artikel
DESCRIPTION
No DescriptionTRANSCRIPT
Bunga Sakura Khas Jepang Kini Bisa Dinikmati di Ancol
on 18 Agu 2015 at 01:00 WIB
Liputan6.com, Jakarta Keindahan bunga sakura tidak perlu diragukan lagi. Bunga khas dari Negeri Matahari Terbit, Jepang, ini selalu menyedot perhatian mata setiap orang yang melihatnya.
Warnanya yang cantik dan guguran bunganya yang indah membuat setiap orang
yang pergi ke Jepang pasti tidak melewatkan momen untuk melihat langsung bunga
sakura dan berfoto ria.
Tak harus jauh-jauh ke Jepang, kini Anda bisa melihat langsung bunga sakura di
kawasan Ancol. Minggu (16/8), untuk pertama kalinya PT Pembangunan Jaya Ancol,
Tbk bersama Ikatan Alumni Teknik Sipil (IKATEKSI) Universitas Diponegoro
menanam bunga sakura di lokasi Ocean Ecopark Ancol.
Sebanyak 500 tanaman bibit sakura pemberian IKATEKSI ini akan ditanam di
kawasan Ancol, puluhan bibit di antaranya telah ditanam di lokasi yang tak jauh dari
pintu masuk Ocean Ecopark Ancol.
"Kami sangat terbuka dengan niat baik rekan-rekan dari Universitas Diponegoro
untuk melestarikan lingkungan bersama dengan Taman Impian Jaya Ancol," ujar Arif
Nugroho, Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
Arif mengatakan keberadaan bunga sakura tentunya akan memberikan
pengetahuan dan nilai lebih kepada para pengunjung.
"Bunga sakura ini sangat indah kalau sudah tumbuh. Hal ini akan sangat baik bagi
kami dan para pengunjung. Jadi, tidak harus ke Jepang karena di sini juga ada. Ke
depan kami akan budidayakan. Semoga pohon sakura yang baru pertama ditanam
ini nantinya dapat memberikan edukasi dan pembelajaran bagi para pelajar dan
masyarakat umum," jelas Arif.
Tak hanya bunga sakura, pihak Ancol dan Undip juga menanam pohon langka asal
Sulawesi yakni pohon Kayu Hitam yang dikenal dengan nama Eboni.
Mukidin, Ubah Lahan Gundul Kaki Gunung Telomoyo Jadi
Hijau
Liputan6.com, Magelang - Desa Ngrancah di kaki Gunung Telomoyo, Magelang,
Jawa Tengah yang dulu gundul sekarang subur dan hijau. Tokoh di balik perubahan
nyata itu adalah mantan Kepala Desa yang bernama Mukidin.
"Ya pada awalnya bukit-bukit di Ngrancah ini tanahnya gundul, bisa dibilang gundul
karena apa, pengolahan masyarakatnya itu pengolahan semusim, tanamannya
tanaman singkong dan jagung," ucap Mukidin.
Kebiasaan warga desa menanam tanaman semusim bertahun-tahun sebelumnya,
membuat lahan perbukitan di Ngrancah dulu rawan longsor.
Mukidin yang telah lama prihatin akhirnya tergerak untuk membuat perubahan.
Sekitar 16 tahun lalu, Mukidin mulai mengajak warga untuk menanam tanaman kayu
keras yang bisa menahan longsor di lahan kritis.
"Awalnya kami menanami tanaman di kebun kami sendiri, yaitu ya tanaman kayu-
kayuan, kayu sengon, kayu mahoni, kayu inmindi, dan kayu suren," lanjut Mukidin.
Bukan hanya itu, Mukidin juga mendorong penerapan pola tanam tumpang sari.
Memanfaatkan lahan semaksimal mungkin dengan menanam beragam jenis
tanaman, terutama tanaman bernilai ekonomi tinggi. Berkat upaya-upaya Mukidin,
lebih dari 100 hektar lahan kritis berubah menjadi hijau.
"Itu sekarang sudah bisa dilihat dari 150 hektar ini sudah jadi penutupan tajuk, jadi
air hujan sudah tidak langsung jatuh ke tanah tapi ke daun dulu, daun baru ke
tanah," ucap Mukidin.
Karena penyerapan air yang semakin baik, muncul 11 titik mata air baru di Desa
Ngrancah dan sekitarnya.
"Mengajak masyarakat di tempat itu untuk menghijaukan. Dan sekarang kita bisa
melihat di desa itu bagaimana desa itu menjadi hijau. Tanamannya benar, dan tidak
menggunakan tanaman semusim tetapi tanaman penghijauan yang bisa menangkap
air dan menjaga tanah ini agar tidak longsor," ungkap Kepala Balai Lingkingan Hidup
Magelang Agus Liem.
Obrog, Tradisi Unik Bangunkan Sahur di Indramayu
By Sulung Lahitani Mardinataon 27 Jun 2015 at 03:04 WIB
Di Indramayu, ternyata terdapat tradisi unik membangunkan sahur yang dinamakan Obrog.
Seperti apa?
Setiap daerah mempunyai tradisi unik pada saat bulan Ramadhan atau bulan
Puasa. Tradisi tersebut tidak hanya ngabuburit atau berburu takjil menjelang waktu
berbuka puasa. Tapi di daerah Indramayu dan Cirebon ada tradis unik yang masih
dilakukan oleh sebagian warganya yakni tradisi obrog.
Obrog adalah seni tradisional dengan alunan musik dan lirik yang biasa dilakukan
pada waktu-waktu tertentu seperti sebelum Lebaran atau setelah lebaran. Tapi pada
saat puasa biasanya dilakukan untuk membangunkan warga saat waktu sahur.
Tradisi obrog sudah ada sejak puluhan tahun lalu, dan dianggap warisan nenek
moyang yang perlu dilestarikan.
Hanya saja, pada zaman dulu rombongan obrog menggunakan beduk atau
kentongan Masjid atau Musalah untuk membangunkan warga pada saat sahur.
Mereka biasanya keliling desa membangunkan warga untuk sahur. Biasanya
mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Tapi seiring perkembangan jaman, tradisi obrog kini sudah mulai menggunakan alat
musik modern. Di beberapa daerah di Kabupaten Indramayu sudah menggunakan
alat musik seperti gitar, kendang, suling, dan organ tunggal serta menggunakan
pengeras suara atau sound system dengan menyanyikan lagu-lagu qasidah, religi,
tarling bahkan dangdut.
Rombongan musik tersebut biasanya dibawakan oleh sejumlah orang atau
kelompok anak muda. Mereka rela keliling kampung dengan tujuan membangunkan
warga pada saat waktu sahur.
Alunan Saksofon 4saxess Bantu Diplomasi Austria-Indonesia
By Alexander Lumbantobingon 29 Okt 2014 at 21:15 WIB
Liputan6.com, Jakarta Kedutaan Besar Austria untuk Republik Indonesia
mengadakan konser kuartet saksofon secara cuma-cuma dalam rangka
memperingati 60 tahun hubungan diplomatik dua negara. Kelompok kuartet
saksofon 4saxess dari Austria tampil mempersembahkan sejumlah karya baik dari
Eropa, Amerika, maupun Indonesia.
Konser tersebut diadakan pada hari Selasa (28/10/2014) lalu di Pusat Perfilman
Umar Ismail di kawasan Kuningan, Jakarta. Dalam undangan dan pengumuman,
tertulis bahwa konser akan dimulai pada pukul 19.00 WIB.
Pengunjung tampak memenuhi ruangan walaupun kegiatan tersebut diadakan pada
hari kerja di kawasan yang terkenal dengan kemacetannya pada jam pulang kerja.
Konser itu sendiri dimulai sekitar 20 menit terlambat.
Dalam sambutannya, Duta Besar Berkuasa Penuh Austria untuk RI, Yang Mulia
Andreas Karabaczek menekankan eratnya hubungan dua negara.
Ragam aliran
Kesabaran para pengunjung sirna setelah kelompok 4saxess itu kemudian memulai
pertunjukkan dengan begitu apiknya dengan lagu pembukaan Allegro dari “Eine
kleine Nachtmusik” karya Wolfgang Amadeus Mozart.
Suguhan selanjutnya masih merupakan karya dari Mozart, yaitu Divertimento, KV
136 Allegro-Andante-Presto, bagian pertama dari Salzburger Divertimenti.
Sejumlah karya lainnya mencakup Premier Quatour karya Jean-Baptiste Singelée,
yang merupakan karya pertama yang dikhususkan untuk kuartet saksofon pada
tahun 1857. Pada saat pertunjukan, kelompok tersebut membawakan bagian-
bagian Andante-Allegro-Adagio-Allegreto.
Dalam kesempatan itu, 4saxess sempat menjelaskan sejarah singkat alat musik
yang diciptakan oleh Adolphe Sax itu. Beliau sendiri lahir pada tanggal 6 November
1814 di desa Dinant di Belgia. Sepanjang perjalanan sejarahnya, alat musik
saksofon mengalami evolusi dari bentuk awalnya yang tercipta 30 tahun setelah
kelahiran Sax sehingga menjadi bentuknya yang sekarang.
Masih dari Eropa, dua karya berikutnya adalah Air (dari susunan orchestra ke tiga
BWV 1068) dan Badinerie (dari susunan orchestra ke dua BWV 1067) oleh Johann
Sebastian Bach. Suguhan Air oleh Bach ini cukup memukau mengingat perbedaan
warna suara saksofon sopran yang menggantikan alunan utama yang biasanya
dibawakan menggunakan alat musik flute yang ringan dan mengawang.
Berikutnya, kuartet tersebut membawakan Bengawan Solo karya Gesang, dengan
aransemen yang mereka ciptakan sendiri berdasarkan notasi lagu yang dengan
susah payah mereka temukan di dunia maya. Markus Holzer, pemain saksofon
baritone, menjelaskan kesulitan mereka menemukan catatan tertulis mahakarya
Indonesia itu dalam bentuk not balok. Untungnya, tafsiran atas lagu tersebut berhasil
membawa “alunan sungai” menggunakan sahutan-sahutan saksofon tenor dan
saksofon bariton.
Sesudah istirahat selama lebih kurang 15 menit, pertunjukan dilanjutkan dengan
Rhapsody in Blue karya George Gershwin, yang sengaja diaransemen ulang untuk
kuartet saksofon. Suguhan berikutnya mengajak para penonton larut dalam irama
tango yang menghentak, yaitu L’Histoire De Tango karya A. Piazzolla, yaitu Night
Club (1960) dan Café (1930) sebagai bagian dari Concert D’Aujord’hui.
Pertunjukkan ditutup denganFlorentiner March oleh Julius Fučík, yang merupakan
karya utama oleh pengarang lagu tersebut.
Meriah
Walaupun semua karya suguhan yang tertulis dalam buku acara telah digelar,
kelompok 4saxess itu menghadiahi para pengunjung dengan alunan medley lagu-
lagu tradisional Indonesia, terutama dari Jawa. Para anggota kuartet tersebut
kemudian keluar panggung selagi memainkan lagu-lagu ancore mereka namun
kemudian berkeliling di tengah-tengah penonton dan menciptakan kedekatan
dengan para pencinta saksofon yang hadir.
Seorang pengunjung yang sekaligus pengajar alat-alat musik tiup di bilangan
Senayan di Jakarta tidak dapat menyembunyikan kekagumannya. Menurutnya,
suguhan malam itu benar-benar nyaris sempurna, baik dari ketepatan nada, birama,
maupun penghayatannya. Sungguh suatu diplomasi budaya yang berharga.
JASA MARGA DAN TRISAKTI TANAM 1000 POHON DI JAGORAWI
Jasa Marga kembali bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan program penghutanan jalan tol melalui kegiatan penanaman pohon. Kali ini Jasa Marga bekerjasama dengan Universitas Trisakti, melakukan penanaman 1000 pohon jenis Gamalina atau jati korea di Jalan Tol Jagorawi KM 31+200, pada hari Minggu (21/11) kemarin.
Kegiatan penghutanan ini selain merupakan program rutin Jasa Marga, juga merupakan kegiatan CSR yang melibatkan elemen akademis dalam membangun lingkungan sekitar jalan tol menjadi lebih sehat, segar dan nyaman. Acara ini diikuti oleh kurang lebih 250 orang mahasiswa dan karyawan Jasa Marga Cabang Jagorawi.
Ruas Jalan Tol Jagorawi merupakan ruas teraktif yang melakukan kegiatan penghutanan jalan tol. Selama tahun 2010 sampai kegiatan terakhir kemarin, Jagorawi telah melakukan 11 (sebelas) kali kegiatan penanaman pohon. Adapun pohon yang telah ditanam pada 2010 ini hampir mencapai 80.000 pohon.
Komitmen Jasa MargaProgram penghutanan jalan tol ini merupakan komitmen Jasa Marga dalam Program Penanaman 1 Miliar Pohon yang dicanangkan oleh Pemerintah. Pada tahun 2010 ini Jasa Marga menargetkan akan menanam 280.000 pohon diseluruh jalan tol yang dioperasikan oleh Jasa Marga dan Anak Perusahaan.
Sejak program penghutanan jalan tol dicanangkan pada 2006 lalu hingga saat ini, Jasa Marga telah menanam kurang lebih 1 juta pohon baru di wilayah jalan tol yang dioperasikan Jasa Marga.
Penanaman pohon di sepanjang jalan tol merupakan syarat pembangunan sebuah jalan tol, dan Jasa Marga telah memulainya semenjak peresmian Jagorawi 32 tahun silam. (Anasta edited by Hubin )