sehingga peneliti merasa

tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai hubungan pengetahuan pola

makan dengan kejadian sindroma dispepsia

pada remaja Madrasah Aliyah Swasta

Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

yang bersifat deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional yang

dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai

Februari 2013 di Madrasah Aliyah Swasta

Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/

siswi Madrasah Aliyah Swasta Ulumul

Quran Pagar Air Aceh Besar yang

berjumlah 115 orang, dimana kelas I

berjumlah 36 orang yang terdiri dari siswa

sebanyak 16 orang dan siswi 20 orang.

Kelas II berjumlah 33 orang terdiri dari

siswa sebanyak 17 orang dan siswi

sebanyak 16 orang. Sedangkan kelas III

berjumlah 46 orang yang terdiri dari dua

kelas yaitu kelas MAG (Madrasah Aliyah

Agama) dan IPA . Kelas MAG berjumlah

17 orang, yaitu 12 orang siswa dan 5 orang

siswi sedangkan kelas IPA berjumlah 29

orang, yaitu 9 orang siswa dan 20 orang

siswi. Sampel penelitian berjumlah 115

orang yang diambil menggunakan teknik

total sampling. Alasan menggunakan total

sampling karena menurut Arikunto (2010),

dalam menentukan jumlah sampel, jika

jumlah anggota populasi meliputi antara

100 sampai dengan 150 orang dan dalam

pengumpulan data peneliti menggunakan

angket, maka sebaiknya sejumlah tersebut

diambil semua. Namun, jika peneliti

mempunyai subjek lebih dari itu atau

beberapa ratus subjek maka peneliti dapat

menentukan kurang lebih sebesar 25%-

30% dari jumlah populasi(12)

. Sampel

penelitian ini harus memenuhi kriteria

inklusi antara lain:

1. Siswa/ siswi MAS Ulumul Quran Pagar

Air Aceh Besar yang hadir di sekolah

saat penelitian dilakukan.

2. Umur 14-17 tahun.

3. Bersedia mengisi kuesioner.

Data Penelitian terdiri dari data primer

dan sekunder. Data primer diperoleh

melalui kuesioner yang dikembangkan

sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut

terdiri dari dua bagian. Bagian pertama

merupakan data mengenai identitas

responden yang meliputi nama, jenis

kelamin, umur, kelas, NIS, dan alamat.

Bagian kedua merupakan daftar pertanyaan

yang digunakan untuk mengukur

pengetahuan responden tentang pola

makan dan kejadian sindroma dispepsia

pada responden. Sedangkan data sekunder

berupa jumlah keseluruhan siswa/ siswi

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran

Pagar Air Aceh Besar yang didapatkan dari

pihak sekolah/ pesantren. Data yang telah

dikumpul di olah dan dianalisis dengan

menggunakan software pada komputer.

Analisa hasil penelitian dilakukan

secara bertahap yaitu analisa univariat dan

bivariat. Analisa univariat untuk melihat

distribusi frekuensi dari variabel yang

diteliti. Analisa bivariat untuk melihat

Page 5: Artikel Hasil Penelitian

5

hubungan antara variabel independen dan

dependen menggunakan uji Chi Square

dengan batas kemaknaan 0,05 dengan

ketentuan bermakna (ada hubungan yang

signifikan antar variabel) apabila p-value

��0,05 dan tidak bermakna (tidak ada

hubungan yang signifikan antar variabel)

apabila p – value > 0,05.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Madrasah Aliyah Swasta Ulumul

Quran Pagar Air Aceh Besar merupakan

salah satu sekolah yang terdapat di

pesantren Yayasan Pendidikan Dayah

Madrasah Ulumul Quran (YPD MUQ)

Pagar Air Aceh Besar. Sekolah ini berada

dalam kawasan pesantren yang

berlokasikan di jalan Banda Aceh-Medan

Km. 6, desa Bineh Blang, Kelurahan Pagar

Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh. Seluruh siswa

sekolah MAS tersebut berdomisili di

tempat yang telah ditentukan oleh pihak

pesantren.

Sekolah ini dilengkapi dengan

sarana prasarana seperti ruang kepala

sekolah, ruang guru dan tata usaha, ruang

kelas, ruang laboratorium (bahasa dan

komputer), ruang perpustakaan, ruang

koperasi, gedung serbaguna (masjid dan

aula), ruang WC, lapangan olahraga (volly,

basket, badminton, dll), dan kantin.

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek/ sampel pada penelitian ini

adalah keseluruhan siswa/i kelas I, II, dan

III MAS Ulumul Quran Pagar Air Aceh

Besar yang berjumlah 115 orang. Namun,

dikarenakan saat dilakukannya penelitian 5

orang dari 115 sampel penelitian sudah

pindah dari sekolah tersebut (missing

value/drop out), maka sampel dalam

penelitian ini jumlahnya menjadi 110

orang.

Analisa Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk

mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti dan akan

menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap-tiap variabel tersebut.

Adapun variabel yang dianalisis dalam

penelitian ini mencakup jenis kelamin,

kelas, umur, pengetahuan pola makan, dan

kejadian sindroma dispepsia pada

responden. Berikut ini adalah variabel-

variabel yang dianalisa dengan analisa

univariat:

1.) Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat

bahwa dari 110 jumlah total responden,

responden perempuan lebih banyak

dibandingkan responden laki-laki yaitu

sebanyak 59 orang (53,6%).

2.) Kelas

Karakteristik responden berdasarkan

kelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan

Kelas

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(%)

L 51 46,4

P 59 53,6

Total 110 100

Kelas Jumlah Persentase

(%)

I 35 31,8

II 31 28,2

III 44 40

Total 110 100

Page 6: Artikel Hasil Penelitian

6

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa

dari 110 jumlah total responden, responden

kelas III yang memiliki jumlah paling

banyak yaitu sebanyak 44 orang (40%)

sedangkan jumlah responden yang paling

sedikit adalah responden kelas II dengan

jumlah 31 orang (28,2%).

3.) Umur

Karakteristik responden berdasarkan

umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan

Umur

Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat

bahwa dari 110 jumlah total responden,

responden yang berumur 16 tahun yang

memiliki jumlah terbanyak yaitu 38 orang

(34,5%) sedangkan jumlah responden

paling sedikit adalah responden yang

berumur 14 tahun dengan jumlah 7 orang

(6,4%).

4.) Gambaran Pengetahuan Pola Makan

Responden

Karakteristik responden berdasarkan

pengetahuan pola makan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan

Pengetahuan Pola Makan

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa

dari 110 jumlah total responden, sebagian

besar responden memiliki pengetahuan

pola makan dalam kategori cukup yaitu

sebanyak 71 orang (64,5%) dan tidak

satupun responden yang memiliki

pengetahuan pola makan dalam kategori

kurang.

Tabel 5 Distribusi Pengetahuan Pola

Makan Berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat

dilihat bahwa dari 110 total responden,

yang paling banyak memiliki pengetahuan

pola makan dengan kategori baik adalah

pada responden umur 17 tahun yaitu

sebanyak 20 orang (54,1%) dan yang

paling sedikit pada responden umur 14

tahun yaitu sebanyak 3 orang (42,9%).

Tabel 6 Distribusi Pengetahuan Pola

Makan Berdasarkan Kelas

Kelas

Kategori Pengetahuan Pola

Makan Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

I 13 37,1 22 62,9 0 0 35 100

II 5 16,1 26 83,9 0 0 31 100

III 21 47,7 23 52,3 0 0 44 100

Total 39 35,5 71 64,5 0 0 110 100

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat

dilihat bahwa dari 110 total responden,

yang paling banyak memiliki pengetahuan

dalam kategori baik adalah responden

kelas III yaitu sebanyak 21 orang (47,7%)

dan yang paling sedikit adalah kelas II

sebanyak 5 orang (16,1%).

Umur

Responden

(tahun)

Kategori

Pengetahuan Pola Makan Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

14 3 42,9 4 57,1 0 0 7 100

15 8 28,6 20 71,4 0 0 28 100

16 8 21,1 30 78,9 0 0 38 100

17 20 54,1 17 45,9 0 0 37 100

Total 39 35,5 71 64,5 0 0 110 100

Umur

Responden

(tahun)

Jumlah Persentase

(%)

14 7 6,4

15 28 25,5

16 38 34,5

17 37 33,6

Total 110 100

Kategori

Pengetahuan

Pola Makan

Jumlah Persentase

(%)

Baik 39 35,5

Cukup 71 64,5

Kurang 0 0

Total 110 100

Page 7: Artikel Hasil Penelitian

7

5.) Gambaran Kejadian Sindroma

Dispepsia Pada Responden

Dari hasil penentuan diagnosa awal

sindroma dispepsia dengan menggunakan

Rome Criteria III yang telah dilakukan

didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Gambaran Kejadian Sindroma

Dispepsia Responden

Karakteristik responden berdasarkan

kejadian sindroma dispepsia dapat dilihat

pada table 7 berikut:

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan

Kejadian Sindroma Dispepsia

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat

dilihat bahwa dari total responden, yang

mengalami dispepsia sebanyak 56 orang

(50,9%).

Tabel 8 Distribusi Kejadian Sindroma

Dispepsia Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel diatas terlihat

bahwa jumlah responden terbanyak yang

mengalami dispepsia adalah responden

perempuan sebanyak 31 orang (52,5%).

b. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia

Responden

Karakteristik responden berdasarkan

keluhan sindroma dispepsia dapat dilihat

pada tabel 9 berikut:

Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan

Keluhan Sindroma Dispepsia

Berdasarkan tabel 9 diatas terlihat

bahwa keluhan yang paling banyak

diderita oleh responden adalah cepat

merasa kenyang (perasaan tidak sanggup

menghabiskan makanan dalam takaran

biasa) dan rasa panas seperti terbakar di

dada, dimana masing-masing keluhan

berjumlah 25 orang (22,7%). Sedangkan

keluhan yang paling sedikit adalah keluhan

muntah yang berjumlah 8 orang (7,3%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan guna

mengetahui hubungan antara dua variabel

(variabel independen dan variabel

dependen) untuk membuktikan hipotesis

penelitian. Untuk itu, dilakukan analisa

bivariat dengan metode penggabungan sel

uji statistik Chi-Square dengan tingkat

kemaknaan 5% (α=0,05). Adapun variabel

independen dalam penelitian ini adalah

pengetahuan pola makan sedangkan

variabel dependen adalah kejadian

sindroma dispepsia dan hubungan

keduanya dapat dilihat pada table 10

berikut:

Kategori

Kejadian Jumlah

Persentase

(%)

Dispepsia 56 50,9

Tidak Dispepsia 54 49,1

Total 110 100

Jenis

Kelamin

Kategori Kejadian

Total Dispepsia

Tidak

Dispepsia

n % n % n %

L 25 49 26 51 51 100

P 31 52,5 28 47,5 59 100

Total 56 50,9 54 49,1 110 100

No. Keluhan Jumlah Persentase

(%)

1. Perut terasa penuh 20 18,2

2. Cepat merasa

kenyang 25 22,7

3. Rasa nyeri atau

perih di ulu hati 23 20,9

4. Rasa panas seperti

terbakar di dada 25 22,7

5. Perasaan mual

setelah makan 12 10,9

6. Merasakan

keluhan muntah 8 7,3

7. Perut kembung 16 14,5

8. Bersendawa yang

berlebihan 16 14,5

Page 8: Artikel Hasil Penelitian

8

Tabel 10 Hubungan Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia Pada

Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat

disimpulkan bahwa secara persentase

responden dengan pengetahuan baik

cenderung tidak menderita dispepsia

(64,1%) dibanding dengan yang menderita

dispepsia (35,9%). Sedangkan responden

dengan pengetahuan cukup cenderung

menderita dispepsia (59,2%) dibanding

dengan yang tidak menderita dispepsia

(40,8%). Selanjutnya, untuk menguji

signifikansi hubungan yang ditunjukkan

table 10 dilakukan pengujian hipotesis

korelasi dengan menggunakan uji Chi-

Square dengan tingkat kesalahan 5%.

Hasil pengujian korelasi Chi-Square

dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05)

tersebut didapatkan bahwa nilai X2hitung

(5,448) lebih besar dari X2

tabel (3,841) dan

nilai p value lebih kecil dari 0,05 yaitu

0,02 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan pola makan dengan kejadian

sindroma dispepsia pada remaja Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air

Aceh Besar.

PEMBAHASAN

Pengetahuan Pola Makan

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan pada remaja Madrasah Aliyah

Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh

Besar, didapatkan hasil bahwa tingkat

pengetahuan responden mengenai pola

makan umumnya berada pada kategori

cukup. Kondisi ini terlihat pada tabel 4,

sebanyak 71 (64,5%) responden memiliki

tingkat pengetahuan yang cukup mengenai

pola makan dan tidak ada responden yang

memiliki pengetahuan pola makan dalam

kategori kurang.

Dikatakan responden memiliki

pengetahuan dalam kategori cukup apabila

responden memiliki kemampuan

menjawab 56-75% dari total pertanyaan

mengenai pengetahuan pola makan seperti

yang telah tertera pada kuesioner (lampiran

3).

Pengetahuan merupakan hasil tahu

dan ini terjadi setelah mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek

tersebut terjadi melalui panca indera yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Namun sebagian besar diperoleh

dari mata dan telinga. Pengetahuan juga

merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku dan tindakan

seseorang. Pengetahuan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain umur, tingkat

pendidikan, pengalaman, sumber

informasi, dan sosial budaya(13)

.

Dari hasil penelitian pada tabel 5

didapatkan bahwa responden dengan

kelompok usia 17 tahun yang paling

banyak memiliki pengetahuan dalam

kategori baik yaitu sebanyak 20 orang

(54,1%) dan paling sedikit responden usia

14 tahun yaitu 3 orang (42,9%). Hal ini

sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa semakin bertambahnya usia

seseorang maka akan semakin berkembang

Pengetahuan

Pola Makan

Kategori Kejadian

Total P

value

X2

hitung Dispepsia

Tidak

Dispepsia

n % n % n %

Baik 14 35,9 25 64,1 39 100

0.02 5,448 Cukup 42 59,2 29 40,8 71 100

Kurang 0 0 0 0 0 0

Total 56 50,9 54 49,1 110 100

Page 9: Artikel Hasil Penelitian

9

pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya

pun akan semakin membaik. Selanjutnya

pada tabel 6 terlihat bahwa responden yang

paling banyak memiliki pengetahuan baik

mengenai pola makan adalah responden

kelas III yaitu sebanyak 21 orang (47,7%)

dan yang paling sedikit adalah kelas II

sebanyak 5 responden (16,1%). Hal ini

sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi proses belajar, dimana

semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin mudah orang tersebut menerima

informasi baik dari orang lain maupun dari

media massa. Semakin banyak informasi

yang diperoleh maka semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat. Selanjutnya,

dengan adanya pengetahuan-pengetahuan

tersebut akan menimbulkan kesadaran

untuk berperilaku dan bertindak sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya

tersebut(13)

.

Kejadian Sindroma Dispepsia

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai kejadian sindroma dispepsia,

didapatkan jumlah responden yang

menderita dispepsia sebanyak 56

responden (50,9%), sedangkan responden

yang tidak menderita dispepsia sebanyak

54 responden (49,1%). Menurut Krause M.

(dalam Setyono, dkk, 2006), pada usia

muda 90% dispepsia disebabkan oleh

faktor perilaku dan pola makan, 10%

karena Helicobacter pylori, sedangkan

pada usia tua 50% disebabkan oleh infeksi

Helicobacter pylori dan 50% lainnya

disebabkan oleh perilaku dan pola

makan(14)

. Penelitian yang dilakukan oleh

Reshetnikov et al. (2001) pada usia muda

didapatkan bahwa umur 14-17 tahun yang

paling sering mengalami dispepsia, dimana

perempuan lebih banyak menderita

dispepsia dibandingkan dengan laki-laki

yaitu 27% dan 16%(7)

. Hasil penelitian ini

sama dengan hasil penelitian yang peneliti

dapatkan yang menunjukkan bahwa

proporsi responden perempuan lebih

banyak menderita dispepsia dibandingkan

dengan responden laki-laki yaitu

perempuan sebanyak 31 orang (52,5%)

sedangkan laki-laki sebanyak 25 orang

(49%). Menurut Annisa (2009), terjadinya

dispepsia pada remaja perempuan

berhubungan dengan body image

(penampilan diri) dimana perempuan

memiliki kebiasaan untuk mencoba

melakukan diet yang terlalu ketat yang

menyebabkan pengaturan pola makan tidak

teratur(9)

. Sebagaimana teori yang telah

disebutkan pada bab pendahuluan,

kebiasaan makan teratur sangat penting

bagi sekresi asam lambung. Karena kondisi

tersebut memudahkan lambung mengenali

waktu makan sehingga produksi asam

lambung terkontrol(15)

. Kebiasaan makan

yang tidak teratur akan membuat lambung

sulit untuk beradaptasi. Jika hal tersebut

berlangsung terlalu lama, maka produksi

asam lambung akan berlebihan sehingga

dapat mengiritasi dinding mukosa lambung

yang dapat berlanjut timbulnya gastritis(8)

.

Reshetnikov dan Korilovich (2007) dalam

penelitiannya juga telah mengemukakan

bahwa jeda waktu makan yang lama dan

ketidakteraturan makan berkaitan dengan

timbulnya gejala-gejala dIspepsia(10)

.

Selain itu, Krause M. (dalam Setyono, dkk,

2006) menyatakan bahwa perempuan lebih

mudah mengalami dispepsia dikarenakan

struktur tubuh yang kurang ideal. Krause

juga menambahkan bahwa masalah

kehamilan pada ibu hamil merupakan

penyebab tingginya prevalensi dispepsia.

Hal ini terjadi karena disebabkan oleh

tekanan dari bawah ke arah lambung

sehingga produksi asam lambung menjadi

meningkat(14)

.

Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa jenis keluhan dispepsia yang

dialami responden sangat bervariasi.

Kondisi tersebut dapat terlihat pada tabel

9, dimana keluhan yang paling banyak

dialami responden adalah cepat kenyang

dan rasa panas seperti terbakar didada

yaitu sebanyak 22,7% sedangkan keluhan

paling sedikit yaitu muntah sebanyak

7,3%. Hasil tersebut berbeda dengan

Page 10: Artikel Hasil Penelitian

10

penelitian Annisa (2009) yang

mendapatkan bahwa sekitar 50,1% keluhan

nyeri epigastrium sebagai keluhan

terbanyak dan 6,8% keluhan muntah

sebagai keluhan yang paling sedikit(9)

.

Hubungan Pengetahuan Pola Makan

Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan pola

makan dengan kejadian sindroma dispepsia

pada responden. Dari hasil penelitian

tersebut didapatkan bahwa secara

persentase responden dengan pengetahuan

baik cenderung tidak menderita dispepsia

(64,1%) dibanding dengan yang menderita

dispepsia (35,9%). Sedangkan responden

dengan pengetahuan cukup cenderung

menderita dispepsia (59,2%) dibanding

dengan yang tidak menderita dispepsia

(40,8%). Hal ini menunjukkan bahwa

semakin baik pengetahuan responden

mengenai pola makan, maka semakin kecil

pula kemungkinan untuk terjadinya

sindroma dispepsia pada responden.

Pengetahuan dapat mempengaruhi

pembentukan perilaku atau tindakan

seseorang, dimana semakin baik

pengetahuan, semakin baik pula

perilakunya maka semakin kecil

kemungkinan untuk terjadinya suatu

penyakit. Oleh karena itu, pengetahuan

dapat digunakan sebagai parameter untuk

menentukan kesehatan masyarakat(13)

.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Zilmawati (dalam Gustin,

2011) menyatakan bahwa pengetahuan

mempunyai hubungan bermakna terhadap

gejala gastritis. Dengan adanya

pengetahuan tentang proses terjadinya

gastritis, faktor penyebab, perawatan/

pengobatan yang tepat, masalah gejala

gastritis yang dihadapi oleh setiap individu

dapat berkurang(16)

. Sebagaimana teori

yang telah disebutkan pada bab tinjauan

pustaka, gastritis merupakan salah satu

penyebab terjadinya dispepsia organik.

Dispepsia organik itu sendiri merupakan

dispepsia yang telah diketahui adanya

kelainan organik atau kerusakan organ

sebagai penyebabnya(5)

. Oleh karena itu

sangat penting untuk dapat mengetahui

serta memahami mengenai gejala-gejala

dispepsia, faktor penyebabnya, pengobatan

dan hal penting lainnya yang berhubungan

dengan dispepsia guna mencegah agar

tidak terjadinya dispepsia organik yang

dapat berakibat fatal bagi kesehatan dan

mengancam jiwa.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan yang peneliti miliki masih

terbatas, diikarenakan peneliti adalah

peneliti pemula yang masih banyak

kekurangan sehingga penelitian ini

masih jauh dari sempurna.

2. Penelitian ini hanya menilai satu faktor

independen yaitu pengetahuan pola

makan, sedangkan berdasarkan teori

masih terdapat beberapa faktor lain

yang juga turut mempengaruhi

terjadinya sindroma dispepsia.

3. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner. Dalam

penyusunan kuesioner peneliti tidak

menemukan standar baku, oleh

karenanya kuesioner disusun

berdasarkan kemampuan yang peneliti

miliki sesuai dengan teori-teori yang

terdapat pada buku, jurnal, dan sumber

bacaan lainnya. Tentunya hal ini dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

4. Tempat penelitian (pesantren) yang

diteliti pada penelitian ini tidak dapat

mewakili semua pesantren yang

terdapat di Banda Aceh maupun Aceh

Besar. Oleh karenanya disarankan untuk

dapat melakukan penelitian lebih lanjut

agar penelitian ini lebih sempurna.

Page 11: Artikel Hasil Penelitian

11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan tentang hubungan

pengetahuan pola makan dengan kejadian

sindroma dispepsia pada remaja Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air

Aceh Besar, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak 71 (64,5%) responden

memiliki pengetahuan pola makan

dalam kategori cukup.

2. Sebanyak 56 (50,9%) responden

mengalami sindroma dispepsia.

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan

pola makan dengan kejadian sindroma

dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah

Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh

Besar.

Saran

Sesuai dengan kesimpulan maka

peneliti menyarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Diharapkan kepada remaja Madrasah

Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air

Aceh Besar agar dapat meningkatkan

pengetahuan mengenai sindroma

dispepsia serta faktor-faktor

penyebabnya yang salah satunya adalah

pola makan guna terciptanya kualitas

hidup yang lebih baik.

2. Diharapkan kepada pihak sekolah dan

juga pesantren untuk dapat bekerjasama

dengan instansi kesehatan untuk

memberikan informasi-informasi yang

lengkap dan bermanfaat mengenai pola

makan yang dapat menyebabkan

munculnya gejala dispepsia dan faktor-

faktor lainnya yang dapat juga

menyebabkan terjadinya sindroma

dispepsia.

3. Diharapkan kepada tenaga kesehatan

untuk dapat meningkatkan penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat guna

untuk menghindari faktor risiko

terjadinya sindroma dispepsia.

4. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan

dengan menambahkan variabel-variabel

penelitian lainnya yang merupakan

bagian dari faktor risiko terjadinya

sindroma dispepsia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis

Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

Hipertensi. Jakarta: Departemen

Kesehatan R.I. Hal 1.

2. Sujani, S., Priandarini, L. 2010. Cara

Cerdas Untuk Sehat. Jakarta: Trans

Media Pustaka. Hal 84-85.

3. Djojoningrat, D. 2010. Dispepsia

Fungsional. Dalam: Sudoyo, dkk

(eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta: InternalPublishing.

Hal 529-531.

4. Amini, E., Keshteli, A.H., Jazi,

M.S.H, Jahangiti, P., and Adibi, P.

2012. Dyspepsia In Iran.

Internasional Journal Preventive

Medicine 3 (3): S18-25.

5. Ghoshal, U., Singh, R., and Chang,

F. 2011. Epidemiology of

Uninvestigated And Functional

Dyspepsia In Asia: Facts And

Fiction. Journal of

Neurogastroenterology And Motility

(JNM) 17 (3): 235-244.

6. Simadibrata, M., Abdullah, M.,

Syam, A.F., Fauzi, A., Makmun, D.,

dan Manan, C. 2010. Dyspeptic

Syndrome In Urban Population In

Jakarta. The Indonesian Journal of

Gastroenterology, Hepatology and

Digestive Endoscopy 11 (3) : 66-70.

Page 12: Artikel Hasil Penelitian

12

7. Reshetnikov, O.V., Kurilovich, S.A.,

Denisova, D.V., Zavyalova, L.G.,

and Tereshonok, I.N. 2001.

Prevalence of Dyspepsia and Irritable

Bowel Syndrome Among

Adolescents of Novosibirsk, Western

Siberia. Internasional J

Circumpolar Health 60 (2): 253-7.

8. Maksum, S. 2009. Rahasia Sehat

Berkah Shalawat: Terapi Ampuh

Mencegah Dan Menyembuhkan

Penyakit. Yogyakarta: Best

Publisher. Hal 104.

9. Annisa. 2009. Hubungan

Ketidakteraturan Makan Dengan

Sindroma Dispepsia Remaja

Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar

Medan. Skripsi.USU.

10. Reshetnikov, O.V., Kurilovich, S.A.

2007. Population-Based Study:

Mode of Dieting and Dyspepsia.

PubMed 76 (4): 35-7.

11. Khomsan, A. 2010. Pangan dan

Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta:

Rajawali. Hal 103 dan 120.

12. Arikunto, S. 2010. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Hal 95.

13. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu

Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta. Hal 27-29, 33, 79, 90.

14. Setyono, J., Prastowo, A., dan

Saryono. 2006. Karakteristik

Penderita Dispepsia di RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Jurnal Keperawatan Soedirman

(The Soedirman Journal of

Nursing) 1 (1) : 28.

15. Utomo, T. 2005. Health Quotient:

Cerdas Kesehatan Untuk Eksekutif.

Jakarta: Grasindo. Hal 12, 18, 19.

16. Gustin, R. 2011. Faktor-faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian

Gastritis Pada Pasien Yang Berobat

Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah

Kota Bukittinggi Tahun 2011.

Skripsi.Universitas Andalas.