artikel biokimia hasil perikanan

23
TUGAS ARTIKEL BIOKIMIA HASIL PERIKANAN KARAKTERISTIK LEMAK IKAN DISTRIBUSI LEMAK Oleh : RAJIS (1004114302) SAHRIL (1004114282) SAHYUDI (1004114274) NASRUL HIDAYAT (1004114263) RAUF PURWANTO (1004114282) M. ZULAFTORI (0904136208) ANDRI ARIYANTO (0904136242) TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN s 1

Upload: rajis-aditya

Post on 19-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KARAKTERISTIK LEMAK IKAN DISTRIBUSI LEMAKmata kuliah biokimia hasil perikanan

TRANSCRIPT

TUGAS ARTIKEL BIOKIMIA HASIL PERIKANAN

KARAKTERISTIK LEMAK IKAN DISTRIBUSI LEMAK

Oleh :

RAJIS (1004114302)SAHRIL (1004114282)SAHYUDI (1004114274)NASRUL HIDAYAT (1004114263)RAUF PURWANTO (1004114282)M. ZULAFTORI (0904136208)ANDRI ARIYANTO (0904136242)

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

s

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS RIAUPEKANBARU2012

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan artikel ini yang berjudul Karakteristik Lemak Ikan Distribusi Lemak tepat pada waktunya.Selanjutnya terima kasih diberikan kepada Dosen pengajar mata kuliah biokimia hasil perikanan ibu Dr. Desmelati, M.Sc.Demikianlah yang disampaikan, penulis menyadari dalam pembuatan artikel ini tidak tertutup kemungkinan terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bertujuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya dan mengevaluasi penulis secara khusus. Terima kasih, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Isi halamanKATA PENGANTAR..........................................................................................1DAFTAR ISI.......................................................................................................6I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang11.2. Tujuan dan Manfaat3

II. ISI2.1. karakteristik lemak ikan distribusi lemak2.1.1. lemak jenuh dan tak jenuh2.1.2. Eicosa Pentanoic Acid (EPA) dan Doccsa Hexanoic Acid (DHA) 2.1.3. fungsi asam lemak omega 3 untuk mencegah berbagai penyakit2.1.4. Steroid pada mollusca dan crustacea

DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakangAsam lemak (bahasa Inggris: fatty acid, fatty acyls) adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya.Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak.Ketengikan (Ingg. rancidity) terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk ini.Asam lemak esensial omega 3 baik EPA maupun DHA serta omega 6 seperti ARA dan GLA sangat potensial digunakan sebagai makanan suplemen untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan aterosklerosis serta kanker tumor dan gangguan terhadap kesehatan lainnya (Reddy et al dalam Jang et al 2000).

1.2. tujuan dan manfaatTujuan dalam penulisan artikel ini adalah untuk menginformasikan kepada pembaca mengenai informasi tentang karakteristik lemak ikan distribusi lemak.Sedangkan manfaat yang diperoleh adalah menambah wawasan tentang ilmu yang berkaitan dengan karakteristik lemak ikan distribusi lemak.

II.ISI

2.1 karakteristik lemak ikan distribusi lemakAsam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan. Distribusi lemak pada tubuh ikan menurut lin (1990) sangat bervariasi :1. terpusat pada hati, contohnya pada ikan herring, salmon, cucut, pari, dan hiu.2. terpusat pada jaringan penghubung dan tulang sepanjang tulang belakang dan pangkal sirip, contohnya pada ikan plaice.3. terpusat dirongga perut, berupa lapisan lemak yang mengelilingi sisi perut, contohnya pada ikan alu-alu.Depot lemak berbeda menurut spesies ikan. Pada ikan Conger vulgaris, depot lemk terdapat pada hati dan perut peritonium, halibut (hippoglossus hippoglosus) dan turbot (Rhombus Maximus) terdapat pada hati dan daging. Jaringan berlemak yang terpisah dari daging ikan disebut lemak kasar (Mukherje,1988) yang mempunyai sifat:1. tidak larut dalam air, tetapi larut dalm bahan-bahan pelarut organik.2. kandungan lemaknya terdiri dari lipida-lipida sederhana yaitu, trigliserida, asam lemak yang membentuk lemak yang netral, fosfolipida dan sterol kompleks.Pengolongan ikan berdasarkan kandunagn lemaknya:1. ikan kurus (Lean Fish) kadar lemaknya kecil dari 5%.2. ikan yang berkadar lemak sedang (medium Fatty Fish), kadar lemaknya 5-15%3. ikan berlemak (fatty fish), kadar lemaknya lebih besar dari 15%.2.1.1. lemak jenuh dan tak jenuhLemak jenuh adalah lemak yang sulit diuraikan menjadi unsur-unsur lain. Lemak jenuh sering disebut kolesterol adalah suatu komponen dalam tubuh berbentuk seperti lilin yang berwarna putih, diproduksi di dalam hati dan secara alami ditemukan di dalam tubuh kita.Didalam tubuh, lemak jenuh akan bertahan sebagai lemak atau kolesterol jahat. Jika seseorang kurang berolahraga, lemak jenuh atau kolesterol jhat didalam darahnya tidak akan habis terpakai menjadi tenaga, melainkan menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga akhirnya menaikkan risiko terjadinya serangan jantung.Lemak jenuh bisa menaikkan tinggal HDL (High Density Lipoprotein atau kolesterol baik) dan juga LDL (Low Density Lipoprotein atau kolesterol jahat),Lemak jenuh terdapat di hewan dan produk-produk makanan olahan, seperti daging, produk susu, kripik, dan yang merusak. Struktur kimia dari lemak jenuh adalah sepenuhnya dengan atom hidrogen, dan tidak mengandung dua rantai ikatanantara atom-atom karbon.Disamping efek buruk yang ditimbulkan lemak jenuh, ternyata disisi lain memiliki keuntungan yaitu ; Lemak jenuh melindungi hati dari alkohol dan racun lainnya, seperti Tylenol. Lemak jenuh meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Lemak jenuh diperlukan untuk penggunaan asam lemak penting dalam jumlah tepat. Asam lemakLemak tak jenuh mudah bergabung dengan unsur lain dan membentuk molekul yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terlalu berbahaya. Dibandingkan dengan minyak hewaniah, contohnya lemak tak jenuh ,minyak nabati dari tumbuh-tumbuhan terutama yang berasal dari jagung, mengandung lebih banyak lemak tak jenuh.kelebihan lemak tak jenuh ganda omega-6, dan atau kekurangan omega-3 bisa juga mengakibatkan penyakit, bukan berarti lemak jenuh tidak! Dan juga bahaya dari lemak jenuh sedikit banyak diakibatkan dari asalnya.Lemak tak jenuh di sisi lain, ditemukan pada makanan seperti kacang, avocado, dan zaitun(olive). Mereka cair pada suhu kamar dan berbeda lemak jenuh dalam struktur kimia yang berisi dua rantai ikatan. Minyak ber lemak tak jenuhsangat tidak sehat untuk memasak. Minyak-minyak tersebut akan berubah menjadi lemak trans yang mudah teroksidasi bila dipanaskan. Perbedaan Lemak jenuh dan tak jenuh untuk mengetahui perbedaan antara lemak jenuh dan takjenuh utamanya adalah, dua jenis tipe lemak yang ditemukan dalam makanan, dapat menolong mebua kolesterol anda lebih rendah. sedangkan kedua jens lemak(jenuh dan tak jenuh) dalam berbagai jenis makanan, pmbelajaran telah menemukan bahwa lemak tidak dibuat sama.lemak tak jenuh sapat bermanfaat bagijantung anda, sedang lemak jenuh dapat mengganggu kolesterol anda dan jantung anda.lemak jenuh terdapat di hewan dan produk-produk makanan olahan, seperti daging, produk susu, kripik, dan yang merusak. Struktur kimia dari lemak jenuh adalah sepenuhnya dengan atom hidrogen, dan tidak mengandung dua rantai ikatanantara atom-atom karbon. Lemak jenuh tidak menyehatkan jantung, karena mereka adalah yang paling dikenal untuk meningkatkan kolesterol LDL anda (kolesterol yang buruk). Lemak tak jenuh,di sisi lain, ditemukan makanan seperti kacang, avocado, dan zaitun(olive). Mereka cair pada suhu kamar dan berbeda lemak jenuh dalam struktur kimia yang berisi dua rantai ikatan. selan itu, peneliti telah menunjukkan bahwa lemak tak jenuh juga menyehatkan jantung-mereka mempunyai kemampuan untuk menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan HDL kolesterol(kolesterol baik2.1.2. Eicosa Pentanoic Acid (EPA) dan Doccsa Hexanoic Acid (DHA)EPA (eiscosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) merupakan asam lemak esensial. Asam lemak ini merupakan lemak Omega 3 yang dapat ditemukan pada ikan dan memiliki peran yang penting dalam berlangsungnya fungsi tubuh. Asam lemak ini antara lain penting dalam menjaga fungsi otak dan retina mata. Selain itu EPA dan DHA juga berperan sebagai anti-radang alami yang dapat bermanfaat pada orang yang mengalamiradang sendi, asma, atau alergi.Minyak ikan tuna memiliki kandungan asam lemak omega 3 seperti EPA (Asam eikosapentanoat) 3,64% - 4,85 % b/b dan DHA (asam dokosahekasanoat) 14,64 % - 28,59 % b/b. EPA dan DHA berperan penting dalam perkembangan otak anak-anak sehingga dapat meningkatkan kecerdasannya. Asam lemak omega 3 merupakan asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis tubuh, dengan demikian penyediaan produk panagna yang kaya asam lemak omega 3 menjadi sangat penting dalam diet harian(Muchtadi, 1996, Newton, 1996, Ilza dan Desmelati, 2007)Asam lemak esensial omega 3 baik EPA maupun DHA serta omega 6 seperti ARA dan GLA sangat potensial digunakan sebagai makanan suplemen untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan aterosklerosis serta kanker tumor dan gangguan terhadap kesehatan lainnya (Reddy et al dalam Jang et al 2000)Konsumsi asam lemak omega 6 yang berlebihan dapat menyebabkan terbentuknya prostaglandin dan leukotrienes. Senyawa tersebutmerupakan komponen yang berperan bagi terjadinya penyakit artheroskerosis, thrombosis, arthitis, asma, alergi,kanker, keguguran, radang mata dan lain-lain. Mengkonsumsi asam lemak omega 3 dapat menekan pembentukan senyawa prostaglandin dan leukotrienes tersebut (Ilza, 2005, Ilza Dkk, 2007).Wanasundara and Shahidi (1999) menyatakan rasio urea:asam lemak, lama kristalisasi, dan suhu saling memberikan pengaruh terhadap kadar EPA+DHA yang dihasilkan. A dan B (model linier) tidak menunjukkan nilai yang berbeda nyata. Hal tersebut dapat berarti model kuadratik merupakan model yang tepat dalam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon kadar EPA+DHA.Dalam tubuh manusia, jaringan lemak, terdiri dari dua asam lemak khusus, yaitu Omega-3 dan Omega-6. Omega-6 sebagian besar berasal dari sayur-sayuran, biji-bijian dan minyak kacang-kacangan. Omega-3 berasal dari ikan dan hewan mamalia laut. Asam lemak Omega-3 mengandung asam lemak esensial asam alpha-linoleic dan metabolitnya yang berantai lebih panjang (DHA-Asam Docosahexaenoic, DPA-Asam Docosapentaenoic, dan EPA-Asam Eicosapentaenoic) yang banyak terkandung dalam Tasly Omega-3.Kadar EPA+DHA yang cenderung menurun pada rasio urea:asam lemak yang lebih dari 2,5:1 diduga disebabkan oleh adanya kelebihan urea yang membentuk kompleks dengan EPA dan DHA. Liu et al. (2006) menyatakan bahwa EPA mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk kompleks dengan urea dibandingkan dengan DHA. Dengan demikian semakin banyak urea yang ditambahkan kadar EPA+DHA akan cenderung menurun. Kadar EPA dan DHA tertinggi ditunjukkan pada lama kristalisasi 24 jam. pada lama kristalisasi 24 jam diduga telah menunjukkan pembentukan kompleks ureaasam lemak jenuh dan asam lemak monoenoat secara sempurna. Pembentukan kompleks urea membutuhkan waktu tertentu sehingga pembentukan kompleks maksimum dan sempurna (Liu et al., 2006). Rendahnya kadar EPA+ DHA pada konsentrat asam lemak -3 sebelum mencapai titik maksimum 24 jam disebabkan oleh belum sempurnanya kompleks kristal yang terbentuk antara urea dengan asam lemak jenuh dan asam lemak monoenoat. Timms (1997) menyatakan bahwa penggabungan molekul membutuhkan waktu tertentu untuk melakukan penyesuaian sehingga mampu membentuk kristal yang sempurna. Penurunan kadar EPA+DHA yang terjadi setelah melewati titik maksimum 24 jam diduga disebabkan oleh kolapsnya struktur urea-asam lemak. Peristiwa kolapsnya struktur urea yang menyebabkan terlepasnya asam lemak merupakan proses yang irreversible (Kenneth, 1997). Diduga asam lemak monoenoat terlebih dahulu terlepas dari kompleks urea daripada asam lemak jenuh. Bentuk asam lemak monoenoat yang terdapat lekukan di ikatan rangkapnya diduga tidak memberikan kesempatan urea untuk membentuk saluransaluran kompleks yang panjang. Hal tersebut menjadikan energi ikatan total antara kompleks urea dengan asam lemak monoenoat menjadi lebih kecil. Hayes (2008) menyatakan bahwa rantai alkil yang memiliki ikatan ganda dalam bentuk cis mempunyai energi ikatan total yang kecil dengan kompleks urea. Diduga ikatan hidrogen dan gaya van der walls pada kompleks ureaasam lemak monoenoat tidak cukup besar energinya jika dibanding dengan kompleks ureaasam lemak jenuh. Akibatnya setelah melewati 24 jam asam lemak monoenoat terlepas dari kompleks urea-asam lemak dan menurunkan kadar EPA dan DHA. Pendapat lain menyatakan bahwa penurunan kadar EPA dan DHA juga diduga disebabkan oleh terbentuknya kompleks antara EPA dengan urea. EPA memiliki kecenderungan lebih mudah membentuk kompleks dengan urea daripada DHA (Liu et al., 2006; Wanasundara and Shahidi, 1999).

2.1.3. fungsi asam lemak omega 3 untuk mencegah berbagai penyakitAsam lemak omega 3 merupakan asam lemak yang dapat menghambat penggumpalan darah dan menghalangi penyumbatan serebrum otak dan pengerasan arteri (Harper et al, 2002 dan Iso et al.,2002). Hasil penelitian Karyadi et al. (1994) menyatakan bahwa asam lemak omega 3 memiliki peranan penting selama tumbuh kembang jaringan syaraf, otak dan retina mata.Fungsi asam lemak omega 3 untuk mencegah berbagai penyakit yaitu:1. Mudah lupa, susah mengingat sesuatu atau pikun merupakan penyakit yang sering diderita oleh para orang tua. Omega 3 sebagai makanan otak sangat penting untuk perkembangan membran sel pada sistem neurologis dari otak kita dan jalur sinyal. Hal ini telah terbukti secara ilmiah bahwa Omega 3 membantu perkembangan otak dan memori untuk anak-anak dan orang dewasa.2. Mencegah penyakit jantung. Penelitian menunjukkan bahwa Omega 3 dapat mencegah penyakit jantung dan penyakit lain yang berhubungan dengan jantung, hal ini dikarenakan Omega 3 meningkatkan elastisitas arterial. Menurunkan resiko aritmia (detak jantung yang abnormal) dan juga tekanan darah tinggi.3. Menurunkan kadar kolesterol tinggi. Sebuah Penelitian mengatakan pengkonsumsian ikan yang kaya akan Omega 3 secara teratur terbukti meningkatkan kolesterol baik dan menurunkan kadar trigliserida (lemak dalam darah).4. Omega 3 sangat baik untuk kesehatan mata dan penglihatan secara umum, karena Omega 3 merupakan komponen utama dari retina.5. Membantu mengurangi depresi. Ini mungkin bermanfaat bagi orang-orang dengan depresi ringan. Dapat meningkatkan efektivitas pengobatan karena mempengaruhi otak dengan cara yang berbeda dari antidepresan, sehingga menggabungkan Omega 3 dengan obat antidepresan, akan mengurangi depresi dengan cara yang berbeda, menurut David Mischoulon, MD, seorang profesor psikiatri dari Harvard Medical School.6. Mengurangi risiko pembekuan darah. Omega 3 memiliki sifat antikoagulan yang mempengaruhi kemampuan trombosit untuk membekukan darah, sehingga peredaran darah menjadi lancar dan juga terhindar dari penyumbatan pembuluh darah yang berakibat stroke.7. Untuk wanita hamil, Omega 3 telah terbukti bahwa Omega 3 sangat penting dalam perkembangan kesehatan fisik dan mental pada bayi .8. Omega 3 dapat mengurangi nyeri haid. Hasil Studi menunjukkan bahwa para wanita yang mengkonsumsi suplemen Omega 3 mengalami berkurangnya rasa nyeri pada saat haid. Kedua jenis Omega 3yaitu asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA) diyakini mengurangi tingkat prostaglandin. Tingkat prostaglandin yang tinggi pada wanita selama menstruasi membuat kontraksi rahim meningkat dan kejang otot.9. Omega 3 memiliki sifat anti-inflamasi dan juga bermanfaat untuk kondisi seperti asma, psoriasis eksim, dan radang sendi.10.Omega 3 sangat baik untuk meningkatkan kesehatan anak secara keseluruhan dan perkembangan fisik dan mental. Hal ini terbukti bahwa anak-anak yang mengkonsumsi Omega 3 sebagai suplemen memiliki kemampuan baca yang lebih baik. Omega 3 juga bermanfaat bagi anak-anak yang menderita disleksia, dyspraxia dan ADHD.11.Omega 3 juga dapat mencegah penyakit Alzheimer.12.Penelitian juga menunjukkan bahwa Omega 3 dapat membantu orang dengan inflamasi perut dengan kondisi seperti IBS, Ulcerative colitis dan colitis.13Orang yang menderita berbagai alergi juga dapat menambahkan suplemen Omega 3 ke dalam makanan mereka sehari-hari.14.Bermanfaat untuk diabetes. Sebuah studi penelitian menunjukkan Omega 3 dapat menurunkan trigliserida dan apoproteins, dan tidak ada efek samping pada kontrol glikemik.15.Sebuah penelitian yang cermat menunjukkan bahwa pasangan yang sedang merencanakan bayi atau sedang hamil atau sedang menyusui direkomendasikan untuk mengkonsumsi Omega 3 untuk membantu pertumbuhan bayi lebih cepat.16.Omega 3 juga berperan dalam tingkat penyerapan vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E dan vitamin K. Vitamin tersebut diperlukan oleh tubuh kita untuk melawan infeksi, menjaga kesehatan mata dan kulit, sirkulasi jantung, pembekuan darah dan kuat tulang.

Meskipun Omega 3 banyak memiliki manfaat kesehatan, tetapi sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2006 oleh Journal of American Medical Association melaporkan bahwa analisis terhadap berbagai penelitian tidak menemukan bukti bahwa adanya hubungan yang signifikan antara asupan Omega 3 asam lemak dan timbulnya beberapa jenis kanker.Depresi, kelelahan, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku rapuh dan sakit sendi adalah beberapa gejala kekurangan Omega 3 dalam tubuh. Konsumsi Omega 3 yang berlebihan dapat meningkatkan risiko perdarahan dan stroke hemorrhagic. Jadi konsumsilah sesuai dosis yang tepat.

2.1.4. Steroid pada mollusca dan crustaceaSteroid pada mollusca dan crustacea dapat diisolasi dari lemak solid (steros) empedu (chole). Pada mulanya tahun 1816 diberi nama cholesterin, karena ditemukan mengandung alkohol pada tahun 1959 daganti menjadi kolesterol. Sebagai senyawa yang mengandung alkohol, kolesterol termasuk kedalam group sterol dalam kelompok lipid, kolesterol yang dikandung molluska tidak ditemui pada bahan pangan lain.Kolesterol pada bahan pangan hasil laut banyak terdapat pada mollusca dan crustacea. Kolesterol tersebut mempunyai hubungan dengan steroid lain pada invertebrata. Hanya 26-43% dari steroid moluska mengandung kolesterol, sedangkanpada oyster terdapat 28,1% kolesterol dari total steroid.pada moluska tidak ditemui desmosterol, sedangkan mussel mengandung desmosterol 8,1% dan 9,6% brassicasterol dari total steroid (Gordon, 1982).Kepiting king alaska (Paralithodes camtschatica) mengandung 62,3% kolesterol dan 31,2 demosterol dari total steroid. Dijepang steroid juga terdapat pada crustacea dengan kandungan 78-100% kolesterol. Pada udang (pandalus borealis) ditemui 94,3 % kolesterol dan 4,2% demosterol (gordon, 1982)Progestogen, androgen dan estrogen telah dilaporkan terdapat setidaknya pada tiga kelas moluska, cephalopoda, pelecypods (kerang), dan gastropoda. Literatur yang diterbitkan menunjukkan distribusi luas steroid jenis vertebrata di antara spesies mollusca. Meskipun demikian, peran fungsional spesifik untuk banyak steroid terdeteksi dalam moluska belum dihubungkan.Seperti halnya pada krustasea dan serangga, berbagai metode telah digunakan untuk mendeteksi dan mengukur steroid dalam jaringan mollusca. Gas chromatography - mass spectrometry (GC-MS) dan radioimmunoassay (RIA) dilakukan untuk menunjukkan adanya progesteron, androstenedion, -dihidrotestosteron, estradiol-17 dan estrone di Mytilustestosteron, 5 edulis. Tidak ada kespesifikan seks yang teramati untuk steroid ini. Hal ini kemudian menunjukkan bahwa kadar progesteron pada seluruh hewan di Mytilus edulis menunjukkan siklus tahunan yang berbeda di mana siklus ini mencapai puncaknya bertepatan dengan musim pemijahan. Tingkat progesteron yang ditemukan pada jantan dan betina menunjukkan progesteron yang dapat menjadi pelopor untuk yang lain yang lebih seks-spesifik, steroid. Pendekatan yang serupa telah digunakan untuk mengidentifikasi steroid dan berhubungan dengan siklus fisiologis.Helix aspersa memiliki kemampuan untuk metabolisme androstenedione radiolabelled. Ditemukan bahwa androstenedione telah dikonversi menjadi -dihidrotestosteron, androsteron dan estriol. Analisistestosteron, 5 langsung dari steroid di hemolimf dengan GC-MS menunjukkan adanya androstanediol, androsterone, dehydrepiandrosterone, androstenedione, 3 estrone, estradiol-17 dan estriol. Pengukuran tingkat tertentu dari steroid di hemolimf mengungkapkan bahwa konsentrasi sirkulasi berkaitan dengan proses reproduksi. Hal ini menjadi bukti peran fisiologis dari steroid endogen dalam proses reproduksi.Sebuah hasil yang serupa dimana radioimmunoassay dan biosintesis in vitro dari prekursor endogen digunakan untuk menguji steroid dalam Achatina fulica (siput tanah raksasa Afrika), progesteron, androstenedione, testosteron, estradiol-17, dan kortisol yang terdeteksi pada hemolimf oleh RIA. Fungsional signifikansi ini disebabkan ketidak beradaan estradiol-17 dari fase hemolimf jantan. Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa ovotestis dan kelenjar albumen mensintesis progesteron, androstenedione, testosteron, dan estradiol-17. Sebuah studi sebelumnya meneliti aktivitas steroidogenik dari ovotestis dan kelenjar pencernaan siput Lymnaea stagnalis, menggunakan pregnenolon radiolabelled dan kemudian menentukan keberadaan progesteron dalam homogenat jaringan dengan kromatografi lapis tipis dan rekristalisasi produk pada suatu aktivitas tertentu yang konstan. Ovotestis juga menemukan biosynthetically aktif dalam spesies ini.Bukti yang lebih spesifik untuk peran fungsional untuk steroid dalam fisiologi mollusca telah dilaporkan oleh sejumlah studi. Dimana, ditunjukkan kemampuan progesteron untuk menunjukkan penggabungan glukosa radiolabelled menjadi polisakarida pada cumi-cumi (Sepia officinalis) sel nidamental secara in vitro. Kelenjar nidamental bertanggung jawab untuk menyediakan komponen dari kapsul yang mengelilingi oosit matang dan peningkatan progesteron pada gonad Sepia yang kenaikannya menunjukkan kematangan seksual. Dukungan terbaru yang menunjukkan peran steroid dalam cumi disediakan oleh laporan bahwa progesteron, testosteron dan estradiol-17, bersama dengan masing-masing protein binding dengan afinitas tinggi, telah terdeteksi pada sistem reproduksi Octopus vulgaris. Dalam kerang Jepang, Mizuhopecten yessoensis, estradiol, progesteron dan testosteron telah terbukti memiliki efek stimulasi pada kedua oogenesis dan perkembangan testis. Estradiol-17 juga meningkatkan dampak dari serotonin pada pelepasan telur dari ovarium dan telah terlibat dalam kontrol kadar katekolamin dalam gonad pada kerang Patinopecten yessoensis.Ecdysone steroid Artropoda juga telah terdeteksi pada moluska. Mediodorsal bodies (MDB) dari siput Lymnaea stagnalis dan Helix pomatia dan ovotestis dari Helix dilaporkan mengandung ecdysteroids yang diidentifikasi dengan menggunakan HPLC dan RIA. Laporan lainnya juga menunjukkan adanya ecdysteroids. Namun, studi in vivo dan in vitro menggunakan prekursor radiolabelled telah gagal memberikan bukti bahwa sintesis ecdysone terjadi pada sejumlah siput gastropoda. Dapat disimpulkan bahwa jika ecdysone sedang disintesis secara endogen dari siput gastropoda harus menggunakan jalur biosintetik yang berbeda dengan yang diterapkan pada arthropoda.Hormon steroid tampaknya memainkan peran penting dalam perkembangan seksual moluska, meskipun informasi tersebut terbatas pada fisiologi reproduksi atau biokimianya. Pada bekicot, Helix aspersa, metabolisme androstenedione memproduksi beberapa jenis steroid, termasuk testosteron, estrone, dan estradiol-17. Konversi ini melibatkan beberapa enzim konversi steroid: dehydrogenases, reduktase, dan sistem aromatisasi. Pada beberapa jenis gastropoda, telah dilaporkan terjadi transformasi androstenedion ke steroid netral. Telah dilaporkan tentang sistem sitokrom P450 dan fungsinya dalam proses metabolisme xenobiotic di moluska. Pada moluska, sistem neuroendokrinnya beragam yang tidak terlalu berbeda dengan jenis vertebrata, dan neurohormon moluska cenderung (yang paling mungkin dari peptidic alami) bertindak langsung pada jaringan target.

DAFTAR PUSTAKA

Gordon, D.T., 1982. Steroids in mollusks and crustacea of pacific northwest. Inchemistry & biochemistry of marine food products. Ed. Martin R. E., G.J. Flick, C.E. Hebard, and D.R> Ward. The Avi publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. 93-101

Harper, C.R.& T.A. Jacobson, 2002. The fat of life:The role of Omega 3 Fatty acids in the prevention of Coronary Heart Disease. Arch. Intern. Med,161:2185-2195.

Hayes, D.G. 2008. Purification of Free Fatty Acids via Urea Inclusion Compond. Handbook of Functional Lipids. CRC Press, New York.

http://factsandhealth.blogspot.com/2011/04/16-manfaat-dan-fungsi-omega-3-untuk.html#ixzz1wMMsgjqe (diakses pada tanggal 27 Mei 2012, Pukul 20.00 WIB)

http://wikipedia.org (diakses pada tanggal 27 Mei 2012, Pukul 20.00 WIB)

Ilza, M., 2005. Biokimia dan Teknologi Hasil Perikanan. Faperika Press Universitas Riau. Pekanbaru.

Ilza, m., T. Leksono, dan Edison, 2007. Isolasi dan Identifikasi komponen asam lemak ikan Kerapu (Cromileptes sp). J. Perikanan dan Ilmu Kelautan 12:12-20.

Ilza, M. Dan Desmelati, 2007. Keunggulan Ikan Kerapu (Cromileptes sp) sebagai pangan multifungsi. J. Berkala Terubuk 35:1-7.

Iso, H., S. Sato, U. Umemura, M. Kudo, K. Koike, A. Kitamura, H. Imamo. T. Okamura, Y. Naito, and T. Shibamoto, 2002. Linoleic acid, other fatty acids, and the risk of stroke. Stroke, 33:2086-2093.

Jang, Der Hung, Lin, Yuh Yi, Yang, Shang Shying. (2000). polyun saturated Fatty acid production martirella aleina by solid substrate Fermentation. Departement of Agricultural Chemistry, National taiwan University, Taipei. Bontanical Bulletin Of Academica Sinica. Vol 41.

Kenneth D, and Harris. 1997. Understanding the properties of urea and thiourea inclusion compound. Chemical Society Reviews Vol. 26

Lin, D. S. & W.E. Connor, 1990. Are then-3 fatty acids from dietary fish oil deposited in the triglyceride storages of adipose tissue. Am. J. Clin. Nutr. 51:535-539.

Liu. S, C. Zhang, P. Hong, and H. Ji. 2006. Concentration of docosahexanoic acids (DHA) and eicosapentanoic acids (EPA) of tuba oil by urea complexation: optimation of process parameters. Journal of Food Engineering 73: 203-209

Mukherjee, K.D., 1988. Lipid biotechnology. Dalam Akoh, C.C &. D.B. Min. Food lipid;chemistry, nutrition and Biotechnology. New York, Marcel Dekker. Hlm. 589-640.

Newton, I. S., 1996. Food Enhrichment With Long-Chain n-3 PUFA. INFORM 7:169-171.Timms, R. E. 1997. Fractination. In F.F Gunstone and F.B Padley (ed). Lipid Technologies and Applications. Marcel Decker. Inc., New York

Wanasundra, U. N. and F. Shahidi. 1999. Concentration of omega-3 polyunsaturated fatty acid of seal bubbler oil by urea complexation: optimization of reactions conditions. Food Chemistry 65:41-451